Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan pada
setiap tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa
maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah cukup
mengerti dan memahami sesuatu serta mampu memahami mana yang baik dan mana
yang buruk.
Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang
digunakan dalam rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak
dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan
diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan
dirinya maupun orang lain di sekitarnya.
Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana
mereka akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai
karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami setiap
karakter anak usia sekolah agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang dapat
mengoptimalkan potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka.

II. Rumusan Masalah


1. Apa itu anak sekolah?
2. Apa itu penyakit thypoid?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga ada anak sekolah dengan thypoid?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu anak sekolah
2. Untuk mengetahui apa itu penyakit thypoid
3. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Pada anak sekolah
dengan thypoid

1
BAB II
PEMBAHASAN

I. Konsep Dasar Teori

2
A. Definisi
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk
sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-
kanak yaitu 12 tahun.
Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam
ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih
baik dalam berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih
jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.

B. Kelompok Anak
1. Usia prasekolah : 2 5 tahun
2. Usia sekolah : 6 12 tahun
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik,
kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
1. Anak usia 6-7 tahun :
a. Membaca seperti mesin
b. Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
c. Membaca waktu untuk seperempat jam
d. Anak wanita bermain dengan wanita
e. Anak laki-laki bermain dengan laki-laki
f. Cemas terhadap kegagalan
g. Kadang malu atau sedih
h. Peningkatan minat pada bidang spiritual
2. Anak usia 8-9 tahun:
a. Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
b. Menggunakan alat-alat seperti palu
c. Peralatan rumah tangga
d. Ketrampilan lebih individual
e. Ingin terlibat dalam segala sesuatu
f. Menyukai kelompok dan mode
g. Mencari teman secara aktif
3. Anak usia 10-12 tahun:
a. Pertambahan tinggi badan lambat
b. Pertambahan berat badan cepat
c. Perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
d. Mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian
sendiri
e. Memasak, menggergaji, mengecat
f. Menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
g. Membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
h. Teman sebaya dan orang tua penting
i. Mulai tertarik dengan lawan jenis

3
j. Sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
4. Usia remaja: 13 - 18 tahun

C. Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6
tahun dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan
lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota
keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh
dalam penampilan
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan
membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri
pada kehidupan dewasa dan mempelajari perbagai ketrampilan penting
tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung
menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima
oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang
disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi
konformis (pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang
sangat besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain

D. Perkembangan Fisik
1. Tinggi dan berat badan

4
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada
setelah lahir tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu
mungkin tidak mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah lebih langsing
dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat perubahan distribusi dan
kekebalan lemak.
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya
dengan kelompok besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik
yang biasanya diperlukan selama kelas 1 merupakan kesempatan yang baik
perawat untuk mendiskusikan dengan anak dan orang tua tentang pengaruh
genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki laki
sedikit labih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan selama tahun
pertama sekolah. Kira kira 2 tahun sebelum pubertas. Anak mengalami
peningkatan pertumbuhan yang cepat.
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut
jantung rata- rata 70 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm
Hg dan frekuensi pernafasan stabil 19 21, Pertumbuhan paru minimal dan
pernafasan menjadi lebih lambat, lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi
pada akhir periode ini jantung 6 kali ukurannya saat lahir dan umumnya sudah
mencapai ukuran dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar
meningkat dan kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan
motorik kasar yaitu berlari, melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan
menangkap selama bermain. Menghasilkan peningkatan ketrampilan
neuromuscular. Perbedaan individual dalam kecepatan pencapaian penguasaan
ketrampilan dasar mulai terlihat. Perbedaan individual dalam ketrampilan
motorik terbentuk dalam partisipasi anak dalam aktivitas yang membutuhkan
pergerakan otot yang terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik
kasar tetapi berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol
jari dan pergelangan tangan tercapai, anak menjadi pandai melakukan
aktivitas. Ketrampilan meningkatkan motorik halus pada anak dalam

5
pertengahan masa kanak kanak membuat mereka menjadi sangat mandiri
dalam merawat kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses
kebutuhan ini akan terpenuhi. Penyaklit dan hospitalisasi mengancam
pengendalian anak dalam area ini. Maka sangat penting mengizinkan mereka
untuk berpartisipasi dalam perawatan dan mempertimbangkan kemandirian
sebanyak mungkin.

4. Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative.
Jika terjadi defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium.
Anak usia sekolah dapat belajar banyak hal tentang piramida makanan dan
diet yang seimbang dengan membantu menyiapkan makanan. Perawat harus
menganjurkan orang tua untuk menyediakan makanan dalam jumlah yang
adekuat bagi anak untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas.

E. Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk
berfikir dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di
dominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia
secara luas. Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu
perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai operasional konkret, ketika
merewka mampu mengunakan symbol secara operasional (aktivitas mental)
dalam pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses pemikiran yang
logis dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga kemampuan atau
kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir
masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem
solving) yang sederhana.
1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini tercakup semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana
pikiran dan perasaan di nyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau
gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambing, gambar

6
atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya,
sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral
atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan
bahasa, yaitu sebagai berikut :
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang
(orang-orang suara / bicara sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
b. Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan
mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata yang di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah
dan pencapaian berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak
usia 6 tahun memiliki kosakata sekitar 3000 kata yang cepat berkembang
dengan meluasnya pergaulan dengan teman sebaya dan orang dewasa serta
kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan berbahasa dan
mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih
menyadari aturan sintaksis, aturan merangkai kta menjadi kalimat.

F. Perkembangan Psikososial
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan
ketrampilan yang penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak
usia sekolah yang mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan
berharga. Anak-anak yang menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas
(biasa saja ) / perasaan tidak berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari
sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata
sesuai kemampuan kognitif dan pengalaman social anak sekolah, mereka
memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan, bukan hanya perintah
dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan
keluarga. Usaha untuk menanamkan konsep moral sejak dini merupakan

7
hal yang seharusnya, karena informasi yang di terima anak mengenai
benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya.

2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain
jenis. Identitas jender yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat
dengan teman sejenis yang di pertahankan oleh anak biasa di sebut
geng. Umumnya anak laki-laki dan perempuan memandang jenis
kelamin yang berbeda secara negative. Pengaruh sebaya menjadi lebih
berbeda selama tahap perkembangan ini. Konformitas terlihat pada
perilaku, gaya berpakaian, dan pola berbicara yang di dorong dan
dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas kelompok meningkat,
seiring perubahan anak sekolah menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia
merasa pada periode ini anak memiliki sedikit ketertarikan dalam
seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti percaya bahwa anak usia
sekolah memiliki ketertarikan yang besar pada seksualitasnya.
4. Konsep diri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat
dan lebih individual. Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta yang
mudah diobservasi seperti adanya atau tidak adanya penyakit dan
keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan fungsional standar untuk
kesehatan personal dan kesehatan yang lain dinilai.

G. Tugas Perkembangan Orangtua Dengan Anak Usia Sekolah


Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa
tahapan ini lebih berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat
berjalan secara rutin. Anak secara umum merasa puas mengenai hubungannya
dengan orangtua dan mulai terlibat dalam aktivitas rumah tangga.
1. Mensupport perkembangan anak
Mendukung perkembangan Anak dilakukan dengan cara
membiarkan anak untuk pergi dan bergabung dengan dunia di luar
rumahnya. Semakin lama, akan semakin sedikit waktu anak tersebut

8
berada di rumahnya. Sejak pagi hingga siang anak harus bersekolah,
kemudian setelah itu tidak jarang anak mengikuti kegiatan olahraga atau
klub-klub tertentu bersama dengan grupnya, sehingga anak pulang ke
rumah dalam keadaan lelah pada malam hari untuk beristirahat. Belum
lagi ajakan temannya untuk menginap di rumahnya, berlibur bersama,
ikut camp, mengunjungi kerabat pada hari libur, dsb. Semua kegiatan
tersebut di atas sangat baik untuk perkembangan anak dalam hal
kemandirian, memperluas pengalaman dan untuk perkembangan
kepribadiannya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka,
orientasi mereka mulai berkembang kearah peernya. Maka orangtua harus
mendukung hubungan ini, karena penelitian membuktikan bahwa anak
dengan dukungan yang sangat baik dari anggota keluarganya akan
memgang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap keluarganya bahkan
ketika mereka sedang berinteraksi dengan orang lain. Seorang ibu yang
memiliki hubungan pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk
membiarkan anaknya bergabung dengan dunia luar.
Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai
figur otoritas. Anak akan sering berkata tapi kata bu guru begini
pada orangtuanya. Hal ini mengindikasikan bahwa anak sudah mulai
keluar dari aturan rumahnya. Anak menemukan model baru, sikap baru,
dan pandangan baru melebihi yang didapat di keluarganya. Orangtua yang
dapat berempati terhadap minat anak dan dapat lebih melonggarkan
aturannya pada anak akan lebih mudahuntuk tidak terlalu mengikat anak
tersebut pada masa remajanya.
Orangtua yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya
akan lebih mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas
luar rumahnya dibandingkan orangtua yang memusatkan hidupnya hanya
untuk anak mereka. Pada masa ini, suami dan istri lebih sering bekerja
bersama dalam sebuah proyek disbanding ketika usia anaknya
masih preschool ataupun remaja. Beberapa aktivitas bersama yang
dilakukan dengan anak-anak juga, seperti piknik keluarga mungkin dapat

