Anda di halaman 1dari 1095

Direktorat Pembinaan SMK

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Petunjuk Teknis
BANTUAN OPERASIONAL
SEKOLAH (BOS) SMK DAN
PERATURAN-PERATURAN
PENGELOLAAN BOS SMK
TAHUN 2017
Daftar Isi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 Tentang
Petunjuk Tekniks Bantuan Operasional Sekolah_________________ 1
Surat Edaran Nomor 903/1043/SJ Tentang Petunjuk
Teknik Pengelolaan Dana Bantuan Operasional
sekolah Satuan Pendidikan Menengah Negeri dan Satuan
Pendidikan Khusus Negeri yang Diselenggarakan Pemerintah-
Provinsi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah_______ 109
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat
dan Pemerintahan Daerah___________________________________ 133
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2006
Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2017_______________________________________ 203
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan_____________ 283
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah____________ 339
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2006
Tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2007_______________________________________ 401
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 173/PMK.05/2006 Tentang Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga___________________________________________ 587
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 187/PMK.07/2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.07/2015
tentang Pengerlolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa_______ 623
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah______________ 749

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 iiiii


Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hiba
dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah_________________________________________ 905
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan danbelanja Daerah Tahun Anggaran 2017__________ 939

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


iv Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayan
Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2017
Tentang
Petunjuk Tekniks
Bantuan Operasional Sekolah
SALINAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2017
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan akses dan mutu


pendidikan sebagai salah satu prioritas pembangunan
nasional, perlu mendorong pemerintah daerah dalam
menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat;
b. bahwa untuk mendorong pemerintah daerah agar
terwujudnya peningkatan akses dan mutu pendidikan
bagi masyarakat, perlu mengalokasikan dana bantuan
operasional sekolah;
c. bahwa agar pengalokasian dana bantuan operasional
sekolah sebagaimana dimaksud dalam huruf b sesuai
dengan tujuan dan sasaran perlu petunjuk teknis;
d. bahwa kewenangan pembinaan pendidikan menengah
telah beralih dari pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada pemerintah daerah provinsi sesuai dengan
amanat dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3


-2-

tentang Pemerintahan Daerah, sehingga Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 80 Tahun
2015 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 16 Tahun
2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 80 Tahun 2015
tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan
Operasional sekolah perlu diganti;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, sampai dengan huruf d,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 4496) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


4 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-3-

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5157);
6. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 5);
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2
Tahun 2008 tentang Buku;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
8 Tahun 2016 tentang Buku yang Digunakan oleh
Satuan Pendidikan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 351);

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5


-4-

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.07/2016


tentang Pengelolaan Transfer ke daerah dan Dana
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 447);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL
SEKOLAH.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan.
2. Biaya Pendidikan adalah sumber daya keuangan yang
disediakan dan/atau diperlukan untuk biaya satuan
pendidikan, biaya penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan, serta biaya pribadi peserta didik sesuai
peraturan perundang-undangan.
3. Bantuan Operasional Sekolah yang selanjutnya
disingkat BOS adalah program Pemerintah Pusat
untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non
personalia bagi satuan pendidikan dasar dan
menengah.
4. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah
salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang
pendidikan dasar.
5. Sekolah Dasar Luar Biasa yang selanjutnya disingkat
SDLB adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan khusus
pada jenjang pendidikan dasar.
6. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya
disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
umum pada jenjang pendidikan dasar.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


6 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-5-

7. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa yang


selanjutnya disingkat SMPLB adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan khusus pada jenjang
pendidikan dasar.
8. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkat
SMA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
pada jenjang pendidikan menengah.
9. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa yang selanjutnya
disingkat SMALB adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
khusus pada jenjang pendidikan Menengah.
10. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya
disingkat SMK adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
kejuruan pada jenjang pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
di bidang tertentu.
11. Sekolah Terintegrasi adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
yang dilaksanakan antarjenjang pendidikan dalam
satu lokasi
12. Pengadaan Secara Elektronik atau e-procurement
adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan
dengan menggunakan teknologi informasi dan
transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
13. E-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa
melalui sistem katalog elektronik.
14. Menteri adalah menteri yang menangani urusan
pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan.
15. Sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah
yang selanjutnya disebut Dapodik adalah suatu sistem
pendataan yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan yang memuat data satuan
pendidikan, peserta didik, pendidik dan tenaga

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7


-6-

kependidikan, dan substansi pendidikan yang datanya


bersumber dari satuan pendidikan dasar dan
menengah yang terus menerus diperbaharui secara
online.
16. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat
SPM adalah Kriteria minimal berupa nilai kumulatif
pemenuhan Standar Nasional Pendidikan yang harus
dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan.
17. Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya
disingkat SNP adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
18. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah pada
pemerintah daerah selaku Pengguna Anggaran/
Pengguna Barang.
19. Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya
disingkat RKUN adalah rekening tempat penyimpanan
uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung
seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh
pengeluaran negara pada bank sentral.
20. Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat RKUD adalah Rekening tempat penyimpanan
uang daerah yang ditentukan oleh gubernur untuk
menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank
yang ditetapkan
21. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah yang
selanjutnya disingkat RKAS adalah rencana biaya dan
pendanaan program/kegiatan untuk 1 (satu) tahun
anggaran baik yang bersifat strategis ataupun rutin
yang diterima dan dikelola langsung oleh sekolah.
22. Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang selanjutnya
disingkat MGMP.
23. Musyawarah Kerja Kepala Sekolah yang selanjutnya
disingkat MKKS.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


8 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-7-

24. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan


realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil
(outcome) terhadap rencana dan standar yang telah
ditetapkan.
25. Laporan adalah penyajian data dan informasi suatu
kegiatan yang telah, sedang atau akan dilaksanakan
sebagai indikator pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
yang direncanakan.
26. Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang
beranggotakan orang tua/wali peserta didik,
komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang
peduli pendidikan.

Pasal 2
(1) Petunjuk teknis BOS merupakan pedoman bagi
pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dan
satuan pendidikan dalam penggunaan dan
pertanggungjawaban keuangan BOS.
(2) Petunjuk teknis BOS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 80 Tahun
2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
2103) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 16 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 80 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Dana Bantuan Operasional sekolah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 683), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9


-8-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Februari 2017

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MUHADJIR EFFENDY

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Februari 2017

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 335

Salinan sesuai dengan aslinya,


Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Ttd.

Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


10 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 8 TAHUN 2017
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan BOS
Tujuan BOS pada:
1. SD/SDLB/SMP/SMPLB untuk:
a. membebaskan pungutan biaya operasi sekolah bagi peserta
didik SD/SDLB/SMP/SMPLB yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah;
b. meringankan beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik
SD/SDLB/SMP/SMPLB yang diselenggarakan oleh
masyarakat; dan/atau
c. membebaskan pungutan peserta didik yang orangtua/walinya
tidak mampu pada SD/SDLB/SMP/SMPLB yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
2. SMA/SMALB/SMK untuk:
a. membantu biaya operasional sekolah nonpersonalia;
b. meningkatkan angka partisipasi kasar;
c. mengurangi angka putus sekolah;
d. mewujudkan keberpihakan Pemerintah Pusat (affimative
action) bagi peserta didik yang orangtua/walinya tidak
mampu dengan membebaskan (fee waive) dan/atau
membantu (discount fee) tagihan biaya sekolah dan biaya
lainnya di SMA/SMALB/SMK sekolah;
e. memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi
peserta didik yang orangtua/walinya tidak mampu untuk

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 11


- 10 -

mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan


bermutu; dan/atau
f. meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.

B. Sasaran
SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/SMK yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, atau masyarakat yang telah
terdata dalam Dapodik dan memenuhi syarat sebagai penerima BOS
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/SMK yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah dilarang untuk
menolak BOS yang telah dialokasikan.
SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/SMK yang diselenggarakan
oleh masyarakat dapat menolak BOS yang telah dialokasikan setelah
memperoleh persetujuan orang tua peserta didik melalui Komite
Sekolah dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan peserta didik
yang orangtua/walinya tidak mampu di SD/SDLB/SMP/SMPLB dan
SMA/SMALB/SMK yang bersangkutan.

C. Satuan Biaya
BOS yang diterima oleh SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/
SMK dihitung berdasarkan jumlah peserta didik pada sekolah yang
bersangkutan.
Satuan biaya BOS untuk:
1. SD/SDLB : Rp 800.000,-/peserta didik/tahun
2. SMP/SMPLB : Rp 1.000.000,-/peserta didik/tahun
3. SMA/SMALB dan SMK : Rp 1.400.000,-/peserta didik/tahun

D. Waktu Penyaluran
Penyaluran BOS dilakukan setiap 3 (tiga) bulan (triwulan), yaitu
Januari-Maret, April-Juni, Juli-September, dan Oktober-Desember.
Bagi wilayah yang secara geografis sangat sulit dijangkau sehingga
proses pengambilan BOS mengalami hambatan atau memerlukan biaya
pengambilan yang mahal, maka atas usulan pemerintah daerah dan
persetujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


12 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 11 -

penyaluran BOS dilakukan setiap 6 (enam) bulan (semester), yaitu


Januari-Juni dan Juli-Desember.

E. Pengelolaan BOS Menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah


BOS dikelola oleh SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/SMK
dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang
memberikan kebebasan dalam perencanaan, pengelolaan, dan
pengawasan program yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
sekolah. Penggunaan BOS hanya untuk kepentingan peningkatan
layanan pendidikan dan tidak ada intervensi atau pemotongan dari
pihak manapun. Pengelolaan BOS mengikutsertakan dewan guru dan
Komite Sekolah. Dalam hal pengelolaan BOS menggunakan MBS, maka
SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/SMK harus:
1. mengelola dana secara profesional dengan menerapkan prinsip
efisien, efektif, akuntabel, dan transparan;
2. melakukan evaluasi setiap tahun;
3. menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM), Rencana
Kerja Tahunan (RKT), dan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS), dengan ketentuan:
a. RKAS memuat BOS;
b. RKJM disusun setiap 4 (empat) tahun;
c. RKJM, RKT, dan RKAS disusun berdasarkan hasil evaluasi
diri sekolah;
d. RKJM, RKT, dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan
guru setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah
dan disahkan oleh dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3113


- 12 -

BAB II
TIM BOS

A. Tim BOS Pusat


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Tim BOS Pusat, yang
terdiri atas:
1. Tim Pengarah
Tim Pengarah terdiri atas unsur:
a. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan;
b. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas);
c. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
d. Kementerian Keuangan; dan
e. Kementerian Dalam Negeri.
2. Penanggung Jawab Umum
a. Ketua : Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
b. Anggota :
1) Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
2) Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan
Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas);
3) Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama,
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan;
4) Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kementerian
Dalam Negeri;
5) Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian
Keuangan.
3. Penanggungjawab Program BOS

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


14 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 13 -

a. Ketua : Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama


(SMP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
b. Anggota :
1) Direktur Pembinaan Sekolah Dasar (SD), Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
2) Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
3) Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
4) Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus (PKLK), Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
5) Direktur Dana Perimbangan, Kementerian Keuangan;
6) Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan, Kementerian
Dalam Negeri;
7) Direktur Pendidikan, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas);
8) Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
9) Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
10) Kepala Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Tim Pelaksana Program BOS
a. Ketua Tim Pelaksana:
1) Ketua Tim Pelaksana SD;
2) Ketua Tim Pelaksana SMP;
3) Ketua Tim Pelaksana SMA;
4) Ketua Tim Pelaksana SMK;
5) Ketua Tim Pelaksana PKLK.
b. Sekretaris Tim Pelaksana
1) Sekretaris Tim Pelaksana SD;
2) Sekretaris Tim Pelaksana SMP;
3) Sekretaris Tim Pelaksana SMA;
4) Sekretaris Tim Pelaksana SMK;
5) Sekretaris Tim Pelaksana PKLK.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5115


- 14 -

c. Penanggung Jawab Sekretariat


1) Penanggung jawab Sekretariat SD;
2) Penanggung jawab Sekretariat SMP;
3) Penanggung jawab Sekretariat SMA;
4) Penanggung jawab Sekretariat SMK;
5) Penanggung jawab Sekretariat PKLK.
d. Bendahara
1) Bendahara SD;
2) Bendahara SMP;
3) Bendahara SMA;
4) Bendahara SMK;
5) Bendahara PKLK.
e. Penanggungjawab Data
1) Penanggung jawab Data SD;
2) Penanggung jawab Data SMP;
3) Penanggung jawab Data SMA;
4) Penanggung jawab Data SMK;
5) Penanggung jawab Data PKLK.
f. Tim Dapodik Pendidikan Dasar dan Menengah
g. Unit Monitoring dan Evaluasi, dan Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat:
1) Unit Monitoring dan Evaluasi, dan Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat SD;
2) Unit Monitoring dan Evaluasi, dan Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat SMP;
3) Unit Monitoring dan Evaluasi, dan Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat SMA;
4) Unit Monitoring dan Evaluasi, dan Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat SMK;
5) Unit Monitoring dan Evaluasi, dan Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat PKLK;
6) Unit Layanan Terpadu Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
h. Unit Publikasi/Humas.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


16 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 15 -

B. Tim BOS Provinsi


1. Struktur Keanggotaan
Gubernur membentuk Tim BOS Provinsi dengan susunan
keanggotaan yang terdiri atas:
a. Tim Pengarah : Gubernur
b. Penanggung Jawab
1) Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi
2) Anggota :
a) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi;
b) Kepala Dinas/Badan/Biro Pengelola Keuangan
Daerah.
c. Tim Pelaksana Program BOS
1) Ketua Tim Pelaksana;
2) Sekretaris Tim Pelaksana;
3) Bendahara;
4) Penanggung Jawab Data:
a) Penanggung Jawab Data BOS Pendidikan Dasar
(Dikdas);
b) Penanggung Jawab Data BOS Pendidikan Menengah
(Dikmen).
5) Tim Dapodik (dari unsur Dinas Pendidikan Provinsi);
6) Unit Monitoring dan Evaluasi, dan Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat Pendidikan
Menengah:
7) Unit Publikasi/Humas (dari unsur Dinas Pendidikan
Provinsi).
2. Tugas Dan Tanggung Jawab Tim BOS Provinsi
Tugas dan tanggung jawab Tim BOS Provinsi meliputi:
a. mempersiapkan dokumen pelaksanaan anggaran pejabat
pengelola keuangan daerah berdasarkan alokasi BOS untuk
semua jenjang yang ditetapkan dari pusat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan
lembaga penyalur BOS yang telah ditunjuk dengan
mencantumkan hak dan kewajiban para pihak;
c. melakukan koordinasi/sosialisasi/pelatihan kepada Tim BOS
Kabupaten/Kota;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7117


- 16 -

d. melakukan kompilasi data jumlah peserta didik di tiap


sekolah dari data yang diberikan oleh Tim Dapodik;
e. mempersiapkan Naskah Perjanjian Hibah (NPH) antara
provinsi dengan sekolah yang dilampiri dengan alokasi BOS
tiap sekolah berdasarkan Dapodik;
f. kepala dinas pendidikan provinsi sebagai penanggung jawab
Tim BOS Provinsi menandatangani NPH atas nama gubernur;
g. melakukan pencairan dan penyaluran BOS ke sekolah tepat
waktu sesuai dengan jumlah peserta didik di tiap sekolah;
h. menyampaikan laporan pencairan tiap triwulan kepada Tim
BOS Pusat yang terdiri atas soft copy Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D), soft copy rincian dana per jenjang
tiap kabupaten/kota, dan soft copy data pencairan tiap
sekolah;
i. meminta lembaga penyalur yang ditunjuk untuk melaporkan
hasil penyaluran dana ke laman BOS Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan secara online;
j. memonitor laporan penyaluran BOS dari lembaga penyalur ke
sekolah yang dikirim ke laman BOS Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
k. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
BOS di sekolah;
l. melakukan pelayanan dan penanganan pengaduan
masyarakat;
m. memonitor perkembangan penyelesaian penanganan
pengaduan yang dilakukan oleh Tim BOS Kabupaten/Kota;
n. mengupayakan penambahan dana dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) untuk operasional sekolah dan
operasional Tim BOS Provinsi;
o. membuat dan menyampaikan laporan rekapitulasi pencairan
dan penggunaan dana ke Tim BOS Pusat.
Akibat peralihan kewenangan pengelolaan sekolah pada jenjang
pendidikan menengah (SMA/SMK) dan pendidikan khusus (SDLB/
SMPLB/SMALB/SLB) dari pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada pemerintah daerah provinsi, Tim BOS Provinsi memiliki
tugas lain, yaitu:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


18 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 17 -

a. melatih, membimbing dan mendorong sekolah untuk


memasukkan data pokok pendidikan dalam sistem pendataan
yang telah disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
b. memonitor perkembangan pemasukan/updating data yang
dilakukan oleh sekolah secara online;
c. memverifikasi kelengkapan data (jumlah peserta didik dan
nomor rekening) di sekolah yang diragukan tingkat
akurasinya, kemudian meminta sekolah untuk melakukan
perbaikan data melalui sistem Dapodik;
d. memberikan sosialisasi/pelatihan kepada sekolah, Komite
Sekolah dan masyarakat tentang program BOS termasuk
melalui pemberdayaan pengawas sekolah;
e. melakukan pembinaan terhadap sekolah dalam pengelolaan
dan pelaporan BOS;
f. memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan BOS
dari sekolah, baik yang disampaikan secara offline maupun
online;
g. menegur dan memerintahkan sekolah yang belum membuat
laporan;
h. mengumpulkan dan merekapitulasi laporan realisasi
penggunaan BOS dari sekolah untuk disampaikan ke Tim
BOS Pusat;
i. melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di sekolah,
termasuk dengan memberdayakan pengawas sekolah sebagai
tim monitoring provinsi.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Tim BOS
Provinsi:
a. tidak diperkenankan menggunakan BOS yang telah ditransfer
dari RKUN ke RKUD untuk kepentingan selain BOS;
b. dilarang dengan sengaja melakukan penundaan pencairan
BOS ke sekolah, kecuali dalam rangka pemberian sanksi
kepada sekolah yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan BOS;
c. tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk
apapun terhadap Tim BOS Kabupaten/Kota/Sekolah;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9119


- 18 -

d. tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian


barang dan jasa dalam pemanfaatan BOS;
e. tidak diperkenankan mendorong sekolah untuk melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan BOS;
f. dilarang bertindak menjadi distributor/pengecer dalam proses
pembelian/pengadaan buku/barang.
Struktur Tim BOS Provinsi di atas dapat disesuaikan pada daerah
masing-masing, dengan mempertimbangkan beban kerja dalam
pengelolaan program BOS dan struktur kedinasan di provinsi.

C. Tim BOS Kabupaten/Kota


1. Struktur Keanggotaan
Bupati/walikota membentuk Tim BOS Kabupaten/Kota dengan
susunan keanggotaan yang terdiri atas:
a. Tim Pengarah : Bupati/Walikota.
b. Penanggung Jawab : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota.
c. Tim Pelaksana (dari unsur dinas pendidikan kabupaten/kota)
1) Ketua Tim Pelaksana;
2) Penanggung jawab data SD;
3) Penanggung jawab data SMP;
4) Tim Dapodik pada Pendidikan Dasar;
5) Unit Monitoring dan Evaluasi, dan Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat Pendidikan Dasar.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Kabupaten/Kota
Tugas dan tanggung jawab Tim BOS Kabupaten/Kota meliputi:
a. melatih, membimbing dan mendorong sekolah pada jenjang
pendidikan dasar untuk memasukkan data pokok pendidikan
dalam sistem pendataan yang telah disediakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
b. melakukan monitoring perkembangan pemasukan/updating
data yang dilakukan oleh sekolah pada jenjang pendidikan
dasar secara online;
c. memverifikasi kelengkapan data (jumlah peserta didik dan
nomor rekening) di sekolah pada jenjang pendidikan dasar
yang diragukan tingkat akurasinya. Selanjutnya meminta

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


20 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 19 -

sekolah untuk melakukan perbaikan data melalui sistem


Dapodik;
d. memverifikasi sekolah kecil yang memenuhi syarat/kriteria
yang telah ditetapkan untuk diusulkan ke Tim BOS Provinsi
agar memperoleh alokasi BOS minimal;
e. Kepala dinas pendidikan kabupaten/kota sebagai
penanggung jawab Tim BOS Kabupaten/Kota
menandatangani NPH mewakili sekolah pada jenjang
pendidikan dasar;
f. memberikan sosialisasi/pelatihan kepada sekolah pada
jenjang pendidikan dasar, Komite Sekolah dan masyarakat
tentang program BOS termasuk melalui pemberdayaan
pengawas sekolah;
g. mengupayakan penambahan dana dari APBD Kabupaten/
Kota untuk operasional sekolah pada jenjang pendidikan
dasar dan untuk operasional Tim BOS Kabupaten/Kota;
h. melakukan pembinaan terhadap sekolah pada jenjang
pendidikan dasar dalam pengelolaan dan pelaporan BOS;
i. memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan BOS
yang disampaikan oleh sekolah pada jenjang pendidikan
dasar secara offline maupun secara online;
j. menegur dan memerintahkan sekolah pada jenjang
pendidikan dasar yang belum membuat laporan;
k. mengumpulkan dan merekapitulasi laporan realisasi
penggunaan BOS dari sekolah pada jenjang pendidikan dasar
untuk disampaikan kepada kepala dinas pendidikan provinsi
dan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota;
l. melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di sekolah,
termasuk dengan memberdayakan pengawas sekolah sebagai
tim monitoring kabupaten/kota; dan/atau
m. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan
masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS
Kabupaten/Kota:
a. tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk
apapun terhadap sekolah;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1221


- 20 -

b. tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian


barang dan jasa dalam pemanfaatan BOS;
c. tidak diperkenankan mendorong sekolah untuk melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan BOS; dan
d. dilarang bertindak menjadi distributor/pengecer dalam proses
pembelian/pengadaan buku/barang.
Struktur Tim BOS Kabupaten/Kota di atas dapat disesuaikan di daerah
masing-masing, dengan mempertimbangkan beban kerja dalam
pengelolaan program BOS dan struktur kedinasan di kabupaten/kota.

D. Tim BOS Sekolah


1. Struktur Keanggotaan
Kepala sekolah membentuk Tim BOS Sekolah dengan susunan
keanggotaan yang terdiri atas:

a. Penanggung Jawab : Kepala Sekolah


b. Anggota :
1) Bendahara;
2) 1 (satu) orang dari unsur orang tua peserta didik di luar
Komite Sekolah yang dipilih oleh kepala sekolah dan
Komite Sekolah dengan mempertimbangkan
kredibilitasnya, serta menghindari terjadinya konflik
kepentingan;
3) Penanggung jawab pendataan.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Sekolah
Tugas dan tanggung jawab Tim BOS Sekolah meliputi:
a. mengisi, mengirim dan meng-update data pokok pendidikan
secara lengkap ke dalam sistem Dapodik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memastikan data yang masuk dalam Dapodik sesuai dengan
kondisi riil di sekolah;
c. memverifikasi kesesuaian jumlah dana yang diterima dengan
data peserta didik yang ada;
d. menyelenggarakan pembukuan secara lengkap;
e. memenuhi ketentuan transparansi pengelolaan dan
penggunaan;
f. menyusun dan menyampaikan laporan secara lengkap;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


22 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 21 -

g. bertanggung jawab secara formal dan material atas


penggunaan BOS yang diterima;
h. menandatangani surat pernyataan tanggung jawab yang
menyatakan bahwa BOS yang diterima telah digunakan
sesuai NPH BOS;
i. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan
masyarakat;
j. untuk sekolah pada jenjang pendidikan dasar yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah, memasang spanduk
di sekolah terkait kebijakan pendidikan bebas pungutan
setiap hari di serambi Sekolah.
Perwakilan orang tua dalam Tim BOS Sekolah memiliki fungsi
kontrol, pengawasan, dan memberi masukan dalam pelaksanaan
tanggung jawab Tim BOS Sekolah.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS
Sekolah:
a. bersedia diaudit oleh lembaga yang memiliki kewenangan
melakukan audit sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-perundangan terhadap seluruh dana yang dikelola
sekolah, baik yang berasal dari BOS maupun dari sumber
lain;
b. dilarang bertindak menjadi distributor/pengecer pembelian
buku kepada peserta didik di sekolah yang bersangkutan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3223


- 22 -

BAB III
PENETAPAN ALOKASI

A. Pendataan
Dalam melakukan pendataan melalui Dapodik SD/SDLB, SMP/SMPLB,
atau SMA/SMALB/SMK:
1. menggandakan/fotokopi formulir Dapodik sesuai dengan
kebutuhan;
2. melakukan sosialisasi ke seluruh peserta didik, guru, dan tenaga
kependidikan tentang tata cara pengisian formulir pendataan;
3. membagi formulir kepada individu yang bersangkutan untuk diisi
secara manual dan mengumpulkan formulir yang telah diisi;
4. memverifikasi kelengkapan dan kebenaran/kewajaran data profil
sekolah, rombongan belajar, individu peserta didik, guru dan
tenaga kependidikan, dan sarana dan prasarana;
5. memasukkan/meng-update data ke dalam aplikasi Dapodik secara
offline yang telah disiapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, kemudian mengirim ke server Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan secara online;
6. wajib mem-backup seluruh data yang telah dimasukkan (entry);
7. wajib menyimpan formulir yang telah diisi secara manual oleh
peserta didik/pendidik/tenaga kependidikan/sekolah di sekolah
masing-masing untuk keperluan monitoring dan audit;
8. melakukan update data secara reguler ketika ada perubahan data,
minimal satu kali dalam satu semester;
9. sekolah dapat berkonsultasi dengan dinas pendidikan setempat
mengenai penggunaan aplikasi pendataan dan memastikan data
yang di-input sudah masuk ke dalam server Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
10. sekolah memastikan data yang masuk dalam Dapodik sudah
sesuai dengan kondisi riil di sekolah.
Tim BOS Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap proses
pendataan pada pendidikan dasar yang memiliki keterbatasan untuk
melakukan pendataan secara mandiri. Sementara Tim BOS Provinsi
bertanggung jawab terhadap proses pendataan pada pendidikan
menengah dan pendidikan khusus.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


24 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 23 -

B. Penetapan Alokasi BOS Tiap Provinsi/Kabupaten/Kota


1. setiap awal tahun pelajaran baru Tim BOS Kabupaten/Kota, Tim
BOS Provinsi, dan Tim BOS Pusat melakukan rekonsiliasi
perkembangan update data jumlah peserta didik di tiap sekolah
yang ada pada Dapodik sebagai persiapan pengambilan data
untuk penetapan alokasi BOS tahun anggaran mendatang;
2. Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota melakukan
kontrol terhadap data jumlah peserta didik di tiap sekolah sesuai
jenjang pendidikan yang menjadi kewenangan masing-masing;
3. apabila terdapat perbedaan dengan data riil di sekolah, maka Tim
BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangan masing-masing meminta kepada sekolah untuk
memperbaiki data yang ada pada Dapodik;
4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
pengambilan data jumlah peserta didik pada Dapodik untuk
membuat usulan alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota yang
akan dikirim ke Kementerian Keuangan untuk dijadikan dasar
penetapan alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota pada tahun
anggaran berikutnya;
5. alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota tersebut dihitung
sebagai hasil rekapitulasi dari data jumlah peserta didik di tiap
sekolah yang ada di Dapodik pada tahun pelajaran yang sedang
berjalan ditambah dengan perkiraan pertambahan jumlah peserta
didik tahun pelajaran baru;
6. Pemerintah Pusat menetapkan alokasi BOS tiap
provinsi/kabupaten/kota melalui ketentuan peraturan perundang-
undangan.

C. Penetapan Alokasi BOS Tiap Sekolah


1. Tim BOS Provinsi mengunduh data jumlah peserta didik di tiap
sekolah dari Dapodik yang selanjutnya digunakan dalam
perhitungan alokasi BOS tiap sekolah. Data yang diunduh
merupakan data dari Dapodik yang telah diambil (cut off) oleh Tim
Dapodik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Alokasi BOS untuk sekolah ditetapkan dengan ketentuan berikut:
a. Data yang dijadikan sebagai acuan yaitu:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5225


- 24 -

1) data hasil cut off sebelum triwulan/semester berjalan,


yang digunakan sebagai dasar penyaluran awal.
Penggunaan data ini dengan mempertimbangkan agar
proses pencairan BOS sudah dapat dilakukan sebelum
masuk triwulan/semester sehingga sekolah dapat
menerima BOS di awal triwulan/semester;
2) data hasil cut off pada triwulan/semester berjalan yang
digunakan untuk informasi pelengkap dalam
perhitungan kelebihan atau kekurangan penyaluran BOS
di triwulan/semester berkenaan yang sudah dilakukan
menggunakan data sebelum triwulan/semester
berkenaan.
b. Cut off data yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan
data untuk penetapan alokasi di sekolah yaitu:
1) cut off tanggal 15 Desember. Data yang diambil
merupakan data jumlah peserta didik semester I Tahun
Ajaran berkenaan;
2) cut off tanggal 30 Januari. Data yang diambil
merupakan data jumlah peserta didik semester II Tahun
Ajaran berkenaan. Apabila sekolah belum melakukan
update data jumlah peserta didik semester II Tahun
Ajaran berkenaan, maka data jumlah peserta didik yang
diambil merupakan data jumlah peserta didik semester I
Tahun Ajaran berkenaan;
3) cut off tanggal 30 April. Data yang diambil merupakan
data jumlah peserta didik semester II Tahun Ajaran
berkenaan;
4) cut off tanggal 21 September, diharapkan update data
peserta didik tahun ajaran baru oleh sekolah telah
selesai dan Tim BOS Provinsi masih memiliki waktu yang
cukup untuk mempersiapkan proses pencairan dana
BOS. Data yang diambil merupakan data jumlah peserta
didik semester I Tahun Ajaran berkenaan. Apabila
sekolah belum melakukan update data jumlah peserta
didik semester I Tahun Ajaran berkenaan, maka data
jumlah peserta didik yang diambil merupakan data

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


26 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 25 -

jumlah peserta didik semester II Tahun Ajaran


sebelumnya;
5) cut off tanggal 30 Oktober. Data yang diambil merupakan
data jumlah peserta didik semester I Tahun Ajaran
berkenaan.
c. Untuk penyaluran BOS triwulanan, perhitungan alokasi tiap
sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Triwulan I
a) Perhitungan alokasi sementara tiap sekolah untuk
penyaluran BOS triwulan I menggunakan data
jumlah peserta didik hasil cut off Dapodik tanggal
15 Desember dan disesuaikan dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang
berlaku.
b) Perhitungan alokasi final triwulan I untuk tiap
sekolah dilakukan dengan membandingkan data
jumlah peserta didik masing-masing sekolah pada
hasil cut off tanggal 15 Desember dan hasil cut off
tanggal 30 Januari.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil
cut off tanggal 15 Desember dengan hasil cut off
tanggal 30 Januari, maka Tim BOS Provinsi dapat
melakukan verifikasi ke sekolah (untuk pendidikan
dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil
verifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS
Provinsi untuk menetapkan salah satu diantara 2
data hasil cut off di atas yang akan digunakan
dalam penetapan alokasi final sekolah di triwulan I.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk
menghitung alokasi sekolah di triwulan I sesuai
dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi
sekolah yang berlaku.
2) Triwulan II
a) Perhitungan alokasi sementara tiap sekolah untuk
penyaluran BOS triwulan II menggunakan data
jumlah peserta didik hasil cut off Dapodik tanggal 30
Januari, dan disesuaikan dengan ketentuan/

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7227


- 26 -

kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang


berlaku.
b) Perhitungan alokasi final triwulan II untuk tiap
sekolah dilakukan dengan membandingkan data
jumlah peserta didik masing-masing sekolah pada
hasil cut off tanggal 30 Januari dan hasil cut off
tanggal 30 April.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil
cut off tanggal 30 Januari dengan hasil cut off
tanggal 30 April, maka Tim BOS Provinsi dapat
melakukan verifikasi ke sekolah (untuk pendidikan
dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil
verifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS
Provinsi untuk menetapkan salah satu diantara 2
data hasil cut off di atas yang digunakan dalam
penetapan alokasi final sekolah di triwulan II.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk
menghitung alokasi sekolah di triwulan II sesuai
dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi
sekolah yang berlaku.
3) Triwulan III
a) Perhitungan alokasi sementara tiap sekolah untuk
penyaluran BOS triwulan III menggunakan data
jumlah peserta didik hasil cut off Dapodik tanggal 30
April, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku.
b) Perhitungan alokasi final triwulan III untuk tiap
sekolah dilakukan dengan membandingkan data
jumlah peserta didik masing-masing sekolah pada
hasil cut off tanggal 30 April dan hasil cut off tanggal
30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil
cut off tanggal 30 April dengan hasil cut off tanggal
30 Oktober, maka Tim BOS Provinsi dapat
melakukan verifikasi ke sekolah (untuk sekolah
pada jenjang pendidikan dasar melalui Tim BOS
Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


28 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 27 -

menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk


menetapkan salah satu diantara 2 data hasil cut off
di atas yang digunakan dalam penetapan alokasi
final sekolah di triwulan III.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk
menghitung alokasi sekolah di triwulan III sesuai
dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi
sekolah yang berlaku.
4) Triwulan IV
a) Perhitungan alokasi sementara tiap sekolah untuk
penyaluran BOS triwulan IV menggunakan data
jumlah peserta didik hasil cut off Dapodik tanggal 21
September, dan disesuaikan dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang
berlaku.
b) Perhitungan alokasi final triwulan IV untuk tiap
sekolah dilakukan dengan membandingkan data
jumlah peserta didik masing-masing sekolah pada
hasil cut off tanggal 21 September dan hasil cut off
tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil
cut off tanggal 21 September dengan hasil cut off
tanggal 30 Oktober, maka Tim BOS Provinsi dapat
melakukan verifikasi ke sekolah (untuk pendidikan
dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil
verifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS
Provinsi untuk menetapkan salah satu diantara 2
data hasil cut off di atas yang digunakan dalam
penetapan alokasi final sekolah di triwulan IV.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk
menghitung alokasi sekolah di triwulan IV sesuai
dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi
sekolah yang berlaku.
d. Untuk penyaluran BOS semesteran, perhitungan alokasi tiap
sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9229


- 28 -

1) Semester I
a) Perhitungan alokasi sementara tiap sekolah untuk
penyaluran BOS semester I menggunakan data
jumlah peserta didik hasil cut off Dapodik tanggal 15
Desember, dan disesuaikan dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang
berlaku.
b) Perhitungan alokasi final semester I untuk tiap
sekolah tetap didasarkan pada alokasi final tiap
triwulan, yaitu dengan menggabungkan alokasi final
triwulan I dan alokasi final triwulan II. Alokasi final
triwulan I dilakukan dengan membandingkan data
jumlah peserta didik masing-masing sekolah pada
hasil cut off tanggal 15 Desember dan hasil cut off
tanggal 30 Januari. Sedangkan alokasi final
triwulan II dilakukan dengan membandingkan data
jumlah peserta didik masing-masing sekolah pada
hasil cut off tanggal 30 Januari dan hasil cut off
tanggal 30 April.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil
cut off tanggal 15 Desember dengan hasil cut off
tanggal 30 Januari untuk triwulan I, dan antara
hasil cut off tanggal 30 Januari dengan hasil cut off
tanggal 30 April untuk triwulan II, maka Tim BOS
Provinsi dapat melakukan verifikasi ke sekolah
(untuk pendidikan dasar melalui Tim BOS
Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk
menetapkan salah satu diantara 2 data hasil cut off
pada masing-masing triwulan di atas yang
digunakan dalam penetapan alokasi final sekolah di
triwulan I dan triwulan II.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk
menghitung alokasi sekolah di triwulan I dan
triwulan II sesuai dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku. Adapun
alokasi dana final semester I yaitu dengan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


30 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 29 -

menjumlahkan alokasi dana final triwulan I dan


triwulan II.
2) Semester II
a) Perhitungan alokasi sementara tiap sekolah untuk
penyaluran BOS semester II menggunakan data
jumlah peserta didik hasil cut off Dapodik tanggal 30
April, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku.
b) Perhitungan alokasi final semester II untuk tiap
sekolah tetap didasarkan pada alokasi final tiap
triwulan, yaitu dengan menggabungkan alokasi final
triwulan III dan alokasi final triwulan IV. Alokasi
final triwulan III dilakukan dengan membandingkan
data jumlah peserta didik masing-masing sekolah
pada hasil cut off tanggal 30 April dan hasil cut off
tanggal 30 Oktober. Sedangkan alokasi final
triwulan IV dilakukan dengan membandingkan data
jumlah peserta didik masing-masing sekolah pada
hasil cut off tanggal 21 September dan hasil cut off
tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil
cut off tanggal 30 April dengan hasil cut off tanggal
30 Oktober untuk triwulan III, dan antara hasil cut
off tanggal 21 September dengan hasil cut off tanggal
30 Oktober untuk triwulan IV, maka Tim BOS
Provinsi dapat melakukan verifikasi ke sekolah
(untuk pendidikan dasar melalui Tim BOS
Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk
menetapkan salah satu diantara 2 data hasil cut off
pada masing-masing triwulan di atas yang
digunakan dalam penetapan alokasi final sekolah di
triwulan III dan triwulan IV.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk
menghitung alokasi sekolah di triwulan III dan
triwulan IV sesuai dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku. Adapun

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1331


- 30 -

alokasi dana final semester II dilakukan dengan


menjumlahkan alokasi dana final triwulan III dan
triwulan IV.
e. Pada kasus tertentu dimana terjadi perbedaan yang signifikan
antara data yang sudah diinput/disinkron oleh sekolah
dengan data hasil cut off dari Dapodik, maka sekolah dapat
melakukan klarifikasi kepada pengelola Dapodik.
Apabila berdasarkan hasil klarifikasi tersebut ternyata
perbedaan data terjadi akibat kesalahan dalam proses pada
sistem Dapodik, maka sekolah dapat meminta kepada
pengelola Dapodik untuk mengeluarkan surat keterangan
resmi yang menyatakan data jumlah peserta didik sebenarnya
dari sekolah tersebut yang seharusnya tertera dalam data
hasil cut off. Surat keterangan ini untuk selanjutnya dapat
disampaikan kepada Tim BOS Provinsi untuk melakukan
revisi terhadap data hasil cut off Dapodik yang sudah
diunduh oleh Tim BOS Provinsi.
Secara ringkas tahap pengambilan data Dapodik yang akan
dilakukan pada pelaksanaan BOS dapat dilihat dalam Gambar 1
di bawah.
Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

15 30 30 21 30
Des Jan Apr Sep Okt

D-1 D-2 D-3 D-4 D-5

ST-2 ST-3 BT-3


ST-1 + + ST-4 +
BT-1 BT-2 BT-4

Gambar 1
tahap pendataan untuk pencairan BOS
Keterangan:
D-1 : cut off Dapodik untuk penetapan alokasi sementara
penyaluran triwulan I (tanggal 15 Desember);
D-2 : cut off Dapodik untuk perhitungan lebih/kurang
penyaluran triwulan I dan untuk penetapan alokasi
sementara penyaluran triwulan II (tanggal 30 Januari);

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


32 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 31 -

D-3 : cut off Dapodik untuk perhitungan lebih/kurang


penyaluran triwulan II dan untuk penetapan alokasi
sementara penyaluran triwulan III (tanggal 30 April);
D-4 : cut off Dapodik untuk penetapan alokasi sementara
penyaluran triwulan IV (tanggal 21 September);
D-5 : cut off Dapodik untuk perhitungan lebih/kurang
penyaluran triwulan III dan triwulan IV (tanggal 30
Oktober);
ST-1 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan I/semester
I;
ST-2 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan II;
ST-3 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan
III/semester II;
ST-4 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan IV;
BT-1 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan I;
BT-2 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan
II/semester I;
BT-3 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan III;
BT-4 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan
IV/semester II.
Data Dapodik yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan
alokasi BOS tiap sekolah merupakan data individu peserta didik
yang telah diinput ke dalam aplikasi Dapodik secara valid, yaitu
yang telah terisi lengkap variabel inputnya dan difinalkan oleh Tim
Dapodik Pusat dalam bentuk data hasil cut off. Khusus untuk
SMA, data jumlah peserta didik yang diperhitungkan dalam
alokasi BOS bersumber dari isian data individu peserta didik yang
telah dilengkapi dengan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN), dan
lolos proses verifikasi dan validasi di basis data Pusat Data dan
Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
3. Untuk pendidikan dasar dan pendidikan khusus, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai kebijakan khusus terkait
perhitungan alokasi BOS bagi sekolah dengan jumlah peserta
didik kurang dari 60 peserta didik, yaitu kebijakan BOS untuk
sekolah kecil dengan memberikan alokasi BOS minimal sebanyak
60 peserta didik. Kebijakan ini didasarkan pada pertimbangan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 33


- 32 -

bahwa beberapa komponen biaya tetap (fix cost) dari biaya operasi
sekolah tidak tergantung pada jumlah peserta didik saja.
Sekolah yang menerima kebijakan alokasi minimal 60 peserta
didik terdiri atas:
a. Sekolah Terintegrasi/SMP Satap, SLB, SDLB, SMPLB, dan
SMALB;
b. SD/SMP yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) pendiriannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan berada di daerah sangat
tertinggal dengan skala satuan daerah yaitu desa.
Klasifikasi ketertinggalan setiap desa mengacu pada
hasil klasifikasi yang dikeluarkan oleh Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi;
2) sekolah di daerah kumuh atau daerah pinggiran yang
peserta didiknya tidak dapat tertampung di sekolah lain
di sekitarnya;
3) khusus untuk sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat, harus sudah memiliki izin operasional
minimal 3 (tiga) tahun, dan bersedia membebaskan iuran
bagi seluruh peserta didik.
Kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk memunculkan sekolah
kecil yang baru. Kebijakan ini tidak berlaku bagi sekolah dengan
kriteria sebagai berikut:
a. sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat yang izin
operasionalnya belum mencapai 3 (tiga) tahun;
b. sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat yang tidak
bersedia menerima kebijakan alokasi minimal.
Agar kebijakan khusus ini tidak salah sasaran, maka mekanisme
pemberian perlakuan khusus sebagai berikut:
a. Sekolah Terintegrasi/SMP Satap, SLB, SDLB, SMPLB, dan
SMALB secara otomatis mendapatkan alokasi minimal tanpa
harus direkomendasikan oleh dinas pendidikan daerah
setempat;
b. Tim BOS Kabupaten/Kota memverifikasi SD/SMP yang akan
mendapatkan kebijakan khusus tersebut sesuai dengan
kriteria yang ditentukan;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


34 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 33 -

c. Tim BOS Kabupaten/Kota merekomendasikan SD/SMP kecil


penerima kebijakan khusus dan mengusulkannya kepada
Tim BOS Provinsi dengan menyertakan daftar sekolah dan
jumlah peserta didik berdasarkan Dapodik;
d. Tim BOS Provinsi menetapkan alokasi bagi SD/SMP kecil
berdasarkan surat rekomendasi dari Tim BOS Kabupaten/
Kota. Tim BOS Provinsi berhak menolak rekomendasi dari
Tim BOS Kabupaten/Kota apabila ditemukan fakta/informasi
bahwa rekomendasi tersebut tidak sesuai dengan kriteria
yang sudah ditetapkan.
Sekolah yang memperoleh BOS dengan perlakuan khusus ini
harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. menyampaikan informasi jumlah BOS yang diterima sekolah
secara tertulis kepada orang tua peserta didik dan di papan
pengumuman;
b. mempertanggungjawabkan BOS sesuai jumlah yang diterima;
c. membebaskan iuran/pungutan dari orang tua peserta didik.
4. Perhitungan jumlah BOS untuk sekolah dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Sekolah dengan jumlah peserta didik 60 atau lebih, BOS yang
diterima oleh sekolah dihitung sebagai berikut:
1) SD/SDLB
BOS = jumlah peserta didik x Rp 800.000,-
2) SMP/SMPLB/ Sekolah Terintegrasi/SMP Satap
BOS = jumlah peserta didik x Rp 1.000.000,-
3) SMA/SMALB
BOS = jumlah peserta didik x Rp 1.400.000,-
4) SMK
BOS = jumlah peserta didik x Rp 1.400.000,-
5) SLB (dengan peserta didik lintas jenjang)
BOS = (jumlah peserta didik tingkat SD x Rp
800.000,-) + (jumlah peserta didik tingkat
SMP x Rp 1.000.000,-) + (jumlah peserta didik
tingkat SMA x Rp 1.400.000,-)
Bila hasil perhitungan jumlah dana kurang dari Rp
84.000.000,-, maka jumlah dana minimal yang diterima
SLB tersebut sebesar Rp 84.000.000,-.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5335


- 34 -

b. Sekolah dengan jumlah peserta didik kurang dari 60 (sekolah


kecil), BOS yang diterima oleh sekolah dihitung sebagai
berikut:
1) Penerima kebijakan alokasi minimal 60 peserta didik
a) SD
BOS = 60 x Rp 800.000,-
b) SMP/SMP Sekolah Terintegrasi/SMP Satap
BOS = 60 x Rp 1.000.000,-
c) SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SMPLB/SMALB)
BOS = 60 x Rp 800.000,-
d) SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SDLB/SMALB)
BOS = 60 x Rp 1.000.000,-
e) SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SDLB/SMPLB)
BOS = 60 x Rp 1.400.000,-
f) SLB yang memiliki peserta didik lintas jenjang, atau
sekolah luar biasa dengan satu manajemen antara
SDLB, dan/atau SMPLB, dan/atau SMALB
BOS = 60 x Rp 1.400.000,-
2) Bukan penerima kebijakan alokasi minimal 60 peserta
didik
a) SD
BOS = jumlah peserta didik x Rp 800.000,-
b) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap
BOS = jumlah peserta didik x Rp 1.000.000,-
c) SMA/Sekolah Terintegrasi/SMA Satap
BOS = jumlah peserta didik x Rp 1.400.000,-
d) SMK
BOS = jumlah peserta didik x Rp 1.400.000,-
c. Jumlah BOS untuk kelas jauh, SMP Terbuka dan SMA
Terbuka tetap didasarkan pada jumlah peserta didik riil yang
valid karena pengelolaan dan pertanggungjawabannya
disatukan dengan sekolah induk.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


36 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 35 -

BAB IV
PENYALURAN DANA

A. Penyaluran BOS
1. Penyaluran BOS dari RKUN ke RKUD
BOS disalurkan dari RKUN ke RKUD setiap triwulan pada waktu
yang ditentukan melalui peraturan perundang-undangan dari
Kementerian Keuangan. Adapun BOS untuk wilayah yang secara
geografis sangat sulit (wilayah terpencil) disalurkan dari RKUN ke
RKUD setiap semester pada waktu yang ditentukan.
Proporsi penyaluran dana tiap triwulan/semester dari RKUN ke
RKUD diatur dengan ketentuan persentase sebagai berikut:
a. Penyaluran tiap triwulan
1) Triwulan I : 20% dari alokasi satu tahun;
2) Triwulan II : 40% dari alokasi satu tahun;
3) Triwulan III : 20% dari alokasi satu tahun;
4) Triwulan IV : 20% dari alokasi satu tahun.
b. Penyaluran tiap semester
1) Semester I : 60% dari alokasi satu tahun;
2) Semester II : 40% dari alokasi satu tahun.
Penyaluran dan proporsi BOS dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan Kementerian Keuangan.
2. Penyaluran BOS ke Sekolah
Bendahara Umum Daerah (BUD) harus menyalurkan BOS secara
langsung ke rekening sekolah menggunakan mekanisme sesuai
dengan ketetentuan peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam
Negeri.
Proporsi penyaluran dana tiap triwulan/semester dari RKUD ke
rekening sekolah disesuaikan dengan persentase penyaluran BOS
dari RKUN ke RKUD yaitu:
a. Penyaluran tiap triwulan
1) Triwulan I, III, dan IV (proporsi 20% dari alokasi satu
tahun)
a) SD
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 160.000,-

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7337


- 36 -

b) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap


BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 200.000,-
c) SMA/Sekolah Terintegrasi/SMA Satap
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 280.000,-
d) SMK
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 280.000,-
e) SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SMPLB/ SMALB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 160.000,-
f) SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SDLB/ SMALB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 200.000,-
g) SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SDLB/ SMPLB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 280.000,-
h) SLB yang memiliki peserta didik lintas jenjang, atau
sekolah luar biasa dengan satu manajemen antara
SDLB, SMPLB, dan/atau SMALB
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 280.000,-
2) Triwulan II (proporsi 40% dari alokasi satu tahun)
a) SD
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 320.000,-
b) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 400.000,-
c) SMA/Sekolah Terintegrasi/SMA Satap
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 560.000,-
d) SMK
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 560.000,-
e) SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SMPLB/ SMALB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 320.000,-
f) SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SDLB/ SMALB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 400.000,-
g) SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SDLB/ SMPLB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 560.000,-

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


38 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 37 -

h) SLB yang memiliki peserta didik lintas jenjang, atau


sekolah luar biasa dengan satu manajemen antara
SDLB, dan/atau SMPLB, dan/atau SMALB
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 560.000,-
Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai
dengan kewenangannya harus memastikan bahwa
sekolah mencadangkan separuh dari BOS triwulan II
(20% dari alokasi satu tahun) di rekening sekolah untuk
pembelian buku teks yang harus dibeli sekolah. BOS
yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan apabila
sekolah akan membayar pemesanan buku teks yang
diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban
menyediakan buku.
Bila kebutuhan dana untuk pembelian buku teks lebih
besar dari 20% BOS yang dicadangkan tersebut, sekolah
dapat menambahkan dana tersebut dari dana yang ada.
Akan tetapi bila dana kebutuhan dana pembelian buku
teks lebih kecil dari 20% BOS yang dicadangkan
tersebut, sisa dana dapat digunakan untuk pembelian
buku lainnya atau pembiayaan kegiatan lainnya.
b. Penyaluran tiap semester
1) Semester I (proporsi 60% dari alokasi satu tahun)
a) SD
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 480.000,-
b) SMP/ Sekolah Terintegrasi/SMP Satap
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 600.000,-
c) SMA/SMA Sekolah Terintegrasi/SMA Satap
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 840.000,-
d) SMK
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 840.000,-
e) SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SMPLB/ SMALB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 480.000,-
f) SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SDLB/ SMALB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 600.000,-

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9339


- 38 -

g) SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu


dengan SDLB/ SMPLB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 840.000,-
h) SLB yang memiliki peserta didik lintas jenjang, atau
sekolah luar biasa dengan satu manajemen antara
SDLB, SMPLB, dan/atau SMALB
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 840.000,-
Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai
dengan kewenangannya harus memastikan bahwa
sekolah mencadangkan sepertiga dari BOS semester I
(20% dari alokasi satu tahun) di rekening sekolah untuk
pembelian buku teks yang harus dibeli sekolah. BOS
yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan apabila
sekolah akan membayar pemesanan buku teks yang
diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban
menyediakan buku.
Bila kebutuhan dana untuk pembelian buku teks lebih
besar dari 20% BOS yang dicadangkan tersebut, sekolah
dapat menambahkan dana tersebut dari dana yang ada.
Akan tetapi bila dana kebutuhan dana pembelian buku
teks lebih kecil dari 20% BOS yang dicadangkan
tersebut, sisa dana dapat digunakan untuk pembelian
buku lainnya atau pembiayaan kegiatan lainnya.
2) Semester II (proporsi 40% dari alokasi satu tahun)
a) SD
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 320.000,-
b) SMP/SMP Sekolah Terintegrasi/SMP Satap
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 400.000,-
c) SMA/SMA Sekolah Terintegrasi/SMA Satap
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 560.000,-
d) SMK
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 560.000,-
e) SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SMPLB/ SMALB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 320.000,-
f) SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SDLB/ SMALB)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


40 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 39 -

BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 400.000,-


g) SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu
dengan SDLB/ SMPLB)
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 560.000,-
h) SLB yang memiliki peserta didik lintas jenjang, atau
sekolah luar biasa dengan satu manajemen antara
SDLB, SMPLB, dan/atau SMALB
BOS = alokasi jumlah peserta didik x Rp 560.000,-
Beberapa ketentuan tambahan terkait dengan masalah penyaluran
BOS yang sering terjadi di daerah dan sekolah yaitu:
1. jika terdapat peserta didik pindah/mutasi dari sekolah tertentu ke
sekolah lain setelah pencairan dana di triwulan/semester
berkenaan, maka BOS peserta didik tersebut pada
triwulan/semester berjalan tetap menjadi hak sekolah lama. Revisi
jumlah peserta didik pada sekolah yang ditinggalkan/menerima
peserta didik pindahan tersebut baru diberlakukan untuk
pencairan triwulan/semester berikutnya dengan terlebih dahulu
melakukan revisi/update data Dapodik sebelum batas waktu cut
off data penyaluran awal;
2. jika terjadi kelebihan salur yang dilakukan oleh BUD ke sekolah
akibat perubahan data antara data yang digunakan untuk
perhitungan alokasi sementara dengan data yang digunakan
untuk perhitungan alokasi final pada triwulan I triwulan III
(semester I), maka sekolah harus melakukan revisi/update data
pada Dapodik agar sesuai dengan jumlah peserta didik riil di
sekolah sebelum batas waktu cut off data perhitungan lebih
kurang salur. Terhadap kelebihan yang tercatat dalam Dapodik,
Tim BOS Provinsi melakukan pengurangan BOS di sekolah
tersebut pada periode penyaluran berikutnya. Sementara
kelebihan yang tidak tercatat dalam Dapodik harus dikembalikan
oleh sekolah ke rekening KUD.
3. jika terjadi kelebihan penyaluran BOS pada triwulan IV atau
semester II maka sekolah harus mengembalikan kelebihan BOS
tersebut ke rekening KUD Provinsi;
4. Jika terjadi kekurangan salur yang dilakukan oleh BUD ke
sekolah, maka sekolah harus melakukan revisi/update data pada
Dapodik agar sesuai dengan jumlah peserta didik riil di sekolah

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1441


- 40 -

sebelum batas waktu cut off data perhitungan lebih kurang salur.
Apabila BOS di BUD masih mencukupi, kekurangan salur di
sekolah dapat langsung diselesaikan. Tapi bila dana di BUD tidak
mencukupi, Tim BOS Provinsi mengajukan laporan kekurangan
kepada Tim BOS Pusat melalui laporan penyaluran untuk
disampaikan ke Kementerian Keuangan sebagai dasar pencairan
dana cadangan.
5. sisa BOS yang belum habis digunakan di sekolah pada setiap
periode diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. jika sekolah menerima BOS melalui hibah, maka sisa BOS
menjadi milik sekolah dan digunakan untuk kepentingan
sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. jika sekolah menerima BOS melalui belanja langsung, maka
penggunaan sisa BOS berpedoman pada peraturan
perundang-undangan dari Kementerian Dalam Negeri.

B. Ketentuan Pemberian Dana


1. BOS harus diterima secara utuh oleh sekolah melalui rekening
atas nama sekolah dan tidak diperkenankan adanya pemotongan
biaya apapun dengan alasan apapun dan oleh pihak manapun.
2. Pengambilan BOS dilakukan oleh Bendahara sekolah atas
persetujuan kepala sekolah dan dapat dilakukan sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(RKAS).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


42 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 41 -

BAB V
PENGGUNAAN DANA

A. Ketentuan Penggunaan BOS di Sekolah


1. Penggunaan BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan
dan keputusan bersama antara Tim BOS Sekolah, Dewan Guru,
dan Komite Sekolah. Hasil kesepakatan di atas harus dituangkan
secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat dan
ditandatangani oleh peserta rapat. Kesepakatan penggunaan BOS
harus didasarkan skala prioritas kebutuhan sekolah, khususnya
untuk membantu mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) dan/atau Standar Nasional Pendidikan (SNP).
2. Penggunaan BOS diprioritaskan untuk kegiatan operasional
sekolah.
3. Biaya transportasi dan uang lelah guru PNS yang bertugas di luar
kewajiban jam mengajar sesuai dengan satuan biaya yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah.
4. Bunga bank/jasa giro akibat adanya BOS di rekening sekolah
diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BOS yang diterima oleh sekolah tidak diperbolehkan untuk:
1. disimpan dengan maksud dibungakan;
2. dipinjamkan kepada pihak lain;
3. membeli software/perangkat lunak untuk pelaporan keuangan
BOS atau software sejenis;
4. membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan
memerlukan biaya besar, antara lain studi banding, tur studi
(karya wisata), dan sejenisnya;
5. membayar iuran kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD
kecamatan/kabupaten/kota/provinsi/pusat, atau pihak lainnya,
kecuali untuk biaya transportasi dan konsumsi peserta
didik/pendidik/tenaga kependidikan yang mengikuti kegiatan
tersebut;
6. membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru;
7. membiayai akomodasi kegiatan antara lain sewa hotel, sewa ruang
sidang, dan lainnya;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3443


- 42 -

8. membeli pakaian/seragam/sepatu bagi guru/peserta didik untuk


kepentingan pribadi (bukan inventaris sekolah);
9. digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat;
10. membangun gedung/ruangan baru, kecuali pada SD/SDLB yang
belum memiliki prasarana jamban/WC dan kantin sehat;
11. membeli Lembar Kerja Siswa (LKS) dan bahan/peralatan yang
tidak mendukung proses pembelajaran;
12. menanamkan saham;
13. membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana
Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar;
14. membiayai kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan operasional
sekolah, antara lain membiayai iuran dalam rangka upacara
peringatan hari besar nasional, dan upacara/acara keagamaan;
15. membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/
sosialisasi/pendampingan terkait program BOS/perpajakan
program BOS yang diselenggarakan lembaga di luar dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan/atau Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

B. Komponen Pembiayaan BOS pada SD/SDLB dan SMP/SMPLB


Dari seluruh BOS yang diterima oleh sekolah, sekolah wajib
menggunakan sebagian dana tersebut untuk membeli buku teks
pelajaran bagi peserta didik dan buku pegangan bagi guru sesuai
dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah.
Buku teks tersebut harus sudah dibeli oleh (tersedia di) sekolah
sebelum Tahun Pelajaran Baru dimulai. Dengan demikian, sekolah
dapat menggunakan BOS triwulan I dan triwulan II (bagi sekolah yang
menerima penyaluran tiap triwulan) atau semester I (bagi sekolah yang
menerima penyaluran tiap semester) untuk membiayai pembelian buku
teks.
Sekolah harus mencadangkan separuh BOS yang diterima di triwulan
II (untuk sekolah yang menerima penyaluran tiap triwulan) atau
sepertiga dari BOS yang diterima di semester I (untuk sekolah yang
menerima penyaluran tiap semester), atau 20% dari alokasi sekolah
dalam satu tahun, di rekening sekolah untuk pembelian buku teks dan
nonteks yang harus dibeli sekolah. BOS yang dicadangkan ini baru

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


44 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 43 -

boleh dicairkan apabila sekolah akan membayar pemesanan buku teks


yang diperlukan atau sudah memenuhi kewajiban menyediakan buku.
Apabila penggunaan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari
20% BOS yang telah dicadangkan, sekolah dapat menambahkan dana
tersebut dari dana yang ada. Sebaliknya apabila dana yang
dicadangkan tersebut masih tersisa setelah sekolah memenuhi
kebutuhan buku teks yang telah ditentukan, maka sisa dana tersebut
dapat digunakan untuk pembelian buku lainnya atau pembiayaan
kegiatan lainnya.
Ketentuan penggunaan BOS pada SD dan SMP sebagai berikut:
1. Pengembangan Perpustakaan
a. Sekolah wajib membeli/menyediakan buku teks pelajaran
untuk peserta didik dan buku panduan guru sesuai dengan
kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Buku teks
pelajaran yang dibeli mencakup pembelian buku teks
pelajaran baru, mengganti buku yang rusak, dan/atau
membeli kekurangan buku agar tercukupi rasio satu peserta
didik satu buku untuk tiap mata pelajaran atau tema.
Ketentuan pembelian/penyediaan buku dari BOS sebagai
berikut:
1) SD
a) Penyelenggara Kurikulum 2013 (K-13)
(1) SD yang sudah melaksanakan K-13, maka
buku yang harus dibeli merupakan buku
untuk setiap tema pada Kelas 1 dan Kelas 4
semester II dan Kelas 2 dan Kelas 5 semester I.
(2) SD yang baru melaksanakan K-13, maka buku
yang harus dibeli merupakan buku untuk
setiap tema pada Kelas 1 dan Kelas 4 semester
I.
(3) SD pelaksana K-13 sebagaimana dimaksud
pada angka (1) dan (2), maka khusus Kelas 4
harus membeli buku untuk mata pelajaran
Matematika, dan Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5445


- 44 -

(4) Buku teks yang harus dibeli sekolah


merupakan buku teks pelajaran yang telah
dinilai dan telah ditetapkan Harga Eceran
Tertinggi (HET) nya oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
(5) Buku yang dibeli oleh sekolah harus dijadikan
pegangan oleh peserta didik dan guru dalam
proses pembelajaran di sekolah. Buku ini
digunakan sebagai buku teks pelajaran
sepanjang tidak ada perubahan ketentuan
buku teks dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
b) Penyelenggara Kurikulum 2006
(1) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah
merupakan buku untuk setiap mata pelajaran
pada semua tingkat kelas. Jumlah buku yang
dibeli bertujuan untuk mencukupi kekurangan
akibat adanya penambahan jumlah peserta
didik dan/atau adanya buku lama yang rusak.
(2) Buku teks pelajaran yang dibeli sekolah
merupakan buku teks pelajaran yang telah
dinilai dan telah ditetapkan HET nya oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
(3) Buku yang dibeli harus dijadikan pegangan
oleh peserta didik dan guru dalam proses
pembelajaran di sekolah. Buku ini digunakan
sebagai buku teks pelajaran sepanjang tidak
ada perubahan ketentuan buku teks dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2) SMP
a) Penyelenggara K-13
(1) Buku yang harus dibeli sekolah merupakan
buku teks pelajaran untuk setiap mata
pelajaran pada kelas 8 dan kelas 9 sejumlah
peserta didik, dan buku panduan guru untuk
setiap mata pelajaran pada kelas 8 dan kelas 9
sejumlah guru mata pelajaran. Untuk kelas 7,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


46 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 45 -

jumlah buku yang dibeli bertujuan untuk


mencukupi kekurangan akibat adanya
penambahan jumlah peserta didik dan/atau
adanya buku lama yang rusak.
(2) Bagi sekolah yang baru melaksanakan K-13 di
tahun ini, buku yang harus dibeli merupakan
buku teks pelajaran untuk setiap mata
pelajaran pada kelas 7 sejumlah peserta didik
dan buku panduan guru untuk setiap mata
pelajaran pada kelas 7 sejumlah guru mata
pelajaran.
(3) Buku yang harus dibeli sekolah merupakan
buku teks pelajaran yang telah dinilai dan telah
ditetapkan HET nya oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
(4) Buku teks pelajaran yang dibeli harus
dijadikan pegangan oleh peserta didik dan guru
dalam proses pembelajaran di sekolah. Buku
ini digunakan sebagai buku teks pelajaran
sepanjang tidak ada perubahan ketentuan
buku teks dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
b) Penyelenggara Kurikulum 2006
(1) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah
merupakan buku untuk setiap mata pelajaran
pada semua tingkat kelas. Jumlah buku yang
dibeli bertujuan untuk mencukupi kekurangan
akibat adanya penambahan jumlah peserta
didik dan/atau adanya buku lama yang rusak.
(2) Buku teks pelajaran yang dibeli merupakan
buku teks pelajaran yang telah dinilai dan telah
ditetapkan HET nya oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
(3) Buku teks pelajaran yang dibeli ini harus
dijadikan pegangan oleh peserta didik dan guru
dalam proses pembelajaran di sekolah. Buku
ini digunakan sebagai buku teks pelajaran

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7447


- 46 -

sepanjang tidak ada perubahan ketentuan


buku teks dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
b. Membeli buku bacaan, buku pengayaan, dan buku referensi
untuk memenuhi SPM pendidikan dasar sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang
mengatur tentang Standar Pelayanan Minimal.
c. Langganan koran dan/atau majalah/publikasi berkala yang
terkait dengan pendidikan, baik offline maupun online.
d. Pemeliharaan atau pembelian baru buku/koleksi
perpustakaan apabila buku/koleksi yang lama sudah tidak
dapat digunakan dan/atau kurang jumlahnya.
e. Peningkatan kompetensi tenaga perpustakaan.
f. Pengembangan database perpustakaan.
g. Pemeliharaan perabot perpustakaan atau pembelian baru
apabila perabot yang lama sudah tidak dapat digunakan atau
jumlahnya kurang.
h. Pemeliharaan dan/atau pembelian AC perpustakaan.
2. Penerimaan Peserta Didik Baru
a. Semua jenis pengeluaran dalam rangka penerimaan peserta
didik baru (termasuk pendaftaran ulang peserta didik lama),
antara lain:
1) penggandaan formulir pendaftaran;
2) administrasi pendaftaran;
3) publikasi (pembuatan spanduk, brosur, dan lainnya);
4) biaya kegiatan pengenalan lingkungan sekolah;
5) konsumsi penyelenggaraan kegiatan dan transportasi.
b. Pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan.
3. Kegiatan Pembelajaran dan Ekstrakurikuler
a. Membeli/mengganti alat peraga IPA yang diperlukan sekolah
untuk memenuhi SPM pada SD.
b. Mendukung penyelenggaraan pembelajaran aktif kreatif
efektif dan menyenangkan pada SD.
c. Mendukung penyelenggaraan pembelajaran kontekstual pada
SMP.
d. Pengembangan pendidikan karakter, penumbuhan budi
pekerti, dan kegiatan program pelibatan keluarga di sekolah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


48 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 47 -

e. Pembelajaran remedial dan pembelajaran pengayaan.


f. Pemantapan persiapan ujian.
g. Olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang
merah remaja, dan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
kebutuhan sekolah lainnya.
h. Pendidikan dan pengembangan sekolah sehat, aman, ramah
anak, dan menyenangkan.
i. Pembiayaan lomba yang tidak dibiayai dari dana Pemerintah
Pusat/ pemerintah daerah, termasuk untuk biaya
transportasi dan akomodasi peserta didik/guru dalam
mengikuti lomba, dan biaya pendaftaran mengikuti lomba.
Keterangan:
Untuk pelaksanaan yang sifatnya kegiatan, maka biaya yang dapat
dibayarkan dari BOS meliputi ATK atau penggandaan materi,
biaya penyiapan tempat kegiatan, honor narasumber lokal sesuai
standar biaya umum setempat, dan/atau transportasi/konsumsi
panitia dan narasumber apabila diperlukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Kegiatan Evaluasi Pembelajaran
Kegiatan evaluasi pembelajaran yang dapat dibiayai meliputi
kegiatan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ulangan kenaikan kelas, dan/atau ujian
sekolah/nasional. Komponen pembiayaan dari kegiatan yang
dapat dibayarkan terdiri atas:
a. fotokopi/penggandaan soal;
b. fotokopi laporan pelaksanaan hasil ujian untuk disampaikan
oleh guru kepada kepala sekolah, serta dari kepala sekolah ke
dinas pendidikan dan kepada orang tua/wali peserta didik;
c. biaya transport pengawas ujian yang ditugaskan di luar
sekolah tempat mengajar, yang tidak dibiayai oleh Pemerintah
Pusat/pemerintah daerah.
5. Pengelolaan Sekolah
a. Pembelian buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas,
bahan praktikum, buku induk peserta didik, dan/atau buku
inventaris.
b. Pembelian alat tulis kantor (termasuk tinta printer, CD,
dan/atau flash disk).

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9449


- 48 -

c. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), termasuk peralatan


dan/atau obat-obatan.
d. Pembelian minuman dan/atau makanan ringan untuk
kebutuhan sehari-hari di sekolah bagi guru, tenaga
kependidikan, petugas administrasi, dan/atau tamu.
e. Pengadaan suku cadang alat kantor.
f. Pembelian alat-alat kebersihan dan/atau alat listrik.
g. Penggandaan laporan dan/atau surat-menyurat untuk
keperluan sekolah.
h. Insentif bagi tim penyusun laporan BOS.
i. Biaya transportasi dalam rangka mengambil BOS di bank/
kantor pos.
j. Transportasi dalam rangka koordinasi dan/atau pelaporan
kepada dinas pendidikan kabupaten/kota. Khusus untuk
SDLB/SMPLB/SLB dalam rangka koordinasi dan/atau
pelaporan kepada dinas pendidikan provinsi.
k. Biaya pertemuan dalam rangka penyusunan RKJM dan RKT,
kecuali untuk pembayaran honor.
l. Biaya untuk mengembangkan dan/atau pemeliharaan laman
sekolah dengan domain sch.id.
m. Pendataan melalui aplikasi Dapodik, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Kegiatan pendataan Dapodik yang dapat dibiayai
meliputi:
a) pemasukan data;
b) validasi;
c) updating; dan/atau
d) sinkronisasi data ke dalam aplikasi Dapodik, yang
meliputi:
(1) data profil sekolah;
(2) data peserta didik;
(3) data sarana dan prasarana; dan
(4) data guru dan tenaga kependidikan.
2) Komponen pembiayaan kegiatan pendataan Dapodik
meliputi:
a) penggandaan formulir Dapodik;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


50 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 49 -

b) alat dan/atau bahan habis pakai pendukung


kegiatan;
c) konsumsi dan/atau transportasi kegiatan
pemasukan data, validasi, updating, dan
sinkronisasi;
d) sewa internet (warnet) dan/atau biaya transportasi
menuju warnet, apabila tahapan kegiatan
pendataan tidak dapat dilakukan di sekolah karena
permasalahan jaringan internet;
e) honor petugas pendataan Dapodik. Kebijakan
pembayaran honor untuk petugas pendataan di
sekolah mengikuti ketentuan sebagai berikut:
(1) kegiatan pendataan Dapodik diupayakan untuk
dikerjakan oleh tenaga administrasi
berkompeten yang sudah tersedia di sekolah,
baik yang merupakan pegawai tetap maupun
tenaga honorer, sehingga sekolah tidak perlu
menganggarkan biaya tambahan untuk
pembayaran honor bulanan;
(2) apabila tidak tersedia tenaga administrasi yang
berkompeten, sekolah dapat menugaskan
petugas pendataan lepas (outsourcing) yang
dibayar sesuai dengan waktu pekerjaan atau
per kegiatan (tidak dibayarkan dalam bentuk
honor rutin bulanan).
n. Pembelian peralatan/perlengkapan yang menunjang
operasional rutin di sekolah, antara lain bel, sound system
dan speaker untuk upacara, teralis jendela, dan/atau
perlengkapan sejenis lainnya.
o. Khusus untuk sekolah yang berada pada daerah terpencil
atau belum memiliki jaringan listrik, dapat membeli/sewa
genset atau jenis lainnya yang lebih cocok misalnya panel
surya, termasuk perlengkapan pendukungnya.
p. Penanggulangan dampak darurat bencana, khusus selama
masa tanggap darurat, misalnya pembelian masker.
q. Khusus SMP yang menjadi induk dari SMP Terbuka, maka
BOS dapat digunakan juga untuk:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1551


- 50 -

1) supervisi oleh kepala sekolah;


2) supervisi oleh wakil kepala SMP Terbuka;
3) kegiatan tatap muka di sekolah induk oleh guru pembina
yang disesuaikan dengan beban mengajarnya;
4) kegiatan pembimbingan di Tempat Kegiatan Belajar
(TKB) oleh guru pamong;
5) kegiatan administrasi ketatausahaan oleh petugas tata
usaha (1 orang);
6) pengelolaan kegiatan pembelajaran oleh Pengelola TKB
Mandiri.
Keterangan:
1) penanggung jawab pengelolaan dan penggunaan BOS
untuk SMPT/TKB Mandiri adalah Kepala SMP induk;
2) besaran biaya disesuaikan dengan standar biaya umum
setempat atau ketentuan peraturan perundang-
undangan.
6. Pengembangan Profesi Guru dan Tenaga Kependidikan, serta
Pengembangan Manajemen Sekolah
a. Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG)/ Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) atau Kelompok Kerja Kepala Sekolah
(KKKS)/Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Bagi
sekolah yang memperoleh hibah/block grant pengembangan
KKG/MGMP atau sejenisnya pada tahun anggaran yang
sama, hanya diperbolehkan menggunakan BOS untuk biaya
transport kegiatan apabila tidak disediakan oleh hibah/block
grant tersebut.
b. Menghadiri seminar yang terkait langsung dengan
peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan, apabila
ditugaskan oleh sekolah. Biaya yang dapat dibayarkan
meliputi biaya pendaftaran, transportasi, dan/atau
akomodasi apabila seminar diadakan di luar sekolah.
c. Mengadakan workshop/lokakarya untuk peningkatan mutu,
seperti dalam rangka pemantapan penerapan kurikulum/
silabus, pemantapan kapasitas guru dalam rangka penerapan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pengembangan
dan/atau penerapan program penilaian kepada peserta didik.
Biaya yang dapat dibayarkan meliputi fotokopi, konsumsi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


52 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 51 -

guru peserta workshop/lokakarya yang diadakan di sekolah,


dan/atau biaya narasumber dari luar sekolah dengan
mengikuti standar biaya umum daerah.
BOS tidak boleh digunakan untuk membiayai kegiatan yang sama
yang telah dibiayai oleh Pemerintah Pusat/pemerintah daerah.
7. Langganan Daya dan Jasa
a. Biaya langganan listrik, air, dan/atau telepon.
b. Pemasangan instalasi baru apabila sudah ada jaringan di
sekitar sekolah dan/atau penambahan daya listrik.
c. Biaya langganan internet dengan cara pasca bayar atau
prabayar, baik dengan fixed modem maupun mobile modem.
Termasuk pula untuk pemasangan baru apabila sudah ada
jaringan di sekitar sekolah. Khusus penggunaan internet
dengan mobile modem, batas maksimal pembelian
paket/voucher sebesar Rp. 250.000/bulan. Adapun biaya
langganan internet melalui fixed modem disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah.
8. Pemeliharaan dan Perawatan Sarana dan Prasarana Sekolah
a. Pengecatan, perbaikan atap bocor, dan/atau perbaikan pintu
dan/atau jendela.
b. Perbaikan mebeler, termasuk pembelian mebeler di kelas
untuk peserta didik/guru jika mebeler yang ada di kelas
sudah tidak berfungsi dan/atau jumlahnya kurang
mencukupi kebutuhan.
c. Perbaikan sanitasi sekolah (kamar mandi dan/atau
jamban/WC) untuk menjamin kamar mandi dan/atau
jamban/WC peserta didik berfungsi dengan baik.
d. Perbaikan saluran pembuangan dan/atau saluran air hujan.
e. Perbaikan lantai dan/atau perawatan fasilitas sekolah
lainnya.
9. Pembayaran Honor
a. Guru honorer (hanya untuk memenuhi SPM).
b. Tenaga administrasi (tenaga yang melaksanakan administrasi
sekolah termasuk melakukan tugas sebagai petugas
pendataan Dapodik), termasuk tenaga administrasi BOS
untuk SD.
c. Pegawai perpustakaan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3553


- 52 -

d. Penjaga sekolah.
e. Petugas satpam.
f. Petugas kebersihan.
Keterangan:
a. Batas maksimum penggunaan BOS untuk membayar honor
bulanan guru/tenaga kependidikan dan non kependidikan
honorer di sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah sebesar 15% (lima belas persen) dari total BOS yang
diterima, sementara di sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat maksimal 50% (lima puluh persen) dari total BOS
yang diterima;
b. guru memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV;
c. bukan merupakan guru yang baru direkrut setelah proses
pengalihan kewenangan; dan
d. guru honor pada sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a
wajib mendapatkan penugasan dari pemerintah daerah dan
disetujui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Sekretaris Jenderal berdasarkan usulan dari dinas
pendidikan provinsi dengan menyertakan daftar data guru
hasil pengalihan kewenangan yang meliputi jumlah guru,
nama guru dan mata pelajaran yang diampu, dan sekolah
yang menjadi satuan administrasi pangkalnya.
10. Pembelian/Perawatan Alat Multi Media Pembelajaran
a. Membeli komputer desktop/work station berupa PC/All in One
Computer untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
dimana jumlah maksimal bagi SD 5 unit/tahun dan bagi SMP
5 unit/tahun. Selain untuk membeli, BOS boleh digunakan
untuk perbaikan dan/atau upgrade komputer desktop/work
station milik sekolah.
b. Membeli printer atau printer plus scanner maksimal 1
unit/tahun. Selain untuk membeli, BOS boleh digunakan
untuk perbaikan printer milik sekolah.
c. Membeli laptop maksimal 1 unit/tahun dengan harga
maksimal Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Selain
untuk membeli, BOS boleh digunakan untuk perbaikan atau
upgrade laptop milik sekolah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


54 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 53 -

d. Membeli proyektor maksimal 5 unit/tahun dengan harga tiap


unit maksimal Rp 7.000.000,- (tujuh juta rupiah). Selain
untuk membeli, BOS boleh digunakan untuk perbaikan
proyektor milik sekolah.
Keterangan:
a. komputer desktop/workstation, printer/printer scanner, laptop
dan/atau proyektor harus dibeli di penyedia barang yang
memberikan garansi resmi;
b. proses pengadaan barang oleh sekolah harus mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. peralatan di atas harus dicatat sebagai inventaris sekolah.
11. Biaya Lainnya
Apabila seluruh komponen sebagaimana dimaksud pada angka 1-
10 telah terpenuhi pembiayaannya dan masih terdapat kelebihan
BOS, maka BOS dapat digunakan untuk keperluan lainnya,
dimana penggunaan dana ini harus diputuskan melalui rapat
bersama dengan dewan guru dan Komite Sekolah. Pembiayaan
yang dapat dibiayai antara lain:
a. peralatan pendidikan yang mendukung kurikulum yang
diberlakukan oleh Pemerintah Pusat;
b. membangun jamban/WC beserta sanitasinya dan/atau
kantin sehat, bagi SD/SDLB yang belum memiliki prasarana
tersebut;
c. mesin ketik untuk kebutuhan kantor.

