Anda di halaman 1dari 15

1.

Penyakit-penyakit Orofaring
Tenggorokan termasuk sebagi pintu masuk organisme yang
menyebabkan berbagai penyakit, dan pada beberapa kasus
organisme masu ke dalam tubuh melalui pintu gerbang ini tanpa
menyebabkan gejala-gejala local yang menarik perhatian.
Ppenyakit-penyakit orofaring dapat dibagi menjadi beberapa yang
menyebabkan sakit tenggorokan akut dan penyakit yang
berhubungan dengan skait tenggoroka yang kronis.

1.1 Faringitis Akut


Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang
sangat sering. Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi
peradangan akut yang mengenai dinding faring. Termasuk
faringitis akut yang terjadi pada pilek biasanya sebagai akibat
penyakit infeksi akut seperti eksantema atau influenza, dan
dari berbagai penyebab yang tidak biasa, seperti manifestasi
herpes dan sariawan.
1.1.1 Etiologi dan Patologi
Penyebab faringitis akut dapat berfariasi dari organisme yang
menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai
menyebabkan edema dan bahkan ulserasi . organisme yang
ditemukan termasuk streptokokus,pneumokokus, dan basilus
influenza, diantara organisme yang lainnya. Pada stadium
awal, terdapat hyperemia, kemudian edema, dan sekresi yang
meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal
atau berbentuk mucus, dan kemudian cenderung menjadi
kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan
hyperemia, pembuluh darah dinding faring enjadi melebar.
Bentuk sumbtan yang berwarna putih, kuning, atau abu-abu
terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya
tonsil, perhatian biasanya difokuskan pada faring, dan tampak
bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring
posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang
dan membengkak. Terkenanya dinding lateral, jika tersendiri,
disebut sebagai faringitis lateral. Hal ini tentu daja mungkin
terjadi bahkan adamya tonsil, hanya faring saja yang terkena.

Tabel. Penyebab-peneybab faringitis virus.


Adenovirus Virus sinsitium pernapasan
Virus Epstein bar Virus influenza (A dan B)
Herpes simpleks Enterovirus
Virus parainfluenza (tipe 1-4)

1.1.2 Tanda dan Gejala


Pada awitan penyakit, penderita mengeluh rasa kering atau
gatal pada tenggorokan. Malaise dan sakit kepala adalah
keluhan biasa. Biasanya terdapat suhu yang sedikit
meningkat. Eksudat pada faring menebal. Eksudat ini sulit
untuk dikeluarkan, dengan suara parau, usaha untuk
mengeluarkan dahak dari kerongkongandan batuk. Keparauan
terjadi jika proses peradangan mengenai laring. Pada
beberapa kasus, mungkin terutama terdapat disfagia sebagai
akibat dari nyeri, nyeri alih ke telingan, adenopati, servikal,
dan nyeri tekan. Dinding faring kemerahan dan menjadi
kering, gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mucus.
Jaringan limfoid biasanya tampak merah dan membengkak.

1.1.3 Diagnosis
Diagnosis biasanya dinuat atnpa ada kesulitan., terutama
terdapat gejala dan tanda seperti yang baru dijelaskan. Biakan
tenggorokan membantu dalam menentukan organisme.
1.1.4 Pengobatan
Penggunaan antimikroba telah merubah pengobatan rutin
faringitis bakteri akut dalam tahun-tahun terakhir. Sebagai
akbatnya, perjalanan penyakit menajdi lebih pendek dan
insidensi komplikasi menurun. Antibiotic sebaiknya diberikn
dalam dosis terapeutik.
Penggunaan irigasi hangay pada tenggorokan, perawatan
penunjang yaitu pemberian cairan adekuat, diet ringan, dan
aspirin jika diperlukan masih penrin dalam percepatan
penyembuhan, walaupun kenyataan bahwa perbaikan terjadii
setelah pemberian antibiotic.