9
mengembangkan minat dari suami dan istri untuk meneruskan
hubungannya sebagai sebuah pasangan.
2. Mempertahankan hubungan pernikahan
Beberapa studi, termasuk data dari National Opinion Research
Centremengindikasikan bahwa efek dari kehadiran anak pada sebuah
pernikahan dapat membawa efek yang negatif. Hal ini ditemukan pada
semua ras, agama, level pendidikan, dan status pekerjaan. Sebanyak 6
survey nasional sejak tahun 1973 sampai 1978 menemukan bahwa
kehadiran anak cenderung mengurangi kebahagiaan orangtua, dalam
hal:
a. Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital companionship)
b. Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami dan istri
c. Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi untuk
memperoleh afeksi, waktu dan perhatian,
d. Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian, setidaknya
untuk beberapa saat.
Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah
biasanya lebih sering terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya
mereka mengalami 4 kali problem lebih sering. Potensi problem
terbesar bisanya mengenai pengaturan anak di rumah, sehingga
mengurangi ekspresi afeksi dari pasangan suami-istri, dan dijadikan
nomor kedua .
Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan
pernikahan. Hal ini biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan
peran gender tradisional dalam berhubungan, dimana hubungan
keduanya kemudian hanya menjadi sebuah kebiasaan yang didasarkan
pada kebutuhan, perasaan, dan harapan dari satu pihak ke pihak
lainnya. Model pernikahan seperti ini lebih baik menggunakan metode
diskusi daripada menghindar dalam penyelesaian konfliknya, dan yang
lebih pentingberusaha untuk mengekspresikan cintanya secara
spontan. Menjaga hubungan pernikahan pada saat usia anak memasuki
usia sekolah sangatlah penting, tidak hanya untuk kepentingan suami
dan istri saja, tetapi juga demi kepentingan anak kelak

10
H. Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
1. Menyediakan Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan Kesehatan
Anak
Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang sesuai
dengan kemampuan mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang dapat
diperluas dan memungkinkan penggunaan energi secara efisien yang dekat
dengan sekolah dan job security. Hauenstein dalam penelitiannya membagi
populasi menjadi dua macam yaitu :
a. High stress neighborhoods ditandai dengan crowded, susunan, keluarga
mengalami kesulitan membuat suatu pertemuan
b. Low stress neighborhoods kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang
stabil, jalan-jalan yang aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal di
area yang tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak dan
juga orang dewasa. Yang sering tinggal di area seperti ini biasanya adalah
keluarga yang tidak bekerja (pengangguran) dan punya masala-masalah dalam
perkawinan. Dapat dilihat bahwa menyediakan tempat tinggal yang sesuai
adalah suatu tugas yang berat dan memberi tantangan terutama dalam situasi
ekonomi yang sulit seperti sekarang.
Keluarga dengan young children kebanyakan menginginkan mempunyai
rumah sendiri. Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri selalu
meningkat dari waktu ke waktu. Adanya biaya pindah keluarga rata-rata
meningkat begitu cepat, banyak keluarga yang tetap berada di tempat
tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan tempat tinggal
mereka. Pada waktu biaya untuk tempat tinggal semakin tinggi, beberapa
keluarga muda mampu membeli sebuah rumah tanpa bantuan dari kerabatnya.
Hal itu tidak aneh karena biasanya keluarga muda paling banyak menerima
dukungan dari extended family
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk
mencegah adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau
pemulihan dari kecelakaan. Banyak sistem sekolah yang mengharuskan bukti

11
imunisasi anak sebelum menerima mereka ke sekolah tiap tahun. Dipteria,
tetanus, pertusis, polio, campak, gondok dan rubella (MMR) adalah imunisasi
yang biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai SMA. Oleh karena itu,
adalah tanggung jawab keluarga untuk menemui dokter keluarga atau melalui
Departemen Kesehatan Negara atau klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan tanggung
jawab keluarga. Pemberian fluoride secara rutin besar pengaruhnya dalam
mengurangi kerusakan gigi pada anak. Oleh karena itu, keluarga diharapkan
untuk memeriksakan dan merapikan gigi anak pada dokter gigi serta
menggosok gigi secara teratur setelah makan yang sering memerlukan
monitor dan modeling dari orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak usia
sekolah. Hasil penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih banyak
mengalami kecelakaan dibandingkan anak perempuan dan biasanya kematian
paling tinggi adalah karena kecelakan kendaraan motor. Selain itu, kecelakaan
juga menyebabkan kerusakan permanen, kelumpuhan serta kehilangan waktu
untuk sekolah.
Child abuse merupakan suatu masalah yang terdapat pada beberapa
keluarga. Mendisiplinkan anak dengan cara memukul mungkin adalah sesuatu
yang normal dalam beberapa keluarga dan cukup banyak persentase orang tua
yang mengaku menendang, menggigit, memukul dengan tangan atau benda
dan mengancam menggunakan pisau atau senjata. Hasil penelitian bahwa 10
dari seribu anak tidak menerima cinta dan dukungan tetapi sering menerima
pukulan dari orang tua mereka. Orang dewasa yang mengalami abuse pada
waktu anak-anak lebih cenderung menjadi child abuser terhadap anak mereka
sendiri. Physical abusebiasanya terjadi pada keluarga miskin tetapi
kebanyakan keluarga kaya menggunakan abuse sebagai accident. Banyak
keluarga ekonomi bawah yang stress dan melampiaskan rasa frustasi pada
anak mereka. Child abuse sering juga dipicu oleh respon anak yang
membantah, menantang atau mengabaikan orang tua sehingga orang tua
frustasi dan kehilangan kontrol dan menggunakan metode disiplin yang lebih

12
keras dan meningkat menjadi abuse. Parents anonymous merupakan
organisasi nasional yang siap membantu mengatasi kekerasan dengan
melakukan pertemuan secara teratur dan menggunakan sarana telepon untuk
orang tua yang membutuhkan bantuan.
Incest merupakan masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada
semua kelas sosek serta etnis dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12 tahun.
Anak yang menjadi korban incest biasanya takut untuk menceritakannya pada
siapapun, yang bisa jadi petunjuk adalah penarikan diri yang tidak jelas,
kecemasan, mimpi buruk atau keluhan fisik khususnya
masalah urine atau pelvic yang sakit. Bantuan untuk korban incest dan
keluarganya dapat ditemukan di tempat layanan perlindungan anak, pusat
krisis perkosaan atau womans centers. Untuk mencegah incest dapat
dilakukan dengan pemberian pendidikan seks di rumah dan di sekolah.
Health care cost (biaya kesehatan) cenderung meningkat, tetapi banyak
keluarga yang mempunyai asuransi kesehatan untuk membantu membiayai
biaya rumah sakit dan membayar dokter. Sebanyak 83 % dari pekerja di
Amerika bekerja pada perusahaan yang memiliki asuransi kesehatan.
2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk makan,
kemudian untuk rumah, transport, dan kebutuhan rumah tangga. Keempat
item utama tersebut kira-kira membutuhkan 65,1 % dari semua uang yang
dihabiskan tiap individu dalam sebuah keluarga. Belum lagi untuk biaya
pengobatan, pakaian, rekreasi, dan yang lainnya.
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-anak.
Kebanyakan ibu bekerja pada pekerjaan apapun menginginkan pekerjaan yang
sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya
tidak sebesar penghasilan suaminya, tetapi mereka dapat membantu
menyediakan segala sesuatu yang dibutuhan keluarga.
Pekerjaan part time mungkin adalah pekerjaan yang baik untuk ibu ketika
anakberada di sekolah atau ketika ayah mereka dapat menemani anak-
anak. Split shifts memungkinkan banyak ibu yang bekerja sementara suami
berada di rumah. Kesuksesan ibu bekerjatergantung pada pendidikan dan