C. Komponen Pembiayaan BOS pada SMA/SMALB


Dari seluruh BOS yang diterima oleh sekolah, kewajiban utama
penggunaan BOS untuk membeli/menyediakan buku teks pelajaran
bagi peserta didik dan buku pegangan bagi guru sesuai dengan
kurikulum yang digunakan oleh sekolah.
Buku teks tersebut harus sudah dibeli oleh (tersedia di) sekolah
sebelum Tahun Pelajaran baru dimulai. Dengan demikian, sekolah
dapat menggunakan BOS triwulan I dan triwulan II (bagi sekolah yang
menerima penyaluran tiap triwulan) atau semester I (bagi sekolah yang
menerima penyaluran tiap semester) untuk membiayai pembelian buku
teks.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 55


- 54 -

Sekolah harus mencadangkan separuh BOS yang diterima di triwulan


II (untuk sekolah yang menerima penyaluran tiap triwulan) atau
sepertiga dari BOS yang diterima di semester I (untuk sekolah yang
menerima penyaluran tiap semester), atau 20% dari alokasi sekolah
dalam satu tahun, di rekening sekolah untuk pembelian buku teks dan
nonteks yang harus dibeli sekolah. BOS yang dicadangkan ini baru
boleh dicairkan apabila sekolah akan membayar pemesanan buku teks
yang diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban menyediakan buku.
Apabila penggunaan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari
20% BOS yang telah dicadangkan, sekolah dapat menambahkan dana
tersebut dari dana yang ada. Sebaliknya apabila dana yang
dicadangkan tersebut masih tersisa setelah sekolah memenuhi
kebutuhan buku teks dan non teks yang telah ditentukan, maka sisa
dana tersebut dapat digunakan untuk pembelian buku lainnya atau
pembiayaan kegiatan lainnya.
Ketentuan penggunaan BOS pada SMA/SMALB sebagai berikut:
1. Pengembangan Perpustakaan
a. Sekolah wajib membeli/menyediakan buku teks pelajaran
yang terdiri dari buku teks pelajaran untuk peserta didik dan
buku panduan guru sesuai dengan kurikulum yang
digunakan oleh sekolah. Buku teks yang dibeli mencakup
pembelian buku mata pelajaran baru, mengganti buku yang
rusak, dan membeli kekurangan buku agar tercukupi rasio
satu peserta didik satu buku untuk tiap mata pelajaran.
Ketentuan pembelian/penyediaan buku teks pelajaran dari
BOS sebagai berikut:
1) Penyelenggara K-13
a) Buku yang harus dibeli sekolah merupakan buku
teks pelajaran peserta didik untuk setiap mata
pelajaran pada kelas 11 dan kelas 12 sejumlah
peserta didik dan buku panduan guru untuk setiap
mata pelajaran pada kelas 11 dan kelas 12 sejumlah
guru mata pelajaran tersebut. Untuk kelas 10,
jumlah buku yang dibeli bertujuan untuk
mencukupi kekurangan akibat adanya penambahan
jumlah peserta didik dan/atau adanya buku lama
yang rusak.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


56 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 55 -

b) Bagi sekolah yang baru melaksanakan pembelajaran


K-13 di tahun ini, buku yang harus dibeli
merupakan buku teks pelajaran untuk setiap mata
pelajaran pada kelas 10 sejumlah peserta didik dan
buku panduan guru untuk setiap mata pelajaran
pada kelas 10 sejumlah guru mata pelajaran.
c) Buku yang dibeli sekolah merupakan buku teks
pelajaran yang telah dinilai dan telah ditetapkan
HET-nya oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
d) Khusus untuk buku teks pelajaran peminatan SMA,
buku yang dapat dibeli sekolah terdiri dari buku
peserta didik dan buku panduan guru yang telah
dinilai dan/atau ditetapkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
e) Buku yang dibeli harus dijadikan pegangan oleh
peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran
di sekolah. Buku ini digunakan sebagai buku teks
pelajaran sepanjang tidak ada perubahan ketentuan
buku teks pelajaran dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
2) Penyelenggara Kurikulum 2006
a) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah
merupakan buku untuk setiap mata pelajaran pada
semua tingkat kelas. Jumlah buku yang dibeli
bertujuan untuk mencukupi kekurangan akibat
adanya penambahan jumlah peserta didik dan/atau
adanya buku lama yang rusak.
b) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah
adalah buku-buku yang telah dinilai dan telah
ditetapkan HET-nya oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
c) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh
peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran
di sekolah. Buku ini digunakan sebagai buku teks
pelajaran sepanjang tidak ada perubahan ketentuan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7557


- 56 -

buku teks dari Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan.
b. Sekolah dapat membeli/menyediakan buku non teks
pelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah.
Buku non teks pelajaran yang dibeli harus mengacu kepada
aturan yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Setelah kebutuhan buku teks pelajaran terpenuhi, sekolah dapat
menggunakan BOS yang diterima untuk membiayai komponen
kegiatan operasional non personalia lainnya.
2. Penerimaan Peserta Didik Baru
Biaya dalam rangka penerimaan peserta didik baru (termasuk
pendaftaran ulang untuk peserta didik lama), antara lain:
a. penggandaan formulir pendaftaran;
b. administrasi pendaftaran;
c. penentuan peminatan/psikotest;
d. publikasi (pembuatan spanduk, brosur, dan lainnya);
e. biaya kegiatan pengenalan lingkungan sekolah; dan/atau
f. konsumsi penyelenggaraan kegiatan dan transportasi.
3. Kegiatan Pembelajaran dan Ekstrakurikuler
a. Pengadaan Alat Habis Pakai Praktikum Pembelajaran
1) Pembelian alat-alat habis pakai praktikum dalam materi
pembelajaran SMA/SMALB, antara lain praktikum IPA,
IPS, bahasa, komputer, olahraga, kesenian, dan/atau
keterampilan.
2) Pembelian peralatan praktikum IPA, antara lain preparat,
sendok, baterai, dan/atau alat lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum IPA.
3) Pembelian peralatan praktikum IPS, antara lain batuan,
bola dunia, peta, dan/atau alat lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum IPS.
4) Pembelian peralatan praktikum Bahasa, antara lain CD,
kaset, headset, dan/atau alat lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum bahasa.
5) Pembelian suku cadang alat praktikum komputer, antara
lain CD, mouse, keyboard, dan/atau suku cadang

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


58 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 57 -

lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktikum


komputer.
6) Pembelian peralatan praktek olahraga, antara lain raket,
bat, net, dan/atau alat lainnya yang diperlukan untuk
pelaksanaan praktek olahraga.
7) Pembelian peralatan praktek kesenian, antara lain gitar,
seruling, dan/atau alat musik lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktek kesenian.
8) Pembelian peralatan praktek keterampilan, antara lain
pahat, palu, transistor, dan/atau alat lainnya yang
diperlukan untuk pelaksanaan praktek keterampilan.
9) Biaya konsumsi dan transportasi dalam pembelian alat
habis pakai praktikum pembelajaran SMA/SMALB.
b. Pengadaan Bahan Habis Pakai Praktikum Pembelajaran
1) Pembelian bahan-bahan habis pakai praktikum dalam
materi pembelajaran antara lain praktikum IPA, IPS,
bahasa, komputer, olahraga, kesenian, dan/atau
keterampilan.
2) Pembelian bahan praktikum IPA, antara lain HCl,
formalin, aquadest, dan/atau bahan lainnya yang
diperlukan untuk pelaksanaan praktikum IPA.
3) Pembelian bahan praktikum IPS, antara lain format
chart, dan/atau bahan lainnya yang diperlukan untuk
pelaksanaan praktikum IPS.
4) Pembelian bahan praktikum Bahasa, antara lain
headcleaner, dan/atau bahan lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum bahasa.
5) Pembelian bahan praktikum komputer, antara lain
tinta/toner, dan/atau bahan lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum komputer.
6) Pembelian bahan praktikum olahraga, antara lain bola,
shuttlecock, dan/atau bahan lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktek olahraga.
7) Pembelian bahan praktikum kesenian, antara lain cat
air, kuas, dan/atau bahan lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum kesenian.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9559


- 58 -

8) Pembelian bahan praktikum keterampilan dan


kewirausahaan, antara lain bahan makanan khas
daerah, benih-benih pertanian, bahan tenun dan
lainnya, dan/atau bahan lainnya yang diperlukan untuk
pelaksanaan praktikum keterampilan dan
kewirausahaan.
9) Biaya konsumsi dan transportasi dalam pembelian
bahan habis pakai praktikum pembelajaran SMA/
SMALB.
c. Pembiayaan kegiatan pembelajaran/intrakurikuler antara
lain:
1) pembelajaran remedial dan pembelajaran pengayaan;
2) pemantapan persiapan ujian; dan/atau
3) pelaksanaan try out dan lainnya.
d. Kegiatan ekstrakurikuler antara lain:
1) ekstrakurikuler kesiswaan, antara lain OSIS, Pramuka,
PMR, UKS, KIR, kegiatan kepemimpinan, bela negara,
dan/atau lainnya;
2) ekstrakurikuler olahraga dan kesenian, antara lain voli,
pencak silat, karate, seni tari, marching band, dan/atau
lainnya.
e. Pembiayaan kegiatan pengembangan pendidikan karakter/
penumbuhan budi pekerti.
f. Pembiayaan kegiatan pengembangan sekolah sehat, aman,
ramah anak dan menyenangkan.
g. Cakupan pembiayaan untuk kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam huruf c sampai dengan huruf f meliputi pembelian alat
dan/atau bahan habis pakai, sewa fasilitas bilamana sekolah
tidak memiliki fasilitas yang dibutuhkan, konsumsi,
transportasi, honor guru pembimbing, dan/atau jasa profesi
bagi narasumber dari luar sekolah (jika diperlukan).
h. Pembiayaan kegiatan program pelibatan keluarga di sekolah,
yang meliputi alat dan/atau bahan habis pakai pendukung
kegiatan, konsumsi/transportasi panitia, dan jasa profesi bagi
narasumber dari luar sekolah (jika diperlukan).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


60 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 59 -

4. Kegiatan Evaluasi Pembelajaran


a. Kegiatan yang dapat dibiayai adalah kegiatan ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan
kenaikan kelas, dan ujian sekolah dan ujian nasional
(berbasis kertas dan berbasis komputer).
b. Komponen pembiayaan dari kegiatan pada huruf a di atas
meliputi:
1) fotokopi/penggandaan naskah soal dan lembar jawaban;
2) fotokopi laporan pelaksanaan hasil ujian sekolah dan
ujian nasional (berbasis kertas dan berbasis komputer)
untuk disampaikan oleh guru kepada kepala sekolah,
serta dari kepala sekolah ke dinas pendidikan provinsi
dan/atau ke orang tua/wali peserta didik;
3) biaya konsumsi penyelenggaran kegiatan evaluasi
pembelajaran dan pemeriksaan hasil ujian di sekolah;
4) biaya transportasi dalam rangka penyampaian hasil
ujian ke dinas pendidikan provinsi;
5) biaya transportasi pengawas ujian yang ditugaskan di
luar sekolah tempat mengajar, yang tidak dibiayai oleh
Pemerintah Pusat/pemerintah daerah.
5. Pengelolaan Sekolah
a. Pembelian alat dan/atau bahan habis pakai yang dibutuhkan
dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan administrasi
kantor, antara lain buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol,
kertas, CD, flashdisk, tinta printer, buku induk peserta didik,
buku inventaris, buku rapor, buku induk guru, dan/atau alat
bahan sejenisnya.
b. Pembelian peralatan kebersihan sekolah.
c. Pembelian peralatan kesehatan dan keselamatan antara lain
obat-obatan, tandu, stetoskop, tabung oksigen, tabung
pemadam kebakaran, dan/atau alat sejenisnya. Jika
peralatan yang dibeli menimbulkan aset, maka selanjutnya
harus dicatatkan sebagai inventaris sekolah.
d. Pembiayaan pengelolaan BOS SMA/SMALB, yang terdiri dari:
1) pembiayaan rapat di sekolah dalam rangka penyusunan
RKT/RKAS, evaluasi pelaksanaan BOS serta kegiatan
rapat lain yang relevan dengan pelaksanaan program

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1661


- 60 -

BOS. Pembiayaan rapat meliputi pembelian alat


dan/atau bahan habis pakai, konsumsi dan/atau
transportasi;
2) transportasi dalam rangka pengambilan BOS di
bank/kantor pos;
3) transportasi dalam rangka koordinasi dan pelaporan
program BOS ke dinas pendidikan provinsi;
4) biaya penyusunan dan pengiriman laporan BOS kepada
dinas pendidikan provinsi.
e. Pembiayaan korespondensi untuk keperluan sekolah.
f. Pembiayaan untuk membangun, mengembangkan, dan/atau
memelihara website sekolah dengan domain sch.id.
Pembiayaan meliputi pembelian domain, konsumsi,
transportasi, dan/atau jasa profesi pengembang website.
g. Pendataan SMA/SMALB melalui aplikasi Dapodik, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Biaya yang dikeluarkan untuk keseluruhan rangkaian
tahapan kegiatan pendataan Dapodik, meliputi:
a) pemasukan data;
b) validasi;
c) updating; dan
d) sinkronisasi data individual SMA ke dalam aplikasi
Dapodik. Data individual SMA yang dimaksud
meliputi:
(1) data profil sekolah;
(2) data peserta didik;
(3) data sarana dan prasarana; dan
(4) data guru dan tenaga kependidikan.
2) Pembiayaan kegiatan pada angka 1) meliputi:
a) penggandaan formulir Dapodik;
b) alat dan/atau bahan habis pakai pendukung
kegiatan;
c) konsumsi dan transportasi kegiatan pemasukan
data, validasi, updating, dan sinkronisasi;
d) warnet dan biaya transportasi menuju warnet,
apabila tahapan kegiatan pendataan tidak dapat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


62 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 61 -

dilakukan di sekolah karena permasalahan jaringan


internet;
e) honor petugas pendataan Dapodik. Kebijakan
pembayaran honor untuk petugas pendataan di
sekolah mengikuti ketentuan sebagai berikut:
(1) kegiatan pendataan Dapodik diupayakan untuk
dikerjakan oleh tenaga administrasi
berkompeten yang sudah tersedia di sekolah,
baik yang merupakan pegawai tetap maupun
tenaga honorer, sehingga sekolah tidak perlu
menganggarkan biaya tambahan untuk
pembayaran honor bulanan;
(2) apabila tidak tersedia tenaga administrasi yang
berkompeten, sekolah dapat menugaskan
petugas pendataan lepas (outsourcing) yang
dibayar sesuai dengan waktu pekerjaan atau
per kegiatan (tidak dibayarkan dalam bentuk
honor rutin bulanan).
h. Khusus untuk SMA/SMALB yang berada di daerah terpencil
dan belum ada jaringan listrik dapat menyewa atau membeli
genset atau panel surya termasuk peralatan pendukungnya,
sesuai dengan kebutuhan di daerah tersebut. Jika peralatan
dimaksud dibeli oleh sekolah, maka harus dicatatkan sebagai
inventaris sekolah.
i. Khusus untuk SMA/SMALB yang berada di daerah yang
terjadi bencana alam, BOS dapat digunakan untuk
membiayai penanggulangan dampak darurat bencana
khususnya selama masa tanggap darurat, misalnya
pembelian masker.
6. Pengembangan Profesi Guru dan Tenaga Kependidikan, serta
Pengembangan Manajemen Sekolah.
a. Pembiayaan untuk penyelenggaraan kegiatan MGMP dan
MKKS di sekolah. Bagi sekolah yang memperoleh hibah/
blockgrant pengembangan MGMP atau sejenisnya pada tahun
anggaran yang sama, hanya diperbolehkan menggunakan
BOS untuk biaya transportasi kegiatan apabila tidak
disediakan oleh hibah/blockgrant tersebut.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3663


- 62 -

b. Pembiayaan untuk mengadakan kegiatan di sekolah semacam


in house training/workshop/lokakarya untuk peningkatan
mutu, antara lain pemantapan penerapan kurikulum/silabus,
pemantapan kapasitas guru dalam rangka penerapan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pengembangan
dan/atau penerapan program penilaian kepada peserta didik.
c. Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
b di atas, meliputi fotokopi bahan/materi, pembelian alat
dan/atau bahan habis pakai, konsumsi, dan/atau
transportasi dan jasa profesi bagi narasumber dari luar
sekolah (jika diperlukan).
7. Langganan Daya dan Jasa
a. Biaya untuk membayar langganan daya dan jasa yang
mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah, antara lain
listrik, telepon, air, langganan koran, majalah/publikasi
berkala yang terkait dengan pendidikan baik offline maupun
online, dan/atau iuran kebersihan/sampah.
b. Biaya pemasangan instalasi listrik baru apabila sudah ada
jaringan di sekitar sekolah, dan/atau penambahan daya
listrik.
c. Biaya langganan internet dengan cara berlangganan maupun
prabayar, baik dengan fixed modem maupun dengan mobile
modem. Termasuk pula untuk pemasangan baru apabila
sudah ada jaringan di sekitar sekolah. Khusus untuk
penggunaan internet dengan mobile modem, batas maksimal
pembelian paket/voucher sebesar Rp. 250.000/bulan.
Adapun biaya langganan internet melalui fixed modem
disesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
8. Pemeliharaan dan Perawatan Sarana dan Prasarana Sekolah
Biaya untuk memelihara dan merawat sarana dan prasarana
sekolah agar tetap berfungsi dan layak digunakan, meliputi:
a. pengecatan, perawatan dan perbaikan atap bocor, pintu
dan/atau jendela, mebeler, lantai, plafond, lampu/bohlam
dan/atau lainnya;
b. perbaikan mebeler, pembelian meja dan/atau kursi peserta
didik/guru jika meja dan/atau kursi yang ada sudah tidak

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


64 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 63 -

berfungsi dan/atau jumlahnya kurang mencukupi


kebutuhan;
c. perawatan dan/atau perbaikan sanitasi sekolah (kamar
mandi, WC dan saluran air kotor) agar tetap dapat berfungsi
dengan baik;
d. perawatan dan/atau perbaikan instalasi listrik sekolah;
e. perawatan dan/atau perbaikan saluran pembuangan dan
saluran air hujan;
f. perawatan dan/atau perbaikan komputer, printer, laptop
sekolah, LCD, dan/atau AC;
g. perawatan dan/atau perbaikan peralatan praktikum agar
tetap berfungsi dan layak digunakan untuk kegiatan
pembelajaran;
h. pemeliharaan dan perbaikan taman sekolah dan/atau
fasilitas sekolah lainnya.
Untuk seluruh pembiayaan di atas dapat dikeluarkan pembayaran
upah tukang dan bahan, transportasi, dan/atau konsumsi.
9. Pembayaran Honor
BOS dapat digunakan untuk pembayaran honor guru pada jenjang
SMA sebagai akibat pengalihan kewenangan pengelolaan
pendidikan menengah dari pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada pemerintah daerah provinsi, dengan ketentuan:
a. batas maksimum penggunaan BOS untuk membayar honor
pada sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
sebagai akibat pengalihan kewenangan sebesar 15% (lima
belas persen) dari total BOS yang diterima;
b. guru memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV;
c. bukan merupakan guru yang baru direkrut setelah proses
pengalihan kewenangan; dan
d. guru honor pada sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a
wajib mendapatkan penugasan dari pemerintah daerah dan
disetujui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Sekretaris Jenderal berdasarkan usulan dari dinas
pendidikan provinsi dengan menyertakan daftar data guru
hasil pengalihan kewenangan yang meliputi jumlah guru,

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5665


- 64 -

nama guru dan mata pelajaran yang diampu, serta sekolah


yang menjadi satuan administrasi pangkalnya.
10. Pembelian Alat Multi Media Pembelajaran
a. Membeli komputer desktop/work station berupa PC/All in One
Computer untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
dengan jumlah maksimal 5 unit/ tahun.
b. Membeli printer atau printer plus scanner, dengan jumlah
maksimal 1 unit/tahun.
c. Membeli laptop untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
dengan jumlah maksimal 1 unit/tahun dan harga maksimal
Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
d. Membeli proyektor/LCD untuk digunakan dalam proses
pembelajaran, dengan jumlah maksimal 5 unit/tahun dengan
harga maksimal sebesar Rp7.000.000,- (tujuh juta rupiah).
Keterangan:
a. Komputer desktop/workstation, printer/printer scanner, laptop
dan/atau proyektor harus dibeli di penyedia barang yang
memberikan garansi resmi.
b. Proses pengadaan barang oleh sekolah harus mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Peralatan di atas harus dicatat sebagai inventaris sekolah.
Ketentuan tambahan mengenai pembiayaan BOS SMA/SMALB:
1. BOS tidak boleh digunakan untuk membiayai kegiatan yang sama
yang telah dibiayai oleh Pemerintah Pusat/pemerintah daerah/
masyarakat;
2. ketentuan terkait penggunaan konsumsi, transportasi, dan/atau
honor mengikuti ketentuan daerah setempat yang ditetapkan;
3. ketentuan terkait jasa profesi hanya diberikan kepada narasumber
yang mewakili instansi resmi di luar sekolah, misalnya Kwarda,
KONI daerah, BNN, dinas pendidikan, dinas kesehatan, unsur
keagamaan, dan/atau lainnya berdasarkan surat tugas yang
dikeluarkan oleh instansi yang diwakilinya;
4. standar biaya untuk konsumsi, transportasi, jasa profesi dan/atau
upah tukang sesuai dengan standar biaya setempat yang
ditetapkan;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


66 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 65 -

5. standar biaya untuk honor petugas pendataan Dapodik dan guru


pembimbing sesuai dengan standar biaya, ketentuan, atau
kewajaran yang berlaku di daerah sesuai dengan beban kerja yang
ditetapkan.

D. Komponen Pembiayaan BOS pada SMK


Dari seluruh BOS yang diterima oleh sekolah, kewajiban utama
penggunaan BOS untuk membeli/menyediakan buku teks pelajaran
bagi peserta didik dan buku pegangan bagi guru sesuai dengan
kurikulum yang digunakan oleh sekolah.
Buku teks tersebut harus sudah dibeli oleh (tersedia di) sekolah
sebelum Tahun Pelajaran baru dimulai. Dengan demikian, sekolah
dapat menggunakan BOS triwulan I dan triwulan II (bagi sekolah yang
menerima penyaluran tiap triwulan) atau semester I (bagi sekolah yang
menerima penyaluran tiap semester) untuk membiayai pembelian buku
teks.
Sekolah harus mencadangkan separuh BOS yang diterima di triwulan
II (untuk sekolah yang menerima penyaluran tiap triwulan) atau
sepertiga dari BOS yang diterima di semester I (untuk sekolah yang
menerima penyaluran tiap semester), atau 20% dari alokasi sekolah
dalam satu tahun, di rekening sekolah untuk pembelian buku teks dan
nonteks yang harus dibeli sekolah. BOS yang dicadangkan ini baru
boleh dicairkan apabila sekolah akan membayar pemesanan buku teks
yang diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban menyediakan buku
sesuai ketentuan penggunaan BOS.
Apabila penggunaan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari
20% BOS yang telah dicadangkan, sekolah dapat menambahkan dana
tersebut dari dana yang ada. Sebaliknya apabila dana yang
dicadangkan tersebut masih tersisa setelah sekolah memenuhi
kebutuhan buku teks yang telah ditentukan, maka sisa dana tersebut
dapat digunakan untuk pembelian buku lainnya atau pembiayaan
kegiatan lainnya sebagaimana ditentukan pada ketentuan penggunaan
BOS di bawah.
Ketentuan penggunaan BOS pada SMK sebagai berikut:
1. Pengembangan Perpustakaan
a. Sekolah wajib membeli/menyediakan buku teks pelajaran
yang terdiri dari buku teks pelajaran untuk peserta didik dan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7667


- 66 -

buku panduan guru sesuai dengan kurikulum yang


digunakan oleh sekolah. Buku teks yang dibeli mencakup
pembelian buku mata pelajaran baru, mengganti buku yang
rusak, dan membeli kekurangan buku agar tercukupi rasio
satu peserta didik satu buku untuk tiap mata pelajaran.
Ketentuan pembelian/penyediaan buku dari BOS SMK adalah
sebagai berikut:
1) Penyelenggara Kurikulum K-13
a) Buku yang harus dibeli sekolah adalah buku teks
pelajaran peserta didik untuk setiap mata pelajaran
pada kelas 11 dan kelas 12 sejumlah peserta didik
dan buku panduan guru untuk setiap mata
pelajaran pada kelas 11 dan kelas 12 sejumlah guru
mata pelajaran tersebut. Untuk kelas 10, jumlah
buku yang dibeli bertujuan untuk mencukupi
kekurangan akibat adanya penambahan jumlah
peserta didik dan/atau adanya buku lama yang
rusak.
b) Bagi sekolah yang baru melaksanakan pembelajaran
K-13 di tahun ini, buku yang harus dibeli
merupakan buku teks pelajaran untuk setiap mata
pelajaran pada kelas 10 sejumlah peserta didik dan
buku panduan guru untuk setiap mata pelajaran
pada kelas 10 sejumlah guru mata pelajaran.
c) Buku yang dibeli sekolah merupakan buku teks
pelajaran yang telah dinilai dan telah ditetapkan
HET-nya oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
d) Khusus untuk buku kejuruan, buku yang dapat
dibeli sekolah terdiri dari buku peserta didik dan
buku panduan guru.
e) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh
peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran
di sekolah. Buku ini digunakan sebagai buku teks
pelajaran sepanjang tidak ada perubahan ketentuan
buku teks pelajaran dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


68 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 67 -

2) Penyelenggara Kurikulum 2006


a) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah
merupakan buku untuk setiap mata pelajaran pada
semua tingkat kelas. Jumlah buku yang dibeli
bertujuan untuk mencukupi kekurangan akibat
adanya penambahan jumlah peserta didik dan
akibat adanya buku lama yang rusak.
b) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah
merupakan buku yang telah dinilai dan telah
ditetapkan HET-nya oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
c) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh
peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran
di sekolah. Buku ini digunakan sebagai buku teks
pelajaran sepanjang tidak ada perubahan ketentuan
buku teks dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
d) Khusus untuk buku kejuruan, buku yang dapat
dibeli sekolah terdiri dari buku peserta didik dan
buku panduan guru.
b. Sekolah dapat membeli/menyediakan buku non teks
pelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah.
Buku non teks pelajaran yang dibeli harus mengacu kepada
aturan yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
c. Kegiatan pengembangan perpustakaan lainnya, antara lain
pemeliharaan buku/koleksi perpustakaan, peningkatan
kompetensi tenaga perpustakaan, pengembangan database
perpustakaan, pemeliharaan dan pembelian perabot
perpustakaan, dan/atau pemeliharaan dan pembelian AC
perpustakaan.
2. Penerimaan Peserta Didik Baru
Biaya dalam rangka penerimaan peserta didik baru (termasuk
pendaftaran ulang untuk peserta didik lama), antara lain:
a. penggandaan formulir pendaftaran;
b. administrasi pendaftaran;
c. penentuan peminatan/psikotest;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9669


- 68 -

d. publikasi (pembuatan spanduk, brosur, dan lainnya);


e. biaya kegiatan pengenalan lingkungan sekolah; dan/atau
f. konsumsi penyelenggaraan kegiatan dan transportasi.
3. Kegiatan Pembelajaran dan Ekstrakurikuler
a. Pengadaan Alat Habis Pakai Praktikum Pembelajaran
1) Pembelian alat habis pakai yang ditujukan untuk
mendukung proses pembelajaran teori dan/atau
praktikum kejuruan.
2) Pembelian alat habis pakai praktikum kejuruan/teaching
factory.
3) Pembelian peralatan ringan/handtools, antara lain
obeng, tang, dan/atau alat ringan lainnya yang
diperlukan untuk pelaksanaan praktikum.
4) Pembelian peralatan praktikum IPA, antara lain preparat,
sendok, baterai, dan/atau alat lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum IPA.
5) Pembelian peralatan praktikum bahasa, antara lain CD,
kaset, headset, dan/atau alat lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum bahasa.
6) Pembelian suku cadang alat praktikum komputer, antara
lain CD, mouse, keyboard, dan/atau suku cadang
lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan praktikum
komputer.
7) Pembelian alat praktek olahraga, antara lain raket, bat,
net, dan/atau alat olahraga lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktek olahraga.
8) Pembelian alat praktek kesenian, antara lain gitar,
seruling, dan/atau alat musik lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktek kesenian.
9) Biaya transportasi dan/atau konsumsi dalam pembelian
alat habis pakai praktikum pembelajaran SMK.
b. Pengadaan Bahan Habis Pakai Praktikum Pembelajaran
1) Pembelian bahan habis pakai ditujukan untuk
pembelian bahan praktikum dalam materi kejuruan,
yaitu bahan praktikum kejuruan.
2) Pembelian bahan praktikum teaching factory/
kewirausahaan, antara lain bahan las, bahan perakitan,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


70 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 69 -

dan/atau bahan lainnya yang diperlukan untuk


pelaksanaan praktikum kewirausahaan.
3) Pembelian bahan praktikum IPA, antara lain HCl,
formalin, aquadest, dan/atau bahan lainnya yang
diperlukan untuk pelaksanaan praktikum IPA.
4) Pembelian bahan praktikum bahasa, antara lain
headcleaner, CD, dan/atau bahan lainnya yang
diperlukan untuk pelaksanaan praktikum bahasa.
5) Pembelian bahan praktikum komputer, antara lain tinta/
toner, CD, dan/atau bahan lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum komputer.
6) Pembelian bahan praktik olah raga, antara lain bola,
shuttlecock, dan/atau bahan lainnya yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktek olahraga.
7) Pembelian bahan praktik kesenian, antara lain cat air,
kuas, dan/atau bahan lainnya yang diperlukan untuk
pelaksanaan praktek kesenian.
8) Biaya konsumsi dan/atau transportasi dalam pembelian
bahan habis pakai untuk praktikum pembelajaran SMK
dengan ketentuan standar biaya mengikuti ketentuan
daerah setempat yang ditetapkan.
c. Pembiayaan untuk menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran/intra kurikuler antara lain:
1) kegiatan pembelajaran remedial dan/atau pengayaan
materi;
2) pemantapan persiapan ujian; dan/atau
3) pelaksanaan try out dan lainnya.
d. Pembiayaan untuk menyelenggarakan kegiatan pembinaan
peserta didik melalui ekstra kurikuler seperti:
1) ekstra kurikuler kesiswaan, seperti OSIS, Pramuka,
PMR, UKS, Pembinaan Olimpiade Sains, Seni, Olahraga,
Lomba Kompetensi Siswa, kegiatan kepemimpinan dan
bela negara, usaha kesehatan sekolah, dan/atau lainnya;
2) ekstra kurikuler olahraga dan kesenian, antara lain
renang, voli, pencak silat, karate, seni tari, marching
band dan/atau lainnya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1771


- 70 -

e. Pembiayaan untuk pengembangan pendidikan karakter


dan/atau penumbuhan budi pekerti.
f. Pembiayaan untuk pengembangan sekolah sehat, aman,
ramah anak, dan/atau menyenangkan.
g. Cakupan pembiayaan untuk kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam huruf c sampai dengan huruf f meliputi pembelian alat
dan/atau bahan habis pakai, sewa fasilitas bilamana sekolah
tidak memiliki fasilitas yang dibutuhkan, konsumsi,
transportasi, dan/atau honor guru pembimbing dan jasa
profesi bagi narasumber dari luar sekolah (jika diperlukan).
h. Pembiayaan kegiatan program pelibatan keluarga di sekolah,
yang meliputi alat dan/atau bahan habis pakai pendukung
kegiatan, konsumsi/transportasi panitia, dan/atau jasa
profesi bagi narasumber dari luar sekolah (jika diperlukan).
4. Kegiatan Evaluasi Pembelajaran
a. Kegiatan yang dapat dibiayai meliputi kegiatan ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester
atau ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat kompetensi, ujian
sekolah, dan/atau ujian nasional (berbasis kertas dan
berbasis komputer).
b. Komponen pembiayaan dari kegiatan di atas meliputi:
1) fotokopi/penggandaan naskah soal dan lembar jawaban;
2) fotokopi laporan pelaksanaan hasil ujian sekolah dan
ujian nasional (berbasis kertas dan berbasis komputer)
untuk disampaikan oleh guru kepada kepala sekolah,
serta dari kepala sekolah kepada dinas pendidikan dan
kepada orang tua/wali peserta didik;
3) biaya konsumsi penyelenggaran kegiatan evaluasi
pembelajaran, pemeriksaan, dan/atau pengolahan hasil
ujian di sekolah;
4) biaya transportasi dalam rangka penyampaian hasil
ujian kepada dinas pendidikan provinsi;
5) biaya untuk transportasi pengawas ujian di luar sekolah
tempat mengajar yang tidak dibiayai oleh Pemerintah
Pusat/pemerintah daerah;
6) biaya simulasi persiapan pelaksanaan Ujian Berbasis
Komputer (UBK);

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


72 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 71 -

7) biaya pembelian alat/bahan jaringan komputer untuk


pelaksanaan UBK seperti kabel, konektor, crimping tool,
kabel tester, dan/atau lainnya;
8) biaya jasa instalasi jaringan, server, dan/atau client
untuk pelaksanaan UBK;
9) biaya penulisan dan pencetakan halaman belakang
blanko ijazah SMK.
5. Pengelolaan Sekolah
a. Pembelian alat tulis kantor, yang dibutuhkan dalam
mendukung kegiatan pembelajaran, administrasi kantor,
administrasi bursa kerja khusus, dan/atau penyiapan
Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP-P1), antara
lain buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, CD,
flashdisk, toner, buku induk peserta didik, buku inventaris,
buku rapor, buku induk guru, dan/atau alat bahan
sejenisnya.
b. Pembelian peralatan kebersihan sekolah, antara lain sapu,
alat pel, tempat sampah, cairan pembersih lantai, dan/atau
lainnya.
c. Pembelian peralatan kesehatan dan keselamatan antara lain
tandu, stetoskop, tabung oksigen, tabung pemadam
kebakaran, dan/atau alat sejenisnya. Jika peralatan yang
dibeli menimbulkan aset, maka selanjutnya harus dicatatkan
sebagai inventaris sekolah.
d. Pembiayaan Pengelolaan BOS SMK, terdiri dari:
1) pembiayaan rapat di sekolah dalam rangka penyusunan
RKT/RKAS, evaluasi pelaksanaan program BOS serta
kegiatan rapat lain yang relevan dengan pelaksanaan
program BOS. Pembiayaan rapat meliputi pembelian
alat dan/atau bahan habis pakai, konsums, dan/atau
transportasi;
2) biaya transportasi dalam rangka pengambilan BOS di
bank/kantor pos;
3) biaya transportasi dalam rangka koordinasi dan
pelaporan program BOS ke dinas pendidikan provinsi;
4) biaya penyusunan dan pengiriman laporan BOS kepada
dinas pendidikan provinsi, yang meliputi biaya fotokopi

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3773


- 72 -

dan penjilidan, konsumsi, dan/atau transportasi


penyusunan laporan;
5) ketentuan terkait penggunaan konsumsi dan/atau
transportasi sesuai standar biaya pada daerah setempat
yang ditetapkan.
e. Pembiayaan surat-menyurat (korespondensi) untuk
keperluan sekolah.
f. Biaya untuk membangun dan/atau mengembangkan serta
pemeliharaan website sekolah dengan domain sch.id.
Pembiayaan meliputi pembelian domain, konsumsi,
transportasi, dan/atau jasa profesi pengembang website.
g. Biaya untuk pembelian server lokal/server UBK untuk
mendukung pengembangan ICT Based School Management,
ICT Based Learning, dan Ujian Berbasis Komputer. Peralatan
harus dicatat sebagai inventaris sekolah.
h. Pendataan SMK melalui aplikasi Dapodik, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Biaya yang dikeluarkan dalam rangka keseluruhan
rangkaian tahapan kegiatan pendataan Dapodik,
meliputi:
a) memasukan data;
b) validasi;
c) updating; dan
d) sinkronisasi data individual SMK ke dalam aplikasi
Dapodik. Data individual SMK yang dimaksud
meliputi:
(1) data profil sekolah;
(2) data peserta didik;
(3) data sarana dan prasarana, dan
(4) data guru dan tenaga kependidikan.
2) Pembiayaan kegiatan pada angka 1) di atas meliputi:
a) penggandaan formulir Dapodik;
b) alat dan/atau bahan habis pakai pendukung
kegiatan;
c) konsumsi dan transportasi kegiatan pemasukan
data, validasi, updating, dan sinkronisasi;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


74 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 73 -

d) warnet dan biaya transportasi menuju warnet,


apabila tahapan kegiatan pendataan tidak dapat
dilakukan di sekolah karena masalah jaringan
internet;
e) honor petugas pendataan Dapodik. Kebijakan
pembayaran honor untuk petugas pendataan di
sekolah mengikuti ketentuan sebagai berikut:
(1) kegiatan pendataan Dapodik diupayakan untuk
dikerjakan oleh tenaga administrasi
berkompeten yang sudah tersedia di sekolah,
baik yang merupakan pegawai tetap maupun
tenaga honorer, sehingga sekolah tidak perlu
menganggarkan biaya tambahan untuk
pembayaran honor bulanan;
(2) apabila tidak tersedia tenaga administrasi yang
berkompeten, sekolah dapat menugaskan
tenaga lepas (outsourcing) yang dibayar sesuai
dengan waktu pekerjaan atau per kegiatan
(tidak dibayarkan dalam bentuk honor rutin
bulanan).
i. Khusus untuk sekolah yang berada di daerah terpencil
dan/atau belum ada jaringan listrik dapat menyewa/membeli
genset atau panel surya termasuk peralatan pendukungnya
sesuai dengan kebutuhan di daerah tersebut. Jika peralatan
dimaksud dibeli sekolah, maka harus dicatatkan sebagai
inventaris sekolah.
j. Khusus untuk sekolah yang berada di daerah yang terjadi
bencana alam, BOS dapat digunakan untuk membiayai
penanggulangan dampak darurat bencana selama masa
tanggap darurat, misalnya pembelian masker, dan
sebagainya.
6. Pengembangan Profesi Guru dan Tenaga Kependidikan, serta
Pengembangan Manajemen Sekolah
a. Pembiayaan untuk penyelenggaraan kegiatan MGMP dan
MKKS di sekolah. Bagi sekolah yang memperoleh hibah/
blockgrant pengembangan MGMP atau sejenisnya pada tahun
anggaran yang sama, hanya diperbolehkan menggunakan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5775


- 74 -

BOS untuk biaya transportasi kegiatan apabila tidak


disediakan oleh hibah/blockgrant tersebut.
b. Biaya untuk pembelian bahan/komponen material untuk
praktek perakitan dan/atau pengembangan e-book.
c. Biaya untuk pengembangan pembelajaran kejuruan berbasis
TIK.
d. Biaya untuk mendatangkan guru/pengajar tamu produktif
yang profesional.
e. Biaya untuk menambah dan meningkatkan praktek kejuruan
berulang kali (lebih dari satu kali praktek).
f. Biaya untuk mengikuti diklat menjadi assesor kompetensi
kejuruan bagi guru.
7. Langganan Daya dan Jasa
a. Biaya untuk membayar langganan daya dan jasa yang
mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah, antara lain
listrik, telepon, air, langganan koran, majalah/publikasi
berkala yang terkait dengan pendidikan baik offline maupun
online, dan/atau iuran kebersihan/sampah.
b. Biaya pemasangan instalasi baru apabila sudah ada jaringan
di sekitar sekolah, atau penambahan daya listrik.
c. Biaya langganan internet dengan cara berlangganan maupun
prabayar, baik dengan fixed modem maupun dengan mobile
modem. Termasuk pula untuk pemasangan baru apabila
sudah ada jaringan di sekitar sekolah. Khusus untuk
penggunaan internet dengan mobile modem, batas maksimal
pembelian paket/voucher sebesar Rp 250.000/bulan.
Adapun biaya langganan internet melalui fixed modem
disesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
8. Pemeliharaan dan Perawatan Sarana dan Prasarana Sekolah
Biaya untuk memelihara dan merawat sarana dan prasarana
sekolah agar tetap berfungsi dan layak digunakan, meliputi:
a. pengecatan, perawatan, dan/atau perbaikan antara lain atap
bocor, pintu, jendela, mebeler, lantai, plafond, lampu/bohlam
dan/atau lainnya;
b. perbaikan mebeler, termasuk pembelian meja dan kursi
peserta didik/guru jika meja dan kursi yang ada sudah tidak

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


76 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 75 -

berfungsi dan/atau jumlahnya kurang mencukupi


kebutuhan;
c. perawatan dan/atau perbaikan sanitasi sekolah (kamar
mandi dan/atau WC);
d. perawatan dan/atau perbaikan instalasi listrik sekolah;
e. perawatan dan/atau perbaikan saluran pembuangan air
hujan;
f. perawatan dan/atau perbaikan komputer praktek, printer,
laptop sekolah, LCD, AC, dan/atau lainnya;
g. perawatan dan/atau perbaikan peralatan praktek utama
kejuruan sehingga dapat berfungsi;
h. pemeliharaan taman dan/atau fasilitas sekolah lainnya.
Seluruh pembiayaan di atas dapat dikeluarkan pembayaran upah
tukang, transportasi, dan/atau konsumsi.
9. Pembayaran Honor
BOS dapat digunakan untuk pembayaran:
a. honor guru pada jenjang SMK sebagai akibat pengalihan
kewenangan pengelolaan pendidikan menengah dari
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemerintah
daerah provinsi, dengan ketentuan:
1) batas maksimal penggunaan BOS untuk membayar
honor pada sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah sebagai akibat pengalihan
kewenangan sebesar 15% (lima belas persen) dari total
BOS yang diterima;
2) guru memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV;
3) bukan merupakan guru yang baru direkrut setelah
proses pengalihan kewenangan; dan
4) guru honor pada sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf
a wajib mendapatkan penugasan dari pemerintah daerah
dan disetujui oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Sekretaris Jenderal berdasarkan
usulan dari dinas pendidikan provinsi dengan
melampirkan daftar data guru hasil pengalihan
kewenangan yang meliputi jumlah guru, nama guru dan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 77


- 76 -

mata pelajaran yang diampu, serta sekolah yang menjadi


satuan administrasi pangkalnya.
b. honor tenaga ahli/tenaga teknis pada mata pelajaran
produktif.
10. Pembelian Alat Multi Media Pembelajaran
a. Membeli komputer desktop/work station untuk digunakan
dalam proses pembelajaran, dengan jumlah maksimal 5
unit/tahun.
b. Membeli printer atau printer plus scanner, dengan jumlah
maksimal 1 unit/tahun.
c. Membeli laptop untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
dengan jumlah maksimal 1 unit/tahun dan harga maksimal
Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
d. Membeli proyektor untuk digunakan dalam proses
pembelajaran, dengan jumlah maksimal 5 unit/tahun dengan
harga maksimal Rp 7.000.000,- (tujuh juta rupiah).
Keterangan:
a. komputer desktop/workstation, printer/printer scanner, laptop
dan/atau proyektor harus dibeli di penyedia barang yang
memberikan garansi resmi;
b. proses pengadaan barang oleh sekolah harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. peralatan di atas harus dicatat sebagai inventaris sekolah.
11. Penyelenggaraan Kegiatan Uji Kompetensi dan Sertifikasi Kejuruan
Biaya untuk penyelenggaraan kegiatan ujian kompetensi dan
sertifikasi peserta didik SMK. Pembiayaan tersebut meliputi biaya
pendaftaran uji kompetensi, pembelian bahan ujian kompetensi,
fotokopi, konsumsi, pengadaan sertifikat, transportasi, akomodasi,
dan/atau jasa narasumber profesi bagi assesor dari luar sekolah
dengan mengikuti standar biaya di daerah setempat.
12. Penyelenggaraan Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK dan/atau
Praktek Kerja Industri (Prakerin)/Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Dalam Negeri dan Pemagangan.
a. Biaya untuk penyelenggaraan BKK SMK, antara lain
penggandaan bahan, konsumsi, belanja bahan habis pakai
(ATK), dan/atau perjalanan dinas pengelola BKK SMK untuk

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


78 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 77 -

pengembangan kerjasama, verifikasi, pendampingan ke


industri, dan/atau evaluasi.
b. Biaya untuk penyelenggaraan praktek kerja industri/
lapangan bagi peserta didik SMK, diantaranya perjalanan
dinas pembimbing mencari tempat praktek/bimbingan/
pemantauan peserta didik praktek.
c. Biaya untuk pemantauan kebekerjaan lulusan SMK (tracer
study), diantaranya perjalanan dinas. Hasil pemantauan
kebekerjaan peserta didik SMK setiap tahunnya disampaikan
ke Direktorat Pembinaan SMK, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
d. Biaya untuk magang guru di industri sebanyak 5 (lima) kali
dalam setahun, yang meliputi biaya akomodasi, transportasi
dan/atau uang saku.
Ketentuan tambahan mengenai pembiayaan BOS SMK:
1. BOS tidak boleh digunakan untuk membiayai kegiatan yang telah
dibiayai oleh Pemerintah Pusat/pemerintah daerah/masyarakat;
2. ketentuan terkait penggunaan konsumsi, transportasi, dan/atau
honor mengikuti ketentuan daerah setempat;
3. ketentuan terkait jasa profesi hanya diberikan kepada narasumber
yang mewakili instansi resmi di luar sekolah, misalnya Kwarda,
KONI daerah, BNN, dinas pendidikan, dinas kesehatan, unsur
keagamaan, dan/atau lainnya berdasarkan surat tugas yang
dikeluarkan oleh instansi yang diwakilinya;
4. ketentuan terkait pembiayaan perjalanan dinas yaitu biaya
transportasi, akomodasi, dan/atau uang harian sesuai dengan
standar biaya setempat;
5. standar biaya untuk konsumsi, transportasi, jasa profesi,
dan/atau upah tukang sesuai dengan standar biaya setempat;
6. standar biaya untuk honor petugas pendataan Dapodik dan guru
pembimbing sesuai dengan standar biaya, ketentuan, atau
kewajaran yang berlaku di daerah sesuai dengan beban kerja.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9779


- 78 -

BAB VI
MEKANISME BELANJA

A. Mekanisme Pembelian/Pengadaan Barang/Jasa


1. Pengelola sekolah harus memastikan bahwa barang/jasa yang
akan dibeli merupakan kebutuhan sekolah yang sudah sesuai
dengan skala prioritas pengelolaan/pengembangan sekolah.
2. Pembelian/pengadaan barang/jasa harus mengedepankan prinsip
keterbukaan dan efisiensi anggaran dalam menentukan barang/
jasa dan tempat pembeliannya.
3. Mekanisme pembelian/pengadaan barang/jasa harus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan untuk pembelian/pengadaan barang/jasa yang dapat
dilakukan tanpa mekanisme lelang/pengadaan apabila:
a. barang/jasa sudah tersedia dalam e-catalogue yang
diselenggarakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah (LKPP) dan sekolah dapat mengaksesnya,
maka sekolah harus melakukan pembelian/pengadaan secara
online;
b. barang/jasa belum tersedia dalam e-catalogue yang
diselenggarakan oleh LKPP atau sudah tersedia dalam e-
catalogue namun sekolah tidak dapat mengaksesnya, maka
sekolah dapat melakukan pembelian/pengadaan dengan cara
belanja biasa, yaitu melakukan perbandingan harga
penawaran dari penyedia barang/jasa terhadap harga pasar
dan melakukan negosiasi.
5. Ketentuan untuk pembelian/pengadaan barang/jasa yang harus
dilakukan dengan mekanisme lelang/pengadaan apabila:
a. barang/jasa sudah tersedia dalam e-catalogue yang
diselenggarakan oleh LKPP dan sekolah dapat mengaksesnya,
maka sekolah harus melakukan pembelian/pengadaan secara
online;
b. barang/jasa belum tersedia dalam e-catalogue yang
diselenggarakan oleh LKPP atau sudah tersedia dalam e-
catalogue namun sekolah tidak dapat mengaksesnya, maka
dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota (sesuai dengan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


80 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 79 -

kewenangan pengelolaan sekolah) harus membantu sekolah


untuk melakukan pembelian/pengadaan barang/jasa. Dalam
pelaksanaan pembelian/pengadaan barang/jasa, provinsi/
kabupaten/kota/sekolah harus mengedepankan mekanisme
pembelian/pengadaan secara e-procurement sesuai dengan
kesiapan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM)
setempat.
6. Dalam setiap pembelian/pengadaan barang/jasa, sekolah harus
memperhatikan kualitas barang/jasa, ketersediaan, dan
kewajaran harga.
7. Setiap pembelian/pengadaan barang/jasa harus diketahui oleh
Komite Sekolah.
8. Sekolah harus membuat laporan tertulis singkat tentang proses
pembelian/pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan.
9. Khusus untuk pekerjaan rehabilitasi ringan/pemeliharaan
bangunan sekolah, Tim BOS Sekolah harus:
a. membuat rencana kerja;
b. memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut dengan standar upah yang berlaku di
daerah setempat.

B. Mekanisme Pembayaran
Nawacita ketujuh Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla
tahun 2014, menyebutkan tekad untuk mewujudkan kedaulatan
keuangan melalui kebijakan inklusi keuangan mencapai 50%
penduduk. Kebijakan ini kemudian diperkuat dengan arahan presiden
agar Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan
Otoritas Jasa Keuangan berkomitmen untuk pengembangan transaksi
pembayaran nontunai.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan telah merintis implementasi pembayaran nontunai, salah
satunya dalam pelaksanaan belanja program BOS yang mendorong
pembayaran nontunai dan belanja melalui mekanisme belanja/
pengadaan e-purchasing.
Sebagai perwujudan atas komitmen yang lebih besar, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan mekanisme pembayaran
secara nontunai lebih jauh, khususnya di belanja BOS. Kebijakan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1881


- 80 -

pembayaran nontunai BOS ini sejalan dengan arah kebijakan


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam penguatan tata kelola
keuangan pendidikan, yaitu meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas belanja pendidikan, sehingga mendorong perbaikan
kualitas belanja pendidikan.
Tujuan jangka panjang dari kebijakan belanja BOS secara nontunai ini
adalah:
1. mendorong transparansi belanja pendidikan, dengan penyediaan
dan keterbukaan informasi atas rincian transaksi belanja
pendidikan yang bisa diakses pihak pemangku kepentingan;
2. meningkatkan pertangungjawaban belanja pendidikan, dengan
pencatatan data transaksi pembayaran dalam sistem perbankan;
3. melindungi dan memberikan rasa aman bagi pelaksana dan
penangung jawab atas transaksi pembayaran;
4. memperbaiki kualitas belanja pendidikan, melalui penyediaan data
yang valid untuk keperluan perencanaan, pengangaran, dan
pengendalian realisasi aggaran;
5. mengurangi potensi dan ruang untuk kecurangan dan
penyalahgunaan kewenagan atas belanja pendidikan;
6. mempermudah dan menyederhanakan kewajiban pelaporan oleh
sekolah, sehingga beban administrasi sekolah bisa dikurangi.
Syarat mutlak dari keberhasilan penerapan kebijakan ini, yaitu:
1. kesiapan infrastruktur/sistem perbankan untuk mendukung
sekolah dalam pelaksanaan mekanisme pembayaran nontunai
yang akan diterapkan;
2. kesiapan infrastruktur pada penyedia barang/jasa untuk melayani
transaksi nontunai yang akan dilakukan oleh sekolah;
3. kesiapan SDM di sekolah dalam menjalankan mekanisme belanja
dengan pembayaran nontunai.
Untuk memastikan keberhasilan dan kelancaran implementasi
kebijakan pembayaran BOS secara nontunai, implementasi dilakukan
secara bertahap. Oleh karena itu kebijakan pembayaran belanja BOS
secara nontunai dilaksanakan sebagai berikut:
1. tidak diberlakukan di seluruh sekolah;
2. tidak diberlakukan pada seluruh belanja BOS di sekolah.
Dalam pelaksanaan belanja BOS secara terdapat 2 (dua) prinsip
umum, yaitu prinsip kebijakan dan prinsip implementasi transaksi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


82 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 81 -

Prinsip kebijakan merupakan asas atau kaidah umum yang menjadi


dasar dalam pengembangan kebijakan transaksi pembayaran nontunai
BOS, yang terdiri dari:
1. kebijakan transaksi pembayaran nontunai, yang merupakan
kebijakan terkait dengan model atau cara pembayaran, bukan
kebijakan terkait ketentuan pengadaan barang dan jasa
pendidikan ataupun ketentuan terkait bentuk pertangungjawaban;
2. kebijakan transaksi pembayaran nontunai masih tetap membuka
adanya sebagian transaksi pembayaran tunai sehingga tidak
mempersulit sekolah;
3. kebijakan transaksi pembayaran nontunai ditujukan untuk
mendorong akses dan menumbuhkan ekonomi kerakyatan,
melalui kebijakan inklusi keuangan keuangan.
Prinsip implementasi merupakan asas atau kaidah umum dalam
implementasi kebijakan pembayaran nontunai BOS, sehingga dapat
memastikan keberhasilan dan kelancaran implementasi pembayaran
nontunai, dengan ketentuan:
1. implementasi dilakukan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kesiapan infrastruktur, baik infrastruktur
perbankan maupun infrastruktur sosial. Sasaran tahapan
implementasi akan diatur secara terpisah;
2. pengembangan sistem pembayaran dibuka untuk semua model
pembayaran nontunai sehingga membuka kesempatan yang sama
bagi lembaga keuangan perbankan, dimulai dengan
pengembangan sistem pembayaran untuk lembaga keuangan yang
saat ini sudah ditunjuk sebagai lembaga penyalur BOS;
3. pencatatan dan pelaporan atas transaksi pembayaran nontunai
BOS dilakukan secara otomatis, melaui sistem perbankan, dan
dapat diakses secara penuh oleh pihak pemangku kepentingan;
4. implementasi transaksi pembayaran nontunai melibatkan pihak
utama pemangku kepentingan, termasuk dan tidak terbatas,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Dalam
Negeri, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah daerah kota/kabupaten, lembaga
keuangan penyalur BOS, Asosiasi Perbankan Daerah, dan sekolah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3883


- 82 -

C. Pencatatan Inventaris dan Aset


Terhadap setiap hasil pembelian barang yang menjadi inventaris pada
sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, sekolah wajib
melakukan pencatatan, yang kemudian dilaporkan untuk dicatatkan
sebagai aset pemerintah daerah.
Ketentuan mengenai mekanisme pencatatan dan pelaporan belanja
barang yang akan dicatatkan sebagai aset pemerintah daerah diatur
dengan peraturan perundang-undangan dari Kementerian Dalam
Negeri.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


84 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 83 -

BAB VII
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

A. Pembukuan, Laporan, dan Transparansi di Sekolah


1. Pembukuan
Dalam pengelolaan BOS, sekolah harus menyusun pembukuan
secara lengkap sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
penatausahaan dan pertanggungjawaban lembaga pengelola
keuangan. Adapun pembukuan dan dokumen pendukung yang
harus disusun oleh sekolah sebagai berikut:
a. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
RKAS ditandatangani oleh kepala sekolah, Komite Sekolah,
dan ketua yayasan (khusus untuk sekolah yang
diselenggarakan oleh masyarakat), dan dibuat 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun pada awal Tahun Pelajaran, tetapi perlu
dilakukan revisi pada semester kedua. Oleh karena itu
sekolah dapat membuat RKAS tahunan yang dirinci tiap
semester.
RKAS harus dilengkapi dengan rencana penggunaan dana
secara rinci, yang dibuat tahunan dan triwulan untuk setiap
sumber dana yang diterima sekolah.
b. Buku Kas Umum
Buku Kas Umum (BKU) disusun untuk masing-masing
rekening bank yang dimiliki oleh sekolah. Pembukuan dalam
BKU meliputi semua transaksi eksternal, yaitu yang
berhubungan dengan pihak ketiga:
1) kolom penerimaan memuat penerimaan dari penyalur
dana (BOS atau sumber dana lain), penerimaan dari
pemungutan pajak, dan penerimaan jasa giro dari bank;
2) kolom pengeluaran memuat pengeluaran untuk
pembelian barang dan jasa, biaya administrasi bank,
pajak atas hasil dari jasa giro, dan setoran pajak.
BKU harus diisi tiap transaksi (segera setelah transaksi
tersebut terjadi dan tidak menunggu terkumpul satu
minggu/bulan) dan transaksi yang dicatat di dalam buku kas

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5885


- 84 -

umum juga harus dicatat dalam buku pembantu, yaitu buku


pembantu kas, buku pembantu bank, dan buku pembantu
pajak. Formulir yang telah diisi ditandatangani oleh
Bendahara dan kepala sekolah.
c. Buku Pembantu Kas
Buku ini harus mencatat tiap transaksi tunai dan
ditandatangani oleh Bendahara dan kepala sekolah.
d. Buku Pembantu Bank
Buku ini harus mencatat tiap transaksi melalui bank (baik
cek, giro maupun tunai) dan ditandatangani oleh Bendahara
dan kepala sekolah.
e. Buku Pembantu Pajak
Buku pembantu pajak berfungsi mencatat semua transaksi
yang harus dipungut pajak serta memonitor pungutan dan
penyetoran pajak yang dipungut selaku wajib pungut pajak.
f. Opname Kas dan Berita Acara Pemeriksaan Kas
Setiap akhir bulan BKU ditutup dan ditandatangani oleh
kepala sekolah dan Bendahara. Sebelum penutupan BKU,
kepala sekolah melakukan opname kas dengan menghitung
jumlah kas baik yang ada di sekolah (kas tunai) maupun kas
yang ada di bank (buku tabungan sekolah). Hasil dari
opname kas kemudian dibandingkan dengan saldo akhir BKU
pada bulan bersangkutan. Apabila terjadi perbedaan, maka
harus dijelaskan penyebab perbedaannya.
Setelah pelaksanaan opname kas, maka kepala sekolah dan
Bendahara menandatangani Berita Acara Pemeriksaan Kas.
g. Bukti pengeluaran
1) Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan
bukti kuitansi yang sah.
2) Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus
dibubuhi materai yang cukup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai bea materai.
3) Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan
terinci sesuai dengan peruntukannya.
4) Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat
dipisah dalam bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


86 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 85 -

5) Setiap bukti pembayaran harus disetujui kepala sekolah


dan dibayar lunas oleh Bendahara.
6) Segala jenis bukti pengeluaran harus disimpan oleh
Bendahara sebagai bahan bukti dan bahan laporan.
Terkait dengan pembukuan dana yang diperoleh sekolah untuk
BOS, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran
dapat dilakukan dengan tulis tangan atau menggunakan
komputer. Dalam hal pembukuan dilakukan dengan
komputer, Bendahara wajib mencetak buku kas umum dan
buku pembantu paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan dan menatausahakan hasil cetakan BKU dan buku
pembantu bulanan yang telah ditandatangani kepala sekolah
dan Bendahara.
b. Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam
BKU dan buku pembantu yang relevan sesuai dengan urutan
tanggal kejadiannya.
c. Uang tunai yang ada di kas tunai tidak lebih dari ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Apabila Bendahara berhenti dari jabatannya, maka BKU,
buku pembantu, dan bukti pengeluaran harus
diserahterimakan kepada pejabat yang baru dengan Berita
Acara Serah Terima.
e. BKU, buku pembantu kas, buku pembantu bank, buku
pembantu pajak, bukti pengeluaran, dan dokumen
pendukung bukti pengeluaran BOS (kuitansi/
faktur/nota/bon dari vendor/toko/supplier) wajib diarsipkan
oleh sekolah sebagai bahan audit. Setelah diaudit, maka data
tersebut dapat diakses oleh publik.
f. Seluruh arsip data keuangan ditata dengan rapi sesuai
dengan urutan nomor dan tanggal kejadiannya, dan
disimpan di suatu tempat yang aman dan mudah untuk
ditemukan setiap saat. Seluruh dokumen pembukuan ini
harus disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada
pengawas sekolah, Tim BOS Kabupaten/Kota (pendidikan
dasar) atau Tim BOS Provinsi (pendidikan menengah dan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7887


- 86 -

pendidikan khusus), dan pemeriksa lainnya apabila


diperlukan.
2. Pelaporan
a. Realisasi Penggunaan Dana Tiap Sumber Dana
Laporan ini disusun berdasarkan BKU dari semua sumber
dana yang dikelola sekolah pada periode yang sama. Laporan
ini dibuat setiap triwulan dan ditandatangani oleh
Bendahara, kepala sekolah, dan Komite Sekolah.
Laporan ini harus dilengkapi dengan surat pernyataan
tanggung jawab yang menyatakan bahwa BOS yang diterima
telah digunakan sesuai NPH BOS. Bukti pengeluaran yang
sah disimpan dan dipergunakan oleh penerima hibah selaku
obyek pemeriksaan.
Dokumen ini harus disimpan di sekolah dan diperlihatkan
kepada pengawas sekolah, Tim BOS Kabupaten/Kota
(pendidikan dasar) atau Tim BOS Provinsi (pendidikan
menengah dan pendidikan khusus), dan pemeriksa lainnya
apabila diperlukan.
b. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan BOS
Laporan ini merupakan rekapitulasi penggunaan BOS
berdasarkan standar pengembangan sekolah dan komponen
pembiayaan BOS. Belanja/penggunaan dana yang
dilaporkan merupakan seluruh belanja/penggunaan dana
yang bersumber dari BOS yang diterima sekolah pada tahun
berkenaan. Sisa BOS tahun sebelumnya tidak dilaporkan
pada laporan BOS tahun ini, akan tetapi tetap tercatat
sebagai penerimaan sekolah dari sumber lain dan tetap
tercatat penggunaannya pada pembukuan anggaran sekolah.
Laporan ini dibuat tiap triwulan dan ditandatangani oleh
Bendahara, kepala sekolah, dan Komite Sekolah, disimpan di
sekolah, dan diperlihatkan kepada pengawas sekolah, Tim
BOS Kabupaten/Kota (pendidikan dasar) atau Tim BOS
Provinsi (pendidikan menengah dan pendidikan khusus), dan
pemeriksa lainnya apabila diperlukan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


88 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 87 -

c. Pencatatan Pelayanan dan Penanganan Pengaduan


Masyarakat
Dokumen ini harus disimpan di sekolah dan diperlihatkan
kepada pengawas sekolah, Tim BOS Kabupaten/Kota
(pendidikan dasar) atau Tim BOS Provinsi (pendidikan
menengah dan pendidikan khusus), dan pemeriksa lainnya
apabila diperlukan.
Dokumen laporan ini terdiri atas:
1) lembar pencatatan pengaduan masyarakat;
2) lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran.
d. Laporan Aset
Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan daerah,
setiap sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat
atau pemerintah daerah yang menerima BOS wajib
melaporkan seluruh belanja yang telah dilakukan, termasuk
hasil pembelian barang yang menjadi aset pemerintah daerah.
Hasil pembelian barang yang dilaporkan merupakan
pembelian barang yang dilakukan oleh sekolah menggunakan
dana yang berasal dari BOS yang diterima pada tahun
berkenaan.
Mekanisme pelaporan belanja dari BOS dan penerimaan
barang aset kepada pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
pengelolaan keuangan daerah dari Kementerian Dalam
Negeri.
e. Laporan ke Dinas Pendidikan
Selain laporan yang disimpan di sekolah sebagai bahan
pemeriksaan dan audit, Tim BOS Sekolah juga harus
menyampaikan dokumen laporan kepada Tim BOS
Kabupaten/Kota (pendidikan dasar) atau Tim BOS Provinsi
(pendidikan menengah dan pendidikan khusus). Dokumen
laporan yang harus disampaikan tersebut merupakan
kompilasi tahunan dari laporan rekapitulasi penggunaan BOS
tiap triwulan.
Kompilasi laporan ini diserahkan paling lama tanggal 5
Januari tahun berikutnya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9889


- 88 -

Selain laporan di atas, sekolah yang diselenggarakan oleh


Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah juga harus
menyampaikan laporan hasil belanja dari BOS dan
penerimaan barang aset pemerintah daerah dengan tata cara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dari
Kementerian Dalam Negeri.
f. Laporan Online ke Laman BOS
Selain laporan berupa dokumen cetak yang disampaikan ke
dinas pendidikan, Tim BOS Sekolah juga harus
menyampaikan laporan penggunaan dana secara online ke
laman BOS. Informasi penggunaan dana yang disampaikan
sebagai laporan online merupakan informasi yang didapat
dari laporan rekapitulasi penggunaan BOS tiap triwulan.
Laporan ini harus diunggah ke laman BOS setiap triwulan
pada awal triwulan berikutnya.
3. Transparansi
Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dalam pengelolaan
program dan penggunaan BOS, sekolah harus menyusun dan
mempublikasikan dokumen pendukung transparansi informasi
secara lengkap. Dokumen pendukung yang harus dipublikasikan
oleh sekolah sebagai upaya transparansi meliputi:
a. Realisasi Penggunaan Dana Tiap Sumber Dana
Dokumen yang digunakan adalah laporan realisasi
penggunaan dana tiap sumber dana sebagaimana dimaksud
dalam huruf 2.a di atas. Laporan ini harus dipublikasikan
setiap triwulan mengikuti periode pembuatan laporan
tersebut. Publikasi laporan dilaksanakan melalui
pemasangan pada papan informasi sekolah atau tempat
lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat.
b. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana
Dokumen yang digunakan adalah laporan rekapitulasi
penggunaan dana berdasarkan komponen pembiayaan BOS
sebagaimana dimaksud dalam huruf 2.b di atas. Laporan ini
harus dipublikasikan setiap triwulan mengikuti periode
pembuatan laporan tersebut. Publikasi laporan dilaksanakan
melalui pemasangan pada papan informasi sekolah atau
tempat lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


90 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 89 -

B. Laporan Tingkat Kabupaten/Kota


1. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan BOS
Laporan ini merupakan rekapitulasi penggunaan BOS
berdasarkan standar pengembangan sekolah dan komponen
pembiayaan BOS. Belanja/penggunaan dana yang dilaporkan
merupakan seluruh belanja/penggunaan dana yang bersumber
dari BOS yang diterima sekolah pada tahun berkenaan.
Laporan ini merupakan rekapitulasi atas kompilasi tahunan dari
laporan rekapitulasi penggunaan BOS tiap triwulan yang telah
disampaikan oleh sekolah pada jenjang pendidikan dasar.
Laporan ini dibuat tiap akhir tahun dan ditandatangani oleh Ketua
Tim BOS Kabupaten/Kota, serta disimpan pada dinas pendidikan
kabupaten/ kota dan diperlihatkan kepada Tim BOS Provinsi dan
pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
2. Pencatatan Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Dokumen ini harus disimpan pada dinas pendidikan
kabupaten/kota dan diperlihatkan kepada Tim BOS Provinsi dan
pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
Dokumen laporan ini terdiri atas:
a. lembar pencatatan pengaduan masyarakat;
b. lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran; dan
c. informasi tentang jenis kasus, kemajuan penanganan, dan
status penyelesaian.
3. Laporan Hasil Belanja BOS Sekolah yang Diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
Dinas pendidikan kabupaten/kota melalui Tim BOS Kabupaten/
Kota harus membuat rekapitulasi atas laporan belanja dari BOS
yang disampaikan oleh sekolah pada jenjang pendidikan dasar
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau pemerintah
daerah, termasuk data barang yang menjadi aset pemerintah
daerah. Laporan yang direkapitulasi merupakan laporan atas
seluruh belanja yang dilakukan oleh sekolah menggunakan dana
yang berasal dari BOS yang diterima oleh sekolah pada tahun
berkenaan.
Laporan ini disusun mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan dari Kementerian Dalam Negeri.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1991


- 90 -

4. Laporan ke Dinas Pendidikan Provinsi


Selain laporan yang disimpan pada dinas pendidikan
kabupaten/kota sebagai bahan pemeriksaan dan audit, Tim BOS
Kabupaten/Kota juga harus menyampaikan dokumen laporan
kepada Tim BOS Provinsi. Dokumen laporan yang harus
disampaikan tersebut merupakan rekapitulasi tahunan atas
kompilasi dari rekapitulasi tahunan penggunaan BOS yang telah
disampaikan oleh sekolah pada jenjang pendidikan dasar.
Kompilasi laporan ini diserahkan paling lama tanggal 10 Januari
tahun berikutnya.
5. Laporan ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Selain laporan yang disimpan pada dinas pendidikan kabupaten/
kota sebagai bahan pemeriksaan dan audit, Tim BOS Kabupaten/
Kota juga harus menyampaikan dokumen laporan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota. Dokumen laporan yang harus
disampaikan tersebut merupakan rekapitulasi belanja BOS di
sekolah pada jenjang pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah.
Laporan ini disusun mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan dari Kementerian Dalam Negeri.

C. Laporan Tingkat Provinsi


1. Laporan Realisasi Penyerapan Dana
Laporan ini bertujuan untuk melihat kesesuaian jumlah dana
yang diterima oleh Kas Umum Daerah (KUD) dari Kas Umum
Negara (KUN) dengan kebutuhan riil. Laporan ini dibuat tiap
triwulan untuk daerah nonterpencil dan tiap semester untuk
daerah terpencil, dan ditandatangani oleh kepala dinas pendidikan
provinsi, serta disimpan pada dinas pendidikan provinsi untuk
diperlihatkan kepada Tim BOS Pusat dan pemeriksa lainnya
apabila diperlukan.
2. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan BOS
Laporan ini merupakan gabungan dari 2 (dua) jenis laporan, yaitu:
a. rekapitulasi dari Tim BOS Provinsi terhadap kompilasi
tahunan dari laporan rekapitulasi penggunaan BOS tiap
triwulan yang disampaikan oleh Tim BOS pendidikan
menengah dan pendidikan khusus;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


92 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 91 -

b. rekapitulasi dari Tim BOS Provinsi terhadap laporan tahunan


rekapitulasi penggunaan BOS di tiap kabupaten/kota yang
disampaikan oleh Tim BOS Kabupaten/Kota.
Laporan ini merupakan rekapitulasi penggunaan BOS
berdasarkan standar pengembangan sekolah dan komponen
pembiayaan BOS. Belanja/penggunaan dana yang dilaporkan
merupakan seluruh belanja/penggunaan dana yang bersumber
dari BOS yang diterima sekolah pada tahun berkenaan.
Laporan ini dibuat tiap akhir tahun dan ditandatangani oleh Ketua
Tim BOS Provinsi, serta disimpan pada dinas pendidikan provinsi
untuk diperlihatkan kepada Tim BOS Pusat dan pemeriksa
lainnya apabila diperlukan.
3. Pencatatan Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Dokumen ini harus disimpan pada dinas pendidikan provinsi dan
diperlihatkan kepada Tim BOS Pusat dan pemeriksa lainnya
apabila diperlukan.
Dokumen laporan ini terdiri atas:
a. lembar pencatatan pengaduan masyarakat;
b. lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran; dan
c. informasi tentang jenis kasus, kemajuan penanganan, dan
status penyelesaian.
4. Laporan Kegiatan
Laporan ini merupakan laporan kegiatan pendukung BOS yang
telah dilaksanakan di provinsi yang meliputi kegiatan sosialisasi,
pelatihan, pengadaan, monitoring dan evaluasi, dan kegiatan
lainnya.
Kegiatan pendukung BOS yang dilaksanakan di provinsi
tergantung pada ketersediaan dana kegiatan dari pusat atau dari
APBD provinsi, dan/atau sumber dana lain yang tersedia.
Laporan ini dibuat di tiap akhir pelaksanaan dan ditandatangani
oleh Ketua Tim BOS Provinsi, serta disimpan pada dinas
pendidikan provinsi untuk diperlihatkan kepada Tim BOS Pusat
dan pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
5. Laporan Hasil Belanja BOS Sekolah yang Diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
Dinas pendidikan provinsi melalui Tim BOS Provinsi harus
membuat rekapitulasi atas laporan belanja dari BOS yang

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3993


- 92 -

disampaikan oleh sekolah pada jenjang pendidikan menengah dan


sekolah luar biasa negeri, termasuk data barang yang menjadi aset
pemerintah daerah. Laporan yang direkapitulasi adalah laporan
atas seluruh belanja yang dilakukan oleh sekolah menggunakan
dana yang berasal dari BOS yang diterima oleh sekolah pada
tahun berjalan.
Laporan ini disusun mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan dari Kementerian Dalam Negeri.
6. Laporan ke Tim BOS Pusat
Selain laporan yang disimpan pada dinas pendidikan provinsi
sebagai bahan pemeriksaan dan audit, Tim BOS Provinsi juga
harus menyampaikan dokumen laporan kepada Tim BOS Pusat.
Dokumen laporan yang harus disampaikan tersebut adalah:
a. menyampaikan laporan pencairan tiap triwulan kepada Tim
BOS Pusat yang terdiri atas:
1) dokumen SP2D pencairan dalam bentuk soft copy;
2) rincian pencairan dana masing-masing jenjang di tiap
kabupaten dalam bentuk soft copy;
3) data pencairan/penyaluran dana di tiap sekolah dari
lembaga penyalur dalam bentuk soft copy.
b. laporan realisasi penyerapan BOS tiap triwulan untuk daerah
non terpencil. Laporan ini diserahkan paling lambat pada
minggu kedua bulan kedua tiap triwulan berjalan;
c. laporan realisasi penyerapan BOS tiap semester untuk daerah
terpencil. Laporan ini diserahkan paling lambat pada minggu
kedua bulan kelima tiap semester berjalan;
d. rekapitulasi tahunan penggunaan BOS. Laporan ini
diserahkan paling lambat tanggal 20 Januari tahun
berikutnya.
7. Laporan ke Pemerintah Daerah Provinsi
Selain laporan yang disimpan pada dinas pendidikan provinsi
sebagai bahan pemeriksaan dan audit, Tim BOS Provinsi juga
harus menyampaikan dokumen laporan kepada pemerintah
daerah provinsi. Dokumen laporan yang harus disampaikan
tersebut adalah rekapitulasi belanja BOS di sekolah pada jenjang
pendidikan menengah dan sekolah luar biasa negeri.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


94 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 93 -

Laporan ini disusun mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam


peraturan perundang-undangan dari Kementerian Dalam Negeri.

D. Laporan Tingkat Pusat


1. Laporan Realisasi Penyerapan Dana
Laporan ini merupakan rekapitulasi dari laporan penyerapan dana
yang dikirim oleh setiap Tim BOS Provinsi yang dilakukan oleh
Tim BOS Pusat menjadi rekapitulasi nasional. Laporan ini dibuat
untuk menghitung kelebihan dan kekurangan BOS yang telah
diterima di Kas Umum Daerah (KUD) dari Kas Umum Negara
(KUN) setiap triwulan dan setiap semester.
Rekapitulasi penyerapan BOS secara nasional ini dibuat tiap
triwulan untuk daerah non terpencil dan tiap semester untuk
daerah terpencil, dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah atas nama Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, serta disimpan di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk diperlihatkan kepada pemeriksa apabila
diperlukan.
Laporan ini dibuat paling lambat pada minggu keempat bulan
kedua dari setiap triwulan untuk daerah non terpencil, dan
minggu keempat bulan kelima setiap semester untuk daerah
terpencil sebagai bahan untuk penyaluran dana cadangan dan
dana triwulan/semester berikutnya dari kas umum negara ke kas
umum daerah provinsi.
2. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan BOS
Laporan ini merupakan kompilasi tahunan dari laporan
rekapitulasi penggunaan BOS tiap triwulan yang telah
disampaikan oleh Tim BOS Provinsi. Laporan ini dibuat tiap akhir
tahun dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah atas nama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, serta disimpan di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk diperlihatkan kepada pemeriksa apabila
diperlukan.
3. Pencatatan Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Dokumen ini harus disimpan di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan diperlihatkan kepada pemeriksa apabila
diperlukan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5995


- 94 -

Dokumen laporan ini terdiri atas:


a. lembar pencatatan pengaduan masyarakat;
b. lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran;
c. informasi tentang jenis kasus, kemajuan penanganan, dan
status penyelesaian.
4. Laporan Kegiatan
Laporan ini adalah laporan kegiatan pendukung Program BOS
yang telah dilaksanakan di tingkat pusat yang meliputi kegiatan
sosialisasi, pelatihan, pengadaan, monitoring dan evaluasi, serta
kegiatan lainnya.
Kegiatan pendukung Program BOS yang dilaksanakan di pusat
tergantung kepada ketersediaan dana kegiatan pada Daftar Isian
Penggunaan Anggaran (DIPA) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang bersumber dari APBN, dan/atau sumber dana
lain yang tersedia.
Laporan ini dibuat di tiap akhir pelaksanaan, serta disimpan di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk diperlihatkan
kepada pemeriksa apabila diperlukan.
5. Laporan Tim BOS Pusat
Selain laporan yang disimpan di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai bahan pemeriksaan dan audit, Tim BOS
Pusat juga harus menyampaikan dokumen laporan kepada
beberapa pemangku kepentingan. Dokumen laporan yang harus
disampaikan tersebut adalah:
a. laporan realisasi penyerapan BOS tiap triwulan untuk daerah
non terpencil. Laporan ini diserahkan ke Kementerian
Keuangan paling lambat pada minggu keempat bulan kedua
tiap triwulan berjalan;
b. laporan realisasi penyerapan BOS tiap semester untuk daerah
terpencil. Laporan ini diserahkan ke Kementerian Keuangan
paling lambat pada minggu keempat bulan kelima tiap
semester berjalan;
c. rekapitulasi tahunan penggunaan BOS. Laporan ini
diserahkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
paling lambat akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


96 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 95 -

E. Format Laporan Rekapitulasi Penggunaan Dana


REKAPITULASI REALISASI PENGGUNAAN DANA BOS SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMP Satap
PERIODE : ... 1)
Tahun ............
Lembaga : .............................................................................................. 2)
Alamat : ..............................................................................................
Kab/Kota : .............................................................................................. 3)
Provinsi : .............................................................................................. 4)

Penggunaan Dana BOS


Kegiatan
No Program/Kegiatan Kegiatan
Pengembangan Pembelajaran Biaya
Penerimaan ...dst ...dst Jumlah
Perpustakaan dan Lainnya
Siswa Baru
Ekstrakurikuler

1.1 Pengembangan Kompetensi Lulusan


1.2 Pengembangan standar isi
1.3 Pengembangan standar proses
1.4 Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan
1.5 Pengembangan sarana dan prasarana sekolah
1.6 Pengembangan standar pengelolaan
1.7 Pengembangan standar pembiayaan
1.8 Pengembangan dan implementasi sistem penilaian

Total

Saldo periode sebelumnya5) :


Total dana BOS periode ini :
Saldo BOS periode ini :

Menyetujui,
Kepala sekolah Pemegang Kas Sekolah

................................................................................................................ ................................................................................................................

NIP. ...................................................................................................... NIP. ......................................................................................................

Keterangan:
1) Diisi periode triwulan/semester ke ...........;
2) Diisi nama sekolah, atau Tim BOS Kab/Kota ..........., atau Tim BOS Provinsi ..........., atau Tim BOS Pusat;
3) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Provinsi atau Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
4) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
5) Saldo yang diisi hanya pada laporan triwulan II-IV dan semester II, sementara saldo triwulan I dan semester I diisi kosong/nol.

REKAPITULASI REALISASI PENGGUNAAN DANA BOS SMA/SMALB


PERIODE : ... 1)
Tahun ............
Lembaga : .............................................................................................. 2)
Alamat : ..............................................................................................
Kab/Kota : .............................................................................................. 3)
Provinsi : .............................................................................................. 4)

Penggunaan Dana BOS


Pengadaan
Pengadaan Alat Pembelian dan
No Program/Kegiatan Bahan Habis
Pembelian Habis Pakai Perawatan
Pakai ...dst ...dst Jumlah
Buku Praktikum Perangkat
Praktikum
Pembelajaran Komputer
Pembelajaran

1.1 Pengembangan Kompetensi Lulusan


1.2 Pengembangan standar isi
1.3 Pengembangan standar proses
1.4 Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan
1.5 Pengembangan sarana dan prasarana sekolah
1.6 Pengembangan standar pengelolaan
1.7 Pengembangan standar pembiayaan
1.8 Pengembangan dan implementasi sistem penilaian

Total

Saldo periode sebelumnya5) :


Total dana BOS periode ini :
Saldo BOS periode ini :

Menyetujui,
Kepala sekolah Pemegang Kas Sekolah

................................................................................................................ ................................................................................................................

NIP. ...................................................................................................... NIP. ......................................................................................................

Keterangan:
1) Diisi periode triwulan/semester ke ...........;
2) Diisi nama sekolah, atau Tim BOS Kab/Kota ..........., atau Tim BOS Provinsi ..........., atau Tim BOS Pusat;
3) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Provinsi atau Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
4) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
5) Saldo yang diisi hanya pada laporan triwulan II-IV dan semester II, sementara saldo triwulan I dan semester I diisi kosong/nol.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7997


- 96 -

REKAPITULASI REALISASI PENGGUNAAN DANA BOS SMK


PERIODE : ... 1)
Tahun ............
Lembaga : .............................................................................................. 2)
Alamat : ..............................................................................................
Kab/Kota : .............................................................................................. 3)
Provinsi : .............................................................................................. 4)

Penggunaan Dana BOS


Pengadaan
Pengadaan Alat Pembelian dan
No Program/Kegiatan Pembelian Habis Pakai
Bahan Habis
Perawatan
Pakai ...dst ...dst Jumlah
Buku Praktikum Perangkat
Praktikum
Pembelajaran Komputer
Pembelajaran

1.1 Pengembangan Kompetensi Lulusan


1.2 Pengembangan standar isi
1.3 Pengembangan standar proses
1.4 Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan
1.5 Pengembangan sarana dan prasarana sekolah
1.6 Pengembangan standar pengelolaan
1.7 Pengembangan standar pembiayaan
1.8 Pengembangan dan implementasi sistem penilaian

Total

Saldo periode sebelumnya5) :


Total dana BOS periode ini :
Saldo BOS periode ini :

Menyetujui,
Kepala sekolah Pemegang Kas Sekolah

................................................................................................................ ................................................................................................................

NIP. ...................................................................................................... NIP. ......................................................................................................

Keterangan:
1) Diisi periode triwulan/semester ke ...........;
2) Diisi nama sekolah, atau Tim BOS Kab/Kota ..........., atau Tim BOS Provinsi ..........., atau Tim BOS Pusat;
3) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Provinsi atau Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
4) Untuk laporan yang dibuat Tim BOS Pusat, informasi ini tidak dicantumkan;
5) Saldo yang diisi hanya pada laporan triwulan II-IV dan semester II, sementara saldo triwulan I dan semester I diisi kosong/nol.

F. Ketentuan Pajak
Ketentuan pajak terkait penggunaan BOS di sekolah harus mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pajak nasional
dan pajak daerah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


98 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 97 -

BAB VIII
MONITORING

A. Monitoring oleh Tim BOS Pusat


1. Monitoring yang dilaksanakan Tim BOS Pusat dapat ditujukan
untuk memantau pencairan dan penyaluran dana, atau kinerja
Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota, atau pengelolaan
dan penggunaan dana di sekolah, atau tindak lanjut penanganan
dan pelayanan pengaduan masyarakat.
2. Dalam setiap pelaksanaan monitoring, sasaran responden yang
dilibatkan adalah pemangku kepentingan yang terkait dengan
tujuan monitoring. Responden tersebut dapat terdiri dari Tim BOS
Provinsi, atau pengelola keuangan daerah, atau lembaga penyalur,
atau Tim BOS Kabupaten/Kota, atau pengelola sekolah, atau
warga sekolah.
3. Disesuaikan dengan tujuan, pelaksanaan monitoring dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Monitoring dapat dilakukan
melalui kunjungan lapangan, atau koordinasi melalui media
komunikasi (telepon, faksimil, email, dll), atau melalui mekanisme
monitoring terhadap laporan online.
4. Disesuaikan dengan tujuan dan mekanisme, monitoring dapat
dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana, atau pada
saat penyaluran dana, atau pasca penyaluran dana, atau sewaktu-
waktu sesuai kebutuhan.
5. Kegiatan monitoring yang dilaksanakan di oleh Tim BOS Pusat
menggunakan anggaran pada DIPA Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang bersumber dari APBN, dan/atau sumber dana
lain yang tersedia.
6. Frekuensi pelaksanaan, sasaran dan jumlah sasaran yang
dilibatkan, responden dan jumlah responden yang dilibatkan,
mekanisme dan waktu pelaksanaan monitoring disesuaikan
dengan tujuan, kebutuhan, serta ketersediaan anggaran dan SDM.
Monitoring BOS juga dapat disinergikan pelaksanaannya dengan
monitoring program lainnya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 99


- 98 -

B. Monitoring oleh Tim BOS Provinsi


1. Monitoring yang dilaksanakan Tim BOS Provinsi dapat ditujukan
untuk memantau pencairan dan penyaluran dana, atau kinerja
Tim BOS Kabupaten/Kota, atau pengelolaan dan penggunaan
dana di sekolah, atau tindak lanjut penanganan dan pelayanan
pengaduan masyarakat.
2. Dalam setiap pelaksanaan monitoring, sasaran responden yang
dilibatkan adalah pemangku kepentingan yang terkait dengan
tujuan monitoring. Responden tersebut dapat terdiri dari
pengelola keuangan daerah, atau lembaga penyalur, atau Tim BOS
Kabupaten/Kota, atau pengelola sekolah, atau warga sekolah.
3. Disesuaikan dengan tujuan, pelaksanaan monitoring dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Monitoring dapat dilakukan
melalui kunjungan lapangan, atau koordinasi melalui media
komunikasi (telepon, faksimil, email, dll), atau melalui mekanisme
monitoring terhadap laporan online.
4. Disesuaikan dengan tujuan dan mekanisme, monitoring dapat
dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana, atau pada
saat penyaluran dana, atau pasca penyaluran dana, atau sewaktu-
waktu sesuai kebutuhan.
5. Kegiatan monitoring yang dilaksanakan di oleh Tim BOS Provinsi
menggunakan anggaran pada DIPA dinas pendidikan provinsi yang
bersumber dari APBN atau APBD, dan/atau sumber dana lain
yang tersedia.
6. Frekuensi pelaksanaan, sasaran dan jumlah sasaran yang
dilibatkan, responden dan jumlah responden yang dilibatkan,
mekanisme dan waktu pelaksanaan monitoring disesuaikan
dengan tujuan, kebutuhan, dan ketersediaan anggaran dan SDM.
Monitoring BOS juga dapat disinergikan pelaksanaannya dengan
monitoring program lainnya. Untuk itu pelaksanaan monitoring
juga dapat melibatkan pengawas sekolah yang kredibel dan
bertanggungjawab secara terintegrasi dengan kegiatan
pengawasan lainnya yang dilakukan oleh pengawas sekolah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


100 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 99 -

C. Monitoring oleh Tim BOS Kabupaten/Kota


1. Monitoring yang dilaksanakan Tim BOS Kabupaten/Kota dapat
bertujuan untuk memantau pencairan dan penyaluran dana,
pengelolaan dan penggunaan dana di sekolah, atau tindak lanjut
penanganan dan pelayanan pengaduan masyarakat.
2. Dalam setiap pelaksanaan monitoring, sasaran responden yang
dilibatkan merupakan pemangku kepentingan yang terkait dengan
tujuan monitoring. Responden tersebut dapat terdiri dari lembaga
penyalur, pengelola sekolah, dan/atau warga sekolah.
3. Monitoring dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
kunjungan lapangan, koordinasi melalui media komunikasi
(telepon, faksimil, email, dll), dan/atau melalui mekanisme
monitoring terhadap laporan online.
4. Monitoring dapat dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran
dana, pada saat penyaluran dana, pasca penyaluran dana, atau
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
5. Kegiatan monitoring yang dilaksanakan oleh Tim BOS
Kabupaten/Kota menggunakan DIPA dinas pendidikan
kabupaten/kota yang bersumber dari APBD dan/atau sumber
dana lain yang tersedia.
6. Frekuensi pelaksanaan, sasaran dan jumlah sasaran yang
dilibatkan, responden dan jumlah responden yang dilibatkan,
mekanisme dan waktu pelaksanaan monitoring disesuaikan
dengan tujuan, kebutuhan, dan ketersediaan anggaran dan SDM.
Monitoring BOS juga dapat disinergikan pelaksanaannya dengan
monitoring program lainnya. Untuk itu pelaksanaan monitoring
juga dapat melibatkan pengawas sekolah yang kredibel dan
bertanggungjawab secara terintegrasi dengan kegiatan
pengawasan lainnya yang dilakukan oleh pengawas sekolah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1001


1
- 100 -

BAB IX
PENGAWASAN DAN SANKSI

A. Pengawasan
Pengawasan program BOS meliputi pengawasan melekat, pengawasan
fungsional, dan pengawasan masyarakat.
1. Pengawasan melekat yang dilakukan oleh pimpinan masing-
masing instansi kepada bawahannya baik di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota, maupun sekolah. Prioritas utama dalam
program BOS adalah pengawasan yang dilakukan oleh dinas
pendidikan kabupaten/kota kepada sekolah.
2. Pengawasan fungsional internal oleh Inspektorat Jenderal (Itjen)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta inspektorat daerah
provinsi dan kabupaten/kota dengan melakukan audit sesuai
dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi
yang akan diaudit, dan sesuai dengan wilayah kewenangan
masing-masing.
3. Pengawasan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dengan melakukan audit atas permintaan instansi yang
akan diaudit.
4. Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai
dengan kewenangan.
5. Pengawasan masyarakat dalam rangka transparansi pelaksanaan
program BOS oleh unsur masyarakat dan unit pengaduan
masyarakat yang terdapat di sekolah, kabupaten/kota, provinsi,
dan pusat mengacu pada kaidah keterbukaan informasi publik,
yaitu semua dokumen BOS dapat diakses oleh publik kecuali yang
dirahasiakan. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam
pengelolaan BOS, agar segera dilaporkan kepada instansi
pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.

B. Sanksi
Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan
negara, sekolah, dan/atau peserta didik akan diberikand oleh aparat/
pejabat yang berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


102 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 101 -

pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya seperti


berikut:
1. penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (pemberhentian, penurunan
pangkat, dan/atau mutasi kerja);
2. penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu BOS
yang terbukti disalahgunakan agar dikembalikan kepada sekolah;
3. penerapan proses hukum, yaitu proses penyelidikan, penyidikan,
dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti
melakukan penyimpangan BOS;
4. apabila berdasarkan hasil monitoring atau audit sekolah terbukti
melakukan penyimpangan atau tidak menyusun laporan
pertanggungjawaban penggunaan BOS (termasuk laporan online
ke laman BOS di www.bos.kemdikbud.go.id), Tim BOS
Kabupaten/Kota dapat meminta secara tertulis kepada bank
(dengan tembusan ke sekolah) untuk menunda pengambilan BOS
dari rekening sekolah;
5. pemblokiran dana dan penghentian sementara terhadap seluruh
bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun
berikutnya kepada provinsi/kabupaten/kota, apabila terbukti
pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem
untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, dan/atau
golongan;
6. sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 31003


1
- 102 -

BAB X
PELAYANAN DAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT

A. Tujuan
Pengelolaan Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat (P3M)
dalam program BOS ditujukan untuk:
1. mengatur alur informasi pengaduan/temuan masalah agar dapat
diterima oleh pihak yang tepat;
2. memastikan bahwa pengelola program akan menindaklanjuti
setiap pengaduan yang masuk;
3. memastikan setiap progres penanganan akan didokumentasikan
secara jelas;
4. menyediakan bentuk informasi dan data base yang harus
disajikan dan dapat diakses publik.