1.2 Tonsilitis akut


1.2.1 Etiologi dan Patologi
Tonsilitis bakterialis supuratif akut paling sering disebabkan
oleh streptokokus beta hemolitikus grup A. Meskipun
pneumokokus, stafilokokus, dan Haemophilus influenza juga
birus patogen dapat dilibatkan. Kadang-kadang streptokokus
non hemolitikus atau Streptococcus virulens ditemukan dalam
biakan, biasanya pada kasus-kasus berat. Streptokokus non
hemolitikus dan Streptococcus viridans mungkin dibiakkan
dari tenggorokan orang yang sehat, khususnya pada bulan-
bulan musim dingin, dan pada saat epidemi infeksi
pernapasan akut, streptokokus hemolitikus dapat ditemukan
dalam tenggorokan orang yang kelihatannya sehat.
1.2.2 Patologi.
Terdapat peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan
tonsila dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan
bakteri patogen dalam kripta. Mungkin adanya perbedaan
dalam strain atau virulensi organisme dapat menjelaskan
variasi dari fase-fase patologis berikut:
1. Peradangan biasa daerah tonsila saja
2. Pembentukan eksudat
3. Selulitis tonsila dan daerah sekitarnya
4. Pembentukan abses peritonsilar
5. Nekrosis jaringan
Penderita mengeluh sakit tenggorokan dan beberapa derajat
disfagia dan pada kasus yang berat penderita dapat menolak
untuk minum dan makan melalui mulut. Penderita tampak
sakit akut dan pasti mengalami malaise. Suhu biasanya tinggi,
kadang-kadang mencapai 104F. Napasnya bau. Mungkin
terdapat otalgia dalam bentuk nyeri alih. Kadang-kadang otitis
media merupakan komplikasi peradangan pada tenggorokan.
Seringkali terdapat addenopati servikalis disertai nyeri tekan.
Tonsila dapat membesar dan meradang, berbercak-bercak dan
kadang-kadang diliputi eksudat. Eksudat ini mungkin keabu-
abuan atau kekuningan. Eksudat ini dapat berkumpul dan
membentuk membran, dan pada beberapa kasus dapat terjadi
nekrosis jaringan lokal.
1.2.3 Pengobatan
Pada umumnya, penderita dengan tonsilitis akut serta demam
sebaiknya tirah baring, pemberian cairan adekuat, dan diet
ringan. Aplikasi lokal seperti obat tenggorokan, dianggap
mempunyai arti yang relatif kecil. Analgesik oral efektif dalam
mengendalikan rasa tidak enak.
Obat kumur memiliki efektifitas yang masih dipertanyakan.
Apakah benar bahwa kegiatan berkumur tidak membawa
banyak cairan berkontak dengan dinding faring, karena dalam
beberapa hal cairan ini tidak mengenai lebih dari tonsila
palatina. Walaupun, pengalaman klinis menunjukkan bahwa
berkumur yang dilakukan dengan rutin menambah rasa
nyaman pada penderita dan mungkin mempengaruhi
beberapa tingkat perjalanan penyakit. Kecuali kalau
diinstruksikan khusus, penderita mungkin merasa bahwa
pengobatan telah sesuai jika satu gelas cairan obat kumur
hangat telah digunakan. Hal ini tidak adekuat. Penderita
sebaiknya diberi petunjuk untuk menggunakan tiga gelas
penuh cairan obat kumur setiap kali. Gelas pertama sebaiknya
hangat sehingga penderita dapat menahan cairan dengan
rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapat lebih hangat.
Dianjurkan untuk memberikan petunjuk secara khusus pada
penderita untuk menggunakan cairan obat kumur setiap dua
jam. Hal yang praktis adalah memberikan daftar waktu untuk
setiap pengobatan sehingga penderita dapat mencoret setiap
engobatan yang telah dilakukan sampai selesai. Hal ini akan
meyakinkan bahwa sejumlah besar instruksi telah diselesaikan
dengan tepat. Mungkin bahwa panas dari cairan obat kumur
lebih efektif dibandingkan isi obat-obatan di dalamnya.
Cairan-cairan berikut, juga ramuan obat tersedia yang dijual
bebas juga berguna:
1. Cairan saline isotonik (setengah sendok teh garam dalam 8
ounces air hangat)
2. Bubuk sodium perborat (ssatu sendok teh bubuk dalam 8
ounces air hangat). Hal ini terutama berguna pada infeksi
Vincent atau penyakit mulut. 1 ounce aalah 28 gram.
Pemberian terapi antibiotik dikaitkan dengan biakan dan
sensitivitas yang tepat, jika dianjurkan, adalah pilihan
pengobatan untuk faringitis bakterialis akut. Penisilin masih
obat pilihan, kecuali kalau organismenya resisten atau
penderita sensitif terhadap penisilin. Pada kasus tersebut,
eritromisin atau antibiotik spefisik yang efektif melawan
organisme sebaiknya digunakan. Pengobatan sebaiknya
dilanjutkan untuk seluruh perjalanan klinis antara lima sampai
10 hari. Jika streptokokus beta hemolitikkus grup A dibiak,
penting untuk mempertahankan terapi antibiotik yang
adekuat untuk sepuluh hari untuk menurunkan kemungkinan
dari komplikasi non supuratifa seperti penyakit jantung
rematik dan nefritis. Suntikan dosis tunggal 1,2 juta unit
benzatione penisilin intramuskular juga efektif dan disukai jika
terdapat keraguan bahwa penderita telah menyelesaikan
seluruh terapi antibiotik oral.
Penderita tertenty tetap menunjukkan biakan positif setelah
pengobatan yang adekuat dengan penisislin. Mekanisme
untuk ini tampaknya paling mungkin adalah dihasilkannya
beta laktamase oleh organisme yang hidup bersama sepert
Branhamella catarrhalisyang seringkali terdapat dalam flora
mulut campuran. Percobaan dengan klindamisin dianjurkan
untuk membasmi organisme-organisme yang resisten ini.