13
training, pengalaman kerja sebelumnya, dukungan suami, usia anak, kesehatan
serta dukungan bantuan dari kerabat dekat dan orang lain. Pekerjaan ibu
biasanya harus disesuaikan secara efektif terhadap situasi yang terjadi dalam
keluarga seperti ketika anak sakit, mendapat kecelakaan atau situasi gawat lain
yang menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan keluarga dimana kedua suami dan istri
yang mempunyai karir dengan posisi yang penting, yang meminta serangkaian
perkembangan dan keahlian serta memerlukan kompetensi dan komitmen
yang tinggi. Ketika salah satu dari mereka mempunyai kesempatan
mengambangkan karir di tempat lain, solusi tradisional untuk istri adalah
mendukung karir suaminya, mengorbankan dirinya dengan tinggal di rumah,
mengakhiri pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di lokasi yang baru
nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan yang
keduanya mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal si rumah
sedangkan yang lain pulang pergi kerja selama seminggu, kembali ke keluarga
untuk weekends dan liburan. Keuntungan yang besar adalah perkembangan
yang profesional dengan memisahkan pekerjaan dan waktu untuk keluarga
sehingga tidak akan ada pengaruh negatif pada perembangan anak atau dalam
masalah perkawinan. Ini mungkin terjadi ketika ada kerja sama yang aktif dan
kepercayaan antara suami istri, komunikasi yang terbuka dalam keluarga,
keteguhan hati untuk mengatasi masalah, fleksibel, dan komitmen yang kuat
untuk keluarga dan pekerjaan.
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu
menjaga keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga sepenuhnya
atau istri yang bekerja ditemukansama-sama puas secara dengan
kehidupannya.
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat dalam
pekerjaan ibu, mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan teman kerja ibu
dan melihat apa yang ibu kerjakan. Anak yang bekerja di samping orang
tuanya dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari merasa bahwa mereka
penting ketika dipercaya untuk memulai mempersiapkan makan malam dan

14
melakukan tugas rumah tangga yang lain sementara menunggu orang tuanya
pulang ke rumah.
3. Pemberian Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah
Dalam keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu, tetapi
juga bagi ayah dan anak yang lebih tua.
a. Partisipasi anak
Partisipasi anak dalam menjaga rumahdapat dipertimbangkan,
tergantung bagaimana keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan
apakah ibu mereka bekerja atau tidak. Anak laki-laki dan perempuan dapat
saling membantu untuk memasak dan membersihkan rumah. Seperti
perempuan, laki-laki pun dapat melakukan pekerjaan rumah seperti
mencuci piring, mengurus pekarangan, mobil dan hewan peliharaan. Ibu
yang bekerja full time, partisipasi anak dalam mengurus rumah sangat
tinggi, tapi ibu yang bekerja part-time, partisipasi anak rendah.
b. Bantuan dari suami
Pasangan kulit hitam menyukai pembagian kerja dalam rumah
tangga daripada pasangan kulit putih. Terdapat 2 istilah yang harus
dibedakan. Pertama Role-sharing, bahwa tanggungjawab tugas
dilaksanakan oleh pasangan suami istri. Suami menganggap mengerjakan
segala tugas tanpa harus ada nasihat atau pengingat dari istri. Istilah kedua
yaitu task sharing, bahwa pembagian tugas tanpa mengubah asumsi dasar
tentang peran-peran dari pasangan yang menikah. Task sharing, suami
membantu istrinya jika hanya seorang istri membutuhkan pertolongan
suaminya.
Perbedaanantara keluarga business class & working class. 45
persen keluarga yang menganggap istri memiliki tanggung jawab penuh
terhadap tugas rumah tangga, istri yang mengurus rumah tangga lebih
banyak daripada suami sekitar 40 persen pasangan, 7 persen pasangan
suami istri saling berbagi tugas, laki-laki yang lebih banyak mengurus
rumah tangga sekitar 3 persen dan beberapa lagi masih termasuk dalam
studi keluarga.
Istri lebih aktif dalam membuat keputusan ketika anak di rumah.
Interaksi dengan ayah juga sangat penting, karena dapat membantu anak
bersikap disekolah seperti halnya hubungan dengan peers, orangtua, dan

15
saudara kandung. Hubungan antara suami-istri dapat ditingkatkan dengan
saling berbagi tugas dalam menjaga anak dan rumah tangga.
4. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:
a. Diterima dalam anggota suatu kelompok
b. Mengembangkan sense-nya sebagai social being
c. Berinteraksi dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan status
d. Antisipasi terhadap harapan dan reaksi dari orang lain
e. Persiapan untuk peran masa depan yang mereka harapkan
Sosialisasi bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam
mengembangkan skills, attitude dan potensi seseorang di masyarakat.
Sosialisasi berlangsung terus menerus dalam kehidupan sebagai suatu peran
baru di setiap situasi baru atau kelompok yang individu tersebut baru
memasukinya. Anak-anak usia sekolah lebih mengembangkan hubungan
dengan orang lain daripada dengan keluarganya sendiri.
Rasa kedekatan dengan relatives of the family dapat dicapai dengan cara
saling mengunjungi, menulis surat, liburan bersama, reuni keluarga, dll. Anak-
anak usia sekolah dapat berkunjung ke keluarganya yang lain di saat anak
tersebut sudah bisa menjaga dirinya, siap menghadapi tantangan dan tertarik
dengan situasi yang baru. Anak usia sekolah senang berteman dengan
berbagai jenis orang. Saat anak tersebut berhadapan dengan teman yang
berbeda tipe, mereka belajar mengatasi situasi saat ini dan yang akan datang.
undesirable friends menurut orangtua
a. Anak mengganggu teman mainnya yang lain jenis
b. Teman lain suka menyerang
c. Bermain bersama tapi tidak sesuai aturan
Keterlibatan keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua
mempercayai anaknya untuk mandiri. Anak yang dari latar belakang beda ras,
etnik, dan kelas sosial dapat memiliki pengalaman lebih banyak daripada anak
yang hanya berhubungan dengan orang-orang satu jenis dengannya, karena
dapat menghilangkan komponen pendidikan mereka dalam hidup
bermasyarakat.
Orangtua sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan orangtua-guru dan
kegiatan lain yang ditekuni oleh anaknya.

16
5. Komunikasi Di Dalam Keluarga dan Anak Usia Sekolah
Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia sekolah.
Kebanyakan anak senang menceritakan pengalaman mereka, banyak bertanya,
dan mengekspresikan sesuatu. Studi longitudinal mengindikasikan masalah
awal seperti destructiveness, temper tantrums dan overactivity menurun
secara cepat di usia sekolah.
Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas
menanyakanatau berbicara hal personal tentang masalah pubertas yang
dialami dan tentang peer mereka.
Diskusi tentang sex education:
a. Apa yang terjadi di dalam tubuh
b. Perbedaan antara 2 sex
c. Perbedaan yang dirasakan antar teman sejenis saat beranjak dewasa
d. Bagaimana menerima dan dapat nyaman dengan situasi menstruasi
pada perempuan dan seminal emissions pada laki-laki
e. Bagaimana cara mengatasi jerawat dan tanda lain yang menunjukkan
meningkatnya fungsi glandular
f. Kematangan tubuh apa yang terjadi pada saat sekarang dengan yang
akan dating
Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan anaknya akan
menjaga komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua terhadap
perasaan realmereka sama baiknya pada anak dapat memunculkan ekspresi
yang sehat dari emosi seperti fear(takut), anxiety (cemas), resentment,
anger(marah), dan cemburu.
6. Siblings
Beberapa keuntungan memiliki siblings:
a. Kakak dapat menjadi teladan bagi adiknya
b. Seorang sibling mengidentifikasi dengan yang lain pada satu area
c. Perbedaan antara sibling dapat mengembangkan sense
d. Sibling dapat menjadi feedbacker
e. Dapat saling tukar barang
f. Jembatan untuk mengerti antara dunianya dan dunia orang dewasa
Sibling coalition dimana anak dikontrol secara kuat diawalnya sebagai
mekanisme bagi anak agar terikat bersama yang mungkin ikatan sepanjang
hidup antar siblings. Anak yang pertama lahir dapat memiliki orangtua yang
seutuhnya dan terus berlanjut menjadi anak yang unik dalam keluarga. Anak

17
yang paling akhir, oleh orangtuanya cenderung diberikan banyak toleransi.
Anak tengah merasa bahwa orangtuanya lebih banyak menghukum daripada
memberi dukungan padanya dibandingkan anak tertua dan anak terakhir.
Dalam studi tentang selfesteem anak tengah memiliki tingkat yang
rendah selfesteem-nya dibandingkan anak pertama dan terakhir.
Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan
kembali oleh anggota keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah
dibandingkan ia harus meluapkan emosi di luar rumah yang akan mengganggu
ketenangan di sekitar rumah. Dengan adanya komunikasi maka cinta akan
mengalir dalam keluarga tersebut menggantikan rasa marah atau energi
negatif lainnya dengan energi yang positif.

I. Promosi Kesehatan Selama Periode Usia Sekolah


Periode usia sekolah merupakan periode klinis untuk penerimaan latihan
perilaku dan kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Jika tingkat kognisi
meningkat pada periode ini, pendidikan kesehatan yang efektif harus
dikembangkan dengan tapat. Promosi praktek kesehatan yang baik merupakan
tanggung jawab perawat.
Selama progam ini, perawat berfokus pada pengembangan perilaku yang secara
positif berpengaruh pada status kesehatan anak. Perawat dapat berperan untuk
memenuhi tujuan kebijakan nasional dengan menigkatkan kebiasaan gaya hidup
yang sehat termasuk nutrisi. Anak usia sekolah harus berpartisipasi dalam progam
pendidikan yang memungkinkan mereka untuk merencanakan, memilih dan
menyajikan makanan yang sehat. Perawat juga mengikutsertakan orang tua
tentang peningkatan kesehatan yang tepatbagi anak usia sekolah. Orang tua perlu
mengenali pentingnya kunjungan pemeliharaan kesehatan.