B. Media
Informasi, pertanyaan, dan/atau pengaduan dapat disampaikan secara
langsung atau melalui SMS, telepon, surat, dan/atau email. Adapun
media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi terhadap
program baik yang bersifat masukan/saran, pertanyaan, maupun
keluhan, meliputi:
1. Online Dikdasmen : bos.kemdikbud.go.id
SD : http://ditpsd.kemdikbud.go.id
SMP : http://ditpsmp.kemdikbud.go.id
SMA : http://psma.kemdikbud.go.id
SMK : http://psmk.kemdikbud.go.id

2. Telepon PIH : 177


SD : 0-800-140-1276 (bebas pulsa) ; 021-5725632
SMP : 0-800-140-1299 (bebas pulsa) ; 021-5725980 ;
021-5725651
SMA : 081210805805 ; 081574805805
SMK : 021-5725467

3. Faksimil i
SD : 021-5725637
SMP : 021-5731070 ; 021-5725645 ; 021-5725635 ;
021-5725651

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


104 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 103 -

SMA : 021-75912221
SMK : 021-5725049

4. Email Dikdasmen : bos@kemdikbud.go.id


SMP : pengaduan.ditpsmp@kemdikbud.go.id
SMA : bos.sma@kemdikbud.go.id
SMK : helpdesk.psmk@kemdikbud.go.id

5. SMS PIH : 1771


SMP : 081222449964
SMA : 081210805805 ; 081574805805

C. Tugas dan Fungsi Layanan


Tim BOS melaksanakan fungsi untuk menindaklanjuti informasi/
pengaduan yang diterima. Pembagian tugas dan fungsi layanan pada
Tim BOS sebagai berikut:
1. Tim BOS Pusat
a. Menetapkan petugas unit P3M.
b. Menerima dan mencatat semua informasi, termasuk hasil
temuan audit BPK/BPKP/Itjen ke dalam sistem pengaduan
BOS di www.bos.kemdikbud.go.id/pengaduan.
c. Menjawab pertanyaan dan menindaklanjuti usul/saran/
masukan.
d. Memonitor progres/kemajuan penanganan pengaduan yang
ada di provinsi maupun kabupaten/kota.
e. Menganalisa informasi sebagai bahan masukan bagi
kebijakan manajemen BOS.
f. Menyampaikan informasi kepada Itjen dalam hal diperlukan
tindak lanjut.
g. Membuat laporan perkembangan penanganan pengaduan
secara regular sesuai dengan periode laporan program BOS.
Laporan tersebut bersumber dari sistem pengaduan di laman
BOS yang merupakan rekapitulasi status provinsi.
h. Menyelenggarakan rapat koordinasi secara berkala dengan
agenda menyampaikan status pengaduan untuk mendorong
penyelesaian yang melibatkan pihak terkait.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 51005


1
- 104 -

i. Menginformasikan status penanganan pengaduan BOS secara


berkala kepada provinsi/kabupaten/kota untuk
ditindaklanjuti.
j. Melakukan koordinasi dengan Bagian Hukum, Tata Laksana
dan Kerjasama pada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah terkait dengan publikasi informasi.

2. Tim BOS Provinsi


a. Menetapkan petugas unit P3M.
b. Menerima dan mencatat saran, pertanyaan, dan/atau
pengaduan dari masyarakat baik yang disampaikan melalui
telepon, email, surat, maupun faks, termasuk hasil temuan
audit ke dalam sistem pengaduan BOS di
www.bos.kemdikbud.go.id/ pengaduan.
c. Menjawab pertanyaan dan menindaklanjuti usul/saran/
masukan dari masyarakat, termasuk yang disampaikan
melalui sistem pengaduan online dan/atau sms di laman
BOS.
d. Monitoring kabupaten/kota untuk memastikan tugas dan
fungsi layanan masyarakat dan pengaduan BOS
dilaksanakan sesuai petunjuk teknis yang ada.
e. Berkoordinasi dengan kabupaten/kota jika diperlukan untuk
melakukan penanganan secara langsung dalam kasus yang
dianggap mendesak dan penting.
f. Membuat laporan perkembangan status pengaduan secara
berkala sesuai dengan periode laporan program BOS. Laporan
tersebut bersumber dari sistem pengaduan di laman BOS
yang merupakan rekapitulasi status kabupaten/kota.
g. Menyelenggarakan rapat koordinasi secara berkala dengan
agenda menyampaikan rekapitulasi status kemajuan dan
hasil tindak lanjut pengaduan yang dilakukan kabupaten/
kota guna mendorong penyelesaian yang diperlukan.
h. Melakukan koordinasi dengan Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi (PPID) provinsi terkait dengan publikasi
informasi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


106 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 105 -

3. Tim BOS Kabupaten/Kota


a. Menetapkan petugas unit P3M.
b. Menerima dan mencatat saran, pertanyaan, dan pengaduan
dari masyarakat baik yang disampaikan melalui telepon,
email, surat, faks, termasuk hasil temuan audit ke dalam
sistem pengaduan BOS di bos.kemdikbud.go.id/pengaduan.
c. Menjawab pertanyaan dan menindaklanjuti usul/saran/
masukan dari masyarakat, termasuk yang disampaikan
melalui sistem pengaduan online dan sms di laman BOS.
d. Melakukan penanganan yang diperlukan dan memonitor
kemajuan dan hasil penanganan pengaduan.
e. Memperbarui status kemajuan dan hasil tindak lanjut
pengaduan BOS secara online di laman BOS.
f. Membuat laporan perkembangan status pengaduan secara
reguler sesuai dengan periode laporan program BOS. Laporan
tersebut bersumber dari sistem pengaduan di laman BOS.
g. Menyelenggarakan rapat koordinasi secara berkala dengan
agenda menyampaikan status kemajuan dan hasil tindak
lanjut pengaduan untuk mendorong penyelesaiannya.
h. Melakukan koordinasi dengan PPID kabupaten/kota terkait
dengan publikasi informasi.

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MUHADJIR EFFENDY

Salinan sesuai dengan aslinya,


Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Ttd.

Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 71007


1
Surat Edaran Nomor 903/1043/Sj
Tentang
Petunjuk Teknik Pengelolaan
Dana Bantuan Operasional
Sekolah Satuan Pendidikan Menengah Negeri
dan Satuan Pendidikan Khusus Negeri
yang Diselenggarakan Pemerintah
Provinsi Pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1111
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
112 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 31113
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
114 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 51115
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
116 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 71117
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
118 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 91119
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
120 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1221
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
122 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 31223
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
124 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 51225
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
126 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 71227
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
128 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 91229
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
130 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1331
1
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 2004
Tentang
Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintahan Pusat
dan Pemerintahan Daerah
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33 TAHUN 2004
TENTANG
PERIMBANGAN KEUANGAN
ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


mengamanatkan diselenggarakan otonomi seluas-luasnya dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber


daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, dan antar Pemerintahan Daerah perlu diatur
secara adil dan selaras;

c. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah melalui


penyediaan sumber-sumber pendanaan berdasarkan kewenangan
Pemerintah Pusat, Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas
Pembantuan, perlu diatur perimbangan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah berupa sistem keuangan yang diatur
berdasarkan pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang
jelas antarsusunan pemerintahan;

d. bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah sudah tidak sesuai
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan serta tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga perlu diganti;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c dan


huruf d, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 51335


1
Mengingat : 1. Pasal 1 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23,
Pasal 23C, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA


PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah


Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


136 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan Tugas
Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah


adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,
demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan Desentralisasi, dengan memper-timbangkan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

4. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan


perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Daerah otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan


masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi
daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.

7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD


adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
8. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

9. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada


gubernur sebagai wakil Pemerintah.

10. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah


dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

11. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

12. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 71337


1
13. Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.

14. Belanja daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan.

15. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali


dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN


adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD


adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas
dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
18. Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan
yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

19. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan


APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

20. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

21. Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

22. Celah fiskal dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal Daerah
dan kapasitas fiskal Daerah.

23. Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


138 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
24. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang
dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk
membayar kembali.

25. Obligasi Daerah adalah Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada


publik melalui penawaran umum di pasar modal.

26. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi
vertikal pusat di daerah.

27. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh Daerah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.

28. Hibah adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara
asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah,
badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk
devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan
pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.

29. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa,
dan/atau krisis solvabilitas.

30. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, selanjutnya disebut RKPD, adalah


dokumen perencanaan daerah provinsi, kabupaten, dan kota untuk
periode 1 (satu) tahun.

31. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, selanjutnya disebut


Renja SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat
Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

32. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah,


selanjutnya disebut RKA SKPD, adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi program dan kegiatan Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja
Pemerintah Daerah dan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran, serta anggaran
yang diperlukan untuk melaksanakannya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 91339


1
33. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah.

34. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan


barang milik Negara/Daerah.

BAB II
PRINSIP KEBIJAKAN PERIMBANGAN KEUANGAN

Pasal 2

(1) Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah


merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi
pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

(2) Pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintahan Daerah


dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan
tugas oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan
memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal.

(3) Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah


merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas
Pembantuan.

Pasal 3

(1) PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah


untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi
Daerah sebagai perwujudan Desentralisasi.

(2) Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara


Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar-Pemerintah Daerah.

(3) Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam


rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah.

(4) Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah


untuk memperoleh pendapatan selain pendapatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).

BAB III

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


140 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
DASAR PENDANAAN
PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 4

(1) Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dalam rangka


pelaksanaan Desentralisasi didanai APBD.

(2) Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh


gubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi didanai APBN.

(3) Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh


gubernur dalam rangka Tugas Pembantuan didanai APBN.

(4) Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi


dan/atau penugasan dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan
dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diikuti dengan pemberian
dana.

BAB IV
SUMBER PENERIMAAN DAERAH
Pasal 5

(1) Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi terdiri atas


Pendapatan Daerah dan Pembiayaan.

(2) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber


dari:
a. Pendapatan Asli Daerah;
b. Dana Perimbangan; dan
c. Lain-lain Pendapatan.
(3) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:
a. sisa lebih perhitungan anggaran Daerah;
b. penerimaan Pinjaman Daerah;
c. Dana Cadangan Daerah; dan
d. hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

BAB V
PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pasal 6

(1) PAD bersumber dari:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1441


1
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
d. lain-lain PAD yang sah.

(2) Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi:
a. hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan;
b. jasa giro;
c. pendapatan bunga;
d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
dan
e. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

Pasal 7

Dalam upaya meningkatkan PAD, Daerah dilarang:

a. menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan


ekonomi biaya tinggi; dan

b. menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat


mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah, dan
kegiatan impor/ekspor.

Pasal 8

Ketentuan mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dan huruf b dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang.

Pasal 9

Ketentuan mengenai hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
DANA PERIMBANGAN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


142 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Bagian Kesatu
Jenis

Pasal 10

(1) Dana Perimbangan terdiri atas:


a. Dana Bagi Hasil;
b. Dana Alokasi Umum; dan
c. Dana Alokasi Khusus.

(2) Jumlah Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.

Bagian Kedua
Dana Bagi Hasil

Pasal 11

(1) Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.

(2) Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan
c. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

(3) Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berasal dari:
a. kehutanan;
b. pertambangan umum;
c. perikanan;
d. pertambangan minyak bumi;
e. pertambangan gas bumi; dan
f. pertambangan panas bumi.

Pasal 12

(1) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB dan BPHTB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a dan huruf b dibagi antara
daerah provinsi, daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 31443


1
(2) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB sebesar 90% (sembilan puluh
persen) untuk Daerah dengan rincian sebagai berikut:
a. 16,2% (enam belas dua persepuluh persen) untuk daerah provinsi
yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum
Daerah provinsi;
b. 64,8% (enam puluh empat delapan persepuluh persen) untuk
daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota; dan
c. 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan.

(3) 10% (sepuluh persen) bagian Pemerintah dari penerimaan PBB


dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten dan kota yang
didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan,
dengan imbangan sebagai berikut:
a. 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada
seluruh daerah kabupaten dan kota; dan
b. 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai insentif kepada
daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya
mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.

(4) Dana Bagi Hasil dari penerimaan BPHTB adalah sebesar 80%
(delapan puluh persen) dengan rincian sebagai berikut:
a. 16% (enam belas persen) untuk daerah provinsi yang
bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah
provinsi; dan
b. 64% (enam puluh empat persen) untuk daerah kabupaten dan
kota penghasil dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah
kabupaten/kota.
(5) 20% (dua puluh persen) bagian Pemerintah dari penerimaan BPHTB
dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten
dan kota.

(6) Penyaluran Dana Bagi Hasil PBB dan BPHTB sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 13

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


144 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(1) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c yang merupakan bagian
Daerah adalah sebesar 20% (dua puluh persen).

(2) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibagi antara Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota.

(3) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibagi dengan imbangan 60% (enam puluh
persen) untuk kabupaten/kota dan 40% (empat puluh persen) untuk
provinsi.

(4) Penyaluran Dana Bagi Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan secara triwulanan.

Pasal 14

Pembagian Penerimaan Negara yang berasal dari sumber daya alam


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) ditetapkan sebagai berikut:

a. Penerimaan Kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak


Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan dibagi dengan
imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan
puluh persen) untuk Daerah.

b. Penerimaan Kehutanan yang berasal dari Dana Reboisasi dibagi dengan


imbangan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk Pemerintah dan 40%
(empat puluh persen) untuk Daerah.

c. Penerimaan Pertambangan Umum yang dihasilkan dari wilayah Daerah


yang bersangkutan, dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen)
untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah.

d. Penerimaan Perikanan yang diterima secara nasional dibagi dengan


imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan
puluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota.
e. Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi yang dihasilkan dari wilayah
Daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dibagi
dengan imbangan:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 51445


1
1. 84,5% (delapan puluh empat setengah persen) untuk Pemerintah;
dan
2. 15,5% (lima belas setengah persen) untuk Daerah.

f. Penerimaan Pertambangan Gas Bumi yang dihasilkan dari wilayah


Daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dibagi
dengan imbangan:
1. 69,5% (enam puluh sembilan setengah persen) untuk Pemerintah;
dan
2. 30,5% (tiga puluh setengah persen) untuk Daerah.

g. Pertambangan Panas Bumi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang


bersangkutan yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak, dibagi
dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80%
(delapan puluh persen) untuk Daerah.

Pasal 15

(1) Dana Bagi Hasil dari penerimaan IHPH yang menjadi bagian Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi; dan
b. 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota
penghasil.

(2) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PSDH yang menjadi bagian Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota
penghasil; dan
c. 32% (tiga puluh dua persen) dibagikan dengan porsi yang
sama besar untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan.

Pasal 16

Dana Bagi Hasil dari Dana Reboisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 huruf b:
a. 60% (enam puluh persen) bagian Pemerintah digunakan untuk
rehabilitasi hutan dan lahan secara nasional; dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


146 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
b. 40% (empat puluh persen) bagian daerah digunakan untuk kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan di kabupaten/kota penghasil.

Pasal 17

(1) Penerimaan Pertambangan Umum sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 huruf c terdiri atas:
a. Penerimaan Iuran Tetap (Land-rent); dan
b. Penerimaan Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalti).

(2) Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara Iuran Tetap (Land-rent) yang
menjadi bagian Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
dibagi dengan rincian:

a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan; dan

b. 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota penghasil.

(3) Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara Iuran Eksplorasi dan Iuran
Eksploitasi (Royalti) yang menjadi bagian Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil; dan
c. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam
provinsi yang bersangkutan.

(4) Bagian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c,


dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk semua kabupaten/kota
dalam provinsi yang bersangkutan.

Pasal 18

(1) Penerimaan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf


d terdiri atas:
a. Penerimaan Pungutan Pengusahaan Perikanan; dan
b. Penerimaan Pungutan Hasil Perikanan.

(2) Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara sektor perikanan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d dibagikan dengan
porsi yang sama besar kepada kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Pasal 19

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 71447


1
(1) Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi yang
dibagikan ke Daerah adalah Penerimaan Negara dari sumber daya
alam Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi dari wilayah Daerah
yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan
lainnya.

(2) Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14 huruf e angka 2 sebesar 15% (lima belas
persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut:
a. 3% (tiga persen) dibagikan untuk provinsi yang ber-sangkutan;
b. 6% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil; dan
c. 6% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya dalam
provinsi yang bersangkutan.

(3) Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf f angka 2 sebesar 30% (tiga puluh persen)
dibagi dengan rincian sebagai berikut:
a. 6% (enam persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 12% (dua belas persen) dibagikan untuk kabupaten/kota
penghasil; dan
c. 12% (dua belas persen) dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya
dalam provinsi bersangkutan.

(4) Bagian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c


dan ayat (3) huruf c, dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk
semua kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan.

Pasal 20

(1) Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e angka 2 dan huruf f
angka 2 sebesar 0,5% (setengah persen) dialokasikan untuk
menambah anggaran pendidikan dasar.

(2) Dana Bagi Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi masing-
masing dengan rincian sebagai berikut:
a. 0,1% (satu persepuluh persen) dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan;
b. 0,2% (dua persepuluh persen) dibagikan untuk kabupaten/ kota
penghasil; dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


148 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
c. 0,2% (dua persepuluh persen) dibagikan untuk kabupaten/ kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
(3) Bagian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk semua kabupaten/kota
dalam provinsi yang bersangkutan.

Pasal 21

(1) Penerimaan Negara dari Pertambangan Panas Bumi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14 huruf g merupakan Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang terdiri atas:
a. Setoran Bagian Pemerintah; dan
b. Iuran tetap dan iuran produksi.

(2) Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Pertambangan Panas Bumi yang
dibagikan kepada Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf g dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil; dan
c. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam
provinsi yang bersangkutan.

(3) Bagian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,


dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk semua kabupaten/kota
dalam provinsi yang bersangkutan.

Pasal 22

Pemerintah menetapkan alokasi Dana Bagi Hasil yang berasal dari sumber
daya alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan daerah
penghasil.

Pasal 23

Dana Bagi Hasil yang merupakan bagian Daerah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 11 disalurkan berdasarkan realisasi penerimaan tahun
anggaran berjalan.

Pasal 24

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 91449


1
(1) Realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil yang berasal dari sektor minyak
bumi dan gas bumi tidak melebihi 130% (seratus tiga puluh persen)
dari asumsi dasar harga minyak bumi dan gas bumi dalam APBN
tahun berjalan.

(2) Dalam hal Dana Bagi Hasil sektor minyak bumi dan gas bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi 130% (seratus tiga
puluh persen), penyaluran dilakukan melalui mekanisme APBN
Perubahan.

Pasal 25

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20


ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi administrasi berupa pemotongan atas
penyaluran Dana Bagi Hasil sektor minyak bumi dan gas bumi.

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai Dana Bagi Hasil diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Bagian Ketiga
Dana Alokasi Umum

Pasal 27

(1) Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua


puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang
ditetapkan dalam APBN.

(2) DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan
alokasi dasar.

(3) Celah fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah kebutuhan
fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah.

(4) Alokasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung


berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Pasal 28

(1) Kebutuhan fiskal Daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah


untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


150 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) Setiap kebutuhan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diukur secara berturut-turut dengan jumlah penduduk, luas wilayah,
Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per
kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia.

(3) Kapasitas fiskal Daerah merupakan sumber pendanaan Daerah yang


berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil.

Pasal 29

Proporsi DAU antara daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan


berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.

Pasal 30

(1) DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi sebagai-mana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) dihitung berdasarkan perkalian
bobot daerah provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh
daerah provinsi.

(2) Bobot daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah provinsi yang
bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah provinsi.

Pasal 31

(1) DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) dihitung berdasarkan
perkalian bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dengan
jumlah DAU seluruh daerah kabupaten/ kota.

(2) Bobot daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah
kabupaten/kota.

Pasal 32

(1) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima
DAU sebesar alokasi dasar.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1551


1
(2) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut
lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar
setelah dikurangi nilai celah fiskal.

(3) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut
sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima DAU.

Pasal 33

Data untuk menghitung kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 28 diperoleh dari lembaga statistik pemerintah
dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Pasal 34

Pemerintah merumuskan formula dan penghitungan DAU sebagai-mana


dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32 dengan memperhatikan
pertimbangan dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan
terhadap kebijakan otonomi daerah.

Pasal 35

Hasil penghitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan


dengan Keputusan Presiden.

Pasal 36

(1) Penyaluran DAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35


dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua
belas) dari DAU Daerah yang bersangkutan.

(2) Penyaluran DAU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


sebelum bulan bersangkutan.

Pasal 37

Ketentuan lebih lanjut mengenai DAU diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat
Dana Alokasi Khusus

Pasal 38

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


152 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.

Pasal 39

(1) DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan


khusus yang merupakan urusan Daerah.

(2) Kegiatan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN.

Pasal 40

(1) Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum,


kriteria khusus, dan kriteria teknis.

(2) Kriteria umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan


dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam
APBD.

(3) Kriteria khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan


dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan
karakteristik Daerah.

(4) Kriteria teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
kementerian Negara/departemen teknis.

Pasal 41

(1) Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping


sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari alokasi DAK.

(2) Dana Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan


dalam APBD.

(3) Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan


menyediakan Dana Pendamping.

Pasal 42

Ketentuan lebih lanjut mengenai DAK diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VII
LAIN-LAIN PENDAPATAN

Pasal 43

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 31553


1
Lain-lain Pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana
Darurat.

Pasal 44

(1) Pendapatan hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 merupakan


bantuan yang tidak mengikat.

(2) Hibah kepada Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan
melalui Pemerintah.

(3) Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara Pemerintah


Daerah dan pemberi hibah.

(4) Hibah digunakan sesuai dengan naskah perjanjian sebagaimana


dimaksud pada ayat (3).

Pasal 45

Tata cara pemberian, penerimaan, dan penggunaan hibah, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 46

(1) Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN


untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional
dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh
Daerah dengan menggunakan sumber APBD.

(2) Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau


peristiwa luar biasa ditetapkan oleh Presiden.

Pasal 47

(1) Pemerintah dapat mengalokasikan Dana Darurat pada Daerah yang


dinyatakan mengalami krisis solvabilitas.

(2) Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berdasarkan evaluasi Pemerintah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Krisis solvabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan


oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan
Rakyat.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


154 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 48

Ketentuan lebih lanjut mengenai Dana Darurat diatur dengan Peraturan


Pemerintah.

BAB VIII
PINJAMAN DAERAH

Bagian Kesatu
Batasan Pinjaman

Pasal 49

(1) Pemerintah menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman


Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan keadaan
dan prakiraan perkembangan perekonomian nasional.

(2) Batas maksimal kumulatif pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) tidak melebihi 60% (enam puluh persen) dari Produk Domestik
Bruto tahun bersangkutan.

(3) Menteri Keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman


Pemerintah Daerah secara keseluruhan selambat-lambatnya bulan
Agustus untuk tahun anggaran berikutnya.

(4) Pengendalian batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah sesuai


dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 50

(1) Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar
negeri.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), dikenakan sanksi administratif berupa penundaan dan/atau
pemotongan atas penyaluran Dana Perimbangan oleh Menteri
Keuangan.

Bagian Kedua
Sumber Pinjaman

Pasal 51

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 51555


1
(1) Pinjaman Daerah bersumber dari:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Daerah lain;
c. lembaga keuangan bank;
d. lembaga keuangan bukan bank; dan
e. masyarakat.

(2) Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan melalui Menteri Keuangan.

(3) Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf e berupa Obligasi Daerah diterbitkan
melalui pasar modal.

Bagian Ketiga
Jenis dan Jangka Waktu Pinjaman

Pasal 52

(1) Jenis Pinjaman terdiri atas :


a. Pinjaman Jangka Pendek;
b. Pinjaman Jangka Menengah; dan
c. Pinjaman Jangka Panjang.

(2) Pinjaman Jangka Pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu kurang atau sama
dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali
pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain
seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

(3) Pinjaman Jangka Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari
satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi
dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala
Daerah yang bersangkutan.

(4) Pinjaman Jangka Panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang
meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


156 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan
perjanjian pinjaman yang bersangkutan.

Bagian Keempat
Penggunaan Pinjaman

Pasal 53

(1) Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup


kekurangan arus kas.

(2) Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai


penyediaan layanan umum yang tidak menghasilkan peneri-maan.

(3) Pinjaman Jangka Panjang dipergunakan untuk membiayai proyek


investasi yang menghasilkan penerimaan.

(4) Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang wajib mendapatkan


persetujuan DPRD.

Bagian Kelima
Persyaratan Pinjaman

Pasal 54

Dalam melakukan pinjaman, Daerah wajib memenuhi persyaratan:

a. jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan


ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah
penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

b. rasio kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman


ditetapkan oleh Pemerintah;

c. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal


dari Pemerintah.

Pasal 55

(1) Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain.

(2) Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah tidak boleh


dijadikan jaminan Pinjaman Daerah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 71557


1
(3) Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik Daerah
yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi
Daerah.

Bagian Keenam
Prosedur Pinjaman Daerah

Pasal 56

(1) Pemerintah dapat memberikan pinjaman kepada Pemerintah Daerah


yang dananya berasal dari luar negeri.

(2) Pinjaman kepada Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan melalui perjanjian penerusan pinjaman kepada
Pemerintah Daerah.

(3) Perjanjian penerusan pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilakukan antara Menteri Keuangan dan Kepala Daerah.

(4) Perjanjian penerusan pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


dapat dinyatakan dalam mata uang Rupiah atau mata uang asing.

Bagian Ketujuh
Obligasi Daerah

Pasal 57

(1) Daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah dalam mata uang Rupiah
di pasar modal domestik.

(2) Nilai Obligasi Daerah pada saat jatuh tempo sama dengan nilai
nominal Obligasi Daerah pada saat diterbitkan.

(3) Penerbitan Obligasi Daerah wajib memenuhi ketentuan dalam Pasal


54 dan Pasal 55 serta mengikuti peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal.

(4) Hasil penjualan Obligasi Daerah digunakan untuk membiayai investasi


sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan
manfaat bagi masyarakat.

(5) Penerimaan dari investasi sektor publik sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) digunakan untuk membiayai kewajiban bunga dan pokok
Obligasi Daerah terkait dan sisanya disetorkan ke kas Daerah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


158 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 58

(1) Dalam hal Pemerintah Daerah menerbitkan Obligasi Daerah, Kepala


Daerah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan DPRD dan
Pemerintah.

(2) Penerbitan Obligasi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan atas nilai
bersih maksimal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan pada saat
penetapan APBD.

Pasal 59

Pemerintah tidak menjamin Obligasi Daerah.

Pasal 60

Setiap Obligasi Daerah sekurang-kurangnya mencantumkan:


a. nilai nominal;
b. tanggal jatuh tempo;
c. tanggal pembayaran bunga;
d. tingkat bunga (kupon);
e. frekuensi pembayaran bunga;
f. cara perhitungan pembayaran bunga;
g. ketentuan tentang hak untuk membeli kembali Obligasi Daerah sebelum
jatuh tempo; dan
h. ketentuan tentang pengalihan kepemilikan.

Pasal 61

(1) Persetujuan DPRD mengenai penerbitan Obligasi Daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) meliputi pembayaran
semua kewajiban bunga dan pokok yang timbul sebagai akibat
penerbitan Obligasi Daerah dimaksud.

(2) Pemerintah Daerah wajib membayar bunga dan pokok setiap Obligasi
Daerah pada saat jatuh tempo.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 91559


1
(3) Dana untuk membayar bunga dan pokok sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disediakan dalam APBD setiap tahun sampai dengan
berakhirnya kewajiban tersebut.

(4) Dalam hal pembayaran bunga dimaksud melebihi perkiraan dana


sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Daerah melakukan
pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran tersebut
kepada DPRD dalam pembahasan Perubahan APBD.

Pasal 62

(1) Pengelolaan Obligasi Daerah diselenggarakan oleh Kepala Daerah.

(2) Pengelolaan Obligasi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


sekurang-kurangnya meliputi:
a. penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan Obligasi Daerah
termasuk kebijakan pengendalian risiko;
b. perencanaan dan penetapan struktur portofolio Pinjaman Daerah;
c. penerbitan Obligasi Daerah;
d. penjualan Obligasi Daerah melalui lelang;
e. pembelian kembali Obligasi Daerah sebelum jatuh tempo;
f. pelunasan pada saat jatuh tempo; dan
g. pertanggungjawaban.

Bagian Kedelapan
Pelaporan Pinjaman

Pasal 63

(1) Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan


kewajiban pinjaman kepada Pemerintah setiap semester dalam tahun
anggaran berjalan.

(2) Dalam hal Daerah tidak menyampaikan laporan, Pemerintah dapat


menunda penyaluran Dana Perimbangan.

Pasal 64

(1) Seluruh kewajiban Pinjaman Daerah yang jatuh tempo wajib


dianggarkan dalam APBD tahun anggaran yang bersangkutan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


160 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) Dalam hal Daerah tidak memenuhi kewajiban membayar pinjamannya
kepada Pemerintah, kewajiban membayar pinjaman tersebut
diperhitungkan dengan DAU dan/atau Dana Bagi Hasil dari
Penerimaan Negara yang menjadi hak Daerah tersebut.

Pasal 65

Ketentuan lebih lanjut mengenai Pinjaman Daerah termasuk Obligasi Daerah


diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IX
PENGELOLAAN KEUANGAN
DALAM RANGKA DESENTRALISASI

Bagian Kesatu
Asas Umum

Pasal 66

(1) Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan


perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat.

(2) APBD, Perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan


APBD setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(3) APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,


alokasi, dan distribusi.

(4) Semua Penerimaan dan Pengeluaran Daerah dalam tahun anggaran


yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.

(5) Surplus APBD dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran Daerah


tahun anggaran berikutnya.

(6) Penggunaan surplus APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (5)


untuk membentuk Dana Cadangan atau penyertaan dalam
Perusahaan Daerah harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu
dari DPRD.

Pasal 67

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1661


1
(1) Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah
Daerah untuk melakukan Penerimaan dan Pengeluaran Daerah.

(2) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pada


pengeluaran atas beban APBD, jika anggaran untuk mendanai
pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia.

(3) Semua Pengeluaran Daerah, termasuk subsidi, hibah, dan bantuan


keuangan lainnya yang sesuai dengan program Pemerintah Daerah
didanai melalui APBD.

(4) Keterlambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan


pelaksanaan APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/atau
bunga.

(5) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan


pemerintahan dan kemampuan Keuangan Daerah.

(6) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber


pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Peraturan Daerah
tentang APBD.

(7) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus


tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD.

Pasal 68

Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN, yang meliputi
masa 1 (satu) tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.

Bagian Kedua
Perencanaan

Pasal 69

(1) Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah


Daerah menyusun RKPD yang mengacu pada Rencana Kerja
Pemerintah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional.

(2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar


penyusunan rancangan APBD.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


162 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijabarkan dalam RKA
SKPD.

(4) Ketentuan mengenai pokok-pokok penyusunan RKA SKPD


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan RKA SKPD diatur


dengan Peraturan Daerah.

Pasal 70

(1) APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan


anggaran pembiayaan.

(2) Anggaran pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal


dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain
Pendapatan.

(3) Anggaran belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan
jenis belanja.

(4) Anggaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri


atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Pasal 71

(1) Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun


anggaran berikutnya sejalan dengan RKPD kepada DPRD selambat-
lambatnya bulan Juni tahun berjalan.

(2) DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan Pemerintah


Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran
berikutnya.

(3) Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati,


Pemerintah Daerah dan DPRD membahas prioritas dan plafon
anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.

Pasal 72

(1) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA SKPD


tahun berikutnya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 31663


1
(2) Renja SKPD disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang akan
dicapai.

(3) RKA SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan
prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang
sudah disusun.

(4) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD.

(5) Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada


pejabat pengelola Keuangan Daerah sebagai bahan penyusunan
rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya.

Pasal 73

(1) Kepala Daerah mengajukan rancangan Peraturan Daerah tentang


APBD disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya
kepada DPRD.

(2) DPRD bersama dengan Pemerintah Daerah membahas Rancangan


APBD yang disampaikan dalam rangka mendapatkan persetujuan.

(3) Rancangan APBD yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan
Kepala Daerah dituangkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan

Pasal 74

Semua Penerimaan Daerah wajib disetor seluruhnya tepat waktu ke


Rekening Kas Umum Daerah.

Pasal 75

(1) Pengeluaran atas beban APBD dalam satu tahun anggaran hanya
dapat dilaksanakan setelah APBD tahun anggaran yang bersangkutan
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

(2) Dalam hal Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak disetujui DPRD, untuk membiayai keperluan setiap bulan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


164 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-
tingginya sebesar realisasi APBD tahun anggaran sebelumnya.

(3) Kepala SKPD menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk


SKPD yang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah.

(4) Pengguna anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut


dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan.

(5) Pengguna anggaran berhak untuk menguji, membebankan pada mata


anggaran yang disediakan, dan memerintahkan pembayaran tagihan
atas beban APBD.

(6) Pembayaran atas tagihan yang dibebankan APBD dilakukan oleh


bendahara umum Daerah.

(7) Pembayaran atas tagihan yang dibebankan APBD tidak boleh


dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.

Pasal 76

(1) Daerah dapat membentuk Dana Cadangan guna mendanai kebutuhan


yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(2) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


bersumber dari penyisihan atas penerimaan APBD kecuali dari DAK,
Pinjaman Daerah, dan penerimaan lain yang penggunaan-nya dibatasi
untuk pengeluaran tertentu.

(3) Penggunaan Dana Cadangan dalam satu tahun anggaran menjadi


penerimaan pembiayaan APBD dalam tahun anggaran yang
bersangkutan.

Pasal 77

(1) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1)


ditempatkan dalam rekening tersendiri dalam Rekening Kas Umum
Daerah.

(2) Dalam hal Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
belum digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut dapat

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 51665


1
ditempatkan dalam portofolio yang memberikan hasil tetap dengan
risiko rendah.

Pasal 78

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain
atas dasar prinsip saling menguntungkan.

(2) Kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(3) Anggaran yang timbul akibat dari kerja sama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dicantumkan dalam APBD.

Pasal 79

(1) Dalam keadaan darurat, Pemerintah Daerah dapat melakukan belanja


dari APBD yang belum tersedia anggarannya.

(2) Belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diusulkan


dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran.

Pasal 80

(1) Perubahan APBD ditetapkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan


sebelum berakhirnya tahun anggaran.

(2) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.

(3) Keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau
pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih
besar dari 50% (lima puluh persen).

Bagian Keempat
Pertanggungjawaban

Pasal 81

(1) Pemerintah Daerah menyampaikan rancangan Peraturan Daerah


tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD
berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


166 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran.

(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setidak-


tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri laporan keuangan
Perusahaan Daerah.

(3) Bentuk dan isi Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disusun dan
disajikan sesuai dengan Standar Akuntasi Pemerintahan.

Pasal 82

Pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah dilaksanakan


sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang Keuangan Negara
dan Perbendaharaan Negara.

Bagian Kelima
Pengendalian

Pasal 83

(1) Menteri Keuangan menetapkan batas maksimal jumlah kumulatif


defisit APBN dan APBD.

(2) Jumlah kumulatif defisit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
melebihi 3% (tiga persen) dari Produk Domestik Bruto tahun
bersangkutan.

(3) Menteri Keuangan menetapkan kriteria defisit APBD dan batas


maksimal defisit APBD masing-masing Daerah setiap tahun anggaran.

(4) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) dapat dikenakan sanksi berupa penundaan atas penyaluran Dana
Perimbangan.

Pasal 84

Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pembiayaan defisit bersumber dari:

a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA);

b. Dana Cadangan;

c. Penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 71667


1
d. Pinjaman Daerah.

Bagian Keenam
Pengawasan dan Pemeriksaan

Pasal 85

(1) Pengawasan Dana Desentralisasi dilaksanakan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan.

(2) Pemeriksaan Dana Desentralisasi dilaksanakan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan di bidang pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab Keuangan Negara.

Pasal 86

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Keuangan Daerah diatur


dengan Peraturan Pemerintah.

BAB X
DANA DEKONSENTRASI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 87

(1) Pendanaan dalam rangka Dekonsentrasi dilaksanakan setelah adanya


pelimpahan wewenang Pemerintah melalui kementerian
negara/lembaga kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah di
Daerah.

(2) Pelaksanaan pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) didanai oleh Pemerintah.

(3) Pendanaan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


disesuaikan dengan wewenang yang dilimpahkan.

(4) Kegiatan Dekonsentrasi di Daerah dilaksanakan oleh SKPD yang


ditetapkan oleh gubernur.

(5) Gubernur memberitahukan rencana kerja dan anggaran kementerian


negara/lembaga yang berkaitan dengan kegiatan Dekonsentrasi di
Daerah kepada DPRD.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


168 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(6) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diberitahukan kepada DPRD pada saat pembahasan RAPBD.

(7) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dialokasikan untuk


kegiatan yang bersifat nonfisik.

Bagian Kedua
Penganggaran Dana Dekonsentrasi

Pasal 88

Dana Dekonsentrasi merupakan bagian anggaran kementerian


negara/lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga.

Bagian Ketiga
Penyaluran Dana Dekonsentrasi

Pasal 89

(1) Dana Dekonsentrasi disalurkan melalui Rekening Kas Umum Negara.

(2) Pada setiap awal tahun anggaran gubernur menetapkan Satuan Kerja
Perangkat Daerah sebagai pelaksana kegiatan Dekonsentrasi.

(3) Dalam hal terdapat sisa anggaran lebih atas pelaksanaan


Dekonsentrasi, sisa tersebut merupakan penerimaan kembali APBN.

(4) Dalam hal terdapat saldo kas atas pelaksanaan Dekonsentrasi, saldo
tersebut harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara.

(5) Dalam hal pelaksanaan Dekonsentrasi menghasilkan penerimaan,


maka penerimaan tersebut merupakan penerimaan APBN dan disetor
ke Rekening Kas Umum Negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Keempat
Pertanggungjawaban dan Pelaporan
Dana Dekonsentrasi

Pasal 90

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 91669


1
(1) Penatausahaan keuangan dalam pelaksanaan Dekonsentrasi
dilakukan secara terpisah dari penatausahaan keuangan dalam
pelaksanaan Tugas Pembantuan dan Desentralisasi.

(2) SKPD menyelenggarakan penatausahaan uang/barang dalam rangka


Dekonsentrasi secara tertib sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

(3) SKPD menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi


kepada gubernur.

(4) Gubernur menyampaikan laporan pertanggungjawaban seluruh


pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi kepada menteri negara/
pimpinan lembaga yang memberikan pelimpahan wewenang.

(5) Menteri negara/pimpinan lembaga menyampaikan laporan


pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi secara
nasional kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Kelima
Status Barang dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi

Pasal 91

(1) Semua barang yang diperoleh dari Dana Dekonsentrasi menjadi


barang milik Negara.

(2) Barang milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dihibahkan kepada Daerah.

(3) Barang milik Negara yang dihibahkan kepada Daerah sebagai-mana


dimaksud pada ayat (2) wajib dikelola dan ditatausahakan oleh
Daerah.

(4) Barang milik Negara yang tidak dihibahkan kepada Daerah wajib
dikelola dan ditatausahakan oleh kementerian negara/lembaga yang
memberikan pelimpahan wewenang.

Pasal 92

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penganggaran, penyaluran,


pelaporan, pertanggungjawaban, dan penghibahan barang milik Negara

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


170 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
yang diperoleh atas pelaksanaan Dana Dekonsentrasi diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Bagian Keenam
Pengawasan dan Pemeriksaan

Pasal 93

(1) Pengawasan Dana Dekonsentrasi dilaksanakan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan.

(2) Pemeriksaan Dana Dekonsentrasi dilaksanakan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan di bidang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

BAB XI
DANA TUGAS PEMBANTUAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 94

(1) Pendanaan dalam rangka Tugas Pembantuan dilaksanakan setelah


adanya penugasan Pemerintah melalui kementerian negara/lembaga
kepada Kepala Daerah.

(2) Pelaksanaan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) didanai oleh Pemerintah.

(3) Pendanaan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


disesuaikan dengan penugasan yang diberikan.

(4) Kegiatan Tugas Pembantuan di Daerah dilaksanakan oleh SKPD yang


ditetapkan oleh gubernur, bupati, atau walikota.

(5) Kepala Daerah memberitahukan rencana kerja dan anggaran


kementerian negara/lembaga yang berkaitan dengan kegiatan Tugas
Pembantuan kepada DPRD.

(6) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diberitahukan kepada DPRD pada saat pembahasan RAPBD.

(7) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dialokasikan untuk


kegiatan yang bersifat fisik.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1771


1
Bagian Kedua
Penganggaran Dana Tugas Pembantuan

Pasal 95

Dana Tugas Pembantuan merupakan bagian anggaran kementerian


negara/lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga.

Bagian Ketiga
Penyaluran Dana Tugas Pembantuan

Pasal 96

(1) Dana Tugas Pembantuan disalurkan melalui Rekening Kas Umum


Negara.

(2) Pada setiap awal tahun anggaran Kepala Daerah menetapkan Satuan
Kerja Perangkat Daerah sebagai pelaksana kegiatan Tugas
Pembantuan.

(3) Dalam hal terdapat sisa anggaran lebih atas pelaksanaan Tugas
Pembantuan, sisa tersebut merupakan penerimaan kembali APBN.

(4) Dalam hal terdapat saldo kas atas pelaksanaan Tugas Pembantuan,
saldo tersebut harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara.

(5) Dalam hal pelaksanaan Tugas Pembantuan menghasilkan


penerimaan, maka penerimaan tersebut merupakan penerimaan
APBN yang harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara sesuai
ketentuan yang berlaku.

Bagian Keempat
Pertanggungjawaban dan Pelaporan Pelaksanaan
Tugas Pembantuan

Pasal 97

(1) Penatausahaan keuangan dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan


dilakukan secara terpisah dari penatausahaan keuangan dalam
pelaksanaan Dekonsentrasi dan Desentralisasi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


172 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) SKPD menyelenggarakan penatausahaan uang/barang dalam rangka
Tugas Pembantuan secara tertib sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

(3) SKPD menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan Tugas


Pembantuan kepada Gubernur, bupati, atau walikota.

(4) Kepala Daerah menyampaikan laporan pertanggungjawaban seluruh


pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan kepada menteri
negara/pimpinan lembaga yang menugaskan.

(5) Menteri negara/pimpinan lembaga menyampaikan laporan


pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan
secara nasional kepada Presiden sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Bagian Kelima
Status Barang dalam Pelaksanaan
Tugas Pembantuan

Pasal 98

(1) Semua barang yang diperoleh dari Dana Tugas Pembantuan menjadi
barang milik Negara.

(2) Barang milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dihibahkan kepada Daerah.

(3) Barang milik Negara yang dihibahkan kepada Daerah sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dikelola dan ditatausahakan oleh Daerah.

(4) Barang milik Negara yang tidak dihibahkan kepada Daerah wajib
dikelola dan ditatausahakan oleh kementerian negara/lembaga yang
memberikan penugasan.

Pasal 99
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penganggaran, penyaluran
pelaporan, pertanggungjawaban, dan penghibahan barang milik Negara
yang diperoleh atas pelaksanaan Dana Tugas Pembantuan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 31773


1
Bagian Enam
Pengawasan dan Pemeriksaan

Pasal 100

(1) Pengawasan Dana Tugas Pembantuan dilaksanakan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan.

(2) Pemeriksaan Dana Tugas Pembantuan dilaksanakan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan di bidang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

BAB XII
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH

Pasal 101
(1) Pemerintah menyelenggarakan Sistem Informasi Keuangan Daerah
secara nasional, dengan tujuan :

a. merumuskan kebijakan dan pengendalian fiskal nasional;

b. menyajikan informasi Keuangan Daerah secara nasional;

c. merumuskan kebijakan Keuangan Daerah, seperti Dana


Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan pengendalian defisit
anggaran; dan

d. melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasi pendanaan


Desentralisasi, Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Pinjaman
Daerah, dan defisit anggaran Daerah.

(2) Sistem Informasi Keuangan Daerah secara nasional sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah.

Pasal 102

(1) Daerah menyampaikan informasi Keuangan Daerah yang dapat


dipertanggungjawabkan kepada Pemerintah.

(2) Daerah menyelenggarakan Sistem Informasi Keuangan Daerah.

(3) Informasi yang berkaitan dengan Sistem Informasi Keuangan Daerah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


174 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
a. APBD dan laporan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota;

b. neraca Daerah;

c. laporan arus kas;

d. catatan atas laporan Keuangan Daerah;

e. Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan;

f. laporan keuangan Perusahaan Daerah; dan

g. data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal


Daerah.

(4) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf d disampaikan kepada Pemerintah sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.

(5) Menteri Keuangan memberikan sanksi berupa penundaan penyaluran


Dana Perimbangan kepada Daerah yang tidak menyampaikan
informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 103

Informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi Keuangan Daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 merupakan data terbuka yang
dapat diketahui, diakses, dan diperoleh masyarakat.

Pasal 104

Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 101, Pasal 102, dan Pasal 103, diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 105

(1) Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999


tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Daerah masih

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 51775


1
tetap berlaku sepanjang belum diganti dengan peraturan pelaksanaan
yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.

(2) Peraturan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Undang-Undang ini


sudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-
Undang ini diundangkan.

Pasal 106

(1) Pelaksanaan tambahan Dana Bagi Hasil sektor minyak bumi dan gas
bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e dan huruf f serta
Pasal 20 dilaksanakan mulai tahun anggaran 2009.

(2) Sejak berlakunya Undang-Undang ini sampai dengan tahun anggaran


2008 penerimaan pertambangan minyak bumi yang dihasilkan dari
wilayah Daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak
dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
dibagi dengan imbangan:

a. 85% (delapan puluh lima persen) untuk Pemerintah; dan

b. 15% (lima belas persen) untuk Daerah.

(3) Sejak berlakunya Undang-Undang ini sampai dengan tahun anggaran


2008 penerimaan pertambangan gas bumi yang dihasilkan dari
wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak
dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
dibagi dengan imbangan:

a. 70% (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah; dan

b. 30% (tiga puluh persen) untuk daerah.

Pasal 107

(1) Sejak berlakunya Undang-Undang ini sampai dengan tahun anggaran


2007 DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25,5% (dua puluh lima
setengah persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang
ditetapkan dalam APBN.

(2) Ketentuan mengenai alokasi DAU sebagaimana diatur dalam Undang-


Undang ini dilaksanakan sepenuhnya mulai tahun anggaran 2008.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


176 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 108

(1) Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan yang merupakan


bagian dari anggaran kementerian negara/lembaga yang digunakan
untuk melaksanakan urusan yang menurut peraturan perundang-
undangan menjadi urusan Daerah, secara bertahap dialihkan menjadi
Dana Alokasi Khusus.

(2) Pengalihan secara bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 109

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, maka:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) dinyatakan tidak berlaku.

2. Ketentuan yang mengatur tentang Dana Bagi Hasil sebagaimana diatur


dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua dinyatakan tetap
berlaku selama tidak diatur lain.

Pasal 110

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-


Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 71777


1
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 15 Oktober 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 Oktober 2004

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 126.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


178 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33 TAHUN 2004
TENTANG
PERIMBANGAN KEUANGAN
ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UMUM

Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan


pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah
tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 18A ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan agar hubungan keuangan, pelayanan umum, serta pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan Undang-Undang. Dengan demikian, Pasal ini
merupakan landasan filosofis dan landasan konstitusional pembentukan Undang-Undang tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam penyelenggaraan


Otonomi Daerah dan Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan
Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA,
DPR, BPK, dan MA merekomendasikan kepada Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat agar
melakukan perubahan yang bersifat mendasar dan menyeluruh terhadap Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sejalan dengan amanat
TAP MPR tersebut serta adanya perkembangan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
Keuangan Negara yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, menyebabkan terjadinya perubahan yang bersifat mendasar dan menyeluruh dalam
sistem Keuangan Negara. Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 perlu
diperbaharui serta diselaraskan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.

Pembentukan Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan


Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan
kepada Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.
Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows function, yang mengandung makna bahwa
pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-
masing tingkat pemerintahan.

Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah mencakup pembagian


keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah secara proporsional, demokratis, adil,
dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 91779


1
Pemerintah pada hakikatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi distribusi, fungsi
stabilisasi, dan fungsi alokasi. Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif
dan tepat dilaksanakan oleh Pemerintah, sedangkan fungsi alokasi oleh Pemerintahan Daerah
yang lebih mengetahui kebutuhan, kondisi, dan situasi masyarakat setempat. Pembagian ketiga
fungsi dimaksud sangat penting sebagai landasan dalam penentuan dasar-dasar perimbangan
keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan, dan penugasan


urusan pemerintahan kepada Daerah secara nyata dan bertanggung jawab harus diikuti dengan
pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional secara adil, termasuk
perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. Sebagai daerah otonom,
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan tersebut dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.

Pendanaan penyelenggaraan pemerintahan agar terlaksana secara efisien dan efektif serta
untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya pendanaan pada suatu bidang
pemerintahan, maka diatur pendanaan penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dibiayai dari APBD, sedangkan
penyelenggaraan kewenangan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah dibiayai
dari APBN, baik kewenangan Pusat yang didekonsentrasikan kepada Gubernur atau ditugaskan
kepada Pemerintah Daerah dan/atau Desa atau sebutan lainnya dalam rangka Tugas
Pembantuan.

Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan Pemerintahan Daerah terdiri atas Pendapatan Asli


Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.

Pendapatan Asli Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang bersumber dari hasil Pajak
Daerah, hasil Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-
lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada
Daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan
asas Desentralisasi.

Dana Perimbangan merupakan pendanaan Daerah yang bersumber dari APBN yang terdiri atas
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana
Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya,
juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat
dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Ketiga
komponen Dana Perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari Pemerintah serta
merupakan satu kesatuan yang utuh.

DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dibagihasilkan kepada Daerah
berdasarkan angka persentase tertentu. Pengaturan DBH dalam Undang-Undang ini merupakan
penyelarasan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2000. Dalam Undang-Undang ini dimuat pengaturan mengenai Bagi Hasil penerimaan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 serta
sektor pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang semula termasuk bagian dari
DAK, dialihkan menjadi DBH.

DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah yang dimaksudkan untuk
mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar-Daerah melalui penerapan formula yang
mempertimbangkan kebutuhan dan potensi Daerah. DAU suatu Daerah ditentukan atas besar
kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu Daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan Daerah
(fiscal need) dan potensi Daerah (fiscal capacity). Dalam Undang-Undang ini ditegaskan kembali
mengenai formula celah fiskal dan penambahan variabel DAU. Alokasi DAU bagi Daerah yang

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


180 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil.
Sebaliknya, Daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan
memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU
sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.

DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di Daerah tertentu


yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk
membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai
standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan Daerah.

Undang-Undang ini juga mengatur hibah yang berasal dari pemerintah negara asing,
badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri
atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau
jasa termasuk tenaga ahli, dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.

Dalam lain-lain pendapatan selain hibah, Undang-Undang ini juga mengatur pemberian Dana
Darurat kepada Daerah karena bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat
ditanggulangi dengan dana APBD. Di samping itu, Pemerintah juga dapat memberikan Dana
Darurat pada Daerah yang mengalami krisis solvabilitas, yaitu Daerah yang mengalami krisis
keuangan berkepanjangan. Untuk menghindari menurunnya pelayanan kepada masyarakat
setempat, Pemerintah dapat memberikan Dana Darurat kepada Daerah tersebut setelah
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pinjaman Daerah merupakan salah satu sumber Pembiayaan yang bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi Daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Pembiayaan yang bersumber dari pinjaman harus dikelola secara benar agar tidak menimbulkan
dampak negatif bagi Keuangan Daerah sendiri serta stabilitas ekonomi dan moneter secara
nasional. Oleh karena itu, Pinjaman Daerah perlu mengikuti kriteria, persyaratan, mekanisme,
dan sanksi Pinjaman Daerah yang diatur dalam Undang-Undang ini.

Dalam Undang-Undang ini juga ditegaskan bahwa Daerah dilarang melakukan pinjaman
langsung ke luar negeri. Pinjaman yang bersumber dari luar negeri hanya dapat dilakukan
melalui Pemerintah dengan mekanisme penerusan pinjaman. Pengaturan ini dimaksudkan agar
terdapat prinsip kehati-hatian dan kesinambungan fiskal dalam kebijakan fiskal dan moneter oleh
Pemerintah. Di lain pihak, Pinjaman Daerah tidak hanya dibatasi untuk membiayai prasarana dan
sarana yang menghasilkan penerimaan, tetapi juga dapat untuk membiayai proyek
pembangunan prasarana dasar masyarakat walaupun tidak menghasilkan penerimaan. Selain
itu, dilakukan pembatasan pinjaman dalam rangka pengendalian defisit APBD dan batas
kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah.

Daerah juga dimungkinkan untuk menerbitkan Obligasi Daerah dengan persyaratan tertentu,
serta mengikuti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan memenuhi ketentuan
nilai bersih maksimal Obligasi Daerah yang mendapatkan persetujuan Pemerintah. Segala
bentuk akibat atau risiko yang timbul dari penerbitan Obligasi Daerah menjadi tanggung jawab
Daerah sepenuhnya.

Pengelolaan keuangan dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemangku
kepentingan yang sudah menjadi tuntutan masyarakat. Semua penerimaan dan pengeluaran yang
menjadi hak dan kewajiban Daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan
dalam APBD. Dalam pengadministrasian Keuangan Daerah, APBD, Perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Surplus APBD digunakan untuk membiayai Pengeluaran Daerah tahun anggaran berikutnya,
membentuk Dana Cadangan, dan penyertaan modal dalam Perusahaan Daerah. Dalam hal

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1881


1
anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber Pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut.

Pengaturan Dana Dekonsentrasi bertujuan untuk menjamin tersedianya dana bagi pelaksanaan
kewenangan Pemerintah yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah. Dana
Tugas Pembantuan untuk menjamin tersedianya dana bagi pelaksanaan kewenangan
Pemerintah yang ditugaskan kepada Daerah.

Dalam Undang-Undang ini ditegaskan bahwa pengadministrasian Dana Dekonsentrasi dan


Tugas Pembantuan dilakukan melalui mekanisme APBN, sedangkan pengadministrasian Dana
Desentralisasi mengikuti mekanisme APBD. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggaraan
pembangunan dan Pemerintahan Daerah dapat dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel.

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan Desentralisasi berdasarkan prinsip transparansi dan


akuntabilitas, diperlukan adanya dukungan Sistem Informasi Keuangan Daerah. Sistem tersebut
antara lain dimaksudkan untuk perumusan kebijakan dan pengendalian fiskal nasional.

Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, maka pokok-pokok muatan Undang-


Undang ini adalah sebagai berikut:
a. Penegasan prinsip-prinsip dasar perimbangan keuangan Pemerintah dan Pemerintahan
Daerah sesuai asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan;
b. Penambahan jenis Dana Bagi Hasil dari sektor Pertambangan Panas Bumi, Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21;
c. Pengelompokan Dana Reboisasi yang semula termasuk dalam komponen Dana Alokasi
Khusus menjadi Dana Bagi Hasil;
d. Penyempurnaan prinsip pengalokasian Dana Alokasi Umum;
e. Penyempurnaan prinsip pengalokasian Dana Alokasi Khusus;
f. Penambahan pengaturan Hibah dan Dana Darurat;
g. Penyempurnaan persyaratan dan mekanisme Pinjaman Daerah, termasuk Obligasi Daerah;
h. Pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan;
i. Penegasan pengaturan Sistem Informasi Keuangan Daerah; dan
j. Prinsip akuntabilitas dan responsibilitas dalam Undang-Undang ini dipertegas dengan
pemberian sanksi.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan
bagian pengaturan yang tidak terpisahkan dari sistem Keuangan Negara, dan
dimaksudkan untuk mengatur sistem pendanaan atas kewenangan pemerintahan
yang diserahkan, dilimpahkan, dan ditugasbantukan kepada Daerah.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan stabilitas pada ayat ini adalah stabilitas kondisi
perekonomian nasional.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


182 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Yang dimaksud dengan keseimbangan fiskal pada ayat ini adalah keseimbangan
fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah serta antar-Daerah.
Ayat (3)
Perimbangan keuangan dilaksanakan sejalan dengan pembagian kewenangan
antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. Dengan demikian, pengaturan
perimbangan keuangan tidak hanya mencakup aspek Pendapatan Daerah tetapi
juga mengatur aspek pengelolaan dan pertanggungjawabannya.

Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Pendanaan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini disesuaikan dengan
besarnya beban kewenangan yang dilimpahkan dan/atau Tugas Pembantuan yang
diberikan.

Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Termasuk hasil dari pelayanan Badan Layanan Umum (BLU) Daerah.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 7
Huruf a
Yang dimaksud dengan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan
ekonomi biaya tinggi adalah Peraturan Daerah yang mengatur pengenaan Pajak dan
Retribusi oleh Daerah terhadap objek-objek yang telah dikenakan pajak oleh Pusat
dan Provinsi, sehingga menyebabkan menurunnya daya saing Daerah.
Huruf b
Contoh pungutan yang dapat menghambat kelancaran mobilitas penduduk, lalu
lintas barang dan jasa antar-Daerah, dan kegiatan impor/ekspor antara lain adalah
Retribusi izin masuk kota dan Pajak/Retribusi atas pengeluaran/pengiriman barang
dari suatu daerah ke daerah lain.
Pasal 8

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 31883


1
Ketentuan mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diarahkan untuk memberikan
kewenangan yang lebih besar kepada Daerah dalam perpajakan dan Retribusi Daerah
melalui perluasan basis Pajak dan Retribusi dan pemberian diskresi dalam penetapan tarif
Pajak dan Retribusi tersebut.

Perluasan basis Pajak tersebut antara lain dengan menambah jenis Pajak dan Retribusi
baru dan diskresi penetapan tarif dilakukan dengan memberikan kewenangan sepenuhnya
kepada Daerah dalam menetapkan tarif sesuai tarif maksimal yang ditetapkan dalam
Undang-Undang.

Pasal 9
Cukup jelas

Pasal 10
Ayat (1)
Dana Perimbangan yang terdiri atas 3 (tiga) jenis sumber dana, merupakan
pendanaan pelaksanaan Desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain karena masing-masing jenis Dana Perimbangan tersebut saling
mengisi dan melengkapi.
Ayat (2)
Pencantuman Dana Perimbangan dalam APBN dimaksudkan untuk memberikan
kepastian pendanaan bagi Daerah.

Pasal 11
Cukup jelas

Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Pembagian tersebut dimaksudkan dalam rangka pemerataan kemampuan
keuangan antar-Daerah.

Huruf b
Pemberian insentif ini dimaksudkan untuk mendorong intensifikasi pemungutan
PBB. Yang dimaksud dengan sektor tertentu adalah penerimaan PBB dari
sektor perkotaan dan perdesaan.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat
penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk
menampung seluruh Penerimaan Daerah dan membayar seluruh Pengeluaran
Daerah pada bank yang ditetapkan. Rekening Kas Umum Daerah ini dikelola oleh
Kepala satuan kerja pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah.
Ayat (5)
Pembagian tersebut dimaksudkan dalam rangka pemerataan kemampuan keuangan
antar-Daerah.
Ayat (6)
Cukup jelas

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


184 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Bagian Daerah dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 dan PPh Pasal 21 untuk
kabupaten/kota sebesar 60% (enam puluh persen) dan bagian provinsi sebesar 40%
(empat puluh persen) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 14
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, Penerimaan Negara
Bukan Pajak dari hasil pengusahaan sumber daya panas bumi terdiri atas:
1) Penerimaan Negara Bukan Pajak dari kontrak pengusahaan panas bumi yang
ditandatangani sebelum Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas
Bumi ditetapkan, berasal dari setoran bagian Pemerintah setelah dikurangi
dengan kewajiban perpajakan dan pungutan-pungutan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak dari kontrak pengusahaan panas bumi yang
ditandatangani sesudah Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas
Bumi ditetapkan, berasal dari Iuran Tetap dan Iuran Produksi.
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan Penerimaan Iuran Tetap (Land-rent) adalah seluruh
penerimaan iuran yang diterima Negara sebagai imbalan atas kesempatan
Penyelidikan Umum, Eksplorasi, atau Eksploitasi pada suatu wilayah Kuasa
Pertambangan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 51885


1
Huruf b
Yang dimaksud dengan Penerimaan Iuran Ekplorasi dan Eksploitasi (Royalti)
adalah Iuran Produksi yang diterima Negara dalam hal Pemegang Kuasa
Pertambangan Eksplorasi mandapat hasil berupa bahan galian yang tergali
atas kesempatan Eksplorasi yang diberikan kepadanya serta atas hasil yang
diperoleh dari usaha pertambangan eksploitasi (Royalti) satu atau lebih bahan
galian.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan Pungutan Pengusahaan Perikanan adalah pungutan
Negara yang dikenakan kepada perusahaan perikanan Indonesia yang
memperoleh Izin Usaha Perikanan (IUP), Alokasi Penangkapan Ikan
Penanaman Modal (APIPM), dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI),
sebagai imbalan atas kesempatan yang diberikan kepada Pemerintah
Indonesia untuk melakukan usaha perikanan dalam wilayah perikanan
Republik Indonesia.
Huruf b
Yang dimaksud dengan Pungutan Hasil Perikanan adalah pungutan Negara
yang dikenakan kepada perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan
usaha penangkapan ikan sesuai dengan Surat Penangkapan Ikan (SPI) yang
diperoleh.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor Pertambangan Minyak Bumi dan
Gas Bumi berasal dari kegiatan Operasi Pertamina itu sendiri, kegiatan Kontrak Bagi
Hasil (Production Sharing Contract), dan kontrak kerja sama selain Kontrak Bagi
Hasil.
Komponen Pajak adalah pajak-pajak dalam kegiatan Pertambangan Minyak Bumi
dan Gas Bumi dan pungutan-pungutan lain sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


186 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Bagian untuk provinsi harus digunakan untuk menunjang pemenuhan sarana
pendidikan dasar.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan iuran tetap adalah iuran yang dibayarkan kepada
Negara sebagai imbalan atas kesempatan eksplorasi, studi kelayakan, dan
eksploitasi pada suatu wilayah kerja.
Yang dimaksud dengan iuran produksi adalah iuran yang dibayarkan kepada
Negara atas hasil yang diperoleh dari usaha pertambangan Panas Bumi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan dasar penghitungan dan daerah penghasil
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Penerimaan pertambangan minyak bumi dan gas bumi yang dibagihasilkan,
penghitungannya didasarkan pada realisasi harga minyak dan gas bumi. Realisasi
harga minyak dan gas bumi tersebut tidak melebihi 130% (seratus tiga puluh persen)
dari asumsi dasar harga minyak bumi dan gas bumi yang ditetapkan dalam APBN
tahun berjalan.
Ayat (2)
Apabila realisasi harga minyak bumi dan gas bumi melebihi 130% (seratus tiga puluh
persen) dari asumsi dasar harga minyak bumi dan gas bumi yang ditetapkan dalam
APBN tahun berjalan, kelebihan Dana Bagi Hasil berasal dari penerimaan sektor
pertambangan minyak bumi dan gas bumi dibagikan ke Daerah sebagai DAU
tambahan melalui Penerimaan Dalam Negeri Neto dengan menggunakan formulasi
DAU.

Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Muatan Peraturan Pemerintah antara lain mengatur kewenangan masing-masing instansi
yang terlibat di dalam penetapan daerah penghasil, dasar penghitungan, perkiraan dana
bagi hasil, jangka waktu proses penetapan, mekanisme konsultasi dengan dewan yang

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 71887


1
bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah, tata
cara penyaluran, pelaporan, dan pertanggungjawaban.

Pasal 27
Ayat (1)
Pendapatan Dalam Negeri Neto adalah Penerimaan Negara yang berasal dari pajak
dan bukan pajak setelah dikurangi dengan Penerimaan Negara yang dibagihasilkan
kepada Daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah gaji pokok
ditambah tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan
penggajian Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 28
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan layanan dasar publik antara lain adalah penyediaan layanan
kesehatan dan pendidikan, penyediaan infrastruktur, dan pengentasan masyarakat
dari kemiskinan.
Ayat (2)
Jumlah penduduk merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan akan
penyediaan layanan publik di setiap Daerah.
Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan
sarana dan prasarana per satuan wilayah.
Indeks Kemahalan Konstruksi merupakan cerminan tingkat kesulitan geografis yang
dinilai berdasarkan tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar-
Daerah.
Produk Domestik Regional Bruto merupakan cerminan potensi dan aktivitas
perekonomian suatu Daerah yang dihitung berdasarkan total seluruh output produksi
kotor dalam suatu wilayah.
Indeks Pembangunan Manusia merupakan variabel yang mencerminkan tingkat
pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar di bidang pendidikan dan
kesehatan.
Kebutuhan pendanaan suatu Daerah dihitung dengan pendekatan total pengeluaran
rata-rata nasional.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Ayat (1)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


188 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Contoh perhitungan : Kebutuhan Fiskal sama dengan Kapasitas Fiskal
Kebutuhan Fiskal = Rp 100 miliar
Kapasitas Fiskal = Rp 100 miliar
Alokasi Dasar = Rp 50 miliar
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal
= Rp 100 miliar Rp100 miliar = 0
DAU = Alokasi Dasar
Total DAU = Rp 50 miliar
Ayat (2)
Dalam hal celah fiskal negatif maka jumlah DAU yang diterima Daerah adalah
sebesar Alokasi Dasar setelah diperhitungkan dengan celah fiskalnya. Contoh
perhitungan :
Kebutuhan Fiskal = Rp 100 miliar
Kapasitas Fiskal = Rp 125 miliar
Alokasi Dasar = Rp 50 miliar
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal
= Rp 100 miliar Rp 125 miliar = Rp-25 miliar (negatif)
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
Total DAU = Rp50 miliar + Rp-25 miliar = Rp25 miliar
Ayat (3)
Contoh perhitungan : Celah Fiskal (negatif) melebihi Alokasi Dasar
Kebutuhan Fiskal = Rp 100 miliar
Kapasitas Fiskal = Rp 175 miliar
Alokasi Dasar = Rp 50 miliar
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal
= Rp 100 miliar Rp 175 miliar = Rp-75 miliar (negatif)
DAU = Celah Fiskal + Alokasi Dasar
Total DAU = Rp-75 miliar + Rp 50 miliar = Rp-25 miliar atau
disesuaikan menjadi Rp 0 (nol)

Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Muatan Peraturan Pemerintah tersebut antara lain mengatur bobot variabel, persentase
imbangan DAU antara provinsi dan kabupaten/kota, dan tata cara penyaluran.

Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Daerah tertentu adalah Daerah yang memenuhi kriteria yang
ditetapkan setiap tahun untuk mendapatkan alokasi DAK. Dengan demikian, tidak
semua Daerah mendapatkan alokasi DAK.
Ayat (2)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 91889


1
Yang dimaksud dengan fungsi dalam rincian Belanja Negara antara lain terdiri atas
layanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup,
perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan
dan perlindungan sosial.
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Kriteria umum dihitung untuk melihat kemampuan APBD untuk membiayai
kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan Daerah yang dicerminkan dari
penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai.
Kemampuan Keuangan Daerah = Penerimaan Umum APBD belanja pegawai
Daerah
Penerimaan Umum = PAD + DAU + (DBH DBHDR)
Belanja Pegawai Daerah = Belanja PNSD
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah Undang-Undang
yang mengatur tentang kekhususan suatu Daerah.
Yang dimaksud dengan karakteristik Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan
kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil,
daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk daerah
ketahanan pangan.
Ayat (4)
Kriteria teknis antara lain meliputi standar kualitas/kuantitas konstruksi, serta
perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi indikator dalam perhitungan
teknis.

Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu adalah Daerah yang
selisih antara Penerimaan Umum APBD dan belanja pegawainya sama dengan nol
atau negatif.
Pasal 42
Muatan Peraturan Pemerintah tersebut antara lain kriteria umum, kriteria khusus, kriteria
teknis, mekanisme pengalokasian, tata cara penyaluran, penganggaran di Daerah,
pemantauan dan pengawasan, evaluasi, dan pelaporan.

Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Ayat (1)
Dalam menerima hibah, Daerah tidak boleh melakukan ikatan yang secara politis
dapat mempengaruhi kebijakan Daerah.
Ayat (2)
Pemberian hibah yang bersumber dari luar negeri dituangkan dalam naskah
perjanjian hibah yang ditandatangani oleh Pemerintah dan pemberi hibah luar negeri.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


190 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pemberi hibah dalam ayat ini adalah Pemerintah selaku
pihak yang menerushibahkan kepada Daerah.
Ayat (4)
Hibah yang diterima oleh Daerah antara lain dapat digunakan untuk menunjang
peningkatan fungsi pemerintahan dan layanan dasar umum, serta pemberdayaan
aparatur Daerah.

Pasal 45
Cukup jelas

Pasal 46
Ayat (1)
Pada dasarnya biaya penanggulangan bencana nasional dibiayai dari APBD, tetapi
apabila APBD tidak mencukupi untuk menanggulangi bencana nasional dan/atau
peristiwa luar biasa lainnya Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang
bersumber dari APBN.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan bencana nasional dan atau peristiwa luar biasa lainnya
adalah bencana yang menimbulkan dampak yang luas sehingga mengganggu
kegiatan perekonomian dan sosial.

Pasal 47
Ayat (1)
Krisis solvabilitas adalah krisis keuangan berkepanjangan yang dialami Daerah
selama 2 (dua) tahun anggaran dan tidak dapat diatasi melalui APBD.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 48
Muatan Peraturan Pemerintah tersebut antara lain mengatur kriteria penetapan bencana
nasional atau peristiwa luar biasa, kriteria dan persyaratan pengajuan, tata cara
penyaluran, dan pertanggungjawabannya.
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dana Perimbangan yang dapat dilakukan penundaan penyaluran dan/atau
pemotongan adalah Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Umum.

Pasal 51
Ayat (1)
Huruf a

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 1991


1
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan masyarakat adalah orang pribadi dan/atau badan yang
melakukan investasi di pasar modal.
Ayat (2)
Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah berasal dari APBN atau pinjaman
luar negeri Pemerintah yang diteruspinjamkan kepada Daerah.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 52
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pinjaman jangka pendek tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi
dalam perdagangan, misalnya pelunasan kewajiban atas pengadaan/pembelian
barang dan/atau jasa tidak dilakukan pada saat barang dan atau jasa dimaksud
diterima.
Yang termasuk biaya lain misalnya biaya administrasi, komitmen, provisi, asuransi,
dan denda.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan layanan umum adalah layanan yang menjadi tanggung
jawab Daerah.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan menghasilkan penerimaan adalah hasil penerimaan yang
berkaitan dengan pembangunan prasarana dan sarana yang dibiayai dari pinjaman
yang bersangkutan.
Ayat (4)
Persetujuan DPRD dimaksud termasuk dalam hal pinjaman tersebut
diteruspinjamkan kepada BUMD.
Pasal 54
Huruf a
Yang dimaksud dengan penerimaan umum APBD tahun sebelumnya adalah seluruh
penerimaan APBD tidak termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dana

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


192 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
pinjaman lama, dan penerimaan lain yang kegunaannya dibatasi untuk membiayai
pengeluaran tertentu.
Huruf b
Rasio kemampuan Keuangan Daerah dihitung berdasarkan perbandingan antara
jumlah Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Umum setelah
dikurangi belanja wajib dibagi dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga, dan
biaya lain yang jatuh tempo.
Yang dimaksud dengan belanja wajib adalah belanja pegawai dan belanja anggota
DPRD.
{PAD + DAU + (DBH DBHDR)} Belanja Wajib
DSCR = X
Pokok pinjaman + Bunga + Biaya Lain
DSCR = Debt Service Coverage Ratio atau Rasio Kemampuan Membayar
Kembali Pinjaman;
PAD = Pendapatan Asli Daerah;
DAU = Dana Alokasi Umum;
DBH = Dana Bagi Hasil; dan
DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi.
Huruf c
Cukup jelas

Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan nilai bersih adalah tambahan atas nilai nominal Obligasi
Daerah yang beredar. Tambahan nilai nominal ini merupakan selisih antara nilai
nominal Obligasi Daerah yang diterbitkan dengan nilai nominal obligasi yang ditarik
kembali dan dilunasi sebelum jatuh tempo dan obligasi yang dilunasi pada saat jatuh
tempo selama satu tahun anggaran.

Pasal 59
Ketentuan ini menegaskan bahwa segala risiko yang timbul sebagai akibat dari penerbitan
Obligasi Daerah tidak dijamin dan/atau ditanggung oleh Pemerintah.

Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Ayat (1)
Persetujuan DPRD atas semua Obligasi Daerah yang diterbitkan secara otomatis
merupakan persetujuan atas pembayaran dan pelunasan segala kewajiban
keuangan di masa mendatang yang timbul dari penerbitan Obligasi Daerah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 31993


1
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Semua kewajiban bunga dan pokok yang timbul akibat penerbitan Obligasi
dialokasikan dalam APBD setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban
tersebut. Perkiraan dana yang perlu dialokasikan untuk pembayaran kewajiban untuk
satu tahun anggaran disampaikan kepada DPRD untuk diperhitungkan dalam APBD
tahun yang bersangkutan.
Ayat (4)
Realisasi pembayaran bunga dapat melebihi proyeksi pembayaran bunga dalam
satu tahun anggaran, apabila tingkat bunga yang berlaku dari Obligasi Daerah
dengan tingkat bunga mengambang lebih besar daripada asumsi tingkat bunga yang
ditetapkan dalam APBD.
Pasal 62
Ayat (1)
Pengelolaan dan pertanggungjawaban Obligasi Daerah dilakukan oleh unit yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah.
Ayat (2)
Dalam rangka mencapai biaya obligasi yang paling rendah pada tingkat risiko yang
dapat diterima dan dikendalikan, Pemerintah Daerah wajib melaksanakan dan
melaporkan kegiatan yang sekurang-kurangnya seperti disebutkan pada ayat ini.

Pasal 63
Ayat (1)
Tembusan laporan posisi kumulatif dimaksud disampaikan kepada DPRD sebagai
pemberitahuan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Tata cara pelaksanaan pemotongan dan penundaan Dana Alokasi Umum dan/atau
Bagian Daerah dari Penerimaan Negara diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
Pasal 65
Muatan Peraturan Pemerintah tersebut antara lain mengatur tata cara, prosedur, dan
persyaratan Obligasi.
Pasal 66
Ayat (1)
Penyelenggara Keuangan Daerah wajib mengelola Keuangan Daerah dengan
mengacu pada asas-asas yang tercantum dalam ayat ini. Pengelolaan dimaksud
dalam ayat ini mencakup keseluruhan perencanaan, penguasaan, penggunaan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran Daerah menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


194 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran Daerah menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran Daerah menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran Daerah harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran Daerah harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Program Pemerintah Daerah dimaksud diusulkan di dalam rancangan Peraturan
Daerah tentang APBD serta disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dan kemampuan dalam menghimpun Pendapatan Daerah
dengan berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan bernegara.
Ayat (4)
Denda dan/atau bunga dimaksud dapat dikenakan kepada kedua belah pihak.
Ayat (5)
Dalam menyusun APBD dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak
melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Penggunaan surplus APBD perlu mempertimbangkan prinsip pertanggung-jawaban
antargenerasi, terutama untuk pelunasan utang, pembentukan Dana Cadangan, dan
peningkatan jaminan sosial.
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 51995


1
Ayat (3)
Rincian Belanja Daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan perangkat
daerah/lembaga teknis daerah.

Rincian Belanja Daerah menurut fungsi antara lain terdiri atas layanan umum,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas
umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, serta perlindungan
sosial.
Rincian Belanja Daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri atas
belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan
sosial.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Ayat (1)
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun
anggaran.

Pembentukan Dana Cadangan dalam APBD diperlakukan sebagai pengeluaran


pembiayaan, sedangkan pada saat Dana Cadangan digunakan diperlakukan sebagai
penerimaan pembiayaan.
Peraturan Daerah tentang pembentukan Dana Cadangan sekurang-kurangnya
memuat tujuan, jumlah, sumber, periode, jenis pengeluaran, penggunaan, dan
penempatan dana.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Dalam tahun pelaksanaan kegiatan yang didanai dengan Dana Cadangan sesuai
dengan Peraturan Daerah, Dana Cadangan dicairkan dan merupakan penerimaan
pembiayaan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Pasal 77
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Salah satu contoh portofolio yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah
adalah deposito pada bank pemerintah.
Pasal 78

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


196 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Ayat (1)
Kerja sama dengan pihak lain dilakukan manakala Pemerintah Daerah memiliki
keterbatasan dana dalam menyediakan fasilitas layanan umum. Kerja sama dengan
pihak lain meliputi kerja sama antar-Daerah, antara Pemerintah Daerah dan BUMD,
serta antara Pemerintah Daerah dengan swasta, yang bertujuan untuk
mengoptimalkan aset Daerah tanpa mengganggu layanan umum.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 79
Ayat (1)
Pengeluaran tersebut dalam Pasal ini termasuk belanja untuk keperluan mendesak
yang kriterianya ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD yang
bersangkutan.
Keadaan darurat sekurang-kurangnya harus memenuhi seluruh kriteria sebagai
berikut:
a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas Pemerintah Daerah dan
tidak dapat diprediksikan sebelumnya;
b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;
c. berada di luar kendali dan pengaruh Pemerintah Daerah; dan
d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka
pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 80
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Persentase 50% (lima puluh persen) adalah merupakan selisih (gap) kenaikan antara
pendapatan dan belanja dalam APBD.
Pasal 81
Ayat (1)
Pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan diselesaikan
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari
Pemerintah Daerah.
Ayat (2)
Laporan Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja,
juga menjelaskan prestasi kerja SKPD.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Ayat (1)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 71997


1
Yang dimaksudkan dengan jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD adalah jumlah
defisit APBN ditambah jumlah defisit seluruh APBD dalam suatu tahun anggaran.
Penetapan batas maksimal kumulatif defisit dimaksudkan dalam rangka prinsip
kehati-hatian dan pengendalian fiskal nasional.
Ayat (2)
Jumlah maksimal kumulatif defisit tidak melebihi 3% (tiga persen) dari Produk
Domestik Bruto, sesuai dengan kaidah yang baik (best practice) dalam bidang
pengelolaan fiskal.
Ayat (3)
Menteri Keuangan menetapkan batas maksimal defisit APBD untuk masing-masing
Daerah setiap tahun pada bulan Agustus.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 84
Pada dasarnya APBD disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan
Daerah. Dalam hal belanja diperkirakan lebih besar daripada pendapatan, maka sumber-
sumber pembiayaan defisit diperoleh dari penggunaan SiLPA, Dana Cadangan, hasil
penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Pinjaman Daerah.

Pasal 85
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pemeriksaan Keuangan Daerah sekurang-kurangnya meliputi PAD, Dana
Perimbangan, Lain-lain Pendapatan, Pinjaman Daerah, dan Belanja Daerah.
Pemeriksaan Keuangan Daerah ini dilakukan secara tahunan dan pada akhir masa
jabatan Kepala Daerah dan DPRD.

Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Ketentuan ayat ini dimaksudkan agar besaran dana yang dialokasikan harus
menjamin terlaksananya penyelenggaraan kewenangan yang dilimpahkan.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Pemberitahuan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga yang
berkaitan dengan kegiatan Dekonsentrasi dimaksudkan untuk sinkronisasi antara
kegiatan yang akan dibiayai dari APBD dan kegiatan yang dibiayai dari APBN guna
menghindari adanya duplikasi pendanaan.
Ayat (6)
Cukup jelas

Ayat (7)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


198 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kegiatan yang bersifat nonfisik antara lain koordinasi perencanaan, fasilitasi,
pelatihan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah ketentuan tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Pasal 90
Ayat (1)
Pemisahan penatausahaan keuangan antara dana Dekonsentrasi, dana Tugas
Pembantuan, dan dana Desentralisasi dimaksudkan agar terwujud penatausahaan
yang tertib dan taat asas dalam pengelolaan keuangan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan laporan pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi antara lain
meliputi pertanggungjawaban pelaksanaan substansi kewenangan, biaya
penyelenggaraan, keluaran, dan hasil pelaksanaan kewenangan yang dilimpahkan.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 91
Cukup jelas
Pasal 92
Cukup jelas
Pasal 93
Cukup jelas
Pasal 94
Ayat (1)
Penugasan oleh Pemerintah melalui kementerian negara/lembaga merupakan
penugasan dalam lingkup kewenangan Pemerintah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Ketentuan ayat ini dimaksudkan agar besaran dana yang dialokasikan harus
menjamin terlaksananya penugasan yang diberikan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 91999


1
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Pemberitahuan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga yang
berkaitan dengan kegiatan Tugas Pembantuan dimaksudkan untuk sinkronisasi
antara kegiatan yang akan dibiayai dari APBD dan kegiatan yang dibiayai dari APBN
guna menghindari adanya duplikasi pendanaan.
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 95
Cukup jelas
Pasal 96
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah ketentuan tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Pasal 97
Ayat (1)
Pemisahan penatausahaan keuangan antara Dana Tugas Pembantuan dengan
Dana Dekonsentrasi dan Dana Desentralisasi dimaksudkan agar terwujud
penatausahaan yang tertib dan taat asas dalam pengelolaan keuangan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan laporan pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan antara
lain meliputi pertanggungjawaban pelaksanaan substansi kewenangan, biaya
penyelenggaraan, keluaran, dan hasil pelaksanaan kewenangan yang
ditugaspembantuankan.
Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 98
Cukup jelas
Pasal 99
Cukup jelas
Pasal 100

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


200 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Cukup jelas
Pasal 101
Ayat (1)
Sistem Informasi Keuangan Daerah secara nasional adalah sarana bagi Pemerintah
untuk mengolah, menyajikan, dan mempublikasikan informasi dan laporan
pengelolaan Keuangan Daerah sebagai sarana menunjang tercapainya tata
pemerintahan yang baik melalui transparansi dan akuntabilitas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 102
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan informasi keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan
adalah informasi yang bersumber dari Peraturan Daerah tentang APBD,
pelaksanaan APBD, dan laporan realisasi APBD.
Ayat (2)
Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah oleh Daerah dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan kemampuan Keuangan Daerah.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Pemberian sanksi dilakukan setelah adanya teguran tertulis. Dana Perimbangan
yang ditunda penyalurannya akibat pemberian sanksi dilakukan dengan tidak
mengganggu pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Pasal 103
Cukup jelas
Pasal 104
Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain, mekanisme
penyampaian laporan Keuangan Daerah, prinsip-prinsip penyelenggaraan sistem informasi
keuangan di daerah, standar dan format informasi keuangan di Daerah, dan mekanisme
penerapan sanksi atas keterlambatan penyampaian laporan.

Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 106
Cukup jelas
Pasal 107
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Formula DAU digunakan mulai tahun anggaran 2006, tetapi sampai dengan tahun
anggaran 2007 alokasi DAU yang diberlakukan untuk masing-masing Daerah
ditetapkan tidak lebih kecil dari tahun anggaran 2005.

Sampai dengan tahun anggaran 2007 apabila DAU untuk provinsi tertentu lebih kecil
dari tahun anggaran 2005, kepada provinsi yang bersangkutan dialokasikan dana
penyesuaian yang besarnya sesuai dengan kemampuan dan perekonomian Negara.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12001


2
Pasal 108
Cukup jelas
Pasal 109
Cukup jelas
Pasal 110
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4438.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


202 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2006
Tentang
Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2017
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 52005
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
206 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 72007
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
208 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 92009
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
210 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12111
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
212 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 32113
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
214 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 52115
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
216 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 72117
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
218 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 92119
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
220 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12221
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
222 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 32223
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
224 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 52225
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
226 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 72227
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
228 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 92229
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
230 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12331
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
232 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 32333
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
234 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 52335
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
236 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 72337
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
238 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 92339
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
240 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12441
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
242 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 32443
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
244 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 52445
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
246 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 72447
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
248 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 92449
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
250 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12551
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
252 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 32553
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
254 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 52555
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
256 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 72557
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
258 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 92559
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
260 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12661
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
262 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 32663
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
264 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 52665
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
266 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 72667
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
268 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 92669
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
270 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12771
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
272 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 32773
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
274 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 52775
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
276 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 72777
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
278 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 92779
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
280 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12881
2
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 55 Tahun 2005
Tentang
Dana Perimbangan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 55 TAHUN 2005
TENTANG
DANA PERIMBANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26, Pasal 37, dan Pasal
42 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dan
Pasal 160 ayat (6), Pasal 162 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu untuk menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Dana Perimbangan.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DANA PERIMBANGAN

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 52885


2
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:


1. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
3. Daerah otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Kepala daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati
bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut
DPRD, adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut
APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut
APBD, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


286 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
8. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi.
9. Dana Bagi Hasil, selanjutnya disebut DBH, adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
10. DBH Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri, dan Pajak Penghasilan Pasal 21.
11. Pajak Bumi dan Bangunan, selanjutnya disebut PBB adalah pajak
yang dikenakan atas bumi dan bangunan.
12. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, selanjutnya
disebut BPHTB, adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak
atas tanah dan bangunan
13. Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri, selanjutnya disebut PPh WPOPDN adalah
Pajak Penghasilan terutang oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri berdasarkan ketentuan Pasal 25 dan Pasal 29
Undang-undang tentang Pajak Penghasilan yang berlaku kecuali
pajak atas penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat
(8).
14. Pajak Penghasilan Pasal 21, selanjutnya disebut PPh Pasal 21,
adalah Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lainnya sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi berdasarkan ketentuan Pasal 21
undang-undang tentang Pajak Penghasilan yang berlaku.
15. DBH Sumber Daya Alam adalah bagian daerah yang berasal dari
penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan
umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 72887


2
gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
16. Dana Reboisasi, selanjutnya disebut DR, adalah dana yang
dipungut dari pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
dari Hutan Alam yang berupa kayu dalam rangka reboisasi dan
rehabilitasi hutan.
17. Provisi Sumber Daya Hutan, selanjutnya disebut PSDH, adalah
pungutan yang dikenakan sebagai pengganti nilai intrinsik dari
hasil yang dipungut dari Hutan Negara.
18. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan, selanjutnya disebut IIUPH,
adalah pungutan yang dikenakan kepada Pemegang Izin Usaha
Pemanfaatan Hutan atas suatu kawasan hutan tertentu yang
dilakukan sekali pada saat izin tersebut diberikan.
19. Pungutan Pengusahaan Perikanan adalah pungutan hasil
perikanan yang dikenakan kepada perusahaan perikanan
Indonesia yang memperoleh Izin Usaha Perikanan (IUP), Alokasi
Penangkapan Ikan Penanaman Modal (APIPM), dan Surat Izin
Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), sebagai imbalan atas
kesempatan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia untuk
melakukan usaha perikanan dalam wilayah perikanan Republik
Indonesia.
20. Pungutan Hasil Perikanan adalah pungutan hasil perikanan yang
dikenakan kepada perusahaan perikanan Indonesia yang
melakukan usaha penangkapan ikan sesuai dengan Surat
Penangkapan Ikan (SPI) yang diperoleh.
21. Iuran Tetap (Land-rent) adalah iuran yang diterima negara
sebagai imbalan atas kesempatan Penyelidikan Umum,
Eksplorasi atau Eksploitasi pada suatu wilayah kerja.
22. Iuran Ekplorasi dan Eksploitasi (royalty) adalah iuran produksi
pemegang kuasa usaha pertambangan atas hasil dari kesempatan
eksplorasi/eksploitasi.
23. Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


288 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi.
24. Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional.
25. Menteri teknis adalah menteri yang bertugas dan
bertanggungjawab di bidang teknis tertentu.