1.3 Tonsilitis Lingualis


Tonsilitis lingualis tidak mempunyai susunan kripta yang rumit
dibandingkan tonsila fasialis, juga tidak begitu besar. Oleh
karena alasan ini, infeksi tonsila lingualis jarang terjadi. Jarang
terdapat tonsila lingualis yang meradang secara akut bersama
dengan tonsila fasialis. Tonsilitis lingualis lebih sering pada
pasien yang sudah mengalami tonsilektomi dan pada orang
dewasa.
Etiologi dan patologi hampir sama dengan peradangan akut
tonsila fasialis. Gejala-gejala biasanya adalah nyeri waktu
menelan, rasa adanya pembengkakan pada tenggorokan,
malaise, demam ringan, dan pada beberpaa kasus terdapat
adenopati servikalis dengan nyri tekan. Inspeksi tonsila
lingualis dengan bantuan cermin laring dan pantulan cahaya
memperlihatkan massa lingualis yang kemerahan,
membengkak dengan bercak-bercak berwarna keputihan pada
permukaan tonsila, mirip dengan yang tampak pada tonsilitis
akut yang mengenai tonsla fausialis. Biakan diikuti oleh terapi
antibiotik yang sesuai dibutuhkan. Tonsilektomi lingualis
dengan menggunakan laser CO2 dilakukan pada keadaan jika
penatalaksanaan dengan obat-obatan tidak efektif.
1.4 Faringitis Membranosa

Faringitis membranosa telah dijelaskan oleh beberapa orang


sebagai kelainan klinis, tetapi pembentukan membrann yang
menyertai beberapa bentuk dari faringitis akut yang
merupakan kelainan yang jelas tetapi secara klinis mirip satu
dengan lainnya. Penyakit-penyakit ini adalah infeksi Vincent,
difteri, terkenanya tenggorokan disertai gangguan darah
tertentu, dan sifat pseudomembrannosa dari berbagai jenis
penyakit tenggorokan.
1.4.1 Angina vincent atau Plaut
Infeksi faring dan mulut yang sering disebut infeksi Vincent
atau penyakit mulut. Kelainan ini disebabkan oleh basilus
fusiformis dan spiroketa yang secara nnormal terdapat pada
rongga mulut. Lebih sering ditemukan secara kebetulan dalam
bentuk terbatas tanpa reaksi sistemik daripada bentuk yang
lebih berat, dan ini mungkin dihubungkan dengan peraddangan
tenggorokan lain.
Bentuk faringitis membranosa ini biasanya tampak pada
dewasa muda. Selain nyeri tenggorokan pada umumnya
terdapat demam ringan, adenopati servikalis disertai nyeri, dan
napas yang bau. Diagnosis diperkuat dengan adanya jumlah
bakteri fusiformis yang tampak bersama dengan pewarnaan
Fontana. Penanganan terdiri dari pemeriksaan penunjang, obat
kumur sodium perborat atau hidrogen peroksida, dan terapi
penisilin spesifik.
1.4.2 Difteri
Secara keseluruhan insidens difteri mulai menurun di Amerika,
masih terdapat yangka kematian 10%. Faring tetap
merupakan daerah yang paling sering untuk infeksi ini.
Penyakit terjadi lebih sering pada individu yang tidak
diimunisasi atau imunisasi yang tidak adekuat. Individu yang
mendapat imunisasi yang adekuat mendapat tingkat
perlindungan dari antitoksin untuk sepuluh tahun atau lebih.
Keluhan awal yang paling sering adalah nyeri tenggorokan. Di
samping itu, pasien mengeluh nausea, muntah dan disfagia.
Keadaan imunisasi tidak mempunyai efek terhadap keluhan
yang terjadi. Pemeriksaan menunjukkan membran yang khas
terjadi di atas daerah tonsila dengan meluas ke struktur yang
berdekatan. Membran tampak kotor dan berwarna hijau tua
dan bahkan dapat menyumbat pandangan pada tonsila.
Perdarahan terjadi pada pengangkatan membran yang
berbeda dengan penyebab faringitis membranosa lain.
Diagnosis biasanya dibuat lebih awal dan penanganan dimulai
segera ketika diketahui bahwa terjadi epidemi difteri.
Seringkali terdapat keterlambatan dalam diagnosis pada
kasus-kasus sporadik dan epidemi yang tidak luas.
Organisme penyebab adalah strain toksigenik dari
Corynebacterium diphteriae. Sediaan apus nasofaring dan
tonsila diperoleh dan diletakkan dalam medium transport
yang kemudian dibiakan pada agar MacConkey atau media
Loeffler. Strain yang diduga kemudian diuji untuk toksigenitas.
Penanganan penyakit terdiri dari dua fase: (1)
pengguanaan antitoksin spesifik dan (2) eliminasi organisme
dari orofaring. Sebelum antitoksin diberikan, pasien sebaiknya
diuji untuk sensitivitas terhadap serum. Pasien sebaiknya
menerima 40.000-80.000 unit antitoksin yang dilarutkan yang
dilarutkan dalam cairan saline normal diberikan secara
perlahan melalui intravena. Terapi antibiotik dalam bentuk
penisilin atau eritromisin dimulai untuk menyingkirkan
keadaan karier. Biakan ulang sebaiknya dilakukan untuk
memastikan pasien tidak mengandung organisme dalam
faring. Menetapnya organisme membutuhkan pengobatan
yang lama dengan eritromisin.
Komplikasi dari difteri adalah biasa, dan pasien yang
mengalami obstruksi jalan napas membutuhkan trakeostomi.
Kegagalan jantung dan paralisis otot dapat terjadi, dan proses
peradangan dapat menyebar ke telinga, menyebabkan otitis
media, atau ke paru-paru, menyebabkan pneumonia.