J. Masalah Kesehatan Spesifik Pada Anak Usia Sekolah


Kecelakaan dan cedera merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi pada
anak. Anak usia sekolah juga secara signifikan mengalami kanker, cacat lahir,
pembunuhan, dan penyakit jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini memiliki
angka mordibitas tinggi jumlah infeksi hamper 80% dari seluruh penyakit anak.

18
Infeksi pernafasan merupakan prevalensi terbanyak, flu biasa tetap merupakan
penyakit utama pada masa ini.
Beberapa kelompok lebih mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan,
sering kali sebagai akibat adanya rintangan pencapaian pelayanan kesehatan.
Retardasi mental, gangguan belajar, kerusakan sensasi, dan malnutrisi merupakan
prevalensi terbanyak di antara anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya
fisik dan psikologis.
1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
1) Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya
2) Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan
kebersihan diri
b. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
1) Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan
kesempatan untuk keberhasilan social
2) Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak
menjadi rendah diri
c. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering
dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan
bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut dan hal ini
dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan
social
d. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya
bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa
memandangnya sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak
menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri
anak
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara

19
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada
anak-anak usia sekolah yaitu :
1) Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di
sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain
2) Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan
membuat anak jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu
saja
3) Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan
dilingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk
berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
4) Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan
orang lain, membual akan ditentang oleh temannya
b. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola
emosi yang kurang menyenangkan seperti marah yang berlebihan,
cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa
kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga untuk
menjadi anggota kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan
kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa
tidak puas terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang
lainbila konsep sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak
cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan
orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap
serta terus menerus akan memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian
sosial anak
e. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan
perilaku anak-anak :
1) Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar dan salah
yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa

20
2) Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas
perilaku
3) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa
yang sebaiknya dilakukan
4) Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
5) Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan
6) Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
f. Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
1) Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh
teman-teman sebaya
2) Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang
dapat bernilai bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah
g. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
1) Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai
peran orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang
dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan yang buruk
dengan anak-anaknya
2) Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam
melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka
orang tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum
anak
3) Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar
dan disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya
menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian
pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan
hubungan keluarga yang baik.
4) Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya
lebih buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang
tua dan orang tua cenderung membenci hal itu
5) Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah
mempengaruhi persaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap
terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-temannya mengenai

21
wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di
rumah.
6) Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai
dengan harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan
membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.
7) Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya
pilih kasih terhadap saudara-saudaranya maka anak akan
menentang orang tua dan saudara yang dianggap kesayangan orang
tua
8) Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak
menyukai sikap sanak keluarga yang terlalu memerintah atau
terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak serta sanak keluarga
membenci sikap sianak
9) Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat
orang tua kandung yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap
kritis, negativitas dan perilaku yang sulit.

II. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Demam tifoid atau Typhoid Fever atau Typhus Abdominalis adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang merupakan bakteri
gram negatif berbentuk batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Tapan, 2004).
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii
dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010).
Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
typhii.
Jadi, demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri gram negatif (bakteri Salmonella typhii ) yang menurunkan sistem
pertahanan tubuh dan masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Aspek paling penting dari infeksi ini adalah kemungkinan terjadinya perfusi usus,
karena organisme memasuki rongga perut sehingga menyebabkan timbulnya
peritonitis yang mengganas.
B. Etiologi
1. Salmonella typhii

22
2. S. Paratyphii A, S. Paratyphii B, S. Paratyphii C.
3. S typhii atau S. paratyphii hanya ditemukan pada manusia.
4. Demam bersumber dari makanan-makanan atau air yang dikontaminasi oleh
manusia lainnya.
5. Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan
mancanegara atau makanan yang kebanyakan diimpor dari luar.
Salmonella typii, Salmonella paratyphii A, Salmonella Paratyphii B, Salmonella
Paratyphii C merupakan bakteri penyebab demam tifoid yang mampu menembus
dinding usus dan selanjutnya masuk ke dalam saluran peredaran darah dan
menyusup ke dalam sel makrofag manusia. Bakteri ini masuk melalui air dan
makanan yang terkontaminasi dari urin dan feses yang terinfeksi dengan masa
inkubasi 3-25 hari.
Pemulihan mulai terjadi pada minggu ke-empat dalam perjalanan penyakit.
Orang yang pernah menderita demam tifoid akan memperoleh kekebalan darinya,
sekaligus sebagai karier bakteri. Jadi, orang yang pernah menderita tipus akan
menjadi orang yang menularkan tipus pada yang belum pernah menderita tipus.

C. Manifestasi Klinis
Manisfestasi klinis dari demam tifoid adalah:
1. Gejala pada anak: Inkubasi antara 5- 40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani
akan menyebabkan shock, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala
6. Nyeri perut
7. Kembung
8. Mual, muntah
9. Diare
10. Konstipasi
11. Pusing
12. Nyeri otot

23
13. Batuk
14. Epistaksis
15. Bradikardi
16. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor)
17. Hepatomegaly
18. Splenomegaly
19. Meteroismus
20. Gangguan mental berupa somnolen
21. Delirium atau spikosis
22. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayimuda
sebagai penyakit demam akut disertai syok dan hipotermia. (Sudoyo Aru,
2009)
Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar antara 3-30 hari
tergantung pada besar inokulum yang tertelan:
1. Anak Usia Sekolah dan Remaja
Gejala awal demam, malaise, anokreksia, mialgia, nyeri kepala dan
nyeri perut berkembang selama 2-3 hari. Mual dan muntah dapat menjadi
tanda komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu kedua atau ketiga.
Pada beberapa anak terjadi kelesuan berat, batuk, dan epistaksis. Demam
yang terjadi bisa mencapai 40 derajat celsius dalam satu minggu.
Pada minggu kedua, demam masih tinggi, anak merasa kelelahan,
anoreksia, batuk, dan gejala perut bertambah parah. Anak tampak sangat
sakit, bingung, dan lesu disertai mengigau dan pingsan (stupor). Tanda-
tanda fisik berupa bradikardia relatif yang tidak seimbang dengan
tingginya demam. Anak mengalami hepatomegali, splenomegali dan perut
kembung dengan nyeri difus. Pada sekitar 50% penderita demam tifoid
dengan demam enterik, terjadi ruam makulaatau makulo popular (bintik
merah) yang tampak pada hari ke tujuh sampai ke sepuluh. Biasanya lesi
mempunyai ciri tersendiri, eritmatosa dengan diameter 1-5 mm. Lesi
biasanya berkhir dalam waktu 2 atau 3 hari. Biakan lesi 60%
menghasilkan organisme Salmonella.
a. Bayi dan balita

24
Pada balita dengan demam tifoid sering dijumpai diare, yang dapat
menimbulkan diagnosis gastroenteritis akut.
b. Neonatus
Demam tifoid dapat meyerang pada neonatus dalam usia tiga hari
persalinan. Gejalanya berupa muntah, diare, dan kembung. Suhu tubuh
bervariasi dapat mencapai 40,5 derajat celsius. Dapat terjadi kejang,
hepatomegali, ikterus, anoreksia, dan kehilangan berat badan.

D. Patofisiologis
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan/minuman masuk kedalam
tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2)
banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi,
pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompa proton atau
antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih
hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel
mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya
di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyers patch,
merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe
usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang
melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa.
Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di
dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe. (Soedarmo, dkk,
2012).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka
Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk
ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ
manapun, akan tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella typhi adalah hati,
limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan Peyers patch dari ileum
terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah
atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat
menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja.

25
Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut
terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksindalam sirkulasi penderita melalui
pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi menstimulasi
makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe
mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag
inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil,
demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan juga
menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo, dkk, 2012).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks Peyer. Ini terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu
ketiga terjadi ulserasi plaks Peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan
ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan,
bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan
limpa membesar.
Komplikasi infeksi dapat terjadi perforasi atau perdarahan. Kuman
Salmonella typhi terutama menyerang jaringan tertentu, yaitu jaringan atau organ
limfoid seperti limpa yang membesar, juga jaringan limfoid di usus kecil yaitu
plak Peyer terserang dan membesar. Membesarnya plak Peyer membuat jaringan
ini menjadi rapuh dan mudah rusak oleh gesekan makanan yang melaluinya.
Inilah yang menyebabkan pasien tifus harus diberikan makanan lunak, yaitu
konsistensi bubur yang melalui liang usus tidak sampai merusak permukaan plak
Peyer ini. Bila tetap rusak, maka dinding usus setempat yang memang sudah tipis,
makin menipis, sehingga pembuluh darah ikut rusak akibat timbul perdarahan,
yang kadang-kadang cukup hebat. Bila berlangsung terus, ada kemungkinan
dinding usus itu tidak tahan dan pecah (perforasi)., diikuti peritonitis yang dapat
berakhir fatal.

