Oleh :
Pembimbing :
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
2.1. Diare
1 Definisi
2 Klasifikasi
3 Patogenesis
Pada dasarnya diare terjadi bila terdapat gangguan transpor terhadap air dan
elektrolit pada saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan:
(Daldiyono, 1997)
1. Osmolaritas intraluminer yang meninggi.
2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
3. Absorpsi elektrolit berkurang.
4. Motilitas usus yang meninggi/hiperperistaltis, atau waktu transit yang pendek.
5. Sekresi eksudat.
Diare yang terjadi pada penyakit tertentu atau yang disebabkan suatu faktor
etiologi tertentu, biasanya timbul oleh gabungan dari beberapa mekanisme diatas.
(Daldiyono, 1997)
Sesuai dengan perjalanan penyakit diare, patogenesis penyakit diare dibagi
atas: (Noerasid H, 2007)
1. Diare akut
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi. Patogenesis diare akut
oleh infeksi yaitu masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan,
berkembangbiaknya mikroorganisme tersebut setelah berhasil melewati asam
lambung, dibentuknya toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme, adanya rangsangan
pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan
usus mengakibatkan terjadinya diare.
2. Diare kronik
Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor yang satu
sama lain saling mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Infeksi bakteri
Misalnya ETEC (Entero Toxigenic E. Coli) yang sudah resisten terhadap
obat. Juga diare kronik dapat terjadi kalau ada pertumbuhan bakteri berlipat
ganda (over growth) dari bakteri non patogen.
b. Infeksi parasit
Terutama E.histolytica, Giardia, Candida dan sebagainya.
c. Kekurangan kalori protein
Pada penderita kekurangan kalori protein terdapat atrofi semua organ
termasuk atrofi mukosa usus halus, mukosa lambung, hepar dan pankreas.
Akibatnya terjadi defisiensi enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ
tersebut yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan sempurna. Makanan yang tidak diabsorpsi tersebut akan
menyebabkan tekanan osmotik koloid di dalam lumen usus meningkat yang
menyebabkan terjadinya diare osmotik. Selain itu juga akan menyebabkan
over growth bakteri yang akan menambah beratnya malabsorpsi dan infeksi.
d. Gangguan imunologik
Usus merupakan organ utama dari daya pertahanan tubuh. Defisisensi dari
Secretory IgA dan Cell Mediated Immunity (CMI) akan menyebabkan tubuh
tidak mampu mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus. Akibatnya,
bakteri, virus, parasit, dan jamur akan masuk ke dalam usus dan berkembang
biak dengan leluasa sehingga terjadi over growth dengan akibat lebih lanjut
berupa diare kronik dan malabsorpsi makanan.
4 Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi: (Noerasid H,
2007)
1. Kehilangan air (dehidrasi) merupakan penyebab kematian pada diare.
2. Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada
pemasukan air (input), merupakan penyebab kematian pada diare.
3. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis).
Metabolik asidosis ini terjadi karena:
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksi jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan.
Pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam, yang disebut pernafasan
Kuszmaull. Pernafasan Kuszmaull ini merupakan homeostasis respiratorik,
adalah usaha tubuh untuk mepertahankan pH darah
4. Hipoglikemi.
Hipoglikemi terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare.
Lebih sering pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori
protein. Hal ini terjadi karena penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati
terganggu dan adanya gangguan absorpsi glukosa (walau jarang terjadi).
Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40
mg% pada bayi dan 50mg% pada anak-anak. Gejalanya adalah lemah, apatis,
peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
5. Gangguan gizi
Gangguan gizi sering terjadi pada anak yang menderita diare dengan
akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini
disebabkan makanan sering dihentikan karena takut diare dan atau muntah
yang akan bertambah hebat, pemberian susu yang diencerkan, makanan yang
diberikan sering tidak dicerna dan diabsorpsi dengan baik.
6. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang
dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan
dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat
meninggal.