1.5 Manifestasi Faring pada Penyakit-penyakit Darah


1.5.1 Mononukleosis Infeksiosa
Mononukleosis infeksiosa (mono, kissing disease) adalah
penyakit infeksi akut yang ditandai oleh demam, malaise,
somnolen, pembesaran limfonodus (khususnya daerah
servikal posterior), dan sedaian apus darah tepi menunjukkan
limfositosis dengan gambaran limfosit abnormal. Penyebab
perantara dipikirkan adalah virus, yang paling mungkin adalah
virus Epstein-Barr (EB) atau sitomegalovirus. Beberapa dokter
lebih suka membagi secara spesifik sindrom jenis
mononukleosis sesuai dengan perantara virus yang diduga.
1.5.1.1 Gambaran klinis
Gejala awal termasuk nyeri tenggorokan sama dengan pada
faringitis akut atau tonsilitis, ddemam, menggigil, malaise.
Pasien mengeluh merasa lelah. Jaringan limfoid faring menjadi
membesar dan seringkali mengalami ulserasi. Seringkali
jaringan ini dalam nasofaring menjadi sangat membesar
sehingga menyumbat ruang postnasal, menyumbat hidung
ddan tuba eustacius. Splenomegali terjadi pada 30% pasien.
Ikterus timbul pada 5% pasien. Kurang lebih 40% pasien
mengalami bintik-bintik merah berbentuk makula. Insidens
bintik-bintik merah ini, yang bersifat luas dan durasinya
pendek, tampaknya meningkat pada pasien yang mendapat
ampisilin. Eksantem dapat terjadi pada palatum, juga
mempunyai durasi yang pendek biasanya kurang dari 48 jam
dan biasanya terjadi pada pertemuan palatum mole dan
palatum durum.
Uji laboratorium termasuk hitung darah lengkap dan
sediaan apus dengan pemeriksaan limfosit tidak khas. Pada
awalnya mungkin terdapat peningkatan jumlah sel darah putih
dengan lebih banyak neutrofil, tetapi kemudian diikuti oleh
leukositosis limfositik. Uji slide mono spot adalah positif, dan
ketika uji antibodi heterofil dilakukan ternyata titernya
melebihi 1:60.
1.5.1.2 Pengobatan
Pengobatan pasien dengan mononukleosis infeksiosa
terutama simtomatik. Biakan tenggorokan sebaiknya
diperoleh karena kemungkinan adanya bersamaan dengan
faringitis streptokokus beta hemolitikus. Jika terdapat penyakit
obstruktif berat, steroid dalam bentuk prednison diberikan
dalam usaha untuk menrunkan proses peradangan sekunder.
Kegiatan pasien sebaiknya sebagian besar dikurangi selama
fase akut, dengan kembali secara bertahap pada kegiatan
normal. Komplikasi-komplikasi yang berat tapi jarang terjadi
adalah ruptur limpa, paralisis asenden Guillan Barre, dan
paralisis saraf kranialis.
1.5.2 Leukimia Akut
Manifestasi pertama dari leukimia akut mungkin lesi oral.
Kelainan ini termasuk tonsila yang membesar dengan lesi
ulseratifa, petekie ddalam rongga mulut, dan perdarahan
berkaitan dengan daerah ini. Ulserasi gingiva dapat terjadi.
Demam ringan dan adenopati servikal dapat terjadi. Diagnosis
positif memerlukan aspirasi sumsum tulang dan pemeriksaan
darah perifer.