Pasal 2

(1) Dana Perimbangan terdiri atas:


a. Dana Bagi Hasil;
b. Dana Alokasi Umum; dan
c. Dana Alokasi Khusus.
(2) Jumlah Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.

BAB II
DANA BAGI HASIL

Bagian Pertama
Umum

Pasal 3

DBH bersumber dari:


a. Pajak; dan
b. Sumber Daya Alam.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 92889


2
Bagian Kedua
DBH Pajak

Pasal 4

DBH yang bersumber dari pajak terdiri atas:


a. PBB;
b. BPHTB; dan
c. PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21.

Paragraf Pertama
DBH PBB

Pasal 5

(1) Penerimaan Negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10%


(sepuluh persen) untuk Pemerintah dan 90% (sembilan puluh
persen) untuk daerah.
(2) DBH PBB untuk daerah sebesar 90% (sembilan puluh persen)
dibagi dengan rincian sebagai berikut:
a. 16,2% (enam belas dua persepuluh persen) untuk provinsi
yang bersangkutan;
b. 64,8% (enam puluh empat delapan persepuluh persen) untuk
kabupaten/kota yang bersangkutan; dan
c. 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan.

Pasal 6

(1) Bagian Pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen) sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dialokasikan kepada seluruh
kabupaten dan kota.
(2) Alokasi untuk kabupaten dan kota sebagaimana dimaksud pada

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


290 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
ayat (1) dibagi dengan rincian sebagai berikut:
a. 6,5% (enam lima persepuluh persen) dibagikan secara merata
kepada seluruh kabupaten dan kota; dan
b. 3,5% (tiga lima persepuluh persen) dibagikan sebagai insentif
kepada kabupaten dan/kota yang realisasi penerimaan PBB
sektor Pedesaan dan Perkotaan pada tahun anggaran
sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan
yang ditetapkan.

Paragraf Kedua
DBH BPHTB

Pasal 7

(1) Penerimaan Negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20%


(dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh
persen) untuk daerah.
(2) DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen)
dibagi dengan rincian sebagai berikut:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
dan
b. 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota yang
bersangkutan.
(3) Bagian Pemerintah sebesar 20% (dua puluh persen) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dengan porsi yang sama
besar untuk seluruh kabupaten dan kota.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12991


2
Paragraf Ketiga
DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21

Pasal 8

(1) Penerimaan Negara dari PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21


dibagikan kepada daerah sebesar 20% (dua puluh persen).

(2) DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dibagi dengan rincian sebagai berikut :
a. 8% (delapan persen) untuk provinsi yang bersangkutan; dan
b. 12% (dua belas persen) untuk kabupaten/kota dalam provinsi
yang bersangkutan.

(3) DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf b dibagi dengan rincian sebagai berikut:
a. 8,4% (delapan empat persepuluh persen) untuk
kabupaten/kota tempat wajib pajak terdaftar; dan
b. 3,6% (tiga enam persepuluh persen) untuk seluruh
kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan dengan
bagian yang sama besar.

Paragraf Keempat
Penetapan Alokasi DBH Pajak

Pasal 9

Alokasi DBH Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6,


Pasal 7, dan Pasal 8 ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


292 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 10

Alokasi DBH PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan
DBH BPHTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, ditetapkan:
a. berdasarkan rencana penerimaan PBB dan BPHTB tahun
anggaran bersangkutan; dan
b. paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran
bersangkutan dilaksanakan.

Pasal 11

(1) Alokasi DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 9 untuk masing-masing daerah terdiri atas:
a. Alokasi Sementara yang ditetapkan paling lambat 2 (dua)
bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan; dan
b. Alokasi Definitif yang ditetapkan paling lambat pada bulan
pertama triwulan keempat tahun anggaran berjalan.
(2) Alokasi DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a didasarkan atas rencana
penerimaan DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21.
(3) Alokasi DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b didasarkan atas prognosa realisasi
penerimaan DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21.

Paragraf Kelima
Penyaluran DBH Pajak

Pasal 12

DBH Pajak disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening


Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 32993


2
Pasal 13

(1) Penyaluran DBH PBB dan BPHTB sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 dilaksanakan berdasarkan realisasi
penerimaan PBB dan BPHTB tahun anggaran berjalan.
(2) Penyaluran DBH PBB dan BPHTB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 7 ayat (2) dilaksanakan secara mingguan.
(3) Penyaluran PBB dan BPHTB bagian Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a dan Pasal 7 ayat (3)
dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu bulan April, bulan
Agustus, dan bulan Nopember tahun anggaran berjalan.
(4) Penyaluran PBB bagian Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) huruf b dilaksanakan dalam bulan Nopember
tahun anggaran berjalan.

Pasal 14

(1) Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 dilaksanakan berdasarkan prognosa
realisasi penerimaan PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 tahun
anggaran berjalan.
(2) Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dilaksanakan secara triwulanan,
dengan perincian sebagai berikut:
a. penyaluran triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga
masing-masing sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
huruf a; dan
b. penyaluran triwulan keempat didasarkan pada selisih antara
Pembagian Definitif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf b dengan jumlah dana yang telah dicairkan
selama triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga.
(3) Dalam hal terjadi kelebihan penyaluran karena penyaluran

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


294 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga yang didasarkan
atas pembagian sementara lebih besar daripada pembagian
definitif maka kelebihan dimaksud diperhitungkan dalam
penyaluran tahun anggaran berikutnya.

Bagian Ketiga
DBH Sumber Daya Alam

Pasal 15

DBH Sumber Daya Alam berasal dari:


a. Kehutanan;
b. Pertambangan Umum;
c. Perikanan;
d. Pertambangan Minyak Bumi;
e. Pertambangan Gas Bumi; dan
f. Pertambangan Panas Bumi.

Paragraf Pertama
DBH Sumber Daya Alam Kehutanan

Pasal 16

(1) DBH Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a


berasal dari:
a. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH);
b. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH); dan
c. Dana Reboisasi (DR).
(2) DBH Kehutanan yang berasal dari IIUPH sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh
persen) dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
dan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 52995


2
b. 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota
penghasil.
(3) DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh
persen) dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil;
dan
c. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya
dalam provinsi yang bersangkutan.
(4) DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c, dibagikan dengan porsi yang sama besar
untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan.
(5) DBH Kehutanan yang berasal dari DR sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c sebesar 40% (empat puluh persen) dibagi
kepada kabupaten/kota penghasil untuk mendanai kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan.

Paragraf Kedua
DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Umum

Pasal 17

DBH Pertambangan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15


huruf b berasal dari :
a. Iuran Tetap (Land-rent); dan
b. Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalty).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


296 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 18

(1) DBH Pertambangan Umum sebesar 80% (delapan puluh persen)


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a yang berasal dari
wilayah kabupaten/kota dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
dan
b. 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota
penghasil.
(2) DBH Pertambangan Umum sebesar 80% (delapan puluh persen)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b yang berasal dari
wilayah kabupaten/kota dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil;
dan
c. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya
dalam provinsi yang bersangkutan.
(3) DBH Pertambangan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

Pasal 19

(1) DBH Pertambangan Umum sebesar sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 17 huruf a yang berasal dari wilayah provinsi adalah
sebesar 80% (delapan puluh persen) untuk provinsi yang
bersangkutan;
(2) DBH Pertambangan Umum sebesar 80% (delapan puluh persen)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b yang berasal dari
wilayah provinsi dibagi dengan rincian:
a. 26% (dua puluh enam persen) untuk provinsi yang
bersangkutan; dan
b. 54% (lima puluh empat persen) untuk kabupaten/kota

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 72997


2
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
(3) DBH Pertambangan Umum sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf
b, dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

Paragraf Ketiga
DBH Sumber Daya Alam Perikanan

Pasal 20

(1) DBH Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c


berasal dari :
a. Pungutan Pengusahaan Perikanan; dan
b. Pungutan Hasil Perikanan.
(1) DBH Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
daerah sebesar 80% (delapan puluh persen) dibagikan dengan
porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota.

Paragraf Keempat
DBH Sumber Daya Alam
Pertambangan Minyak Bumi

Pasal 21

(1) DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% (lima belas


setengah persen) berasal dari penerimaan negara sumber daya
alam pertambangan minyak bumi dari wilayah kabupaten/kota
yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya.
(2) DBH pertambangan minyak bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebesar 15% (lima belas persen) dibagi dengan rincian
sebagai berikut:
a. 3% (tiga persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


298 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
b. 6% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil;
dan
c. 6% (enam persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
(3) DBH Pertambangan Minyak Bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian
sebagai berikut:
a. 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yang
bersangkutan;
b. 0,2% (dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kota
penghasil; dan
c. 0,2% (dua persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
(4) DBH Pertambangan Minyak Bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c dan ayat (3) huruf c, dibagikan dengan porsi yang
sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi
yang bersangkutan.

Pasal 22

(1) DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% (lima belas


setengah persen) berasal dari penerimaan negara sumber daya
alam pertambangan minyak bumi dari wilayah provinsi yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan
lainnya
(2) DBH pertambangan minyak bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebesar 15% (lima belas persen) dibagi dengan rincian
sebagai berikut:
a. 5% (lima persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan;
dan
b. 10% (sepuluh persen) dibagikan untuk seluruh
kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan.
(3) DBH Pertambangan Minyak Bumi sebagaimana dimaksud pada

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 92999


2
ayat (1) sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian
sebagai berikut:
a. 0,17% (tujuh belas perseratus persen) dibagikan untuk provinsi
yang bersangkutan; dan
b. 0,33% (tiga puluh tiga perseratus persen) dibagikan untuk
seluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan
(4) DBH Pertambangan Minyak Bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dan ayat (3) huruf b, dibagikan dengan porsi yang
sama besar untuk seluruh kabupaten/kota dalam provinsi yang
bersangkutan

Paragraf Kelima
DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Gas Bumi

Pasal 23

(1) DBH pertambangan gas bumi sebesar 30,5% (tiga puluh setengah
persen) berasal dari penerimaan negara sumber daya alam
pertambangan gas bumi dari wilayah kabupaten/kota yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan
lainnya
(2) DBH pertambangan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sebesar 30% (tiga puluh persen) dibagi dengan rincian sebagai
berikut:
a. 6% (enam persen) dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan;
b. 12% (dua belas persen) dibagikan untuk kabupaten/kota
penghasil; dan
c. 12% (dua belas persen) dibagikan untuk seluruh
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
(3) DBH Pertambangan Gas Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian sebagai
berikut:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


300 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
a. 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yang
bersangkutan;
b. 0,2% (dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kota
penghasil; dan
c. 0,2% (dua persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
(4) DBH Pertambangan Gas Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c dan ayat (3) huruf c, dibagikan dengan porsi yang sama
besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan.

Pasal 24

(1) DBH Pertambangan Gas Bumi sebesar 30,5% (tiga puluh setengah
persen) berasal dari penerimaan negara sumber daya alam
pertambangan gas bumi dari wilayah provinsi yang bersangkutan
setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya
(2) DBH Pertambangan Gas Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sebesar 30% (tiga puluh persen) dibagi dengan rincian sebagai
berikut:
a. 10% (sepuluh persen) dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan; dan
b. 20% (dua puluh persen) dibagikan untuk seluruh
kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan
(3) DBH Pertambangan Gas Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian sebagai
berikut:
a. 0,17% (tujuh belas perseratus persen) dibagikan untuk
provinsi yang bersangkutan; dan
b. 0,33% (tiga puluh tiga perseratus persen) dibagikan untuk
seluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan
(4) DBH Pertambangan Gas Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dan ayat (2) huruf b, dibagikan dengan porsi yang

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13001


3
sama besar untuk seluruh kabupaten/kota dalam provinsi yang
bersangkutan.

Pasal 25

DBH yang berasal dari Pertambangan Minyak Bumi dan


Pertambangan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(3), Pasal 22 ayat (3), Pasal 23 ayat (3), dan Pasal 24 ayat (3) wajib
dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar.

Paragraf Keenam
DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bumi

Pasal 26

(1) DBH Pertambangan Panas Bumi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 15 huruf f berasal dari:
a. Setoran Bagian Pemerintah; atau
b. Iuran Tetap dan Iuran Produksi.
(2) DBH Pertambangan Panas Bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen) dan
dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
dan
b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil;
c. 32% (tiga puluh dua persen) untuk seluruh kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
(3) DBH Pertambangan Panas Bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c, dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk
semua kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


302 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Paragraf Ketujuh
Penetapan Alokasi DBH Sumber Daya Alam

Pasal 27

(1) Menteri teknis menetapkan daerah penghasil dan dasar


penghitungan DBH Sumber Daya Alam paling lambat 60 (enam
puluh) hari sebelum tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan
setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri.
(2) Dalam hal sumber daya alam berada pada wilayah yang
berbatasan atau berada pada lebih dari satu daerah, Menteri
Dalam Negeri menetapkan daerah penghasil sumber daya alam
berdasarkan pertimbangan menteri teknis terkait paling lambat
60 (enam puluh) hari setelah diterimanya usulan pertimbangan
dari menteri teknis.
(3) Ketetapan Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menjadi dasar penghitungan DBH sumber daya alam
oleh menteri teknis.
(4) Ketetapan menteri teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Menteri Keuangan.
(5) Menteri Keuangan menetapkan perkiraan alokasi DBH Sumber
Daya Alam untuk masing-masing daerah paling lambat 30 (tiga
puluh) hari setelah diterimanya ketetapan dari menteri teknis.
(6) Perkiraan alokasi DBH Sumber Daya Alam Minyak Bumi
dan/atau Gas Bumi untuk masing-masing Daerah ditetapkan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah menerima ketetapan
dari menteri teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
perkiraan bagian Pemerintah, dan perkiraan unsur-unsur
pengurang lainnya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3003


3
Paragraf Kedelapan
Penghitungan Realisasi Produksi DBH SDA

Pasal 28

(1) Penghitungan realisasi DBH sumber daya alam dilakukan secara


triwulanan melalui mekanisme rekonsiliasi data antara
pemerintah pusat dan daerah penghasil kecuali untuk DBH
sumber daya alam Perikanan.
(2) Dalam hal realisasi DBH sumber daya alam berasal dari
penerimaan pertambangan minyak bumi dan/atau gas bumi
perhitungannya didasarkan atas realisasi lifting minyak bumi
dan/atau gas bumi dari departemen teknis.

Paragraf Kesembilan
Penyaluran DBH Sumber Daya Alam

Pasal 29

(1) Penyaluran DBH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15


dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan sumber daya alam
tahun anggaran berjalan.
(2) Penyaluran DBH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
dilaksanakan secara triwulanan.

Pasal 30

Penyaluran DBH Sumber Daya Alam dilaksanakan dengan cara


pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas
Umum Daerah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


304 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 31

(1) Penyaluran DBH Pertambangan Minyak Bumi dan


Pertambangan Gas Bumi ke daerah dilakukan dengan
menggunakan asumsi dasar harga minyak bumi tidak melebihi
130% (seratus tiga puluh persen) dari penetapan dalam APBN
tahun berjalan.
(2) Dalam hal asumsi dasar harga minyak bumi yang ditetapkan
dalam APBN Perubahan melebihi 130% (seratus tiga puluh
persen), selisih penerimaan negara dari minyak bumi dan gas
bumi sebagai dampak dari kelebihan dimaksud dialokasikan
dengan menggunakan formula DAU.
(3) Ketentuan mengenai tata cara penghitungan selisih penerimaan
negara dari minyak bumi dan gas bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan.

Bagian Keempat
Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 32

Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi atas


penggunaan anggaran pendidikan dasar yang berasal dari DBH
Minyak Bumi dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31.

Pasal 33

(1) Menteri teknis melakukan pemantauan dan evaluasi teknis


pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DBH DR.
(2) Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi atas
penggunaan anggaran rehabilitasi hutan dan lahan yang berasal
dari DBH DR.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 53005


3
Pasal 34

(1) Apabila hasil pemantauan dan evaluasi mengindikasikan adanya


penyimpangan pelaksanaan Pasal 16 ayat (5) dan Pasal 25, Menteri
Keuangan meminta aparat pengawasan fungsional untuk
melakukan pemeriksaan.
(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengalokasian DBH
sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 21 ayat (3), Pasal 22
ayat (3), Pasal 23 ayat (3), dan Pasal 24 ayat (3) untuk tahun
anggaran berikutnya.

Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghitungan, tata cara


penyesuaian rencana alokasi dengan realisasi DBH Sumber Daya
Alam, tata cara penyaluran, pedoman umum, petunjuk teknis
pelaksanaan DBH, pemantauan dan evaluasi, dan tata cara
pemotongan atas sanksi administrasi DBH diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan.

Pasal 36

DPOD memberikan pertimbangan atas rancangan kebijakan DBH


kepada Presiden sebelum penyampaian Nota Keuangan dan RAPBN
tahun anggaran berikutnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


306 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
BAB III
DANA ALOKASI UMUM

Bagian Pertama
Umum

Pasal 37

(1) DAU dialokasikan untuk:


a. provinsi; dan
b. kabupaten/kota.
(2) Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26%
(dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto.
(3) Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari
perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
(4) Dalam hal penentuan proporsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi DAU antara
provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan imbangan 10%
(sepuluh persen) dan 90% (sembilan puluh persen).
(5) Jumlah keseluruhan DAU sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dalam APBN.

Bagian Kedua
Mekanisme Pengalokasian

Paragraf Pertama
Penghitungan

Pasal 38

DPOD memberikan pertimbangan atas rancangan kebijakan formula


dan perhitungan DAU kepada Presiden sebelum penyampaian Nota

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 73007


3
Keuangan dan RAPBN tahun anggaran berikutnya

Pasal 39

(1) Menteri Keuangan melakukan perumusan formula dan


penghitungan alokasi DAU dengan memperhatikan pertimbangan
DPOD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38.
(2) Menteri Keuangan menyampaikan formula dan perhitungan DAU
sebagai bahan penyusunan RAPBN.

Pasal 40

(1) DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang


terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar.
(2) Celah fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal.
(3) Kebutuhan fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diukur
dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, luas wilayah,
Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto
per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia.
(4) Kapasitas fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diukur
berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan DBH.
(5) Alokasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Pasal 41

(1) Data yang digunakan dalam penghitungan DAU diperoleh dari


lembaga statistik Pemerintah dan/atau lembaga Pemerintah yang
berwenang menerbitkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(2) Dalam hal data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tersedia, data yang digunakan adalah data dasar penghitungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


308 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
DAU tahun sebelumnya.

Pasal 42

(1) DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi dihitung
berdasarkan perkalian bobot provinsi yang bersangkutan dengan
jumlah DAU seluruh provinsi.
(2) Bobot provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
perbandingan antara celah fiskal provinsi yang bersangkutan dan
total celah fiskal seluruh provinsi.

Pasal 43

(1) DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu kabupaten/kota dihitung
berdasarkan perkalian bobot kabupaten/kota yang bersangkutan
dengan jumlah DAU seluruh kabupaten/kota.
(2) Bobot kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan perbandingan antara celah fiskal kabupaten/kota
yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh kabupaten/kota.

Pasal 44

(1) Kebutuhan fiskal daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40


ayat (2) dihitung berdasarkan perkalian antara total belanja daerah
rata-rata dengan penjumlahan dari perkalian masing-masing
bobot variabel dengan indeks jumlah penduduk, indeks luas
wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Indeks Pembangunan
Manusia, dan indeks Produk Domestik Regional Bruto per kapita.
(2) Kapasitas fiskal daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (2) merupakan penjumlahan dari Pendapatan Asli Daerah
dan DBH.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 93009


3
Pasal 45

(1) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol),
menerima DAU sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal.
(2) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol),
menerima DAU sebesar alokasi dasar.
(3) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar
alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.
(4) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima
DAU.

Pasal 46

(1) DAU untuk suatu daerah otonom baru dialokasikan setelah


undang-undang pembentukan disahkan.
(2) Penghitungan DAU untuk daerah otonom baru dilakukan setelah
tersedia data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40.
(3) Dalam hal data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
tersedia, penghitungan DAU dilakukan dengan membagi secara
proporsional dengan daerah induk.
(4) Penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menggunakan data jumlah penduduk, luas wilayah, dan belanja
pegawai.

Pasal 47

(1) Kelebihan penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi
yang ditetapkan dalam APBN Perubahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (2) dialokasikan sebagai DAU tambahan.
(2) DAU tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialokasikan kepada daerah berdasarkan formula DAU atas dasar

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


310 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
celah fiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2).

Paragraf Kedua
Penetapan Alokasi

Pasal 48

(1) Alokasi DAU per daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden.


(2) Alokasi DAU tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Paragraf Ketiga
Penyaluran

Pasal 49

(1) DAU disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas


Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.
(2) Penyaluran DAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 (satu per
duabelas) dari alokasi DAU daerah yang bersangkutan.
(3) Tata cara penyaluran DAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40, Pasal 46 ayat (2), dan Pasal 47 ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13111


3
BAB IV
DANA ALOKASI KHUSUS

Bagian Pertama
Umum

Pasal 50

(1) Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.


(2) DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam
APBN sesuai dengan program yang menjadi prioritas nasional.

Pasal 51

(1) DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai


kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang
menjadi prioritas nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
ayat (2) yang menjadi urusan daerah.
(2) Daerah Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria
umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

Bagian Kedua
Mekanisme Pengalokasian DAK

Paragraf Pertama
Penetapan Program dan Kegiatan

Pasal 52

(1) Program yang menjadi prioritas nasional sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 50 ayat (2) dan Pasal 51 ayat (1) dimuat dalam
Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran bersangkutan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


312 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai
dari DAK dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri
Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Rencana
Kerja Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang kegiatan khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri Keuangan.

Paragraf Kedua
Penghitungan DAK

Pasal 53

Setelah menerima usulan kegiatan khusus sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 52 ayat (3) Menteri Keuangan melakukan penghitungan
alokasi DAK.

Pasal 54

(1) Penghitungan alokasi DAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal


53 dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu:
a Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan
b Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.
(2) Penentuan Daerah Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis
(3) Besaran alokasi DAK masing-masing daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b ditentukan dengan perhitungan
indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria
teknis.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3113


3
Pasal 55

(1) Kriteria umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51


dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang
dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi
belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah.
(2) Kemampuan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dihitung melalui indeks fiskal netto.
(3) Daerah yang memenuhi krietria umum merupakan daerah
dengan indeks fiskal netto tertentu yang ditetapkan setiap tahun.

Pasal 56

(1) Kriteria khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51


dirumuskan berdasarkan:
a. Peraturan perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan otonomi khusus; dan
b. Karakteristik daerah.
(2) Kriteria khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirumuskan
melalui indeks kewilayahan oleh Menteri Keuangan dengan
mempertimbangkan masukan dari Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional dan menteri/pimpinan lembaga terkait.

Pasal 57

(1) Kriteria teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 disusun


berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan
didanai dari DAK.
(2) Kriteria teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirumuskan
melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait.
(3) Menteri teknis menyampaikan kriteria teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri Keuangan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


314 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Paragraf Ketiga
Penetapan Alokasi dan Penggunaan DAK

Pasal 58

Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri


Keuangan.

Pasal 59

(1) Berdasarkan penetapan alokasi DAK sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 58, menteri teknis menyusun Petunjuk Teknis
Penggunaan DAK.
(2) Petunjuk Teknis Penggunaan DAK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.

Bagian Ketiga
Penganggaran di Daerah

Pasal 60

(1) Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan


penggunaan DAK di dalam APBD.
(2) Penggunaan DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK.
(3) DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi
kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan
perjalanan dinas.

Pasal 61

(1) Daerah penerima DAK wajib menganggarkan Dana Pendamping


dalam APBD sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 53115


3
besaran alokasi DAK yang diterimanya.
(2) Dana Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk mendanai kegiatan yang bersifat kegiatan fisik.
(3) Daerah dengan kemampuan keuangan tertentu tidak diwajibkan
menganggarkan Dana Pendamping.

Bagian Keempat
Penyaluran DAK

Pasal 62

DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas


Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.

Bagian Kelima
Pelaporan

Pasal 63

(1) Kepala daerah menyampaikan laporan triwulan yang memuat


laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada :
a. Menteri Keuangan;
b. Menteri teknis; dan
c. Menteri Dalam Negeri .
(2) Penyampaian laporan triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah
triwulan yang bersangkutan berakhir.
(3) Penyaluran DAK dapat ditunda apabila Daerah tidak
menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
(4) Menteri teknis menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan DAK
setiap akhir tahun anggaran kepada Menteri Keuangan, Menteri
Perencanaan dan Pembangunan Nasional, dan Menteri Dalam
Negeri.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


316 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Bagian Keenam
Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 64

(1) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional bersama-sama


dengan Menteri Teknis melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan kegiatan yang
didanai dari DAK.
(2) Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi
pengelolaan keuangan DAK.

Pasal 65

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan program dan


kegiatan, penyaluran, dan pelaporan diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan.

BAB V
PENGAWASAN

Pasal 66

Pengawasan atas pelaksanaan Dana Perimbangan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 67

(1) Pelaksanaan tambahan Dana Bagi Hasil dari pertambangan


minyak bumi dan gas bumi sebesar 0,5% (setengah persen)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 73117


3
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 24 dilaksanakan
mulai Tahun Anggaran 2009.
(2) Pelaksanaan Dana Bagi Hasil dari pertambangan minyak dan gas
bumi yang melebihi 130% (seratus tiga puluh persen) dari asumsi
dasar harga minyak dan gas bumi dalam APBN tahun berjalan
dilaksanakan mulai tahun anggaran 2009.
(3) Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini sampai dengan Tahun
Anggaran 2008 penerimaan pertambangan minyak bumi yang
dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah
dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi dengan
imbangan:
a. 85% (delapan puluh lima persen) untuk Pemerintah; dan
b. 15% (lima belas persen) untuk daerah.
(4) Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini sampai dengan Tahun
Anggaran 2008 penerimaan pertambangan gas bumi yang
dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah
dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi dengan
imbangan:
a. 70% (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah; dan
b. 30% (tiga puluh persen) untuk daerah.

Pasal 68

DBH Pertambangan Panas Bumi yang bersumber dari penerimaan


kontrak pengusahaan panas bumi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (1) huruf b yang ditandatangani sesudah berlakunya
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi, berasal
dari Iuran Tetap dan Iuran Produksi.

Pasal 69

(1) Sejak berlakunya peraturan pemerintah ini sampai dengan Tahun


Anggaran 2007 jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


318 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
kurangnya 25,5% (dua puluh lima setengah persen) dari
Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN.
(2) Ketentuan mengenai alokasi DAU sebagaimana diatur dalam
peraturan pemerintah ini dilaksanakan sepenuhnya mulai Tahun
Anggaran 2008

Pasal 70

Sebelum ditetapkannya Rekening Kas Umum Negara dan Rekening


Kas Umum Daerah, penyaluran Dana Perimbangan dilakukan
melalui Rekening Bendaharawan Umum Negara/Kas Negara ke
Rekening Kas Daerah.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 71

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka:


1. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000
tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, selama tidak diatur dalam
peraturan pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 dinyatakan tidak berlaku.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 115 Tahun 2000 tentang Pembagian
Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan OPDN dan PPh Pasal 21
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dinyatakan tidak
berlaku.
4. Ketentuan yang terkait dengan Dana Perimbangan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 93119


3
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Provinsi Papua dinyatakan tetap berlaku selama tidak diatur lain.

Pasal 72

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Desember 2005
Presiden Republik Indonesia

ttd.

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Desember 2005
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
AD INTERIM,

ttd.

YUSRIL IHZA MAHENDRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 137[

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


320 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
PENJELASAN
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 55 TAHUN 2005
TENTANG
DANA PERIMBANGAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UMUM
Dalam rangka menciptakan suatu sistem perimbangan keuangan yang proporsional,
demokratis, adil, dan transparan berdasarkan atas pembagian kewenangan
pemerintahan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka telah
diundangkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang merupakan penyempurnaan
dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Penyempurnaan dari Undang-Undang tersebut antara
lain penegasan prinsip-prinsip dasar perimbangan keuangan Pemerintah dan
Pemerintahan Daerah sesuai asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas
Pembantuan, penambahan jenis Dana Bagi Hasil dari sektor Pertambangan Panas
Bumi, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
dan PPh Pasal 21, pengelompokan Dana Reboisasi yang semula termasuk dalam
komponen Dana Alokasi Khusus menjadi Dana Bagi Hasil, penyempurnaan prinsip
pengalokasian Dana Alokasi Umum, dan penyempurnaan prinsip pengalokasian Dana
Alokasi Khusus.
Dana Perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah dan antara Pemerintahan Daerah. Dana Perimbangan
yang terdiri dari Dana Bagi Hasil dari penerimaan pajak dan SDA, Dana Alokasi
Umum, dan Dana Alokasi Khusus merupakan sumber pendanaan bagi daerah dalam
pelaksanaan desentralisasi, yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan
melengkapi.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13221


3
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada
Daerah berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah
penghasil.
Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah
melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja pegawai,
kebutuhan fiskal, dan potensi daerah.
Kebutuhan daerah dicerminkan dari luas daerah, keadaan geografis, jumlah
penduduk, tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dan tingkat
pendapatan masyarakat di daerah. Sedangkan kapasitas fiskal dicerminkan dari
Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Sumber Daya Alam.
Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi
urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang
merupakan perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam
upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.
Melalui penyempurnaan prinsip-prinsip, mekanisme, dan penambahan persentase
beberapa komponen dana perimbangan diharapkan daerah dapat meningkatkan
fungsi pemerintahan daerah sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.

PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


322 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
DBH dimaksud bersumber dari penerimaan PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21
berdasarkan daerah tempat Wajib Pajak terdaftar.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Alokasi sementara sebagai dasar penyaluran triwulan pertama, triwulan
kedua, dan triwulan ketiga tahun anggaran berjalan.
Huruf b
Alokasi definitif yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan merupakan
koreksi atas ketetapan alokasi sementara, sebagai dasar untuk penyaluran
triwulan keempat tahun anggaran berjalan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3223


3
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penyaluran DBH PBB dan BPHTB dilaksanakan secara mingguan yaitu setiap
hari rabu dan jumat.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Kelebihan penyaluran dapat terjadi dalam hal jumlah alokasi sementara yang
menjadi dasar penyaluran dari triwulan I (pertama) sampai dengan triwulan
III (ketiga) lebih besar dari alokasi definitif. Kelebihan penyaluran dimaksud
harus diperhitungkan dalam penyaluran tahun anggaran berikutnya.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


324 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Cukup jelas.
Pasal 19
Yang dimaksud dengan berasal dari Wilayah provinsi adalah penerimaan
pertambangan umum yang bersumber dari wilayah 4-12 mil laut berdasarkan
kewenangan pengelolaan sumber daya di wilayah laut.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Yang dimaksud dengan pungutan lain adalah pungutan yang sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Huruf a
Setoran Bagian Pemerintah adalah penerimaan negara dari pengusaha
panas bumi atas dasar kontrak pengusahaan panas bumi yang
ditandatangani sebelum Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang
Panas Bumi ditetapkan, setelah dikurangi dengan kewajiban perpajakan
dan pungutan-pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan.
Huruf b
Iuran Tetap adalah iuran yang dibayarkan kepada negara sebagai

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 53225


3
imbalan atas kesempatan eksplorasi, studi kelayakan, dan eksploitasi
pada suatu wilayah kerja.
Iuran Produksi adalah iuran yang dibayarkan kepada negara atas hasil
yang diperoleh dari usaha pertambangan panas bumi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan unsur-unsur pengurang lainnya antara lain Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Minyak Bumi dan Gas
Bumi, dan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan lifting yaitu jumlah produksi minyak bumi dan/atau
gas bumi yang dijual.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


326 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Pemantauan atas tambahan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi untuk anggaran
pendidikan dasar ini menyangkut apakah penggunaannya sesuai dengan
peruntukannya. Apabila tidak sesuai penggunannya akan dikenakan sanksi
administrasi berupa pemotongan penyaluran DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Ayat (1)
Daerah kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi DKI Jakarta tidak
menerima DAU karena otonomi Provinsi DKI Jakarta diletakkan pada lingkup
provinsi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Ayat (2)
DAU sebagaimana dimaksud dalam ayat ini merupakan jumlah DAU untuk

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 73227


3
seluruh provinsi dan kabupaten/kota.
Yang dimaksud dengan Pendapatan Dalam Negeri Neto adalah pendapatan
dalam negeri setelah dikurangi dengan penerimaan negara yang
dibagihasilkan kepada daerah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4
Cukup jelas.
Ayat (5)
Jumlah keseluruhan DAU dalam APBN setiap tahunnya bersifat final.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Alokasi DAU untuk daerah dihitung dengan menggunakan formula:

DAU = CF + AD

dimana,
DAU = Dana Alokasi Umum
CF = Celah Fiskal
AD = Alokasi Dasar
Ayat (2)
CF = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal
Ayat (3)
Luas wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat ini adalah luas wilayah
daratan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


328 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah meliputi gaji pokok, tunjangan keluarga, dan
tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan penggajian Pegawai Negeri Sipil
termasuk di dalamnya tunjangan beras dan tunjangan Pajak Penghasilan (PPh
Pasal 21).
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)

DAU Provinsii = Bobot Provinsii X DAU Provinsi

Ayat (2)

Bobot Provinsii = CF Provinsii


CF Provinsi

dimana,
CF Provinsii = celah fiskal suatu daerah provinsi
CF Provinsi = total celah fiskal seluruh provinsi
Pasal 43
Ayat (1)

DAU Kab/Kotai = Bobot Kab/Kotai X DAU Kab/Kota

Ayat (2)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 93229


3
Bobot Kab/Kotai = CF Kab/Kotai
CF Kab/Kota

dimana,
CF Kab/Kotai = celah fiskal suatu daerah Kab/Kota
CF Kab/Kota = total celah fiskal seluruh Kab/Kota
Pasal 44
Ayat (1)
Kebutuhan fiskal dihitung dengan menggunakan rumus:

1 indeks jumlah penduduk + 2 indeks luas


Total Belanja wilayah + 3 indeks kemahalan konstruksi + 4
Daerah Rata-rata X
indeks pembangunan manusia + 5 indeks
PDRB per kapita

1, 2, 3, 4, dan 5 merupakan bobot masing-masing indeks yang ditentukan


berdasarkan hasil uji statistik.
Kedua parameter dimaksud dipergunakan sebagai indikator untuk mengukur
tingkat kesenjangan kemampuan keuangan antardaerah dalam rangka
pendanaan pelaksanaan Desentralisasi. Semakin kecil nilai indeks, semakin
baik tingkat pemerataan kemampuan keuangan antardaerah.

Total Belanja Belanja Pegawai + Belanja Barang+ Belanja Modal


Daerah Rata- =
Rata
Jumlah provinsi atau kabupaten/kota

Dalam penghitungan Total Belanja Daerah Rata-rata tidak dimasukkan data


belanja daerah yang jauh di atas dan/atau di bawah rata-rata (outlier), agar
lebih mencerminkan tingkat kewajaran total belanja rata-rata daerah.
Indeks jumlah penduduk dihitung dengan rumus:
Jml penduduk daerahi
Indeks jumlah
penduduk daerahi =
Rata-rata jml penduduk secara Nasional

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


330 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Indeks luas wilayah dihitung dengan rumus:
Luas wilayah daerahi
Indeks luas wilayah =
daerahi
Rata-rata luas wilayah secara Nasional

Indeks kemahalan konstruksi dihitung dengan rumus:

Indeks kemahalan Indeks kemahalan kons. daerahi


konstruksi daerahi =
Rata-rata kemahalan kons. secara Nasional

Indeks pembangunan manusia dihitung dengan rumus:

Indeks pemb. man Indeks IPM daerahi


daerahi =
Rata-rata IPM secara Nasional

Indeks PDRB per kapita dihitung dengan rumus:

Indeks PDRB per PDRB per kapita daerahi


kapita daerahi =
Rata-rata PDRB per kapita Nasional

Ayat (2)
Cara penghitungan kapasitas fiskal:

Kapasitas Fiskal = Pendapatan Asli daerah + Dana Bagi Hasil

Pasal 45
Ayat (1)
Kebutuhan Fiskal = Rp150miliar
Kapasitas Fiskal = Rp100miliar
Alokasi Dasar = Rp50miliar
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13331


3
= Rp150miliar Rp100miliar = 50 miliar
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
Total DAU = Rp50miliar + Rp50miliar
= Rp100miliar
Ayat (2)
Contoh perhitungan: Kebutuhan Fiskal sama dengan Kapasitas Fiskal
Kebutuhan Fiskal = Rp100miliar
Kapasitas Fiskal = Rp100miliar
Alokasi Dasar = Rp50miliar
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal
= Rp100miliar Rp100miliar = 0
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
Total DAU = Rp50miliar + Rp0miliar
= Rp50miliar
Ayat (3)
Dalam hal celah fiskal negatif maka jumlah DAU yang diterima Daerah
adalah sebesar Alokasi Dasar setelah diperhitungkan dengan celah fiskalnya.
Contoh perhitungan:
Kebutuhan Fiskal = Rp100miliar
Kapasitas Fiskal = Rp125miliar
Alokasi Dasar = Rp50miliar
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal
= Rp100miliar Rp125miliar = Rp-25miliar (negatif)
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
Total DAU = Rp50miliar + (- Rp25miliar)
= Rp25miliar

Ayat (4)
Contoh perhitungan: Celah Fiskal (negatif) melebihi Alokasi Dasar

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


332 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kebutuhan Fiskal = Rp100miliar
Kapasitas Fiskal = Rp175miliar
Alokasi Dasar = Rp50miliar
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal
= Rp100miliar Rp175miliar = -Rp75miliar (negatif)
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
Total DAU = Rp50miliar + (-Rp75miliar)
= -Rp25miliar atau disesuaikan menjadi Rp0 (nol)
Apabila dalam proses pengalokasian DAU ada daerah yang CF-nya negatif
dan nilai negatif tersebut lebih besar dari AD, dilakukan penyesuaian
sehingga daerah tersebut akan menerima DAU sama dengan nol atau tidak
mendapatkan DAU. Dengan penyesuaian tersebut, maka total DAU yang
dialokasikan secara nasional akan melebihi pagu yang ditetapkan. Untuk
menyamakan dengan pagunya, selisih tersebut akan dkurangkan secara
proporsional terhadap DAU yang sudah dialokasikan ke daerah.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengalokasian DAU tambahan menggunakan formula DAU dan data
penghitungan DAU tahun anggaran berjalan.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup Jelas

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3333


3
Pasal 51
Ayat (1)
Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah mengutamakan kegiatan
pembangunan dan/atau pengadaan dan/atau peningkatan dan/atau
perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan
umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Rencana Kerja Pemerintah merupakan hasil Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Nasional yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional
tersebut diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintah (Menteri,
Gubernur dan Bupati/Walikota).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Ayat (1)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


334 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kemampuan Penerimaan Belanja
=
keuangan daerah umum APBD PNSD

Penerimaan umum APBD = PAD + DAU + (DBH DBHDR)


Ayat (2)
Indeks fiskal netto dirumuskan:

FNi FNi
IFN i = N =
FN i FN

FN i = (PUi, t-2 - BP i, t-2)

i = 1, 2, , N
IFNi = Indeks Fiskal Netto daerah i
FNi = Fiskal Netto daerah i
N = Jumlah Daerah
PUi , t-2 = Penerimaan Umum (PAD+(DBH-DBH DR)+DAU) daerah i,
pada waktu t-2
BPi , t-2 = Belanja Pegawai (Gaji PNSD) daerah i, pada waktu t-2
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Huruf a
Misalnya UU No. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi
Papua dan UU No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.
Huruf b
Contoh karakteristik daerah antara lain adalah daerah pesisir dan
kepulauan, daerah perbatasan darat dengan negara lain, daerah
tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor,
serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 53335


3
Ayat (2)
Indeks kewilayahan dirumuskan:
(X1 +X 2 + .... + X N )i KWi
IKWi = ) N =
( X1 + X 2 + .... + X N ) i KW

N = jumlah daerah
IKWi = Indeks Kharakeristik wilayah daerah i
X1 = daerah perbatasan
X2 = daerah pesisir dan kepulauan

Kriteria khusus ini ditetapkan setiap tahun oleh pemerintah sesuai


dengan kebijakan pembangunan nasional pada tahun anggaran
bersangkutan.

Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi DAK per daerah ditetapkan paling
lambat 2 (dua) minggu setelah UU APBN ditetapkan.

Pasal 59
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK ditetapkan paling lambat 2 (dua) minggu
setelah penetapan alokasi DAK oleh Menteri Keuangan.
Pasal 60
Cukup jelas.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


336 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 61
Ayat (1)
Kewajiban penyediaan Dana Pendamping menunjukkan komitmen daerah
terhadap bidang kegiatan yang didanai dari DAK yang merupakan
kewenangan daerah.
Ayat (2)
Yang dimaksud kegiatan fisik adalah kegiatan diluar kegiatan administrasi
proyek, kegiatan penyiapan proyek fisik, kegiatan penelitian, kegiatan
pelatihan, kegiatan perjalanan pegawai daerah, dan kegiatan umum lain
yang sejenis.
Ayat (3)
Yang dimaksud daerah dengan kemampuan keuangan tertentu adalah
daerah yang selisih antara penerimaan umum APBD dan Belanja
Pegawainya sama dengan 0 (nol) atau negatif.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Format laporan diatur lebih lanjut oleh menteri terkait.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Mekanisme penundaan penyaluran DAK diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Menteri Keuangan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 73337


3
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Formula DAU digunakan mulai tahun anggaran 2006, tetapi sampai dengan
tahun anggaran 2007 alokasi DAU yang diberlakukan untuk masing-masing
daerah ditetapkan tidak lebih kecil dari tahun anggaran 2005.
Sampai dengan tahun anggaran 2007 apabila DAU untuk provinsi tertentu
lebih kecil dari tahun anggaran 2005, kepada provinsi yang bersangkutan
dialokasikan Dana Penyesuaian yang besarnya sesuai dengan kemampuan
dan perekonomian negara.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4575

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


338 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2005
Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 58 TAHUN 2005
TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
bahwa untuk melaksanakan Pasal 182 dan Pasal 194 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 69 dan Pasal 86 Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389)
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13441
3
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.
6. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
8. Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan
bersama kepala daerah, termasuk Qanun yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua.
9. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah
kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
10. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang
karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah.
11. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala
satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
12. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang
bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
13. Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan tugas bendahara
umum daerah.
14. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/barang.
15. Unit kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program.
16. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat
pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program sesuai dengan bidang tugasnya.
17. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.
18. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan
sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi SKPD.
19. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik
daerah.
20. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
342 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
21. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang
ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
22. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
23. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
24. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
25. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
26. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
27. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
28. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja
daerah.
29. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan belanja
daerah.
30. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
31. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih
lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
32. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
33. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaran
berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut
dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun
berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.
34. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun
anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran
tahun berikutnya.
35. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur.
36. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian
efisiensi alokasi dana.
37. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
38. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu
atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk
mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
39. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit
kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program
dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa
personal (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi,
dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
40. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3443
3
41. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan
kebijakan.
42. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
43. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD
adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
44. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1
(satu) tahun.
45. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD
serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.
46. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang
memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
47. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS
merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan
kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD.
48. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD
merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.
49. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara
pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.
50. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen
yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan
SPM.
51. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang
digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.
52. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.
53. Uang Persediaan adalah sejumlah uang tunai yang disediakan untuk satuan kerja
dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari.
54. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP
adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/ku3asa pengguna anggaran
untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan
sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan operasional kantor sehari-hari.
55. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-
GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya
dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.
56. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena
kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan.
57. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah
dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat
perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat
lainnya yang sah.
58. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
344 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
59. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/atau
kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan
perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
60. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
61. Sistem Pengendalian Intern Keuangan Daerah merupakan suatu proses yang
berkesinambungan yang dilakukan oleh lembaga/badan/unit yang mempunyai tugas
dan fungsi melakukan pengendalian melalui audit dan evaluasi, untuk menjamin agar
pelaksanaan kebijakan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan rencana dan
peraturan perundang-undangan.
62. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan
pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
63. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit
kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
64. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan
SPP.
65. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti
bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Bagian Kedua
Ruang Lingkup

Pasal 2
Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman;
b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan daerah;
d. pengeluaran daerah;
e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum

Pasal 3
Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi:
a. asas umum pengelolaan keuangan daerah;
b. pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah;
c. struktur APBD;
d. penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD;
e. penyusunan dan penetapan APBD;
f. pelaksanaan dan perubahan APBD;
g. penatausahaan keuangan daerah;
h. pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
i. pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD;
j. pengelolaan kas umum daerah;
k. pengelolaan piutang daerah;
l. pengelolaan investasi daerah;
m. pengelolaan barang milik daerah;

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 53445
3
n. pengelolaan dana cadangan;
o. pengelolaan utang daerah;
p. pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah;
q. penyelesaian kerugian daerah;
r. pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah;
s. pengaturan pengelolaan keuangan daerah.

Bagian Ketiga
Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 4
(1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
(2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi
yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan
daerah.

BAB II

KEKUASAAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama
Pemegang Kekuasaan
Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 5
(1) Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;
c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang;
d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;
f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang
daerah;
g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah;
dan
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran.
(3) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh:
a. kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku PPKD;
b.kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.
(4) Dalam pelaksanaan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sekretaris
daerah bertindak selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.
(5) Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
346 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Bagian Kedua
Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 6
(1) Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (4) mempunyai tugas koordinasi di bidang:
a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;
b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;
c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
d. penyusunan Raperda APBD, Perubahan APBD, dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan
daerah; dan
f. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
(2) Selain tugas-tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) koordinator pengelolaan
keuangan daerah juga mempunyai tugas:
a. memimpin tim anggaran pemerintah daerah;
b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;
d. memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD; dan
e. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
(3) Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada kepala daerah.

Bagian Ketiga
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Pasal 7
(1) PPKD mempunyai tugas sebagai berikut:
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah;
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD; dan
f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala
daerah.
(2) PPKD selaku BUD berwenang:
a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. mengesahkan DPA-SKPD;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas
daerah;
e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau
lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;
g. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;
h. menyimpan uang daerah;
i. menetapkan SPD;
j. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan
investasi;
k. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas
beban rekening kas umum daerah;

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 73447
3
l. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah
daerah;
m. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
n. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
o. melakukan penagihan piutang daerah;
p. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
q. menyajikan informasi keuangan daerah;
r. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang
milik daerah.

Pasal 8
(1) PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan
daerah selaku kuasa BUD.
(2) Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan kepala daerah.
(3) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas:
a. menyiapkan anggaran kas;
b. menyiapkan SPD;
c. menerbitkan SP2D; dan
d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;
(4) Kuasa BUD selain melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (3) juga
melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), huruf f,
huruf g, huruf h, huruf j, huruf k, huruf m, huruf n, dan huruf o.
(5) Kuasa BUD bertanggung jawab kepada PPKD.

Pasal 9
Pelimpahan wewenang selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4), dapat
dilimpahkan kepada pejabat lainnya di lingkungan satuan kerja pengelolaan keuangan
daerah.

Bagian Keempat
Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Daerah

Pasal 10
Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang daerah mempunyai tugas dan wewenang:
a. menyusun RKA-SKPD;
b. menyusun DPA-SKPD;
c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;
d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran
yang telah ditetapkan;
h. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya;
i. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD yang dipimpinnya;
j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;
k. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
l. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah;
m. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui
sekretaris daerah.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
348 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 11
(1) Pejabat pengguna anggaran dalam melaksanakan tugas dapat melimpahkan sebagian
kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna
anggaran/pengguna barang.
(2) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala
daerah atas usul kepala SKPD.
(3) Penetapan kepala unit kerja pada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang
yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan
pertimbangan objektif lainnya.
(4) Kuasa pengguna anggaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
pengguna anggaran/pengguna barang.

Bagian Kelima
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD

Pasal 12
(1) Pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dalam melaksanakan program
dan kegiatan dapat menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK.
(2) PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas mencakup:
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;
c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

Pasal 13
(1) Penunjukan PPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) berdasarkan
pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau
rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
(2) PPTK bertanggung jawab kepada pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran.

Bagian Keenam
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

Pasal 14
(1) Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggaran yang dimuat
dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi
tata usaha keuangan pada SKPD sebagai pejabat penatausahaan keuangan SKPD.
(2) Pejabat penatausahaan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas:
a. meneliti kelengkapan SPP-LS yang diajukan oleh PPTK;
b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran;
c. menyiapkan SPM; dan
d. menyiapkan laporan keuangan SKPD.
(3) Pejabat penatausahaan keuangan SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang
bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau
PPTK.

Bagian Ketujuh
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

Pasal 15
(1) Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara penerimaan untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan
pada SKPD.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 93449
3
(2) Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara pengeluaran untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja
pada SKPD.
(3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) adalah pejabat fungsional.
(4) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang melakukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan
dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/
pekerjaan/penjualan tersebut, serta menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga
keuangan lainnya atas nama pribadi.
(5) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

BAB III
ASAS UMUM DAN STRUKTUR APBD

Bagian Pertama
Asas Umum APBD

Pasal 16
(1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah.
(2) Penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada
RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya
tujuan bernegara.
(3) APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,
dan stabilisasi.
(4) APBD, Perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun
ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pasal 17
(1) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/atau
jasa dianggarkan dalam APBD.
(2) Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
(3) Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan
secara bruto dalam APBD.
(4) Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18
(1) Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup.
(2) Penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus didukung dengan dasar
hukum yang melandasinya.

Pasal 19
Tahun anggaran APBD meliputi masa 1 (satu) tahun mulai tanggal 1 Januari sampai
dengan 31 Desember.

Bagian Kedua
Struktur APBD

Pasal 20
(1) APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:
a. pendapatan daerah;

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
350 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
b. belanja daerah; dan
c. pembiayaan daerah.
(2) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi semua
penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas
dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak
perlu dibayar kembali oleh Daerah.
(3) Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi semua
pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana
lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.
(4) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.

Bagian Ketiga
Pendapatan Daerah

Pasal 21
Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. Dana Perimbangan; dan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pasal 22
(1) Pendapatan asli daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a terdiri atas:
a. pajak daerah;
b. retribusi daerah;
c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. lain-lain PAD yang sah.
(2) Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d mencakup:
a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b. hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
c. jasa giro;
d. pendapatan bunga;
e. tuntutan ganti rugi;
f. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
g. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Pasal 23
Pendapatan Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b meliputi :
a. Dana Bagi Hasil;
b. Dana Alokasi Umum; dan
c. Dana Alokasi Khusus.

Pasal 24
Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD
dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang
ditetapkan pemerintah.

Pasal 25
(1) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 merupakan bantuan berupa uang,
barang, dan/atau jasa yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan badan usaha
dalam negeri atau luar negeri yang tidak mengikat.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13551
3
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam peraturan perundangan tersendiri.

Bagian Keempat
Belanja Daerah

Pasal 26
(1) Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib
dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
(2) Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
(3) Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal
berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 27
(1) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) diklasifikasikan
menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja.
(2) Klasifikasi belanja menurut organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah.
(3) Klasifikasi belanja menurut fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan; dan
b. klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.
(4) Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a diklasifikasikan menurut kewenangan pemerintahan provinsi dan
kabupaten/kota.
(5) Klasifikasi belanja menurut fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b yang
digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara
terdiri dari:
a. pelayanan umum;
b. ketertiban dan keamanan;
c. ekonomi;
d. lingkungan hidup;
e. perumahan dan fasilitas umum;
f. kesehatan;
g. pariwisata dan budaya;
h. agama;
i. pendidikan; serta
j. perlindungan sosial.
(6) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
(7) Klasifikasi belanja menurut jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari:
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa;
c. belanja modal;
d. bunga;
e. subsidi;
f. hibah;
g. bantuan sosial;
h. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
352 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
i. belanja tidak terduga.
(8) Penganggaran dalam APBD untuk setiap jenis belanja sebagaimana dimaksud pada
ayat (7), berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Bagian Kelima
Pembiayaan Daerah

Pasal 28
(1) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c terdiri
dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
(2) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya;
b. pencairan dana cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman; dan
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman.
(3) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. pembentukan dana cadangan;
b. penyertaan modal pemerintah daerah;
c. pembayaran pokok utang; dan
d. pemberian pinjaman.
(4) Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap
pengeluaran pembiayaan.
(5) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran.

BAB IV
PENYUSUNAN RANCANGAN APBD

Bagian Pertama
Rencana Kerja Pemerintahan Daerah

Pasal 29
RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP Daerah dengan
memperhatikan RPJM Nasional dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh
pemerintah.

Pasal 30
RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah kepala daerah dilantik.

Pasal 31
(1) SKPD menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
(2) Penyusunan Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada
RPJMD.

Pasal 32
(1) Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD
dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.
(2) Renja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran dari
Renstra SKPD yang disusun berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program
dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3553
3
(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur
dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah
maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
(4) Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempertimbangkan
prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 33
(1) RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) disusun untuk menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan.
(2) Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun
anggaran sebelumnya.
(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah.

Bagian Kedua
Kebijakan Umum APBD

Pasal 34
(1) Kepala daerah berdasarkan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1),
menyusun rancangan kebijakan umum APBD.
(2) Penyusunan rancangan kebijakan umum APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri setiap tahun.
(3) Kepala daerah menyampaikan rancangan kebijakan umum APBD tahun anggaran
berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai landasan penyusunan
RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni tahun anggaran
berjalan.
(4) Rancangan kebijakan Umum APBD yang telah dibahas kepala daerah bersama
DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD.

Bagian Ketiga
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Pasal 35
(1) Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan
DPRD membahas rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang
disampaikan oleh kepala daerah.
(2) Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran
sebelumnya.
(3) Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan;
b. menentukan urutan program dalam masing-masing urusan;
c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.
(4) Kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah
dibahas dan disepakati bersama kepala daerah dan DPRD dituangkan dalam nota
kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD.
(5) Kepala daerah berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
menerbitkan pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai pedoman kepala SKPD
menyusun RKA-SKPD.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
354 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Bagian Keempat
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Pasal 36
(1) Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada Pasal
35 ayat (5), Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.
(2) RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran
jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan
prestasi kerja.

Pasal 37
Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah
dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju yang berisi perkiraan kebutuhan
anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran
berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan dan merupakan implikasi kebutuhan
dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya.

Pasal 38
Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan
mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan SKPD
untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran.

Pasal 39
(1) Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran
dan hasil tersebut.
(2) Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja,
standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.
(3) Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan
keputusan kepala daerah.

Pasal 40
RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), memuat rencana
pendapatan, belanja untuk masing-masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk
tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja, dan
pembiayaan, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya.

Bagian Kelima
Penyiapan Raperda APBD

Pasal 41
(1) RKA-SKPD yang telah disusun oleh kepala SKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 ayat (1) disampaikan kepada PPKD.
(2) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya dibahas oleh tim
anggaran pemerintah daerah.
(3) Pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan kebijakan
umum APBD, prioritas dan plafon anggaran sementara, prakiraan maju yang telah
disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya, serta
capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan
standar pelayanan minimal.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 53555
3
Pasal 42
(1) PPKD menyusun rancangan peraturan daerah tentang APBD berikut dokumen
pendukung berdasarkan RKA-SKPD yang telah ditelaah oleh tim anggaran
pemerintah daerah.
(2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas nota
keuangan, dan rancangan APBD.

BAB V
PENETAPAN APBD

Bagian Pertama
Penyampaian dan Pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

Pasal 43
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD kepada DPRD
disertai penjelasan dan dokumen pendukungnya pada minggu pertama bulan Oktober
tahun sebelumnya untuk dibahas dalam rangka memperoleh persetujuan bersama.

Pasal 44
(1) Tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan sesuai
dengan peraturan tata tertib DPRD mengacu pada peraturan perundang-undangan.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menitikberatkan pada kesesuaian
antara kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran sementara dengan
program dan kegiatan yang diusulkan dalam rancangan peraturan daerah tentang
APBD.

Bagian Kedua
Persetujuan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

Pasal 45
(1) Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
(2) Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala daerah
menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

Pasal 46
(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
tidak mengambil keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-
tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai
keperluan setiap bulan, yang disusun dalam rancangan peraturan kepala daerah
tentang APBD.
(2) Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang
bersifat wajib.
(3) Rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi
provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.
(4) Pengesahan terhadap rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak
diterimanya rancangan dimaksud.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
356 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(5) Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) belum disahkan,
rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan menjadi peraturan
kepala daerah tentang APBD.

Bagian Keempat

Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah


tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran RAPBD

Pasal 47
(1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama
DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelum
ditetapkan oleh gubernur paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada
Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Menteri
Dalam Negeri kepada gubernur selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung
sejak diterimanya rancangan dimaksud.
(3) Apabila Menteri Dalam Negeri tidak memberikan hasil evaluasi dalam waktu 15
(lima belas) hari terhitung sejak rancangan diterima, maka gubernur dapat
menetapkan rancangan peraturan daerah APBD menjadi peraturan daerah APBD
dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan
gubernur tentang penjabaran APBD.
(4) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD
sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah
dan peraturan gubernur.
(5) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(6) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur
tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan
peraturan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan
peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan daerah dan
peraturan gubernur dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun
sebelumnya.

Pasal 48
(1) Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD yang telah disetujui
bersama DPRD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD
sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota paling lambat 3 (tiga) hari kerja
disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi.
(2) Hasil evaluasi disampaikan oleh gubernur kepada bupati/walikota selambat-
lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.
(3) Apabila gubernur tidak memberikan hasil evaluasi dalam waktu 15 (limabelas) hari
sejak rancangan diterima, maka bupati/walikota dapat menetapkan rancangan
peraturan daerah APBD menjadi peraturan daerah APBD dan rancangan peraturan
bupati/walikota tentang penjabaran APBD menjadi peraturan bupati/walikota tentang
penjabaran APBD.
(4) Apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang
APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD sudah
sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 73557
3
tinggi, bupati/walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah
dan peraturan bupati/walikota.
(5) Apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang
APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(6) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, dan
bupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan
rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD menjadi Peraturan
daerah dan peraturan bupati/walikota, gubernur membatalkan peraturan daerah dan
peraturan bupati/walikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD
tahun sebelumnya.

Pasal 49
(1) Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 ayat (6) dan Pasal 48 ayat (6), kepala daerah harus memberhentikan
pelaksanaan peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah
mencabut peraturan daerah dimaksud.
(2) Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (6) dan
Pasal 48 ayat (6) dilakukan dengan peraturan daerah tentang pencabutan peraturan
daerah tentang APBD.
(3) Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 ayat (6) dan Pasal 48 ayat (6) ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah.

Pasal 50
Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang
penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri.

Pasal 51
Hasil evaluasi atas rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan
kepala daerah tentang penjabaran APBD ditetapkan dengan keputusan Menteri Dalam
Negeri untuk APBD provinsi dan keputusan gubernur untuk APBD kabupaten/kota.

Pasal 52
(1) Penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (5) dan
Pasal 48 ayat (5) dilakukan kepala daerah bersama dengan Panitia Anggaran DPRD.
(2) Hasil penyempurnaan sebagaimana tersebut pada ayat (1) ditetapkan oleh pimpinan
DPRD.
(3) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikan dasar
penetapan peraturan daerah tentang APBD.
(4) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan pada
sidang paripurna berikutnya.
(5) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan
kepada Menteri Dalam Negeri untuk APBD provinsi dan kepada gubernur untuk
APBD kabupaten/kota, paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan tersebut
ditetapkan.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
358 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Bagian Kelima

Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD


dan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD

Pasal 53
(1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah
menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD.
(2) Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat-
lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya.
(3) Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan
gubernur bagi kabupaten/kota selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
ditetapkan.

BAB VI
PELAKSANAAN APBD

Bagian Pertama
Asas Umum Pelaksanaan APBD

Pasal 54
(1) SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah untuk
tujuan yang tidak tersedia anggarannya, dan/atau yang tidak cukup tersedia
anggarannya dalam APBD.
(2) Pelaksanaan belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus didasarkan
pada prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah

Pasal 55
(1) PPKD paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah APBD ditetapkan, memberitahukan
kepada semua kepala SKPD agar menyusun dan menyampaikan rancangan DPA-
SKPD.
(2) Rancangan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merinci sasaran yang
hendak dicapai, fungsi, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk
mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja serta
pendapatan yang diperkirakan.
(3) Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD yang telah disusunnya kepada
PPKD paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan.

Pasal 56
(1) Tim anggaran pemerintah daerah melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD
bersama-sama dengan kepala SKPD yang bersangkutan.
(2) Verifikasi atas rancangan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diselesaikan paling lambat 15 (lima belas) hari kerja, sejak ditetapkannya peraturan
kepala daerah tentang penjabaran APBD.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 93559
3
(3) Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD
mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.
(4) DPA-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan
kepada kepala SKPD yang bersangkutan, kepada satuan kerja pengawasan daerah,
dan BPK selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.
(5) DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai dasar
pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran/barang.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah

Pasal 57
(1) Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah.
(2) Bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas
umum daerah selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja.
(3) Setiap penerimaan harus didukung oleh bukti yang lengkap atas setoran dimaksud.

Pasal 58
(1) SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan
daerah.
(2) SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima dan/atau kegiatannya
berdampak pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan
penerimaan tersebut.

Pasal 59
(1) Penerimaan SKPD yang merupakan penerimaan daerah tidak dapat dipergunakan
langsung untuk pengeluaran.
(2) Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari
penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa
termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat
penyimpanan dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan
barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.
(3) Semua penerimaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila berbentuk
uang harus segera disetor ke kas umum daerah dan berbentuk barang menjadi
milik/aset daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah.

Pasal 60
(1) Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan ganti rugi dan
sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada rekening penerimaan yang
bersangkutan untuk pengembalian penerimaan yang terjadi dalam tahun yang sama.
(2) Untuk pengembalian kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.

Bagian Keempat
Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

Pasal 61
(1) Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak
yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
(2) Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum
rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam
lembaran daerah.
(3) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak termasuk belanja yang
bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
360 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 62
Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan SPD, atau DPA-SKPD, atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.

Pasal 63
(1) Gaji pegawai negeri sipil daerah dibebankan dalam APBD.
(2) Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai
negeri sipil daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan
kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 64
Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya,
wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke
rekening Kas Negara pada bank pemerintah atau bank lain yang ditetapkan Menteri
Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai ketentuan
perundang-undangan.

Pasal 65
(1) Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPM yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan penerbitan SP2D
oleh kuasa BUD.
(3) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kuasa
BUD berkewajiban untuk:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang tercantum dalam
perintah pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran daerah; dan
e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
pengguna anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 66
(1) Penerbitan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima kecuali
ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara
pengeluaran.
(3) Bendahara pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang
dikelolanya setelah:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah
pembayaran; dan
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
(4) Bendahara pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran apabila persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
dipenuhi.
(5) Bendahara pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang
dilaksanakannya.

Pasal 67
Kepala daerah dapat memberikan izin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan
pengeluaran di lingkungan SKPD.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13661
3
Pasal 68
Setelah tahun anggaran berakhir, kepala SKPD selaku pengguna anggaran dilarang
menerbitkan SPM yang membebani tahun anggaran berkenaan.

Bagian Kelima
Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

Pasal 69
(1) Pengelolaan anggaran pembiayaan daerah dilakukan oleh PPKD.
(2) Semua penerimaan dan pengeluaraan pembiayaan daerah dilakukan melalui
Rekening Kas Umum Daerah.

Pasal 70
(1) Pemindahbukuan dari rekening dana cadangan ke Rekening Kas Umum Daerah
dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan, setelah jumlah dana cadangan
yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan
yang berkenaan mencukupi.
(2) Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling tinggi sejumlah pagu
dana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalam
tahun anggaran berkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang pembentukan dana cadangan.
(3) Pemindahbukuan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan surat perintah
pemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD.

Pasal 71
(1) Penjualan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dilakukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
(2) Pencatatan penerimaan atas penjualan kekayaan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didasarkan pada bukti penerimaan yang sah.

Pasal 72
(1) Penerimaan pinjaman daerah didasarkan pada jumlah pinjaman yang akan diterima
dalam tahun anggaran yang bersangkutan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
perjanjian pinjaman berkenaan.
(2) Penerimaan pinjaman dalam bentuk mata uang asing dibukukan dalam nilai rupiah.

Pasal 73
Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah didasarkan pada perjanjian pemberian
pinjaman daerah sebelumnya, untuk kesesuaian pengembalian pokok pinjaman dan
kewajiban lainnya yang menjadi tanggungan pihak peminjam.

Pasal 74
(1) Jumlah pendapatan daerah yang disisihkan untuk pembentukan dana cadangan
dalam tahun anggaran bersangkutan sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam
peraturan daerah.
(2) Pemindahbukuan jumlah pendapatan daerah yang disisihkan yang ditransfer dari
rekening kas umum daerah ke rekening dana cadangan dilakukan dengan surat
perintah pemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD.

Pasal 75
Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan
disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang penyertaan modal daerah berkenaan.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
362 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 76
Pembayaran pokok utang didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan sesuai dengan
perjanjian pinjaman dan pelaksanaannya merupakan prioritas utama dari seluruh
kewajiban pemerintah daerah yang harus diselesaikan dalam tahun anggaran yang
berkenaan.

Pasal 77
Pemberian pinjaman daerah kepada pihak lain berdasarkan keputusan kepala daerah atas
persetujuan DPRD.

Pasal 78
Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran
pokok utang dan pemberian pinjaman daerah dilakukan berdasarkan SPM yang
diterbitkan oleh PPKD.

Pasal 79
Dalam rangka pelaksanaan pengeluaran pembiayaan, kuasa BUD berkewajiban untuk:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran/pemindah bukuan yang diterbitkan oleh
PPKD;
b. menguji kebenaran perhitungan pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam
perintah pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran atas pengeluaran pembiayaan
tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

BAB VII
LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA
APBD DAN PERUBAHAN APBD

Bagian Pertama
Laporan Realisasi Semester Pertama APBD

Pasal 80
(1) Pemerintah daerah menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dan
prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD selambat-
lambatnya pada akhir bulan Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas
bersama antara DPRD dan pemerintah daerah.

Bagian Kedua
Perubahan APBD

Pasal 81
(1) Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan, dibahas
bersama DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka penyusunan prakiraan
perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD;
b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit
organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja;
c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan untuk tahun berjalan;
d. keadaan darurat; dan
e. keadaan luar biasa.
(2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan
APBD, dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3663
3
(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d sekurang-kurangnya
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak
dapat diprediksikan sebelumnya;
b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;
c. berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan
d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan
yang disebabkan oleh keadaan darurat.

Pasal 82
(1) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran,
kecuali dalam keadaan luar biasa.
(2) Keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1) huruf e adalah
keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD
mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen).

Pasal 83
(1) Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang perubahan
APBD tahun anggaran yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan DPRD
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.
(2) Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun
anggaran.

Pasal 84
(1) Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD
dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD
menjadi peraturan daerah dan peraturan kepala daerah berlaku ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal 52, dan Pasal 53.
(2) Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditindaklanjuti oleh
kepala daerah dan DPRD, dan kepala daerah tetap menetapkan rancangan peraturan
daerah tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran perubahan APBD, peraturan daerah dan peraturan kepala daerah
dimaksud dibatalkan dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun
berjalan termasuk untuk pendanaan keadaan darurat.
(3) Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD provinsi dan peraturan
gubernur tentang penjabaran perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri.
(4) Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD kabupaten/kota dan
peraturan bupati/walikota tentang penjabaran perubahan APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh gubernur.

Pasal 85
(1) Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan tentang pembatalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 84 ayat (3) dan ayat (4), Kepala daerah wajib
memberhentikan pelaksanaan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan
selanjutnya kepala daerah bersama DPRD mencabut peraturan daerah dimaksud.
(2) Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang perubahan APBD.
(3) Pelaksanaan pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat dan/atau keadaan luar
biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2) ditetapkan dengan peraturan
kepala daerah.
(4) Realisasi pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat dan/atau keadaan luar biasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicantumkan dalam rancangan peraturan
daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
364 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
BAB VIII
PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama
Asas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah

Pasal 86
(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/pengeluaran
dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan
daerah, wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan
dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung
jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud.

Bagian Kedua
Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah

Pasal 87
(1) Untuk pelaksanaan APBD, kepala daerah menetapkan:
a. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;
b. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;
c. pejabat yang diberi wewenang mengesahkan surat pertanggungjawaban (SPJ);
d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SP2D;
e. bendahara penerimaan/pengeluaran; dan
f. pejabat lainnya yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBD.
(2) Penetapan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum
dimulainya tahun anggaran berkenaan.

Pasal 88
Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalam melaksanakan tugas-tugas
kebendaharaan pada satuan kerja dalam SKPD dapat dibantu oleh pembantu bendahara
penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran sesuai kebutuhan dengan
keputusan kepala SKPD.

Pasal 89
(1) PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan SPD dengan mempertimbangkan
penjadwalan pembayaran pelaksanaan program dan kegiatan yang dimuat dalam
DPA-SKPD.
(2) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh kuasa BUD untuk
ditandatangani oleh PPKD.

Bagian Ketiga
Penatausahaan Bendahara Penerimaan

Pasal 90
(1) Penyetoran penerimaan pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3)
dilakukan dengan uang tunai.
(2) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke rekening kas umum daerah
pada bank pemerintah yang ditunjuk, dianggap sah setelah kuasa BUD menerima
nota kredit.
(3) Bendahara penerimaan dilarang menyimpan uang, cek, atau surat berharga yang
dalam penguasaannya lebih dari 1 (satu) hari kerja dan/atau atas nama pribadi pada
bank atau giro pos.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 53665
3
Pasal 91
(1) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap
seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung
jawabnya.
(2) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
(3) PPKD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban
penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Bagian Keempat
Penatausahaan Bendahara Pengeluaran

Pasal 92
(1) Permintaan pembayaran dilakukan melalui penerbitan SPP-LS, SPP-UP, SPP-GU,
dan SPP-TU.
(2) PPTK mengajukan SPP-LS melalui pejabat penatausahaan keuangan pada SKPD
kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah diterimanya tagihan dari pihak ketiga.
(3) Pengajuan SPP-LS dilampiri dengan kelengkapan persyaratan yang ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Bendahara pengeluaran melalui pejabat penatausahaan keuangan pada SKPD
mengajukan SPP-UP kepada pengguna anggaran setinggi-tingginya untuk keperluan
satu bulan.
(5) Pengajuan SPP-UP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilampiri dengan daftar
rincian rencana penggunaan dana.
(6) Untuk penggantian dan penambahan uang persediaan, bendahara pengeluaran
mengajukan SPP-GU dan/atau SPP-TU.
(7) Batas jumlah pengajuan SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harus
mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan
waktu penggunaan.

Pasal 93
(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran mengajukan permintaan uang
persediaan kepada kuasa BUD dengan menerbitkan SPM-UP.
(2) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran mengajukan penggantian uang
persediaan yang telah digunakan kepada kuasa BUD, dengan menerbitkan SPM-GU
yang dilampiri bukti asli pertanggungjawaban atas penggunaan uang persediaan
sebelumnya.
(3) Dalam hal uang persediaan tidak mencukupi kebutuhan, pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran dapat mengajukan tambahan uang persediaan kepada kuasa
BUD dengan menerbitkan SPM-TU.
(4) Pelaksanaan pembayaran melalui SPM-UP dan SPM-LS berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 94
(1) Kuasa BUD menerbitkan SP2D atas SPM yang diterima dari pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran yang ditujukan kepada bank operasional mitra
kerjanya.
(2) Penerbitan SP2D oleh Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling
lama 2 (dua) hari kerja sejak SPM diterima.
(3) Kuasa BUD berhak menolak permintaan pembayaran yang diajukan pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran bilamana:
a. pengeluaran tersebut melampaui pagu; dan/atau
b. tidak didukung oleh kelengkapan dokumen sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
366 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(4) Dalam hal kuasa BUD menolak permintaan pembayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), SPM dikembalikan paling lama 1 (satu) hari kerja setelah diterima.

Pasal 95
Tata cara penatausahaan bendahara pengeluaran diatur lebih lanjut dalam peraturan
kepala daerah.

Bagian Kelima
Akuntansi Keuangan Daerah

Pasal 96
(1) Pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah daerah yang mengacu
kepada standar akuntansi pemerintahan.
(2) Sistem akuntansi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah mengacu pada peraturan daerah tentang pengelolaan
keuangan daerah.

Pasal 97
Kepala daerah berdasarkan standar akuntansi pemerintahan menetapkan peraturan kepala
daerah tentang kebijakan akuntansi.

Pasal 98
(1) Sistem akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi:
a. prosedur akuntansi penerimaan kas;
b. prosedur akuntansi pengeluaran kas;
c. prosedur akuntansi aset;
d. prosedur akuntansi selain kas.
(2) Sistem akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan prinsip
pengendalian intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

Pasal 99
(1) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi
keuangan, aset, utang dan ekuitas dana, yang berada dalam tanggung jawabnya.
(2) Penyelenggaraan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pencatatan/penatausahaan atas transaksi keuangan di lingkungan SKPD dan
menyiapkan laporan keuangan sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan
barang yang dikelolanya.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan yang disampaikan kepada
kepala daerah melalui PPKD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
(4) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang memberikan pernyataan
bahwa pengelolaan APBD yang menjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan
berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Pasal 100
(1) PPKD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan
ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.
(2) PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Neraca;
c. Laporan Arus Kas; dan

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 73667
3
d. Catatan Atas Laporan Keuangan.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dan disajikan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiri dengan laporan
ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan badan usaha milik
daerah/perusahaan daerah.
(5) Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun
berdasarkan laporan keuangan SKPD.
(6) Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada kepala daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.

Pasal 101
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.

Pasal 102
(1) Laporan keuangan pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat
(2) disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
(2) Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan
dari pemerintah daerah.
(3) Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) BPK belum
menyampaikan laporan hasil pemeriksaan, rancangan peraturan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 101 diajukan kepada DPRD.

Pasal 103
Kepala daerah memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan
keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (1).

BAB X
PENGENDALIAN
DEFISIT DAN PENGGUNAAN SURPLUS APBD

Bagian Pertama
Pengendalian Defisit APBD

Pasal 104
(1) Dalam hal APBD diperkirakan defisit ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk
menutupi defisit tersebut dalam peraturan daerah tentang APBD.
(2) Defisit APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditutup dengan pembiayaan
netto.

Pasal 105
Dalam rangka pengendalian fiskal nasional, Menteri Keuangan menetapkan batas
maksimal jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD.

Pasal 106
(1) Berdasarkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105, Menteri Keuangan setelah memperoleh
pertimbangan Menteri Dalam Negeri menetapkan batas maksimal defisit APBD
masing-masing daerah untuk setiap tahun anggaran.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
368 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) Penetapan batas maksimal defisit APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Menteri Keuangan setiap tahun pada bulan Agustus.
(3) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaran
berkenaan.
(4) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat
dilakukan penundaan atas penyaluran Dana Perimbangan.

Pasal 107
Defisit APBD dapat ditutup dari sumber pembiayaan:
a. sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) daerah tahun sebelumnya;
b. pencairan dana cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman; dan/atau
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Bagian Kedua
Penggunaan Surplus APBD

Pasal 108
Dalam hal APBD diperkirakan surplus, penggunaannya ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang APBD.

Pasal 109
Penggunaan surplus APBD diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan dana
cadangan, dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial.

BAB XI
KEKAYAAN DAN KEWAJIBAN

Bagian Pertama
Pengelolaan Kas Umum Daerah

Pasal 110
Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran daerah dilaksanakan melalui rekening kas
umum daerah.

Pasal 111
(1) Dalam rangka pengelolaan uang daerah, PPKD membuka rekening kas umum daerah
pada bank yang ditentukan oleh kepala daerah.
(2) Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran daerah, kuasa BUD
dapat membuka rekening penerimaan dan rekening pengeluaran pada bank yang
ditetapkan oleh kepala daerah.
(3) Rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk
menampung penerimaan daerah setiap hari.
(4) Saldo rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setiap akhir hari
kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening kas umum daerah.
(5) Rekening pengeluaran pada bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dengan
dana yang bersumber dari rekening kas umum daerah.
(6) Jumlah dana yang disediakan pada rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disesuaikan dengan rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan
pemerintahan yang telah ditetapkan dalam APBD.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 93669
3
Pasal 112
(1) Pemerintah daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang
disimpan pada bank umum berdasarkan tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang
berlaku.
(2) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan pendapatan asli daerah.

Pasal 113
(1) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum didasarkan
pada ketentuan yang berlaku pada bank umum yang bersangkutan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada belanja daerah.

Bagian Kedua
Pengelolaan Piutang Daerah

Pasal 114
(1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja, dan kekayaan
daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya
dengan tepat waktu.
(2) Pemerintah daerah mempunyai hak mendahului atas piutang jenis tertentu sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Piutang daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu,
diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan.
(4) Penyelesaian piutang daerah sebagai akibat hubungan keperdataan dapat dilakukan
melalui perdamaian, kecuali mengenai piutang daerah yang cara penyelesaiannya
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 115
(1) Piutang daerah dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan sesuai
dengan ketentuan mengenai penghapusan piutang negara dan daerah, kecuali
mengenai piutang daerah yang cara penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjang menyangkut piutang
pemerintah daerah, ditetapkan oleh:
a. kepala daerah untuk jumlah sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah);
b. kepala daerah dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Bagian Ketiga
Pengelolaan Investasi Daerah

Pasal 116
Pemerintah daerah dapat melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk
memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

Pasal 117
(1) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 merupakan
investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12
(dua belas) bulan atau kurang.
(2) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116, merupakan
investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan.

Pasal 118
(1) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 ayat (2) terdiri
dari investasi permanen dan non permanen.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
370 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk
dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik
kembali.
(3) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk
dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjual belikan atau ditarik
kembali.

Pasal 119
Pedoman Investasi permanen dan non permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118
ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Bagian Keempat
Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pasal 120
(1) Barang milik daerah diperoleh atas beban APBD dan perolehan lainnya yang sah.
(2) Perolehan lainnya yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/atau yang sejenis;
b. barang yang diperoleh dari kontrak kerja sama, kontrak bagi hasil, dan kerja sama
pemanfaatan barang milik daerah;
c. barang yang diperoleh berdasarkan penetapan karena peraturan perundang-
undangan;
d. barang yang diperoleh dari putusan pengadilan.

Pasal 121
(1) Pengelolaan barang daerah meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang
daerah yang mencakup perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan dan pengamanan.
(2) Pengelolaan barang daerah ditetapkan dengan peraturan daerah dan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima
Pengelolaan Dana Cadangan

Pasal 122
(1) Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan yang
penyediaan dananya tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.
(2) Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
peraturan daerah.
(3) Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup penetapan tujuan,
besaran, dan sumber dana cadangan serta jenis program/kegiatan yang dibiayai dari
dana cadangan tersebut.
(4) Dana cadangan yang dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber
dari penyisihan atas penerimaan daerah kecuali DAK, pinjaman daerah, dan
penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(5) Penggunaan dana cadangan dalam satu tahun anggaran menjadi penerimaan
pembiayaan APBD dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Pasal 123
(1) Dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 ayat (1) ditempatkan pada
rekening tersendiri yang dikelola oleh PPKD.
(2) Dalam hal dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum digunakan
sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio
yang memberikan hasil tetap dengan resiko rendah.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13771
3
(3) Hasil dari penempatan dalam portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menambah dana cadangan.
(4) Posisi dana cadangan dilaporkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
pertanggungjawaban APBD.

Bagian Keenam
Pengelolaan Utang Daerah

Pasal 124
(1) Kepala daerah dapat mengadakan utang daerah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.
(2) PPKD menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang pelaksanaan pinjaman
daerah.
(3) Biaya berkenaan dengan pinjaman daerah dibebankan pada anggaran belanja daerah.

Pasal 125
(1) Hak tagih mengenai utang atas beban daerah kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak
utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang.
(2) Kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertunda apabila pihak yang
berpiutang mengajukan tagihan kepada daerah sebelum berakhirnya masa
kedaluwarsa.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk pembayaran
kewajiban bunga dan pokok pinjaman daerah.

Pasal 126
Pinjaman daerah bersumber dari:
a. pemerintah;
b. pemerintah daerah lain;
c. lembaga keuangan bank;
d. lembaga keuangan bukan bank; dan
e. masyarakat.

Pasal 127
(1) Penerbitan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah setelah mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan.
(2) Persetujuan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
(3) Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
mencakup jumlah dan nilai nominal obligasi daerah yang akan diterbitkan.
(4) Penerimaan hasil penjualan obligasi daerah dianggarkan pada penerimaan
pembiayaan.
(5) Pembayaran bunga atas obligasi daerah dianggarkan pada belanja bunga dalam
anggaran belanja daerah.

Pasal 128
Pinjaman daerah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
372 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama
Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 129
Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah kepada
pemerintah daerah yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.

Pasal 130
(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 meliputi pemberian pedoman,
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan, pelatihan, serta penelitian dan
pengembangan.
(2) Pemberian pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup perencanaan
dan penyusunan APBD, penatausahaan, pertanggungjawaban keuangan daerah,
pemantauan dan evaluasi, serta kelembagaan pengelolaan keuangan daerah.
(3) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mencakup perencanaan dan penyusunan APBD, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban APBD yang dilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktu-
waktu, baik secara menyeluruh kepada seluruh daerah maupun kepada daerah
tertentu sesuai dengan kebutuhan.
(4) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
berkala bagi kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota DPRD, perangkat
daerah, dan pegawai negeri sipil daerah.

Pasal 131
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 untuk kabupaten/kota
dikoordinasikan oleh gubernur selaku wakil pemerintah.

Pasal 132
DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD.

Pasal 133
Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Kedua
Pengendalian Intern

Pasal 134
(1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem
pengendalian intern di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya.
(2) Pengaturan dan penyelenggaraan sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Pemeriksaan Ekstern

Pasal 135
Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah dilakukan oleh
BPK sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3773
3
BAB XIII
PENYELESAIAN KERUGIAN DAERAH

Pasal 136
(1) Setiap kerugian daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
(2) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan
kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian
tersebut.
(3) Kepala SKPD dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa
dalam SKPD yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak
manapun.

Pasal 137
(1) Kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala SKPD kepada
kepala daerah dan diberitahukan kepada BPK selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja setelah kerugian daerah itu diketahui.
(2) Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri
bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau
melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (2) segera
dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian
tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah
dimaksud.
(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak
dapat menjamin pengembalian kerugian daerah, kepala daerah segera mengeluarkan
surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang
bersangkutan.

