BAB I
PENDAHULUAN
1
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Defenisi
Obsesi merupakan suatu buah-pikiran, gagasan atau impuls yang menetap, patologik,
tak dapat dilawan, dan berulang, yang tidak dapat dienyahkan dari pikiran kita secara logik
atau dengan dalih apapun.1
Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti
menghitung, memeriksa dan menghindar.2
2.2 Epidemiologi
Untuk orang dewasa, laki-laki dan wanita sama mungkin terkena; tetapi untuk remaja,
laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan perempuan. Usia
onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki onset usia yang agak
lebih awal (rata-rata sekitar usia 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-rata sekitar usia 22
tahun). Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum
usia 25 tahun, dan kurang dari 15% pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun.
Gangguan obsesif-kompulsif dapat memiliki onset pada masa remaja atau masa kanak-kanak,
pada beberapa kasus dapat pada usia 2 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak
terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang menikah, walaupun temuan
tersebut kemungkinan mencerminkan kesulitan yang dimiliki pasien dengan gangguan
obsesif-kompulsif dalam mempertahankan suatu hubungan. Gangguan obsesif-kompulsif
ditemukan lebih jarang di antara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih, walaupun
2
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
tersedianya jalur ke pelayanan kesehatan dapat menjelaskan sebagian besar variasi tersebut,
ketimbang perbedaan prevalensi antara ras-ras.3
2.3 Etiologi
1. Faktor genetik
2. Faktor Biologi
a. Neurotransmitter
Banyak uji coba klinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat
mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin adalah terlibat di dalam
pembentukan gejala onbsesi dan kompulsi dari gangguan. Data menunjukkan
bahwa obat serotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat yang
mempengaruhi sistem neurotransmitter lain. Tetapi, apakah serotonin terlibat di
dalam penyebab gangguan obsesif-kompulsif adalah tidak jelas pada saat ini.
3
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
4
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
3.Faktor perilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan. Stimulus
yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan melalui proses
pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan peristiwa yang secara alami
adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan. Jadi, objek dan pikiran yang
sebelumnya netral menjadi stimuli yang terbiasakan yang mampu menimbulkan
kecemasan atau gangguan.
Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan bahwa
tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran obsesional.
Jadi, strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsif atau ritualistik
dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Secara bertahap, karena manfaat
perilaku tersebut dalam menurunkan dorongan sekunder yang menyakitkan
(kecemasan), strategi menghindar menjadi terfiksasi sebagai pola perilaku kompulsif
yang dipelajari. Teori belajar memberikan konsep yang berguna untuk menjelaskan
aspek tertentu dari fenomena obsesif-kompulsif-sebagai contohnya, kemampuan
gagasan untuk menimbulkan kecemasan adalah tidak selalu menakutkan bagi dirinya
sendiri dan menegakkan pola perilaku kompulsif.3
4. Faktor Psikososial
a. Faktor kepribadian
b. Faktor psikodinamika
6
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
Satu ciri yang melekat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah
derajat dimana mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas
dalam isi gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak dibelakangnya.
Dengan demikian, psikogenesis gangguan obsesif-kompulsif mungkin terletak
pada gangguan pada dan perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan
dengan fase perkembangan anal-sadistik.3
c. Ambivalensi
d. Pikiran magis
7
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
1. Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan kedalam kesadaran individu.
2. Perasaan cemas/takut akan ide atau impuls yang aneh.
3. Obsesi dan kompulsi yang egoalien.
4. Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang abstrak dan irasional.
5. Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan kuat untuk
melawan.
Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi yaitu2 :
1. Kontaminasi
Pola yang paling sering adalah obsesi tentang kontaminasi, yang diikuti oleh
perilaku mencuci dan membersihkan atau menghindari obyek yang dicurigai
terkontaminasi.
2. Sikap ragu-ragu yang patologik
Pola kedua yang paling sering adalah obsesi tentang ragu-ragu yang diikuti
dengan perilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang situasi
berbahaya atau kekerasan (seperti lupa matikan api kompor atau tidak mengunci
pintu rumah).