1.6 Seluliti Peritonsilaris dan Abses (Quinsy)


1.6.1 Etiologi
Kadang-kadang infeksi tonsila berlanjut menjadi selulitis
difusa dari daerah tonsila meluas sampai palatum mole.
Kelanjutan proses ini menyebabkan abses peritonsilaris.
Kelainan ini dapat terjadi cepat, dengan awitan awal dari
tonsilitis, atau akhir dari perjalanan penyakit tonsilitis akut.
Hal ini dapat terjadi walaupun diberikan penisilin. Biasanya
unilateral dan lebih sering pada anak-anak yang lebih tua dan
dewasa muda.
1.6.2 Gejala-gejala
Pada kasus yang agak berat, biasanya terdapat disfagia yang
nyata, nyeri alih ke telinga pada sisi yang terkena salivasi
yang meningkat, dan khususnya trismus. Pembengkakan
mengganggu artikulasi dan jika nyata bicara menjadi sulit.
Demam sekitar 100F, meskipun ada kalanya mungkin lebih
tinggi, inspeksi terperinci daerah yang membengkak mungkin
sulit karena ketidakmampuan pasien membuka mulut.
Pemeriksaan menyebabkan pasien merasa tidak enak.
Diagnosis jarang sangsi jika pemeriksa melihat
pembengkakan peritonsilaris yang luas, mendorong uvula
melewati garis tengah, dengan edema dari palatum mole dan
penonjolan dari jaringan ini ke arah garis tengah. Tonsila
sendiri nampak normal juga terdorong ke medial, dan
pembengkakakn terjadi lateral terhadap tonsila. Palpasi jika
mungkin membantu membedakan abses dari selulitis.
1.6.3 Patologi
Infiltrasi supuratifa dari jaringan peritonsilaris terjadi paling
sering pada fosa supratonsilaris (70%). Hal ini menyebabkan
edema palatum mole pada sisi yang terkena dan pendorongan
uvula melewati garis tengah. Pembengkakan meluas ke
jaringan lunak sekitarnya, menyebabkan rasa nyeri menelan
dan trismus.
1.6.4 Bakteriologi
Biakan tenggorokan diambil tetapi seringkali tidak membantu
dalam mengetahui organisme penyebab. Pasien tetap diobati
dengan terapi antibiotik terlebih dahulu. Biakan dari drainase
abses yang sebenarnya dapat menunjukkan terutama
Streptococcus pyogenes, dan yang jarang, Staphylococcus
aureus. Sprinkle dan lainnya menemukan insidens yang tinggi
dari bakteri anaerob, yang memberikan bau busuk pada
drainase. Organisme-organisme tersebut biasanya ditemukan
dalam rongga mulut termasuk anggota dari fameli
Bacteroidaceae.
1.6.5 Pengobatan
Jika terbentuk abses, memerlukan pembedahan drainase, bai
dengan teknik aspirasi jarum atau dengan teknik insisi dan
drainase. Kesulitan dapat timbul dalam memastikan apakah
berhubungan dengan selulititis akut atau pembentukan abses
yang sebenarnya telah terjadi. Jika ragu-ragu, jarum ukuran
17 dapat dimasukkan (setelah aplikasi dengan anestesi
semprot) ke dalam tiga lokasi yang tampaknya paling
mungkin untuk menghasilkan aspirasi pus. Jika pus
ditermukan secara kebetulan, metodi ini mungkin cukup untuk
drainase dengan diikuti antibiotik. Jika jumlah pus banyak
ditemukan dan tidak cukup didrainase dengan metode ini,
insisi yang lebih jauh dan drainase dapat dilakukan. Jika tidak
ditemukan pus, tampaknya ini masih berhubungan dengan
selulitis dibandingkan abses. Mereka yang menolak teknik ini
berpatokan pada kenyataan bahwa 30% dari abses terdapat
pada sisi inferior dari fosa tonsilaris dan tidak dapat dicapai
dengan menggunakan teknik jarum.
Teknik insisi dan drainase membutuhkan anestesi lokal.
Pertama faring disemprot dengan anestesi topikal. Kemudian
2cc Xilokain degnan adrenalin 1/100.000 disuntikkan. Pisau
tonsila no 12 atau no 11 dengan plester untuk mencegah
penetrasi yang dalam yang digunakan untuk membuat insisi
melalui mukosa dan submukosa dekat kutub atas fosa
tonsilaris. Hemostat tumpul dimasukkan melalui insisi ini dan
dengan lembut direntangkan. Pengisapan tonsila sebaiknya
segera disediakan untuk mengumpulkan pus yang
dikeluarkan. Pada anak yang lebih tua atau dewasa muda
dengan trismus yang berat, pembedahan drainase untuk
abses peritonsilaris mungkin dilakukan setelah aplikasi cairan
kokain 4% pada daerah insisi dan daerah ganglion
sfenopalatina pada fosa nasalis. Hal ini kadang-kadang
mengurangi nyeri dan trismus. Anak-anak yang lebih muda
membutuhkan anestesi umum. Menganjurkan tonsilektomi
segera (tonsilektomi quinsy) merasa bahwa ini merupakan
prosedur yang aman yang membantu drainase sempurna dari
abses jika tonsila diangkat. Hal ini mengurangi kebutuhan
tonsilektomi terencana yang dilakukan enam minggu
kemudian, di mana saat itu sering terdapat jaringan parut dan
fibrosis dan kapsul tonsilaris kurang mudah dikenali. Indikasi-
indikasi untuk tonsilektomi segera seperti:

