Anda di halaman 1dari 2

2.1.

Manifestasi Klinik
Heart burn merupakan gejala khas dari GERD yang paling sering dikeluhkan oleh
penderita Heart burn adalah sensasi nyeri esofagus yang sifatnya panas membakar atau
mengiris dan umumnya timbul dibelakang bawah ujung sternum. Penjalarannya umunya
keatas hingga kerahang bawah dan ke epigastrium, punggung belakang bahkan kelengan
kiri yang menyerupai pada angina pektoris. Timbulnya keluhan ini akibat ransangan
kemoreseptor pada mukosa. Rasa terbakar tersebut disertai dengan sendawa, mulut terasa
masam dan pahit dan merasa cepat kenyang. Keluhan heart burn dapat diperburuk oleh
posisi membungkuk kedepan berbaring terlentang dan berbaring setelah makan. Keadaan
ini dapat ditanggulangi terutama dengan pemberian antasida.

Refluks yang sangat kuat dapat memunculkan regurgitasi yang berupa bahan yang
terkandung dari esofagus dan lambung yang sampai kerongga mulut. Bahan regurgitasi
yang terasa asam atau sengit dimulut merupakan gambaran sudah terjadinya GERD yang
berat dan dihubungkan dengan inkompetensi sfingter bagian atas dan LES. Regurgitasi
dapat mengakibatkan aspirasi laringeal, batuk yang terus-menerus, keadaan tercekik
waktu bangun dari tidur dan aspirasi pneumoni. Peningkatan tekanan intraabdomal yang
timbul karena posisi membungkuk, cekukan dan bergerak cepat dapat memprovokasi
terjadinya regurgitasi.
Regurgitasi yang berat dapat dihubungkan dengan gejala-gejala berupa serangan tercekik,
batuk kering, mengi, suara serak,mulut rasa bauk pada pagi hari, sesak nafas, karies gigi
dan aspirasi hidung. Beberapa pasien mengeluh sering terbangun dari tidur karena rasa
tercekik, batuk yang kuat tapi jarang menghasilkan sputum.
Disfagia (kesulitan dalam menelan) yaitu suatu gangguan transport aktip bahan
yang dimakan, merupakan keluhan utama yang dijumpai pada penyakit faring dan
esofagus. Disfagia dapat terjadi pada gangguan non esofagus yang merupakan akibat dari
penyakit otot dan neurologis. Disfagia esofagus mungkin dapat bersifat obstruktif atau
motorik. Obstruksi disebabkan oleh striktur esofagus, tumor intrinsik atau ekstrinsik
esofagus yang mengakibatkan penyempitan lumen. Penyebab gangguan motorik pada
disfagia berupa gangguan motilitas dari esofagus atau akibat disfungsi sfingter bagian
atas dan bawah. Gangguan motorik yang sering menimbulkan disfagia adalah akalasia,
skleroderma dan spasme esofagus yang difus.
GERD juga dapat berakibat manifestasi klinis non esofagus yang atipik seperti
laringitis, suara serak, batuk karena aspirasi sampai timbul asma 3. Manifestasi non
esofagus pada GERD dapat disimpulkan antara lain gangguan pada Paru (Astma,
pneumonia aspirasi), Suara (Laringitis), Telinga (Otitis media), Gigi (Enamel decay). Di
lain pihak, penyakit paru juga dapat memicu timbulnya GERD oleh karena
penatalaksanaan berupa obat yang dapat menurunkan tonus SEB. Misalnya theofilin.

Susanto A, Sawitri N, Wiyono W, Yunus F, Prasetyo S. Gambaran klinis dan


endoskopi penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) pada pasien asma persisten sedang
di RS Persahabatan, Jakarta. Jurnal Respirologi. 2005

Anda mungkin juga menyukai