PENDAHULUAN
A. Cemaran Fisik
Pada makanan, bahaya tersebut dapat terjadi melalui berbagai cara: dari pangan itu
sendiri, pekerja, peralatan, proses pengolahan dan pembersihan serta dari konsumen. Makanan
dapat dikatakan tidak aman atau terkontaminasi oleh cemaran fisika apabila terdapat kotoran
yang kasat mata atau benda-benda fisik. Contohnya, pecahan gelas, pecahan lampu, pecahan
logam, paku, potongan kawat, kerikil, stapler, rambut, bulu binatang, karet dan benda asing
lainnya. Cemaran fisika akan merusak kualitas dan mutu dari makanan tersebut, dan tentu
juga dapat membahayakan manusia jika termakan dan masuk ke dalam alat-alat
pencernaan. Meskipun bahaya fisik tidak selalu menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan
kesehatan, tetapi bahaya ini dapat menjadi pembawa atau carier bakteri-bakteri patogen dan
tentunya dapat mengganggu nilai estetika makanan yang akan dikonsumsi.
Beberapa bahan pangan yang terindikasi telah tercemar cemaran fisika seprti; bahan
pangan atau makanan yang kotor karena tercemar benda-benda asing seperti pecahan gelas,
potongan tulang, potongan kayu, kerikil, rambut, kuku, sisik dan sebagainya. Makanan yang
dibungkus plastik atau daun dengan menggunakan stapler beresiko bahaya fisik, karena stapler
yang terlepas dapat masuk ke dalam makanan tanpa diketahui.
B. Cemaran Biologis
Bahaya biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus,
kapang, dan bakteri patogen yang dapat tumbuh dan berkembang di dalam bahan pangan,
sehingga dapat menyebabkan infeksi dan keracunan pada manusia. Beberapa bakteri patogen
juga dapat menghasilkan toksin (racun), sehingga jika toksin tersebut terkonsumsi oleh manusia
dapat menyebabkan intoksikasi. Intoksikasi adalah kondisi ketika toksin sudah terbentuk di
dalam makanan atau bahan pangan, sehingga mengindikasikan keadaan berbahaya. Sekalipun
makanan atau bahan pangan sudah dipanaskan sebelum disantap, toksin yang sudah terbentuk
masih tetap aktif dan bisa menyebabkan keracunan meski bakteri tersebut sudah tidak terdapat
dalam makanan.
Mikrobia
1. Bakteri patogenik
Staphylococcus aureus
Pangan asal ternak berisiko tinggi terhadap cemaran mikroba pembusuk atau patogen
yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Dengan karakteristik yang khas, produk ternak
merupakan media yang disukai mikroba sebagai tempat tumbuh dan berkembang. Setelah
dipotong, mikroba mulai merusak jaringan sehingga bahan pangan hewani cepat mengalami
kerusakan bila tidak mendapat penanganan yang baik. Mikroba pada produk ternak terutama
berasal dari saluran pencernaan. Beberapa jenis penyakit yang ditimbulkan oleh pangan asal
ternak adalah penyakit antraks, salmonelosis, brucellosis, tuberkulosis, klostridiosis, dan
penyakit akibat cemaranStaphylococcus aureus.
Campylobacter jejuni
Seperti daging hewani lainnya, daging unggas cocok sebagai media perkembangan
mikroba, karena unggas cenderung berada di lingkungan yang kotor. Selain hidup dalam kondisi
kotor, cemaran daging unggas di Indonesia juga dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat
pengetahuan peternak, kebersihan kandang, serta sanitasi air dan pakan. Sanitasi kandang yang
kurang baik dapat menyebabkan timbulnya cemaran mikroba patogen yang tidak diinginkan.
Karkas ayam mentah paling sering dikaitkan dengan cemaran Salmonella dan
Campylobacter yang dapat menginfeksi manusia. Campylobacter jejuni merupakan salah satu
bakteri patogen yang mencemari ayam maupun karkasnya. Cemaran bakteri ini pada ayam tidak
menyebabkan penyakit, tetapi mengakibatkan penyakit yang dikenal dengan
namacampylobacteriosis pada manusia.Penyakit tersebut ditandai dengan diare yang hebat
disertai demam, kurang nafsu makan, muntah, dan leukositosis.