Indikasi-indikasi untuk tonsilektomi segera pada abses peritonsilaris


Obstrusi jalan napas atas
Sepsis dengan adenitis servikalis atau abses leher bagian dalam
Riwayat abses peritonsilaris sebelumnya
Riwayat faringitis eksudatifa yang berulang

Di samping pembedahan drainase, apakah dengan aspirasi


jarum atau dengan insisi, pasien diobati dengan antibiotik dan
irigasi cairan garam hangat. Walaupun biakan tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan karena pemberian
antibiotik terlebih dahulu, antibiotik diberikan yang efektif
melawan Streptokokus, Stafilokokus, dan anaerob oral. Pada
individu dengan abses peritonsilaris ulangan atau riwayat
episode faringitis ulangan, tonsilektomi dilakukan segera atau
dalam jangka waktu enam minggu kemudian dilakukan
tonsilektomi.

1.7 Faringitis atrofika


Keadaan yang berlawanan dengan faringitis hipertrofika dapat
terjadi. Berbagai derajat atrofi elemen mukosa faring seringkali
ditemukan secara kebetulan. Pada kasus yang ringan, mukosa
tampak tipis dan berkilau atau seprti kaca, dengan tidak
tampaknya semua jaringan tetapi hanya sejumlah kumpulan
jaringan limfoid yang tampak pada faring normal. Pada inspeksi
yang teliti, seseorang biasanya dapat melihat adanya lapisan
mukus, yang normal transparan, tampak lebih tebal dan semi
transparan. Mukus ini mungkin meninggikan permukaan dalam
bercak-bercak.
Pada bentuk faringitis atrofika yang lanjut, kekeringan menjadi
menyolok, lapisan mukus konsistensinya seperti lem, dan
sewaktu-waktu tampak krusta. Jika sekresi ini diangkat,
membrana mukosa di bawahnya tampak kering, berkerut.
Stadium lanjut faringitis atrofika ini disebut faringitis sika dan
biasanya dihubungkan dengan rinitis atrofika atau rinitis sika.
1.7.1 Etiologi
Penyebab faringitis atrofika tidak diketahui dengan asti.
Diduga ini disebabkan oleh udara yang tidak cukup
dihangatkan dan dilembabkan oleh mukosa hidung, seperti
yang tejadi pada pernapasan mulut kronis dan pada keadaan
rinitis atrofika di mana fungsi pelembaban dari hidung tidak
berfungsi. Kelihatannya, bagaimanapun juga, terdapat
perubahan trofika pada mukosa yang akibat dari hiposekresi
mukus dan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak
dimengerti.
1.7.2 gejala-gejala
gejala utama dari faringitis atrofika adalah rasa kering dan
tebal pada faring bagian atas. Usaha pasien untuk
mengeluarkan sekresi yang melekat terdiri dari usaha utuk
membersihkan tenggorokan, biasanya dengan membatukkan.
Berbagai derajat rasa sakit adalah tidak jarang. Keparauan
dengan derajat ringan dapat menyertai penyakit ini, karena
perluasan dari proses ke laring dan iritasi dari usaha sering
untuk membersihkan atau membatukkan sekresi yang
melekat. Dalam beberapa hal terjadi fetor.
1.7.3 penanganan
jika rinitis atrofika terdapat bersamaan dengan faringitis
atrofika, ini juga sebaiknya mendapat perhatian terapeutik.
Aplikasi lokal dari pengobatan Mandls pada faring adalah
bermanfaat. Tujuan obat-obatan ini adalah untuk merangsang
sekresi. Kalium iodida dapat diberikan secra internal untuk
memperoleh efek yang sama. Dosis rata-rata adalah 10 tetes
dari cairan yang sudah disaturasi tiga kali sehari bersama
makanan. Kombinasi aplikasi lokal dari obat tenggorokan dan
pemberian iodida secara internal adalah diinginkan.
Pernapasan udara lembab yang hangat, dapat diperoleh
dengan cara meletakkan handuk tebal yang panas, lembab
pada hidung dan mulut, membantu melembabkan sekresi
yang kental. Dua puluh sampai 30 menit sekali atau dua kali
sehari adalah diperlukan sekali. Perhatian juga sebaiknya
diberikan pada masalah kesehatan umum.