5 Manifetasi Klinis
Penularan diare akut karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
penderita diare atau melalui makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri patogen
yang berasal dari tinja/manusia atau hewan atau bahan muntahan penderita. Penularan
dapat juga berupa transmisi dari manusia ke manusia lain melalui udara atau melalui
aktifitas seksual kontak oral genital atau oral anal. (Setiawan B, 2006)
Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung/memproduksi toksin akan
menyebabkan diare sekretorik dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa
demam yang umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses
lembek/cair. Diare sekretorik yang berlangsung beberapa waktu tanpa
penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena asidosis
metabolik lanjut. Karena kehilangan cairan, seseorang akan merasa haus, berat badan
berkurang mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menjadi serak. (Setiawan B, 2006)
Kehilangan bikarbonas dan asam karbonas yang berkurang mengakibatkan
penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernafasan sehingga
frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan Kussmaul). Gangguan
kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur.
Mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang sianosis karena
kehilangan kalium. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun dengan sangat.(24)
Untuk jelasnya gejala klinik diare dibagi atas: (Daldiyono, 1997)
1. Fase prodromal yang dapat juga disebut sebagai sindrom pradiare: perut terasa
penuh, mual bisa sampai muntah, keringat dingin, pusing.
2. Fase diare: diare dengan segala akibatnya berlanjut yaitu dehidrasi, asidosis,
syok, mules, dapat sampai kejang, dengan atau tanpa panas, pusing.
3. Fase penyembuhan: diare makin jarang, mules berkurang, penderita rasa
lemas/lesu.
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan: (Noerasid H, 2007)
1. Kehilangan berat badan
a. Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
b. Dehidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.
c. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan >10%.
2. Skor Maurice King
Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
diperiksa
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengingau, koma
apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
Denyut nadi/menit Kuat>120 Sedang (120-`140) >140
Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditentukan derajat
dehidrasinya. Skor 0-2 adalah dehidrasi ringan, skor 3-6 adalah dehidrasi sedang dan
skor>7 adalah dehidrasi berat.
3. Kriteria Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
a. Dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut: letargi atau tidak sadar,
mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit perut
kembalinya sangat lambat.
b. Dehidrasi sedang
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut: gelisah, rewel/marah, mata
cekung, haus, minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembalinya lambat.
c. Tanpa dehidrasi
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau
ringan/sedang.
4. Menurut tonisitas darah
a. Dehidrasi isotonik, bila kadar Na+ dalam plasma anatara 131-150 mEq/L
b. Dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+ 131 mEq/L
c. Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+ > 150 mEq/L
6 Pemeriksaan Laboratorium
7 Diagnosis
8 Penatalaksanaan
9 Pencegahan
Secara umum faktor risiko diare pada dewasa yang sangat berpengaruh
terjadinya penyakit diare yaitu faktor lingkungan (tersedianya air bersih , jamban
keluarga, pembuangan sampah, pembuangan air limbah), perilaku hidup bersih dan
sehat, kekebalan tubuh, infeksi saluran pencernaan, alergi, malabsorpsi, keracunan,
immuno defisiensi serta sebab-sebab lain.
Sedangkan pada balita faktor risiko terjadinya diare selain faktor intrisik dan
ekstrinsik juga sangat dipengaruhi oleh prilaku ibu atau pengasuh balita karena balita
masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat tergantung pada lingkungannya,
jadi apabila ibu balita atau pengasuh balita tidak bisa mengasuh balita dengan baik
dan sehat (tidak memberikan ASI secara penuh untuk bayi hingga berumur 6 bulan,
menggunakan botol susu yang memudahkan pencemaran kuman, menyiapkan
makanan pada suhu kamar sehingga makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembangbiak, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
dengan air dan sabun setelah buang air besar. maka kejadian diare pada balita tidak
dapat dihindari. (Yunus, 2003)
Menurut Hendrik L Blum terdapat empat faktor yang berpengaruh langsung
pada kesehatan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai
optimal bila mana keempat faktor tersebut secara bersama-sama memiliki kondisi
yang optimal pula. (Soekidjo,N., 2003)
Sedangkan syarat jamban sehat menurut (Depkes RI, 2004), antara lain :
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
Untuk itu tinja harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher
angsa atau penutup lubang yang rapat;
3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di
sekitarnya, untuk itu lantai jamban harus cukup luas paling sedikit berukuran
11 meter, dan dibuat cukup landai/miring ke arah lubang jongkok;
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-
bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya
dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat;
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang;
6. Cukup penerangan;
3. Jamban empang (fish pond latrine): Jamban ini dibangun di atas empang
ikan. Di dalam sistem jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling) yaitu
tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang
mengeluarkan tinja, demikian seterusnya.