Pasal 138
(1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
dikenai tuntutan ganti kerugian daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri,
atau meninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada
pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola
atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara,
atau pejabat lain yang bersangkutan.
(2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti
kerugian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam
waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan
kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
bersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat
lain yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia,
pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang
berwenang mengenai adanya kerugian daerah.

Pasal 139
(1) Ketentuan penyelesaian kerugian daerah sebagaimana diatur dalam peraturan
pemerintah ini berlaku pula untuk uang dan/atau barang bukan milik daerah, yang
berada dalam penguasaan bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat
lain yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.
(2) Ketentuan penyelesaian kerugian daerah dalam peraturan pemerintah ini berlaku pula
untuk pengelola perusahaan daerah dan badan-badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan keuangan daerah, sepanjang tidak diatur dalam peraturan perundang-
undangan tersendiri.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
374 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 140
(1) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah ditetapkan
untuk mengganti kerugian daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi
pidana.
(2) Putusan pidana atas kerugian daerah terhadap bendahara, pegawai negeri bukan
bendahara dan pejabat lain tidak membebaskan yang bersangkutan dari tuntutan
ganti rugi.

Pasal 141
Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain untuk
membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya
kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan.

Pasal 142
(1) Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK.
(2) Apabila dalam pemeriksaan kerugian daerah ditemukan unsur pidana, BPK
menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 143
Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan
oleh kepala daerah.

Pasal 144
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara tuntutan ganti kerugian daerah diatur dengan
peraturan daerah dan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

BAB XIV
PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Pasal 145
Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk :
a. menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum;
b. mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan
kepada masyarakat.

Pasal 146
(1) BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
(2) Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola
dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLUD yang
bersangkutan.

Pasal 147
Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan pembinaan teknis dilakukan oleh
kepala SKPD yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Pasal 148
BLUD dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain.

Pasal 149
Seluruh pendapatan BLUD dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLUD
yang bersangkutan.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 53775
3
Pasal 150
Pedoman teknis mengenai pengelolaan keuangan BLUD diatur lebih lanjut oleh Menteri
Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Menteri Keuangan.

BAB XV
PENGATURAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pasal 151
(1) Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur dengan
peraturan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Berdasarkan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala daerah
menetapkan peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan
keuangan daerah.

BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 152
Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
daerah sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah ini
dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 153
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) dan Pasal 39 ayat (2)
dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2006.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (3) dilaksanakan mulai tahun
anggaran 2006.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), Pasal 53 ayat (1) dan ayat
(2) mulai dilaksanakan untuk penyusunan dan pelaksanaan APBD tahun anggaran
2007.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (1) dilaksanakan secara
bertahap mulai tahun anggaran 2007.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) dilaksanakan mulai tahun
anggaran 2009.

Pasal 154
Pemerintah daerah yang belum menetapkan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 ayat (1), dokumen perencanaan daerah lainnya dapat digunakan sebagai pedoman
penyusunan RKPD.

BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 155
Ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan keuangan daerah diatur dengan peraturan
Menteri Dalam Negeri.

Pasal 156
Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini harus diselesaikan paling lambat 1 (satu)
tahun terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini ditetapkan.

Pasal 157
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 105
Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4022) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
376 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 158
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah


ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Desember 2005
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Desember 2005
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
AD INTERIM,
ttd
YUSRIL IHZA MAHENDRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 140

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 73777
3
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 58 TAHUN 2005

TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

A. Umum
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang dikuti dengan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang sehingga
perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan
keuangan daerah sebagaimana dimaksud merupakan subsistem dari sistem
pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Selain kedua Undang-undang tersebut diatas, terdapat beberapa peraturan


perundang-undangan yang menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah yang telah
terbit lebih dahulu. Undang-undang dimaksud adalah Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan UU Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Pada dasarnya buah pikiran yang melatarbelakangi terbitnya peraturan perundang-


undangan di atas adalah keinginan untuk mengelola keuangan negara dan daerah
secara efektif dan efisien. Ide dasar tersebut tentunya ingin dilaksanakan melalui
tata kelola pemerintahan yang baik yang memiliki tiga pilar utama yaitu
transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan adanya satu peraturan


pelaksanaan yang komprehensif dan terpadu (omnibus regulation) dari berbagai
undang-undang tersebut diatas yang bertujuan agar memudahkan dalam
pelaksanaannya dan tidak menimbulkan multi tafsir dalam penerapannya. Peraturan
dimaksud memuat berbagai kebijakan terkait dengan perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan Daerah.
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan diatas maka pokok-pokok muatan
peraturan pemerintah ini mencakup :

1. Perencanaan dan Penganggaran


Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses penyusunan
APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan
keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan
penetapan alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi
masayarakat. Oleh karenanya dalam proses dan mekanisme penyusunan APBD
yang diatur dalam peraturan pemerintah ini akan memperjelas siapa
bertanggung jawab apa sebagai landasan pertanggungjawaban baik antara
eksekutif dan DPRD, maupun di-internal eksekutif itu sendiri.
Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing satuan
kerja perangkat daerah (SKPD) yang disusun dalam format Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) SKPD harus betul-betul dapat menyajikan informasi yang
jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
378 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh
masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu penerapan
anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap penyelenggara
negara berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil proses dan penggunaan
sumber dayanya.
APBD merupakan instrumen yang akan menjamin terciptanya disiplin dalam
proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan maupun
belanja daerah. Untuk menjamin agar APBD dapat disusun dan dilaksanakan
dengan baik dan benar, maka dalam peraturan ini diatur landasan administratif
dalam pengelolaan anggaran daerah yang mengatur antara lain prosedur dan
teknis pengganggaran yang harus diikuti secara tertib dan taat azas. Selain itu
dalam rangka disiplin anggaran maka penyusunan anggaran baik pendapatan
maupun belanja juga harus mengacu pada aturan atau pedoman yang
melandasinya apakah itu Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Menteri, Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah. Oleh karena itu
dalam proses penyusunan APBD pemerintah daerah harus mengikuti prosedur
administratif yang ditetapkan.
Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan anggaran daerah antara lain bahwa (1) Pendapatan yang
direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (2) Penganggaran pengeluaran
harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah
yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia
atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; (3)
Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dimasukan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening
Kas Umum Daerah.
Pendapatan daerah (langsung) pada hakikatnya diperoleh melalui mekanisme
pajak dan retribusi atau pungutan lainnya yang dibebankan pada seluruh
masyarakat. Keadilan atau kewajaran dalam perpajakan terkait dengan prinsip
kewajaran horisontal dan kewajaran vertikal. Prinsip dari kewajaran
horisontal menekankan pada persyaratan bahwa masyarakat dalam posisi yang
sama harus diberlakukan sama, sedangkan prinsip kewajaran vertikal dilandasi
pada konsep kemampuan wajib pajak/restribusi untuk membayar, artinya
masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan
beban pajak yang tinggi pula. Tentunya untuk menyeimbangkan kedua prinsip
tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional
untuk menghilangkan rasa ketidakadilan.
Selain itu dalam konteks belanja, Pemerintah Daerah harus mengalokasikan
belanja daerah secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh
kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam pemberian
pelayanan umum.
Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektifitas
anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan (1) Penetapan
secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang
ingin dicapai; (2) Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja,
serta penetapan harga satuan yang rasional.
Aspek penting lainnya yang diatur dalam peraturan pemerintah ini adalah
keterkaitan antara kebijakan (policy), perencanaan (planning) dengan
penganggaran (budget) oleh pemerintah daerah, agar sinkron dengan berbagai
kebijakan pemerintah sehingga tidak menimbulkan tumpang tindih pelaksanaan
program dan kegiatan oleh pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Proses penyusunan APBD pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan
kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia, mengalokasikan
sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 93779
3
kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik. Oleh karena itu
pengaturan penyusunan anggaran merupakan hal penting agar dapat berfungsi
sebagaimana diharapkan yaitu (1) dalam konteks kebijakan, anggaran
memberikan arah kebijakan perekonomian dan menggambarkan secara tegas
penggunaan sumberdaya yang dimiliki masyarakat; (2) fungsi utama anggaran
adalah untuk mencapai keseimbangan ekonomi makro dalam perekonomian; (3)
anggaran menjadi sarana sekaligus pengendali untuk mengurangi ketimpangan
dan kesenjangan dalam berbagai hal di suatu negara.
Penyusunan APBD diawali dengan penyampaian kebijakan umum APBD
sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan
penyusunan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah
disepakati dengan DPRD, Pemerintah Daerah bersama dengan DPRD
membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi
setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Kepala SKPD selanjutnya menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
(RKA-SKPD) yang disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
Rencana Kerja dan Anggaran ini disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun
berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. Rencana Kerja dan
Anggaran ini kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan ini disampaikan kepada
pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD.
Proses selanjutnya Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan
Daerah tentang APBD disertai penjelasan dari dokumen-dokumen
pendukungnya kepada DPRD untuk dibahas dan disetujui. APBD yang disetujui
DPRD ini terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan
jenis belanja. Jika DPRD tidak menyetujui Rancangan Perda APBD tersebut,
untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat
melaksanakan pengeluaran daerah setinggi-tinginya sebesar angka APBD tahun
anggaran sebelumnya dengan prioritas untuk belanja yang mengikat dan wajib.

2. Pelaksanaan dan Penatausahaan Keuangan Daerah


Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan
daerah adalah juga pemegang kekuasaan dalam pengelolaan keuangan daerah.
Selanjutnya kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola
keuangan daerah selaku pejabat pengelola keuangan daerah dan dilaksanakan
oleh satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang
daerah di bawah koordinasi Sekretaris Daerah. Pemisahan ini akan memberikan
kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya
mekanisme checks and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan
profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat
menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna
kepentingan masyarakat.
Perubahan APBD dimungkinkan jika terjadi perkembangan yang tidak sesuai
dengan asumsi kebijakan umum APBD, terdapat keadaan yang menyebabkan
harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan
antar jenis belanja, serta terjadi keadaan yang menyebabkan saldo anggaran
lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang
berjalan. Selain itu dalam keadaan darurat pemerintah daerah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan
dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran.
Beberapa aspek pelaksanaan yang diatur Peraturan Pemerintah ini adalah
memberikan peran dan tanggung jawab yang lebih besar para pejabat pelaksana

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
380 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
anggaran, sistem pengawasan pengeluaran dan sistem pembayaran, manajemen
kas dan perencanaan keuangan, pengelolaan piutang dan utang, pengelolaan
investasi, pengelolaan Barang Milik Daerah, larangan penyitaan Uang dan
Barang Milik Daerah dan/atau yang dikuasai negara/daerah, penatausahaan dan
pertanggungjawaban APBD, serta akuntansi dan pelaporan.
Sehubungan dengan hal itu, dalam Peraturan Pemerintah ini diperjelas posisi
satuan kerja perangkat daerah sebagai instansi pengguna anggaran dan
pelaksana program. Sementara itu Peraturan Pemerintah ini juga menetapkan
posisi Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah sebagai Bendahara Umum
Daerah. Dengan demikian, fungsi perbendaharaan akan dipusatkan di Satuan
Kerja Pengelola Keuangan Daerah.
Namun demikian untuk menyelesaikan proses pembayaran yang bernilai kecil
dengan cepat, harus dibentuk kas kecil unit pengguna anggaran. Pemegang kas
kecil harus bertanggung jawab mengelola dana yang jumlahnya lebih dibatasi
yang dalam Peraturan Pemerintah ini dikenal sebagai bendahara.
Berkaitan dengan sistem pengeluaran dan sistem pembayaran, dalam rangka
meningkatkan pertanggungjawaban dan akuntabilitas satuan kerja perangkat
daerah serta untuk menghindari pelaksanaan verifikasi (pengurusan
administratif) dan penerbitan SPM (pengurusan pembayaran) berada dalam satu
kewenangan tunggal (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah), fungsi
penerbitan SPM dialihkan ke Satuan Kerja Perangkat Daerah. Perubahan ini
juga diharapkan dapat menyederhanakan seluruh proses pembayaran. Dengan
memisahkan pemegang kewenangan dari pemegang kewenangan komptabel,
check and balance mungkin dapat terbangun melalui (a) ketaatan terhadap
ketentuan hukum, (b) pengamanan dini melalui pemeriksaan dan persetujuan
sesuai ketentuan yang berlaku, (c) sesuai dengan spesifikasi teknis, dan (d)
menghindari pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan dan
memberikan keyakinan bahwa uang daerah dikelola dengan benar.
Selanjutnya, sejalan dengan pemindahan kewenangan penerbitan SPM kepada
satuan kerja perangkat daerah, jadwal penerimaan dan pengeluaran kas secara
periodik harus diselenggarakan sesuai dengan jadwal yang disampaikan unit
penerima dan unit pengguna kas. Untuk itu, unit yang menangani
perbendaharaan di Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah melakukan
antisipasi secara lebih baik terhadap kemungkinan kekurangan kas. Dan
sebaliknya melakukan rencana untuk menghasilkan pendapatan tambahan dari
pemanfaatan kesempatan melakukan investasi dari kas yang belum digunakan
dalam periode jangka pendek.

3. Pertanggungjawaban Keuangan Daerah


Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka untuk
menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan
keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah wajib
menyampaikan pertanggungjawaban berupa (1) Laporan Realisasi Anggaran,
(2) Neraca, (3) Laporan Arus Kas, dan (4) Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan
keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK.
Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak
dapat dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan
pemeriksaan telah dikeluarkan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terdapat dua jenis
pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap pengelolaan keuangan negara, yaitu
pemeriksaan intern dan pemeriksaan ekstern.
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan dengan
amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas laporan
keuangan dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Dengan demikian

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13881
3
BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
daerah.

Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai auditor


yang independen akan melaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang
berlaku dan akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan.
Kewajaran atas laporan keuangan pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya
terhadap standar akuntansi pemerintahan. Selain pemeriksaan ekstern oleh BPK,
juga dapat dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini pada pemerintah
daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Daerah.
Oleh karena itu dengan spirit sinkronisasi dan sinergitas terhadap berbagai
undang-undang tersebut diatas, maka pengelolaan keuangan daerah yang diatur
dalam peraturan pemerintah ini bersifat umum dan lebih menekankan kepada
hal yang bersifat prinsip, norma, asas, landasan umum dalam penyusunan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah.
Sementara itu sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah secara rinci
ditetapkan oleh masing-masing daerah. Kebhinekaan dimungkinkan terjadi
sepanjang hal tersebut masih sejalan atau tidak bertentangan dengan peraturan
pemerintah ini. Dengan upaya tersebut, diharapkan daerah didorong untuk lebih
tanggap, kreatif dan mampu mengambil inisiatif dalam perbaikan dan
pemutakhiran sistem dan prosedurnya serta meninjau kembali sistem tersebut
secara terus menerus dengan tujuan memaksimalkan efisiensi tersebut
berdasarkan keadaan, kebutuhan dan kemampuan setempat. Dalam kerangka
otonomi, Pemerintah Daerah dapat mengadopsi sistem yang disarankan oleh
pemerintah sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya, dengan tetap
memperhatikan standar dan pedoman yang ditetapkan.

B. Pasal Demi Pasal


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu
atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada tingkat harga yang terendah.
Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan,
yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
daerah.
Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau satuan kerja
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya.
Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan
proporsional.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 5

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
382 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan koordinator adalah terkait dengan peran dan fungsi
sekretaris daerah membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan
mengordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk
pengelolaan keuangan daerah.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Tim anggaran pemerintah daerah mempunyai tugas menyiapkan dan melaksanakan
kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri
dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Utang piutang sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini adalah sebagai akibat
yang ditimbulkan dari pelaksanaan DPA-SKPD.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3883
3
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Penunjukan PPTK sebagaimana dimaksud dalam ayat ini melalui usulan atasan
langsung yang bersangkutan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dokumen anggaran adalah baik yang mencakup dokumen
administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi terkait dengan persyaratan
pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan;
Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan;
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja / mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian;
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Penilaian penerimaan dan pengeluaran dalam bentuk barang dan/atau jasa yang
dianggarkan dalam APBD berdasarkan nilai perolehan atau nilai wajar.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
384 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan penganggaran bruto adalah bahwa jumlah pendapatan
daerah yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan
dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian
pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan ekuitas dana lancar adalah selisih antara aset lancar
dengan kewajiban jangka pendek.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Yang dimaksud dengan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah seperti
dana bagi hasil pajak dari provinsi ke kabupaten/kota dan dana otonomi khusus.
Pasal 25
Ayat (1)
Dalam menerima hibah, daerah tidak boleh melakukan ikatan yang secara politis
dapat mempengaruhi kebijakan daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan urusan wajib dalam ayat ini adalah urusan yang sangat
mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang
wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Yang dimaksud dengan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan
yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat
sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan daerah yang
bersangkutan, antara lain pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan,
perhutanan, dan pariwisata.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 53885
3
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan organisasi pemerintahan daerah seperti DPRD, kepala
daerah dan wakil kepala daerah, sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas,
kecamatan, lembaga teknis daerah, dan kelurahan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Klasifikasi menurut fungsi yang dimaksud dalam ayat ini adalah klasifikasi yang
didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah daerah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Ayat (6)
Urusan pemerintahan yang dimaksud dalam ayat ini adalah urusan yang bersifat
wajib dan urusan bersifat pilihan yang menjadi kewenangan pemerintahan provinsi
dan pemerintahan kabupaten/kota.
Ayat (7)
Huruf a
Belanja pegawai adalah belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun
barang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang diberikan
kepada DPRD, dan pegawai pemerintah daerah baik yang bertugas di dalam
maupun di luar daerah sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Contoh: gaji dan
tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial, dan lain-lain sejenis.
Huruf b
Belanja barang dan jasa adalah digunakan untuk pembelian barang dan jasa yang
habis pakai guna memproduksi barang dan jasa. Contoh: pembelian barang dan jasa
keperluan kantor, jasa pemeliharaan, ongkos perjalanan dinas.
Huruf c
Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian /
pengadaan aset tetap dan aset lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
(duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam
bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, buku
perpustakaan, dan hewan.
Huruf d
Pembayaran bunga utang, pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan
pokok utang (principal outstanding), yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman
jangka pendek atau jangka panjang.
Contoh : bunga utang kepada Pemerintah Pusat, bunga utang kepada Pemda lain,
dan lembaga keuangan lainnya.
Huruf e
Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga
tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual
produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
Huruf f
Hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian uang/barang atau jasa kepada
pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya,
bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus.
Huruf g
Pemberian bantuan yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif dalam
bentuk uang/barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Dalam bantuan sosial termasuk antara lain bantuan partai politik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
386 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Huruf h
Belanja bagi hasil merupakan bagi hasil atas pendapatan daerah yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan.
Contoh: bagi hasil pajak provinsi untuk kabupaten/kota, bagi hasil pajak kabupaten/
kota ke kabupaten/kota lainnya, bagi hasil pajak kabupaten/kota untuk
pemerintahan desa, bagi hasil retribusi ke pemerintahan desa, dan bagi hasil
lainnya.
Belanja bantuan keuangan diberikan kepada daerah lain dalam rangka pemerataan
dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. Contoh: bantuan keuangan provinsi
kepada kabupaten/ kota/desa, bantuan keuangan kabupaten/kota untuk
pemerintahan desa.
Huruf i
Belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang
seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan
sebelumnya termasuk pengembalian atas pendapatan daerah tahun-tahun
sebelumnya.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
SiLPA tahun anggaran sebelumnya mencakup sisa dana untuk mendanai kegiatan
lanjutan, uang Fihak Ketiga yang belum diselesaikan, dan pelampauan target
pendapatan daerah.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dapat berupa hasil penjualan
perusahaan milik daerah/BUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal
pemerintah daerah.
Huruf d
Termasuk dalam penerimaan pinjaman daerah yang dimaksud dalam ketentuan ini
adalah penerbitan obligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun anggaran
berkenaan
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penyertaan modal pemerintah daerah termasuk investasi nirlaba pemerintah daerah.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 29
RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD, dan program kewilayahan.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 73887
3
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan mengacu dalam ayat ini adalah untuk tercapainya
sinkronisasi, keselarasan, koordinasi, integrasi, penyelenggaraan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Untuk memenuhi kewajiban daerah dalam memberi perlindungan, menjamin akses
dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat diwujudkan dalam bentuk rencana
kerja dan capaian prestasi sebagai tolok ukur kinerja daerah dengan menggunakan
analisis standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pedoman antara lain memuat:
a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan
pemerintah daerah;
b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berikutnya;
c. teknis penyusunan APBD;
d. hal-hal khusus lainnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Untuk kesinambungan penyusunan RKA SKPD, kepala SKPD mengevaluasi hasil
pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai
dengan semester pertama tahun anggaran berjalan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 37
Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan capaian kinerja adalah ukuran prestasi kerja yang akan
dicapai dari keadaan semula dengan mempertimbangkan faktor kualitas, kuantitas,
efisiensi dan efektifitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.
Yang dimaksud dengan indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai
pada setiap program dan kegiatan satuan kerja perangkat daerah.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
388 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Yang dimaksud dengan analisis standar belanja adalah penilaian kewajaran atas
beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan analisis standar belanja dilakukan
secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan.
Yang dimaksud dengan standar satuan harga adalah harga satuan setiap unit
barang/jasa yang berlaku disuatu daerah.
Yang dimaksud dengan standar pelayanan minimal adalah tolok ukur kinerja dalam
menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Yang dimaksud dengan penjelasan dalam pasal ini adalah pidato pengantar nota
keuangan dan rancangan peraturan daerah tentang APBD berikut dokumen
pendukungnya.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Angka APBD tahun anggaran sebelumnya dalam ketentuan ini adalah jumlah
APBD yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD tahun
sebelumnya.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan belanja yang bersifat mengikat adalah belanja yang
dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah
dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran
yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa.
Yang dimaksud dengan belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk
terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat
antara lain: pendidikan dan kesehatan; dan/atau melaksanakan kewajiban kepada
pihak ketiga.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan evaluasi dalam ayat ini adalah bertujuan untuk tercapainya
keserasian antara kebijakan Daerah dengan kebijakan nasional, keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan aparatur, serta untuk meneliti sejauh mana
APBD Provinsi tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih
tinggi, dan peraturan daerah lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 93889
3
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Dalam hasil evaluasi dinyatakan dengan jelas terhadap hal-hal di dalam APBD yang
menyangkut ketidakserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, antara
kepentingan publik dan aparatur serta yang bertentangan dengan kepentingan umum
dan peraturan yang lebih tinggi.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan evaluasi dalam ayat ini adalah bertujuan untuk tercapainya
keserasian antara kebijakan Daerah dengan kebijakan nasional, keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan aparatur, serta untuk meneliti sejauh mana
APBD kabupaten/kota tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan
yang lebih tinggi, dan peraturan daerah lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Hasil evaluasi harus menunjukkan dengan jelas hal-hal di dalam APBD yang tidak
sesuai dengan peraturan perundangan serta alasan-alasan teknis terkait.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan rekening kas umum daerah dalam ayat ini adalah tempat
penyimpanan uang dan surat berharga yang ditetapkan oleh kepala daerah.
Ketentuan ini dikecualikan terhadap penerimaan yang telah diatur dengan peraturan
perundang-undangan, seperti penerimaan BLUD.
Ayat (2)
Bagi daerah yang kondisi geografisnya sulit dijangkau dengan komunikasi dan
transportasi dapat melebihi batas waktu yang ditetapkan dalam ketentuan ini yang
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
Bagi pemerintah daerah yang sudah menerapkan on-line banking system dalam
sistem dan prosedur penerimaannya, maka penerimaan pendapatan semacam ini
perlu pengaturan khusus yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
390 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Peraturan daerah dimaksud tidak boleh melanggar kepentingan umum dan tidak
boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Ketentuan ini dikecualikan terhadap penerimaan BLUD yang telah diatur dengan
peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Pengembalian dapat dilakukan apabila didukung dengan bukti-bukti yang sah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 61
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan belanja yang bersifat mengikat dan belanja wajib dalam
ayat ini sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 46 ayat (2).
Pasal 62
Yang dimaksud dengan berdasarkan DPA-SKPD dalam pasal ini, seperti untuk
kegiatan yang sudah jelas alokasinya, misalnya pinjaman daerah, dan DAK.
Sedangkan yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD
seperti keputusan tentang pengangkatan pegawai.
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Tambahan penghasilan diberikan dalam rangka peningkatan kesejahtreraan pegawai
berdasarkan prestasi kerja, tempat bertugas, kondisi kerja dan kelangkaan profesi.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan perintah pembayaran adalah perintah membayarkan atas
bukti-bukti pengeluaran yang sah dari pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13991
3
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud bukti penerimaan seperti dokumen lelang, akte jual beli, nota kredit
dan dokumen sejenis lainnya.
Pasal 72
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembukuan pinjaman dalam bentuk mata uang asing dalam nilai rupiah
menggunakan kurs resmi Bank Indonesia.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Yang dimaksud pihak lain seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya,
BUMD.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan prognosis adalah prakiraan dan penjelasannya yang akan
direalisir dalam 6 (enam) bulan berikutnya berdasarkan realisasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya adalah sisa lebih
perhitungan anggaran tahun sebelumnya.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
392 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Ayat (2)
Pengeluaran tersebut dalam ayat ini termasuk belanja untuk keperluan mendesak
yang kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD yang
bersangkutan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Persentase 50% (lima puluh persen) adalah merupakan selisih (gap) kenaikan antara
pendapatan dan belanja dalam APBD.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan kelengkapan persyaratan seperti:
a. dokumen kontrak yang asli;
b. kuitansi yang diisi dengan nilai pembayaran yang diminta;
c. berita acara kemajuan / penyelesaian pekerjaan yang asli.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 3993
3
Ayat (1)
Sistem akuntansi pemerintah daerah merupakan serangkaian prosedur mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan pemerintah daerah.
Standar akuntansi pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 97
Kebijakan akuntansi antara lain mengenai:
a. pengakuan pendapatan;
b. pengakuan belanja;
c. prinsip-prinsip penyusunan laporan;
d. investasi;
e. pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;
f. kontrak-kontrak konstruksi;
g. kebijakan kapitalisasi belanja;
h. kemitraan dengan pihak ketiga;
i. biaya penelitian dan pengembangan;
j. persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
k. dana cadangan;
l. penjabaran mata uang asing.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99Cukup jelas.
Pasal 100
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan aset dalam ayat ini adalah sumberdaya, yang antara lain
meliputi uang, tagihan, investasi, barang yang dapat diukur dalam satuan uang,
yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah yang memberi manfaat
ekonomi/ sosial di masa depan.
Yang dimaksud dengan ekuitas dana dalam ayat ini adalah kekayaan bersih
pemerintah daerah yang merupakan selisih antara nilai seluruh aset dan nilai seluruh
kewajiban atau utang pemerintah daerah.
Yang dimaksud dengan perhitungannya yaitu antara realisasi dan anggaran yang
ditetapkan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ikhtisar realisasi kinerja disusun dari ringkasan laporan keterangan pertanggung
jawaban kepala daerah.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104

Ayat (1)

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
394 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Cukup jelas.
Ayat (2)
Defisit terjadi apabila jumlah pendapatan tidak cukup untuk menutup jumlah
belanja dalam suatu tahun anggaran.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukup jelas.
Pasal 111
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Cukup jelas.
Pasal 114
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan piutang daerah jenis tertentu misalnya piutang pajak
daerah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 116
Investasi dilakukan sepanjang memberi manfaat bagi peningkatan pendapatan
daerah dan/atau peningkatan kesejahteraan dan/atau pelayanan masyarakat serta
tidak mengganggu likuiditas keuangan daerah.
Pasal 117
Ayat (1)
Karakteristik investasi jangka pendek adalah:
a. dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
b. ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan
c. berisiko rendah.
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek antara lain
deposito berjangka waktu 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan/atau yang dapat
diperpanjang secara otomatis seperti pembelian SUN jangka pendek dan SBI.
Ayat (2)
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka panjang antara lain surat
berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan
usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal
saham pada suatu badan usaha; surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk
tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri; surat berharga yang tidak
dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.

Pasal 118

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 53995
3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dapat digolongkan sebagai investasi permanen antara lain kerjasama daerah
dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/ pemanfaatan aset daerah,
penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau Badan Usaha lainnya maupun
investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk menghasilkan
pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Ayat (3)
Yang dapat digolongkan sebagai investasi non permanen antara lain pembelian
obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai
dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam rangka
pelayanan/ pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan
dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan
kepada usaha mikro dan menengah.
Pasal 119
Cukup jelas.
Pasal 120
Cukup jelas.
Pasal 121
Cukup jelas.
Pasal 122
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu seperti
pendapatan RSUD, dana darurat.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 123
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Salah satu contoh portofolio yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah
adalah deposito pada bank pemerintah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 124
Ayat (1)
Yang dimaksud ketentuan dalam ayat ini adalah jumlah utang/pinjaman yang
ditetapkan dalam APBD.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 125
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
396 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kedaluwarsa sebagaimana dimaksud ayat ini dihitung sejak tanggal 1 Januari tahun
berikutnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 126
Huruf a
Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah dapat berasal dari pemerintah dan
penerusan pinjaman/utang luar negeri.
Huruf b
Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah daerah lain berupa pinjaman
antar daerah.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pinjaman daerah yang bersumber dari lembaga keuangan bukan bank antara lain
dapat berasal dari lembaga asuransi pemerintah, dana pensiun.
Huruf e
Pinjaman daerah yang bersumber dari masyarakat dapat berasal dari orang pribadi
dan/atau badan yang melakukan investasi di pasar modal.
Pasal 127
Ayat (1)
Penerbitan obligasi bertujuan untuk membiayai investasi yang menghasilkan
penerimaan daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 128
Cukup jelas.
Pasal 129
Cukup jelas.
Pasal 130
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada
seluruh daerah dalam ketentuan ini yakni dalam pelaksanaannya termasuk
pengelolaan keuangan desa.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 131
Cukup jelas.
Pasal 132
Yang dimaksud dengan pengawasan dalam ayat ini bukan pemeriksaan tetapi
pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD dengan kebijakan umum APBD.
Pasal 133
Cukup jelas.

Pasal 134

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 73997
3
Cukup jelas.
Pasal 135
Cukup jelas.
Pasal 136
Cukup jelas.
Pasal 137
Cukup jelas.
Pasal 138
Cukup jelas.
Pasal 139
Cukup jelas.
Pasal 140
Cukup jelas.
Pasal 141
Cukup jelas.
Pasal 142
Cukup jelas.
Pasal 143
Cukup jelas.
Pasal 144
Cukup jelas
Pasal 145
Huruf a
Yang dimaksud dengan barang dan/atau jasa untuk layanan umum seperti rumah
sakit daerah, penyelenggaraan pendidikan, pelayanan lisensi dan dokumen,
penyelenggaraan jasa penyiaran publik, serta pelayanan jasa penelitian dan
pengujian.
Huruf b
Dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
masyarakat antara lain instansi yang melaksanakan pengelolaan dana seperti dana
bergulir usaha kecil menengah, tabungan perumahan.
Pasal 146
Cukup jelas.
Pasal 147
Pembinaan keuangan BLUD sebagaimana dimaksud dalam pasal ini meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, konsultasi pendidikan dan pelatihan
dibidang pengelolaan keuangan BLUD.
Pembinaan teknis meliputi pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, konsultasi
pendidikan dan pelatihan dibidang penyelenggaraan program dan kegiatan BLUD.
Pasal 148
Cukup jelas.
Pasal 149
Cukup jelas.
Pasal 150
Cukup jelas.
Pasal 151
Cukup jelas.
Pasal 152
Cukup jelas.
Pasal 153
Cukup jelas.
Pasal 154
Yang dimaksud dengan dokumen perencanaan daerah lainnya seperti Renstrada.
Pasal 155
Cukup jelas.
Pasal 156

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
398 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Cukup jelas.
Pasal 157
Cukup jelas .
Pasal 158
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4578

Bagian Peraturan Perundang-undangan


Biro Hukum & Humas BPKP
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 93999
3
Peraturan
Presiden Republik Indonesia
Nomor 97 Tahun 2006
Tentang
Rincian Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara
TAhun Anggaran 2007
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 34003
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
404 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 54005
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
406 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 74007
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
408 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 94009
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
410 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 14111
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
412 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 34113
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
414 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 54115
4
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 74117
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
418 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 94119
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
420 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 14221
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
422 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 34223
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
424 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 54225
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
426 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 74227
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
428 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 94229
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
430 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 14331
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
432 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 34333
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
434 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 54335
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
436 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 74337
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
438 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 94339
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
440 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 14441
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
442 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 34443
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
444 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 54445
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
446 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 74447
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
448 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 94449
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
450 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 14551
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
452 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 34553
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
454 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 54555
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
456 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 74557
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
458 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 94559
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
460 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 14661
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
462 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 34663
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
464 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 54665
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
466 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 74667
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
468 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 94669
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
470 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 14771
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
472 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 34773
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
474 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 54775
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
476 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 74777
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
478 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 94779
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
480 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 14881
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
482 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 34883
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
484 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 54885
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
486 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 74887
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
488 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 94889
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
490 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 14991
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
492 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 34993
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
494 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 54995
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
496 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 74997
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
498 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 94999
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
500 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15001
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
502 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 35003
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
504 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5005
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
506 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 75007
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
508 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 95009
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
510 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15111
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
512 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 35113
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
514 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5115
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
516 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 75117
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
518 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 95119
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
520 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15221
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
522 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 35223
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
524 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5225
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
526 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 75227
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
528 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 95229
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
530 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15331
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
532 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 35333
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
534 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5335
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
536 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 75337
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
538 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 95339
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
540 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15441
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
542 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 35443
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
544 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5445
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
546 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 75447
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
548 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 95449
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
550 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15551
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
552 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 35553
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
554 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5555
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
556 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 75557
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
558 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 95559
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
560 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15661
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
562 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 35663
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
564 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5665
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
566 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 75667
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
568 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 95669
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
570 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15771
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
572 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 35773
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
574 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5775
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
576 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 75777
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
578 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 95779
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
580 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15881
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
582 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 35883
5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
584 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5885
5
Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 173/PMK.05/2006
Tentang
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 168/PMK.05/2015 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran
Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Negara/Lembaga
MENTER!KEUANGAN
REPUBLIK !NDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 173/PMK.05/2016
TENTANG
PERUBAHAN ATAS
PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 168/PMK. 05/2015 TENTANG
MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH
PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa dalam rangka penyaluran anggaran Bantuan


Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga dan
dalam rangka pelaksanaan kewenangan Menteri
Keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, telah ditetapkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah
pada Kementerian Negara/Lembaga;
b. bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan
dan penyederhanaan pertanggungjawaban keuangan
Bantuan Pemerintah, perlu dilakukan perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada Kernenterian Negara/Lembaga;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 95889


5
-2-

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5423);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN
ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
168/PMK.05/2015 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN
ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH PADA KEMENTERIAN
NEGARA/LEMBAGA.

Pasall
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kernenterian
Negara/Lembaga, diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


590 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-3 -

Pasal 6
(1) PA menyusun pedoman umum dan petunjuk teknis
dalam rangka penyaluran Bantuan Pemerintah.
(2) PA menunjuk Pejabat Eselon I yang bertanggung
jawab terhadap program Bantuan Pemerintah dalam
rangka menyusun petunjuk teknis penyaluran
Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

2. Ketentuan pada Pasal 7 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 7
Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2), memuat:
1. dasar hukum pemberian Bantuan Pemerintah;
2. tujuan penggunaan Bantuan Pemerintah;
3. pemberi Bantuan Pemerintah;
4. persyaratan penerima Bantuan Pemerintah;
5. bentuk Bantuan Pemerintah;
6. rincian jumlah Bantuan Pemerintah;
7. tata kelola pencairan dana Bantuan Pemerintah;
8. penyaluran dana Bantuan Pemerintah;
9. pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah;
10. ketentuan perpajakan; dan
11. sanksi.

3. Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 8
(1) PPK melakukan seleksi penenma Bantuan
Pemerintah berdasarkan kriteria/persyaratan yang
telah ditetapkan di dalam petunjuk teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).
(2) Seleksi penerima Bantuan Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan sebelum
tahun anggaran berjalan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15991


5
-4-

(3) Berdasarkan hasil seleksi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), PPK menetapkan Surat Keputusan
penenma Bantuan Pemerintah yang disahkan oleh
KPA.
(4) Surat Keputusan penenma Bantuan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
dasar pemberian Bantuan Pemerintah.
(5) Penetapan Surat Keputusan oleh PPK dan
pengesahan Surat Keputusan oleh KPA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan setelah DIPA
berlaku efektif.
(6) Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Bantuan Pemerintah dalam bentuk
barang/jasa paling sedikit memuat:
1. Identitas penerima bantuan;
2. Jumlah barang/jasa; dan
3. Nilai nominal barang/jasa
b. untuk Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang
paling sedikit memuat:
1. Identitas penerima bantuan;
2. Nominal Uang; dan
3. Nomor rekening penerima bantuan untuk
Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang yang
disalurkan melalui mekanisme transfer.

4. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 10
(1) Pemberian Penghargaan dalam bentuk barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
b dan/ atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui mekanisme
pengadaan barang dan jasa dengan cara:
a. Kontraktual; atau
b. Swakelola.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


592 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-5-

(2) Pengadaan barang dan/atau Jasa sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Peraturan
Perundang-undangan yang mengatur mengenai
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
(3) Pengadaan barang dan/atau Jasa yang akan
disalurkan kepada penerima Bantuan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
termasuk pelaksanaan penyaluran barang dan/atau
jasa sampai dengan diterima oleh penerima Bantuan
Pemerintah.
(4) Pencairan dana dalam rangka pengadaan barang
dan/atau Jasa yang akan disalurkan kepada
penenma Bantuan Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui
mekanisme:
a. LS ke rekening penyedia barang/jasa; atau
b. UP.
(5) Pelaksanaan penyaluran pemberian penghargaan
dalam bentuk barang dan/atau Jasa kepada
penenma Bantuan Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh:
a. PPK; atau
b. Penyedia barang dan/atau Jasa sesuai
perjanjian/kontrak.

5. Ketentuan ayat (2) Pasal 16 diubah, sehingga Pasal 16


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 16
(1) Pencairan bantuan operasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan perJanJian kerjasama antara PPK
dengan penerima bantuan operasional yang telah
ditetapkan dalam Surat Keputusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3).
(2) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memuat:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 35993


5
- 6-

a. hak clan kewajiban keclua belah pihak;


b. jumlah bantuan operasional yang cliberikan;
c. tata cara clan syarat penyaluran;
cl. pernyataan kesanggupan penerima Bantuan
Pemerintah untuk menggunakan bantuan
operasional sesuai rencana yang telah
clisepakati;
e. pernyataan kesanggupan penenma Bantuan
Pemerintah untuk menyetorkan sisa clana yang
tidak digunakan ke Kas Negara;
f. sanksi; dan
g. penyampaian laporan pertanggungjawaban
bantuan kepada PPK setelah pekerjaan selesai
atau akhir tahun anggaran.

6. Ketentuan Pasal 18 cliubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 18
(1) Pencairan dana bantuan operasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, clapat dilakukan
secara sekaligus atau bertahap.
(2) Pencairan dana bantuan operasional secara
bertahap sebagaimana dimaksucl pacla ayat (1) clapat
clilaksanakan paling banyak sampai dengan
4 (empat) tahap.
(3) Penentuan pencairan dana bantuan operasional
secara sekaligus atau bertahap sebagaimana
climaksud pada ayat (1) clitetapkan oleh KPA dengan
mempertimbangkan jumlah dana clan waktu
pelaksanaan kegiatan.
(4) Besaran pencairan clana bantuan operasional pada
setiap tahap sebagaimana climaksucl pacla ayat (2)
clitetapkan oleh KPA.
(5) Pencairan dana bantuan operasional pada tahap
selanjutnya clilakukan setelah seluruh jumlah dana
bantuan operasional yang diterima pada tahap

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


594 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 7 -

sebelumnya telah dipergunakan paling kurang


sebesar 80% (delapan puluh persen) .

7. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 19
(1) Penerima bantuan operasional mengajukan
peri:nohonan pencairan dana bantuan operasional
kepada PPK dengan mekanisme sebagai berikut:
a. pembayaran sekaligus atau tahap I dilampiri:
1. rencana pengeluaran dana bantuan
operasional yang akan dicairkan secara
sekaligus atau bertahap;
2. perJanJian kerja sama yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan;
clan
3. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan.
b. pembayaran tahap selanjutnya dilampiri:
1. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan;
clan
2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja
{SPTB).
(2) SPTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
angka 2 dibuat sesuai format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran huruf A yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

8. Ketentuan ayat (3) dan ayat (5) Pasal 20 diubah sehingga


Pasal 20 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 20
(1) PPK melakukan pengUJian dokumen permohonan
pencairan dana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) yang diajukan penerima bantuan
operasional sesuai dengan petunjuk teknis
penyaluran Bantuan Pemerintah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 5995


5
- 8 -

(2) PPK menandatangani perJanJian kerja sama dan


mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta
menerbitkan SPP untuk pencairan secara sekaligus
atau untuk pencairan tahap I sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a setelah
penguJ1an sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah sesuai dengan petunjuk teknis penyaluran
Bantuan Pemerintah.
(3) PPK mengesahkan kuitansi bukti penenmaan uang
serta menerbitkan SPP untuk pencairan tahap
selanjutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1) huruf b setelah pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) telah sesuai dengan
petunjuk teknis penyaluran Bantuan Pemerintah.
(4) Dalam hal pengujian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) tidak sesuai dengan petunjuk
teknis penyaluran Bantuan Pemerintah, PPK
menyampaikan informasi kepada penerima bantuan
untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen.
(5) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) disampaikan kepada PP-SPM dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. pembayaran secara sekaligus atau tahap I
dilampiri:
1. rencana pengeluaran dana bantuan
operasional yang akan ditarik sekaligus
atau bertahap;
2. perJanJian kerja sama yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
PPK;dan
3. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
disahkan oleh PPK.
b. pembayaran tahap selanjutnya dilampiri:
1. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
disahkan oleh PPK; dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


596 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-9-

2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja


(SPTB).

9. Ketentuan Pasal 21 diubah, sehingga Pasal 21 berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 21
(1) Penerima Bantuan Pemerintah harus menyampaikan
laporan pertanggungjawaban bantuan kepada PPK
sesuai dengan perJanJian kerja sama setelah
pekerjaan selesai atau pada akhir tahun anggaran,
meliputi:
a. laporan jumlah dana yang diterima,
dipergunakan, dan sisa dana;
b. pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai
dilaksanakan dan bukti-bukti pengeluaran telah
disimpan.
(2) Dalam hal terdapat s1sa dana, penenma Bantuan
Pemerintah harus menyampaikan bukti surat setoran
sisa dana ke rekening Kas Negara kepada PPK sesuai
dengan perjanjian kerja sama sebagai dokumen
tambahan laporan pertanggungjawaban bantuan.
(3) Laporan pertanggungjawaban bantuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf B
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

10. Ketentuan Pasal 22 dihapus.

11. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 25
(1) Bantuan sarana/prasarana dalam bentuk uang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a,
diberikan dengan ketentuan:
a. barang bantuan dapat diproduksi dan/atau
dihasilkan oleh penerima bantuan; atau

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 75997


5
- 10 -

b. nilai per Jems barang bantuan di bawah


RpS0. 000. 000,00 (lima puluh juta rupiah) yang
dapat dilaksanakan oleh penerima bantuan.
(2) Pemberian bantuan sarana/prasarana dalam bentuk
uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. secara bertahap, untuk barang bantuan yang
dapat diproduksi dan/atau dihasilkan oleh
penerima bantuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a; atau
b. secara sekaligus, untuk barang yang nilai per
jenis barang bantuan yang dapat dilaksanakan
oleh penenma bantuan sampai dengan
RpS0.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.
(3) Pemberian bantuan sarana/prasarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan secara
langsung dari rekening Kas Negara ke rekening
penerima bantuan sarana/prasarana.
(4) Dalam hal barang bantuan yang dapat diproduksi
dan/atau dihasilkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, nilainya sampa1 dengan
Rpl00. 000. 000,00 (seratus juta rupiah) , pemberian
bantuan sarana/prasarana dilakukan secara
sekaligus.

12. Ketentuan ayat (2) Pasal 27 diubah, sehingga Pasal 27


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 27
(1) Pencairan bantuan sarana/prasarana dalam bentuk
uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf
a, dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerja sama
antara PPK dengan penenma bantuan
sarana/prasarana yang telah ditetapkan dalam
Surat Keputusan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (4).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


598 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 11 -

(2) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) memuat:
a. hak dan kewajiban kedua belah pihak;
b. jumlah dan nilai barang yang akan
dihasilkan/dibeli;
c. Jems dan spesifikasi barang yang akan
dihasilkan/dibeli;
d. jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
e. tata cara dan syarat penyaluran;
f. pernyataan kesanggupan penerima bantuan
untuk menghasilkan/membeli barang sesuai
dengan jenis dan spesifikasi;
g. pengadaan akan dilakukan secara transparan
dan akuntabel;
h. pernyataan kesanggupan penenma bantuan
untuk menyetorkan s1sa dana yang tidak
digunakan ke Kas Negara;
L sanksi; dan
J. penyampaian laporan pertanggungjawaban
bantuan kepada PPK setelah pekerjaan selesai
atau akhir tahun anggaran.

13. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 28
(1) Pencairan dana bantuan sarana/prasarana dalam
bentuk uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (2) huruf a yang nilai bantuannya
Rpl00. 000. 000,00 (seratus juta rupiah) ke atas,
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Tahap I sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari
keseluruhan dana bantuan sarana/prasarana
setelah perjanjian kerjasama ditandatangani
oleh penerima bantuan dan PPK.
b. Tahap II sebesar 30% (tiga puluh persen)dari
keseluruhan dana bantuan sarana/prasarana,
apabila prestasi pekerjaan telah mencapai 50%
(lima puluh persen).

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 95999


5
- 12 -

(2) Penerima bantuan sarana/prasarana mengajukan


permohonan pembayaran tahap I sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan dilampiri:
a. perJanJian kerja sama yang telah
ditandatangani oleh penenma bantuan
sarana/prasarana;
b. kuitansi bukti penenmaan uang yang telah
ditandatangani oleh penenma bantuan
sarana/prasarana.
(3) Penerima bantuan sarana/prasarana mengajukan
permohonan pembayaran tahap II sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan dilampiri:
a. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan;
b. laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan yang
ditandatangani oleh Ketua/Pimpinan penenma
bantuan sarana/prasarana.
(4) PPK melakukan pengujian permohonan pembayaran
tahap I bantuan sarana/prasarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan tahap II sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan petunjuk
teknis penyaluran Bantuan Pemerintah.
(5) PPK menandatangani perjanjian kerja sama dan
mengesahkan bukti penenmaan uang untuk
pembayaran tahap I serta menerbitkan SPP setelah
pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
telah sesuai dengan petunjuk teknis penyaluran
Bantuan Pemerintah.
(6) PPK mengesahkan bukti penenmaan uang untuk
pembayaran tahap II serta menerbitkan SPP setelah
pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
telah sesuai dengan petunjuk teknis penyaluran
Bantuan Pemerintah.
(7) Dalam hal pengujian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tidak sesuai dengan petunjuk teknis
penyaluran Bantuan Pemerintah, PPK
menyampaikan informasi kepada penerima bantuan
untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen
permohonan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


600 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
. - 13 -

(8) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat


(6) disampaikan kepada PP-SPM dengan mekanisme
sebagai berikut:
a. pembayaran tahap I dilampiri:
1. perJanJian kerjasama yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
PPK;
2. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
disahkan oleh PPK.
b. pembayaran tahap II dilampiri:
1. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
disahkan oleh PPK;
2. laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan
yang ditandatangani oleh Ketua/Pimpinan
penerima bantuan.
(9) Laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan
ayat (8) huruf b angka 2 dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf C
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

14. Ketentuan ayat (1) Pasal 29 diubah, sehingga Pasal 29


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 29
(1) Penerima bantuan sarana/prasarana dalam bentuk
uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)
huruf b dan Pasal 25 ayat (4), mengajukan
permohonan pencairan dana kepada PPK dengan
dilampiri:
a. perJanJian kerja sama yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan; dan
b. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16001


6
- 14 -

(2) PPK melakukan pengUJian permohonan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diajukan
penenma bantuan sesuai petunjuk teknis
penyaluran Bantuan Pemerintah.
(3) PPK menandatangani perjanjian kerja sama dan
mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta
menerbitkan SPP setelah pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) telah sesuai dengan
petunjuk teknis penyaluran Bantuan Pemerintah.
(4) Dalam hal pengujian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak sesuai dengan petunjuk teknis
penyaluran Bantuan Pemerintah, PPK
menyampaikan informasi kepada penerima bantuan
untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen
permohonan.
(5) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disampaikan kepada PP - SPM dengan dilampiri:
a. perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani
oleh penerima bantuan dan PPK;
b. kuitansi bukti penenmaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
disahkan oleh PPK.

15. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 30
(1) Penerima dana bantuan sarana/prasarana dalam
bentuk uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
huruf a, harus menyampaikan laporan
pertanggungjawaban bantuan kepada PPK setelah
pekerjaan selesai atau pada akhir tahun anggaran,
meliputi:
a. Berita Acara Serah Terima, yang memuat:
1. jumlah dana awal, dana yang
dipergunakan, dan sisa dana;
2. pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan
Perjanjian Kerja Sama; dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


602 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 15 -

3. pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran


telah disimpan; dan
b. foto/film hasil pekerjaan yang tel ah
diselesaikan.
(2) Dalam hal terdapat s1sa dana, penenma Bantuan
Pemerintah harus menyampaikan bukti surat
setoran sisa dana ke rekening Kas Negara kepada
PPK sesuai dengan perjanjian kerja sama sebagai
dokumen tambahan laporan pertanggungjawaban
bantuan.
(3) Berdasarkan laporan pertanggungjawaban bantuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , PPK
melakukan verifikasi atas laporan
pertanggungjawaban.
(4) PPK mengesahkan Berita Acara Serah Terima setelah
hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
telah sesuai dengan perjanjian kerja sama.
(5) Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf D
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

16. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 33
(1) Dalam hal bantuan rehabilitasi dan/atau
pembangunan gedung/bangunan dapat
dilaksanakan sendiri oleh penenma Bantuan
Pemerintah, bantuan dapat diberikan dalam bentuk
uang.
(2) Bantuan dalam bentuk uang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan kepada lembaga penerima
Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (1) yang telah mempunyai unit
pengelola keuangan dan kegiatan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 36003


6
- 16 -

(3) Unit pengelola keuangan dan kegiatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri dari
orang yang mempunyai tanggung jawab dan
wewenang untuk menguji tagihan, memerintahkan
pembayaran dan melaksanakan pembayaran.
(4) Orang yang mempunyai tanggung jawab dan
wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak boleh saling merangkap.
(5) Dalam hal penerima bantuan tidak mempunyai unit
pengelola keuangan dan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), bantuan dalam bentuk
uang dapat diberikan kepada penerima bantuan
berdasarkan persyaratan penerima bantuan yang
ditetapkan dalam petunjuk teknis oleh Pejabat
Eselon I yang bertanggung jawab terhadap program
Bantuan Pemerintah.
(6) Penyaluran dana bantuan rehabilitasi dan/atau
pembangunan gedung/bangunan dilaksanakan
secara langsung dari rekening Kas Negara melalui
mekanisme LS kepada:
a. rekening unit pengelola keuangan dan kegiatan
pada lembaga penerima bantuan; atau
b. rekening lembaga penerima bantuan dalam hal
penenma bantuan tidak mempunyai unit
pengelola keuangan dan kegiatan.

17. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 34 diubah, sehingga
Pasal 34 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 34
(1) Pencairan dana bantuan rehabilitasi dan/atau
pembangunan gedung/bangunan dalam bentuk
uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)
dilakukan berdasarkan perjanjian kerja sama antara
PPK dengan:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


604 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 17 -

a. unit pengelola keuangan dan kegiatan pada


lembaga penerima bantuan; atau
b. pimpinan lembaga penerima bantuan dalam hal
penenma bantuan tidak mempunyai unit
pengelola keuangan dan kegiatan.
(2) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) , memuat:
a. hak dan kewajiban kedua belah pihak;
b. jumlah dan nilai rehabilitasi dan/atau
pembangunan gedung/bangunan;
c. Jems dan spesifikasi rehabilitasi dan/ atau
pembangunan gedung/bangunan;
d. jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
e. tata cara dan syarat penyaluran dana;
f. pernyataan kesanggupan penerima Bantuan
Pemerintah untuk menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan jenis dan spesifikasi yang telah
ditetapkan;
g. pernyataan kesanggupan penenma Bantuan
Pemerintah untuk menyetorkan sisa dana yang
tidak digunakan ke Kas Negara;
h. sanksi; dan
i. penyampaian laporan pertanggungjawaban
bantuan kepada PPK setelah pekerjaan selesai
atau akhir tahun anggaran.

18. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 35
(1) Pencairan dana bantuan rehabilitasi dan/atau
pembangunan gedung/bangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) , dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Tahap I sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari
keseluruhan dana bantuan rehabilitasi
dan/atau pembangunan gedung/bangunan
setelah perjanjian kerjasama ditandatangani
oleh penerima bantuan dan PPK;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 56005


6
- 18 -

b. Tahap II sebesar 30% (tiga puluh persen) dari


keseluruhan dana bantuan rehabilitasi
dan/atau pembangunan gedung/bangunan,
apabila prestasi pekerjaan telah mencapai 50%
(lima puluh persen).
(2) Pimpinan lembaga penerima bantuan mengajukan
permohonan pencairan tahap I sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan dilampiri:
a. perJanJian kerja sama yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan;
b. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan.
(3) Pimpinan lembaga penerima bantuan mengajukan
permohonan pencairan tahap II sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan dilampiri:
a. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan;
b. laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan yang
ditandatangani oleh Ketua/Pimpinan penerima
bantuan.
(4) PPK melakukan penguj1an permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
sesuai dengan petunjuk teknis penyaluran Bantuan
Pemerintah.
(5) PPK menandatangani perJanJ1an kerja sama dan
mengesahkan bukti penenmaan uang untuk
pembayaran tahap I serta menerbitkan SPP setelah
pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
telah sesuai dengan petunjuk teknis.
(6) PPK mengesahkan bukti penerimaan uang untuk
pembayaran tahap II serta menerbitkan SPP setelah
pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
telah sesuai dengan petunjuk teknis penyaluran
Bantuan Pemerintah.
(7) Dalam hal pengujian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tidak sesuai dengan petunjuk teknis
penyaluran Bantuan Pemerintah, PPK

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


606 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 19 -

menyampaikan informasi kepada penerima bantuan


untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen
permohonan.
(8) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat
(6) disampaikan kepada PP-SPM dengan mekanisme
sebagai berikut:
a. pembayaran tahap I dilampiri:
1. perJanJian kerjasama yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
PPK; dan
2. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
disahkan oleh PPK.
b. pembayaran tahap II dilampiri:
1. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
disahkan oleh PPK;dan
2. laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan
yang ditandatangani oleh Ketua/Pimpinan
penerima bantuan.
(9) Laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan
ayat (8) huruf b angka 2 dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf C
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

19. Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 disisipkan 1 (satu) Pasal


yakni Pasal 35A, sebagai berikut:
Pasal 35A
(1) Pencairan dana bantuan rehabilitasi dan/atau
pembangunan gedung/bangunan dalam bentuk
uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)
dilakukan sekaligus dalam hal Bantuan Pemerintah
yang diberikan kepada penerima bantuan nilainya di
bawah Rpl00. 000.000,00 (seratus juta rupiah).

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 76007


6
- 20 -

(2) Penerima bantuan rehabilitasi dan/atau


pembangunan gedung/bangunan, mengajukan
permohonan pencairan dana kepada PPK dengan
dilampiri:
a. perJanJian kerja sama yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan; dan
b. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan.
(3) PPK melakukan penguJ1an permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diajukan
penenma bantuan sesuai petunjuk teknis
penyaluran Bantuan Pemerintah.
(4) PPK menandatangani perjanjian kerja sama dan
mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta
menerbitkan SPP setelah pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) telah sesuai dengan
petunjuk teknis penyaluran Bantuan Pemerintah.
(5) Dalam hal pengujian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tidak sesuai dengan petunjuk teknis
penyaluran Bantuan Pemerintah, PPK
menyampaikan informasi kepada penerima bantuan
untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen
permohonan.
(6) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
disampaikan kepada PP-SPM dengan dilampiri:
a. perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani
oleh penerima bantuan dan PPK;dan
b. kuitansi bukti penenmaan uang yang telah
ditandatangani oleh penerima bantuan dan
disahkan oleh PPK.

20. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 36
(1) Penerima bantuan rehabilitasi dan/ atau
pembangunan gedung/bangunan dalam bentuk

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


608 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 21 -

uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33


ayat (1), harus menyampaikan laporan
pertanggungjawaban bantuan kepada PPK setelah
pekerjaan selesai atau pada akhir tahun anggaran,
meliputi:
a. Berita Acara Setah Terima, yang memuat:
1. jumlah dana awal, dana yang digunakan,
dan sisa dana;
2. pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan
Perjanjian Kerja Sama; dan
3. pernyataan bahwa bukti - bukti pengeluaran
telah disimpan; dan
b. foto/film hasil pekerjaan yang telah
diselesaikan.
(2) Dalam hal terdapat s1sa dana, penenma Bantuan
Pemerintah harus menyampaikan bukti surat
setoran sisa dana ke rekening Kas Negara kepada
PPK sesuai dengan perjanjian kerja sama sebagai
dokumen tambahan laporan pertanggungjawaban
bantuan.
(3) Berdasarkan laporan pertanggungjawaban bantuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , PPK
melakukan verifikasi atas laporan
pertanggungjawaban bantuan.
(4) PPK mengesahkan Berita Acara Serah Terima setelah
hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
telah sesuai dengan perjanjian kerjasama.
(5) Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf D
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

21. Ketentuan ayat (2) dan ayat (5) Pasal 40 diubah, sehingga
Pasal 40 berbunyi sebagai berikut:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 96009


6
- 22 -

Pasal 40
(1) Pencairan bantuan lainnya yang memiliki
karakteristik Bantuan Pemerintah yang clitetapkan
oleh PA clalam bentuk uang sebagaimana climaksucl
clalam Pasal 38 ayat (1) clapat clilakukan secara
sekaligus atau bertahap.
(2) Penentuan pencairan secara sekaligus atau bertahap
sebagaimana climaksucl pacla ayat (1) clitetapkan
oleh KPA clengan mempertimbangkan jumlah clana
clan waktu pelaksanaan kegiatan.
(3) Pencairan clana bantuan lainnya yang memiliki
karakteristik Bantuan Pemerintah yang clitetapkan
oleh PA clalam bentuk uang yang cliberikan kepacla
perseorangan clilaksanakan secara sekaligus
berclasarkan Surat Keputusan.
(4) Pencairan clana bantuan lainnya yang memiliki
karakteristik Bantuan Pemerintah yang clitetapkan
oleh PA yang cliberikan kepacla Kelompok
Masyarakat clan Lembaga Pemerintah atau Lembaga
Non Pemerintah clapat clilakukan sekaligus atau
bertahap berclasarkan Surat Keputusan clan
perJanJian kerjasama antara penerima bantuan
lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan
Pemerintah yang clitetapkan oleh PA clengan PPK.
(5) Perjanjian kerjasama sebagaimana climaksucl pacla
ayat (4) memuat:
a. hak clan kewajiban keclua belah pihak;
b. jumlah bantuan yang cliberikan;
c. tata cara clan syarat penyaluran;
cl. pernyataan kesanggupan penerima Bantuan
Pemerintah untuk menggunakan bantuan
sesuai rencana yang telah clisepakati;
e. pernyataan kesanggupan penerima Bantuan
Pemerintah untuk menyetorkan sisa clana yang
ticlak cligunakan ke Kas Negara;
f. sanksi; dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


610 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 23 -

g. penyampaian laporan pertanggungjawaban


bantuan kepada PPK setelah pekerjaan selesai
atau akhir tahun anggaran.

22. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 42
(1) Kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau
lembaga non pemerintah penerima bantuan dalam
bentuk uang harus menyampaikan laporan
pertanggungjawaban bantuan kepada PPK setelah
pekerjaan selesai atau akhir tahun anggaran,
meliputi:
a. Berita Acara Serah Terima, yang memuat:
1. jumlah dana awal, dana yang
dipergunakan, dan sisa dana;
2. pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan
Perjanjian Kerja Sama; dan
3. pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran
telah disimpan; dan
b. foto/film hasil pekerjaan yang tel ah
diselesaikan.
(2) Dalam hal terdapat s1sa dana, penenma Bantuan
Pemerintah harus menyampaikan bukti surat
setoran sisa dana ke rekening Kas Negara kepada
PPK sesuai dengan perjanjian kerja sama
(3) Berdasarkan laporan pertanggungjawaban bantuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , PPK
melakukan verifikasi atas laporan
pertanggungjawaban bantuan.
(4) PPK mengesahkan Berita Acara Serah Terima setelah
hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
telah sesuai dengan perjanjian kerja sama.
(5) Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf D
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16111


6
- 24 -

23. Di antara Pasal 53 dan Pasal 54 disisipkan 1 (satu) Pasal


yakni Pasal 53A, sebagai berikut:
Pasal 53A
Tata cara penyerahan Barang Milik Negara dari pemberi
bantuan kepada penerima bantuan berpedoman pada
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai
tata cara pemindahtanganan Barang Milik Negara.

24. Mengubah Lampiran I dan Lampiran II Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada
Kementerian Negara/Lembaga, sehingga menjadi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal II
1. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Penyaluran Bantuan Pemerintah untuk Tahun
Anggaran 2016 berpedoman pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; dan
b. Pedoman umum dan petunjuk teknis penyaluran
Bantuan Pemerintah mulai Tahun Anggaran 2017
ditetapkan paling lambat pada tanggal
31 Desember 2016 dengan berpedoman pada
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
2. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


612 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 25 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya


dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 November 20 16
_

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 17 November 2016

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1745

ARIF_BI
NIP 11. 97109121997031001

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 36113


6
- 26 -

LAMPI RAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 173/PMK.05/2016
TENT ANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN
NOMOR 168/PMK.05/2015 TENTANG MEKANISME
PELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH PADA
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

A. FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA

<KOP SURAT>

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama Lembaga ............................................................ (1)
2. Nama Pimpinan Lembaga ........ ....................... ............................. (2)
3. Alamat Lembaga ............................................................ (3)
4. Nama Bantuan Bantuan Operasional ... ......... .............. (4)

berdasarkan Surat Keputusan Nomor ................. ..... (5) dan Perjanjian Kerja
Sama Nomor ............................. (6) mendapatkan Bantuan Operasional
........................ (7) sebesar ................................... (8)
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Sampai dengan bulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (9) telah menerima pencairan Tahap
Ke-. .... ............ .......... (10) dengan nilai nominal sebesar Rp.............
(..........) (11), dengan rincian penggunaan sebagai berikut:
a. Jumlah total dana yang telah diterima : Rp............ . (........) (12)
b. Jumlah total dana yang dipergunakan : Rp............ ( ........) (13)
c. Jumlah total sisa dana : Rp... .. ... ..... (........) (14)
2. Persentase jumlah dana bantuan operasional ........... (15) yang telah
digunakan adalah sebesar ............ (........ .) (16). .

3. Bertanggung jawab penuh atas pengeluaran yang telah dibayar lunas


kepada yang berhak menerima.
4. Bersedia menyimpan dengan baik seluruh bukti pengeluaran belanja yang
telah dilaksanakan.
5. Bersedia untuk dilakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti pengeluaran
oleh aparat pengawas fungsional Pemerintah.
6. Apabila di kemudian hari, pernyataan yang saya buat ini mengakibatkan
kerugian Negara maka saya bersedia dituntut penggantian kerugian negara
dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

(17)
(18)

Materai
Rp6.000,-
(19)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


614 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 27 -

PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA

NO URAIAN ISIAN
(1) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan operasional
(2) Diisi dengan nama pimpinan lembaga penerima bantuan operasional
(3) Diisi dengan alamat lembaga penerima bantuan operasional
(4) Diisi dengan nama bantuan operasional (sekolah, madrasah, atau
lainnya)
(5) Diisi nomor dan tanggal Surat Keputusan Penetapan Penerima
Bantuan Operasional
(6) Diisi dengan nomor dan tanggal Perjanjian Kerja Sama
(7) Diisi dengan nama bantuan operasional (sekolah, madrasah, atau
lainnya)
(8) Diisi dengan nilai bantuan operasional berdasarkan Surat Keputusan
atau Perjanjian Kerja Sama
(9) Diisi dengan bulan dan tahun
(10) Diisi dengan tahap II, tahap III, atau tahap IV bantuan operasional
yang telah diterima
(11) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan operasional yang telah
diterima
(12) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan operasional yang telah
diterima
(13) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan operasional yang telah
dipergunakan
(14) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan operasional yang belum
dipergunakan
(15) Diisi dengan nama bantuan operasional (sekolah, madrasah, atau
lainnya)
(16) Diisi dengan persentase bantuan operasional yang belum
dipergunakan Uumlah pada angka 13 dibagi dengan jumlah pada
angka 12 dikali 100%)
(17) Diisi dengan nama kota, tanggal dan tahun SPTB ditandatangani
(18) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan operasional
(19) Diisi dengan nama pimpinan lembaga penerima bantuan operasional

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 56115


6
- 28 -

B. FORMAT LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN OPERASIONAL

<KOP SURAT>
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN OPERASIONAL

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama Lembaga
............................................................ (1)
2. Nama Pimpinan Lembaga ........... . ............................... ... . ............. (2)
3. Alamat Lembaga ....... . ..... . ......... . .................... . ............... (3)
4. Nama Bantuan Bantuan Operasional ... . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . ... (4)

berdasarkan Surat Keputusan Nomor ................................ (5) dan Perjanjian


Kerja Sama Nomor ................................ (6), telah menenma Bantuan
Operasional ..... ... . ........... (7) dengan nilai nominal sebesar
Rp........................ (.. ......) (8)
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini Saya menyampaikan laporan
pertanggungjawaban bantuan sebagai berikut:
1. Laporan Penggunaan Jumlah Dana
a. Jumlah total dana yang telah diterima ........................ (..... ...) (9)
b. Jumlah total dana yang dipergunakan ... ....... . . . .......... . (........) (10)
c. Jumlah total sisa dana ........................ (... .... ) (11)
2. Telah menyelesaikan seluruh pekerjaan (100%) Bantuan Operasional
..................... (12) berdasarkan Perjanjian Kerja Sama tersebut di atas.
Berdasarkan hal tersebut di atas, saya dengan ini menyatakan dengan
sebenar - benarnya bahwa:
1. Bukti-bukti pengeluaran penggunaan dana Bantuan Operasional
.............. ............ (13) sebesar Rp........................ (........) (14) telah kami
simpan sesuai dengan ketentuan untuk kelengkapan administrasi dan
keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
2. Telah menyetorkan sisa dana bantuan ke Kas Negara sebesar
.. . ............... (.......) (15) sebagaimana Bukti Penerimaan Negara (BPN)
terlampir. ) *

3. Apabila di kemudian hari, atas penggunaan dana Bantuan Operasional


................................ (16) mengakibatkan kerugian Negara maka saya
bersedia dituntut penggantian kerugian negara dimaksud sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Demikian laporan pertanggungjawaban Bantuan Operasional m1 kami buat


dengan sesungguhnya dan penuh tanggung jawab.

............... , .................... . .... (17)


(18)
Materai
Rp6.000,-

(19)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


616 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 29 -

PETUNJUK PENGISIAN
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN OPERASIONAL

NO URAIAN ISIAN
(1) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan operasional
(2) Diisi dengan nama pimpinan lembaga penerima bantuan operasional
(3) Diisi dengan alamat lembaga penerima bantuan operasional
(4) Diisi dengan nama bantuan operasional (sekolah, madrasah, atau
lainnnya)
(5) Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Keputusan Penetapan Penerima
Bantuan Operasional
(6) Diisi dengan nomor dan tanggal Perjanjian Kerja Sama
(7) Diisi dengan nama bantuan operasional (sekolah, madrasah, atau
lainnnya)
(8) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan operasional yang telah
diterima
(9) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan operasional yang telah
diterima
(10) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan operasional yang telah
dipergunakan
(11) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan operasional yang belum
dipergunakan
(12) Diisi dengan nama bantuan operasional (sekolah, madrasah, atau
lainnnya)
(13) Diisi dengan nama bantuan operasional (sekolah, madrasah, atau
lainnnya)
(14) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan operasional yang telah
dipergunakan
(15) Diisi dengan sisa jumlah angka dan huruf bantuan operasional yang
telah disetor ke Kas Negara Uumlah sama seperti angka 11)
(16) Diisi dengan nama bantuan operasional (sekolah, madrasah, atau
lainnnya)
(17) Diisi dengan nama kota, tanggal dan tahun laporan
pertanggungjawaban Bantuan Operasional ditandatangani
(18) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan operasional
(19) Diisi dengan nama pimpinan lembaga penerima bantuan operasional

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 76117


6
- 30 -

C. FORMAT LAPORAN KEMAJUAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

<KOP SURAT>
LAPORAN KEMAJUAN PENYELESAIAN PEKERJAAN
NOMOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)

Pada hari ini . . . . . . . . . . . . . . . . . (2) tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . (3) bulan (4) tahun


. . . . . . . . . . . . . . . . . . (5) , yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6)

Jabatan : Pimpinan lembaga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)


Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (8)

dengan ini menyatakan sebagai berikut:

Berdasarkan Surat Keputusan Nomor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (9) dan Perjanjian Kerja


Sama nomor . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (10) mendapatkan bantuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(11) berupa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (12) dengan nilai bantuan sebesar
. . . . . . . . . . . . . . . . (. . . . . . . . ) (13).
1. Sampai dengan tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (14), kemajuan penyelesaian
pekerjaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (15) sebesar . . . . . . . . . . . . . . . . . . %(16).
2. Apabila di kemudian hari, atas laporan penyelesaian pekerjaan yang telah
dibuat mengakibatkan kerugian Negara maka saya bersedia untuk
dituntut penggantian kerugian negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Demikian Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan 1m dibuat dengan


sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (17)
Pimpinan/Ketua Lembaga . . . . . . (18)

Materai
Rp6.000,-

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (19)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


618 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 31 -

PETUNJUK PENGISIAN
LAPORAN KEMAJUAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

NO URAIAN ISIAN
(1) Diisi dengan nomor Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan
(2) Diisi dengan hari pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(3) Diisi dengan tanggal pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(4) Diisi dengan bulan pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(5) Diisi dengan tahun pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(6) Diisi dengan nama pimpinan penerima bantuan
(7) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan
(8) Diisi dengan alamat lembaga penerima bantuan
(9) Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Keputusan Penetapan
Penerima Bantuan
(10) Diisi dengan nomor dan tanggal Perjanjian Kerja Sama
(11) Diisi dengan Jems bantuan yang diterima (sarana/prasana,
rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan atau bantuan lainnya
yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan
oleh PA)
(12) Diisi dengan bentuk bantuan yang diterima (pembangunan ruang
kelas baru, pembangunan saluran irigasi, pengadaan bibit/pupuk,
atau lainnya)
(13) Diisi dengan jumlah angka dan huruf nilai bantuan yang diterima
sesuai dengan Surat Keputusan atau Perjanjian Kerja Sama
(14) Diisi dengan tanggal pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(15) Diisi dengan bentuk bantuan yang diterima (pembangunan ruang
kelas baru, pembangunan saluran irigasi, pengadaan bibit/pupuk,
atau lainnya)
(16) Diisi dengan persentase kemajuan penyelesaian pekerjaan
(17) Diisi dengan kota dan tanggal pembuatan Laporan Kemajuan
Penyelesaian Pekerjaan
(18) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan
(19) Diisi dengan nama pimpinan penerima bantuan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 96119


6
- 32 -

D. FORMAT BERITA ACARA SERAH TERIMA

<KOP SURAT>

BERITA ACARA SERAH TERIMA


NOMOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)

Pada hari ini . . . . . . . . . . .. . . . . . . . (2) tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3) bulan . . . . . . . . . . . .. . . . . . . (4)


tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5) yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6)
Jabatan : Pimpinan/Ketua. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)
Alamat . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . (8)
yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU
2. Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (9)
NIP : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (10)
Jabatan : PPK Satker. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (11)
Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (12)
yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA
dengan ini menyatakan sebagai berikut:
1. PIHAK KESATU telah melaksanakan penyelesaian pekerjaan berupa
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . (13) sesuai dengan Surat Keputusan Nomor . . . .. . . . . . . .. . . . . . . (14)
dan Perjanjian Kerja Sama nomor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (15).
2. PIHAK KESATU telah menerima dana bantuan dari PIHAK KEDUA dan
telah dipergunakan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan Perjanjian Kerja Sama, dengan rincian sebagai berikut:
a. Jumlah total dana yang telah diterima : . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (. . . . . . .) (16)
b. Jumlah total dana yang dipergunakan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (. . . . . . . ) (17)
c. Jumlah total sisa dana : . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . (. . . . . . . ) (18)
3 . PIHAK KESATU menyatakan bahwa bukti-bukti pengeluaran dana
Bantuan . . . . .. . .. . . . . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . (19) sebesar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (. . .. . . .) (20)
telah disimpan sesuai dengan ketentuan untuk kelengkapan administrasi
dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
4. PIHAK KESATU menyerahkan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA
menerima dari PIHAK KESATU berupa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (21) dengan nilai
....................... (22).
5. PIHAK KESATU telah menyetorkan sisa dana bantuan ke Kas Negara
sebesar ........................ (23) sebagaimana Bukti Penerimaan Negara (BPN)
terlampir. ) *

Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dan
ditandatangani oleh Para Pihak pada hari ini dan tanggal tersebut di atas,
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KESATU PIHAK KEDUA


................................ (24) PPK Satker ..................... ( 26 )

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (25) . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (27)
NIP ... . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . (28)

*) angka 5 dicoret apabila tidak terdapat sisa dana.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


620 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 33 -

PETUNJUK PENGI SIAN


B ERITA ACARA SERAH TERI MA PEKERJAAN

NO URAIAN ISI
(1) Diisi dengan nomor Berita Acara Serah Terima (BAST)
(2 ) Diisi dengan hari pembuatan BAST
(3) Diisi dengan tanggal pembuatan BAST
(4 ) Diisi dengan bulan pembuatan BAST
(5) Diisi dengan tahun pembuatan BAST
(6) Diisi dengan nama pimpinan / ketua/ kepala lembaga penerima
bantuan
(7) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan
(8) Diisi dengan alamat lembaga penerima bantuan
(9 ) Diisi dengan nama Pej abat Pembuat Komitmen (PPK)
( 1 0) Diisi dengan NIP PPK
(1 1) Diisi dengan nama S atker pemberi bantuan
( 1 2) Diisi alamat Satker pemberi bantuan
( 1 3) Diisi dengan nama pekerj aan yang dilaksanakan penerima bantuan
( 1 4) D iisi dengan nomor dan tanggal Surat Keputusan pemberian bantuan
( 1 5) Diisi dengan nomor dan tanggal Perj anj ian Kerj a S ama pemberian
bantuan
( 1 6) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
diterima
( 1 7) Diisi dengan j umlah angka dan huruf total dana bantuan yang telah
dipergunakan
( 1 8) D iisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang tidak
dipergunakan
( 1 9) Diisi dengan nama pekerj aan yang dilaksanakan penerima bantuan
(2 0 ) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang telah
dipergunakan
(2 1 ) Diisi dengan nama pekerj aan yang dilaksanakan penerima bantuan
(2 2 ) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang telah
di pergunakan
(2 3 ) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang tidak
dipergunakan ijumlah sama seperti angka 1 8)
(2 4 ) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan
(2 5) Diisi dengan nama pimpinan / ketua/ kepala lembaga penerima
bantuan
(2 6) Diisi dengan nama S atker pemberi bantuan
(2 7) Diisi dengan nama PPK S atker pemberi bantuan
(2 8) Diisi dengan NIP PPK S atker pemberi bantuan

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDO NESIA,
ttd .
S RI MULYANI IND RAWATI

alinan sesuai dengan aslinya


ala Biro Umum
'u . b .
.Qala Bagian T . U . ementerian

ARI F BINTAR
NIP

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16221


6
Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 187/PMK.07/2016
Tentang
Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan
Nomor 48/PMK.07/2015 tentang
Pengerlolaan Transfer
ke Daerah dan Dana Desa
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLI K INDONESIA


NOMOR 187/PMK.07/2016
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PE"
RATURAN MENTER! KEUANGAN
N O M O R 4 8/PMK. 07 /2 0 1 6 TENTANG PENGELO LAAN
TRANSFER KE DAE RAH DAN DANA D E SA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGAN REPUBLI K INDO NESIA,

Menimbang a. bahwa penganggaran, pengalokasian, penyaluran,


penatausahaan, penggunaan, pemantauan dan evaluasi
Transfer ke Daerah dan Dana Desa telah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 8/PMK. 0 7 /2 0 1 6
tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan D ana D esa;
b. bahwa dalam rangka penyempurnaan penganggaran,
pengalokasian, penyaluran, dan penggunaan Transfer ke
Daerah dan Dana Desa perlu dilakukan perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 8/PM K . 0 7 /2 0 1 6
tentang Pengelolaan Transfer ke D aerah dan D ana D esa;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 48/PMK. 0 7 /2 0 1 6 tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan D ana D esa;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 56225


6
- 2 -

Mengingat 1 .Undang-Un
dang Nomor 21 Tahun 200 1 tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2 0 0 1 Nomor 1 35, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4 15 1 )
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Un
dang
Nomor 35Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2 0 0 8 tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 2 1
Tahun 2 0 0 1 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua
Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2 0 0 8 Nomor 1 1 2 , Tambahan Lembaran
Negara RepublikIndonesiaNomor 4884);
2. Undang-UndangNomor 2 0 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (L
embaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2 003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara RepublikIndonesia Nomor 4 3 01 )
;
3.Undang-U
ndang Nomor 3 3 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (L
embaran Negara Republik
IndonesiaTahun 2 0 04 Nomor 1 26 , Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Un
dang Nomor 1 1 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh(L
embaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2 0 06 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4633)
;
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 20 1 2 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2 0 1 2 Nomor 1 70 ,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 53
39)
;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55Tahun 2 0 0 5 tentang
Dana Perimbangan(Le
mbaran Negara RepublikIndonesia
Tahun 2 0 05 Nomor 1 37 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4575)
;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2 0 1 0 tentang
Penyusunan Rencana Kerjadan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (L
embaran Negara Republik Indonesia

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


626 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-3 -

Tahun 2 0 1 0 Nomor 1 52 , Tambahan Lembaran Negara


RepublikIndonesiaNomor 5 17 8);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 45Tahun 2 0 1 3tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Le
mbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2 0 1 3
Nomor 13
0 , Tambahan Lembaran Negara Republik
IndonesiaNomor 542
3);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2 0 1 4 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja
Negara(LembaranNegaraRepublikIndonesia
Tahun 2 0 1 4Nomor 1 68,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 55
58)sebagaimana telah
beberapa kali diubah hir
terak dengan Peraturan
PemerintahNomor 8 Tahun 2 0 1 6 tentang Perubahan
Kedua atas PeraturanPemerintah Nomor 60 Tahun 2 0 1 4
tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan BelanjaNegara (LembaranNegara
Republik Indonesia Tahun 2 0 1 6 Nomor 57, Tambahan
LembaranNegaraRepublikIndonesia Nomor 5864);
1 0. Peraturan MenteriKeuangan Nomor 93/PMK.02/2 0 1 1

tentang Petunjuk
Penyusunan dan PenelaahanRencana
Kerja
dan Anggaran Kementerian
Nega
r a/Lembaga (Be
rita
NegaraRepublikIndonesiaTahun 2 0 1 1 Nomor 365)
;
1 1 . Peraturan MenteriKeuangan Nomor 2 31 /PMK. 02/2 0 1 5
tentang Tata Cara Perencanaan, Penelaahan, dan
Alokasi Anggaran Bagian Anggaran Benciahara
Penetapan
Daftar Isian Pelaksanaan
Umum Negara, dan Pengesahan
Anggaran Bendahara Umum Negara (BeritaNegara
Republik Indonesia Tahun 2 0 1 5Nomor 1909
);
1 2. Peraturan MenteriKeuangan Nomor 4 8/PMK. 0 7 /2 0 16
tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan D ana
Desa(BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 20 16
Nomor 477);

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 76227


6
- 4 -

MEMU
TUS
KAN:
M enetapka
n PERATURAN MENTER!KEU
ANGAN TENTANG PERUBAHAN
ATAS PERATURAN MENTE RI KEUANGAN NOM O R
4 8/PMK.
07/20 1 6 TENTANG PENGELO LAAN TRAN S FER KE
DAERAH DAN DANA DESA.