1.8 Faringitis yang dikaitkan dengan tembakau


Merokok dikatakan sebagai penyebab yang paling sering
menimbulkan tenggorokan kering yang mengganggu. Pasien-
pasien yini mulai mempunyai gejala-gejala serak ringan dan
kahirnya mempunyai kesulitan serta faringitis sika yang jelas.
Tenggorokan dari perokok berat dengan mudah dikenali oleh
mukosa faring yang kering, mengkilat dan hiperemis.
Menghindari merokok secara total diperlukan untuk mengatasi
masalah kronis ini.
1.9 Tonsilitis Kronik
1.9.1 Diagnosis
Tonsilitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang
peling sering dari semua penyakit tenggorokan yang berulang.
Gambaran klinis bervariasi, dan diagnosis sebagian besar
tergantung pada inspeksi. Pada umumnya, terdapat dua
gambaran yang secara menyeluruh berbeda yang tampaknya
cocok dimasukkan kategori tonsilitis kronis. Pada satu jenis
tonsila membesar, dengan adanya hipertrofi dan jaringan
parut. Sebagaian kripta tampak mengalami stenosis, tapi
eksudat, yang seringkali purulen, dapat diperlihatkan dari
kripta-kripta tersebut. Pada beberapa kasus satu atau dua
kripta membesar, dan suatu bahan seperti keju atau
seperti dempul amat banyak dapat diperlihatkan dari kripta.
Infeksi kronis biasanya berderajat rendah adalah nyata.
Gambaran klinis lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil,
biasanya berderajat rendah adalah nyata. Gambaran klinis
lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil, biasanya
membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagai kuburan
di mana tepinya adalah hiperemis, dan sejumlah kecil sekret
purulen yang tipis seringkali dapat diperlihatkan dari kripta.
Biakan tonsila dengan penyakit kronis biasanya menunjukkan
beberapa organisme yang virulensinya relatif rendah dan,
pada kenyataannya, jarang menunjukkan streptokokus beta
hemolitikus.
1.9.2 Pengobatan
Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan
pengangkatan tonsil. Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus
di mana penatalaksanaan medis atau yang lebih konservatif
gagal untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan
medis termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi
tenggorokan sehari-hari, dan usaha untuk membersihkan
kripta tonsilaris dengan alat irigasi gigi atau oral. Ukuran
jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi
kronis atau berulang.

FibromaTonsil
1.1Etiologi
fibroma tonsil terdapat sama banyak pada pria maupun wanita dan

mungkin lebih banyak pada anak daripada dewasa maupun orang tua.

Merupakantumorjinakyangfrekuensinyasedikitdibawahpapilloma.Jaang

menjadiganas,pertumbuhannyalambatdanbiasanyahanyapadasatutonsil.
1.2Patologi
fibromaseringbertangkaitetapidapatpulatidak.Makinluasfibroma

inimakinlebartangkainya.Lebihseringtunggaldaripadamultiple.Karena
asalnyajaringanikatharusnyaberasaldaritrabekulatonsil.Kadangkadang

tumor ini mengalami degenerasi kistik. Biasanya keras dan pembuluh

darahnya sedikit. Terbentuk dari jaringan ikat putih, selsel sering tampak

salingterjalin,seolaholahmerupakanseljaringanikatembrional.
1.3Gejala
gangguan jarang terasa kecuali jika bertangkai dan besar yang

menimbulkan simbatan mekanis. Tidak terdapat secret. Gejalanya hamper

samadengantonsilhipertrofiyangbesar.
1.4Diagnosis
Biasanyamudahdibuatdanjikatimbulkeraguraguandapatdilakukan

biopsydandiperiksadibawahmikroskop.
1.5Terapi
Terapi biasanya hanya sematamata pembedahan, melakukannya

sangatmudahlebihlebihbilabertangkai.Kadangkadangtumorinimelekat

padatonsilataujaringansekitarnyasebagaiakibatperadangantonsi;berulang.