4. Jamban pupuk (the compost privy): Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus
cemplung, hanya lebih dangkal galiannya, di dalam jamban ini juga untuk
membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan.
5. Septic tank: Jamban jenis septic tank ini merupakan jamban yang paling
memenuhi persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini
yang dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air,
dimana tinja dan air buangan masuk mengalami dekomposisi.
Jamban bentuk septic tank sebagai bentuk jamban yang paling memenuhi
syarat, dikarenakan didalamnya tinja mengalami beberapa proses sebagai berikut
(Azwar, 1983.):
Lantai Kakus: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang
sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air.
Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah kakus.
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik
dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan
Sedangkan prosedur pemeliharaan jamban menurut Depkes RI (2004) adalah sebagai
berikut:
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering
2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air
3. Tidak ada sampah berserakanan
4. Rumah jamban dalam keadaan baik
5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
7. Tersedia alat pembersih
8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki
2.4. Sumber Air Minum Warga
Mengingat bahwa penyakit diare dapat ditularkan melalui air, maka penyediaan
air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap
dilaksanakan.
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-
oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda
yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Kemenkes RI, 2011).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air bersih (Kemenkes RI, 2011).
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Kemenkes RI, 2011).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
b. Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasi
kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih
rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan.
c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung
bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
d. Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan.
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kebersihan rumah
Keterangan
METODOLOGI PENELITIAN
15 Lokasi Penelitian
16 Waktu Penelitian
17 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah bangunan tempat tinggal yang berada di
wilayah kerja puskesmas Palaran.
18 Sampel Penelitian
19 Kriteria Inklusi
1. Bangunan tempat tinggal yang berada di kecamatan Rawa Makmur,
Palaran.
2. Bersedia untuk menjadi responden
20 Kriteria Eksklusi
Definisi
No Variabel Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
1 Diare Pernyataan - ada kategorikal
responden tentang - tidak ada
riwayat pernah
didiagnosis oleh
dokter menderita
penyakit diare
selama tahun 2015
2 Kelayakan penilaian peneliti - Memenuhi syarat Kategorikal
Jamban - tidak memenuhi syarat
3 sumber air Pernyataan - Air minum komersial Kategorikal
minum responden tentang - Galon isi ulang
sumber air yang - PDAM
digunakan untuk - Sumur
minum maupun - Sungai
memasak - lain-lain
a. Data Primer
Data diperoleh melalui wawancara terpimpin dan pengisian check-list di
rumah responden.
b. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah check-list
22 Analisis Bivariat
Mencari hubungan antara kelayakan jamban keluarga dan sumber air, dengan dan
riwayat diare menggunakan uji Chi-Square atau uji Fisher, dan menghitung rasio
odds. Jika nilai p 0,05 maka berarti terdapat hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
AH, M. (1999). Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: Balai Penrbit FKUI.
Dirjen PPM & PL. (2003). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.
Direktorat Jendreral PPM & PL.
Febriani, E. (2013). Hubungan Lingkungan Sekitar Rumah dengan Kejadian
Diare pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu. Stikes Dehasen Bengkulu.
Kemenkes RI. (2011). Situasi Diare di indonesia. Buletin Jendela Data &
Informasi Kesehatan, 2, 1-5.
Setiawan B, d. (2006). Diare Akut karena Infeksi. In S. AW, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid II. (Vols. Hal. 1794-1797).
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Isi jawaban (untuk pertanyaan no. 1,2,3) atau berilah tanda silang (x) (untuk
pertanyaan 4, 5, 6 dan 7)
1. Nama Responden :
2. Alamat:
3. Usia :
4. Apakah ada anggota keluarga yang pernah didiagnosis oleh dokter menderita
diare selama Tahun 2015 ini? Siapa? Usia? Kapan?
a. Ada, ., ..
b. Tidak ada
5. Dari manakah sumber air yang dikonsumsi didapatkan? (centang yang perlu)