Pasal I
Beberapa ketentuandalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 4 8/PMK.
07 /2 0 1 6 tentangPengelolaan Transfer ke
D aerah dan Dana Desa, diubah sebagai berikut:

1 . Kete
ntuan angka 33Pasal 1 dihapus dan di antara
angka 34 dan angka 35disisipkan 2 (dua)
angka yakni
angka 34a dan angka 34b, sehingga Pasal 1 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 1
Dalam PeraturanMenteriini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut
Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-
Undang Dasar Negara RepublikIndonesia
Tahun 1 945.
2. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau
walikota, dan perangkat daerah se bagai unsur
penyelenggara PemerintahanDaerah.
3. Daerah Otonomyang selanjutnya
disebut D aerah
adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah
berwenang
mengaturdan mengurus urusan pemerintahandan
kepentingan masyarakat sete
mpat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistemNegara Kesatuan
RepublikIndonesia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


628 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-5
.-

4. Anggaran Pendap
atan dan BelanjaNegara yang
selanjutnyadisingkat APBN adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahannegara yang
disetujui
olehDewanPerwakilanRakyat.
5. Anggaran Pendapatandan BelanjaDaerah yang
selanjutnyadisingkat APBD adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang
disetujui
olehDewanPerwakilanRakyatDaerah.
6. Pendapatan
Asli Daerahyang selanjutnya
disingkat
PAD adalah pendapatan
yang diperoleh
Daerahyang
dip
ungut berdasarkan PeraturanDaerah sesuai
dengan peraturan
perundang-undangan.
7. Indikasi Kebutuhan
Dana Transfer ke Daerah dan
Dana Desa adalah indikasi dana yang perlu
dianggarkan dalam rangka pelaksanaan Transfer
keDaerahdan Dana Desa.
8. Rencana
Dana Pengeluaran
TransferkeDaerahdan
Dana Desaadalah rencana
kerja
dan anggaran yang
memuatrinciankebutuhandana dalam rangka
pelaksanaanTransferkeDaerahdan Dana Desa.
9. Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja
Negara dalam rangka mendanai pelaksanaan
desentralisasi
fiskal berupa Dana Perimbangan,
Dana Insentif
Daerah, Dana Otonomi
Khusus, dan
Dana Keistimewaan
DaerahIstimewa
ogyakarta.
Y
10. Dana Perimbanganadalah dana yang dialokasikan
dalam APBN kepada daerah untuk mendanai
kebutuhandaerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi,
yang terdiri
atas Dana Transfer
Umum dan Dana TransferKhusus.
1 1 . Dana Transfer Umum adalah dana yang
dialokasikan dalam APBN kepada daerah untuk
daerahguna
digunakan sesuaidengankewenangan
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaandesentralisasi.
12. Dana Transfer Khusus adalah dana yang
dialokasikandalam APBN kepada daerah dengan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 96229


6
-6-

tujuan untuk membantu mendanai kegiatan


khusus, baik fisik maupun
nonfisik
yang
merupakan
urusan
daerah.
1 3. Dana BagiHasil
yang selanjutnya
disingkat
DBH
adalah dana yang dialokasikan
dalam APBN kepada
Daerah
berdasarkan
angkapersentase
tertentu
dari
pendapatannegara untuk mendanai
kebutuhan
daerah dalam rangka
pelaksanaan
desentralisasi.
1 4. Dana Bagi HasilPajakyang selanjutnya
disebut
DBH Pajak adalah bagian
daerah
yang berasal
dari
penenmaanPajak Bumi
dan Bangunan, Pajak
Penghasilan
Pasal2 1 , Pajak Penghasilan
Pasal25
dan Pasal 29 Wajib
PajakOrangPribadi
Dalam
Negeri.
1 5. Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya
disingkat
PBB adalah pajakyang dikenakan
atas
bumidan bangunan,kecuali
PBB Perdesaan
dan
Perkotaan.
1 6. Pajak PenghasilanPasal 2 1 yang selanjutnya
disebut
PPh Pasal 2 1 adalah pajak
ataspenghasilan
berupagaji,
upah, honorarium,
tunjangandan
pembayaran
lainnya
sehubungandenganpekerjaan
ataujabatan, jasa
dan kegiatan
yang dilakukan
oleh
Wajib
Pajak OrangPribadi
berdasarkan
ketentuan
Pasal 21 Undang-Undang mengenai Pajak
Penghasilan.
Pasal 25dan Pasal 29 Wajib
1 7. PajakPenghasilan
Pajak
OrangPribadi
Dalam Negeri
yang selanjutnya
disebut
PPh WPOPDN adalah Pajak Penghasilan
terutang
oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi
Dalam
Negeri
berdasarkan
ketentuan
Pasal25dan Pasal
29 Undang-U
ndang mengenai
PajakPenghasilan
yang berlaku kecuali Pajak Penghasilan
sebagaimana
diatur dalam
Pasal 25 ayat (8)
Undang-Undang
mengenai
Pajak
Penghasilan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


630 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 7-

1 8. Dana Bagi Basil Cukai Basil Tembakauyang


selanjutnya
disingkat
DBB CBT adalah
bagian dari
anggarantransfer
kedaerah
yangdibagikan
kepada
provms1
penghasilcukaidan/atau prov1ns1
penghasil
tembakau.
1 9. Dana Bagi Basil SumberDaya Alam yang
selanjutnya
disingkat
DBB SDAadalah bagian
daerah yang berasal
dari penenmaan SD
A
kehutanan,mineral dan batubara, perikanan,
minyak
pertambangan bumi, pertambangan
gas
bumi,dan pengusahaan
panasbumi.
20. Penerimaan
NegaraBukan PajakSumberDaya
Alam yang selanjutnya
disingkat
PNBP S DA adalah
bagiandari
Penerimaan
Negara
Bukan Pajak
yang
berasal dari
sumber
daya alamkehutanan,
mineral
dan batubara,
perikanan, minyak
bumi, gasbumi,
clanpengusahaan
panasbumi.
2 1 . Kontraktor
Kontrak
Kerja
Sama yang selanjutnya
disingkat KKKS adalah badan
usaha ataubentuk
usaha tetap yang
ditetapkan
untukmelakukan
eksplorasi
dan eksploitasi
pada suatu
wilayah
kerja
berdasarkan
kontrak
kerja
sama.
22. PengusahaPanas Bumi adalah Pertamina atau
perusahaan
penerusnya
sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang
-undangan, kontraktor
kontrak operasi
bersama
Uoint operation
contract)
,
dan pemegang
izinpengusahaan
panasbumi.
23. KurangBayarDana BagiBasil
yang selanjutnya
disebut Kurang Bayar
DBB adalah selisih
kurang
antara DBB yang
dihitung
berdasarkan
realisasi
rampungpenerimaan
negara dengan
DBB yang
telah
disalurkan
ke Daerah atau
DBByangdihitung
berdasarkan
prognosa
realisasi
penerimaan
negara
pada satu
tahun anggaran
tertentu.
24. Lebih
BayarDana Bagi Basil
yang selanjutnya
disebut Lebih Bayar DBH
selisih
adalah
lebih
antara
DBH yang dihitung
berdasarkan
realisasi
rampung

//

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16331


6
-8-

penenmaannegara dengan DBH yang telah


disalurkan
keDaerahatau DBH yang dihitung
berdasarkan
prognosa realisasi penerimaan
negara
pada satu
tahunanggarantertentu.
25.Dana Alokasi
Umum yang selanjutnya
disingkat
DAUadalah dana yang dialokasikan
dalam APBN
kepada daerah dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar Daerah untuk
mendanai kebutuhandaerah dalam rangka
pelaksanaan
desentralisasi.
26. Dana Alokasi
KhususFisik
yang selanjutnya
disingkat
DAKFisik
adalah dana yangdialokasikan
dalam APBNkepada Daerah
tertentu
dengantujuan
untukmembantu
mendanai kegiatan
khusus
fisik
yang merupakan
urusan daerah
dan sesuai
dengan
prioritas
nasional.
27.Dana Alokasi
KhususNonfisik
yang selanjutnya
disingkat
DAK Nonfisik
adalah dana yang
dialokasikan
dalam APBN kepadaDaerah
dengan
tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan
khusus
nonfisik
yang merupakan
urusan
daerah.
28. Dana Bantuan Operasional
Se kolah yang
selanjutnya
disebut
Dana BO S adalah dana yang
digunakan terutama
untuk mendanai belanja
nonpersonalia
bagisatuan pendidikan
dasardan
menengah sebagai
pelaksana
program
wajib
belajar
dan dapatdimungkinkan
untuk
mendanai
beberapa
kegiatanlain sesuaiketentuan
peraturan
perundang-undangan.
29. Dana Bantuan Operasional
Penyelenggaraan
Pendidikan
AnakUsia
Dini
yang selanjutnya
disebut
Dana BOP PAUD adalah dana yang digunakan
untuk biayaoperasional
pembelajaran
dan
dukunganbiayapersonal
bagianakyang mengikuti
pendidikan
anakusia
dini.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


632 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-9 -

30. Dana Tunjangan Profesi


Pegawai
Guru Negeri
Si
pil
Daerah
yang selanjutnya
disebut
Dana TPGuru
PNSD adalahtunjanganprofesi
yang diberikan
kepadaGuru PNSDyang telah
memiliki sertifikat
pendidik
dan memenuhi
persyaratan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
31 . Dana Tambahan Penghasilan
GuruPegawai
N egeri
Sipil
Daerahyang selanjutnya
disebut
DTP Guru
PNSD
adalah tambahanpenghasilan
yang diberikan
kepada Guru PNSD yang belummendapatkan
tunjanganprofesi
Guru PNSD sesuaidengan
keten
tuanperaturan
perundang-
undangan.
32.Dana BantuanOperasional
Kesehatan
dan Bantuan
Operasional
Keluarga
Berencana
yang selanjutnya
disebut
Dana BOK dan BOKB adalahdana yang
digunakan
untukmeringankan
beban masyarakat
terhadap
pembiayaan
bidangkesehatan,
khususnya
pelayanan di Pusat Kesehatan
M asyarak
at,
pen
urunan angka kematian
ibu, angka kematian
bayi
, malnutrisi,
sertameningkatkan
keikutsertaan
Keluarga
Berencana
denganpeningkatan
aksesdan

kualitaspelayanan KeluargaBerencana
yang
merata.
33. D1
hapus.
34.Dana Peningkatan
Kapasitas
Koperasi,
Usaha Kecil
Menengahdan Ketenagakerjaan
yang selanjutnya
disebut
Dana PK2U
K M dan Naker
adalahdana yang
digunakan untuk biaya operasional
penyelenggaraan
pelatihan
pengelolaan
koperasi
,
usaha kecil
menengah,
dan ketenagakerjaan.
34a.
Dana Tunjangan KhususGuruPegawai
Negeri
Si
pil
Daerah
yang selanjutnya
disebut
Dana TKG PNSD
adalah
tunjangan an ke
yang diberik pada guruPNS
D
sebagai
kompensansi
atas kesulitan
hidupdalam
melaksanakan
tugas didaerahkhusus, yaitu
di
desa yang termasukdalam kategori
sangat
tertinggal
menurut
indeks
desa membangun dari

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 36333


6
-1 0 -

Kementerian
Desa, Pembangunan
Daerah
Tertinggal
dan
Transm
i
grasi.
34b. Dana Pelayanan
Administrasi
Kependudukan
yang
selanjutnya
disebutDana Pelayanan
Adminduk
adalahdana yang digunakan
untuk menj
amin
keberlanjutan
dan keamanan
Sistem
Administrasi
Kependudukan
(S
AK)
terpadu
dalammenghasilkan
datadandokumen
kependudukan
yangakurat
dan
seragam
diseluruh
Indonesia.
35. DanaInsentifDaerah
yang selanjutnya
disingkat
DID adalah dana
yang dialokasikan
dalamAPBN
kepadadaerah
terten
tu berdasar
kan kri
teria
tertentu dengan
tujuan untuk memberikan
atas
penghargaan pencapaian
kinerja
tertentu.
36. Dana Otonomi Khusus adalahdana yang
untuk
dialokasikan membiayai
pelaksanaan
otonomi khusus suatu Daerah,sebagaimana
ditetapkan dalam
Undang-UndangNomor 35
Tahun 2008 tentang PenetapanPeraturan
Pemerintah
Pengganti
Undang-Undang
Nomor 1
Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Undang-Undang
Nomor2 1 Tahun 2 0 0 1 tentang
Otonomi Khusus BagiProvinsi
Papua menjadi
dang, dan Undang-
Undang-Un Undang Nomor 1 1
Tahun2006tentan
gPemerintahan
Aceh.
37. Dana Keistimewaan
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
adalah dana yang dialokasikan untuk
penyelenggaraan
urusan keistimewaan
Daerah
sebagaimana
IstimewaYogyakarta, ditetapkan
Nomor 1 3 Tahun 2 0 1 2
dalamUndang-Undang
tentang
Keistimewaan
Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
38. Dana Desaadalah
danayang dialokasikan
dalam
APBN yang diperuntukkan
bagi Desa yang
ditransfer
melaluiAPBD kabupaten/kota
dan
digunakan
untuk membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan
, pelaksanaan pembangunan,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


634 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 1 -

pembinaan
kemasyarakatan,
dan pemberdayaan
masyarakat.
39.Bagian Anggaran Bendahara
Umum Negara
yang
selanjutnya
disingkat
BA BUN adalah
bagian
anggaran yang tidak
dikelompokkan
dalam
bagian
anggaran
kementerian
negara/lembaga.
40. Pengguna
Anggaran
Bendahara
Umum Negara yang
selanjutnya
disingkat
PA BUN adalahpejabat
pemegang kewenangan
penggunaan anggaran
kementerian
negara/lembaga.
4 1. PembantuPenggunaAnggaran
Bendahara
Umum
Negara
yangselanjutnya
disingkat
PPA BUN adalah
unit orgamsas1
di lingkungan Kementerian
Keuangan yang
ditetapkan
oleh Menteri
Keuangan
danbertanggungjawab
ataspengelolaan
anggaran
yangberasal dari
BUN.
BA
42. Kuasa Pengguna Anggaran
Bendahara
Umum
Negara
yangselanjutnya
disingkat
KPA BUN adalah
satuan kerja
pada
masing
-masing
PPA BUN baik
di
kantor pusat maupun kantor
daerah
atausatuan
kerja
di kementerian
negara/lembaga
yang
memperoleh
penugasan
dari
Menteri
Keuangan
untukmelaksanakan
kewenangan
dan tanggung
jawab
pengelolaan
anggaran
yang berasal
dari
BA
BUN.
43. KepalaDaerah
adalahgubernurbagi daerah
provms1
atau bupati bagi daerah
kabupaten
atau
walikota
bagi
daerah kota.
44. Rekening
Kas Umum Negara
yang selanjutnya
disingkat RKUN adalah
rekening
tempat
penyimpanan
uang negara
yang ditentukan
oleh
Menteri
Keuangan
selaku
Bendahara
Umum Negara
untukmenampung
seluruh penerimaan
negara
dan
membayar
seluruh
pengeluaran
negara
pada
bank
sentral.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 56335


6
- 12-

45. Rekening
Kas Umum Daerahyang selanjutnya
disingkat
RKUD adalah rekening
tern
pat
peny1mpa
nan uang daerahyang ditentukan
oleh
gubernur, bupati, walikota
atau untuk menampung
seluruh
penerimaan
daerah
dan membayar
seluruh
pengeluaran
daerah
pada bank yangditetapkan.
46. DaftarIsian Pelaksanaan Anggaran Bendahara

Umum Negara
yang selanjutnya
disingkat
DIPA BUN
adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang
disusun oleh
PPABUN.
4 7. Surat
Keputusan
Penetapan
Rincian
Transfer
ke
Daerah
yang selanjutnya
disingkat
SKPRTD adalah
surat
keputusan
yang mengakibatkan
pengeluaran
atasbebananggaranyang memuat
rincian
jumlah
transfer setiap daerahjenis
menurut
transfer
dalam
periode
tertentu.
48. Surat
Permintaan
Pembayaranyang selanjutnya
disingkat
SPP adalah dokumenyang diterbitkan
oleh KPA BUN/Pejabat
PembuatKomitmen,
yang
berisi
permintaan
pembayarantagihankepada
negara.
49. SuratPerintah
Membayar yang selanjutnya
disingkat
SPM adalah dokumen
yang diterbitkan
oleh KPA BUN/Pejabat
PenandatanganSurat
Perintah
Membayar
ataupejabat
lainyang ditunjuk
untuk
mencairkan
dana yang bersumber
dari
DIPA
ataudokumen
lainyang dipersamakan.
50. Surat
Perintah
Pencairan
Dana yang selanjutnya
disingkat
SP2D adalah surat perintah
yang
diterbitkan
olehKantor Pelayanan
Perbendaharaan
Negara selaku Kuasa Bendahara
Umum Negara
untukpelaksanaan
pengeluaran
atasbeban APBN
berdasarkan
SPM.
5 1 . Pejabat
PembuatKomitmen
BendaharaUmum
Negara
yang selanjutnya
disingkat
PPK BUN adalah
pejabat yang
diberi
kewenangan
oleh
PA BUN/PPA
BUN/KPA BUN untuk mengambil keputusan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


636 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 3-

dan/atau melakukan tindakan yang dapat


mengakibatkan
pengeluaran
anggaranTransfer
ke
Daerah.
52. Pejabat
PenandatanganSurat
Perintah
Membayar
Bendahara Umum Negara yang selanjutnya
disingkat
PPSPM BUN adalah pejabat
yang diberi
kewenanganolehPA BUN/PPA BUN/KP
A BUN
untuk melakukanpengUJianatas permintaan
pembayaran dan menerbitkan perintah
pembayaran.
53.Lembar
Konfirmasi
Transfer
keDaerahdan Dana
Desayang selanjutnya
disebut
LKTadalah dokumen
yang memuatrincian
penerimaan
Transfer
ke
Dana Desa
Daerah dan Daerah.
oleh
54. Lembar
Rekapitulasi
Transfer
keDaerah,
dan Dana
Desayang selanjutnya
disebut
LRTadalah dokumen
yang memuatrincian
penerimaan
Transfer
ke
Daerah
dan Dana Desa
oleh
Daerah
dalam1 (satu)
tahunanggaran.
55. SisaDana Alokasi
Khusus
yang selanjutnya
disebut
Sisa DAKadalahDana Alokasi
Khusus
yang telah
disalurkan
olehPemerintah
kepada Pemerintah
Daerahnamun tidak habis digunakan
untuk
mendanai
kegiatan
dan/atau kegiatan
yangdidanai
dariDana Alokasi
Khusus tidak
terealisasi.
56.Sisa Dana BantU:an Operasional Sekolah Tahun
Anggaran
201 1 yang selanjutnya
disebut
Si
saDana
BOSTA 201 1 adalahjumlah
sisaDana BOS TA
201 1 yang tidakdigunakansampai
dengan akhir
Tahun Anggaran 201 1 dan masih berada di
pemerintah
daerahpenenmaDana BOS Tahun
Anggaran
201 1 .

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 76337


6
-1 4-

2. Ketentuan
ayat (6)
Pasal 2 diubah,sehinggaPasal 2
berbunyi
sebagai
berikut:

Pasal 2
( 1 )Transfer
keDaerah
dan Dana Desa, meli
puti:
a. Transfer
keDaerah;
dan
b. Dana Desa.
Transfer
(2) keDaerah,
terdiri
atas:
a. Dana Perimbangan;
b. DID
; dan
c. Dana Otonomi
Khusus dan Dana Keistimewaan
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
.
(3)
Dana Perimbangan
sebagaimanadimaksudpada
ayat(2)
hurufa, terdiri
atas:
a. Dana Transfer
Umum; dan
b. Dana Transfer
Khusus.
(4)Dana Transfer
Umum sebagaimana
dimaksud
pada
ayat(
3)hurufa, terdiri
atas:
a. DBH; dan
b. DAU.
(5)
DBH sebagaimana
dimaksud
pada ayat (4) huruf
a,
terdiri
atas:
a. DBH Pajak,
meliputi:
1. PBB;
2. PPh Pasal 21 dan PPh WPOPDN; dan
3.CHT.
b. DBH SDA, meliputi:
1. Minyak
Bumidan Gas Bumi;
2. PengusahaanPanas Bumi;
3. Mineral
dan Batubara;
4. Kehutanan;
dan
5.Perikanan
.
Dana Transfer
(6) Khusussebagaimana
dimaksud
pada
atas:
)hurufb, terdiri
ayat(3
a. DAKFisik,
meliputi:
1. DAKReguler;
2. DAK
Penugasan;dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


638 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 5-

3.DAKAfirmasi.
b.DAKNonfisik,
meliputi:
1 . Dana BOS;
2.Dana BOP PAUD;
3. Dana TP GuruPNSD;
4. DTP GuruPNSD;
5.Dana BOKdan BOKB;
6.Dana PK2U
KM dan Naker;
7.Dana TKG PNSD ;dan
8. Dana Pelayanan
Adminduk.
Dana Otonomi
(7) Khusus sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2)
hurufc,terdiri
atas:
a. Dana Otonomi Khusus
Provinsi
Aceh;
b.Dana Otonomi
Khusus Provinsi
Papua;
c.Dana Otonomi Papua Barat
Khusus Provinsi ;
d. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi
Papua;
clan
e.Dana Tambahan Infrastruktur
Provinsi
Papua
Barat.
(8)Dana BOS sebagaimana
dimaksudpada ayat(6)
hurufbangka 1 , terdiri
atas:
a. Dana BOSuntuk
daerah
tidak
terpencil;
dan
b.Dana BOSuntuk
daerah
terpencil.

3. Ketentuan
Pasal 7 iubah,sehinggaberbunyi
sebagai
berikut:

Pasal 7
()
1 Keuangan
Menteri c.
q. Direktur
Jenderal
Perimbangan
Keuangan berkoordinasi
dengan
Menteri
Perencanaan
PembangunanNasional/Kepala
Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional dan
menteri/
pimpinan
lembaga teknis,
menetapkan
jenis/bidang/
subbidang
dan kegiatan
DAKFisik.
(2)
Dalam rangkapenetapan
jenis/bidang/
subbidang
dan kegiatan
DAKFisik
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat ( 1 ) ,Meriteri
Perencanaan
Pembangunan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 96339


6
-1 6-

Nasional/ KepalaBadan Perencanaan


Pembangunan
Nasional menyampaikan:
a. program dan/atau kegiatanyang menjadi
prioritas
nasional;
b. lokasidari programdan/atau kegiatan yang
menjadi
prioritas
nasional;
c.perkiraan
kebutuhan
anggaranuntukmendanai
kegiatan;
dan
d. datapendukung,
kepadaMenteri
Keuangan c.
q.Direktur
Jenderal
Perimbangan
Keuangan.
(3)
Dalam rangkapenetapan
jenis/bidang/
subbidang
dan kegiatan DAK
Fisik
sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 )menteri/pimpinan
, lembaga teknis
menyampaikan:
a. ruang lingkup, sasaran, dan target
manfaat
program dan/atau
kegiatan;
b. prioritas
kegiatan
perbidang/ subbidang DAK
Fisik;
c.rmc1an
kegiatan
beru
pa nama kegiatan,
target
output kegiatan,satuan biaya, dan lokasi
kegiatan;
d. perkiraan
kebutuhan
anggaranuntukmendanai
kegiatan;
dan
e.datapendukung,
kepadaMenteri
Keuangan c.
q.Direktur
Jenderal
Perimbangan
Keuangan.

4. Di antara
Pasal 7dan Pasal 8 disisipkan 7 (tujuh)
pasal,
yakni Pasal
7A, Pasal 7B, Pasal7 C Pasal
, 7 D , Pasal 7E,
Pasal7F,dan Pasal 7Gsehingga
berbunyi
sebagaiberikut:

Pasal 7A
1 Berdasarkan
() penetapan
jenis/bidang/
subbidang dan
kegiatan
DAK Fisiksebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat( 1, )Menteri
Keuanganc.
q.Di
rektur

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


640 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 17-

Jenderal
Perimban
gan Keuan
gan menyampaikan
suratpemberitahuan
kepada
KepalaDaerah.
(2)
Suratpemberitahuan
sebagaimana
dimaksudpada
ayat( 1 )
paling
, sedikit
memuat:
a. Jenis DAK
Fisik
yang dapat diusulkan oleh
Daerah;
b. bidang/subbidang DAK Fisik dan lingkup
kegiatandari masing-masing
bidang/
subbidang
DAK Fisik; dan
c.formatusulanDAK Fisik.
(3
) Formatusulan DAK Fisiksebagaimanadimaksud
pada ayat(2)
huruf c, terdiri atas:
a. Suratpengantar
Kepala
Daerah;
b. UsulanDAK Fisik
per
jenis/bidang/
subbidang;
c.Rekapitulasi
UsulanDAKFisik;
dan
d. Data pendukung.
(4)Dalam halterdapatperubahan
bidang DAK Fisik
setelah paian
penyam surat pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )Me
, nteri
Keuan
gan c.
q. Direktur
Jenderal
Perimban
gan
Keuangan menyampaikanpemberitahuan
kepada
Kepala
Daerah.

Pasal7B
1 ) KepalaDaerah
( menetapkan
usulanDAKFisik
dengan
mengacu pada surat
pemberitahuan
sebagaimana
dimaksuddalam Pasal
7A.
Penetapan
(2) usulanDAKFisik
sebagaimanadimaksud
pada ayat(
1 )dilakukandengan mempertimbangkan:
a. kesesuaianusulan kegiatan
dengan prioritas
nasionaldan prioritas daerah;
b. sinkronisasi
usulankegiatan
antarbidang;
c.skala
prioritas
kegiatan
perbidang/
subbidang;
d. target output kegiatanyang akan dicapai,
masuk untuk memenuhi
ter StandarPelayanan
Minimum;
e.lokasi
pelaksanaan
kegiatan;

/I

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16441


6
-1 8-

f. satuan biaya masing-masingkegiatan;dan


dana dan capaianoutput DAK
g. tingkatpenyerapan
dalam 3 tiga)
( tahun terakhir.

Pasal 7C
(1)
Kepala
DaerahmenyampaikanUsulan DAK Fisik
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 78 ayat ( 1 )
dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) dan
dokumen (softcopy) kepada:
elektronik
a. menteri/
pimpinan lembaga teknis terkaitc.
q.
sekretaris
jenderal/
sekretaris
utama;
b. Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional c.
q. Deputi Bidang
Pengembangan
Regional;dan
c.MenteriKeuangan c.
q. DirekturJenderal
Perimbangan
Keuangan.
(2)
Penyampaian usulan DAK Fisik kepada
menteri/
pimpinan lembaga teknis terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
hurufa tidak
termasuk
rekapitulasi
usulan DAK Fisiksebagaimana
dimaksud dalamPasal 7Aayat (3
)hurufc.
) Bupati/walikota menyampaikansalinan usulan DAK
(3
Fisiksebagaimanadimaksud pada ayat ( 1kepada
)
gubernur
.
(4)Usulan DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1
dan
) salinan usulan DAK Fisiksebagaimana
dimaksud pada ayat (3
) diterimapaling lambat
tanggal 1 5
Juni.
Dalam hal tanggal 1 5
(5) Junijatuhpada hariliburatau
hari yang
diliburkan,maka batas waktupenerimaan
usulan DAKFisik adalahpada harikerja
berikutnya.

Pasal 7D
(1)
Kementerian/lembaga
teknis terkait,Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, clan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


642 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 9-

Kementerian
Keuangan masing-masing
melakukan
verifikasi
usulan DAKFisik.
Verifikasi
(2) usulan DAKFisik
sebagaimana
dimaksud
pada ayat( 1 )
dilakukan
, terhadap:
a. kelengkapan
dan kesesuaian
format
U sulan DAK
Fisik
dengan formatsebagaimanadimaksud
dalam Pasal 7A ayat
(3)
;
b. pemenuhan
unsurkeabsahan
usulan DAKFisik;
c.kesesuaian
antararekapitulasi
usulan DAK Fisik
dengan nncian usulan DAK Fisikper
bidang/
subbidang;
d. kesesuaian
antaradokumen fisik(hardcopy)
dengan dokumen elektronik
(
softcopy) usulan
DAKFisik;
dan
e.waktupenyampaian
usulan DAKFisik.
Kementerian/lembaga
(3) teknis
terkait
dan Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan
Perencanaan
PembangunanNasionalmenyampaikan
hasilverifikasi
usulan DAKFisik
kepada
Kementerian
Keuangan c.
q.Direktorat
Jenderal
Perimbangan
Keuangan.
(4)Kementerian
Keuangan c.
q. Direktorat
Jenderal
Perimbangan
Keuangan mengkoordinasikan
hasil
verifikasi
usulan DAKFisik
se
bagaimana dimaksud
pada ayat (3)
.

Pasal 7E
( 1 )Kementerian/lembaga
teknisterkait,
Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
, dan
Kementerian
Keuangan masing-masing
melakukan
penilaian
kelayakan
usulan DAK Fisik
berdasarkan
hasil koordinasi
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 7Dayat (4).
(2)
Penilaian
kelayakan usulan DAK Fisik
oleh
kementerian/lembaga
teknissebagaimana
dimaksud
pada ayat ( kukandenganmempertimbangkan:
1 )dila

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 36443


6
- 20 -

a. kesesuaian usulan kegiatan dengan


lingkup/menu
kegiatan
perbidang/subbidang
DAK Fisik yang ditetapkan oleh
kementerian
/lembaga
teknis
.
b. kesesuaian usulan target
output
kegiatan
dengan:
1 . datateknis kegiatan
pada datapendukung
usulan DAK
Fisik;
2.per
bandingan data tekniskegiatanpada
data pendukung usulan DAK Fisik
dengan data teknis yang dimiliki oleh
kementerian/lembaga
teknis;
3.tingkat
capaian StandarPelayanan
Minimum
bidang/subbidangyangterkait
olehdaerah;
4. target output/
manfaat kegiatan per
bidang/subbidang DAK yang diusulkan
oleh
daerahdalam jangkapendekdan jangka
menengah;
dan
5. targetoutput/manfaat
perbidang/ subbidang
DAK secara nasional dalam
jangkapendek
danjangka
menengah.
c.kesesuaian usulan
kegiatan
dengansatuan biaya
per
kegiatanyang diusulkan
daerah
dan satuan
biaya kementerian/lembaga
teknis,dan/atau
Kementerian
Keuangan.
(3)
Penilaian kelayakan
usulan DAK Fisik oleh
Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan
dan Pembangunan
Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
dilakukan
denganmempertimbangkan:
a. lokasiprioritas
kegiatanperbidang/subbidang
per
tahun secara
nasional;
b. lokasiprioritaskegiatanperbidang/subbidang
dalam jangka
menengah
secara
nasional;dan
c.prioritas nasional dalam Rencana Kerja
Pemerintah
dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah
Nasional.

//

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


644 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-21-

(4)Penilaian kelayakan usulan DAK Fisik oleh


Kementerian
Keuangansebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)
dilakukandenganmempertimbangkan:
a. kesesuaianusulan kegiatandengan menu
kegiatan
perbidang/subbidang DAK Fisikyang
ditetapkan
olehkementerian/lembaga
teknis;
b. kelayakan usulan kegiatan
berdasarkan
satuan
biaya dan indeks kemahalan
konstruksi;
dan
c.kinerja
penyerapanDAK Fisik dan tirigkat
capaianoutput tahunsebelumnya.
Satuanbiaya sebagaimana dimaksud pada ayat(4)
(5)
huruf b mengacu pada satuan biaya sesuai
perhitunganKementerian
Keuangan dan/atau
kementerian/lembaga
teknissebagaimanadimaksud
pada ayat (2)
huruf c dan indeks kemahalan
konstruksi.

Pasal 7F
(1)
Kementerian/lembaga
teknis menyusun hasil
penilaiankelayakan
usulan DAKFisikberupa
nama
kegiatan, output, satuanbiaya, dan lokasi
target
kegiatan
secara
berurutan
sesuai prioritas
kegiatan
per
bidang/subbidang DAK Fisik
per
daerah.
Kementerian Perencanaan
(2) Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional menyusun
hasil penilaiankelayakan
usulan
DAK Fisik berupa nama
kegiatan
dan lokus prioritas
kegiatan secara
berurutan
sesuai lokasi prioritas
kegiatanper bidang/subbidang DAK Fisik per
daerah.
(3)
Kementerian
Keuangan c.
q. Direktorat
Jenderal
PerimbanganKeuanganmenyusun hasil penilaian
kelayakanusulan DAK Fisik berupakesesuaian
antara
usulanDAK Fisik dengan
satuanbiaya per
kegiatan,
kinerja
penyerapan
DAKFisikdan capaian
output tahunsebelumnya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 56445


6
-22-

(4) Hasil penilaian kelayakan usulan DAK Fisik


sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
dan ayat (2)
disampaikan oleh menteri/ pimpinan lembaga teknis
dan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat
tanggal 15 Juli .
(5) Dalam hal tanggal 15 Juli j atuh pada hari libur atau
hari yang diliburkan, maka batas waktu penerimaan
hasil penilaian kelayakan usulan DAK Fisik adalah
pada hari kerj a berikutnya.

Pasal 7G
( 1 ) Berdasarkan hasil penilaian kelayakan U sulan DAK
Fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7F,
Kementerian Keuangan c . q. Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan, menyusun perkiraan .
kebutuhan dana per j enis / bidang/ subbidang DAK
Fisik per daerah .
(2) Perkiraan kebutuhan dana sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 ) dan
( hasil penilaian se bagaimana
dimaksud dalam Pasal 7F dibahas antara
Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, dan kementerian / lembaga
teknis .
(3) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dituangkan dalam notulensi pembahasan
antara Kementerian Keuangan, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, clan
kementerian/ lembaga teknis .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


646 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 23 -

s: Ketentuan Pasal 8 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 8
( 1) Dalam rangka menyusun kebutuhan pendanaan DAK
Nonfisik:
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menyampaikan perkiraan kebutuhan D ana TP
Guru PNS D , DTP Guru PNS D , Dana TKG PNS D ,
Dana B O S , dan Dana BOP PAUD kepada Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan;
b. Kementerian Kesehatan dan Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional menyampaikan
perkiraan kebutuhan Dana BOK dan B O KB
kepada Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan;
c. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah dan Kementerian Ketenagakerj aan
menyampaikan perkiraan kebutuhan D ana
PK2UKM dan Naker kepada Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan; dan
d. Kementerian Dalam Negeri menyampaikan
perkiraan kebutuhan Dana Pelayanan Adminduk
kepada Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan .
(2) Perkiraan kebutuhan masing-masing Jen1s DAK
Nonfisik sebagaimana dimaksud .Pada ayat (1)
disampaikan paling lambat tanggal 2 1 bulan Januari .
(3) Dalam hal tanggal 2 1 Januari j atuh pada hari libur
atau hari yang diliburkah, maka batas waktu
penyampaian perkiraan kebutuhan masing-masing
Jen1s DAK Nonfisik adalah pada hari kerj a
berikutnya.
(4) B erdasarkan perkiraan kebutuhan pendanaan yang
disampaikan oleh kementerian/ lembaga teknis
terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 76447


6
- 24 -

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun


Indikasi Kebutuhan Dana DAK Nonfisik.

6. Ketentuan Pasal 1 0 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 1 0
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan dan Direktur J enderal Anggaran bersama
dengan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional dan menteri/ pimpinan lembaga teknis
membahas arah kebij akan, s asaran, ruang lingkup, dan
pagu DAK Fisik.

7. D i antara Pasal 3 6 dan Pasal 3 7 disisipkan 1 (satu) pasal,


yakni Pasal 36A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 36A
Dalam hal perubahan data sebagaimana dimaksud
Pasal 18 ayat (2) huruf c dan ayat (3) terlambat
disampaikan, maka penghitungan dan penetapan
perubahan alokasi DBH SDA dapat dilakukan secara
proporsional berdasarkan alokasi DBH S DA menurut
provinsi/ kabupaten/ kota yang telah ditetapkan pada
tahun anggaran sebelumnya.

8. Di antara ayat (4) dan ayat (5)


Pasal 4 0 disisipkan 1 (satu)
ayat, yakni ayat (4a) sehingga Pasal 40 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 40
( 1 )Kepala Badan Pusat Statistik menyampaikan data
dasar penghitungan DAU kepada Menteri Keuangan
c . q Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling
lambat bulan Juli, yang meliputi:
a. indeks pembangunan manusia;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


648 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 25 -

b. produk domestik regional bruto per kapita; dan


c. indeks kemahalan konstruksi.
(2) Penyampaian data sebagaimana dimaksud p ada
ayat (1) disertai dengan penj elasan metode
penghitungan/ pengolahan data.
(3) Menteri Dalain Negeri menyampaikan data j umlah
penduduk, kode, dan data wilayah administrasi
pemerintahan provinsi, kabupaten, dan kota kepada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan paling lambat bulan Juli .
(4) Kepala Badan Informasi Geospasial menyampaikan
data luas wilayah perairan provinsi, kabupaten , dan
kota kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan paling lambat bulan Juli.
(4a) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi menyampaikan data formasi
Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) .
Direktur
(5) Jenderal Perimbangan Keuangan
menyiapkan data DBH , PAD , total belanj a daerah,
dan total gaj i Pegawai Negeri Sipil D aerah paling
lambat bulan Juli .

9. Ketentuan Pasal 42 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 42
(1) B erdasarkan hasil pembahasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7G ayat (3) , Kementerian
Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional dan kementerian / lembaga teknis
melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah .
Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ,
(2)
antara lain bertujuan untuk melakukan sinkronisasi
dan harmonisasi:
a. antar kegiatan bidang DAK Fisik pada setiap
daerah;

/I

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 96449


6
-6
2-

b . antar bidang DAK Fisik pada setiap daerah;


c. antar bidang DAK Fisik pada beberapa daerah
dalam satu wilayah provinsi; dan
d . antara kegiatan yang akan didanai dari DAK Fisik
dengan kegiatan lainnya.

1 0 . Ketentuan Pasal 43 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 43
(1) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 , Kementerian Keuangan c . q.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional / B adan Perencanaan Pembangunan
Nasional dan kementerian / lembaga teknis dapat
melakukan penyesuaian terhadap perkiraan
kebutuhan dana per j enis / bidang/ subbidang DAK
Fisik per daerah sebagaimana dimaksud Pasal 7G
ayat ( 1 ) .
(2) Perkiraan kebutuhan dana yang telah disesuaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dituangkan
dalam notulensi pembahasan antara Kementerian
Keuangan c . q. Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional dan kementerian/ lembaga teknis .

11. Di antara Pasal 43 dan Pasal 44 disisipkan 1 (satu) pasal,


yakni Pasal 43A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 43A
B erdasarkan perkiraan kebutuhan dana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7G ayat ( 1 ) dan / atau Pasal 4 3
ayat (2) dan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 , Kementerian Keuangan c . q Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun perhitungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


650 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 27 -

alokasi DAK Fisik per j enis / bidang/ subbidang per daerah


sesuai dengan ketersediaan pagu DAK Fisik dalam
Rancangan Undang-Undang mengenai A PB N .

12. Ketentuan ayat ( 1 )


Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 44
( 1) Perhitungan alokasi DAK Fisik per
j enis / bidang/ subbidang setiap daerah sebagaimana
dimaksud pada Pasal 43A disampaikan oleh
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada
saat Pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan
Rancangan Undang-Undang mengenai A PB N .
(2) B erdasarkan pagu dalam Rancangan Undang
Undang mengenai APBN yang telah disetuj ui oleh
D ewan Perwakilan Rakyat dan hasil pembahasan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )ditetapkan
,
alokasi DAK Fisik untuk setiap Daerah .
(3) Alokasi DAK Fisik untuk setiap Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan
Presiden mengenai rincian APB N .

1 3. Ketentuan ayat ( 1 )
dan ayat ( 2 ) Pasal 4 7 diubah dan di
antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (2a) sehingga Pasal 4 7 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 47
( 1 )Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
penghitungan alokasi Dana BOP PAUD untuk
kabupaten/ kota, termasuk dana cadangan BOP
PAUD .
(2) Penghitungan alokasi Dana BOP PAUD sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan berdasarkan
jumlah peserta didik dikalikan dengan biaya satuan
per peserta didik.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16551


6
- 28 -

(2a) Penghitungan alokasi Dana Cadangan B O P PAUD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan proyeksi perubahan jumlah peserta
didik dari perkiraan semula pada tahun anggaran
bersangku tan.
Penghitungan alokasi Dana BOP PAUD sebagaimana
(3)
dimaksud pada ayat (2) termasuk memperhitungkan
adanya lebih salur atas penyaluran Dana B O P PAUD
pada tahun anggaran sebelumnya.
(4) Dalam melakukan penghitungan Dana B O P PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) , Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan berkoordinasi dengan
Kementerian Keuangan c . q. Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan .
(5) Hasil penghitungan alokasi Dana B O P PAUD untuk
kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat hari
kerj a terakhir bulan Agustus .
(6) Hasil penghitungan alokasi Dana BOP PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan
sebagai bahan kebij akan alokasi DAK Nonfisik untuk
disampaikan Pemerintah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat pada saat Pembahasan Tingkat I Nota
Keuangan dan Rancangan Undang-Undang mengenai
APB N.
(7) Berdasarkan pagu dalam Rancangan
Undang-Undang mengenai APBN yang telah disetuj ui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan hasil
Pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan
Rancangan Undang-Undang mengenai APB N
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) , ditetapkan
alokasi Dana BOP PAUD untuk kabupaten/ kota.
(8) Alokasi Dana BOP PAUD untuk kabupaten / kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan
dalam Peraturan Presiden mengenai rincian A PB N .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


652 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 29 -

14. Ketentuan ayat ( 1 ) dan ayat (5) Pasal 4 8 diubah, sehingga


Pasal 48 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 48
(1) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
penghitungan alokasi Dana TP Guru PNS D untuk
provms1, kabupaten, dan kota, termasuk D ana
Cadangan TP Guru PNS D .
(2) Penghitungan alokasi Dana TP Guru PNS D
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan jumlah guru PNS D yang sudah
bersertifikasi profesi dikalikan dengan gaj i pokok.
(3) Penghitungan alokasi Dana TP Guru PNS D
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk
memperhitungkan adanya kurang salur dan sisa
dana di kas daerah atas penyaluran Dana TP Guru
PNS D pada tahun anggaran sebelumnya.
(4) Dalam melakukan penghitungan Dana TP Guru
PNS D sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan .
(5) Hasil penghitungan alokasi Dana TP Guru PNSD
untuk provinsi, kabupaten, dan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) disampaikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan kepada Menteri
Keuangan c . q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan paling lambat hari kerj a terakhir bulan
Agustus .
(6) Hasil penghitungan alokasi Dana TP Guru PNS D
untuk provinsi, kabupaten, dan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai bahan
kebij akan alokasi DAK Nonfisik untuk disampaikan
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada
saat Pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan
Rancangan Undang - Undang mengenai A PB N .

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 36553


6
- 30 -

B erdasarkan pagu yang ditetapkan dalam Rancangan


(7)
Undang-Undang mengenai APBN yang telah disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat clan hasil
pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ,
ditetapkan alokasi Dana TP Guru PNS D untuk
provinsi, kabupaten, dan kota.
(8) Alokasi Dana TP Guru PNSD untuk provinsi,
kabupaten, dan kota sebagaimana dimaksud pada
ayat ditetapkan
(7) dalam Peraturan Presiden
mengenai rincian APB N .

1 5. Ketentuan ayat ( 1 ) dan ayat (5)


Pasal 49 diubah, sehingga
Pasal 49 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 49
(1) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
penghitungan alokasi DTP Guru PNSD untuk
provinsi, kabupaten, dan kota, termasuk D ana
Cadangan DTP Guru.
(2) Penghitungan alokasi DTP Guru PNS D sebagaimana
dimaksud pada ayat 1)
( dilakukan berdasarkan
jumlah guru PNSD yang belum bersertifikasi profe si
dikalikan dengan alokasi dana tambahan
penghasilan per orang per bulan sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang mengenai APB N
tahun sebelumnya.
(3) Penghitungan alokasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) termasuk memperhitungkan adanya kurang
salur dan sisa dana di kas daerah atas penyaluran
DTP Guru PNSD pada tahun anggaran sebelumnya.
(4) Dalam melakukan penghitungan DTP Guru PNS D
1 ) , Kernen terian
s e bagaimana dimaksud pada ayat (
Pendidikan dan Kebudayaan berkoordinasi dengan
Kementerian Keuangan .
(5) Hasil penghitungan alokasi DTP Guru PNS D untuk
provms1, kabupaten, dan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) disampaikan kepada Menteri

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


654 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 31 -

Keuangan c . q. Direktur Jenderal Perimbangan


Keuangan paling lambat hari kerj a terakhir bulan
Agustus .
(6) H asil penghitungan alokasi DTP Guru PNS D untuk
provms1, kabupaten, dan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai bahan
kebij akan alokasi DAK Nonfisik untuk disampaikan
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada
saat Pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan
Rancangan Undang-Undang mengenai A PB N .
Berdasarkan
(7) pagu dalam Rancangan
Undang-Undang mengenai APBN yang telah disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan hasil
pembahasan sebagaimana dimaksud p ada ayat (6) ,
ditetapkan alokasi DTP Guru PNS D untuk provinsi,
kabupaten, dan kota.
(8) Alokasi DTP Guru PNSD untuk provinsi, kabupaten ,
dan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
ditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenai
rincian APB N .

16. Ketentuan ayat (3) huruf d , ayat (4)


, ayat (7
)dan
, ayat ( 1 0)
Pasal 5 1 diubah, sehingga Pasal 5 1 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 5 1
(1) Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional melakukan
penghitungan alokasi Dana BOK dan B O KB untuk
kabupaten / kota.
(2) Rincian alokasi Dana BOK sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) , terdiri atas :
a. B O K;
b . Akreditasi Rumah Sakit;
c. Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat; dan
d. Jaminan Persalinan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 56555


6
- 32 -

Penghitungan
(3) alokasi Dana BOK sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan berdasarkan :
a. biaya operasional Pusat Kesehatan Masyarakat
dikalikan dengan jumlah Pusat Kesehatan
Masyarakat, untuk B O K;
b . biaya akreditasi rumah sakit dikalikan dengan
jumlah rumah sakit yang akan diakreditasi,
un tuk akredi tasi rum ah saki t;
c. biaya akreditasi Pusat Kesehatan M asyarakat
dikalikan dengan jumlah Pusat Kesehatan
Masyarakat yang akan diakreditasi, untuk
akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat; dan
d. biaya sewa rumah tunggu kelahiran ditambah
transportasi ibu bersalin, biaya persalinan,
operasional rumah tunggu kelahiran dan
konsumsi ibu bersalin dengan pendamping
dikalikan jumlah pasien ibu bersalin, untuk
j aminan persalinan .
(4) Penghitungan alokasi Dana BOKB sebagaimana
dimaksud dalam ayat ( 1 ) dilakukan berdasarkan :
a. biaya penyuluhan Keluarga Berencana dikalikan
dengan jumlah balai penyuluhan, untuk
operasional Balai Penyuluhan Keluarga
Berencana;
b . biaya distribusi dikalikan dengan jumlah fasilitas
kesehatan, untuk operasional distribusi alat dan
obat kontrasepsi; dan
c. biaya pergerakan program Keluarga B erencana
dikalikan dengan jumlah kampung Keluarga
Berencana, untuk operasional pergerakan
Program Keluarga Berencana di kampung
Keluarga Berencana.
(5) Penghitungan alokasi Dana BOK dan B O KB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk
memperhitungkan sisa Dana BOK dan / atau B O KB di
kas daerah atas penyaluran dana B O K dan / atau
BOKB tahun anggaran sebelumnya.

II

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


656 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 33 -

(6) Dalam melakukan penghitungan alokasi D ana B O K


dan BOKB sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ,
Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional melakukan
koordinasi dengan Kementerian Keuangan c . q.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan .
(7) H asil penghitungan alokasi Dana BOK dan BOKB
untuk kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) disampaikan oleh Menteri Kesehatan dan
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional kepada Menteri Keuangan c . q.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling
lambat hari kerj a terakhir bulan Agustus .
(8) Hasil penghitungan alokasi Dana BOK dan B O KB
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) digunakan
sebagai bahan kebij akan alokasi DAK Nonfisik untuk
disampaikan Pemerintah kepada D ewan Perwakilan
Rakyat pada saat Pembahasan Tingkat I Nota
Keuangan dan Rancangan Undang-Undang mengenai
APB N .
(9) Berdasarkan pagu dalam Rancangan Undang
Undang mengenai APBN yang telah disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dan hasil pembahasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) , ditetapkan
alokasi Dana BOK dan BOKB untuk kabupaten/ kota.
( 1 0) Alokasi Dana BOK dan BOKB untuk kabupaten/ kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (9) ditetapkan
dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APB N .

17. Ketentuan ayat ( 1 ) , ayat (6), dan ayat (9 ) Pasal 52 diubah


dan di antara ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 1 (satu) ayat,
yakni ayat (Sa) sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 52
( 1) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah serta Kementerian Ketenagakerj aan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 76557


6
- 34 -

menghitung alokasi Dana PK2UKM dan Naker untuk


provinsi, kabupaten dan kota.
(2) Dana PK2UKM dan Naker sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) terdiri atas :
a. Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (Dana PK2UKM) ; dan
b . Dana Peningkatan Kapasitas Ketenagakerj aan
(Dana PK Naker) .
(3) Penghitungan alokasi Dana PK2UKM sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan
berdasarkan jumlah peserta pelatihan dikalikan
dengan biaya satuan per paket pelatihan ditambah
dengan honor dan fasilitasi pendamping.
(4)Penghitungan alokasi Dana PK Naker sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan
berdasarkan jumlah peserta pelatihan dikalikan
dengan biaya satuan per paket pelatihan ditambah
dengan uang makan .
(5) Penghitungan alokasi Dana PK2UKM dan Naker
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), termasuk
memperhitungkan sisa dana di kas daerah atas
penyaluran Dana PK2UKM dan N aker tahun
anggaran sebelumnya.
(Sa) Dalam melakukan penghitungan alokasi D ana
PK2UKM dan Naker sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) , Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah serta Kementerian Ketenagakerj aan
melakukan koordinasi dengan Kementerian
Keuangan c . q. Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan .
(6) Hasil penghitungan alokasi Dana PK2UKM dan Naker
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) disampaikan
oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
serta Menteri Ketenagakerj aan kepada Menteri
Keuangan c . q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan paling lambat hari kerj a terakhir bulan
Agustus .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


658 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 35 -

(7) Hasil penghitungan alokasi Dana PK2UKM dan Naker


sebagaimana dimaksud pada ayat (6) digunakan
sebagai bahan kebij akan alokasi DAK Nonfisik untuk
disampaikan Pemerintah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat pada saat Pembahasan Tingkat I Nota
Keuangan dan Rancangan Undang-Undang mengenai
A PB N .
(8) Berdasarkan pagu dalam Rancangan Undang
Undang mengenai APBN yang telah disetujui oleh
D ewan Perwakilan Rakyat dan hasil pembahasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) , ditetapkan
alokasi Dana PK2UKM dan Naker untuk kabupaten
dan kota.
(9) Alokasi Dana PK2UKM dan Naker untuk kabupaten
dan kota sebagaiinana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenai
rincian APB N .

1 8 . D i antara Pasal 52 dan Pasal 53 disisipkan 2 (dua) p asal,


yakni Pasal 52A dan Pasal 52B sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 52A
(1) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
penghitungan alokasi Dana TKG PNS D untuk
provinsi, kabupaten, dan kota.
(2) renghitungan alokasi Dana TKG PNSD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
jumlah guru PNSD di desa sangat tertinggal dikalikan
dengan gaj i pokok.
(3) Penghitungan alokasi Dana TKG PNS D sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) termasuk memperhitungkan
adanya kurang salur dan sisa dana di kas daerah
atas penyaluran Dana TKG PNS D pada tahun
anggaran sebelumnya.
(4) Dalam melakukan penghitungan D ana TKG PNS D
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) , Kementerian

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 96559


6
- 36 -

Pendidikan dan Kebudayaan berkoordinasi dengan


Kementerian Keuangan .
( 5) Hasil penghitungan alokasi Dana TKG PNS D untuk
provms1, kabupaten, dan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) disampaikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan kepada Menteri
Keuangan c . q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan paling lambat hari kerj a terakhir bulan
Agustus .
(6) Hasil penghitungan alokasi Dana TKG PNS D untuk
provms1, kabupaten, dan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai bahan
kebij akan alokasi DAK Nonfisik untuk disampaikan
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada
saat Pembahasan Tingkat I Nata Keuangan dan
Rancangan Undang-Undang mengenai APB N .
Berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam Rancangan
(7)
Undang-Undang mengenai APBN yang telah disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan hasil
pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ,
ditetapkan alokasi Dana TKG PNSD untuk provinsi,
kabupaten, dan kota.
(8) Alokasi Dana TKG PNSD untuk provinsi, kabupaten,
dan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
ditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenai
rincian APB N .

Pasal 52B
(1) Kementerian Dalam Negeri menghitung alokasi D ana
Pelayanan Adminduk untuk provinsi, kabupaten, dan
kota.
(2) Penghitungan alokasi Dana Pelayanan Adminduk
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) adalah sebagai
berikut:
a. untuk provms1 berdasarkan jumlah
kabupaten/ kota yang dilayani dikalikan dengan
biaya satuan per kegiatan .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


660 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-37-

b. untuk kabupaten/ kota berdasarkan j umlah


penduduk yang dilayani dikalikan dengan biaya
satuan per kegiatan dan biaya satuan per
layanan .
(3) Penghitungan alokasi Dana Pelayanan Adminduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) , termasuk
memperhitungkan sisa dana di kas daerah atas
penyaluran Dana Pelayanan Adminduk tahun
anggaran sebelumnya.
(4) Dalam melakukan penghitungan Dana Pelayanan
Adminduk sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ,
Kementerian Dalam Negeri berkoordinasi dengan
Kementerian Keuangan .
( 5) H asil . penghitunganalokasi Dana Pelayanan
Adminduk sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan paling lambat hari kerj a
terakhir bulan Agustus .
(6) Hasil penghitungan alokasi Dana Pelayanan
Adminduk sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
digunakan sebagai bahan kebij akan alokasi DAK
Nonfisik untuk disampaikan Pemerintah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat pada saat Pembahasan
Tingkat I Nota Keuangan dan Rancangan Undang
Undang mengenai APB N .
Berdasarkan
(7) pagu dalam Rancangan Undang
Undang mengenai APBN yang telah disetujui oleh
D ewan Perwakilan Rakyat dan hasil pembahasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) , ditetapkan
alokasi Dana Pelayanan Adminduk untuk kabupaten
dan kota.
(8) Alokasi Dana Pelayanan Adminduk untuk provms1,
kabupaten dan kota sebagaimana dimaksud pada
ayat ditetapkan
(7) dalam Peraturan Presiden
mengenai rincian APB N .

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16661


6
- 38 -

19. Ketentuan ayat (2) huruf b Pasal 67 diubah, sehingga


Pasal 67 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 67
(1) Penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB
Migas dan PBB Pengusahaan Panas Bumi
dilaksanakan secara triwulanan, yaitu :
a. triwulan I paling lambat tanggal 3 1 Maret;
b. triwulan I I paling lambat tanggal 3 0 Juni;
c. triwulan III paling lambat tanggal 3 0 S eptember;
clan
d. triwulan I V paling lambat tanggal 3 1 D esember.
(2) Penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB
Migas dan PBB Pengusahaan Panas Bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. triwulan I dan triwulan II masing-masing sebesar
2 5% (dua puluh lima persen) dari pagu alokasi;
b. triwulan III paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari pagu alokasi; dan
c. triwulan IV berdasarkan selisih antara pagu
alokasi dengan jumlah dana yang telah
disalurkan pada triwulan I, triwulan II, dan
triwulan III .

20. Ketentuan ayat (2) huruf b Pasal 68 diubah, sehingga


Pasal 68 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 68
(1) Penyaluran DBH PPh Pasal 2 1 dan PPh WPOPDN
dilaksanakan secara triwulanan, yaitu :
a. triwulan I paling lambat tanggal 3 1 Maret;
b. triwulan I I paling lambat tanggal 3 0 Juni;
c. triwulan III paling lambat tanggal 30 S eptember;
clan
d. triwulan I V paling lambat tanggal 3 1 Desember.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


662 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 39 -

(2) Penyaluran DBH PPh Pasal 2 1 dan PPh WPO PDN


sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. triwulan I dan triwulan II masing-masing sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari pagu alokasi;
b. triwulan III paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari pagu alokasi; dan
. c. triwulan IV berdasarkan selisih antara pagu
alokasi dengan jumlah dana yang telah
disalurkan pada triwulan I, triwulan II, dan
triwulan III .

21. Ketentuan Pasal 70 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 70
(1) Penyaluran DBH SDA dilaksanakan secara
triwulanan, yakni:
a. triwulan I paling lambat tanggal 3 1 Maret;
b. triwulan I I paling lambat tanggal 3 0 Juni;
c. triwulan III paling lambat tanggal 30 S eptember;
clan
d. triwulan I V paling lambat tanggal 3 1 D esember.
(2) Penyaluran DBH SDA Migas, Pertambangan Mineral
dan Batubara, dan Pengusahaan Panas Bumi
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. triwulan I dan triwulan II masing-masing sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari pagu alokasi ;
b. triwulan I I I paling tinggi sebesar 3 0% (tiga puluh
persen) dari pagu alokasi; dan
c. triwulan IV berdasarkan selisih antara pagu
alokasi dengan jumlah dana yang telah
disalurkan pada triwulan I, triwulan II, dan
triwulan III.
(3) Penyaluran DBH SDA Kehutanan dan Perikanan
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 36663


6
- 40 -

a. triwulan I , triwulan II, dan triwulan III masing


masing sebesar 1 5% (lima belas persen) dari pagu
alokasi; dan
b. triwulan IV berdasarkan selisih antara pagu
alokasi dengan jumlah dana yang telah
disalurkan pada triwulan I, triwulan II , dan
triwulan III .
(4) Penyaluran tambahan DBH SDA Migas dalam rangka
otonomi khusus Provinsi Aceh dan Provinsi Papua
Barat dilakukan setelah gubernur menyampaikan
laporan tahunan penggunaan tambahan D BH S DA
Minyak Bumi dan Gas Bumi kepada Menteri
Keuangan c . q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan .
(5) Penyaluran tambahan DBH SDA Migas dalam rangka
otonomi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
kepada kabupaten/ kota yang bersangkutan,
dilakukan setelah bupati/ walikota menyampaikan
laporan tahunan penggunaan tambahan D BH S DA
Migas kepada gubernur atau pej abat yang ditunjuk.
Gubernur atau pej abat yang ditunjuk melakukan
(6)
rekapitulasi laporan tahunan penggunaan tambahan
DBH SDA Migas yang disampaikan oleh
bupati/ walikota se bagaimana dimaksud pad a
ayat (5) .
(7) Tata cara penyaluran, penyampaian laporan, dan
format laporan tahunan penggunaan tambahan D B H
S DA Migas sebagaimana dimaksud pada ayat ( 5 )
ditetapkan oleh gubernur.
(8) Laporan tahunan penggunaan tambahan D B H S DA
dan ayat
Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
(5) , paling kurang memuat:
a. besaran dana;
b. program kegiatan yang didanai; dan
c. capaian output.
9) Laporan tahunan penggunaan tambahan D BH S DA
(
Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


664 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 41 -

disampaikan paling lambat tanggal 1 5 Maret dengan


melampirkan rekapitulasi lapo ran tahunan
penggunaan tambahan DBH SDA Migas sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) .
( 1 0) Dalam hal tanggal 1 5 Maret j atuh pada hari libur
atau hari yang diliburkan , maka batas waktu
penyampaian laporan tahunan penggunaan
tambahan DBH SDA Migas sebagaimana dimaksud
pada ayat (9) adalah pada hari kerj a berikutnya.

22. Ketentuan Pasal 73 diubah, sehingga Pasal 7 3 berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 73
( 1) Penyaluran DAK Fisik dilaksanakan secara
triwulanan per bidang, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. triwulan I paling cepat pada bulan Februari,
setelah Kepala Daerah menyampaikan dokumen
kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan
berupa:
1. peraturan daerah mengenai APBD tahun
anggaran berj alan; dan
2. lapo ran realisasi penyerapan dana dan
capaian output kegiatan DAK Fisik s ampai
dengan triwulan terakhir tahun anggaran
sebelumnya.
b. triwulan I I , setelah Kepala Daerah menyampaikan
laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik triwulan I tahun
anggaran berj alan kepada Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan;
c. triwulan III , setelah Kepala D aerah
menyampaikan laporan realisasi penyerapan
dana dan capaian output kegiatan DAK Fisik
sampai dengan triwulan IItahun anggaran

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 56665


6
- 42 -

berj alan kepada Direktur Jenderal Perimbangan


Keuangan; dan
d. triwulan IV, setelah Kepala D aerah
menyampaikan laporan realisasi penyerapan
dana dan capaian output kegiatan DAK Fisik
sampai dengan triwulan III tahun anggaran
berj alan kepada Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan .
(2) Penyaluran DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) , dilaksanakan dengan rincian sebagai
berikut:
a. triwulan I sebesar 30% (tigapuluh persen) dari
pagu alokasi;
b. triwulan II dan triwulan III masing-masing
sebesar 2 5% (duapuluh lima persen) dari pagu
alokasi; dan
c. triwulan IV sebesar 20% (duapuluh persen) dari
pagu alokasi.
(3) Laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik sampai dengan triwulan
terakhir tahun anggaran sebelumnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 2,
disampaikan paling lambat mmggu hari kerj a
terakhir bulan Maret tahun anggaran berikutnya.
(4) Laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1), dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. realisasi penyerapan DAK Fisik triwulan I paling
rendah 75% (tujuh puluh lima persen) dari dana
yang telah diterima di RKUD ;
b. realisasi penyerapan DAK Fisik sampai dengan
triwulan II paling rendah 75% (tujuh puluh lima
persen) dari dana yang telah diterima di RKUD
dan capaian output paling rendah 30% dari target
output kegiatan;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


666 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 43 -

c. realisasi penyerapan DAK Fisik sampai dengan


triwulan III paling rendah 90% (sembilan puluh
persen) dari dana yang telah diterima di RKUD
dan capaian output paling rendah 60% (enam
puluh persen) dari target output kegiatan .
(5) Kepala Daerah menyampaikan persyaratan
penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
huruf a, huruf b , dan huruf c paling lambat 1 2 (dua
belas) hari kerj a sebelum tahun anggaran berj alan
berakhir.
(6) Dalam hal Kepala Daerah menyampaikan
persyaratan penyaluran setelah batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) , maka DAK
Fisik tidak disalurkan .

23. Di antara ketentuan Pasal 73 dan Pasal 74 disisipkan 1


(satu) pasal, yakni Pasal 73A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 73A
(1) Penyaluran DAK Fisik pada bidang tertentu yang
pagu alokasinya kurang dari Rp l . 00 0 . 0 0 0 . 0 0 0 (satu
miliar rupiah) dapat dilaksanakan sekaligus sebesar
1 00% (seratus persen) dari pagu alokasi paling cepat
pada bulan April tahun berj alan .
(2) Penyaluran DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) dilaksanakan setelah Kepala D aerah
menyampaikan kepada Menteri Keuangan c . q.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dokumen
persyaratan berupa:
a. peraturan daerah mengenai APBD tahun
anggaran berj alan; dan
b. laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik tahun anggaran
sebelumnya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 76667


6
- 44 -

(3) Dalam hal terdapat kegiatan pada bidang DAK Fisik


yang pembayarannya tidak dapat dilaksanakan
secara bertahap, pemerintah daerah dapat
mengajukan rencana pelaksanaan kegiatan dan
penyerapan dana kepada kementerian / lembaga
teknis terkait.
(4) Kementerian/ lembaga teknis melakukan verifikasi
atas rencana pelaksanaan kegiatan dan penyerapan
dana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) .
(5) B erdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) , kementerian/ lembaga menyampaikan .
rekomendasi penyaluran kepada Menteri Keuangan
c . q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan .
(6) Penyaluran DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dilaksanakan secara triwulanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat ( 1 ) sesuai dengan
waktu dan besaran yang disampaikan dalam
rekomendasi penyaluran oleh kementerian / lembaga
teknis terkait.

24. Ketentuan Pasal 74 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 74
( 1) Penyampaian laporan realisasi penyerapan dana dan
capaian output kegiatan DAK Fisik setiap triwulan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat ( 1 ) dan
laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik tahun anggaran
sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73A
ayat (2) huruf b disertai dengan rekapitulasi S P2 D
atas penggunaan DAK Fisik.
(2) Laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik dan rekapitulasi SP2D atas
penggunaan DAK fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 )
disampaikan dalam bentuk dokumen fisik
(hardcopy) dan dokumen elektronik (softcopy).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


668 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 45 -

25. Ketentuan Pasal 75 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 7 5
(1) Dalam hal DAK Fisik hanya disalurkan sebagian
karena Daerah tidak memenuhi persyaratan, maka
pendanaan dan penyelesaian kegiatan dan / atau
kewaj iban kepada pihak ketiga atas pelaksanaan
kegiatan DAK Fisik menj adi tanggung j awab
pemerintah daerah .
(2) Laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik tahun anggaran
sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 3
ayat ( 1 ) huruf a angka 2 dan Pasal 7 3A ayat (2)
huruf b disampaikan paling lambat tanggal 2 1 Maret
bulan Maret tahun anggaran berikutnya.
(3) Dalam hal tanggal 2 1 Maret j atuh pada hari libur
atau hari yang diliburkan, maka batas waktu
penyampaian laporan realisasi penyerapan dana dan
capaian output kegiatan DAK Fisik tahun anggaran
sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah pada hari kerj a berikutnya.
(4)Laporan
realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 73A ayat (2) huruf b, disampaikan
dengan ketentuan :
a. penyerapan dana paling rendah 75% (tujuh puluh
lima persen) dari dana yang telah diterima di
RKU D ; dan
b. capaian output paling rendah 9 0% (sembilan
puluh persen) dari target output kegiatan .
(5) Laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat (4)merupakan syarat penyaluran
tahun anggaran berikutnya.
(6) Laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik sebagaimana dimaksud

;I
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 96669
6
- 46 -

pada ayat (4) merupakan syarat penyaluran DAK


Fisik triwulan 1 pada bidang yang sama dalam hal
pada tahun anggaran berkenaan tidak memenuhi
kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73A
ayat ( 1 ) .

26. Ketentuan ayat ( 1 ) , ayat (2) , dan ayat (4) Pasal 7 6 diubah,
sehingga Pasal 76 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 76
(1) Penyaluran Dana BOS untuk daerah tidak terpencil
dilakukan secara triwulanan, yaitu :
a. triwulan I paling cepat bulan Januari;
b. triwulan I I paling cepat bulan April;
c. triwulan III paling cepat bulan Juli; dan
d. triwulan I V paling cepat bulan Oktober.
(2) Penyaluran Dana BOS pada tiap triwulan
sebagaimana dimaksud pad?- ayat (1) dilakukan
dengan rincian sebagai berikut:
a. triwulan I sebesar 20% (dua puluh persen) dari
pagu alokasi;
b. triwulan II sebesar 40% (empat puluh persen) dari
pagu alokasi; dan
c. triwulan III dan triwulan IV masing-masing
sebesar 20% (dua puluh persen) dari pagu
alokasi.
(3) Penyaluran Dana BOS untuk daerah terpencil
dilakukan secara semesteran, yaitu :
a. semester I paling cepat bulan Januari; dan
b. semester I I cepat bulan Juli .
(4) Penyaluran Dana BOS pada tiap semester
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
dengan rincian sebagai berikut:
a. semester I sebesar 60% (enam puluh persen) dari
pagu alokasi; dan
b. semester II sebesar 40% (empat puluh persen)
dari pagu alokasi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


670 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 47 -

(5) Pemerintah provinsi waj ib menyalurkan D ana B O S


kepada masing-masing satuan pendidikan dalam
provinsi yang bersangkutan paling lambat 7 (tuj uh)
hari kerj a setelah diterimanya Dana B O S di RKUD
provms1 sesua1 dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan .
(6) Penyaluran Dana BOS kepada masing-masing satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
didasarkan pada rincian alokasi Dana BOS per
satuan pendidikan yang dihitung sesuai data j umlah
siswa yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan .

27. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 77
(1) Gubernur menyampaikan :
a. laporan realisasi penyaluran Dana B O S kepada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan; dan
b. laporan realisasi penyerapan Dana B O S kepada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan c . q. Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah .
(2) Laporan realisasi penyaluran Dana BOS sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf a disertai dengan
Rekapitulasi SP2D yang diterbitkan untuk
penyaluran Dana BOS .
(3) Laporan realisasi penyaluran Dana B O S sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan laporan realisasi
penyerapan Dana BOS sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) huruf b disampaikan paling lambat:
a. minggu kedua bulan Februari untuk laporan
realisasi penyaluran dan laporan realisasi
penyerapan triwulan I ;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16771


6
- 48 -

b. minggu kedua bulan Mei untuk laporan realisasi


penyaluran dan laporan realisasi penyerapan
triwulan II bagi daerah tidak terpencil dan untuk
laporan realisasi penyaluran dan laporan realisasi
penyerapan semester I bagi daerah terpencil;
c. mmggu kedua bulan Agustus untuk laporan
realisasi penyaluran dan laporan realisasi
penyerapan triwulan III ; dan
d. minggu kedua bulan November untuk laporan
realisasi penyaluran dan laporan realisasi
penyerapan triwulan IV bagi daerah tidak
terpencil dan laporan realisasi penyaluran dan
laporan realisasi penyerapan semester II bagi
daerah terpencil.
(4) Laporan realisasi penyaluran Dana BOS dan laporan
realisasi penyerapan Dana BOS sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan dalam bentuk
dokumen fisik ( hardcopy) dan dokumen elektronik
( softcopy) melalui aplikasi.

28. Ketentuan ayat ( 1 ) , ayat (2) , dan ayat (3) Pasal 7 8 diubah ,
sehingga Pasal 78 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 78
( 1) Dalam hal terdapat kurang dan / atau lebih salur
Dana B O S , perhitungan kurang dan / atau lebih salur
Dana BOS disampaikan dalam laporan realisasi
penyaluran Dana BOS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77 ayat ( 1 ) huruf b .
(2) Berdasarkan laporan realisasi penyaluran D ana B O S
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan c . q. Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah menyampaikan
rekomendasi kurang dan / atau lebih salur Dana B O S
kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


672 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-9
4-

(3) Rekomendasi kurang dan / atau lebih salur D ana B O S


sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) diterima paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerj a sebelum triwulan
berkenaan berakhir bagi daerah tidak terpencil dan
30 (tiga puluh) hari kerj a sebelum semester
berkenaan berakhir bagi daerah terpencil .
(4)Dalam hal terdapat lebih salur D ana BOS
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) untuk daerah
tidak terpencil, maka lebih salur Dana BOS
diperhitungkan dengan ketentuan:
a. untuk triwulan I , triwulan II, dan triwulan III
diperhitungkan dalam penyaluran D ana BOS
triwulan berikutnya; dan
b. untuk triwulan IV diperhitungkan dalam
penyaluran Dana B O S triwulan I tahun anggaran
berikutnya.
(5)
Dalam hal terdapat lebih salur
D ana BOS
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) untuk daerah
terpencil, maka lebih salur Dana B O S diperhitungkan
dengan ketentuan :
a. untuk semester I diperhitungkan dalam
penyaluran Dana BOS semester berikutnya; dan
b. untuk semester II diperhitungkan dalam
penyaluran Dana B O S semester I tahun anggaran
berikutnya.
(6) Dalam hal terdapat kurang salur Dana B O S , maka
rekomendasi kurang salur Dana B O S sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menj adi dasar penyaluran
dana cadangan B O S .
(7) Pemerintah daerah provinsi waj ib menyalurkan dana
cadangan BOS kepada masing-masing satuan
pendidikan paling lama 7 (tujuh) hari kerj a setelah
diterimanya dana cadangan BOS di RKUD
prov1ns1 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan .

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 36773


6
- 50 -

Ketentuan Pasal 79diubah, sehingga berbunyi sebagai


29.
berikut:

Pasal 79
(1) Penyaluran Dana BOP PAUD dilakukan secara
sekaligus paling lambat tanggal 3 1 Maret.
(2) Kepala Daerah menyampaikan laporan realisasi
penyaluran dan laporan realisasi penyerapan D ana
BOP PAUD kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat
tanggal 31 bulan Januari tahun anggaran
berikutnya.
(3) Dalam hal tanggal 3 1 Januari j atuh pada hari libur
atau hari yang diliburkan, maka batas waktu
penyampaian laporan realisasi penyaluran dan
laporan realisasi penyerapan Dana BOP PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pada
hari kerj a beriku tnya.
(4) Laporan realisasi penyaluran Dana BOP PAUD dan
laporan realisasi penyerapan Dana BOP PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
syarat penyaluran Dana BOP PAUD .
(5) Laporan realisasi penyaluran Dana BOP PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan
Rekapitulasi SP2 D atas penyaluran Dana B O P PAUD .
(6) Laporan realisasi penyaluran dan laporan realisasi
penyerapan Dana BOP PAUD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan dalam bentuk dokumen
fisik (hardcopy) dan dokumen elektronik (softcopy)
melalui aplikasi.
(7) Dalam hal terdapat kurang salur Dana B O P PAUD
pada tahun anggaran berj alan akan diperhitungkan
dengan dana cadangan Dana BOP PAUD .
(8) Penyaluran dana cadangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) dilakukan berdasarkan surat
rekomendasi dari Menteri Pendidikan clan

//

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


674 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-5 1 -

Kebudayaan c . q. Direktur Jenderal Pendidikan Anak


U sia Dini dan Pendidikan Masyarakat.

30. Ketentuan Pasal 8 0 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 80
( 1 ) Penyaluran Dana TP Guru PNSD dilaksanakan secara
triwulanan, yaitu :
a. triwulan I paling cepat pada bulan Maret;
b. triwulan I I paling cepat pada bulan Juni;
c. triwulan III paling cepat pada bulan S eptember;
clan
d. triwulan IV paling cepat pada bulan November.
(2) Penyaluran dana sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 )dilaksanakan , dengan nnc1an sebagai
berikut:
a. triwulan I sebesar 30% (tiga puluh persen) dari
pagu alokasi;
b. triwulan II dan triwulan III masing-masing
sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pagu
alokasi; dan
c. triwulan I V sebesar 2 0 % (dua puluh persen) dari
pagu alokasi .
(3) Pemerintah daerah kabupaten/ kota waj ib
membayarkan Dana TP Guru PNS D kepada guru
yang berhak dan memenuhi persyaratan yang
ditentukan, paling lama 7 (tujuh) hari kerj a setelah
diterimanya Dana TP Guru PNS D di RKUD
kabupaten/ kota.
(4) Kepala Daerah membuat dan menyampaikan laporan
realisasi pembayaran Dana TP Guru PNS D kepada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan secara semesteran, dengan ketentuan
sebagai berikut:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 56775


6
- 52 -

a. semester I disampaikan paling lambat tangal 1 5


September; dan
b. semester I I disampaikan paling lambat tanggal 1 5
Maret tahun anggaran berikutnya.
(5) Dalam hal pemerintah daerah kabupaten / kota tidak
membayarkan Dana TP Guru PNSD sesuai dengan
batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ,
dan/ atau tidak membayarkan Dana TP Guru PNS D
sesuai dengan hak guru, penyaluran DAU dan / atau
DBH periode berikutnya dapat ditunda sebesar D ana
TP Guru PNSD yang tidak dibayarkan kepada guru .
(6) Dalam hal pemerintah daerah kabupaten / kota tidak
menyampaikan laporan realisasi pembayaran Dana
TP Guru PNSD sesuai dengan batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) , penyaluran
DAU dan / atau DBH periode berikut dapat ditunda
se besar 1 0% ( sepuluh persen) .
(7) Dalam hal Dana TP Guru PNSD yang telah
disalurkan ke RKUD sampai dengan triwulan IV
tidak mencukupi kebutuhan pembayaran selama 1 2
(dua belas) bulan, Pemerintah Daerah dapat
melakukan pembayaran kepada guru PNS D
berdasarkan jumlah bulan yang telah disesuaikan
dengan pagu alokasi.
(8) Dalam hal terdapat kurang salur Dana TP Guru
PNSD pada tahun anggaran berj alan akan
diperhitungkan dengan :
a. dana cadangan TP Guru PNS D ; atau
b. alokasi Dana TP Guru PNS D pada tahun
anggaran berikutnya.
(9) Penyaluran dana cadangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) huruf a dilakukan berdasarkan surat
rekomendasi dari Menteri Pendidikan clan
Kebudayaan .
( 1 0) Laporan realisasi pembayaran Dana TP Guru PNS D
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


676 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 53 -

dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) dan


dokumen elektronik (softcopy) melalui aplikasi.

31. Ketentuan Pasal 8 1 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 8 1
( 1) Penyaluran DTP Guru PNSD dilaksanakan secara
triwulanan, yaitu:
a. triwulan I paling cepat pada bulan Maret; .
b. triwulan I I paling cepat pada bulan Juni;
c. triwulan III paling cepat pada bulan S eptember;
dan
d. triwulan IV paling cepat pada bulan November.
(2) Penyaluran dana sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1 ) dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
a. triwulan I sebesar 30% (tiga puluh persen) dari
pagu alokasi;
b. triwulan II dan triwulan III sebesar mas1ng
masing 2 5% (dua puluh lima persen) dari pagu
alokasi; dan
c. triwulan IV sebesar 2 0 % (dua puluh persen) dari
pagu alokasi.
(3) Pemerintah daerah kabupaten / kota waj ib
membayarkan DTP Guru PNSD kepada guru yang
berhak menerima, paling lama 7 (tuj uh) hari kerj a
setelah diterimanya DTP Guru PNS D di RKUD
kabupaten/ kota.
(4) Kepala Daerah membuat dan menyampaikan laporan
realisasi pembayaran DTP Guru PNSD kepada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan secara semesteran, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. semester I disampaikan paling lambat mmggu
kedua bulan September; dan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 76777


6
-54-

b. semester II disampaikan paling lambat mmggu


kedua bulan Maret tahun anggaran berikutnya.
(5) Dalam hal pemerintah daerah kabupaten / kota tidak
membayarkan DTP Guru PNSD sesuai dengan batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ,
dan/ atau tidak membayarkan DTP Guru PNS D
sesuai dengan hak guru, penyaluran DAU dan / atau
DBH periode berikutnya dapat ditunda sebesar DTP
Guru PNSD yang tidak dibayarkan kepada guru .
(6) Dalam hal pemerintah daerah kabupaten / kota tidak
menyampaikan laporan realisasi pembayaran DTP
Guru PNSD sesuai dengan batas waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4)
, penyaluran DAU dan / atau
DBH periode berikut dapat ditunda sebesar 1 0%
( sepuluh persen) .
(7) Dalam hal DTP Guru PNSD yang telah disalurkan ke
RKUD sampai dengan triwulan IV tidak mencukupi
kebutuhan pembayaran DTP Guru PNS D selama 1 2
(dua belas) bulan, Pemerintah Daerah dapat
melakukan pembayaran kepada Guru PNS D
berdasarkan jumlah bulan yang telah disesuaikan
dengan pagu alokasi .
(8) Dalam hal terdapat kurang salur DTP Guru PNS D
pada tahun anggaran berj alan akan diperhitungkan
dengan :
a. dana cadangan DTP Guru PNS D ; atau
b. alokasi DTP Guru PNSD pada tahun anggaran
berikutnya.
(9) Penyaluran dana cadangan DTP Guru PNS D
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a
dilakukan berdasarkan surat rekomendasi Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan .
( 1 0) Laporan realisasi pembayaran DTP Guru PNS D
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) disampaikan
dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) dan dokumen
elektronik ( softcopy) melalui aplikasi .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


678 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 55 -

32. Di antara Pasal 8 1 dan Pasal 8 2 disisipkan 1 (satu) pasal,


yakni Pasal 8 lA sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8 1 A
(1) Penyaluran Dana TKG PNSD dilaksanakan secara
triwulanan, yaitu :
a. triwulan I paling cepat pada bulan Maret;
b. triwulan I I paling cepat pada bulan Juni;
c. triwulan III paling cepat pada bulan September;
dan
d. triwulan I V paling cepat pada bulan November.
(2) Penyaluran dana sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
a. triwulan I sebesar 30% (tiga puluh persen) dari
pagu alokasi;
b. triwulan II dan triwulan III masing-masingsebesar
25% (dua puluh lima persen) dari pagu alokasi;
dan
c. triwulan I V sebesar 2 0 % (dua puluh persen) dari
pagu alokasi .
(3) Pemerintah daerah provinsi / kabupaten/ kota waj ib
menyalurkan Dana TKG PNSD kepada guru yang
berhak menerima, paling lama 7 (tuj uh) hari kerj a
setelah diterimanya Dana TKG PNSD di RKUD
provinsi/ kabupaten/ kota.
(4) Kepala Daerah membuat dan menyampaikan laporan
realisasi prmbayaran Dana TKG PNS D kepada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan secara semesteran, dengan ketentuan
se bagai beriku t:
a. seme:?ter I disampaikan paling lambat minggu
kedua bulan September; dan
b. semester II disampaikan paling lambat minggu
kedua bulan Maret tahun anggaran berikutnya.
(5) Dalam hal pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/
kota tidak membayarkan Dana TKG PNS D sesuai

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 96779


6
- 56 -

batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ,


dan / atau tidak membayarkan Dana TKG PNSD
sesuai dengan hak guru, penyaluran DAU dan / atau
DBH periode berikutnya dapat dipertimbangkan
untuk ditunda sebesar Dana TKG PNS D yang tidak
dibayarkan kepada guru.
(6) Dalam hal pemerintah daerah provinsi/ kabupaten /
kota tidak menyampaikan laporan realisasi
pembayaran Dana TKG PNSD sesuai dengan batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ,
penyaluran DAU dan/ atau DBH periode berikutnya
dapat dipertimbangkan untuk ditunda sebesar 1 0%
( sepuluh persen) .
(7) Dalam hal Dana TKG PNSD yang telah disalurkan ke
RKUD sampai dengan triwulan IV tidak mencukupi
kebutuhan pembayaran Dana TKG PNS D selama 1 2
(dua belas) bulan, Pemerintah D aerah dapat
melakukan pembayaran kepada guru PNS D
sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 34A,
berdasarkan jumlah bulan yang telah disesuaikan
dengan pagu alokasi .
(8) Dalam hal terdapat kurang salur Dana TKG PNS D
pada tahun anggaran berj alan akan diperhitungkan
dengan :
a. dana cadangan Dana TKG PNS D ; atau
b. alokasi Dana TKG PNSD pada tahun anggaran
berikutnya.
(9) Penyaluran dana cadangan Dana TKG PNSD
sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf a
dilakukan berdasarkan surat rekomendasi Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan .
( 1 0) Laporan realisasi pembayaran Dana TKG PNS D
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan
dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) dan
dokumen elektronik (softcopy) melalui aplikasi .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


680 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 57 -

33. Ketentuan Pasal 83 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 83
(1) Penyaluran Dana BOK untuk daerah tidak terpencil
dilakukan secara triwulanan, yaitu :
a. triwulan I paling cepat bulan Februari;
b. triwulan I I paling cepat bulan April;
c. triwulan III paling cepat bulan Juli; dan
d. triwulan I V paling cepat bulan Oktober.
(2) Penyaluran Dana BOK pada tiap triwulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
masing-masing sebesar 2 5% (dua puluh lima persen)
dari pagu alokasi.
) Penyaluran
(3 Dana BOK untuk daerah terpencil
dilakukan secara semesteran, yaitu:
a. semester I paling cepat bulan Februari; clan
b. semester I I cepat bulan Agustus .
(4) Penyaluran Dana BOK pada tiap semester
sebagaimana dimaksud pada ayat ) dilakukan
(3
masing-masing sebesar 50% (lima puluh persen) dari
pagu alokasi .
(5) Pemerintah kabupaten/ kota waj ib menyalurkan
Dana BOK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 1
ayat (2) kepada Pusat Kesehatan Masyarakat dalam
kabupaten/ kota yang bersangkutan paling lama 1 4
(empat belas) hari kerj a setelah pemerintah
kabupaten/ kota menerima permintaan penyaluran
Dana BOK dari Pusat Kesehatan Masyarakat.
(6) Penyaluran Dana BOK sebagaimana dimaksud
ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengelolaan
keuangan daerah .
(7) Kepala Daerah bertanggung j awab atas penggunaan
Dana BOK.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16881


6
- 58 -

(8) Kepala Daerah menyampaikan laporan realisasi


penyerapan dan laporan realisasi penggunaan D ana
BOK kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan secara triwulanan, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. paling lambat tanggal 2 1 April untuk pengunaan
triwulan I ;
b. paling lambat tanggal 2 1 Juli untuk pengunaan
triwulan II bagi daerah tidak terpencil dan
penggunaansemester I bagi daerah terpencil;
c. paling lambat tanggal bulan Oktober untuk
pengunaan triwulan III ; dan
d. paling lambat 31 Januari tahun anggaran
berikutnya untuk pengunaan triwulan IV bagi
daerah tidak terpencil dan penggunaan semester
II bagi daerah terpencil .
(9) Laporan realisasi penyerapan Dana BOK
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) , dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. realisasi penyerapan Dana BOK triwulan I paling
rendah 50% (lima puluh persen) dari dana yang
telah di terima di RKUD ;
b. realisasi penyerapan Dana BOK sampai dengan
triwulan II dan / atau semester I paling rendah
50% (lima puluh persen) dari dana yang telah
diterima di RKUD dan penggunaan Dana B O K
paling rendah 3 0 % (tiga puluh persen) dari target
penggunaan;
c. realisasi penyerapan Dana BOK sampai dengan
triwulan III paling rendah 75% (tuj uh puluh lima
persen) dari dana yang telah diterima di RKUD
dan penggunaan Dana BOK paling rendah 60%
(enam puluh persen) dari target penggunaan .
d. realisasi penyerapan Dana BOK sampai dengan
triwulan IV dan/ atau semester II paling rendah
75% (tujuh puluh lima persen) dari dana yang
telah diterima di RKUD dan penggunaan D ana

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


682 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 59 -

BOK paling rendah 60% (enam puluh persen) dari


target penggunaan .
( 1 0) Laporan realisasi penyerapan dan laporan realisasi
penggunaan Dana BOK sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) merupakan syarat penyaluran D ana B O K
triwulan atau semester berikutnya.
( 1 1 ) Laporan realisasi penggunaan Dana BOK
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 8 ) disertai dengan
Rekapitulasi SP2 D atas penggunaan Dana B O K .
( 1 2) Dalam hal Daerah menyampaikan persyaratan
penyaluran setelah batas waktu yang ditetapkan
pada ayat (8) , penyaluran BOK untuk setiap triwulan
atau semester dapat dilakukan setelah persyaratan
penyaluran disampaikan oleh Kepala Daerah kepada
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling
lambat 7 (tujuh) hari kerj a sebelum tahun anggaran
berj alan berakhir.
( 1 3) Laporan penyerapan dan laporan penggunaan D ana
BOK sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
disampaikan dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy)
dan dokumen elektronik (softcopy) melalui aplikasi.

34. Ketentuan Pasal 84 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 84
(1) Penyaluran Dana BOKB dilaksanakan secara
semesteran, yaitu :
a. semester I paling cepat bulan Februari; dan
b. semester I I paling cepat bulan Agustus .
(2) Penyaluran dana BOKB sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) dilaksanakan masing-masing semester
sebesar 50% (lima puluh persen) dari pagu alokasi .
(3) Kepala Daerah bertanggung j awab atas penggunaan
Dana BOKB .