26
E. Pathway
Salmonella thypy
Masuk ke saluran
pencernaan

Menyerang mukosa
usus halus

Demam Typoid

Kelenjar limfoid usus halus Hati Endotoksi


n

Tukak Agen cedera biologis Peningkatan Laju


(Infeksi) Metabolisme

Nyeri abdomen
Sikap melindungi Suhu badan meningkat
Ketidakmampuan area nyeri (perubahan dan gelisah
mencerna makanan posisi)
Hipertermi
Penurunan nafsu Gelisah, merengek, a
makan menangis, meringis

Nyeri Akut
Mual, muntah dan
anoreksia
Ketidakseimbangan 27
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan fisis pada penderita demam tipoid dilakukan secara berulang
dan regular. Semua tanda-tanda vital merupakan petunjuk yang relevan.
Perhatian khusus harus diberikan pada pemeriksaan jasmani harian yang
kadang-kadang harus dilakukan lebih sering sampai kepastian diagnosis
didapat dan respon yang diperkirakan terhadap pengobatan penyakitnya sudah
tercapai. Begitu juga dilakukan pemeriksaan secara teliti pada kulit, kelenjar
limfe, mata, dasar kuku, sistem kardiovaskuler, dada, abdomen, sistem
musculoskeletal dan sistem saraf.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan
usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus
dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody
di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil positif
dinytakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat disebabkan
oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu
pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk,
dan adanya penyakit imunologik lain.
d. Urinalis
Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam).
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit
e. Mikrobiologi

28
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus
dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien
yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan
abnormal serta urin diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk
setiap penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan perbanyakan
DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA probe yang spesifik.
Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit
(sensifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang
digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada demam tifoid adalah sebagai berikut:
1. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7
hari bebas demam atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi pasien harus
dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus di ubah
ubah pada waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik
dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu di perhatikan karena kadang
kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
2. Diet
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak serat.
3. Obat
Obat - obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah:
4. Kloramfenikol
Menurut Damin Sumardjo, 2009. Kloramfenikol atau kloramisetin adalah
antibiotik yang mempunyai spektrum luas, berasal dai jamur Streptomyces
venezuelae. Dapat digunakan untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh
beberapa bakteri gram posistif dan bakteri gram negatif. Kloramfenikol dapat
diberikan secara oral. Rektal atau dalam bentuk salep. Efek samping
penggunaan antibiotik kloramfenikol yang terlalu lama dan dengan dosis yang

29
berlebihan adalah anemia aplastik. Dosis pada anak : 25 - 50 mg/kg BB/hari
per oral atau 75 mg/kg BB/hari secara intravena dalam empat dosis yang
sama.
a. Thiamfenikol
Thiamfenikol (Urfamycin) adalah derivat p-metilsulfonil (-
SO2CH3) dengan spektrum kerja dan sifat yang mirip kloramfenikol,
tetapi kegiatannya agak lebih ringan. Dosis pada anak : 20 - 30 mg/kg
BB/hari.
b. Ko trimoksazol
Adalah suatu kombinasi dari trimetoprim-sulfametoksasol (10 mg
TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam). Trimetoprim memiliki daya kerja
antibakteriil yang merupakan sulfonamida dengan menghambat enzim
dihidrofolat reduktase. Efek samping yang ditimbulkan adalah
kerusakan parah pada sel sel darah antara lain agranulositosis dan
anemia hemolitis, terutama pada penderita defisiensi glukosa-6-
fosfodehidrogenase. efek samping lainnya adalah reaksi alergi antara
lain urticaria, fotosensitasi dan sindrom Stevens Johnson, sejenis
eritema multiform dengan risiko kematian tinggi terutama pada anak
anak. kotrimoksazol tidak boleh diberikan pada bayi di bawah usia 6
bulan. Dosis pada anak yaitu trimetoprim-sulfametoksasol (10 mg
TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam, secara oral dalam dua dosis).
Pengobatan dengan dosis tepat harus dilanjutkan minimal 5-7 hari
untuk menghindarkan gagalnya terapi dan cepatnya timbul resistensi.
c. Ampisilin dan Amoksilin
Ampisilin : Penbritin, Ultrapen, Binotal. Ampisilin efektif
terhadap E.coli, H.Inflienzae, Salmonella, dan beberapa suku Proteus.
Efek samping, dibandingkan dengan perivat penisilin lain, ampisilin
lebih sering menimbulkan gangguan lambung usus yang mungkin ada
kaitannya dengan penyerapannya yang kurang baik. Begitu pula reaksi
alergi kulit (rash,ruam) dapat terjadi. Dosis ampisilin pada anak
(200mg/kg/24 jam, secara intravena dalam empat sampai enam dosis).
Dosis amoksilin pada anak (100 mg/kg/24 jam, secara oral dalam tiga
dosis).

30
d. Obat obat simptomatik:
1) Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin)
2) Kortikosteroid (dengan pengurangan dosis selama 5 hari)
e. Vitamin B komplek dan C sangat di perlukan untuk menjaga kesegaran
dan kekutan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah
kapiler.
5. Secara fisik :
a. Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala
setiap 4 6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut,
atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik
keatas, atau apakah anak mengalami kejang kejang.
b. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya sulai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel otak.
Dalam kedaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya intelektual tertentu.
c. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
d. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
e. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen
ke otak yang akan berakibat rusaknya sel sel otak.
f. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknya.
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannya agar cairan tubuh
yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
g. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
h. Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.

III. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian (Assessment)
I. Data Umum
a. Identitas kepala keluarga
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. S
2. Umur (KK) : 34 tahun
3. Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) : Pengangguran
4. Pendidikan Kepala Keluarga (KK) : SMA
5. Alamat dan nomor telepon : Banjar Dinas Belong Manggis Karangasem
/ 081238201xxx
b. Komposisi anggota keluarga:

31
Nama Umu Sex Hub dengan KK Pendidikan Pekerjaan
r
Ny. S 31 th P Istri S1 PNS
An. Y 11 th L Anak SD Pelajar
An. F 10 th P Anak SD Pelajar
An. V 2 th P Anak - -

c. Genogram:

Keterangan:

Laki-laki :

Perempuan :

Meninggal dunia :

Tinggal serumah : ----------

Pasien yang diidentifikasi :

Kawin :

d. Tipe Keluarga : Tipe keluarga tradisional: Keluarga Inti, yaitu keluarga yang
terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat.
e. Suku Bangsa :
1. Asal suku keluarga : Indonesia / Bali

32
2. Bahasa yang dipakai keluarga : Bali
3. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi
kesehatan : Seluruh anggota keluarga harus sarapan pagi sebelum
melakukan aktivitas
f. Agama
1. Agama yang dianut keluarga : Hindu
2. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Jika ada anggota keluarga
yang sakit langsung dibawa ke klinik maupun kerumah sakit, keluarga
tidak mempercayai dukun ataupun yang lainnya.
g. Status social ekonomi keluarga
1. Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga : Rp 2.000.000,-
2. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan : Keperluan dapur
(memasak), listrik dan air, susu anak dan pempers.
3. Tabungan khusus kesehatan : Keluarga tidak memiliki tabungan khusus
kesehatan maupun asuransi untuk kesehatan bagi seluruh anggota
keluarga. Biasanya uang akan disimpan di tabungan biasa saja
4. Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabotan, transportasi):
Kulkas dan peralatan dapur lainnya, TV, Motor, dan ciciln bila sedang ada.
h. Aktivitas rekreasi keluarga : keluarga biasanya berekreasi ketempat wisata
seperti bedugul disaat liburan sekolah anak-anak

II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan Keluarga Tn.
S Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun). An.
Y merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari keluarga Tn. S. Dia merupakan
anak yang mudah bergaul dan besosialisasi dengan teman sebayanya, penurut,
memiliki rasa ingin tau yang tinggi dan ingin terlibat dalam setiap kegiatan yang
ada di rumah dan sekolahnya.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : An. Y dapat
bersosialisasi dengan baik dengan teman sebayanya dan mengikuti apa yang
dilakukan antara teman sebayanya. Contoh yang tidak baiknya adalah jajan
sembarangan, meskipun Tn. S dan Ny. S sudah melarang, namun diluar pantauan
orangtua An. Y sering jajan yang tidak sehat bersama dengan teman-temannya.
Disini keluarga seharusnya lebih memperhatikan dan menyiapkan anak dalam
bersosialisasi dengan lingkungan.
c. Riwayat keluarga inti :

33
1. Riwayat terbentuknya keluarga inti : dari sebuah perkawinan Tn. S dan
Ny. S 12 tahun yang lalu. Berdasarkan keinginan masing-masing tanpa ada
paksaan atupun dijodohkan.
2. Penyakit yang diderita keluarga orang tua : Tn. S dan Ny. S tidak
memiliki penyakit menular maupun keturunan, dan tidak pernah dirawat di
rumah sakit.
d. Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri) :
1. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga : Ayah dari
Ny. S memiliki penyakit Diabetes Melitus.
2. Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan : Kebiasaan
sarapan pagi dikeluarga sebelum beraktifitas
III. Lingkungan
a. Karakteristik rumah :
1. Ukuran rumah (luas rumah) : 2 are
2. Kondisi dalam rumah dan luar rumah : kondisi rumah dan luar rumah
tampak bersih
3. Kebersihan rumah : rumah tamak bersih
4. Ventilasi rumah : Jendela 5 buah, dan ventilasi 11
5. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) :
6. Air bersih : keluarga menggunakan Air Kemasan
7. Pengelolaan sampah : Sampah biasanya di kumpulkan dalam
polybag dan nanti dibuang ke TPA dengan menggunakan layanan dari
kebersihan lingkungan.
8. Kepemilikan rumah : rumah milik keluarga sendiri
9. Kamar mandi/ WC : WC tampak bersih berjumlah 1, berada
didalam rumah
10. Denah rumah :