3. Pikiran yang intrusif
Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi, biasanya
pikiran berulang tentang seksual atau agresif.
4. Simetri
Obsesi yang temannya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga bertindak
lamban, misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam-jam, atau mencukur
kumis dan janggut.
Pola yang lain : obsesi bertemakan keagamaan, trichotilomania, dan menggigit-
gigit jari.
8
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
9
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
2.7 Terapi
a. Farmakoterapi
Kemanjuran farmakoterapi dalam gangguan obsesif-kompulsif telah dibuktikan dalam
banya uji coba klinis. Manfaat tersebut ditingkatkan oleh pengamatan bahwa
penelitian menemukan angka respon plasebo adalah kira-kira 5%. Persentasi tersebut
adalah rendah, dibandingkan dengan angka respon plasebo 30-40% yang sering
ditemukan pada penelitian obat antidepresan dan anxiolitik.
Data yang tersedia menyatakan bahwa obat, semuanya digunakan untuk mengobati
gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan dalam rentang dosis
yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah empat sampai enam minggu
pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu 8-16 minggu untuk mendapatkan
manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat antidepresan
adalah masih kontroversial, sebagian bermakna pasien dengan ganguan obsesif-
kompulsif yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan tampaknya
mengalami relaps jika terapi obat dihentikan.
Pendekatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonin (sebagai contoh,
clomipramine / anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI;
10
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
b. Terapi perilaku
Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku adalah sama
efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif, dan beberapa data
menyatakan bahwa efek bermanfaat adalah berlangsung lama dengan terapi perilaku.
Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangakan terapi perilaku sebagai terapi
11
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
2.8 Prognosis
Lebih dari 50% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gejala awalnya muncul
mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa yang menimbulkan stress,
seperti kehamilan, masalah seksual, kematian keluarga. Seringkali pasien merahasiakan
gejala sehingga terlambat datang berobat. Perjalanan penyakit bervariasi, sering berlangsung
panjang, beberapa pasien mengalami perjalanan penyakit yang berfluktuasi sementara
sebagian lain menetap atau terus menerus ada.2,3
Kira-kira 20%-30% pasien mengalami perbaiki gejala yang bermakna, sementara 40-
50% perbaiki sedang, sedangkan sisanya 20-40 % gejalanya menetap atau memburuk.2,3
Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengalah (bukannya menahan) pada
kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan di
rumah sakit, gangguan depresi berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan
yang terlalu dipegang (overvaluaded) (yaitu, penerimaan obsesi dan kompulsi), dan adanya
gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal). Prognosis yang baik
ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan
suatu sifat gejala yang episodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan
prognosis.
BAB III
KESIMPULAN
12
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, idea, impuls yang berulang
dan intrusif. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti
menghitung, memeriksa dan menghindar.
Prevalensi gangguan obsesi kompulsi sebesar 2-3% dan sebagian besar terjadi pada
masa remaja atau dewasa muda, namun bisa terjadi pada masa kanak-kanak. Penyebab
gangguan obsesif-kompulsif bersifat multifaktoral, seperti faktor biologik, genetik, faktor
perilaku dan faktor psikososial.
Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi yaitu kontaminasi, sikap ragu-
ragu yang patologik, pikiran yang intrusif, dan simetri. Gangguan obsesi kompulsi harus
dapat dibedakan dengan gangguan Tourette, depresi, kondisi medis tertentu dan kondisi
psikiatri lainnya.
Prognosis gangguan obsesif-kompulsif bisa baik dan bisa buruk tergantung faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Pengobatan untuk gangguan obsesif dan kompulsif adalah
gabungan antara farmakoterapi dan terapi perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Harold I dan Sadock, Benjamin J. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat.
Jakarta : Widya Medika. Hal: 354-356
13
KKS PSIKIATRI | Al Fath Kautsar
14