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 36883


6
- 60 -

(4) Kepala Daerah menyampaikan laporan realisasi


penyaluran dan laporan realisasi penyerapan D ana
BOKB kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan secara semesteran,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. paling lambat minggu ketiga bulan Juli untuk
pengunaan semester I; dan
b. paling lambat minggu ketiga bulan Januari
tahun anggaran berikutnya untuk pengunaan
semester II .
(5) Laporan realisasi penyaluran dan laporan realisasi
penyerapan Dana BOKB sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) merupakan syarat penyaluran Dana
B OKB semester berikutnya.
(6) Laporan realisasi penggunaan Dana B O KB
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disertai dengan
Rekapitulasi SP2 D atas penggunaan Dana B O KB .
(7) Dalam hal Daerah menyampaikan persyaratan
penyaluran setelah batas waktu yang ditetapkan
pada ayat (4) , penyaluran BOKB untuk setiap
semester dapat dilakukan setelah persyaratan
penyaluran disampaikan oleh Kepala Daerah kepada
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling
lambat 7 (tujuh) hari kerj a sebelum tahun anggaran
berj alan berakhir.
(8) Dalam hal laporan realisasi penyaluran Dana B O KB
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) masih bernilai
nihil, penyaluran Dana BOKB semester berikutnya
dapat ditunda, dan akan disalurkan kembali apabila
Kepala Daerah sudah menyampaikan laporan
penyerapan Dana BOKB sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) yang tidak bernilai nihil.
(9) Laporan realisasi penyaluran dan laporan realisasi
penyerapan Dana BOKB sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) disampaikan dalam bentuk dokumen
fisik ( hardcopy) dan dokumen elektronik (softcopy)
melalui aplikasi .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


684 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 61 -

35. Ketentuan Pasal 8 5 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 8 5
( 1) Penyaluran Dana PK2UKM dan Dana P K Naker
dilakukan secara bertahap, yaitu:
a. tahap I paling cepat bulan Maret; dan
b. tahap I I paling cepat bulan Agustus .
(2) Penyaluran Dana PK2UKM dan Dana PK Naker p ada
tiap tahap sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
dilakukan masing-masing sebesar 5 0 % (lima puluh
persen) dari pagu alokasi.
(3) Kepala Daerah menyampaikan laporan realisasi
penyaluran dan laporan realisasi penyerapan D ana
PK2UKM dan Dana PK Naker setiap tahap kepada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. paling lambat tanggal 31 Oktober untuk
penyerapan dan penggunaan tahap I ; dan
b. paling lambat tanggal 3 1 Januari tahun anggaran
berikutnya untuk penyerapan dan penggunaan
tahap II;
( 4) Dalam hal batas waktu se bagaimana dimaksud pada
ayat (3) j atuh pada hari libur atau hari yang
diliburkan, maka batas waktu penyampaian laporan
realisasi penyaluran dan laporan realisasi
penyerapan Dana PK2 UKM dan Dana PK N aker
setiap tahap adalah pada hari kerj a berikutnya.
(5) Laporan realisasi penyaluran dan laporan realisasi
penyerapan Dana PK2UKM dan Dana PK Naker
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan
syarat penyaluran Dana PK2UKM dan D ana PK
Naker tahap berikutnya.
(6) Laporan realisasi penyaluran Dana PK2UKM dan
Dana PK Naker sebagaimana dimaksud pada ayat (3
)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 56885


6
- 62 -

disertai dengan Rekapitulasi SP2D atas penggunaan


Dana PK2UKM dan Dana PK Naker.
(7) Laporan realisasi penyaluran dan laporan realisasi
penyerapan Dana PK2UKM dan Naker sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan dalam bentuk
dokumen fisik ( hardcopy) dan dokumen elektronik
( softcopy) melalui aplikasi.
(8) Dalam hal terdapat sisa Dana PK Naker pada laporan
penyerapan tahap II Tahun Anggaran 2 0 1 6, maka
penyelesaian pengembalian s1sa dana tersebut
dilakukan dengan cara memperhitungkan DAU
dan/ atau DBH Tahun Anggaran 2 0 1 7 .

3 6 . D i antara Pasal 8 5 dan Pasal 8 6 disisipkan 2 (dua) pasal,


yakni Pasal 8 5A dan Pasal 85B sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 85A
( 1) Penyaluran Dana Pelayanan Adminduk dilakukan
secara sekaligus paling lambat bulan Maret.
(2) Kepala Daerah menyampaikan laporan realisasi
penyerapan dan laporan realisasi penggunaan D ana
Pelayanan Adminduk kepada Menteri Keuangan c . q.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dan
Menteri Dalam Negeri paling lambat tanggal 31
Januari tahun anggaran berikutnya.
(3) Laporan realisasi penyerapan dan laporan realisasi
penggunaan Dana Pelayanan Adminduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan syarat
penyaluran Dana Pelayanan Adminduk.
(4) Laporan realisasi penyerapan Dana Pelayanan
Adminduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disertai dengan Rekapitulasi SP2D atas penyaluran
Dana Pelayanan Adminduk.
(5) Laporan penggunaan Dana Pelayanan Adminduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


686 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 63 -

dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) dan


dokumen elektronik (softcopy) melalui aplikasi .

Pasal 8 5 B
(1) Berdasarkan laporan realisasi penyaluran dan
penyerapan DAK Nonfisik dari Daerah :
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan verifikasi atas kebutuhan riil D ana
BOS, Dana BOP PAUD, Dana TP Guru PNSD , DTP
Guru PNSD , dan TKG PNS D ;
b. Kementerian Kesehatan melakukan verifikasi atas
kebutuhan riil Dana BOK;
c. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
melakukan verifikasi atas kebutuhan riil D ana
BOKB ;
d. Kementerian Koperasi dan U saha Kecil dan
Menengah melakukan verifikasi atas kebutuhan
riil Dana P2UKM; dan
e. Kementerian Ketenagakerj aan dan Transmigrasi
melakukan verifikasi atas kebutuhan riil D ana
Peningkatan Kapasitas Ketenagakerj aan .
f. Kementerian Dalam Negeri melakukan verifikasi
atas kebutuhan riil Dana Pelayanan Adminduk.
(2) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
disampaikan dalam bentuk rekomendasi kep ada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan .
(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diterima paling lambat:
a. 30 (tiga puluh) hari kerj a sebelum triwulan
berj alan berakhir untuk BOS daerah tidak
terpencil, BOK dan BOKB , Dana TP Guru PNS D ,
DTP Guru PNS D , dan dana TKG PNSD .
b. 30 (tiga puluh) hari kerj a sebelum semester
berj alan berakhir untuk Dana BOS daerah
terpencil.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 76887


6
- 64 -

c. 30 (tiga puluh) hari kerj a sebelum tahun


anggaran berakhir untuk Dana B O P PAU D , Dana
P2UKM dan Naker, dan Dana Pelayanan
Adminduk.
(4) Dalam hal berdasarkan rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terdapat lebih salur DAK
Nonfisik, maka dilakukan penghentian penyaluran
dan/ atau penyesuaian jumlah penyaluran periode
berikutnya sesuai kebutuhan riil untuk memenuhi

p embayaran DAK Nonfisik sampai dengan akhir


tahun anggaran .

37. Ketentuan ayat ( 1 ) , ayat (2) , dan ayat ( 3 ) Pasal 9 3 diubah,


sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 9 3
( 1) Pemotongan penyaluran Transfer k e Daerah dan
Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 2
ayat ( 1 ) dapat dilakukan dalam hal antara lain
terdapat:
a. kelebihan pembayaran atau kelebihan penyaluran
Transfer ke Daerah dan Dana D esa, termasuk
DBH CHT yang tidak digunakan sesua1
peruntukannya dan/ atau tidak dianggarkan
kembali pada tahun anggaran berikutnya;
b. tunggakan pembayaran pinj aman daerah;
c. tidak dilaksanakannya hibah daerah induk
kepada daerah otonomi baru;
d. daerah yang tidak menganggarkan alokasi dana
desa (ADD) ; dan
e. pelanggaran kebij akan di bidang paj ak daerah
dan retribusi daerah .
f. Pembebanan keuangan negara atas biaya yang
timbul akibat adanya tuntutan hukum dan / atau
putusan peradilan atas kasus/ sengketa hukum
yang melibatkan Pemerintah Daerah .

//

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


688 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 65 -

(2) Penundaan penyaluran Transfer ke Daerah clan D ana


Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat ( 1 )
dapat dilakukan dalam hal perlu dilakukan kebij akan
pengendalian Transfer ke Daerah dan Dana D es a oleh
Pemerintah, dan/ atau pemerintah daerah tidak
memenuhi ketentuan, antara lain :
a. penyampaian Peraturan Daerah mengenai A PB D ;
b. penyampaian laporan realisasi APBD semester I ;
c. penyampaian laporan pertanggungj awaban
pelaksanaan APB D ;
d. penyampaian perkiraan belanj a operas1 dan
belanj a modal bulanan;
e. penyampaian laporan posisi kas bulanan ;
f. penyampaian laporan realisasi anggaran bulanan ;
g. penyaluran dan penyampaian laporan realisasi
pembayaran Dana TP Guru PNS D , DTP Guru
PNS D , dan TKD PNS D ;
h. penyampaian konfirmasi penerimaan melalui LKT
dan LRT;
i. penyampaian persyaratan penyaluran D B H C HT;
J. penyampaian laporan pemanfaatan sementara
dan penganggaran kembali sisa dana Transfer ke
Daerah dan Dana Desa yang sudah ditentukan
penggunaannya;
k. penyampaian rekapitulasi pemungutan dan
penyetoran paj ak penghasilan dan p aj ak lainnya;
1. penyampaian data informasi keuangan daerah
dan nonkeuangan daerah melalui S istem
Informasi Keuangan Daerah sesuai ketentuan
peraturan perundangan;
m . penyampaian surat komitmen pengalokasian
ADD ;
n . penyampaian rencana defisit APB D ; dan
o. penyampaian laporan posisi kumulatif pinj aman
daerah .

/I

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 96889


6
- 66 -

(3) Penghentian penyaluran Transfer ke Daerah dan


Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 2
ayat ( 1 ) dapat dilakukan dalam hal, antara lain :
a. daerah penerima DBH CHT telah 2 (dua) kali
diberikan sanksi berupa penundaan penyaluran
DBH CHT dalam tahun anggaran berj alan;
b. Kepala Daerah mengajukan permohonan
penghentian penyaluran DAK Fisik kepada
Menteri Keuangan c. q . Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan, disertai . dengan surat
p ersetujuan dari p1mpman kementerian
negara/ lembaga terkait; dan
c. Terdapat kelebihan alokasi DAK Non Fisik kepada
Daerah akibat adanya lebih salur DAK Non Fisik
pada tahun anggaran berj alan berdasarkan
rekomendasi menteri atau pimpinan lembaga
teknis .
(4) Pemotongan, penundaan dan/ atau penghentian
penyaluran Transfer ke Daerah mempertimbangkan,
antara lain, besarnya permintaan pemotongan, pagu
alokasi, lebih bayar atau lebih salur Transfer ke
Daerah dan Dana Desa, dan kapasitas fiskal daerah
yang bersangkutan .
(5) Dalam hal pemotongan dan penundaan penyaluran
Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) dan (2) diusulkan dalam
waktu yang bersamaan dan untuk j enis transfer yang
sama, KPA BUN Transfer Dana Perimbangan dapat
menentukan prioritas pemotongan dan penundaan
penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana D e sa.
(6) . Dalam hal penghentian penyaluran DAK Fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
dilakukan sampai dengan tahun anggaran berakhir,
maka DAK Fisik yang ditunda penyalurannya tidak
dapat disalurkan pada tahun anggaran berikutnya.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemotongan, penundaan, dan / atau penghentian

//

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


690 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 67 -

penyaluran Transfer ke Daerah dapatcliatur clengan


Peraturan Direktur Jencleral Perimbangan Keuangan .
(8) Ketentuan mengenai pemotongan penyaluran
Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimana
huruf cl clan penundaan
climaksucl pacla ayat ( 1 )
penyaluran Transfer ke Daerah dan D ana Desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf 1, mulai


berlaku pada Tahun Anggaran 2 0 1 7 .

38. Ketentuan ayat ( 1 ) Pasal 9 4 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 94
(1) Pembayaran kembali penyaluran Tran sfe r ke D ae rah
clan Dana Desa yang ditunda dan / atau dihentikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2)
dilakukan setelah :
a. dicabutnya sanksi penundaan;
b. dipenuhinya kewaj iban daerah dalam tahun
anggaran berj alan; atau
c. batas waktu pengenaan sanksi penundaan
berakhir sesuai ketentuan peraturan perunclang
undangan .
(2) Pembayaran kembali DBH CHT yang dituncla
dilakukan bersamaan dengan penyaluran triwulan
berikutnya setelah seluruh persyaratan setiap
triwulan terpenuhi .

39 . Ketentuan Pasal 1 02 ayat (2) cliubah clan setelah ayat (2)


ditambahkan 3 (tiga) ayat, yakni ayat (3) , ayat (4) dan
ayat (5) sehingga Pasal 1 02 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1 02
( 1) Transfer ke Daerah yang penggunaannya bersifat
umum se bagaimana dimaksud dalam Pas al 1 00
ayat ( 1) digunakan sesuai dengan kebutuhan dan
prioritas daerah .

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16991


6
- 68 -

(2) Transfer ke Daerah yang penggunaannya bersifat


umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 00
ayat ( 1 ) dialokasikan sekurang-kurangnya 25% (dua
puluh lima persen) untuk belanj a infrastruktur
daerah yang langsung terkait dengan percepatan
pembangunan fasilitas pelayanan publik dan
ekonomi dalam rangka meningkatkan kesempatan
kerj a, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi
kesenj angan penyediaan pelayanan publik antar
daerah .
(3) Daerah waj ib menyampaikan laporan penggunaan
dana Transfer ke Daerah bersifat umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dalam Laporan Realisasi
Anggaran sesuai peraturan perundang-undangan .
(4) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) , Kementerian Keuangan melakukan evaluasi
terhadap pengalokasian dana Transfer ke D aerah
yang penggunaannya bersifat umum untuk belanj a
infrastruktur daerah .
(5) Dalam hal mengalokasikan dana Transfer ke D aerah
yang penggunaannya bersifat umum untuk belanj a
infrastruktur daerah kurang dari 25% (dua puluh
lima persen) dari dana yang diterima oleh daerah,
maka dapat dikenakan penundaan penyaluran DAU
sebesar kekurangan pengalokasian tersebut.

40. Ketentuan Pasal 1 07 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 1 07
( 1) DAK Penugasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (6) huruf a angka 2 diprioritaskan
penggunaannya untuk mendanai bidang/ subbidang
dalam rangka pencapaian prioritas nasional dalam
Rencana Kerj a Pemerintah .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


692 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 69 -

Bidang/ subbidang
(2) sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) , antara lain :
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Air Minum;
d. Sanitasi;
e. Jalan;
f. Pasar;
g. Irigasi;
h. Energi Skala Kecil .
(3) Cakupan bidang/ subbidang sebagaimana dimaksud
dapat disesuaikan setiap tahun sesuai
pada ayat (2)
prioritas nasional yang ditetapkan dalam Rencana
K rj a Pemerintah dan Undang-Undang mengenai
APB N .

41. Ketentuan ayat dan ayat


(2) (3) Pasal 1 10 diubah,
sehingga Pasal 1 1 0 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1 1 0
( 1) Dalam hal terdapat sisa DAK atau s1sa DAK Fisik
pada bidang/ subbidang/ subj enis yang output
kegiatannya sudah tercapai, maka s1sa tersebut
dapat digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk mendanai kegiatan DAK Fisik p ada
bidang/ subbidang/ subj enis yang sama; dan / atau
b. untuk mendanai kegiatan DAK Fisik pada
bidang/ subbidang/ subj enis tertentu sesuai
kebutuhan daerah,
dengan menggunakan petunjuk teknis tahun
anggaran berj alan .
Dalam hal terdapat s1sa DAK atau s1sa DAK Fisik
(2) .

pada bidang/ subbidang/ subj enis yang output


kegiatannya belum tercapai, maka s1sa tersebut
dianggarkan kembali dalam APBD tahun anggaran
berikutnya untuk digunakan dalam rangka

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 36993


6
- 70 -

pencapaian output dengan menggunakan petunj uk


teknis pada saat output kegiatannya belum tercapai .
(3) Sisa DAK atau sisa DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) akan diperhitungkan dalam
pengalokasian DAK Fisik pada tahun anggaran
berikutnya.

42 . Ketentuan Pasal 1 1 1 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 1 1 1
( 1) Sisa Dana BOS tahun anggaran 2 0 1 1 pada RKUD
kabupaten / kota waj ib disetor oleh Daerah ke RKUN
melalui Bank/ Pos Persepsi dengan cara penyetoran
penerimaan negara bukan paj ak secara elektronik
melalui Sistem Informasi Penerimaan Negara Bukan
Paj ak Online (SIMPON!) atau menggunakan formulir
Surat Setoran Bukan Paj ak (SSBP) paling lambat
bulan April Tahun Anggaran 2 0 1 7 .
(2) Sisa Dana BOS Tahun Anggaraii. 2 0 1 1 sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) merupakan sisa yang
ditetapkan berdasarkan dokumen sumber Laporan
Hasil Monitoring Sisa Dana BOS Tahun Anggaran
2 0 1 1 pada pemerintah daerah penerima alokasi D ana
BOS Tahun Anggaran 2 0 1 1 yang dipe.roleh dari
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) .
(3) Rincian Sisa Dana BOS Tahun Anggaran 2 0 1 1 dan
tata cara pengisian SIMPON! sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan .
(4) Tata cara penyetoran Sisa Dana BOS Tahun
Anggaran 2 0 1 1 ke Bank/ Pos Persepsi sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
tata cara penyetoran penerimaan negara.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


694 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 71 -

43 . Ketentuan ayat ( 1 ) Pasal 1 1 2 diubah, sehingga Pasal 1 1 2


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1 1 2
(1) Dalam hal sampai dengan bulan April Tahun
Anggaran 20 1 7 masih terdapat Sisa D ana B O S
Tahun Anggaran 2 0 1 1 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 1 1 ayat (3) di daerah, maka penyelesaian
pengembalian Sisa Dana B O S Tahun Anggaran 2 0 1 1
tersebut dilakukan dengan cara pemotongan DAU
dan / atau DBH Tahun Anggaran 20 1 7 .
(2) Pemotongan DAU dan/ atau DBH dilakukan oleh
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan .
(3) Konfirmasi terhadap pemotongan DAU dan / atau
DBH dimuat dalam Lembar Konfirmasi Transfer.
(4) Lembar Konfirmasi Transfer sebagaimana dimaksud
pada . ayat (3) disampaikan oleh Menteri Keuangan
c . q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan
kepada pemerintah daerah setiap triwulanan .

44 . Di antara Pasal 1 1 3 dan Pasal 1 1 4 disisipkan 5 (lima)


Pasal yakni Pasal 1 1 3A, Pasal 1 1 3B , Pasal 1 1 3 C , Pasal
1 1 3 D , dan Pasal 1 1 3E sehingga berbunyi sebagai berikut

Pasal 1 1 3A
(1) Dalam hal Daerah mengalami kesulitan likuiditas
sebagai akibat dari realisasi penerimaan daerah tidak
mencukupi untuk mendanai kegiatan yang sudah
ditetapkan dalam APB D , maka Pemerintah D aerah
dapat memanfaatkan sisa dana Transfer ke D aerah
dan Dana Desa yang sudah ditentukan
penggunaannya se bagaimana dimaksud dalam Pasal
1 0 0 ayat (2) .
(2) Sisa dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang
sudah ditentukan penggunaannya sebagaimana

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 56995


6
- 72 -

dimaksud dalam ayat ( 1 ) merupakan akumulasi sisa


dari tahun-tahun anggaran sebelumnya.
(3) Pemanfaatan sisa dana Transfer ke daerah dan D ana
Desa yang sudah ditentukan penggunaanya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) , hanya dapat
dilakukan untuk memenuhi :
a. kewaj iban pembayaran atas kegiatan yang sudah
dikontrakkan dan selesai dilaksanakan;
b. kebutuhan belanj a daerah pada saat realisasi
penenmaan daerah tidak mencukupi untuk
mendanai kegiatan yang tidak dapat ditunda
pembayarannya; dan/ atau
c. kebutuhan belanj a untuk kegiatan yang menj adi
prioritas daerah yang telah ditetapkan dalam
APB D .
(4) Besaran pemanfaatan sisa dana Transfer ke D aerah
dan Dana Desa yang sudah ditentukan
penggunaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling tinggi sebesar kebutuhan belanj a D aerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) .

Pasal 1 1 38
Rincian j enis dan besaran atas pemanfaatan s1sa dana
Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang sudah
ditehtukan penggunaannya dicatatkan dalam Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah tahun anggaran berkenaan .

Pasal 1 1 3 C
Pemanfaatan Sisa dana Transfer ke Daerah dan Dana
Desa yang sudah ditentukan penggunaannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal l 1 4A ayat 3
dianggarkan kembali sesuai dengan peruntukannya pada
prioritas pertama dalam APBD tahun anggaran
berikutnya.

/,/

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


696 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 73 -

Pasal l 1 3D
(1) Pemanfaatan sisa dana Transfer ke D aerah dan D ana
Desa yang sudah ditentukan penggunaannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 1 3A ayat 3 dan
penganggaran kembali atas pemanfaatan s1sa
Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang sudah
ditentukan penggunaannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal l 1 3 C, dilaporkan oleh Pemerintah
Daerah kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan dan Menteri D alam
Negeri c . q. Direktur Jenderal Bina Keuangan D aerah .
(2) Laporan pemanfaatan sisa dana Transfer ke D aerah
dan Dana Desa yang sudah ditentukan
penggunaannya sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) , paling kurang memuat:
a. j enis dan jumlah sisa;
b. rincian pemanfaatan dan besarannya.
(3) Laporan penganggaran kembali sisa dana Transfer ke
Daerah dan Dana Desa yang sudah ditentukan
penggunaannya sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) , paling kurang memuat j enis dan j umlah
yang dianggarkan kembali .
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) disampaikan oleh Pemerintah Daerah kepada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan dan Menteri Dalam Negeri
c . q. Direktur Jenderal Bina Keuangan D aerah paling
lambat bulan Maret tahun anggaran berikutnya.

Pasal l 1 3E
Dalam hal Pemerintah Daerah tidak menyampaikan
laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 1 3 D ayat (2)
dan ayat (3) dan/ atau daerah tidak menganggarkan
kembali sisa dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa
yang sudah dimanfaatkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 1 3C, Menteri Keuangan dapat melakukan
penundaan penyaluran Dana Alokasi Umum dan / atau

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 76997


6
- 74 -

Dana Bagi Hasil yang tidak ditentukan penggunaannya


sebesar sisa dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa
yang tidak dianggarkan kembali .

45. Pasal 1 1 4 diubah


Ketentuan ayat ( 1 ) , ayat (3) , dan ayat (5)
sehingga Pasal 1 1 4 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1 1 4
(1) Pemerintah daerah waj ib menyampaikan bukti
pembuatan tagihan atau billing dan bukti
penerimaan negara atas setoran penerimaan negara
bukan paj ak secara elektronik melalui Sistem
Informasi Penerimaan Negara Bukan Paj ak Online
(SIMPON!) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 1 1
ayat ( 1 ) yang telah mendapatkan Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN) , N om or Transaksi
Bank/ Nomor Transaksi Pos (NTB / NTP) dan tanggal
kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara paling lainbat bulan Mei
Tahun Anggaran 2 0 1 7 .
(2) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
menyampaikan salinan Surat Setoran Bukan Paj ak
(SSBP) sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dari
seluruh pemerintah daerah dalam wilayah kerj anya
kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan .
(3) Penyampaian salinan Surat Setoran Bukan Paj ak
(SSBP) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan paling lambat tanggal 31 Mei Tahun
Anggaran 2 0 1 7 .
(4) B erdasarkan salinan Surat Setoran Bukan Paj ak
(SSBP) yang disampaikan oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) , Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan melakukan penelitian dan
menyusun rekapitulasi salinan Surat Setoran Bukan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


698 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 75 -

Paj ak (SSBP) untuk disampaikan kepada M enteri


Keuangan c . q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan .
(5) Penyampaian salinan Surat Setoran Bukan Paj ak
(SSBP) berserta rekapitulasi salinan Surat Setoran
Bukan Paj ak (SSBP) kepada Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilakukan paling lambat tanggal 30 Juni
Tahun Anggaran 2 0 1 7 .

4 6 . D i antara Pasal 1 1 7 dan Pasal 1 1 8 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 1 1 7A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 1 1 7A
(1) Dalam hal terj adi keadaan force ma1eur yang
menyebabkan tidak dapat dilaksanakannya kegiatan
DAK Fisik di daerah, maka kekurangan penyaluran
DAK Fisik dapat dialokasikan kembali atau
disalurkan pada tahun anggaran berikutnya sesuai
mekanisme penganggaran APB N .
(2) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan
kementerian / lembaga teknis melakukan verifikasi
atas keadaan force majeur di daerah se bagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) .
(3) B erdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) , Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan dan kementerian/ lembaga teknis
menyampaikan rekomendasi pengalokasian kembali
atau penyaluran pada tahun anggaran berikutnya
kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan .
(4) Penyaluran DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan secara triwulanan sesuai
ketentuan Pasal 73 ayat ( 1 ) berdasarkan rekomendasi
penyaluran dari kementerian/ lembaga teknis terkait.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 96999


6
- 76 -

(5) Kepala Daerah menyampaikan laporan realisasi


penyerapan dana dan capaian output kegiatan DAK
Fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan sesuai ketentuan Pasal 73 .

47. Di antara Pasal 1 2 1 dan Pasal 1 22 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 1 2 lA sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 1 2 1 A
Ketentuan mengenai :
a. Format laporan tahunan penggunaan tambahan D B H
S DA Migas dan rekapitulasi laporan tahunan
penggunaan tambahan DBH SDA Ml.gas sebagaimana
dan ayat (6) ;
dimaksud dalam Pasal 70 ayat (4)
b. Format laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik setiap triwulan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1)
huruf a angka 2 , huruf b , huruf c, dan huruf d;
c. Format laporan realisasi penyerapan dana dan capaian
output kegiatan DAK Fisik tahun anggaran
sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73A
ayat (2) huruf b;
d. Format rekapitulasi SP2D atas penggunaan DAK Fisik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (2) ;
e. Format laporan realisasi penyaluran Dana B O S dan
laporan realisasi penyerapan Dana BOS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 ayat ( 1 ) huruf a dan
huruf b;
f. Format laporan realisasi penyaluran BOP PAUD dan
laporan realisasi penyerapan Dana BOP PAUD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) ;
g. Format laporan realisasi pembayaran Dana TP Guru
PNS D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 0 ayat (4)
;
h . Format laporan realisasi pembayaran DTP Guru PNS D
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 1 ayat (4) ;

/I

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


700 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 77 -

i. Format laporan realisasi pembayaran D ana TKG PNS D


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 1A ayat (4)
;
J. Format laporan realisasi penyerapan dan laporan
realisasi penggunaan Dana BOK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 83 ayat (8) ;
k. Format Laporan realisasi penyaluran dan laporan
realisasi penyerapan Dana BOKB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 84 ayat (4);
1. Format laporan realisasi penyaluran dan laporan
realisasi penyerapan Dana PK2UKM dan D ana PK
Naker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 5 ayat (3) ;
m. Format Laporan realisasi penyerapan dan laporan
realisasi penggunaan Dana Pelayanan Adminduk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 5A ayat (3) ;
n . Format Rekapitulasi SP2D DAK Nonfisik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2)
, Pasal 79 ayat (4)
,
Pasal 83 ayat ( 1 1 ) , Pasal 84 ayat (6) , Pasal 8 5 ayat (6) ,
dan Pasal 8 5A ayat (4);
o. Format dan petunjuk pengisian Surat Setoran Bukan
Paj ak (SSBP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 1 1
ayat ( 1 ) ; dan
p. Format laporan pemanfaatan s1sa dana Transfer ke
D aerah dan Dana Desa yang sudah ditentukan
penggunaannya dan laporan penganggaran kembali
sisa dana Transfer ke Daerah dan D ana Desa yang
sudah ditentukan penggunaannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 1 3D ayat (2) dan ayat (3) ,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

48. Ketentuan Pasal 1 22 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 1 22
(1) Dalam hal Direktur Pembiayaan dan Transfer Non
Dana Perimbangan belum ditetapkan, KPA . BUN
Transfer Non Dana Perimbangan adalah Direktur
Dana Perimbangan .

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 17001


7
- 78 -

(2) Ketentuan penyampaian laporan tahunan


penggunaan tambahan DBH SDA Migas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 ayat (4) , ayat (4a) , dan
ayat (4b) mulai berlaku untuk penyaluran Tahun
Anggaran 20 1 7 .
(3) Ketentuan mengenai DAK Penugasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (6) huruf a angka 2 dan
Pasal 1 07 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 20 1 7 .
(4) Ketentuan penyaluran DAK Fisik triwulan I
sebagaimana diatur dalam Pasal 73 ayat ( 1 ) huruf a,
untuk Tahun Anggaran 2 0 1 6 menggunakan laporan
realisasi penyerapan DAK triwulan IV Tahun
Anggaran 20 1 5 dan laporan penyerapan penggunaan
DAK Tahun Anggaran 20 1 5 yang dibuat sesuai
dengan format sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 24 1 / PMK. 07 / 2 0 1 4 tentang
Pelaksanaan dan Pertanggungj awaban Transfer ke
Daerah dan Dana Desa.
(5) Persyaratan penyaluran Dana BOP PAUD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3) mulai
berlaku Tahun Anggaran 2 0 1 7 .

Pasal II
Peraturan Menteri m1 mulai berlaku pada tanggal
diundangkan .

;/

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


702 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-79-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerin tahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 D esember 2 0 1 6

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd .
SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 D esember 2 0 1 6
D I REKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd .
WIDO D O EKATJAHJANA

B ERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2 0 1 6 NOMOR 1 85 0

S alinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum
u.b.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 37003


7
- 80 -

LAM PI RAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUB LIK I N D ONESIA
NOMOR 187/PMK.07/2016
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN
NOMOR 48 / PMK. 07 / 2 0 1 6 TENTANG PENGELO LAAN
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

FORMAT LAPORAN TAHUNAN PENGGUNAAN


TAMBAHAN DBH S DA MIGAS

LAPORAN PENGGUNAAN TAMBAHAN DBH SDA MIGAS


DALAM RANGKA OTONOMI KHUSUS
PROVINS! . . . l aJ TAHUN ANGGARAN . . . l b J

Yang bertanda tangan di bawah ini . . . 2 J menyatakan bahwa saya bertanggung


j awab penuh atas kebenaran Laporan Penggunaan Tambahan Dana B agi hasil
Sumber D aya Alam Minyak Bumi dan Gas Bumi ini dengan rincian, sebagai
berikut:
Penerimaan dari Rekening Kas Umum Negara
Triwulan I : Rp . . . 3 )
Triwulan II : Rp . . 4 )
Rp . . . 5)
.

Triwulan III :
Triwulan IV : Rp . . . 6)
Jumlah : Rp . . . 7l
Realisasi Pembayaran ke Pihak Ketiga melalui SP2D Daerah

Realisasi Pembayaran dari RKUD melalui


S P2 D Daerah
Sisa Capaian Output (%)

I
No Anggaran
Kegiatan8l Lokasi9l Kumulatif

1 0) II 1 1) III 1 2) 13) 1 3b) 1 3c)


riwu lan Triwulan Kegiatan Volume Persentas

1 31
setiap
e
Triwulan

A. Bidang/ Program Pendidikan

1 ... ... Rp . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . .

Dst.

B. Bidang/ Program Kesehatan dan Perbaikan Gizi

1 ... ... Rp . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . .

Dst.

c. Bidang/ Program Pembangunan

1 ... ... Rp . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . .

Dst.

D. Bidang/ Program Lainnya

1 .
. . ... Rp . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . .

Dst.

J umlah 1 41 Rp . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . .

Bukti-bukti realisasi pembayaran kepada pihak ketiga yang tercantum dalam


lap oran ini, disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelengkapan
administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
D emikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya .

. . . ' . . . . . . . . . 1 5)
1 6)

1 7)

1 8)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


704 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 81 -

PETUNJUK PENGI SIAN

NO URAIAN
l a- b . Diisi sesuai dengan nama prov1ns1 dan tahun anggaran yang
dilaporkan .
2. Diisi oleh gubernur daerah provinsi yang bersangkutan .
3. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang diterima rekening kas umum
daerah dari rekening kas umum negara pada triwulan I.
4. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang diterima rekening kas umum
daerah dari rekening kas umum negara pada triwulan II .
5. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang diterima rekening kas umum
daerah dari rekening kas umum negara pada triwulan III .
6. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang diterima rekening kas umum
daerah dari rekening kas umum negara pada triwulan IV.
7. Diisi sesuai dengan jumlah keseluruhan dana yang diterima rekening
kas umum daerah dari rekening kas umum negara sampai dengai1
triwulan akhir laporan.
8. Kolom diisi sesuai dengan rincian kegiatan bersangkutan .
9. Kolom diisi sesuai dengan rincian lokasi kegiatan dilaksanakan .
10. Kolom diisi sesuai dengan jumlah realisasi pembayaran ke pihak ketiga
dari rekening kas umum daerah melalui SP2D daerah pada triwulan I .
1 1. Kolom diisi sesuai dengan jumlah realisasi pembayaran ke pihak ketiga
dari rekening kas umum daerah melalui SP2D daerah pada triwulan II .
12. Kolom diisi sesuai dengan jumlah realisasi pembayaran ke pihak ketiga
dari rekening kas umum daerah melalui SP2D daerah pada triwulan III .
13. Kolom diisi sesuai dengan jumlah kumulatif realisasi pembayaran ke
pihak ketiga dari rekening kas umum daerah melalui SP2D daerah
pada tahun anggaran bersangkutan .
1 3 a. Kolom diisi sesuai dengan jumlah sisa anggaran untuk setiap kegiatan .
1 3b . Kolom diisi dengan volume capaian keluaran ( output) setiap bidang/
program.
13c. Kolom diisi dengan persentase capaian keluaran ( output) setiap bidang/
program .
14. B aris diisi sesuai dengan jumlah keseluruhan dari masing-masing
kolom.
15. Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal penandatanganan laporan.
16. Diisi sesuai dengan bupati/walikota daerah kabupaten/ kota yang
bersangku tan .
17. Ditandatangani dan dicap basah oleh kepala daerah bersangkutan .
18. Diisi sesuai dengan nama kepala daerah bersangkutan .

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 57005


7
- 82 -

FORMAT REKAPITULASI LAPORAN TAHUNAN PENGGUNAAN


TAMBAHAN DBH S DA MIGAS

REKAPITULASI
LAPORAN TAHUNAN PENGGUNAAN TAMBAHAN DBH SDA MIGAS
DALAM RANGKA OTONOMI KHUSUS BAGIAN KABUPATEN / KOTA
SE-PROVINS! . . l al TAHUN ANGGARAN l bl . . . .

Yang bertanda tangan di bawah ini . . 2 l menyatakan bahwa Rekapitulasi Laporan.

Penggunaan Tambahan Dana Bagi basil Sumber Daya Alam Minyak Bumi dan Gas
Bumi ini dibuat berdasarkan laporan yang disampaikan oleh kabupaten / kota,
dengan rincian sebagai berikut:

Penyaluran dari RKUD Provinsi


Triwulan I : Rp . . . 3 l
Triwulan II : Rp . 4 l
Rp . 5l
. .

Triwulan III :
Rp . 6J
. .

Triwulan IV :
Rp . . 7 l
. .

Jumlah : .

Realisasi Realisasi Sisa Capaian Output


81
Bidang/

91 101 1 1) I l a) l i b)
No. Penerimaan di Pemb ayaran dari Anggaran
Program Volume Persentase
RKUD Kab / Kota RKUD Kab / Kota

Kabupate n / Kota . . . 1 21

1 ... Rp . . . Rp . . . Rp . . .

2 ... Rp . . . Rp . . . Rp . . .

D st. .. Rp . . . Rp . . . Rp . . .

1 31
.

Jumlah Rp . . . Rp . . . Rp . . .

Kabupaten / Kota . . .

1 ... Rp . . . Rp . . . Rp . . .

2 ... Rp . . . Rp . . . Rp . . .

D st. . . . Rp . . . Rp . . . Rp . . .

Jumlah Rp . . . Rp . . . Rp . . .

D st.

Jumlah 1 41 Rp . . . Rp . . . Rp . . .

Bukti-bukti realisasi pembayaran kepada pihak ketiga dalam rekapitulasi laporan


ini, disimpan oleh kabupaten/ kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional .

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.

. . . ' . . . . . . . . . 1 5)
1 6)
1 7)
1 8)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


706 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-3
8-

PETUNJUK PENGI SIAN

NO URAIAN
l a- b . Diisi sesuai dengan nama provinsi dan tahun anggaran yang dilaporkan .
2. Diisi oleh gubernur daerah provinsi yang bersangkutan .
3. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang disalurkan dari rekening kas
umum daerah provinsi ke rekening kas umum daerah kab / kota pada
triwulan I .
4. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang disalurkan dari rekening kas
umum daerah provinsi ke rekening kas umum daerah kab / kota pada
triwulan II .
5. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang disalurkan dari rekening kas
umum daerah provinsi ke rekening kas umum daerah kab / kota pada
triwulan III .
6. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang disalurkan dari rekening kas
umum daerah provinsi ke rekening kas umum daerah kab / kota pada
triwulan IV.
7. Diisi sesuai dengan j umlah keseluruhan dana yang disalurkan dari
rekening kas umum daerah provinsi ke rekening kas umum daerah
kab / kota sampai dengan triwulan akhir laporan .
8. Kolom diisi sesuai dengan bidang/ program yang dilaksanakan .
9. Kolom diisi sesuai dengan jumlah realisasi penerimaan tambahan DBH
SDA Migas di rekening kas umum daerah kab / kota.
10. Kolom diisi sesuai dengan jumlah realisasi pembayaran ke pihak ketiga
dari rekening kas umum daerah kab / kota.
1 1. Kolom diisi sesuai dengan jumlah sisa anggaran untuk setiap bidang/
program.
l l a. Kolom diisi dengan volume capaian keluaran ( output) setiap bidang/
program.
l lb. Kolom diisi dengan persentase capaian keluaran ( output) setiap bidang/
program.
12. Diisi sesuai dengan nama kabupaten/ kota dalam provinsi yang
bersangku tan .
13. B aris diisi sesuai dengan jumlah keseluruhan masing-masing kolom
nilai untuk setiap kab / kota.
14. B aris diisi sesuai dengan jumlah keseluruhan dari masing-masing kolom
kab / kota.
15. Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal penandatanganan laporan .
16. Diisi sesuai dengan gubernur daerah provinsi yang bersangkutan .
17. Ditandatangani dan dicap basah oleh gubernur daerah provinsi yang
bersangku tan .
18. Diisi sesuai dengan nama gubernur daerah provinsi yang bersangkutan .

//

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7007


7
- 84 -

FORMAT LAPORAN REALI SASI PENYERA PAN DANA


DAN CAPAIAN O UTPUT KEGIATAN DAK FI SIK

LAPORAN REALI SASI PENYERAPAN DANA DAN CAPAIAN OUTPUT KEGIATAN


DANA ALO KASI KHUSUS FISIK. . . l J
BIDANG . . . 2 i
TRIWULAN . . . 3J TAHUN ANGGARAN . 4 J . .

Yang bertanda tangan di bawah ini . . . 5J menyatakan bahwa saya bertanggung


j awab penuh atas kebenaran Laporan Realisasi Penyerapan D ana
danCapaianOutputKegiatanDana Alokasi Khusus Fisikini dengan rincian , sebagai
berikut:

Penerimaan dari RKUN


Triwulan I ( . . . 6 J) : Rp . . . 7J
Triwulan II ( . . . 6 J) : Rp . . . 8 J
( . . . 6 J) Rp . . . J
9
Triwulan III :
Triwulan IV ( . . . 6 J) : Rp . . . 1 0 1
Jumlah : Rp . . 1 1 i
.

Sisa D ana Afokasi Khusus Fisikdi RKUD : Rp . 1 4 J


: . . . . % 1 5)
. .

Persentase Penyerapan Dana

Realisasi Pembayaran dari Output


No Subbidang l6) Pagu (Rp ) 17l RKUDmelalui Daerah
Jumlah % Target %
1

2
3
Jumlah 24 )

Bukti-bukti realisasi pembayaran kepada pihak ketiga yang tercantum dalam


laporan ini, disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelengkapan
administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional .
Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.

. . . ' . . . . . . . . . 2 5)
. . . 26)
2 7)

28)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


708 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-5
8 -

PETUNJUKPENGI
SIAN

NO . URAIAN

1. Diisi sesuai dengan Jenis DAKFisik yang dilaporkan .

2. Diisi sesuai dengan Bidang/ Subjenis DAK Fisik yang dilaporkan .

3. Diisi sesuai dengan triwulan yang dilaporkan, yakni:


a. triwulan I ;
b . triwulan II;
c. triwulan III ; atau
d . triwulan IV.

4. Diisi sesuai dengan tahun anggaran DAK Fisik yang dilaporkan .

5. Diisi sesuai dengan kepala daerah yang bersangkutan, yakni:


a. gubernur bagi daerah provinsi;
b . bupati bagi daerah kabupaten; atau
c . walikota bagi daerah kota.

6. Diisi dengan tanggal penerimaan DAK Fisik di RKUD .

7. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang diterima rekening kas umum daerah
dari rekening kas umum negara pada triwulan I .

8. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang diterima rekening kas umum daerah
dari rekening kas umum negara pada triwulan II .

9. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang diterima rekening kas umum daerah
dari rekening kas umum negara pada triwulan III .

10. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang diterima rekening kas umum daerah
dari rekening kas umum negara pada triwulan IV.

11. Diisi sesuai dengan jumlah keseluruhan dana yang diterima rekening kas
umum daerah dari rekening kas umum negara sampai dengan triwulan
laporan .

12. Diisi sesuai dengan j umlah realisasi pembayaran ke pihak ketiga dari
rekening kas umum daerah melalui SP2D daerah pada triwulan laporan .

13. Diisi sesuai dengan jumlah kumulatif realisasi pembayaran ke pihak ketiga
dari rekening kas umum daerah melalui SP2D daerah sampai dengan
triwulan laporan .

14. Diisi sesuai dengan jumlah sisa DAK Fisik di rekening kas u mu rn daerah
sampai dengan triwulan laporan .

15. Diisi sesuai dengan persentase penyerapan dana DAK Fisik di rekening kas
umum daerah terhadap jumlah keseluruhan dana yang diterima rekening
kas umum daerah dari rekening kas umum negara sampai dengan
triwulan laporan .

16. Kolom diisi sesuai dengan rincian bidang DAK Fisik bersangkutan .

17. Kolom diisi sesuai dengan jumlah pagu masing-masing rincian subbidang
DAK Fisik bersangkutan.

18. Kolom diisi sesuai dengan distribusi penyaluran DAK Fisik ke dalam
masing-masing subbidang sampai dengan triwulan bersangkutan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 97009


7
- 86 -

19. Kolom diisi sesuai dengan jumlah realisasi pembayan ke pihak ketiga dari
rekening kas umum daerah melalui SP2D daerah pada triwulan
sebelumnya untuk rincian subbidang DAK Fisik bersangkutan .

20. Kolom diisi sesuai dengan jumlah realisasi pembayaran k e pihak ketiga
dari rekening kas umum daerah melalui SP2D daerah pada triwulan
lap oran untuk rincian subbidang DAK Fisik bersangkutan

21. Kolom diisi sesuai dengan jumlah kumulatif realisasi pembayaran ke pihak
ketiga dari rekening kas umum daerah melalui SP2D daerah sampai
dengan triwulan laporan untuk rincian subbidang DAK Fisik
bersangku tan.

22. Kolom diisi sesuai dengan jumlah sisa dana DAK Fisik di rekening kas
umum daerah sampai dengan triwulan laporan untuk rincian subbidang
DAK Fisik bersangkutan .

23 . Kolom diisi sesuai dengan persentase pelaksanaan kegiatan yang telah


dicapai sampai dengan triwulan laporan untuk rincian subbidang DAK
Fisik bersangkutan .

24. B aris diisi sesuai dengan jumlah keseluruhan dari masing-masing kolom.

25. Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal penandatanganan laporan.

26. Diisi sesuai dengan kepala daerah bersangkutan, yakni:


a. gubernur bagi daerah provinsi;
b . bupati bagi daerah kabupaten; atau
c . walikota bagi daerah kota.

27. Ditandatangani dan dicap basah oleh kepala daerah bersangkutan .

28. Diisi sesuai dengan nama kepala daerah bersangku tan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


710 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-87 -

FORMAT LAPORAN REALI SASI PENYERAPAN DANA


DAN CAPAIAN OUTPUT KEGIATAN DAK FI SIK
TAHUN ANGGARAN SEBELUMNYA

LAPORAN REALISASI PENYERAPAN DANA DAN CAPAIAN OUTPUT KEG IATAN


DANA ALO KASI KHU SUS FISIK . l l
BIDANG . . 2i
. .

TAHUN ANGGARAN . . . 3J
.

Yang bertanda tangan di bawah ini . . . 4 l menyatakan bahwa saya bertanggung


j awab penuh atas kebenaran Laporan Realisasi Penyerapan Dana dan Capaian
Output Kegiatan D ana Alokasi Khusus Fisik ini dengan rincian, sebagai berikut:

Penerimaan dari RKUN ( . . . SJ) : Rp . . . 6 l


Jumlah : Rp 7 l. . .

Sisa D ana Alokasi Khusus Fisik di RKUD : Rp . . si


: . . . . o/o )
.

9
Persentase Penyerapan Dana

Realisasi Pembayaran dari Output .


No Subbidang 101 Pagu ( Rp ) l ll RKUD melalui SP2D Daerah
Jumlah % Capaian %
1
2
3
Jumlah 1 21 ... ... ...

Bukti-bukti realisasi pembayaran kepada pihak ketiga yang tercantum dalam


lap oran ini, disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelengkapan
administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
D emikian lap oran ini dibuat dengan sebenarnya.

. . . ' . . . . . . . . . 1 3)
... 1 )
4
1 5)

1 6)

/I

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 17111


7
-88 -

PETUNJUK PENGI SIAN

NO. URAIAN

1. Diisi sesuai dengan Jenis DAK Fisik yang dilaporkan .

2. Diisi sesuai dengan Bidang/ Subj enis DAK Fisik yang dilaporkan .

3. Diisi sesuai dengan tahun anggaran DAK Fisik yang dilaporkan .

4. Diisi sesuai dengan kepala daerah yang bersangkutan, yakni :


a. gubernur bagi daerah provinsi;
b . bupati bagi daerah kabupaten; atau
c . walikota bagi daerah kota.

5. Diisi dengan tanggal penerimaan DAK Fisik di RKUD .

6. Diisi sesuai dengan jumlah dana yang diterima rekening kas u mu m daerah
dari rekening kas umum negara pada triwulan I .

7. Diisi sesuai dengan jumlah keseluruhan dana yang diterima rekening kas
umum daerah dari rekening kas umum negara sampai dengan triwulan
laporan .

8. Diisi sesuai dengan j umlah sisa DAK Fisik di rekening kas u mu m daerah
s ampai dengan triwulan laporan .

9. Diisi sesuai dengan persentase penyerapan dana DAK Fisik di rekening kas
umum daerah terhadap jumlah keseluruhan dana yang diterima rekening
kas umum daerah dari rekening kas umum negara sampai dengan
triwulan laporan .

10. Kolom diisi sesuai dengan rincian bidang DAK Fisik bersangkutan .

1 1. Kolom diisi sesuai dengan jumlah pagu masing-masing rincian subbidang


DAK Fisik bersangkutan .

12. B aris diisi sesuai dengan jumlah keseluruhan dari masing-masing kolom.

13. D iisi sesuai dengan tempat dan tanggal penandatanganan laporan.

14. Diisi sesuai dengan kepala daerah bersangkutan, yakni:


a. gubernur bagi daerah provinsi;
b . bupati bagi daerah kabupaten; atau
c . walikota bagi daerah kota.

15. Ditandatangani dan dicap basah oleh kepala daerah bersangkutan .

16. Diisi sesuai dengan nama kepala daerah bersangkutan .

;I

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


712 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
8-
-9

FORMAT REKAPITULASI SP2D ATAS PENGGUNAAN DAK FI SIK

REKAPITULASI
SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA DAERAH (SP2 D )
ATAS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS FI SIK
TRIWULAN . . . 1 J
TAHUN ANGGARAN . . 2 J .

S P2 D
No . NilaiSJ Keterangan 6)
Nomor 3l Tanggal 4l

... 7)

1 . .. ... Rp . . .
2 ... ... Rp . . .
3 ... ... Rp . . .
D st. Rp . . .
Jumlah 8) Rp . . .
D st.
Jumlah 9) Rp . . .

... . . . . . . . . . 1 0)
'
1 1)

1 2)

1 3)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 37113


7
-90 -

PETUNJUK PENGI SIAN

NO . URAIAN

1. Diisi sesuai dengan Tahap yang dilaporkan, yakni:


a. Triwulan I;
b . Triwulan II;
c. Triwulan III ; atau
d . Triwulan IV.

2. Diisi sesuai dengan tahun anggaran DAK yang dilaporkan .

3. Kolom diisi sesuai dengan nomor SP2D atas realisasi penggunaan DAK
sesuai bidang DAK bersangkutan .

4. Kolom diisi sesuai dengan tanggal SP2D atas realisasi penggunaan DAK
sesuai bidang DAK bersangkutan .

5. Ko lorn diisi sesua1 dengan nilai SP2D atas realisasi penggunaan DAK
sesuai bidang DAK bersangkutan .

6. Kolom diisi dengan keterangan atas SP2D atas realisasi penggunaan DAK
sesuai bidang DAK bersangkutan .

7. Diisi sesuai dengan rincian bidang DAK bersangkutan .


.
8. B aris diisi sesuai dengan jumlah dari mas1ng-mas1ng kolom nilai untuk
.

masing-masing rincian bidang DAK.

9. B aris diisi sesuai dengan jumlah keseluruhan dari masing-masing kolom


nilai.

10. Diisi sesuai tempat dan tanggal penandatanganan laporan .

1 1. Diisi sesuai kepala daerah bersangkutan, yakni:


a. gubernur bagi daerah provinsi;
b . bupati bagi daerah kabupaten ; atau
c . walikota bagi daerah kota.

12. Ditandatangani dan dicap basah oleh kepala daerah bersangkutan .

13. Diisi sesuai dengan nama kepala daerah bersangkutan .

/I/

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


714 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
- 91-

FORMATLAPORAN REALISASI PENYALURAN DANA BOS

LAPORAN REALISASI PENYALURAN


DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
PROVINS! ( ll
(2J TAHUN (3 J
.....................

TRIWULAN /SEMESTER ........................ .............

Kumulatif Sisa Penerimaan Dana BOS dari Rekening Kas Umum Negara
Penyaluran Dana BOS dari RKUD Provinsi ke Sekolah
Dana BOS di
Jumlah Dana Sisa Dana BOS
RKUD Provinsi
No Kabupaten/ Kota BOS di RKUD Kumulatif s.d. di RKUD
s.d. Triwulan I/ Triwulan II/ Triwulan Triwulan/ Kumulatif s.d.
Triwulan III Provinsi triwulan/ semester Provinsi
triwulan/ semes Semester I Semester II IV Semester ini triwulan/ semester ini
sebelumnya
ter
(I) (2) (3J (4) (SJ (6J (7) {8).a(3)+(4)+(5)+(6)+(7) (9J (10) (11){9)+(10) (l2J(SJ(llJ

Provinsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( t J .. .. .. . . .. . .
1 Kab./Kota . . . . . . . . . . . . . . .
... ........ ...... .. ... .. . ....... . ........... .... ....... ............ ....... ... .

2 Kab.jKota ...............
lJ . .. .
. . . . .... . . . .. . . . . . . . . . .
..... .......

.......... ............. .
......... ...

dst.

Jumlah

Tempat . . . . . . . iSJ. Tanggal . . . 16J

(7)

(tanda tangan asli dan stempel basah) (S J

.......... (9J

NIP (IOJ

;{/

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 57115


7
-92 -

PETUNJUK PENGISIAN

NO . URAIAN
1 Diisi nama provinsi.
2 Diisi triwulan atau semester berkenaan dan Laporan dibuat per
triwulan atau per semester (tidak digabung) .
D aerah tidak terpencil : triwulanan .
D aerah : semesteran .
3 Diisi tahun anggaran berkenaan .
4 Diisi kabupaten/ kota di lingkup wilayah provinsi.
5 Diisi tempat dibuatnya laporan .

6 Diisi tanggal dibuatnya laporan .

7 Diisi sesuai nomenklatur instansi pengelola keuangan

8 Diisi tanda tangan asli dan stempel basah .

9 Diisi nama lengkap penandatangan laporan .

10 Diisi NIP penandatangan laporan .


Koloin 3 Diisi seluruh sisa BOS yang terdapat pada Rekening Kas Umum
D aerah s . d . triwulan sebelumnya.
Kolom Diisi jumlah transfer BOS dan Dana Cadangan BOS (Kurang S alur)
(4) , (5) , dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum D aerah
(6) , clan yang diterima pada triwulan atau semester berkenaan . (4) , ( 5 ) , (6) ,
(7) dan (7) .
Kolom (8) Diisi jumlah transfer B O S dan Dana Cadangan B O S (Kurang S alur)
dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum D aerah .
(8)= (3) + (4) + (5) + (6) + (7) .

Kolom (9) Diisi jumlah kumulatif penyaluran BOS (termasuk Dana Cadangan)
ke s atuan pendidikan dasar s . d . triwulan atau semester
sebelumnya.

Kolom Diisi jumlah penyaluran BOS (termasuk Dana Cadangan BOS) ke


( 1 0) satuan pendidikan dasar pada triwulan atau semester berkenaan .
Jumlah ini harus sama dengan jumlah yang tercantum pada D aftar
SP2D yang diterbitkan untuk penyaluran B O S Tahun Anggaran . . . .
pada triwulan berkenaan .

Kolom Diisi jumlah kumulatif penyaluran BOS ke satuan pendidikan


( 1 1) dasar. ( 1 1 ) (9) + ( 1 0) .
=

Kolom Diisi j umlah kumulatif sisa BOS yang terdapat pada Rekening Kas
( 1 2) Umum D aerah s . d . triwulan berkenaan . ( 1 2) (8) -( 1 1 ) .
=

Untuk penomoran kolom menyesuaikan dengan penyaluran sesuai dengan :


D aerah tidak terpencil : triwulanan .
D aerah terpencil : semesteran .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


716 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-93-

FORMAT LAPORAN REALISASI PENYERAPAN DANA BOS

LAPORAN REALISASI PENYERAPAN


DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
PROVINSI .......................................... .
TRIWULAN /SEMESTER ........................................... TAHUN
Kebutuhan Riil Penyaluran Lebih/
Dana BOS Kurang
No. Kabupaten/ Kata Jumlah Sekolah Jumlah Siswa Kebutuhan Dana BOS dari RKUD Salur
Provinsi ke Dana

11 = 12 = 13 = 14 = 15 = 17 =
SD SMP SMA SMK SD SMP SMA SMK SD SMP SMA SMK Jumlah Sekolah *) BOS **)
2 3 4 5 6 7 8 9 10 16
x unit cos (8 x unit cost) (9 x unit cos (lO x unit cos (11+12+13+14) (16 - 15)

Kab./Kota
2 Kab./Kota
dst.

Jumlah

Sisa Dana BOS di RKUD Provinsi s.d. periode sebelumnya Rp ............ (a) Tempat .. .... , Tanggal ...... .
Penerimaan Dana BOS dari RKUN ke RKUD Provinsi periode ini ............ (b)
Kepala Biro/Dinas/Bagian
Total Dana BOS yang ada di RKUD Provinsi Rp .. ......... (c = a + b)

Penyaluran Dana BOS dari RKUD Provinsi ke Sekolah *) ... ........ (d = kolom 16) Provinsi

Sisa Dana BOS di RKUD Provinsi Rp ............ (e = c - d)

Kebutuhan riil Dana BOS ... . . . .. . ... (f = kolom 15)


(tanda tangan asli dan stempel basah)

Lebih/Kurang Salur Dana BOS **) Rp ............ (g = d - f) = kolom 1 7


NIP

*) Penyaluran Dana BOS dari RKUD Provinsi ke Sekolah (d) harus sama denganjumlah kolom 16.
**) Lebih/Kurang Salur Dana BOS (e) harus sama dengan jumlah kolom 17.
Selisih lebih : Jika dana di RKUD Provinsi lebih besar dari kebutuhan riil Dana BOS (d > f)
Selisih kurang : Jika dana di RKUD Provinsi lebih kecil dari kebutuhan riil Dana BOS (d < f)

/I

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7117


7
-94-

FORMAT LAPORAN REALI SASI PENYALURAN B O P PAUD

KOP KEPALA DAERAH

LAPORAN REALISASI PENYALURAN DANA BANTUAN OPERASIONAL


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (BOP PAUD)
PROVINSI / KABUPATEN/ KOTA . . . ( ll
TAHUN ANGGARAN . . . ( 2 J

Penerimaan dari Rekening Kas Umum Negara


Sisa D ana B O P PAUD Tahun Anggaran Sebelumnya Rp (3J
Penyaluran Dana BOP PAUD Tahun Anggaran . . . Rp (4 J
Penyaluran Dana Cadangan BOP PAUD Tahun Anggaran . . . Rp ( SJ
Jumlah Rp (6J

Realisasi Penyaluran BOP PAUD ke Satuan Lembaga PAUD melalui SP2D


Provinsi/ Kabupaten/ Kota
Tahun Anggaran . . . Rp (7J
Jumlah Rp (8J
Rp ( J = (6J - (8J
9
Sisa Dana B O P PAUD di RKUD

D emikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.

Tempat . . . ( l oJ , Tanggal . . . ( l l J
Bupati/Walikota . . . ( 1 2 J

(tanda tangan asli dan stempel basah) ( 1 3)

Nama ( 1 4 )

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


718 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
:-95 -

PETUNJUK PENGISIAN

NO. URAIAN
1 Diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan tahun anggaran.
2 Diisi tahun anggaran berkenaan .
3 Diisi sisa Dana BOP PAUD Tahun Anggaran Sebelumnya
4 Diisi jumlah transfer D ana BOP PAUD dari Rekening Kas Um um Negara
ke Rekening Kas Umum Daerah.
5 Diisi jumlah transfer Dana Cadangan BOP PAUD dari Rekening Kas
Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.
6 Diisi total transfer Dana BOP PAUD dari Rekening Kas Umum Negara ke
Rekening Kas Umum Daerah
7 Diisi jumlah penyaluran Dana BOP PAUD ke satuan lembaga PAUD pada
tahun anggaran berkenaan .
Jumlah ini harus sama dengan jumlah yang tercantum pada Daftar SP2D
yang diterbitkan untuk penyaluran Dana BOP PAUD Tahun Anggaran
berkenaan .
8 Diisi jumlah penyaluran Dana BOP PAUD ke satuan lembaga PAUD tahun
anggaran berkenan .
9 Diisi jumlah sisa Dana BOP PAUD yang terdapat pada Rekening Kas
Umum D aerah .
10 Diisi tempat dibuatnya laporan.

11 Diisi tanggal dibuatnya laporan.

12 Diisi nama j abatan .

13 Diisi tanda tangan asli dan stempel basah .


14 Diisi nama lengkap penandatangan laporan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 97119


7
-96
-

FORMAT LAPORAN REALI SASI PENYERAPAN DANA B O P PAUD

KOP KEPALA DAERAH

LAPORAN REALISASI PENYERAPAN DANA BANTUAN OPERASIONAL


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (BOP PAUD)
PROVINSI / KABUPATEN / KOTA . . ( I l
TAHUN ANGGARAN . . (2J
.

No Jenis Lembaga Jumlah Jumlah Kebutuhan D ana


PAUD Peserta BOP PAUD
(5) = (4) x unit cost
1 PAUD
2 TK
3
Jumlah

Realisasi Permasalahan
No Penggunaan Dana Jumlah Persentase dalam Penyaluran
BOP PAUD Dana B O P PAUD
(5)
1 Kegiatan
Pembelaj aran
2
Kegiatan Pendukung

3 Lainnya

a. Sisa D ana BOP PAUD di RKUD Kab / Kota Penyaluran Tahun Sebelumnya Rp . . . . .
b. Transfer D ana B O P PAU D dari RKUN k e RKUD Kab / Kota Tahun ini Rp. . . . .
c. Total D ana B O P PAUD yang ada d i RKUD Kab / Kota Rp . . . . .
d. Realisasi Penyaluran D ana B O P PAUD k e Lembaga PAUD Rp . . . . .

e. Sisa Dana B O P PAU D Rp . . . . .

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.


Ternpat . . . , Tanggal . . .
Gubernur / Bupati/ Walikota . . .

(tanda tangan asli dan stempel basah)


Nama

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


720 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
9-
-7

FORMAT LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN DANA TP GURU PNSD

LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN


DANA TUNJANGAN PROFESI GURU (DANA TP GURU) PNSD
PROVINSI / KAB / KOTA: . . . . . . . . . . . . . . . . . .
SEMESTER . . . . . . . . . TA. 20 . . . . (BAGIAN I) .

TRIWULAN I
Dana yang Diterima RKUD Realisasi Pembayaran oleh Kas Daerah Kekurangan Pembayaran Triwulan 1
Sisa Sisa Total
Lebih/ Kurang Tanggal Lebih/Kurang Potongan Keterangan
Tanggal
di RKUD Jumlah Cany SP2D Februar Cany
Penyaluran Januari Februari Maret Total Triwulan I PPh Psl 2 1 Januari Maret Total
Penyaluran Over Pembayaran i Over
Triwulan l
Triwulan I
( 16J=( 1 2J+( l3J +
(lJ (2J (3J (4J (SJ (6J (7J (8J=(4J+(SJ+(6J+(7J (9J { lOJ{ lJ+(2J-(8J ( l lJ ( 12J (13J ( 14J ( l SJ ( 17J
( HJ +( l S)

TRIWULAN II
Dana yang Diterima RKUD Realisasi Pembayaran oleh Kas Daerah Kekurangan Pembayaran Triwulan lI
Sisa Sisa Total
Lebih/ Kurang Tanggal Lebih/Kurang Potongan Keterangan
Tanggal
Jumlah Cany SP2D Cany
Triwulan I Penyaluran April Mei Juni Total Triwulan II PPh Psl 2 1 April Mei Juni Total
Penyaluran Over Pembayaran Over
Triwulan II
Triwulan II
( 1 6J=(l2J+( 13J +
(lJ (2J (3J (4J (SJ (6J (7J (8J=(4J+(SJ+(6J+(7J (9J ( 1 0J=( 1J+(2J-(8J ( l lJ ( 12J ( 13J ( 14J ( l SJ ( 17J

Keterangan : Tempat, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 . . . .
l . Format laporan tersebut di atas adalah untuk periode laporan Semester I (Januari s . d . Juni) dan Semester II (Juli s.d. Desember) Kepala Dinas PKAD / Kabag Keuangan/ Kabiro Keuangan
2. Format Laporan Semester II perlu disesuaikan penamaan bulannya
3. Kolom Keterangan diisi dengan nilai pengembalian kelebihan pembayaran kepada Guru ke RKUD
(tanda tangan dan stempel)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017


Nama Jelas
NIP.

7
17221
/I
-9 8 -

FORMAT LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN DANA TP GURU PNS D

722
LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN
DANA TUNJANGAN PROFESI GURU {DANA TP GURU) PNSD
PROVINSI / KAB / KOTA: . . . . . . . . . . . . . . . . . .
SEMESTER . . . . . . . . . TA. 20 . . . . . . (BAG IAN II)

TRIWULAN I
Bulan : Januari 20XX Bulan : Februari 20XX Bulan : Maret 20XX Over
Jumlah
Jenjang Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru
Guru Yang
Pendidikan Yang Telah Yang Belum Total Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum Total
Telah Keterangan
Menerima Menerima Menerima Menerima Menerima Menerima Menerima
Menerima
(1) (2) [3) (4)-(2)+(3) (5) (6) (8) (9) ( 1 1) ( 1 2) ( 1 3)=( 1 1)+( 1 2) ( 14)
TK *) dapat
SD ditambahkan
SMP keterangan
SL8 yang dianggap
perlu
SMA
SMK
JUM!AH

TRIWULAN II
Bulan : 20XX Bulan : Mei 20XX Bulan : Juni 20XX Over
Jenjang Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru
Pendidik Guru Yang Guru Yang Guru Yang
Total Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum Total

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


an Telah Belum Telah Keterangan
Menerirna Menerima Menerima Menerima Menerima
Menerima Menerima Menerima
(1) (3) (5) (6) (7)=(5)+(6) (9) ( 1 0)=[8)+(9) [ 12) ( 13)=( 1 1)+( 1 2) ( 14)
TK } dapat ditambahkan
keterangan yang

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


SD
dianggap perlu

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah


SMP
SLB
SMA
SMK
JU MIAH

Keterangan : Tempat,
1 . Jumlah guru adalah jumlah guru yang berhak menerima Dana TP Guru PNSD dan telah memenuhi persyaratan Kepala Dinas PKAD / Kabag Keuangan/ Kabiro Keuangan
2. Format laporan tersebut di atas adalah untuk p eriode laporan Semester I (Januari s.d. Juni) dan S emester II (Juli s.d. Desember)
3 . Format Laporan Semester II perlu disesuaikan penamaan bulannya
(tanda tangan dan stempel)

Nama Jelas
NIP.


-9 9-

FORMAT LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN DTP GURU PNSD

LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN


DANA TAM BAHAN PENGHASILAN GURU (DTP GURU) PNSD
PROVINSI / KAB / KOTA: . . . . . . . . . . . . . . . . . .
SEMESTER . . . . . . . . . TA. 20XX (BAGIAN I)

TRIWULAN I
Dana yang Diterima RKUD Realisasi Pembayaran oleh Kas Daerah Kekurangan Pembayaran Triwulan I
Sisa Sisa Total
Lebih/ Kurang Tanggal
Tanggal Lebih/ Kurang Potongan Keterangan
Jumlah Carry SP2D Carry
di RKUD Penyaluran Januari Februari Maret Total Triwulan I PPh Psl 2 1 Januari Februari Maret Total
Penyaluran Over Pembayaran Over
Triwulan I
Triwulan I
( 16)( 12)+( 1 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)(4)+(5)+(6)+(7) (9) ( 1 0)( 1)+(2)(8) ( 1 1) ( 12) ( 1 3) ( 14) ( 1 5) ( 17)
l + ( 1 4)+( 1 5)

TRIWULAN II
Dana yang Diterima RKUD Realisasi Pembayaran oleh Kas Daerah Kekurangan Pembayaran Triwulan II
Sisa Tanggal Sisa Total
Lebih/ Kuran Tanggal SP2D Lebih/ Kurang Potongan Keterangan
g Triwulan I Jumlah Carry Carry
Penyaluran April Mei Juni Total Pembayara Triwulan II PPh Psi 2 1 April Mei Juni Total
Penyaluran Over Over
Triwulan II n Triwulan
II
( 1 6)( 1
2)+(13)
(l) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)(4)+(5)+(6)+(7) (9) ( 1 0)( 1)+(2)(8) ( 1 1) ( 1 2) ( 13) ( 1 4) ( 1 5) + ( 17)
( 1 4)+( 1
5)

Keterangan : Tempat, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 . . . .
l . Format laporan tersebut di atas adalah untuk periode laporan Semester I (Januari s . d . Juni) dan Semester II (Juli s.d. Desember) Kepala Dinas PKAD / Kabag Keuangan/ Kabiro Keuangan
2. Format Laporan Semester II perlu disesuaikan penamaan bulannya

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017


3 . Kolom Keterangan diisi dengan nilai pengembalian kelebihan pembayaran kepada Guru ke RKUD
(tanda tangan dan stempel)

Nama Jelas
NIP.

7
37223
h'
-1 00 -

FORMAT LAPORAN REALI SASI PEMBAYARAN DTP GURU PNSD

724
LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN
DANA TAMBAHAN PENGHASILAN GURU (DTP GURU) PNSD
PROVINSI / KAB / KOTA: . . . . . . . . . . . . . . . . . .
SEMESTER . . . . . . . . . TA. 20 . . . (BAGIAN II)

TRIWULAN I
Bulan : Januari 20XX Bulan : Februari 20XX Bulan : Maret 20XX Cany Ouer
Jumlah Jumlah Jumlah
Jenjang Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru
Guru Yang Guru Yang Guru Yang
Pendidikan Total Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum _ Total Yang Telah Yang Belum Total
Telah Bel um Telah Keterangan
Menerima Menerima Menerima Menerima Menerima
Menerima Menerima Menerima
( 1) (2) (3) (4)-(2)+(3) (5) (8) (9) ( 10)=(8)+(9) ( 1 1) ( 12) ( 13)=( 1 1)+/ 1 2)
TK *J dapat
SD ditambahkan

SMP keterangan yang


dianggap perlu
SLB
SMA
SMK
JUMLAH

TRIWULAN II
Bulan : 20XX Bulan : Mei 20XX Bulan : Juni 20XX Carry Over
Jumlah Jumlah Jumlah
Jenjang Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru
Guru Yang Guru Yang Guru Yang
Pendidikan Total Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum Total
Telah Bel um Telah Keterangan
Menerima Menerima Menerima Menerima Menerima
Menerima Menerima Menerima

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


( 1) (2) (3) (4)=(2)+(3) (5) (6) (7)=(5)+(6) (8) (9) 1 10)=18)+19) 1 1 1) 1 12) 1 1 3)-1 1 1)+1 1 2) 1 1 4)
TK ) dapat
SD ditambabkan

SMP keterangan yang


dianggap perlu

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


SLB

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah


SMA
SMK
JUMLAH

Keterangan : Tempat, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 . . . .
1 . Jumlah guru adalah jumlah guru yang berhak menerima DTP Guru PNSD dan telah memenuhi persyaratan Kepala Dinas PKAD / Kabag Keuangan/ Kabiro Keuangan
2 . Format laporan tersebut di atas adalah untuk periode laporan Semester I (Januari s.d. Juni) dan Semester II (Juli s.d. Desember)
3. Format Laporan Semester II perlu disesuaikan penamaan bulannya
(tanda tangan dan stempel)

Nama Jelas
NIP.

//
-10 1 -

FORMAT LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN DANA TKG PNSD

LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN


DANA TUNJANGAN KHUSUS GURU PNSD
PROVINSI / KAB / KOTA: . . . . . . . . . . . . . . . . . .

SEMESTER . . . . . . . . . TA. 20 . . . (BAG IAN I)

TRIWULAN I
Dana yang Diterima Rh.lJD Realisasi Pembayaran oleh Kas Daerah Kekurangan Pembayaran Triwulan I
Sisa Sisa Total
Tanggal Lebih/ Kurang Potongan Keterangan
Lebih/Kurang Tanggal
Jumlah Cany SP2D Cany
di RKUD Penyaluran Januari Februari Maret Total Triwulan I PPh Psl 2 1 Januari Februari Maret Total
Penyaluran Over Pembayaran Over
Triwulan I
Triwulan I
(8)(4)+(5)+(6)+(7) 1 3J + ( 17)
( I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (9) I 1 011 11+121-181 ( 1 1) ( 12) ( 13) ( 14) ( 1 5) 1 161 1
1 1 1 1
l ;

TRIWULAN II
D ana yang Diterima RKUD Realisasi Pembayaran oleh Kas Daerah Kekurangan Pembayaran Triwulan II
Sisa Sisa Total
Tanggal Lebih/ Kurang Potongan Keterangan
Lebih/ Kurang Tanggal
Jumlah Cany SP2D Cany
Triwulan I Penyaluran April Mei Juni Total Triwulan II PPh Psl 2 1 April Mei Juni Total
Penyaluran Over Pembayaran Over
Triwulan II
Triwulan II
(5) (6) (8)=(4)+(5)+(6)+(7) 1 1 61-1 121+1 131 + ( 1 7)
(I) (2) (3) (4) (7) (9) ( 1 0)=( 1)+(2)-(8) ( I I) ( 12) ( 1 3) ( 1 4) ( 1 5)
( 1 4)+( 1 5)

Keterangan : Tempat,
1 . Format laporan tersebut di atas adalah untuk periode laporan Semester I (Januari s . d . Juni) dan Semester II (Juli s.d. Desember) Kepala Dinas PKAD / Kabag Keuangan/ Kabiro Keuangan
2. Format Laporan Semester II perlu disesuaikan penamaan bulannya
3 . Kolom Keterangan diisi dengan nilai pengembalian kelebihan pembayaran kepada Guru ke RKUD
(tanda tangan dan stempel)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017


Nama Jelas
NIP.

7
57225
//
-1 02 -

FORMAT LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN DANA TKG PNS D

726
LAPORAN REALISASI PEMBAYARAN
DANA TUNJANGAN KHUSUS GURU PNSD
PROVINSI / KAB / KOTA: . . . . . . . . . . . . . . . . . .

.
SEMESTER . . . . . . . . . TA. 20 . . (BAG IAN II)

TRIWULAN I
Bulan : Januari 20XX Bulan : Februari 20XX Bulan : Maret 20XX Over
Jumlah Jumlah Jumlah
Jenjang Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru
Guru Yang Guru Yang Guru Yang
Pendidikan Total Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum Total
Telah Bel um Telah Keterangan
Menerima Menerima Menerima Menerima Menerima
Menerima Menerima Menerima
I ll 121 {3) {4)={2)+{3) {5) {6) 17)={5)+(6) {8) {9) ( 1 0)={8)+{9) 1 1 11 { 12) { 13)={ 1 1)+{ 12) { 14)

SMA
SMK
JUMLAH

II
Bulan : 20XX Bulan : Mei 20XX Bulan : Juni 20XX Carn; Over
Jumlah Jumlah Jumlah
Jenjang Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru Jumlah Guru
Guru Yang Guru Yang Guru Yang
Pendidikan Total Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum Total Yang Telah Yang Belum Total
Telah Belum Telah Keterangan
Menerima Menerima Menerima Menerima Menerima
Menerima Menerima Menerima
{ l) (2) {3) {4)={2)+{3) IS) {6) {7)-{5)+{6) {8) {9) { 10)={8)+{9) { 1 1) { 12) { 14)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


SMA

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah


SMK
JUMlAH

Keterangan : Tempat,
1 . Jumlah guru adalah jumlah guru yang berhak menerima Dana Tunjangan Khusus Guru PNSD dan telah memenuhi persyaratan Kepala Dinas PKAD / Kabag Keuangan/ Kabiro Keuangan
2. Format laporan tersebut di atas adalah untuk periode laporan Semester I (Januari s . d . Juni) dan Semester II (Juli s.d. Desember)
3. Format Laporan Semester II perlu disesuaikan penamaan bulannya
(tanda tangan dan stempel)

Nama Jelas
NIP.


-1 03-

FORMAT LAPORAN REALISASI PENYERA PAN DANA BOK

LAPORAN REALISASI PENYERAPAN


DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN
PROVINSI/ KABUPATEN/ KOTA . . .
TRIWULAN / SEMESTER . . . . . TAHUN ANGGARAN

Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Permasalahan

No. J enis Kegiatan Jumlah Penerima Pagu Realisasi Persentase Kesesualan antara DPA SKPD
Jumlah Penerima Manfaat (*) Kodefikasi
Manfaat (*) Alokasi Penggunaan dengan Petunjuk Teknis
Fisik Keu Masalah (*)
Jumlah Satuan (Rp.) Jumlah Satu an (Rp.) % % YA TIDAK
1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13
I Bantuan Kesehatan
1 Puskesmas
2 . . . dst
.
. ,
Ak,,&u.t ,m;:,:ah _saiiitc .
.. .. ; ...
Teknis
2 . . . dst

iir ;, ,, >. ; .. . . .
:, :>[:
' '

1 Bimbingan Teknis
2 . . . dst
.N . ..Jaminan Prsaiman . ..;
Operasional Rumah Tunc:ru Kelahiran

2 . . . dst
Total

Tempat . . . . . ,
Tanggal .
Mengetahui,
Kepala Biro / D inas/ Bagian . .

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017


7
7227
;(/
-1 04 -

Kode fikasi Masalah:

728
Ko de Masalah
1 Permasalahan
terkait
denganPeraturan MenteriKeuangan (PMK)
2 Permasalaha
nterkait
denganPetunj u
k Teknis
3 Permasalahan
terkait
denganRencana Kerj adan Anggaran
SKPD
4 Permasalahan
terkait
denganDPA- SKPD
5 Permasalahan
terkait
denganSKPenet apanPelaksana Kegiatan
6 Permasalahan
terkait
denganPelaksanaanTenderPekerjanKontrak
7 Permasalahan
terkait
denganPersiapan PekerjanSwakelola
8 Permasalahan
terkait
denganPenerbitan SP2D
9 Permasalahan
terkait
denganPelaksanaanPekerja anKontrak
10 Permasa
lahan
terkait
denganPelaksanaanPekerja anSwakelola

Keterangan
1 Pelaksana
DAK adalahSKPD Provinsite
rkait
yangbertanggung
ja
wab te
rhadapbidang
DAKmasing-
masing
2 BidangDAK sesuai
dengan PeraturanMenteri
Keuangan(PMK)
3 Jenis
Kegiatansesuai
dengan PetunjukTeknis
masing-mas
ingbidangDAK

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


4 Kolom1 8di
i si
dengan
mas alah -
masalahyangter
jadidi
lapangan
yangterkait
dengan
kodemas
alahyangters
edia
*
( ) Satuanpenerimamanfaat
di sse uaikan
dengan
kegiatandi
masing-
masingbidang
DAK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
;<I
-1 05 -

FORMAT LAPORAN REALI SASI PENGGUNAAN DANA B O K

KOP KEPALA DAERAH

LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN


DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)
PROVINSI/ KABUPATEN / KOTA . . . ( lalTAHUN ANGGARAN . . . ( lbl
TRIWULAN / SEMESTER . . . (2 l

Sisa B O K di Rekening Kas Umum Daerah tahun sebelumnya Rp (3)

Penerimaan dari Rekening Kas Umum Negara


Triwulan / Seme ster I Rp (4)

Triwulan / Seme ster II Rp (5)

Triwulan III Rp (6)


Triwulan IV Rp (7)

Jumlah Rp (8 ) - (4) + (5) + ( 6 ) + (7)

Realisasi Penyaluran B O K ke Puskesmas / Rumah Sakit/ Rumah Tunggu


Persalinan melalui S P2 D Provinsi/ Kabupaten/ Kota
Kumulatif s . d Triwulan / Semester sebelumnya Rp (9)

Triwulan / S eme ster ini Rp ( 1 0)

Kumulatif s . d Triwulan / Semester ini Rp ( 1 1) = (9)+ ( 1 0)

Sisa B O K di RKUD s . d . Triwulan/ Semester ini Rp ( 1 2) - (3) + (8) - ( 1 1)

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.

Tern pat . . ( 1 3J , Tanggal . . ( 1 4)


. .

Gu bern ur / Bupati / W alikota( 1 5)

(tanda tangan asli dan stempel basah) ( 16)

Nam a ( 1 7l

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 97229


7
-1 6
0 -

PETUNJUKPENGISI
AN

NO. URAIAN

l a- b . Diisi sesuai dengan nama provinsi/ kabupaten/ kota dan tahun anggaran
yang dilaporkan .
2. Diisi sesuai dengan triwulan/ semester yang dilaporkan .
3. Diisi sesuai dengan jumlah s1sa dana BOK di RKUD yang belum
digunakan pada tahun anggaran sebelumnya.
4. Diisi sesuai dengan jumlah dana BOK yang disalurkan dari rekening kas
um um negara ke rekening kas umum daerah pada triwulan / semester I .
5. Diisi sesuai dengan jumlah dana B O K yang disalurkan dari rekening kas
umum negara ke rekening kas umum daerah pada triwulan/ semester II.
6. Diisi sesuai dengan jumlah dana BOK yang disalurkan dari rekening kas
umum negara ke rekening kas umum daerah pada triwulan III .
7. Diisi sesuai dengan jumlah dana BOK yang disalurkan dari rekening kas
umum negara ke rekening kas umum daerah pada triwulan IV.
8. Diisi sesuai dengan jumlah keseluruhan dana BOK yang disalurkan dari
rekening kas umum negara ke rekening kas umum daerah s ampai
dengan triwulan / semester akhir laporan .
9. Diisi jumlah kumulatif penyaluran BOK ke Puskesmas / Rumah
S akit/ Rumah Tunggu Persalinan s . d . triwulan sebelumnya.
10. Diisi jumlah penyaluran BOK ke Puskesmas / Rumah Sakit/ Rumah
Tunggu Persalinan triwulan berkenan .
Jumlah ini harus sama dengan jumlah yang tercantum pada D aftar
SP2D yang diterbitkan untuk penyaluran BOK Tahun Anggaran
b erkenaan pada triwulan berkenaan .
1 1. Diisi jumlah kumulatif penyaluran BOK ke Puskesmas / Rumah
S akit/ Rumah Tunggu Persalinan s . d . triwulan berkenan .
12. Diisi jumlah kumulatif sisa BOK yang terdapat pada Rekening Kas
Umum D aerah s . d . triwulan berkenaan .

13 Diisi tempat dibuatnya laporan.

14 Diisi tanggal dibuatnya laporan .

15 Diisi nama j abatan .

16 Diisi tanda tangan asli dan stempel basah .

17 Diisi nama lengkap penandatangan laporan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


730 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 07 -

FORMAT LAPORAN REALI SASI PENYALURAN DANA B O KB

KOP KEPALA DAERAH

LAPORAN REALISASI PENYALURAN


DANA BANTUAN OPERASIONAL KELUARGA BERENCANA (BOKB)
KABUPATEN / KOTA . . . ( l l TAHUN ANGGARAN . . . ( 2 J
SEMESTER . . . (3 J

Sisa B O KB di Rekening Kas Umum Daerah tahun sebelumnya Rp (4 J

Penerimaan dari Rekening Kas Umum Negara


Semester I Rp (5 J
Semester II Rp (6 J
Jumlah Rp (7 J = (5 J + (6 J

Realisasi Penyaluran Dana BOKB ke Balai Penyuluhan KB melalui


SP2D Kabupaten/ Kota
Semester I Rp (8 J
Semester II ( J
9
Rp
Kumulatif ( lOJ (8 J + ( J
9
Rp =

(1 1i (( J + (7 ))- ( l O J
Sisa Dana BOKB di RKUD Rp 4
=

D emikian laporan ini dibuat dengan se benarnya.

Tempat . . . ( 1 2) , Tanggal ( 1 3 J
Bupati/ Walikota ( 1 4 J

(tanda tangan asli dan stempel basah) ( 1 5 )

Nama ( 1 6 J

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 17331


7
-1 8
0 -

PETUNJUK PENGI
SIAN

NO . URAIAN

1. Diisi nama kabupaten/ kota.

2. Diisi tahun anggaran .

3. Diisi seme ster berkenaan .

4. Diisi se suai dengan jumlah sisa dana BOKB di RKUD yang belum
digunakan pada tahun anggaran sebelumnya.

5. Diisi jumlah transfer Dana BOKB dari Rekening Kas Negara ke Rekening
Kas Umum D aerah pada semester I .

6. Diisi jumlah transfer Dana BOKB dari Rekening Kas Negara ke Rekening
Kas Umum D aerah pada semester II.

7. Diisi jumlah transfer Dana BOKB dari Rekening Kas Negara ke Rekening
Kas Umum D aerah pada semester I dan/ atau II.

8. Diisi jumlah penyaluran BOKB semester I .


Jumlah ini harus sama dengan jumlah yang tercantum pada Daftar SP2D
yang diterbitkan untuk penyaluran BOKB Tahun Anggaran berkenaan
pada semester I .

9. Diisi jumlah penyaluran BOKB semester II.


Jumlah ini harus sama dengan jumlah yang tercantum pada Daftar SP2D
yang diterbitkan untuk penyaluran BOKB Tahun Anggaran berkenaan
pada semester II .

10. Diisi jumlah kumulatif penyaluran BOKB melalui SP2D Kabupaten/ Kota
s . d . semester berkenan .

11. Diisi jumlah sisa D ana BOKB semester I dan / atau semester II .

12. Diisi tempat dibuatnya laporan .

13. Diisi tanggal dibuatnya laporan .

14. Diisi nama j abatan .

15. Diisi tanda tangan asli dan stempel basah .

16. Diisi nama lengkap penandatangan laporan .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


732 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 09 -

FORMAT LAPORAN REALI SASI PENYERAPAN DANA BOKB

LAPORAN REALISASI PENYERAPAN


DANA BANTUAN OPERASIONAL KELUARGA BERENCANA
PROVINSI / KABUPATEN / KOTA . . . .
TRIWULAN / SEMESTER . . . . . TAHUN ANGGARAN . . .

Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Permasalahan

No. Jenis Kegiatan Jumlah Penerima Pagu Realisasi Persentase Kesesuaian antara DPA SKPD dengan
Jumlah Penerima Manfaat (*) Kodefikasi
Manfaat (*) Alokasi Penggunaan Petunjuk Teknis
Fisik Keu Masalah (*)

Jumlah Satuan Jumlah Satuan (Rp.) % % YA TIDAK


2 3 10 11 12 13
'Penyriluhil.n. Keluarga: Berencana: -:: . . .'
2 . . . ctst
JI Dist?bus Oat; & A.lat .,
;:
/ , . .
1 Teknis
2 . . . dst
Keruarga
2 . . . dst
Total

Tempat . . . . . ,
Tanggal .
Mengetahui,
Kepala Biro/ Dinas/ Bagian . .