Dapur

Ruang Makan

WC

Kamar 1

Ruang
Keluarga

34
Kamar 2
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal:
1. Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja : tetangga atau komunitas di
lingkungan tempat tinggal terdiri dari banyak suku. Tetangga menerima
perbedaan suku yang ada.
2. Aturan dan kesepakatan penduduk setempat : aturan yang berlaku yang
diikuti keluarga adalah aturan yang tlah disahkan lingkungan atau awig-
awig desa
3. Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan: budaya setempat makan
bersama (megibung) sering dilakukan. Disini keluarga harus mampu
mengawasi apakah makanan yang tersaji bersih dan sehat, dan orang-
orang disekitar yang bergabung menjaga kebersihan.
c. Mobilitas geografis keluarga:
1. Apakah keluarga sering pindah rumah : keluarga Tn. S menetap di satu
tempat
2. Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan
stress) : tidak terkaji. Karena keluarga belum pernah mengalami pindah
rumah
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
1. Perkumpulan/organisasi social yang diikuti oleh anggota keluarga : Ny. S
bergabung dalam PKK, dan aktif dalam mengikuti kegiatan.
e. System pendukung keluarga:
Tn. S dan keluarga biasanya bila ada permasalahan dibantu oleh orang tua dari
Tn. S dan Ny. S. Baik itu dalam keuangan bila sedang kekurangan, maupun yang
lainnya.

IV. Struktur Keluarga


i. Pola komunikasi keluarga:

1. Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga: Interaksi dalam


keluarga paling sering dilakukan saat pagi hari dan malam hari , pola
komunikasi keluarga terbuka. Apabila ada masalah keluarga selalu saling
becerita untuk mendapatkan sebuah solusi.
2. Cara keluarga memecahkan masalah: cara keluarga dalam memecahkan
masalah adalah dengan berdiskusi dengan seluruh anggota keluarga. Dan
mengambil keputusan yang disetujui.
j. Struktur kekuatan keluarga:

35
1. Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah :
Keluarga bisanya akan terlibat untuk membantu dan bersama-sama
memecahkan masalah.
k. Struktur peran (formal dan informal) :
1. Peran seluruh anggota keluarga :
a. Tn. S :
1) Peran informal : Tn. S sebagai orang yang dihormati dan
sebagai
1. pengambil keputusan
2) Peran formal : Menjadi kepala keluarga, suami, ayah
b. Ny. S :
1) Peran informal : Ny. S sebagai orang yang penyayang
terhadap anaknya, membimbing anak dan membantu memenuhi
kebutuhan fisik yang diperlukan anak.
2) Peran formal : Sebagai ibu rumah tangga, istri, ibu, dan
pencari nafkah
c. An. Y
1) Peran formal : Sebagai anak pertama
2) Peran informal : An. Y berperan sebagai contoh, pelindung
dan penghibur adik-adiknya
d. An. F
1) Peran formal : Sebagai anak kedua
2) Peran informal : An. F berperan sebagai pelindung dan
penghibur adiknya
e. An.V
1) Peran Formal : Sebagai anak ketiga
2) Peran Informal : An. V bergantung kepada ayah dan ibunya.

l. Nilai dan Norma keluarga: Keluarga Tn.S menerapkan nilai-nilai agama pada
setiap anggota keluarga seperti sembahyang dipagi hari sebelum beraaktivitas,
setiap sore sembahyang bersama. Bila akan pulang terlambat harus memberitahu
dulu pada orang tua , batas keluar rumah pukul 22.00.

V. Fungsi
a. Fungsi afektif :
1. Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang : dalam
mengkspresikan kasih sayang keluarga Tn. S selalu mengungkapkan
dengan cara memeluk anak atau pasangan, memuji bila melakukan hal
yang baik.
2. Perasaan saling memiliki : keluarga sangat memiliki rasa saling memiliki,
sebagai contoh An. Y melindungi adik-adiknya.

36
3. Dukungan terhadap anggota keluarga: setiap anggota keluarga saling
mendukung khususnya dalam hal yang positif
4. Saling menghargai, kehangatan : keluarga Tn. Y saling menghargai satu
sama lain
b. Fungsi sosialisasi :
1. Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar :
keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan cara sosialisasi
secara langsung. Seperti dengan cara berkunjung kerumah saudara.
2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga : interaksi dan hubungan dalam
keluarga berlangsung dengan baik
c. Fungsi perawatan kesehatan :
1. Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya
kalau sakit diapakan tetapi bagaimana prevensi/ promosi) : dalam rumah,
seluruh anggota keluarga menjaga kesehatan. Namun, pada An. Y sulit
untuk mengawasi pola makannya, terutama saat anak sedang di sekolah
dan diluar rumah.
2. Bila ditemui data maladaptive, langsung lakukan penjajakn tahap II
(berdasar 5 tugas keluarga seperti bagaimana keluarga mengenal masalah,
mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan) :
a). Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/ masalah
kesehatan keluarga : Keluarga Tn S tidak mengetahui tentang penyakit
Thyphoid sehingga saat An. Y sakit, keluarga Tn. S tidak tau anaknya sakit
apa.
b) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
Saat An.S sakit dan menunjukkan gejala panas, keluarga Tn.S k
mampu memberikan pertolongan pertama dengan memberikan obat
penurun panas untuk mengurangi keluhan anak. Namun saat anak
mengalami nyeri diperut dan mual, keluarga Tn. Y tidak mampu untuk
melakukan apapun. Dan langsung membawa An. Y ke fasilitas
kesehatan terdekat yaitu RS Balimed Karangasem
VI. Sterss dan koping keluarga
a. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga :
Stresor jangka pendek dirasakan oleh Tn. S dan Ny. S mengenai keuangan
keluarga seperti biaya sekolah An.Y , biaya listrik dan air , serta cicilan

37
b. Respon keluarga terhadap stress strategi koping yang digunakan : Ny. S cemas
karena suaminya tak kunjung medapatkan pekerjaan sedangkan sebentar lagi
An.Y akan masuk SMP. Dan juga keperluan dari anak kedua dan ketiga yang
mungkin akan meningkat.
c. Strategi adaptasi yang disfungsional: dari hasil pengkajian, tidak didapatkan
adanya cara-cara keluarga dalam mengatasi masalahb secara maladaptive.
d. Strategi koping : Kalau tidak menemukan jalan keluar , biasanya keluarga
berkomunikasi dengan orang tuanya untuk mengurangi beban yang dideritanya.

VII. Pemeriksaan fisik (head to toe)

Pemeriksaa Nama Anggota Keluargta


Tn. S Ny. S An. Y An. F
n
Tensi: 120/70 120/90 110/80 100/80 HR:
Nadi: 80x/menit 88x/menit 90x/menit 98x/menit
104x/menit
Suhu: 36C 36,5C 39,5C 36,8C
36,5C
Respirasi: 24x/menit 20x/menit
18x/menit 20x/menit 26x/menit
BB/TB/PB 80kg/165 cm 75kg/160 cm 35kg/130c 29 kg/ 12cm 13kg/ 90cm
m
Kepala Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
rambut tebal, rambut sampai rambut rambut rambut cukur
hitam pinggang dan
tebal, hitam sebahu, hitam laki, hitam dan
tebal
dan tebal tebal
Mata Tidak ditemui Tidak ditemui Tidak Tidak ditemui Tidak ditemui
gangguan gangguan ditemui gangguan gangguan
pada mata pada mata
gangguan pada mata pada mata
pada mata.
Namun
konjungtiva
tampak
pucat
Hidung Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, Simetris, tidak Simetris, tidak
ada gangguan ada gangguan tidak ada ada gangguan ada gangguan
pada hidung pada hidung
gangguan pada hidung pada hidung
pada hidung
Telinga Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