NeurofibromaFaring
Tumor neurogenic pada traktus respiratorius bagian atas termasuk

semua tumor yang berasal dari jaringan saraf atau selubungnya. Dua

kelompokyangtelahdiketahui:
a. gangguan pertumbuhan, seperti meningokel dan ensefalokel yang dapat

dietmukandimanasaja.
b. Tumor asal jaringan saraf, seperti neurinoma atau neurofibroma,

ganglioneuroma dan meningioma. Neuroma, yang baisa di sebut juga

neurofibromadiberipulanamaschwanoma,fibroblastomaperineuraldan

fibroma perineural. Meningioma disebut pula sebagai psamoma,

neuroepitelioma,endoteliomadanfibroblastomameningeal.
1.1 Etiologi
Neurinoma(neufibroma)berasaldarijaringanikatselubungsaraf.Selaput

inidinamaiselaputschwan,yangberartiberasaldariectoderm.Jikatumor

multipleberasaldarisarafkulit,viseradankranial,halinidikenalsebagai
penyakit Von Recklinghausen, yang biasanya tidak pernah mengenai

hisungdantenggorokan.
1.2 Patologi
Neurinoma yang mengenai hidung, tenggorokan dan laring biasanya

soliter.Bentuknyaberkapsultetapicenderunginvasivedandapatkambuh

kembali setelah diangkat. Pada pemeriksaan mikroskopik tampak sel

panjangatauselbentukkumparandenganintilonjongataurata,biasnya

tersusunsepertipalisade.Mungkintampaksediktisitoplasmaeosinophil.

Juga suatu miksomatosa, bahan seperti agar tampak dimana bentuk

palisadeberkurang.Kadangkadangdapatterjadidefekdegeeratifseperti

kistaatauperdarahan.
Ganglioneuromaditandaiolehgambarankhasganglion,selglia,danserat

saraf.Tumorinijarangditemukandihidungdantenggorokan.
Meningioma biasanya tumor jinak, diperkirakan berasal dari sisa

araknoidembrional.Dapattumbuhekstrakranialdipangkalhidungatauke

dalamsinus.Gambaranmikroskopikmenunjukanintiintifibroblastyang

panjang tersusun melingkar. Sering ada pembentukan hialing sehingga

tampak betnuk pasir (psamoma). Schwanoma faring sangat jarnag

ditemukan.Dapattimbulpadasemuaumurdansamapadapriadanwanita.

Timor berkapsul, licin, bulat, keras, dan biasanya berwarna kuning.

Besarnyabervariasitergantunglamanyapertumbuhan.
1.3 Gejala
Gejalatergantunglokasidanbesarnyatumortumbuhlambatini.Tampak

kulit berwarna kecoklatan (caf au lait) dan ini merupakan penunjang

diagnosis yang kuat. Pertumbuhan di orofaring, jika besar, dapat

menimnulkankesukaranmenelanataubicara,tetapijarngmenimbulkan
obstruksi saluran napas. Jarnag terjadi perdarahan. Tumor pada laring

menyebabkanserak,batuk,rasatidakenakdansewaktuwaktusesak.
Pada pemeriksaan tampak suatu masa berwarna kelabu atau merah

kekuningan.Keras,kuranglebihbulatdanberkapsul.Lokasiyangsering

adalahpadapitasuarapalsudanplikaepiglotika.
Neurinomafaringdantonsilbiasanyadapatdicapaidarimulut.Tumor

nasofaring,ronggahidung,atausinus,bilasukaruntukdikeluarkan,dapat

dihancurkan dengan bedah diatermi atau dengan bedah beku (cryo

surgery).

TumorGanasHipofaring
Karsinomasinuspiriformisatauhipofaingpalingseringadalahjenis

selskuamosa.Kankerinicenderungbermetastasisdindiwalaupunkeganasan

kecil,sulituntukmengenalidenganlaringoskopitidaklangsungataulangsung

dan faringoskopi, dapat terjadi dengan metastasis servikal. Pengobatan

biasanyaterdiridaripenyinaran(sebelumataupascaoperasi)digabungdengan

laringektomi total dan faringektomi parsial. Tumortumot pada daerah ini

mempunyaiprognosislebihburukdaripadatumorlaringdenganukuranyang

sama. Tumor kecil tertentu dapat dieksisi tanpa laringektomi total. Seperti

tumortumoryangterbataspadasisifaringlipatanariepiglotikadandiatas

bataskartilagokrikoid.Keadaaninidimananlaringdapatdilindungiadalah

tumoryangterbataspadadindinglateralsiniuspiriformis.Pembedahanleher

yangkomplitataumodifikasidiperlukanjikatumortumorinidiatasidengan

pembedahan.Letaktumorhipofaringyangtidakbiasanyaadalahpadadaerag

postkrikoid. Seperti tumortumor yang dihubungkan dengan sindrom

PlummerVinson.
Prognosisnyaburukkecualijikadilakukanreseksipembedahanyang

luas, melibatkan laringektomi total dan faringektomi total. Flap rotasi,

interposisi jejunum, transposisi kolon, atau gaster ditarik ke atas dapat

digunakanuntukrekonstruksifaring.
1.10

Anda mungkin juga menyukai