Salmonella
Telur merupakan produk unggas yang selalu dihubungkan dengan cemaran Salmonella
yang berasal dari kotoran ayam dalam kloaka atau dalam kandang. Secara alami, cangkang telur
merupakan pencegah yang baik terhadap cemaran mikroba. Cemaran bakteri dapat terjadi pada
kondisi suhu dan kelembapan yang tinggi.
Cemaran pada telur bebek lebih banyak dibanding pada telur ayam. Apabila penanganan
telur tidak dilakukan dengan baik, misalnya kotoran unggas masih menempel pada cangkang
telur, maka kemungkinan Salmonella dapat mencemari telur, terutama saat telur dipecah.
Cemaran mikroba tersebut dapat dikurangi dengan cara mencuci dan mengemas telur sebelum
dipasarkan. Salmonelosis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh cemaran Salmonella dan
dapat menyebabkan rematik, meningitis, abses limpa, pankreatitis, septikemia, dan osteomielitis.
2. Kapang
Aspergillus flavus dan A. Parasiticus
Kapang merupakan jenis mikroba yang menyerang tanaman pangan, terutama serealia
dan kacang-kacangan. Serangan kapang dapat terjadi saat tanaman masih di ladang (cemaran
prapanen), maupun selama penanganan pascapanen. Kapang yang umum mencemari serealia dan
kacang-kacangan adalah Aspergillus flavus dan A. Parasiticus yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia karena menghasilkan racun aflatoksin.
Kedua jenis kapang ini dapat menghasilkan Aflatoksin yang merupakan secondary
metabolic products dan bersifat toksik bagi manusia. Aflatoksin merupakan molekul kecil yang
tidak suka terhadap air, tahan terhadap perlakuan fisik, kimia maupun biologis dan tahan
terhadap suhu tinggi. Aflatoksin yang umum dijumpai adalah aflatoksin B1, B2, G1, G2, M1,
dan M2. Dari enam jenis aflatoksin tersebut, yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia
adalah aflatoksin B1. Selain aflatoksin, fumonisin juga merupakan salah satu mikotoksin yang
dihasilkan oleh kapang dari spesies Fusarium moniliforme.
Jagung yang tercemar Aspergillus
Aspergillus ochraceus
Secara alami A. ochraceus terdapat pada tanaman yang mati atau busuk, juga pada biji-
bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan. Menghasilkan toksin yang sangat berbahaya yaitu
Okratoksin. Okratoksin, terutama Okratoksin A (OA) diketahui sebagai penyebab keracunan
ginjal pada manusia maupun hewan, dan juga diduga bersifat karsinogenik.
Selain pada produk tanaman, ternyata OA dapat ditemukan pada berbagai produk ternak
seperti daging babi dan daging ayam. Hal ini karena OA bersifat larut dalam lemak sehingga
dapat tertimbun di bagian daging yang berlemak. Manusia dapat terekspose OA melalui produk
ternak yang dikonsumsi.
Penicillium viridicatum
P.viridicatum Menghasilkan racun Ocratoksin A. tumbuh pada suhu antara 0 310 C
dengan suhu optimal pada 200C dan pH optimum 6 7. Selain dihasilkan oleh
kapang A.ochraceus, OA juga dapat dihasilkan oleh Penicillium viridicatum (Kuiper-Goodman,
1996) yang terdapat pada biji-bijian di daerah beriklim sedang (temperate), seperti pada gandum
di eropa bagian utara. Saat ini diketahui sedikitnya 3 macam Okratoksin, yaitu Okratoksin A
(OA), Okratoksin B (OB), dan Okratoksin C (OC). OA adalah yang paling toksik dan paling
banyak ditemukan di alam.
C. Cemaran Kimia
1. Kimia Alami
Palotoksin pada jamur
Beberapa jamur diketahui mengandung Amatoksin dan Palotoksin yang ada didalamnya
bisa menyebabkan pusing, mual, muntah, sakit perut parah sampai dengan diare.