38
gangguan gangguan gangguan gangguan gangguan
pada telinga pada telinga pada telinga pada telinga pada telinga
Mulut Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
gangguan gangguan gangguan gangguan gangguan
pada mulut pada mulut
pada mulut pada mulut pada mulut
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kaku leher, kaku leher, kaku leher, kaku leher, kaku leher,
pembesaran pembesaran pembesaran
pembesaran pembesaran
kelenjar tidak kelenjar tidak kelenjar
ada, ada, tidak ada, kelenjar tidak kelenjar tidak
pembesaran pembesaran pembesaran ada, ada,
kelenjar kelenjar kelenjar
pembesaran pembesaran
jugularis tidak jugularis tidak jugularis
ada ada tidak ada kelenjar kelenjar
jugularis tidak jugularis tidak
ada ada
Thorax Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
bunyi jantung bunyi jantung bunyi bunyi jantung bunyi jantung
normal, tidak normal, tidak
jantung normal, tidak normal, tidak
ada kelainan, ada kelainan,
suara nafas suara nafas normal, ada kelainan, ada kelainan,
vesikuler vesikuler tidak ada suara nafas suara nafas
kelainan, vesikuler vesikuler
suara nafas
vesikuler
Abdomen Tidak ada Tidak ada Ada nyeri Tidak ada Tidak ada
pembengkaka pembengkaka pada perut pembengkaka pembengkaka
n hepar,ginjal, n hepar,ginjal,
dibagian n hepar,ginjal, n hepar,ginjal,
limpa, tidak limpa, tidak
teraba teraba kiri, skala limpa, tidak limpa, tidak
benjolan, benjolan, nyeri 4 teraba teraba
bising usus bising usus
(dari 0-10) benjolan, benjolan,
positif, tidak positif, tidak
Ada mual
ada nyeri ada nyeri bising usus bising usus
tekan tekan dan muntah
positif, tidak positif, tidak
ada nyeri ada nyeri
tekan tekan
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Turgor kulit Tidak ada Tidak ada

39
atas-bawah kelainan kelainan tidak kelainan kelainan
dan pergerakan, pergerakan, elastic. pergerakan, pergerakan,
kekakuan kekakuan
persendian Tidak ada kekakuan kekakuan
sendi, sendi,
kekuatan otot kekuatan otot kelainan sendi, sendi,
5, ROM aktif 5, ROM aktif pergerakan, kekuatan otot kekuatan otot
kekakuan 5, ROM aktif 5, ROM aktif
sendi,
kekuatan
otot 5,
ROM aktif
Sistem Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Genetalia diperiksa diperiksa diperiksa diperiksa diperiksa

a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan : 12 November 2016


b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c. Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata mulut THT,
leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genitalia
d. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik: dari pemeriksaan fisik tersebut, anak
mengalami hipertermi dengan Suhu 39,5C.

VIII. Harapan keluarga


1. Terhadap masalah kesehatan keluarga: Keluarga berharap An.Y dapat
sembuh secara total dan dapat tumbuh sebagai anak yang sehat
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada: Keluarga berharap petugas dapat
membantu mengurangi masalah kesehatan yang terjadi pada An.Y

Analisa Data
Data (sign - symptom) Diagnosa Keperawatan
Data Subyektif : Hipertermi pada keluarga Tn. S
DS : Keluarga mengatakan An.Y mengalami
khususnya An.Y berhubungan
peningkatan suhu tubuh, kulit serta mulutnya kering
dengan ketidakmampuan keluarga
dan An. Y seperti gelisah.
mengenal masalah kesehatan.
An.D mengatakan badannya terasa panas, dan
merasa tidak enak badan.

40
Keluarga mengatakan bila An.Y demam, keluarga
langsung memberi obat penurun panas dan jika
panas tubuhnya tidak turun sudah selama 2 hari
maka keluarga langsung membawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat baik puskesmas
ataupun rumah sakit. Keluarga mengatakan tidak
tahu bagaimana proses terjadinya demam dan
penyebabnya

Data Objrktif :
Suhu An.Y 39,50C dan nampak gelisah

Hasil pemeriksaan fisik :


Suhu An.Y 39,50C
Turgur kulit kering, mukosa mulut kering

Data Subyektif : Ketidakseimbangan nutrisi kurang


DS : Keluarga mengatakan An.Y mengalami
dari kebutuhan tubuh pada keluarga
penurunan nafsu makan, mual dan muntah
Tn.S khususnya An.Y berhubungan
An.D mengatakan perutnya terasa sakit, tidak nafsu
dengan ketidakmampuan keluarga
makan, merasa mual dan muntah.
Keluarga mengatakan bila An.Y tidak mau makan, merawat anggota keluarga yang
mual dan muntah maka keluarga akan memberikan mengalami mual, muntah
minum air lebih banyak, dan makanan pengganti
yang disukai. Keluarga mengatakan tidak tahu
bagaimana cara mengurangi atau merawat agar nafsu
makan pasien bertambah

Data Objektif :
An. Y merasa mual, muntah dirasakan dalam sehari
bisa 2-3 kali. Porsi makan pasien berkurang.

Hasil pemeriksaan fisik :


An. Y terlihat pucat, konjungtiva pucat, turegor kulit
tidak elastis
Data Subyektif : Nyeri akut, nyeri abdomen pada
An.Y mengatakan nyeri pada perut setelah makan,
keluarga Tn.S khususnya An.Y
Keluarga mengatakan saat An.Y mengeluh nyeri,

41
keluarga tidak memberikan atau melakukan apapun berhubungan dengan
karena tidak tahu harus melakukan apa ketidakmampuan keluarga merawat
Keluarga mengatakan tidak tahu proses terjadinya
anggota keluarga yang mengalami
nyeri saat batuk/sesak, penyebab dan cara
nyeri daerah perut
perawatannya

Data Obyektif :
An.Y terlihat meringis memegang perut dan
merengek kesakitan
Hasil pemeriksaan fisik :
Nadi : 90x/menit
TD : 110/80 mmHg
P : nyeri pada perut setelah makan
Q : nyeri seperti diremas-remas
R : nyeri di bagian abdomen
S : 4 dari 10
T : nyeri terjadi saat setelah makan

1. Penapisan Masalah
1) Hipertermi pada keluarga Tn. S khususnya An.Y berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
KRITERIA NILAI SKOR PEMBENARAN
Sifat Masalah : Aktual 3/3 x 1 1 Setiap demam, An.Y
merasa gelisah dan
badannya panas, keluarga
akan memberikan obat
penurun panas
Kemungkinan msalah 1/2 x 2 1 Harapan keluarga
dapat di ubah : Sebagian terhadap kesembuhan
tinggi tetapi An.Y sedang
mengalami proses
peradangan dari bakteri
penyebab penyakitnya
dan rentan mengalami
kejang
Potensi masalah dapat 2/3 x 1 2/3 An.Y merasakan panas
dicegah : Cukup terhadap tubuhnya.

42
Namun keluarga belum
mengetahui penyebab
pasti anaknya sering
merasakan sakit perut
dan bagaimana terjadinya
demam tersebut.
Menonjolnya masalah : 0/2 x 1 0 Keluarga menyadari
Ada tidak perlu segera
adanya masalah
ditangani
kesehatan pada An.Y
namun tidak mengetahui
gejala nya sehingga
jarang ditangani dengan
segera
TOTAL SKOR 3 1/6

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn.S


khususnya An.Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang mengalami mual, muntah
KRITERIA NILAI SKOR PEMBENARAN
Sifat Masalah : Aktual 3/3 x 1 1 An. Y tidak nafsu makan
dan setiap ingin makan
An.Y merasa mual dan
muntah
Kemungkinan msalah x 2 1 Harapan keluarga
dapat di ubah : Sebagian terhadap kesembuhan
tinggi tetapi penurunan
nafsu makan yang
dirasakan An. Y karena
mual yang dirasakan
sehingga keluarga tidak
mengetahui penangan
yang tepat untuk

43
mengatasi mual muntah
Potensi masalah dapat 2/3 x 1 2/3 An.Y merasa tidak nafsu
dicegah : Cukup makan namun keluarga
tahu bagaimana cara
memberikan makanan
tersebut.
Menonjolnya masalah : x1 Keluarga Tn.S
Ada tidak perlu segera
menganggap kurang
ditangani
nafsu makan biasa jadi
tidak perlu penanganan
yang begitu serius
TOTAL SKOR 3 1/6

3) Nyeri akut, nyeri abdomen pada keluarga Tn.S khususnya An.Y berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami
nyeri daerah perut
KRITERIA NILAI SKOR PEMBENARAN
Sifat Masalah : Aktual 3/3 x 1 1 Setiap setelah makan
An.Y mengalami nyeri
abdomen
Kemungkinan msalah x 2 1 Harapan keluarga
dapat di ubah : Sebagian terhadap kesembuhan
tinggi tetapi kondisi nyeri
pada perut An.Y
disebabkan oleh tukak di
usus yang terjadi
sehingga keluarga tidak
mengetahui penangan
yang tepat untuk nyeri
perutnya
Potensi masalah dapat 2/3 x 1 2/3 An.Y merasakan nyeri
dicegah : Cukup setelah makan namun
keluarga tahu penyebab

44
pasti nyeri tersebut.
Menonjolnya masalah : x1 Keluarga Tn.K
Ada tidak perlu segera
menganggap nyerinya
ditangani
biasa karena mual jadi
tidak perlu ditangani
TOTAL SKOR 3 1/6

Prioritas Diagnosa Keperawatan :


1. Hipertermi pada keluarga Tn. S khususnya An.Y berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga
Tn.S khususnya An.Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang mengalami mual, muntah
3. Nyeri akut, nyeri abdomen pada keluarga Tn.S khususnya An.Y
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang mengalami nyeri daerah perut
4.
B. PERENCANAAN (PLANNING)
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak :

DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA STANDAR RENCANA


KEPERAWATAN
EVALUASI EVALUASI INTERVENSI
Hipertermi pada Tujuan umum:
Setelah
Tn.S khususnya
dilakukan
An.Y berhubungan
kunjungan
dengan
rumah selama
ketidakmampuan
2 minggu
keluarga mengenal
diharapkan
masalah kesehatan.
suhu tubuh
normal

Tujuan Respon verbal Thypoid adalah - Diskusikan


Khusus: penyakit yang dengan
Setelah
disebabkan oleh keluarga
dilakukan

45
tindakan bakteri pengertian
keperawatan Salmonella thypoid
- Anjurkan
selama 2x45 typhii yang
keluarga untuk
menit , merupakan
mengungkap
keluarga bakteri gram
kembali
mampu : negatif
Mengenal pengertian
berbentuk
masalah thypoid
batang yang
- Diskusikan
hipertermi
masuk melalui
tanda dan
pada thypoid :
makanan dan
a. Menjelaskan gejala yang
minuman yang
apa yang biasanya
terkontaminasi.
dimaksud terjadi pada
dengan An.Y
- Anjurkan
thypoid
keluarga untuk
menyebutkan
kembali
thypoid
b. Menjelaskan Respon verbal Menyebutkan 4 Diskusikan tanda
tanda dan dari 7 dan gejala yang
gejala tanda/gejala biasa terjadi
thypoid yang terjadi pada An.Y
terjadi pada thypoid : Anjurkan keluarga
1. Demam untuk
tinggi menyebutkan
2. Nyeri perut
3. Pusing kembali tanda
4. Mual muntah sebelum thypoid
Beri pujian atas
jawaban yang
benar
c. Menjelaskan Respon verbal Menyebutkan 2 Diskusikan
penyebab dari 3 penyebab

46
hipertermi hipertermi pada bersama
pada thypoid : keluarga
1. Laju
thypoid penyebab sesak
metabolisme
pada bronchitis
meningkat Motivasi keluarga
2. Endotoksin
untuk
mengulang
kembali
penyebab sesak
Jelaskan kembali
tentang hal-hal
yang teah
didiskusikan
Ketidakseimbanga Tujuan umum:
Setelah
n nureisi pada
dilakukan
keluarga Tn,S
kunjungan
khususnya An.Y
rumah selama
berhubungan
2 minggu
dengan
diharapkan
ketidakmampuan
mual muntah
keluarga merawat
anggota keluarga
yang mengalami
mual muntah

Tujuan Respon verbal Cara mengatsi Gali pengetahuan


Khusus: mual muntah: keluarga dalam
Setelah 1. Berikan
mengatasi nyeri
dilakukan setengah
dan batuk
tindakan sendok teh Diskusikan
keperawatan jus limau dengan keluarga
selama 2x45 dan madu cara perawatan

47
menit , sangat baik nyeri dada
keluarga diberikan 2 Motivasi keluarga
mampu : atau 3 kali untuk
Menjelaskan mengungkapkan
setiap hari
cara mengatasi kembali apa
untuk
mual muntah yang telah
menjaga
kondisi disampaikan

tubuh.
2. Penerapan
kantong es
yang
ditempelkan
pada perut
dan tulang
belakang
juga
merupakan
metode
yang efektif
untuk
menjaga
kondisi
tubuh.
3. Berikan air
kelapa dapat
membuat
perut dan
kondisi kita
menjadi
sejuk dan
itu
bermanfaat

48
untuk
menghilang
kan
gangguan-
gangguan
terhadap
perut
dengan
meminumny
a sebanyak
setengah
cangkir
setiap hari.
Nyeri akut , nyeri Tujuan umum: Cara perawatan Gali pengetahuan
Setelah
peurt pada nyeri dada saat keluarga dalam
dilakukan
keluarga Tn.S batuk : mengatasi nyeri
kunjungan 1. Usap perut
khususnya An.Y perut
rumah selama dengan Diskusikan
berhubungan
2 minggu minyak kayu dengan keluarga
dengan
diharapkan putih atau cara perawatan
ketidakmampuan
nyeri balsem yang nyeri perut
keluarga merawat
berkurang dapat Motivasi keluarga
anggota keluarga
mengahangatk untuk
yang mengalami
an perut mengungkapkan
nyeri perut
2. Buatkan teh kembali apa
jahe dengan yang telah
cara : disampaikan
a. Cuci jahe,
bakar jahe
hingga
keluar
aromanya,

49
kupas
bersih, iris
jahe 8cm.
b. Rebus air
hingga
mendidih,
masukkan
jahe
c. Tunggu 3-5
menit
d. Siapkan
gelas yang
sudah berisi
teh dan gula
e. Tuangkan
air rebusan
jahe
bersama
beberapa
irisan jahe
ke dalam
gelas yang
berisi teh
dan gula
Tujuan Respon verbal
Khusus:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x45
menit ,
keluarga

50
mampu :
Menjelaskan
cara perawatan
nyeri perut

C. Implementasi Dan Evaluasi


Catatan perkembangan asuhan keperawatan keluarga Tn.S
HARI/ NO. IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
TANGGAL DIAGNOS
A
Sabtu, 1.1 Diskusikan bersama keluarga dengan
Subjektif :
12/10/2016 menggunakan leaflet : Keluarga
Pengertian thypoid mengatakan
Tanda dan gejala thypoid bahwa thypoid
Penyebab thypoid adalah penyakit
Menanyakan kepada keluarga yang disebabkan
hal-hal yang belum dimengerti. oleh bakteri
Keluarrga
Meminta keluarga untuk
mengatakan
menjelaskan kembali tentang
bahwa tanda dan
pengertian,tanda dan
gejala thypoid
gejala,dan penyebab thypoid.
adalah demam
Memberi pujian atas jawaban tinggi , pusing,
yang benar dari keluarga. nyeri perut,

Objektif :
Keluarga
menyimak
penjelasan
dengan baik
Keluarga berusaha
menjawab setiap
pertanyaan yang
diajukan
Analisis :
TUK tercapai
sesuai rencana

51
Planning :
Evaluasi kembali
TUK 1 tentang
pengertian, tanda
dan gejala,
penyebab thypoid
pada pertemuan
kunjungan berikut.
Sabtu, 2.2 Mengevaluasi TUK 1.1 yang Subjektif :
18/10/2016 telah dilakukan pada Keluarga
pertemuan minggu lalu mengatakan akan
mengenai pengertian, tanda berusaha
dan gejala, penyebab thypoid. mencoba
mengatasi mual
Memberitahu keluarga tentang muntah pada
penanganan mual muntah An.Y seperti
dengan pemberian jus limau yang dijelaskan
dan penerapan kantong es yang
ditempelkan di punggung
untuk mengurangi mual
muntah.

Mendemonstrasikan kepada
keluarga cara mengatasi mual
muntah dengan cara minum jus
limau.
Objektif :
Keluarga
mendemonstrasik
an cara
mengurangi mual
muntah sesuai
dengan cara yang
telah di ajarkan
Keluarga tampak
antusias

52
Memberi pujian atas tindakan Analisis :
demonstrasi cara mengurangi TUK 1 tercapai
mual muntah dengan cara sesuai rencana
minum jus limau dilakukan
keluarga
Planning :
Evaluasi keluarga
dalam penanganan
mual muntah pada
An.Y
Sabtu, 3.3 Mengevaluasi TUK 2.2 yang Subjektif :
24/10/2016 telah dilakukan pada Keluarga mengata-
pertemuan minggu lalu kan akan berusaha
mengenai penanganan dalam mencoba mengatasi
nyeri perut pada
mual muntah pada thypoid.
An.Y seperti yang
Memberitahu keluarga tentang dijelaskan
penanganan nyeri perut
dengan pemberian minyak
kayu putih atau balsem di
bagian perut guna
menghangatkan perut sehingga
nyeri berkurang

Mendemonstrasikan kepada
keluarga cara mengurangi nyeri
perut dengan minum
teh jahe
Objektif :
Keluarga
mendemonstrasik
an cara
mengurangi nyeri
perut saat sesuai
dengan cara yang
telah di ajarkan
Keluarga tampak
antusias
Memberi pujian atas tindakan Analisis :
demonstrasi cara mengurangi TUK 1 tercapai

53
nyeri perut dengan teh jahe yang sesuai rencana
dilakukan keluarga
Planning :
Evaluasi keluarga
dalam penanganan
nyeriperut saat batuk
pada An.Y

Daftar Pustaka

Cahyono, J.B. Suharyo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: Kanisius
Tapan, Erik. 2004. Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria, Demam Berdarah,
Tifus. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Sidoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta: Internal
Publishing
Damin, Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC
Soedarmo, Sumarmo S Poorwo., dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta:
IDAI

Achjar, H. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Denpasar: Sagung


Seto.
Nurarif,A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC NOC.Yogyakarta:Mediaction Jogja.
Herdman, T. H. (2015). Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasivikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

54

Anda mungkin juga menyukai