Asam jengkolat pada jengkol
Makanan yang sering dijumpai oleh kita dibeberapa rumah makan di kota Jakarta ini
ternyata mengandung Asam Jengkolat yang dapat mengakibatkan penyakit yang menyerang
saluran kencing. Keracunan jengkol ditandai dengan sedikitnya air kencing yang dihasilkan,
serta rasa pegal dan melilit di daerah pinggang. Keracunan ini timbul biasanya karena seseorang
mengkonsumsi jengkol mentah. Jengkol mentah memiliki kadar asam yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jengkol yang sudah di masak. Oleh karena itu, masaklah dengan matang
jengkol, agar benar-benar aman untuk dikonsumsi.
HCN pada daun singkong
Makanan khas penduduk Indonesia ini mengandung racun yang
bernama Linamarin danLotaustralin yang termasuk golongan Siaogenik. Racun-racun ini
memiliki manifestasi buruk bagi tubuh kita, yakni : Mual, muntah, pusing, sesak nafas dan
percepatan denyut nadi jantung.
Tetradotoksin pada ikan buntel
Tetrodoktosin bisa menyebabkan gatal, pusing, pucat, mati rasa pada mulut dan ujung
badan, sakit perut dan perdarahan.
Patulin terdapat pada Apel, anggur, dan buah-buahan lain.
Aflatoksin pada Jagung,kacangtanah,biji kapas, kopra, beras, susu dan kacang-kacangan
lainnya.
Fumonisin pada Jagung,barlei, sorghum, wijen, minyak jagung.
Zearalenon pada serealia
Okratoksin pada Gandum,jagung,barlei, kacang tanah, biji-bijian
Asam Bongkrek pada tempe bongkrek dan ampas kelapa.
2. Kimia buatan
Bahan Tambahan Pangan (BTP)
BTP Adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari
bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mengawetkan makanan,
membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut, memberikan warna
dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera, meningkatkan kualitas pangan dan
menghemat biaya. Penggunaan BTP dalam jumlah yang diizinkan, tidaklah berbahaya terhadap
kesehatan konsumen.
Tetapi, jika menggunakan BTP secara berlebihan atau jika menggunakan bahan tambahan
terlarang didalam makanan, akan menyebabkan gangguan kesehatan bagi tubuh. Beberapa bahan
tambahan terlarang untuk pangan terakumulasi didalam tubuh dan telah terbukti dapat
menyebabkan kanker yang gejalanya tidak dapat terlihat langsung setelah mengkonsumsi
makanan. Bahan pewarna, pengawet dan pemanis buatan merupakan bahan tambahan pangan
yang sering disalahgunakan pemakaiannya. Contoh penggunaan bahan aditif non pangan adalah
penggunaan pewarna tekstil untuk pangan sebagai bahan pewarna makanan atau penggunaan
Dulsin, Asam Salisilat, Nitrofurazon, formalin dan boraks sebagai pengawet bahan hewani
(ayam, ikan) dan produk olahannya juga pengawet untuk tahu dan mie. Methanil Yellow dan
Rhodamin B yang diketahui sebagai pewarna makanan yang dilarang penggunaannya.
Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk
produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan berahya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya di dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di
dalam sel sehinga menekan fungsi sel dan menyebabkan matinya sel yang menyebabkan
keracunan pada tubuh.
Hidrogen Peroksida
Minyak jelantah yang telah rusak dibuat kembali menjadi minyak yang secara fisik
tampilannya baik. Tindakan pemalsuan ini dilakukan dengan memanaskan minyak jelantah
sampai mendidih kemudian ditambahkan hidrogen peroksida sehingga warnanya menjadi jernih,
kemudian minyak itu dijual kembali dengan klaim minyak baru. Tindakan ini melanggar UU No
7 tahun 1996 tentang pangan, UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dan PP No
28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan.
Arsen
Arsen (As) atau sering disebut arsenik adalah suatu zat kimia yang ditemukan sekitar
abad-13. Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi
inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan terpapar pada manusia.
Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik
bertanggung jawab terhadap berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker. Arsen juga
dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang sangat kuat
Merkuri
Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami, merupakan satu-satunya logam
yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau,
dan mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 3570C, Hg akan menguap. Selain untuk kegiatan
penambangan emas, logam Hg juga digunakan dalam produksi gas klor dan soda kaustik,
termometer, bahan tambal gigi, dan baterai. Walaupun Hg hanya terdapat dalam konsentrasi 0,08
mg/kg kerak bumi, logam ini banyak tertimbun di daerah penambangan. Hg lebih banyak
digunakan dalam bentuk logam murni dan organik daripada bentuk anorganik. Logam Hg dapat
berada pada berbagai senyawa. Bila bergabung dengan klor, belerang, atau oksigen, Hg akan
membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam Hg sering digunakan dalam
krim pemutih dan krim antiseptik.
Timbal
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak dikenal oleh
masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan di industri nonpangan
dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup. Pb adalah sejenis logam yang
lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam
pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering disebut galena. Senyawa
ini banyak ditemukan dalam pertambangan di seluruh dunia. Bahaya yang ditimbulkan oleh
penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan keracunan.
Menurut Darmono (1995), Pb mempunyai sifat bertitik lebur rendah, mudah dibentuk,
mempunyai sifat kimia yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam untuk
mencegah perkaratan. Bila dicampur dengan logam lain, membentuk logam campuran yang lebih
bagus daripada logam murninya, mempunyai kepadatan melebihi logam lain. Logam Pb banyak
digunakan pada industri baterai, kabel, cat (sebagai zat pewarna), penyepuhan, pestisida, dan
yang paling banyak digunakan sebagai zat antiletup pada bensin. Pb juga digunakan sebagai zat
penyusun patri atau solder dan sebagai formulasi penyambung pipa yang mengakibatkan air
untuk rumah tangga mempunyai banyak kemungkinan kontak dengan Pb (Saeni, 1997).
Logam Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman.
Logam Pb tidak dibutuhkan oleh manusia, sehingga bila makanan tercemar oleh logam tersebut,
tubuh akan mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu
seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.
Tembaga
Tidak seperti logam-logam Hg, Pb, dan Cd, logam tembaga (Cu) merupakan
mikroelemen esensial untuk semua tanaman dan hewan, termasuk manusia. Logam Cu
diperlukan oleh berbagai sistem enzim di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, Cu harus selalu
ada di dalam makanan. Yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar kadar Cu di dalam tubuh
tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan.
Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut
tidak terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang besar
dapat menyebabkan gejala-gejala yang akut. Logam Cu yang digunakan di pabrik biasanya
berbentuk organik dan anorganik. Logam tersebut digunakan di pabrik yang memproduksi alat-
alat listrik, gelas, dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi dengan
Ag, Cd, Sn, dan Zn.
Garam Cu banyak digunakan dalam bidang pertanian, misalnya sebagai larutan
Bordeaux yang mengandung 1-3% CuSO4 untuk membasmi jamur pada sayur dan tumbuhan
buah. Senyawa CuSO4 juga sering digunakan untuk membasmi siput sebagai inang dari parasit,
cacing, dan juga mengobati penyakit kuku pada domba (Darmono, 1995).
BAB III
KESIMPULAN
Penggunaan zat aditif (tambahan) dalam makanan dan minuman sangat berbahaya bagi
kesehatan masyarakat, terutama zat tambahan bahan kimia sintesis yang toksik dan
berakumulasi dalam tubuh untuk jangka waktu yang relatif lama bagi yang
menggunakannya.
Keracunan makanan bisa disebabkan oleh karena kelalaian dan ketidaktahuan masyarakat
dalam pengolahannya, seperti keracunan singkong. Keracunan makanan bisa juga
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang memungkinkan mikroba untuk berkembang
biak lebih cepat, seperti karena faktor fisik, kimia, dan biologis.
MAKALAH KIMIA PANGAN
Oleh :
Christophorus (143020296)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016