(. . . . . . .
NlP.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017


7
37333
fl
-1 1 0 -

Kodefikasi Masalah :

734
Ko de Masalah
1 Permasalahan terkait dengan Peraturan M enteri Keuangan (PMK)
2 Permasalahan terkait dengan Petunj uk Teknis
3 Permasalahan terkait dengan Rencana Kerj a dan Anggaran SKPD
4 Permasalahan terkait dengan DPA-SKPD
5 Permasalahan terkait dengan SK Penetapan Pelaksana Kegiatan
6 Permasalahan terkait dengan Pelaksanaan Tender Pekerj aan Kontrak
7 Permasalahan terkait dengan Persiapan Pekerj aan Swakelola
8 Permasalahan terkait dengan Penerbitan SP2D
9 Permasalahan terkait dengan Pelaksanaan Pekerj aan Kontrak
10 Permasalahan terkait dengan Pelaksanaan Pekerj aan Swakelola

Keterangan
1 Pelaksana DAK adalah SKPD Provinsi terkait yang bertanggung j awab terhadap bidang DAK masing-masing
2 Bidang DAK sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
3 Jenis Kegiatan sesuai dengan Petu nj uk Teknis masing-masing bidang DAK
4 Kolom 1 8 diisi dengan masalah-masalah yang terj adi di lapangan yang terkait dengan kode masalah yang tersedia

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


( *) Satuan penerima manfaat disesuaikan dengan kegiatan di masing-masing bidang DAK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
/I
-1 1-
1

FORMAT LAPORAN REALI


SASIPENYALURAN DANA PK2 UKM

KOP KEPALA DAERAH

LAPORAN REALISASI PENYALURAN DANA PENINGKATAN


KAPASITAS KOPERASI , USAHA KECIL DAN MENENGAH (PK2UKM)
PROVINS! . . . ( ll TAHUN ANGGARAN . . . (2!
TAHAP . . . (3!

Sisa PK2 UKM di Rekening Kas Umum D aerah tahun sebelumnya : Rp !4J

Penerimaan dari Rekening Kas Umum Negara


- Tahap I : Rp (SJ

- Tahap II : Rp (6J

Jumlah : Rp (7 ! = (5 )+ (6 !

Realisasi Penggunaan D ana PK2UKM sesuai SP2 D .


- Tahap I : Rp (8)
- Tahap II : Rp (9)
- Kumulatif : Rp ( 1 0) = (8]+ (9)

Sisa Dana PK2UKM di RKUD : Rp ( 1 1 ) = (4)+(7)- ( 1 0)

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.

Tern pat . . . ! 1 2J , Tanggal ( 1 3)

Gubernur ! 1 4l

(tanda tangan asli dan stempel basah) ( 15)

Nama ( 1 6)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 57335


7
-1 1 2 -

PETUNJUKPENGI
SAN
I

NO. URAIAN

1 Diisi sesuai nama provinsi.

2 Diisi sesuai tahun anggaran .

3 Diisi sesuai tahap berkenaan .

4 Diisi sesuai dengan jumlah sisa dana PK2UKM di RKUD yang belum
digunakan pada tahun anggaran sebelumnya.

5 Diisi sesuai jumlah transfer Dana PK2UKM dari Rekening Kas Negara ke
Rekening Kas Umum D aerah pada tahap I .

6 Diisi sesuai jumlah transfer Dana PK2UKM dari Rekening Kas Negara ke
Rekening Kas Umum Daerah pada tahap II.

7 Diisi sesuai jumlah transfer Dana PK2UKM dari Rekening Kas Negara ke
Rekening Kas Umum D aerah pada tahap I dan / atau II.

8 Diisi jumlah penggunaan Dana PK2UKM tahap I .

9 Diisi jumlah penggunaan Dana PK2UKM tahap II .

10 Diisi jumlah kumulatif realisasi penggunaan D ana PK2UKM s . d . tahap I

11 Diisi jumlah kumulatif sisa Dana PK2UKM yang terdapat pada Rekening
Kas Umum D aerah s . d. tahun anggaran berkenaan .

12 Diisi tempat dibuatnya laporan .

13 Diisi tanggal dibuatnya laporan .

14 Diisi nama j ab atan .

15 Diisi tanda tangan asli dan stempel basah.

16 D iisi nama lengkap penandatangan laporan .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


736 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 1 3-

FORMAT LAPORAN REALI


SASIPENYERAP AN DANA PK2 UKM

LA
PORAN REALI SASI PENYERAPAN
DANA PENINGKATAN KAPASIT AS KOPER A SIUS , AHA KECIL
DAN MENENGAH (P K2UKM)
PROVI N!S. . .TAHUN
. ANGGARAN . . . TAHAP . . .

SASARAN
REALI SA SI
NO PAGU JENIS KEGIATAN PELATIHAN PENDAMPINGAN
ANGGARAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

D emikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.

Ternpat . . . , Tanggal . . .
Kepala Biro / Dinas / Bagian

(tanda tangan asli dan stempel basah)

Nama

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7337


7
-1 1 4 -

PETU
NJUKPENGI
SIAN

NO . URAIAN

1 Diisi sesuai nama provinsi .

2 Diisi sesuai tahun anggaran .

3 Diisi sesuai tahap berkenaan .

4 Diisi tempat dibuatnya laporan .

5 Diisi tanggal dibuatnya laporan .

6 Diisi nama j abatan.

7 Diisi tanda tangan ash dan stempel basah .

8 Diisi nama lengkap penandatangan laporan .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


738 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 1 5 -

SASIPENYALURAN DANA PK Naker


FORMAT LAPORAN REALI

KOP KEPALA DAERAH

LAPORAN REALISASI PENYALURAN PENINGKATAN


KAPASITAS KETENAGAKERJAAN (PK Naker)
PROVINSI / KABUPATEN/ KOTA . . . ( l J TAHUN ANGGARAN . . . (2J
TAHAP . . . (3J

Sisa PK Naker di Rekening Kas Umum D aerah tahun sebelumnya : Rp 141

Penerimaan dari Rekening Kas Umum Negara


- Tahap I : Rp (5)

- Tahap II : Rp (6)

Jumlah : Rp (7) = (5) + (6)

Realisasi Penggunaan D ana PK Naker sesuai SP2D


Provinsi / Ka bu paten / Ko ta.

- Tahap I : Rp (8)

- Tahap II : Rp (9)

- Kumulatif s . d Tahap II : Rp I l OJ = i8 J + ( 9J

Sisa Dana PK Naker di RKUD : Rp ( 1 1) = (4) + (7) - ( 1 0)

D emikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.

Tempat . . . 1 1 2i , Tanggal 113)


Gubernur/ Bupati / Walikota l l 4J

( tanda tangan asli dan stempel basah ) ( 1 5J

Nama 1 1 6l

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 97339


7
-1 1 6-

PETUNJUKPENGI
SIAN

NO. URAIAN

1 Diisi sesuai nama provinsi/ kabupaten / kota.

2 Diisi sesuai tahun anggaran .

3 Diisi sesuai tahap berkenaan .

4 Diisi sesuai derigan jumlah sisa dana PK N aker di RKUD yang belum
digunakan pada tahun anggaran sebelumnya.

5 Diisi jumlah transfer Dana PK Naker dari Rekening Kas Negara ke


Rekening Kas Umum D aerah pada tahap I .

6 Diisi jumlah transfer Dana PK Naker dari Rekening Kas Negara ke


Rekening Kas Umum D aerah pada tahap II.

7 Diisi jumlah kumulatif transfer Dana PK Naker dari Rekening Kas Negara
ke Rekening Kas Umum D aerah pada tahap I dan/ atau II.

8 Diisi jumlah penggunaan Dana PK Naker tahap I .

9 Diisi j umlah penggunaan Dana PK Naker tahap II .

10 Diisi jumlah kumulatif realisasi penggunaan Dana PK Naker s . d . tahap II

11 Diisi jumlah kumulatif sisa Dana PK Naker yang terdapat pada Rekening
Kas Umum D aerah s . d. tahun anggaran berkenaan .

12 Diisi tempat dibuatnya laporan .

13 Diisi tanggal dibuatnya laporan .

14 Diisi nama j abatan .

15 Diisi tanda tangan asli dan stempel basah .

16 Diisi nama lengkap penandatangan laporan .

'

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


740 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 1 7-

FORMAT LAPORAN REALI


SASIPENYERAPAN DANA PK NAKER

LAPORAN REALISASI PENYERAPAN


DANA PENINGKATAN KAPASITAS KETENAGAKERJAAN (PK NAKER)
PROVINS! . . . TAHUN ANGGARAN . . . TAHAP . . .

SASARAN
REALI SA SI
NO PAGU JENIS KEGIATAN PELATIHAN PENDAMPINGAN
ANGGARAN

(1) (2 ) (3) (4) (5) (6 )

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.

Ternpat . . . , Tanggal . . .
Kepala Biro / Dinas / B agian

(tanda tangan asli dan stempel basah)

Nama

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 17441


7
-1 1 8 -

FO RMAT LAPORAN REALI


SASIPENYERAP AN DANA PELAYANAN ADMINDUK

LAPORAN REALISASI PENYERAPAN DANA PELAYANAN ADMINDUK

Provinsi/ Kabupaten/ Kota :

Nama Jumlah
No. Realisasi Sisa Dana Keterangan
Kegiatan Anggaran

D e mikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.

Tempat . . . , Tanggal. . .
Kepala SKPD Provinsi/ Kab / Kota

tanda tangan asli clan stempel basah

Nama

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


742 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 1 9-

FORMAT LAPORAN REALI


SASIPENYALURAN DANA PELAYANAN ADMINDUK

KOP KEPALA DAERAH

LAPORAN REALISASI PENYALURAN DANA PELAYANAN ADMINSITRASI


KEPENDUDUKAN (ADMINDUK)
PROVINSI / KABUPATEN/ KOTA . . . ( l J TAHUN ANGGARAN . . . (2J

Sisa Dana Pelayanan Adminduk di Rekening Kas Umum Daerah


tahun sebelumnya : Rp !3J

Penerimaan dari Rekening Kas Umum Negara


- Tahun Anggaran : Rp !4J

Jumlah : Rp ( SJ

Realisasi Penggunaan D ana Pelayanan Adminduk sesuai SP2D


Provinsi/ Kabupaten/ Kota.
- Tahun Anggaran : Rp !6J

Jumlah : Rp !7J

Sisa Dana Pelayanan Adminduk di RKUD : Rp !BJ = !3J + !SJ - !7J

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya.

Tern pat . (9J , Tanggal ( 1 0)


. .

Gubernur/ Bupati/ Walikota ( 1 1)

(tanda tangan asli dan stempel basah) ( 1 2)

Nama ! 1 3l

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 37443


7
-1 2 0 -

PETUNJUKPENGI SIAN

NO. URAIAN

1 Diisi sesuai nama provinsi/ kabupaten / kota.

2 Diisi sesuai tahun anggaran .

3 Diisi sesuai dengan jumlah sisa Dana Pelayanan Adminduk di RKUD


yang belum digunakan pada tahun anggaran sebelumnya.

4 Diisi transfer Dana Pelayanan Adminduk dari Rekening Kas Negara ke


Rekening Kas Umum Daerah pada tahun berkenaan .

5 Diisi jumlah transfer Dana Pelayanan Adminduk dari Rekening Kas


Negara ke Rekening Kas Umum Daerah pada tahun berkenaan .

6 Diisi realisasi penggunaan Dana Pelayanan Adminduk sesuai S P2D pada


provinsi/ kabupaten/ kota pada tahun berkenaan .

7 Diisi jumlah realisasi penggunaan Dana Pelayanan Adminduk sesuai


SP2D pada provinsi/ kabupaten / kota pada tahun berkenaan .

8 Diisi sisa dana terhadap realisasi penggunaan Dana Pelayanan Adminduk


s . d . tahun berkenaan

9 Diisi tempat dibuatnya laporan .

10 Diisi tanggal dibuatnya laporan .

11 Diisi nama j abatan .

12 . Diisi tanda tangan asli dan stempel basah .

13 Diisi nama lengkap penandatangan laporan .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


744 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 2 1 -

FORMAT REKAPITU
LASISP2D DAK NON FI
SIK

RE KAPITULA SI
SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D) YANG DITERBITKAN
UNTUK PENYALURAN DANA . . . .
SEMESTER/TRIWULAN . . . TAHUN ANGGARAN . . .

. SP2 D
No. Nilai (Rp) Ket.
Nomor Tanggal

Jumlah

Tempat . . . , tanggal . . .
Kepala Biro / Dinas / Bagian . . 1 J
.

(tanda tangan asli dan stempel b asah)

Nama . . .
NIP .
. .

1) D iisi sesuai nomenklatur instansi pengelola keuangan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 57445


7
-1 22 -

FORMAT SURAT SETORAN BUKAN PAJAK ( S S B P)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SURAT SETORAN Lembar ke- 1


DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN BUKAN PAJAK untuk
KPPN ( SSBP) WAJIB SETOR/
Nomor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2) BENDAHARA PENERIMA
Tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 3 )
.

(0 1 ) KPPN Jakarta II
(1) 9

KE REKENIN G KAS NEGARA NOMOR : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ............. ( )


4
. . . . . . . .

A. l. NPWP Wajib Setor/ Bendahara (5)

2. Nama Wajib Setor/ Bendahara BENDAHARA UMUM DAERAH KAB/ KOTA . . . . . . . (6)
3. Alam at (7)

B. l. Kementerian/ Lembaga
(8 )
2. Unit Organisasi Eselon I 0
( )
9
3. Satuan Kerja
( 1 0)
. Fungsi/ Subfungsi/ Program
4 (1 1)

5. Kegiatan/Subkegiatan
( 1 2)
6. Lokasi 0 0
0 ( 1 3)

c. Kode Akun dan Uraian Penerimaan


( 1 4)
D. Jumlah Setoran Rp .
( 1 5)
Terbilang ( ..... .... )
( 1 6)
E. Surat Penagihan (SPN) atau Surat Pemindahan Nomor : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 1 7) tanggal : . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penagihan Piutang Negara ( SP3 N) ( 1 8)

KPPN (0 1 ) Jakarta II (1 )
9 9

PERHATIAN
Untuk Keperluan :
Bacalah dahulu petunjuk pengisian formulir Penerimaan kembali Transfer ke Daerah dan Dana Desa Atas Sisa
SSBP pada halaman belakang lembar ini. Lebih Dana BOS TA 20 1 1 untuk Kabupaten/ Kota
.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (20)

Diterima Oleh :
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2 1) , . . . . . . . . . . . . . . . . . (22) BANK PERSEPSI/ KANTOR POS DAN GIRO
Tanggal . . . . . . . . . . . . . . (2 5 ) . . . . . . . . .
. . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2 3 ) Tanda Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 26)


NIP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2 ) Nama Terang .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (27)
4
. . . .

/ii

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


746 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-1 2 3 -

PETUNJUK PENGISI
AN

NO . URAIAN

1 Diisi dengan kode KPPN (3) digit dan uraian KPPN Penerima
Setoran ( 0 1 9 : KPPN Jakarta 11)
2 Diisi dengan nomor uru t SSBP
3 Diisi dengan tanggal SSBP dibuat
4 Diisi dengan kode Rekening Kas Negara KPPN bersangku tan
5 Diisi dengan nomor NPWP Bendahara Umum Daerah
6 Diisi dengan nama Bendahara Umum Daerah
7 Diisi dengan alamat j elas Wajib Setor / Wajib Bayar
8 Diisi dengan kode 999 (Bendahara Umum Negara)
9 Diisi dengan kode 05 (Pengelolaan Transfer ke Daerah dan D ana
Des a)
10 Diisi dengan kode 99920 1 (Transfer Dana Perimbangan)
11 Diisi dengan kode 0 1 06 1 0 (Program Pengelolaan Anggaran
Transfer ke Daerah dan Dana Desa)
12 Diisi dengan kode 4066 004 (Dokumen Transfer DAK Nonfisik)
13 Diisi dengan kode 0 1 00 (Lokasi DKI Jakarta)
14 Diisi dengan Kode Akun 6 (enam) digit: 423959
15 Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan
16 Diisi dengan Jumlah Rupiah yang disetorkan dengan huruf
17 Diisi nomor SPN dan SP3N dalam hal terdapat Surat Penetapannya.
18 Diisi dengan tanggal SPN dan SP3N
19 Diisi dengan 3 (tiga) digit kode KPPN dan nama KPPN Penerbit SPN
atau Penerimaan SP3N (0 1 9 : KPPN Jakarta II)
20 Diisi dengan "Penerimaan kembali Transfer ke D aerah dan D ana
Desa Atas Sisa Lebih Dana BOS TA 20 1 1 untuk Kabupaten/ Kota
.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . " (d 11s1
" " nama d aerah yang sesuai)
"

2 1 & 22 Diisi dengan tempat/ nama kota dan tanggal dibuatnya SSBP
23 & 24 Diisi dengan nama, NIP, dan stempel satker
25 Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleg Bank/ Pos
Persepsi
26 & 27 Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan Penerima di Bank/ Pos
Persepsi serta stempel Bank/ Pos Persepsi
C atatan :
-
Diisi dengan huruf capital atau diketik
-
S atu formulir S SBP hanya berlaku untuk setoran satu mata Anggaran
Penerimaan (MAP)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7447


7
- 1 24 -

FORMAT LAPORAN PEMANFAATAN S I SA DANA TRAN S FER KE DAERAH DAN DANA D ESA
YANG SUDAH D ITE NTUKAN PENGGUNAAN NYA DAN LAPORAN PENGANGGARAN KEMBALI
S I SA DANA TRAN S FER KE DAERAH DAN DANA D E SA YAN G S U DAH D ITENTUKAN PENGGUNAANNYA

748
LAPO RAN PEMANFAATAN DAN PENGAN GGARAN KEMBALI
S I SA TRAN SFER KE DAERAH DAN DANA DESA YAN G SUDAH DITENTUKAN PENGGUNAANNYA

" / Kab ten / Kot


Pemanfaatan Penganggaran Kembali dalam
Jumlah Sisa
No. Jenis D ana Nilai Sisa (Rp) APBD TA Berikutnya (Rp)
(Rp) Kegiatan
(Rp)
( 1) (4) (5) = (3) - (5) (7) = (5)
1. 1.
2. 2. . .
3. 3.
. . _ dst. . . . dst .
Total

Tern p at . . . , tanggal . . .
Gubernur / Bupati / Walikota . . .

(tanda tangan + stempel basah)

Nama

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
MENTERI KEUANGAN
REPUB LI K I N D O NESIA,
ttd .

S RI MULYANI I N D RAWATI
Peraturan
Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006
Tentang
Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 13 TAHUN 2006

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 155 Peraturan Pemerintah Nomor 58


Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu ditetapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara


yang Bersih dan Babas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan

1
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 17551
7
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4416) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
37 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran. Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4540);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4502);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);
12. Peraturan Pemerintah Nomor .54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4576);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4614);
19. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2003;
20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;

2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
752 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
6. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.
7. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD
dengan persetujuan bersama kepala daerah, termasuk Qanun yang berlaku di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di
Provinsi Papua.
8. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah.
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.
11. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah

3
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 37553
7
perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.
12. Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari DPRD, kepala
daerah/wakil kepala daerah dan satuan kerja perangkat daerah.
13. Kepala Daerah adalah gubemur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupaten
atau walikota bagi daerah kota.
14. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang
karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah.
15. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala
satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan. kepala
SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak
sebagai bendahara umum daerah.
16. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak
dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
17. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.
18. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik
daerah.
19. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah pejabat
yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD.
20. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan
sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi SKPD.
21. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD adalah
pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.
22. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat
pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program sesuai dengan bidang tugasnya.
23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
24. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
25. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau Iebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
26. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan
oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan
untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
27. Unit kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program.
28. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD
adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
29. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1
(satu) tahun.

4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
754 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
30. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim yang
dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang
mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam
rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah,
PPKD dan pejabat Iainnya sesuai dengan kebutuhan.
31. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat
kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
32. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah
rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan
kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD
sebelum disepakati dengan DPRD.
33. Prioritas dan Plafon Anggaran yang selanjutnya disingkat PPA adalah program prioritas
dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap
program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan
DPRD.
34. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana
belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar
penyusunan APBD.
35. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaran
berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut
dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan
implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang
dituangkan dalam prakiraan maju.
36. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun
anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran
tahun berikutnya.
37. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
38. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian
efisiensi alokasi dana.
39. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
40. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan
kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan
mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka
melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat.
41. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau
lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
42. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja
pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan
terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya balk yang berupa personil
(sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan
(input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
43. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.

5
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 57555
7
44. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakar.
45. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari
kegiatan-kegiatan dalam satu program.
46. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk
membayar seluruh pengeluaran daerah.
47. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang
ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
48. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
49. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
50. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.
51. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
52. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja
daerah.
53. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan belanja
daerah.
54. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, balk pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
55. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih lebih
realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
56. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
.daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

57. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah
dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat
perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat
lainnya yang sah.
58. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/atau
kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan
perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
59. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
60. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga,
deviden, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
61. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah
dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai
dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.
62. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPPA-
SKPD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan, belanja dan pembiayaan
yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh pengguna
anggaran.
63. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari
penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang

6
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
756 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
64. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan
SPP.
65. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara
pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.
66. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat
pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
67. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang
diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan
yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran Iangsung.
68. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen
yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan uang
persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat
digunakan untuk pembayaran Iangsung dan uang persediaan.
69. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran Iangsung kepada pihak ketiga
atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja Iainnya dan pembayaran
gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang
dokumennya disiapkan oleh PPTK.
70. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang
digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.
71. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan
sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan.
72. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPMGU
adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya
dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.
73. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-
TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena
kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan.
74. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.
75. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang
digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.
76. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD
atau berasal dari perolehan Iainnya yang sah.
77. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan
pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum balk sengaja maupun !alai.
78. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja
pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan

7
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7557
7
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Bagian Kedua
Ruang Lingkup

Pasal 2
Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman;
b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan daerah;
d. pengeluaran daerah;
e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

Pasal 3
Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan
APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum
memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan
keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan
pengelolaan keuangan BLUD.

Bagian Ketiga
Azas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 4
(1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
(2) Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah
dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan buktibukti
administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
(4) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian hasil program
dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran
dengan hasil.
(5) Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian keluaran yang
maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk
mencapai keluaran tertentu.
(6) Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pemerolehan masukan

8
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
758 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.
(7) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaan yang
memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-
Iuasnya tentang keuangan daerah.
(8) Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perwujudan
kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian
sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
(9) Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi
kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban
berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
(10) Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau suatu sikap yang
dilakukan dengan wajar dan proporsional.
(11) Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa
keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB II
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 5
(1) Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;
c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;
d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;
f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang
daerah;
g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah;
dan
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran.
(3) Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:
a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;
b. kepala SKPKD selaku PPKD; dan
c. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.
(4) Pelimpahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan kepala
daerah berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan,
menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang.

9
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 97559
7
Bagian Kedua
Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 6
(1) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran clan fungsinya dalam
membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.
(2) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas koordinasi di bidang:
a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;
b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;
c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
d. penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan
daerah; dan
f. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
(3) Selain mempunyai tugas koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekretaris
daerah mempunyai tugas:
a. memimpin TAPD;
b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;
d. memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; dan
e. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
(4) Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) kepada kepala daerah.

Bagian Ketiga
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Pasal 7
(1) Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b
mempunyai tugas:
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi BUD;
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD; dan
f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala
daerah.
(2) PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang:
a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem
penerimaan dan pengeluaran kas daerah;

10
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
760 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f. menetapkan SPD;
g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian
pinjaman atas nama pemerintah daerah;
h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
i. menyajikan informasi keuangan daerah; dan
j. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah.
(3) PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di Iingkungan satuan kerja pengelola keuangan
daerah selaku kuasa BUD.
(4) PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui
sekretaris daerah.

Pasal 8
(1) Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) ditetapkan
dengan keputusan kepala daerah.
(2) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas:
a. menyiapkan anggaran kas;
b. menyiapkan SPD;
c. menerbitkan SP2D;
d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;
e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau
lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;
g. menyimpan uang daerah;
h. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi
daerah;
i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas
beban rekening kas umum daerah;
j. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan
I. melakukan penagihan piutang daerah.
(3) Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada BUD.

Pasal 9

PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan SKPKD untuk


melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:
a. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah
daerah;
e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
f. menyajikan informasi keuangan daerah; dan
g. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah.

11
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 17661
7
Bagian Keempat
Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

Pasal 10
Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c mempunyai tugas:
a. menyusun RKA-SKPD;
b. menyusun DPA-SKPD;
c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;
d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang
telah ditetapkan;
h. menandatangani SPM;
i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD
yang dipimpinnya;
k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;
l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan
kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; dan
n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris
daerah.

Bagian Kelima
Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang

Pasal 11
(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat melimpahkan sebagian kewenangannya
kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang.
(2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) berdasarkan
pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola,
beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif
lainnya.
(3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.
(4) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/
pengguna barang.

Bagian Keenam
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD

Pasal 12
(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat pada
unit kerja SKPD selaku PPTK.
(2) Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan

12
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
762 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali
dan pertimbangan objektif lainnya.
(3) PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
pengguna anggaran/pengguna barang.
(4) PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
kepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.
(5) PPTK mempunyai tugas mencakup:
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan
c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
(6) Dokumen anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c mencakup dokumen
administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan
pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Bagian Ketujuh
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

Pasal 13
(1) Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD
menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD
sebagai PPK-SKPD.
(2) PPK-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh
bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;
b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan tunjangan
PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;
c. melakukan verifikasi SPP;
d. menyiapkan SPM;
e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;
f. melaksanakan akuntansi SKPD; dan
g. menyiapkan laporan keuangan SKPD.
(3) PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.

Bagian Kedelapan
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

Pasal 14
(1) Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran pada SKPD.
(2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah pejabat fungsional.
(3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran balk secara langsung maupun
tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan

13
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 37663
7
penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan,
serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga
keuangan Iainnya atas nama pribadi.
(4) Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalam melaksanakan
tugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaan pembantu dan/atau bendahara
pengeluaran pembantu.
(5) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

BAB III
AZAS UMUM DAN STRUKTUR APBD

Bagian Pertama
Azas Umum APBD

Pasal 15
(1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah.
(2) Penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada RKPD
dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan
bernegara.
(3) APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi.
(4) APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun
ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pasal 16
(1) Fungsi otorisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti
bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja
pada tahun yang bersangkutan.
(2) Fungsi perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti
bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
(3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti
bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
(4) Fungsi alokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti bahwa
anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/ mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
(5) Fungsi distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti
bahwa kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
(6) Fungsi stabilisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti
bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

Pasal 17
(1) Penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan
daerah.

14
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
764 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
(3) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali balk pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pasal 18
(1) Pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.
(2) Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perkiraan beban
pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam
pemberian pelayanan umum.
(3) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengeluaran
yang akan diterima kembali balk pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pasal 19
Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (1) harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah
yang cukup.

Pasal 20
(1) Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus
berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan
secara bruto dalam APBD.

Pasal 21
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Bagian Kedua
Struktur APBD

Pasal 22
(1) Struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari:
a. pendapatan daerah;
b. belanja daerah; dan
c. pembiayaan daerah.
(2) Struktur APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diklasifikasikan menurut urusan
pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan
pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(3) Klasifikasi APBD menurut urusan pemerintahan dan organisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23
(1) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a meliputi

15
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 57665
7
semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas
dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah.
(2) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b meliputi semua
pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana,
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh daerah.
(3) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud Pasal 22 ayat (1) huruf c meliputi semua
transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus.

Pasal 24
(1) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a dirinci
menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian
obyek pendapatan.
(2) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b dirinci menurut
urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan
rincian obyek belanja.
(3) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c dirinci
menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian
obyek pembiayaan.

Bagian Ketiga
Pendapatan Daerah

Pasal 25
Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a dikelompokan
atas:
a. pendapatan asli daerah;
b. dana perimbangan; dan
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pasal 26
(1) Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:
a. pajak daerah;
b. retribusi daerah;
c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
(2) Jenis pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan huruf b dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undangundang tentang
pajak daerah dan retribusi daerah.
(3) Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD;
b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN; dan
c. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok
usaha masyarakat.
(4) Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk
dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:

16
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
766 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b. jasa giro;
c. pendapatan bunga;
d. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;
e. penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;
f. penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
h. pendapatan denda pajak;
i. pendapatan denda retribusi;
j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
k. pendapatan dari pengembalian;
I. fasilitas sosial dan fasilitas umum;
m. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan
n. pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Pasal 27
(1) Kelompok pendapatan dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri
atas:
a. dana bagi hasil;
b. dana alokasi umum; dan
c. dana alokasi khusus.
(2) Jenis dana bagi hasil dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:
a. bagi hasil pajak; dan
b. bagi hasil bukan pajak.
(3) Jenis dana alokasi umum hanya terdiri atas objek pendapatan dana alokasi umum.
(4) Jenis dana alokasi khusus dirinci menurut objek pendapatan menurut
kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pasal 28
Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang
mencakup:
a. hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi
swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang
tidak mengikat;
b. dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat
bencana slam;
c. dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;
d. dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan
e. bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

Pasal 29
Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a adalah penerimaan daerah yang
berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional,
pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, balk dalam bentuk devisa,
rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu
dibayar kembali.
Pasal 30
(1) Pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah yang ditransfer langsung ke kas daerah, dana perimbangan dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah dianggarkan pada SKPKD.
(2) Retribusi daerah, komisi, potongan, keuntungan selisih nilai tukar rupiah, pendapatan

17
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7667
7
dari penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan, hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan dan hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan yang dibawah penguasaan pengguna anggaran/pengguna barang
dianggarkan pada SKPD.

Bagian Keempat
Belanja Daerah

Pasal 31
(1) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b dipergunakan
dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan
yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan
bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang
ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
(2) Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
(3) Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 32
(1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (1) terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.
(2) Klasifikasi belanja menurut urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum;
d. perumahan rakyat;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perhubungan;
h. lingkungan hidup;
i. pertanahan;
j. kependudukan dan catatan sipil;
k. pemberdayaan perempuan;
I. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
m. sosial;
n. tenaga kerja;
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
p. penanaman modal;
q. kebudayaan;
r. pemuda dan olah raga;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. pemerintahan umum;
u. kepegawaian;
v. pemberdayaan masyarakat dan desa;
w. statistik;
x. arsip; dan

18
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
768 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
y. komunikasi dan informatika.
(3) Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. pertanian;
b. kehutanan;
c. energi dan sumber daya mineral;
d. pariwisata;
e. kelautan dan perikanan;
f. perdagangan;
g. perindustrian; dan
h. transmigrasi.
(4) Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang
tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah
yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan dijabarkan dalam bentuk
program dan kegiatan yang dikiasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan.

Pasal 33

Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:
a. pelayanan umum;
b. ketertiban dan ketentraman;
c. ekonomi;
d. lingkungan hidup;
e. perumahan dan fasilitas umum;
f. kesehatan;
g. pariwisata dan budaya;
h. pendidikan; dan
i. perlindungan sosial.

Pasal 34
Klasifikasi belanja menurut organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing pemerintah daerah.

Pasal 35
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (2) disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

Pasal 36
(1) Belanja menurut kelompok belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
terdiri dari:
a. belanja tidak langsung; dan
b. belanja langsung.
(2) Kelompok belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.
(3) Kelompok belanja langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan.

19
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 97669
7
Paragraf 1
Belanja Tidak Langsung

Pasal 37
Kelompok belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a
dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. belanja pegawai;
b. bunga;
c. subsidi;
d. hibah;
e. bantuan sosial;
f. belanja bagi basil;
g. bantuan keuangan; dan
h. belanja tidak terduga.

Pasal 38
(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a merupakan belanja
kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan
kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
(2) Uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan
kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya yang
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan dianggarkan dalam belanja
pegawai.

Pasal 39
(1) Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri
sipil berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan
keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan pegawai berdasarkan beban kerja atau tempat bertugas
atau kondisi kerja atau kelangkaan profesi atau prestasi kerja.
(3) Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dibebani pekerjaan untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang dinilai melampaui beban kerja normal.
(4) Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya
berada di daerah memiliki tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil.
(5) Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya berada pada
lingkungan kerja yang memiliki resiko tinggi.
(6) Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam mengemban tugas memiliki
ketrampilan khusus dan langka.
(7) Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya dinilai
mempunyai prestasi kerja.
(8) Kriteria pemberian tambahan penghasilan ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

20
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
770 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 40

Belanja bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b digunakan untuk


menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang
(principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka panjang.

Pasal 41

(1) Belanja subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf c digunakan untuk
menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar
harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
(2) Perusahaan/lembaga tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
perusahaan/lembaga yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan umum
masyarakat.
(3) Perusahaan/lembaga penerima belanja subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus terlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
(4) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, penerima subsidi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan
dana subsidi kepada kepala daerah.
(5) Belanja subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan sesuai dengan
keperluan perusahaan/lembaga penerima subsidi dalam peraturan daerah tentang
APBD yang peraturan pelaksanaannya lebih lanjut dituangkan dalam peraturan kepala
daerah.

Pasal 42
(1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf d digunakan untuk
menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada
pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/ perorangan
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
(2) Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah
telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi standar
pelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan.
(3) Pemberian hibah dalam bentuk barang dapat dilakukan apabila barang tersebut tidak
mempunyai nilai ekonomis bagi pemerintah daerah yang bersangkutan tetapi
bermanfaat bagi pemerintah atau pemerintah daerah lainnya dan/atau kelompok
masyarakat/perorangan.
(4) Pemberian hibah dalam bentuk jasa dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah
memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi standar pelayanan
minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(5) Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang atau jasa dapat
diberikan kepada pemerintah daerah tertentu sepanjang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.

Pasal 43
(1) Hibah kepada pemerintah bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan
fungsi pemerintahan di daerah.
(2) Hibah kepada perusahan daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanan
kepada masyarakat.

21
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 17771
7
(3) Hibah kepada pemerintah daerah Iainnya bertujuan untuk menunjang peningkatan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan layanan dasar umum.
(4) Hibah kepada badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok masyarakat/
perorangan bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah.

Pasal 44
(1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 bersifat bantuan yang tidak
mengikat/tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.
(2) Belanja hibah kepada pemerintah dikelola sesuai dengan mekanisme APBN, serta hibah
kepada pemerintah daerah Iainnya dan kepada perusahaan daerah,
badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan dikelola
dengan mekanisme APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 45
(1) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf e digunakan untuk
menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada
masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan tidak secara terus
menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan
peruntukan penggunaannya.
(3) Untuk memenuhi fungsi APBD sebagai instrumen keadilan dan pemerataan dalam
upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, bantuan dalam bentuk
uang dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi seiuruh kebutuhan
belanja urusan wajib guna terpenuhinya standar pelayanan minimum yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.
(4) Bantuan kepada partai politik diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dianggarkan dalam bantuan sosial.

Pasal 46

Belanja bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf f digunakan untuk
menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada
kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan
pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah Iainnya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Pasal 47
(1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam- Pasal 37 huruf g digunakan untuk
menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi
kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah Iainnya atau
dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah
Iainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.
(2) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah
daerah/pemerintah desa penerima bantuan.
(3) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi
bantuan.

22
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
772 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(4) Pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APBD atau anggaran pendapatan
dan belanja desa penerima bantuan.

Pasal 48
(1) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf h merupakan
belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan
sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahuntahun
sebelumnya yang telah ditutup.
(2) Kegiatan yang bersifat tidak biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu untuk
tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas
penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman dan
ketertiban masyarakat di daerah.
(3) Pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah
ditutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung dengan buktibukti yang
sah.

Pasal 49

(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a dianggarkan pada
belanja organisasi berkenaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h hanya
dapat dianggarkan pada belanja SKPKD.

Paragraf 2
Belanja Langsung

Pasal 50
Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (1) huruf b dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa; dan
c. belanja modal.

Pasal 51
Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf a untuk pengeluaran
honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

Pasal 52
(1) Belanja barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b digunakan
untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12
(duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah.
(2) Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi
asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa
rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan

23
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 37773
7
atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas,
perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

Pasal 53
(1) Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c digunakan untuk
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan
aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
(2) Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga
beli/bangun aset.
(3) Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan untuk
memperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.

Pasal 54
Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja
modal untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah dianggarkan pada
belanja SKPD berkenaan.

Bagian Kelima
Surplus/(Defisit) APBD

Pasal 55
Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah
mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD.

Pasal 56
(1) Surplus APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 terjadi apabila anggaran
pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.
(2) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok utang,
penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah
pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial.
(3) Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang
dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan tugasnya melaksanakan
program dan kegiatan tersebut.

Pasal 57
(1) Defisit anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 terjadi apabila anggaran
pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah.
(2) Batas maksimal defisit APBD untuk setiap tahun anggaran berpedoman pada
penetapan batas maksimal defisit APBD oleh Menteri Keuangan.
(3) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun
anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman
atau penerimaan piutang.

24

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


774 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 58
(1) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan
penundaan atas penyaluran dana perimbangan.

Bagian Keenam
Pembiayaan Daerah

Pasal 59
Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Pasal 60
(1) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 mencakup:
a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA);
b. pencairan dana cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman daerah;
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
f. penerimaan piutang daerah.
(2) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 mencakup:
a. pembentukan dana cadangan;
b. peneemaan modal (investasi) pemerintah daerah;
c. pembayaran pokok utang; dan
d. pemberian pinjaman daerah.

Pasal 61
(1) Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan
pengeluaran pembiayaan.
(2) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran.

Paragraf 1
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)

Pasal 62
Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf a mencakup pelampauan penerimaan PAD,
pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan
daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban
kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana
kegiatan lanjutan.

Paragraf 2
Dana Cadangan

Pasal 63
(1) Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan yang
penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun

25
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 57775
7
anggaran.
(2) Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
peraturan daerah.
(3) Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup penetapan tujuan
pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana
cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan
ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran
pelaksanaan dana cadangan.
(4) Rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibahas bersamaan dengan pembahasan rancangan peraturan
daerah tentang APBD.
(5) Penetapan rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh kepala daerah bersamaan
dengan penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD.
(6) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari penyisihan
atas penerimaan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan
penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
(7) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan pada rekening
tersendiri.
(8) Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam
portofolio dicantumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaan dalam daftar
dana cadangan pada lampiran rancangan peraturan daerah tentang APBD.
(9) Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan dalam tahun
anggaran yang berkenaan.

Pasal 64
(1) Pencairan dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf b
digunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana
cadangan ke rekening kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Jumlah yang dianggarkan tersebut pada ayat (1) yaitu sesuai dengan jumlah yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.

Pasal 65
Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekekning dana cadangan ke
rekening kas umum daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) dianggarkan
dalam belanja langsung SKPD pengguna dana cadangan berkenaan, kecuali diatur
tersendiri dalam peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

Pasal 66
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
ayat (1) huruf c digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan
milik daerah/BUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan
dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.

26
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
776 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Paragraf 4
Penerimaan Pinjaman Daerah

Pasal 67
Penerimaan pinjaman daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf d
digunakan untuk menganggarkan penerimaan pinjaman daerah termasuk penerimaan atas
penerbitan obligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun anggaran berkenaan.

Paragraf 5
Pemberian Pinjaman daerah dan
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah

Pasal 68
(1) Pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf d digunakan
untuk menganggarkan pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daerah lainnya.
(2) Penerimaan kembali pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat
(1) huruf e digunakan untuk menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya.

Paragraf 6
Penerimaan Piutang Daerah

Pasal 69
Penerimaan piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf f digunakan
untuk menganggarkan penerimaan yang bersumber dari pelunasan piutang fihak ketiga,
seperti berupa penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah,
pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan
penerimaan piutang lainnya.

Paragraf 7
Investasi Pemerintah Daerah

Pasal 70
Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf b
digunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan balk
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Pasal 71
(1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera
diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko rendah
serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan.
(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup deposito
berjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (duabelas) bulan yang dapat
diperpanjang secara otomatis, pembelian surat utang negara (SUN), sertifikat bank
Indonesia (SBI) dan surat perbendaharaan negara (SPN).
(3) Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih
dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permanen dan non permanen.
(4) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain surat
berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan
usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham

27
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7777
7
pada suatu badan usaha, surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan
menjaga hubungan balk dalam dan luar negeri, surat berharga yang tidak dimaksudkan
untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.
(5) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk dimiliki
secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali,
seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk
penggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD
dan/atau badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah
daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat.
(6) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk dimiliki
secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali,
seperti pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah
dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal kerja,
pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas
pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.
(7) Investasi pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan
dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang
penyertaan modal dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 72
(1) Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf b,
dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan.
(2) Divestasi pemerintah daerah dianggarkan dalam penerimaan pembiayaan pada jenis
hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.
(3) Divestasi pemerintah daerah yang dialihkan untuk diinvestasikan kembali dianggarkan
dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal (investasi) pemerintah
daerah.
(4) Penerimaan hasil atas investasi pemerintah daerah dianggarkan dalam kelompok
pendapatan asli daerah pada jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pasal 73
(1) Investasi daerah jangka pendek dalam bentuk deposito pada bank umum dianggarkan
dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal (investasi) pemerintah
daerah.
(2) Pendapatan bunga atas deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan
dalam kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah.

Paragraf 8
Pembayaran Pokok Utang

Pasal 74
Pembayaran pokok utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf c
digunakan untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitung
berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

28
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
778 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Bagian Ketujuh
Kode Rekening Penganggaran

Pasal 75
(1) Setiap urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang dicantumkan dalam APBD
menggunakan kode urusan pemerintahan daerah dan kode organisasi.
(2) Kode pendapatan, kode belanja dan kode pembiayaan yang digunakan dalam
penganggaran menggunakan kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode
akun pembiayaan.
(3) Setiap program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek serta rincian obyek yang dicantumkan
dalam APBD menggunakan kode program, kode kegiatan, kode kelompok, kode jenis,
kode obyek dan kode rincian obyek.
(4) Untuk tertib penganggaran kode sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan
ayat (3) dihimpun menjadi satu kesatuan kode anggaran yang disebut kode rekening.

Pasal 76
Urutan susunan kode rekening APBD dimulai dari kode urusan pemerintahan daerah, kode
organisasi, kode program, kode kegiatan, kode akun, kode kelompok, kode jenis, kode
obyek, dan kode rincian obyek.

Pasal 77

(1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.I peraturan menteri ini.
(2) Kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) merupakan bagian susunan kode akun keuangan
daerah yang tercantum dalam Lampiran A.II peraturan menteri ini.
(3) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untuk
provinsi tercantum dalam Lampiran A.III peraturan menteri ini.
(4) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untuk
kabupaten/kota tercantum dalam Lampiran A.IV peraturan menteri ini.
(5) Kode dan klasifikasi fungsi tercantum dalam Lampiran A.V peraturan menteri ini.
(6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan keterpaduan
pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 tercantum dalam
Lampiran A.VI peraturan menteri ini.
(7) Kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan daerah tercantum
dalam Lampiran A.VII peraturan menteri ini.
(8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
tercantum dalam Lampiran A.VIII peraturan menteri ini.
(9) Dalam rangka sinkronisasi program dan kegiatan pemerintah dengan pemerintah
daerah, daftar program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) secara
berkala akan disempurnakan sesuai dengan perkembangan kebutuhan daerah.
(10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3)
tercantum dalam Lampiran A.IX peraturan menteri ini.
(11) Untuk memenuhi kebutuhan objektif dan karakteristik daerah serta keselarasan
penyusunan statistik keuangan negara, perubahan dan penambahan kode rekening
rincian objek belanja dapat diatur Iebih lanjut dengan peraturan kepala daerah setelah
dikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri.

29
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 97779
7
BAB IV
PENYUSUNAN RANCANGAN APBD

Bagian Pertama
Azas Umum

Pasal 78
(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari
dan atas beban APBD.
(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah di
daerah didanai dari dan atas beban APBN.
(3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang penugasannya dilimpahkan
kepada kabupaten/kota dan/atau desa, didanai dari dan atas beban APBD provinsi.
(4) Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang penugasannya
dilimpahkan kepada desa, didanai dari dan atas beban APBD kabupaten/kota.

Pasal 79
(1) Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah balk dalam bentuk uang,
barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus dianggarkan dalam
APBD.
(2) Penganggaran penerimaan dan pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukum
penganggaran.

Pasal 80
Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk melaksanakan kewajiban pemerintahan
daerah sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Rencana Kerja Pemerintahan Daerah

Pasal 81
(1) Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan
penjabaran dari RP3MD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.
(2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah
maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
(3) Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan prestasi
capaian standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 82
(1) RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

30
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
780 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran
berkenaan.
(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah.
(4) Tata cara penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Kebijakan Umum APBD serta
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Paragraf 1
Kebijakan Umum APBD

Pasal 83
(1) Kepala daerah menyusun rancangan KUA berdasarkan RKPD dan pedoman
penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
(2) Pedoman penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat antara lain:
a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan
pemerintah daerah;
b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;
c. teknis penyusunan APBD; dan
d. hal-hal khusus lainnya.

Pasal 84
(1) Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-program
yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan
daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah,
sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
(2) Program-program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselaraskan dengan prioritas
pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah.
(3) Asumsi yang mendasari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yakni
mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan perubahan pokok-pokok
kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pasal 85
(1) Dalam menyusun rancangan KUA sebagaimana dimaksud Pasal 83 ayat (1), kepala
daerah dibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah.
(2) Rancangan KUA yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepala
daerah, paling lambat pada awal bulan Juni.

Pasal 86
(1) Rancangan KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (2) disampaikan kepala
daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran bedalan
untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh TAPD bersama
panitia anggaran DPRD.

31
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 17881
7
(3) Rancangan KUA yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya
disepakati menjadi KUA paling lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaran
berjalan.
(4) Format KUA tercantum dalam Lampiran A.X peraturan menteri ini.

Paragraf 2
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Pasal 87
(1) Berdasarkan KUA yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat
(3), pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS.
(2) Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan tahapan
sebagai berikut:
a. menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan;
b. menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; dan
c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.
(3) Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan
Juli tahun anggaran berjalan.
(4) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh TAPD bersama
panitia anggaran DPRD.
(5) Rancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selanjutnya
disepakati menjadi PPA paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.
(6) Format PPAS tercantum dalam Lampiran A.XI peraturan menteri ini.

Pasal 88
(1) KUA serta PPA yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (3)
dan Pasal 87 ayat (5), masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang
ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD.
(2) Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat
yang diberi wewenang untuk menandatangani nota kepakatan KUA dan PPA.
(3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, penandatanganan nota kepakatan KUA
dan PPA dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
(4) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran A.XII peraturan menteri ini.

Bagian Keempat
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Pasal 89
(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1), TAPD
menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-
SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.
(2) Rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup :
a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan dan
pembiayaan;

32
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
782 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan
sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan;
c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD;
d. , hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan
prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, tranparansi dan akuntabilitas
penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja; dan
e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA-
SKPD, analisis standar belanja dan standar satuan harga.
(3) Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran
berjalan.

Bagian Kelima
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Pasal 90
(1) Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89
ayat (3), kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.
(2) RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi
kerja.

Pasal 91
(1) Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 90 ayat (2) dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju.
(2) Prakiraan maju sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi perkiraan kebutuhan
anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran
berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.
(3) Pendekatan penganggaran terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2)
dilakukan dengan memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk menghasilkan
dokumen rencana kerja dan anggaran.
(4) Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 90 ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan
dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

Pasal 92
(1) Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) dan terciptanya kesinambungan RKA-SKPD, kepala
SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaran
sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan menilai program dan kegiatan
yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya
untuk dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu)
tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan.
(3) Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk pencapaian
prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan dananya harus dianggarkan pada tahun yang

33
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 37883
7
direncanakan.

Pasal 93
(1) Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 90 ayat (2) berdasarkan pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja,
analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.
(2) Indikator kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah ukuran keberhasilan yang
akan dicapai dari program dan kegiatan yang direncanakan.
(3) Capaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ukuran prestasi kerja
yang akan dicapai yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.
(4) Analisis standar belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penilaian
kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu
kegiatan.
(5) Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan harga satuan
setiap unit barang/jasa yang berlaku disuatu daerah yang ditetapkan dengan keputusan
kepala daerah.
(6) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tolok ukur
kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah.

Pasal 94
(1) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) memuat rencana
pendapatan, rencana belanja untuk masing-masing program dan kegiatan, serta
rencana pembiayaan untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincian
objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun
berikutnya.
(2) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga memuat informasi tentang
urusan pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya, prestasi kerja yang akan
dicapai dari program dan kegiatan.

Pasal 95
(1) Rencana pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuat
kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan daerah, yang dipungut/dikelola/
diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
(2) Peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah peraturan
daerah, peraturan pemerintah atau undang-undang.
(3) Rencana belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuat kelompok
belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing diuraikan menurut
jenis, obyek dan rincian obyek belanja.
(4) Rencana pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuat
kelompok penerimaan pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup defisit APBD
dan pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk memanfaatkan surplus APBD yang
masing-masing diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan.
(5) Urusan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) memuat
bidang urusan pemerintahan daerah yang dikelola sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi organisasi.
(6) Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) memuat nama organisasi

34
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
784 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
atau nama SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang.
(7) Prestasi kerja yang hendak dicapai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2)
terdiri dari indikator, tolok ukur kinerja dan target kinerja.
(8) Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) memuat nama program yang
akan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran berkenaan.
(9) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) memuat nama kegiatan yang
akan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran berkenaan.

Pasal 96

(1) Indikator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) meliputi masukan, keluaran
dan hasil.
(2) Tolok ukur kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) merupakan ukuran
prestasi kerja yang akan dicapai dari keadaan semula dengan mempertimbangkan faktor
kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan dari setiap program dan
kegiatan.
(3) Target kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) merupakan hasil yang
diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

Pasal 97
(1) Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta
belanja modal dianggarkan dalam RKA-SKPD pada masing-masing SKPD.
(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil,
belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga hanya dianggarkan dalam RKA-
SKPD pada SKPKD.

Pasal 98
Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dianggarkan dalam RKA-
SKPD pada SKPKD.

Pasal 99
(1) Bagan alir pengerjaan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1)
tercantum dalam Lampiran A.XIII peraturan menteri ini.
(2) Format RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) tercantum dalam
Lampiran A.XIV peraturan menteri ini.

Bagian Keenam
Penyiapan Raperda APBD

Pasal 100
(1) RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas
lebih lanjut oleh TAPD.
(2) Pembahasan oleh TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA, prakiraan maju yang telah
disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya, serta
capaivn kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar analisis belanja,
standar satuan harga, standar pelayanan minimal, serta sinkronisasi program dan

35
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 57885
7
kegiatan antar SKPD.
(3) Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepala SKPD melakukan penyempurnaan.

Pasal 101
(1) RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD
sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.
(2) Rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari:
a. ringkasan APBD;
b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;
c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan,
belanja dan pembiayaan;
d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program dan
kegiatan;
e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan
pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;
f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;
g. daftar piutang daerah;
h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;
j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;
k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan
dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;
l. daftar dana cadangan daerah; dan
m. daftar pinjaman daerah.
(3) Format rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XV peraturan menteri ini.

Pasal 102
(1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 101 ayat (1) dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari:
a. ringkasan penjabaran APBD;
b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program,
kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan
pembiayaan.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD wajib memuat
penjelasan sebagai berikut:
a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume yang direncanakan, tarif
pungutan/harga;
b. untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan volume/tolok ukur, harga satuan,
lokasi kegiatan dan sumber pendanaan kegiatan;
c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber penerimaan
pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan.
(3) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran A.XVI peraturan menteri ini.

Pasal 103
(1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun oleh PPKD
disampaikan kepada kepala daerah.
(2) Rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

36
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
786 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
sebelum disampaikan kepada DPRD disosialisasikan kepada masyarakat.
(3) Sosialisasi rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) bersifat memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah
serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran yang direncanakan.
(4) Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dilaksanakan oleh
sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

BAB V
PENETAPAN APBD

Bagian Pertama
Penyampaian dan Pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

Pasal 104
(1) Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta
lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun
anggaran sebelumnya dari tahun yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan
bersama.
(2) Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
(3) Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepala daerah
menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.
(4) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai dengan nota keuangan.
(5) Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka pejabat
yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku penjabat/pelaksana
tugas kepala daerah dan/atau selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani
persetujuan bersama.
(6) Format susunan nota keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam
Lampiran A.XVII peraturan menteri ini.

Pasal 105
(1) Penetapan agenda pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD untuk
mendapatkan persetujuan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (1)
disesuaikan dengan tata tertib DPRD masing-masing daerah.
(2) Pembahasan rancangan peraturan daerah berpedoman pada KUA, serta PPA yang
telah disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD.
(3) Dalam hal DPRD memerlukan tambahan penjelasan terkait dengan pembahasan
program dan kegiatan tertentu, dapat meminta RKA-SKPD berkenaan kepada kepala
daerah.
(4) Format persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran A.XVIII peraturan menteri ini.

Pasal 106
(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2)
tidak menetapkan persetujuan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan

37
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7887
7
peraturan daerah tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-
tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan
setiap bulan.
(2) Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang
bersifat wajib.
(3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
belanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah
daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran
yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa.
(4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan
pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau
melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.

Pasal 107
(1) Rencana pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) disusun dalam
rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri
bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.
(3) Pengesahan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan
keputusan gubernur bagi kabupaten/kota.
(4) Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari :
a. ringkasan APBD;
b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;
c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan,
kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan;
d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program dan
kegiatan;
e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan
pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;
f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;
g. daftar piutang daerah;
h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;
j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;
k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum
diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;
I. daftar dana cadangan daerah; dan m. daftar pinjaman daerah.
(5) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran A.XIX peraturan menteri ini.

Pasal 108
(1) Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk memperoleh pengesahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (3) paling lama 15 (lima belas) hari kerja
terhitung sejak DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala daerah
terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.
(2) Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) . hari kerja Menteri Dalam Negeri/gubernur
tidak mengesahkan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana

38
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
788 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
dimaksud pada ayat (1), kepala daerah menetapkan rancangan peraturan kepala daerah
dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.

Pasal 109
Pelampuan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran sebagaimana ditetapkan dalam Pasal
106 ayat (1), hanya diperkenankan apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji
dan tunjangan pegawai negeri sipil serta penyediaan dana pendamping atas program dan
kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah
yang ditetapkan dalam undang-undang.

Bagian Kedua
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

Pasal 110
(1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama
DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelum
ditetapkan oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu
kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.
(2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan:
a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD;
b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD;
c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah tentang
APBD; dan
d. nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar nota
keuangan pada sidang DPRD.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya keserasian
antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik
dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh mana APBD provinsi tidak
bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan
daerah lainnya yang ditetapkan oleh provinsi bersangkutan.
(4) Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
Dalam Negeri dapat mengundang pejabat pemerintah daerah provinsi yang terkait.
(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam keputusan
Menteri Dalam Negeri dan disampaikan kepada gubernur paling lama 15 (lima betas)
hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.
(6) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubemur tentang penjabaran APBD
sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundangundangan yang lebih
tinggi, gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan
peraturan gubemur.
(7) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan
peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran
APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, gubemur bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7
(tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur tetap
menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan
gubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur,
Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan daerah dan peraturan gubernur

39
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 97889
7
dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.
(9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta pernyataan berlakunya
pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditetapkan dengan
peraturan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 111
(1) Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD yang telah disetujui
bersama DPRD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD
sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan
kepada gubernur untuk dievaluasi.
(2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (2) peraturan menteri ini.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya keserasian
antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik
dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh mana APBD kabupaten/kota tidak
bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau
peraturan daerah lainnya yang ditetapkan oleh kabupaten/kota bersangkutan.
(4) Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), gubernur
dapat mengundang pejabat pemerintah daerah kabupaten/kota yang terkait.
(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam keputusan
gubernur dan disampaikan kepada bupati/walikota paling lama 15 (lima belas) hari kerja
terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.
(6) Apabila gubernur menetapkan pernyataan hasil evaluasi atas rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran
APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, bupati/walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan
daerah dan peraturan bupati/walikota.
(7) Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang
APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD tidak sesuai
dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, dan
bupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan
rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD menjadi peraturan
daerah dan peraturan bupati/walikota, gubernur membatalkan peraturan daerah dan
peraturan bupati/walikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD
tahun sebelumnya.
(9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dan pernyataan berlakunya
pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditetapkan dengan
peraturan gubernur.

Pasal 112
(1) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
110 ayat (8) dan Pasal 111 ayat (8), kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan
peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah mencabut peraturan
daerah dimaksud.
(2) Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang APBD.
(3) Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud

40
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
790 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
dalam Pasal 110 ayat (8) dan Pasal 111 ayat (8) ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah.

Pasal 113
Evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (3) dan
Pasal 111 ayat (3), berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 114
(1) Penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (7) dan
Pasal 111 ayat (7) dilakukan kepala daerah bersama dengan panitia anggaran DPRD.
(2) Hasil penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh pimpinan
DPRD.
(3) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikan dasar
penetapan peraturan daerah tentang APBD.
(4) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dan
dilaporkan pada sidang paripurna berikutnya.
(5) Sidang paripurna berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yakni setelah sidang
paripurna pengambilan keputusan bersama terhadap rancangan peraturan daerah
tentang APBD.
(6) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada
Menteri Dalam Negeri bagi APBD provinsi dan kepada gubernur bagi APBD
kabupaten/kota paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan tersebut ditetapkan.
(7) Dalam hal pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku pimpinan sementara DPRD yang
menandatangani keputusan pimpinan DPRD.

Pasal 115
Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang
penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri.

Bagian Ketiga
Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

Pasal 116
(1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi
peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD.
(2) Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling
lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya.
(3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang ,ditunjuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala
daerah yang menetapkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.

41
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 17991
7
(4) Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan
gubernur bagi kabupaten/kota paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.
(5) Format penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.XX peraturan menteri ini.
(6) Format penetapan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.XXI peraturan
menteri ini.
(7) Jadwal penyusunan APBD tercantum dalam Lampiran A.XXII peraturan menteri ini.

BAB VI
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD
BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRD

Pasal 117
(1) Untuk sinkronisasi dan keterpaduan sasaran program dan kegiatan dengan kebijakan
pemerintah dibidang keuangan negara dan menjaga kelangsungan penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan daerah, serta pelayanan masyarakat, kepala daerah
menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS.
(2) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan kepada gubernur bagi
kabupaten/kota.
(3) KUA dan rancangan PPA yang telah dikonsultasikan dijadikan pedoman penyusunan
RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 peraturan menteri ini.

Pasal 118
Penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 ayat (3) berlaku
ketentuan Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97,
Pasal 98 dan Pasal 99.
Pasal 119
(1) RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai
bahan penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi
provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.
(3) Format rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berlaku ketentuan dalam Pasal 107 ayat (4) dan ayat (5).

Pasal 120
(1) Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk memperoleh pengesahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat (2) paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak KUA dan PPA dikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri bagi
provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.
(2) Pengesahan atas rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan dalam Pasal 107 ayat (3).

42
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
792 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 121
Peraturan kepala daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat (2)
dijadikan dasar penyusunan DPA-SKPD untuk pelaksanaan APBD.

BAB VII
PELAKSANAAN APBD

Bagian Pertama
Azas Umum Pelaksanaan APBD

Pasal 122
(1) Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.
(2) Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan
daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
(4) Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah
paling lama 1 (satu) hari kerja.
(5) Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan baths tertinggi untuk setiap
pengeluaran belanja.
(6) Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran
tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.
(7) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dilakukan jika dalam keadaan
darurat, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/atau
disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.
(8) Kriteria keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(9) Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk
tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD.
(10) Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD

Paragraf 1
Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD

Pasal 123
(1) PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang APBD ditetapkan,
memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun rancangan DPA-SKPD.
(2) Rancangan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merinci sasaran yang
hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran

43
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 37993
7
tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang
diperkirakan.
(3) Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6 (enam)
hari kerja setelah pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Format DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran B.I
peraturan menteri ini.

Pasal 124
(1) TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD
paling lama 15 (lima betas) hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.
(2) Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD mengesahkan
rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.
(3) DPA-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada kepala SKPD, satuan kerja pengawasan daerah, dan Badan Pemeriksa
Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.
(4) DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar
pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna
barang.

Paragraf 2
Anggaran Kas

Pasal 125
(1) Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan anggaran kas
SKPD.
(2) Rancangan anggaran kas SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD.
(3) Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan bersamaan dengan
pembahasan DPA-SKPD.

Pasal 126
(1) PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna mengatur
ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai
dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah
disahkan.
(2) Anggaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat perkiraan arus kas masuk
yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan guna
mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
(3) Mekanisme pengelolaan anggaran kas pemerintah daerah ditetapkan dalam peraturan
kepala daerah.
(4) Format anggaran kas pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran B.II
peraturan menteri ini.

44
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
794 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Bagian Ketiga
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah

Pasal 127
(1) Semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah.
(2) Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

Pasal 128
(1) Setiap SKPD yang memungut pendapatan daerah wajib mengintensifkan pemungutan
pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.
(2) SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan
daerah.

Pasal 129
Komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
yang dapat dinilai dengan uang, balk secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-
menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan
bunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada
bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya
merupakan pendapatan daerah.

Pasal 130
(1) Pengembalian atas kelebihan pendapatan dilakukan dengan membebankan pada
pendapatan yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan yang terjadi dalam
tahun yang sama.
(2) Untuk pengembalian kelebihan pendapatan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya
dibebankan pada belanja tidak terduga.
(3) Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus didukung
dengan bukti yang lengkap dan sah.

Pasal 131
Semua pendapatan dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan dicatat sebagai pendapatan daerah.

Bagian Keempat
Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

Pasal 132
(1) Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang
lengkap dan sah.
(2) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat
yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari
penggunaan bukti dimaksud.
(3) Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum
rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam
lembaran daerah.
(4) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk untuk belanja
yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan
kepala daerah.

45
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 57995
7
(5) Belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) berlaku ketentuan dalam Pasal 106 ayat (3) dan ayat (4).

Pasal 133
(1) Pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1), Pasal 42 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), dan Pasal 47
ayat (1) dilaksanakan atas persetujuan kepala daerah.
(2) Penerima subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan bertanggung jawab
atas penggunaan uang/barang dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaannya kepada kepala daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial, dan
bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam peraturan
kepala daerah.

Pasal 134
(1) Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam APBD
untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana
sosial, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahuntahun
sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dan
diberitahukan kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan
dimaksud ditetapkan.
(2) Pengeluaran belanja untuk tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan kebutuhan yang diusulkan dari instansi/lembaga berkenaan setelah
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas serta menghindari adanya tumpang tindih
pendanaan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah didanai dari anggaran pendapatan
dan belanja negara.
(3) Pimpinan instansi/lembaga penerima dana tanggap darurat bertanggungjawab atas
penggunaan dana tersebut dan wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan
kepada atasan langsung dan kepala daerah.
(4) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja tidak terduga untuk tanggap
darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam peraturan kepala
daerah.

Pasal 135
Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya,
wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening
kas negara pada bank yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau
pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 136
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran.

46
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
796 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Bagian Kelima
Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

Paragraf 1
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tabun Sebelumnya

Pasal 137
Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya merupakan penerimaan
pembiayaan yang digunakan untuk:
a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi
belanja;
b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;
c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum
diselesaikan.

Pasal 138
(1) Beban belanja langsung pelaksanaan kegiatan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 137 huruf b didasarkan pada DPA-SKPD yang telah disahkan kembali oleh PPKD
menjadi DPA Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) tahun anggaran berikutnya.
(2) Untuk mengesahkan kembali DPA-SKPD menjadi DPAL-SKPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Kepala SKPD menyampaikan laporan akhir realisasi pelaksanaan
kegiatan fisik dan non-fisik maupun keuangan kepada PPKD paling lambat pertengahan
bulan Desember tahun anggaran berjalan.
(3) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL-SKPD setelah terlebih dahulu dilakukan
pengujian sebagai berikut:
a. sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belum diterbitkan SP2D atas
kegiatan yang bersangkutan;
b. sisa SPD yang belum diterbitkan SP2D; dan
c. SP2D yang belum diuangkan.
(4) DPAL-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dijadikan
dasar pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian pembayaran.
(5) Format DPAL-SKPD sebagaimana tercantum dalam Lampiran B.III peraturan menteri ini.

Paragraf 2
Dana Cadangan

Pasal 139
(1) Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama dana cadangan
pemerintah daerah yang dikelola oleh BUD.
(2) Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan lain
diluar yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana
cadangan.
(3) Program dan kegiatan yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan apabila dana cadangan telah mencukupi untuk
melaksanakan program dan kegiatan.
(4) Untuk pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dana
cadangan dimaksud terlebih dahulu dipindahbukukan ke rekening kas umum daerah.
(5) Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling tinggi sejumlah pagu
dana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalam
tahun anggaran berkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang pembentukan dana cadangan.

47
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 7997
7
(6) Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dengan surat perintah
pemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD.
(7) Dalam hal program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah selesai
dilaksanakan dan target kinerjanya telah tercapai, maka dana cadangan yang masih
tersisa pada rekening dana cadangan, dipindahbukukan ke rekening kas umum daerah.

Pasal 140
(1) Dalam hal dana cadangan yang ditempatkan pada rekening dana cadangan belum
digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam
portofolio yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah.
(2) Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam
portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menambah jumlah dana cadangan.
(3) Portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. deposito;
b. sertifikat bank indonesia (SBI);
c. surat perbendaharaan negara (SPN);
d. surat utang negara (SUN); dan
e. surat berharga Iainnya yang dijamin pemerintah.
(4) Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dari dana cadangan
diperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program/ kegiatan Iainnya.

Paragraf 3
Investasi

Pasal 141
(1) Investasi awal dan penambahan investasi dicatat pada rekening penyertaan modal
(investasi) daerah.
(2) Pengurangan, penjualan, dan/atau pengalihan ivestasi dicatat pada rekening penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan (divestasi modal).

Paragraf 4
Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

Pasal 142
(1) Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah dilakukan melalui rekening kas
umum daerah.
(2) Pemerintah daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain.
(3) Pendapatan daerah dan/atau aset daerah (barang milik daerah) tidak boleh dijadikan
jaminan pinjaman daerah.
(4) Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang melekat
dalam kegiatan tersebut dapat dijadikan jaminan obligasi daerah.

Pasal 143
Kepala SKPKD melakukan penatausahaan atas pinjaman daerah dan obligasi daerah.

Pasal 144
(1) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban
pinjaman kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri setiap akhir semester

48
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
798 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
tahun anggaran berjalan.
(2) Posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas:
a. jumlah penerimaan pinjaman;
b. pembayaran pinjaman (pokok dan bunga); dan
c. sisa pinjaman.

Pasal 145
(1) Pemerintah daerah wajib membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah
yang telah jatuh tempo.
(2) Apabila anggaran yang tersedia dalam APBD/perubahan APBD tidak mencukupi untuk
pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), kepala daerah dapat melakukan pelampauan pembayaran mendahului
perubahan atau setelah perubahan APBD.

Pasal 146
(1) Pelampauan pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah sebelum
perubahan APBD dilaporkan kepada DPRD -dalam pembahasan awal perubahan
APBD.
(2) Pelampauan pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah setelah
perubahan APBD dilaporkan kepada DPRD dalam laporan realisasi anggaran.

Pasal 147
(1) Kepala SKPKD melaksanakan pembayaran bunga dan cicilan pokok utang dan/atau
obligasi daerah yang jatuh tempo.
(2) Pembayaran bunga pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening belanja
bunga.
(3) Pembayaran denda pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening belanja
bunga.
(4) Pembayaran pokok pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening cicilan
pokok utang yang jatuh tempo.

Pasal 148
(1) Pengelolaan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
(2) Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
mengatur mengenai:
a. penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk kebijakan
pengendalian resiko;
b. perencanaan dan penetapan portofolio pinjaman daerah;
c. penerbitan obligasi daerah;
d. penjualan obligasi daerah melalui lelang dan/atau tanpa lelang;
e. pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo;
f. pelunasan; dan
g. aktivitas lain dalam rangka pengembangan pasar perdana ke pasar sekunder
obligasi daerah.
(3) Penyusunan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

49
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 97999
7
Paragraf 5
Piutang Daerah

Pasal 149
(1) Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu.
(2) PPK-SKPD melakukan penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah
yang menjadi tanggung jawab SKPD.

Pasal 150
(1) Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya pada saat jatuh
tempo, diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah
merupakan prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 151
(1) Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat diselesaikan
dengan cara damai, kecuali piutang daerah yang cara penyelesaiannya diatur
tersendiri dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Piutang daerah dapat dihapuskan dari pembukuan dengan penyelesaian secara
mutlak atau bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan
perundang-undangan.
(3) Penghapusan piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh:
a. kepala daerah untuk jumlah sampai dengan Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
b. kepala daerah dengan persetujuan DPRD untuk jumlah Iebih dari
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 152
(1) Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan menatausahakan piutang daerah.
(2) Untuk melaksanakan penagihan piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kepala SKPKD menyiapkan bukti dan administrasi penagihan.
(3) Format surat penagihan piutang daerah, surat penagihan berulang piutang daerah,
register surat penagihan piutang daerah, dan register surat penagihan berulang piutang
daerah tercantum dalam Lampiran B.IV peraturan menteri ini.
(4) Jadwal pelaksanaan APBD tercantum dalam Lampiran B.V peraturan menteri ini.

Pasal 153
(1) Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan piutang kepada kepala
daerah.
(2) Bukti pembayaran piutang SKPKD dari pihak ketiga harus dipisahkan dengan bukti
penerimaan kas atas pendapatan pada tahun anggaran berjalan.

50
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
800 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
BAB VIII
PERUBAHAN APBD

Bagian Pertama
Dasar Perubahan APBD

Pasal 154
(1) Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi:
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit
organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;
c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun sebelumnya harus
digunakan dalam tahun berjalan;
d. keadaan darurat; dan
e. keadaan luar biasa.
(2) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran,
kecuali dalam keadaan luar biasa.

Bagian Kedua
Kebijakan Umum serta Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara Perubahan APBD

Pasal 155
(1) Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf a dapat berupa terjadinya
pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja
daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang semula ditetapkan dalam KUA.
(2) Kepala daerah memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan
APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf a ke dalam rancangan
kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD.
(3) Dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan secara lengkap penjelasan mengenai:
a. perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya;
b. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan
APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun anggaran
berjalan;
c. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan
APBD apabila asumsi KUA tidak tercapai; dan
d. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam
perubahan APBD apabila melampaui asumsi KUA.
(4) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada DPRD paling lambat minggu
pertama bulan Agustus dalam tahun anggaran berjalan.
(5) Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), setelah dibahas selanjutnya disepakati menjadi
kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD paling lambat minggu
kedua bulan Agustus tahun anggaran berjalan.
(6) Dalam hal persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang perubahan
APBD diperkirakan pada akhir bulan September tahun anggaran berjalan, agar dihindari
adanya penganggaran kegiatan pembangunan fisik di dalam rancangan peraturan
daerah tentang perubahan APBD.

51
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18001
8
(7) Format rancangan kebijakan umum perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) tercantum dalam Lampiran C.I peraturan menteri ini.
(8) Format rancangan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
tercantum dalam Lampiran C.II peraturan menteri ini.

Pasal 156
(1) Kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD yang telah disepakati
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat (5), masing-masing dituangkan ke dalam
nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan
DPRD.
(2) Format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran C.III peraturan menteri ini.

Pasal 157
(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (1),
TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah perihal pedoman
penyusunan RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan/atau kriteria
DPA-SKPD yang dapat diubah untuk dianggarkan dalam perubahan APBD sebagai
acuan bagi kepala SKPD.
(2) Rancangan surat edaran kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. PPA perubahan APBD yang dialokasikan untuk program baru dan/atau kriteria DPA-
SKPD yang dapat diubah pada setiap SKPD berikut rencana pendapatan dan
pembiayaan;
b. sinkronisasi program dan kegiatan SKPD dengan program nasional dan antar
program SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan
minimal yang ditetapkan;
c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD dan/atau DPA-SKPD yang telah diubah
kepada PPKD;
d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-
prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyusunan
anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja; dan
e. dokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum perubahan APBD, PPA
perubahan APBD, kode rekening APBD, format RKA-SKPD dan/atau DPPASKPD,
standar analisa belanja dan standar harga.
(3) Pedoman penyusunan RKA-SKPD dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan oleh kepala daerah paling lambat
minggu ketiga bulan Agustus tahun anggaran berjalan.

Pasal 158
Tata cara penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1)
berlaku ketentuan dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal
96, Pasal 97, Pasal 98, dan Pasal 99.

Pasal 159
(1) Perubahan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) dapat berupa
peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan dari yang
telah ditetapkan semula.
(2) Peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diformulasikan dalam format dokumen

52
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
802 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
pelaksanaan perubahan anggaran SKPD (DPPA-SKPD).
(3) Dalam format DPPA-SKPD dijelaskan capaian target kinerja, kelompok, jenis, obyek,
dan rincian obyek pendapatan, belanja serta pembiayaan baik sebelum dilakukan
perubahan maupun setelah perubahan.
(4) Format DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran
C.IV peraturan menteri ini.

Bagian Ketiga
Pergeseran Anggaran

Pasal 160
(1) Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf b serta pergeseran antar obyek
belanja dalam jenis belanja dan antar rincian obyek belanja diformulasikan dalam DPPA-
SKPD.
(2) Pergeseran antar rincian obyek belanja dalam obyek belanja berkenaan dapat dilakukan
atas persetujuan PPKD.
(3) Pergeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja berkenaan dilakukan atas
persetujuan sekretaris daerah.
(4) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan
dengan cara mengubah peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagai
dasar pelaksanaan, untuk selanjutnya dianggarkan dalam rancangan peraturan daerah
tentang perubahan APBD.
(5) Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja dapat
dilakukan dengan cara merubah peraturan daerah tentang APBD.
(6) Anggaran yang mengalami perubahan baik berupa penambahan dan/atau pengurangan
akibat pergeseran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dijelaskan dalam kolom
keterangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD.
(7) Tata cara pergeseran sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam
peraturan kepala daerah.

Bagian Keempat
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih Tabun Sebelumnya
Dalam Perubahan APBD

Pasal 161
(1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan tahun
anggaran sebelumnya.
(2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan
dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pas& 154 ayat (1) huruf c
dapat berupa:
a. membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang melampaui
anggaran yang tersedia mendahului perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 145 ayat (2);
b. melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;
c. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya kebijakan pemerintah;
d. mendanai kegiatan lanjutan sesuai dengan ketentuan Pasal 138;
e. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai
dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan

53
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 38003
8
f. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang
telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat
diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun
anggaran berjalan.
(3) Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f
diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.
(4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diformulasikan terlebih dahulu dalam
DPAL-SKPD.
(5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-
SKPD.

Bagian Kelima
Pendanaan Keadaan Darurat

Pasal 162
(1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf d sekurang-
kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat
diprediksikan sebelumnya;
b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;
c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan
d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang
disebabkan oleh keadaan darurat.
(2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD.
(3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan belanja tidak terduga.
(4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara:
a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program
dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau
b. memanfaatkan uang kas yang tersedia.
(5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk belanja untuk keperluan
mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.
(6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
mencakup:
a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum
tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan
b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian
yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
(7) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun
anggaran berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diformulasikan
terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.
(8) Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.
(9) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD, pemerintah
daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan

54
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
804 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.
(10) Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan
DPA-SKPD oleh PPKD setelah memperoleh persetujuan sekretaris daerah.
(11) Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (5) terlebih dahulu ditetapkan dengan
peraturan kepala daerah.

Bagian Keenam
Pendanaan Keadaan Luar Biasa

Pasal 163
(1) Keadaan Iuar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf e
merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran
dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh
persen).
(2) Persentase 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
selisih (gap) kenaikan atau penurunan antara pendapatan dan belanja dalam APBD.

Pasal 164
(1) Dalam hal kejadian Iuar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam APBD
mengalami peningkatan Iebih dari 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 163 ayat (1), dapat dilakukan penambahan kegiatan baru dan/atau
penjadwalan ulang/peningkatan capaian target kinerja program dan kegiatan dalam
tahun anggaran berjalan.
(2) Penambahan kegiatan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diformulasikan
terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.
(3) Penjadwalan ulang/peningkatan capaian target kinerja program dan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPASKPD.
(4) RKA-SKPD dan DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan peraturan daerah tentang perubahan
kedua APBD.

Pasal 165
(1) Dalam hal kejadian Iuar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam APBD
mengalami penurunan lebih dari 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 163 ayat (1), maka dapat dilakukan penjadwalan ulang/pengurangan capaian
target kinerja program dan kegiatan Iainnya dalam tahun anggaran berjalan.
(2) Penjadwalan ulang/pengurangan capaian target sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diformulasikan ke dalam DPPA-SKPD.
(3) DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar
penyusunan rancangan peraturan daerah tentang perubahan kedua APBD.

Bagian Ketujuh
Penyiapan Raperda Perubahan APBD

Pasal 166
(1) RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan

55
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 58005
8
dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan
kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.
(2) Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dan
DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan kebijakan umum perubahan
APBD serta PPA perubahan APBD, prakiraan maju yang direncanakan atau yang telah
disetujui dan dokumen perencanaan Iainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja,
standar analisis belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.
(3) Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD dan DPPA-SKPD yang memuat program dan
kegiatan yang akan dianggarkan dalam perubahan APBD terdapat ketidaksesuaian
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), SKPD melakukan
penyempurnaan.

Pasal 167
(1) RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan
dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disempurnakan oleh SKPD,
disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.
(2) RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan
dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah dibahas TAPD, dijadikan bahan
penyusunan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD oleh PPKD.

Bagian Kedelapan
Penetapan Perubahan APBD

Paragraf 1
Rancangan Peraturan Daerah tentang
Perubahan APBD dan Rancangan Peraturan'Kepala Daerah
tentang Penjabaran Perubahan APBD

Pasal 168
Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran perubahan APBD yang disusun oleh PPKD memuat pendapatan,
belanja dan pembiayaan yang mengalami perubahan dan yang tidak mengalami
perubahan.

Pasal 169
(1) Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 168 terdiri dari rancangan peraturan daerah teritang perubahan APBD beserta
lampirannya.
(2) Lampiran rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari:
a. ringkasan perubahan APBD;
b. ringkasan perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;
c. rincian perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,
pendapatan, belanja dan pembahyaan;
d. rekapitulasi perubahan belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,
program dan kegiatan;
e. rekapitulasi perubahan belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan
pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;
f. daftar perubahan jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

56
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
806 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
g. Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan
daerah terdiri dari:
1) laporan realisasi anggaran yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1
(satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan;
2) neraca yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1 (satu) tahun terakhir
sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan;
3) laporan arus kas yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1 (satu) tahun
terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan;
4) catatan atas laporan keuangan yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1
(satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan;
h. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan
dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini; dan
i. daftar pinjaman daerah.
(3) Format rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD beserta lampiran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran C.V peraturan menteri
ini.

Pasal 170
(1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 ayat (2) terdiri dari rancangan peraturan
kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD beserta Iampirannya.
(2) Lampiran rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. ringkasan penjabaran perubahan anggaran pendapatan daerah, belanja daerah dan
pembiayaan daerah; dan
b. penjabaran perubahan APBD menurut organisasi, program, kegiatan, kelompok,
jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.
(3) Format rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD
beserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran C.VI
peraturan menteri ini.

Pasal 171
(1) Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD yang telah disusun oleh PPKD
disampaikan kepada kepala daerah.
(2) Rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebelum disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD disosialisasikan
kepada masyarakat.
(3) Sosialisasi rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) bersifat memberikan infomiasi mengenai hak dan kewajiban
pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan perubahan APBD tahun
anggaran yang direncanakan.
(4) Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dilaksanakan
oleh sekretariat daerah.

Paragraf 2
Penyampaian, Pembahasan dan Penetapan
Raperda Perubahan APBD

Pasal 172
(1) Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD,
beserta Iampirannya kepada DPRD paling lambat minggu kedua bulan September tahun

57
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 78007
8
anggaran berjalan untuk mendapatkan persetujuan bersama.
(2) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai dengan nota keuangan perubahan APBD.
(3) DPRD menetapkan agenda pembahasan rancangan peraturan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(4) Pembahasan rancangan peraturan daerah berpedoman pada kebijakan umum
perubahan APBD serta PPA perubahan APBD yang telah disepakati antara kepala
daerah dan pimpinan DPRD.
(5) Pengambilan keputusan DPRD untuk menyetujui rancangan peraturan daerah tentang
perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.
(6) Format susunan nota keuangan perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam Lampiran C.VII peraturan menteri ini.
(7) Format persetujuan bersama rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran C.VIII peraturan
menteri ini.
(8) Jadwal perubahan APBD tercantum dalam Lampiran C.XIX peraturan menteri ini.

Paragraf 3
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD dan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD

Pasal 173
(1) Tata cara evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan
APBD provinsi dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan
APBD provinsi menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur berlaku ketentuan
Pasal 110 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4).
(2) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan
peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan gubernur
tentang penjabaran perubahan APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur bersama DPRD melakukan
penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil
evaluasi.
(3) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur
tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan
rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD menjadi
peraturan daerah dan peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan
peraturan daerah dan peraturan gubernur dimaksud sekaligus menyatakan tidak
diperkenankan melakukan perubahan APBD dan tetap berlaku APBD tahun anggaran
berjalan.
(4) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta pernyataan berlakunya
APBD tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 174
(1) Tata cara evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan
APBD kabupaten/kota dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran
perubahan APBD kabupaten/kota menjadi peraturan daerah dan peraturan
bupati/walikota berlaku ketentuan Pasal 111 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4).

58
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
808 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) Dalam hal Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang
APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD tidak sesuai
dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(3) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, dan
bupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan
APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran perubahan APBD
menjadi peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota, gubernur membatalkan
peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dimaksud, sekaligus menyatakan tidak
diperkenankan melakukan perubahan APBD dan tetap berlaku APBD tahun anggaran
berjalan.
(4) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota serta pernyataan
berlakunya APBD tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan keputusan gubernur.

Pasal 175
(1) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
173 ayat (4) dan Pasal 174 ayat (4), kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan
peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah mencabut peraturan
daerah dimaksud.
(2) Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang perubahan APBD.

Pasal 176
Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang
penjabaran perubahan APBD kepada Menteri Dalam Negeri.

Pasal 177
Tata cara penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (2)
dan Pasal 174 ayat (2) berlaku ketentuan dalam Pasal 113.

Paragraf 4
Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD

Pasal 178
(1) PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang perubahan APBD
ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun rancangan
DPA-SKPD terhadap program dan kegiatan yang dianggarkan dalam perubahan APBD.
(2) DPA-SKPD yang mengalami perubahan dalam tahun berjalan seluruhnya harus disalin
kembali ke dalam Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (DPPA-SKPD).
(3) Dalam DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap rincian obyek
pendapatan, belanja atau pembiayaan yang mengalami penambahan atau pengurangan
atau pergeseran harus disertai dengan penjelasan latar belakang perbedaan jumlah
anggaran baik sebelum dilakukan perubahan maupun setelah dilakukan perubahan.
(4) DPPA-SKPD dapat dilaksanakan setelah dibahas TAPD, dan disahkan oleh PPKD
berdasarkan persetujuan sekretaris daerah.

59
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 98009
8
BAB IX
PENGELOLAAN KAS

Bagian Pertama
Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Pasal 179
(1) BUD bertanggung jawab terhadap pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas
daerah.
(2) Untuk mengelola kas daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BUD membuka
rekening kas umum daerah pada bank yang sehat.
(3) Penunjukan bank yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
keputusan kepala daerah dan diberitahukan kepada DPRD.

Pasal 180
Untuk mendekatkan pelayanan pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran kas kepada
SKPD atau masyarakat, BUD dapat membuka rekening penerimaan dan rekening
pengeluaran pada bank yang ditetapkan oleh kepala daerah.

Pasal 181
(1) Rekening penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 digunakan untuk
menampung penerimaan daerah setiap hari.
(2) Saldo rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap akhir hari
kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening kas umum daerah.

Pasal 182
(1) Rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 diisi dengan dana
yang bersumber dari rekening kas umum daerah.
(2) Jumlah dana yang disediakan pada rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disesuaikan dengan rencana pengeluaran yang telah ditetapkan dalam
APBD.

Bagian Kedua
Pengelolaan Kas Non Anggaran

Pasal 183
(1) Pengelolaan kas non anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang
tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan pemerintah
daerah.
(2) Penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti:
a. potongan Taspen;
b. potongan Askes;
c. potongan PPh;
d. potongan PPN;
e. penerimaan titipan uang muka;
f. penerimaan uang jaminan; dan
g. penerimaan lainnya yang sejenis.
(3) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti:
a. penyetoran Taspen;
b. penyetoran Askes;

60
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
810 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
c. penyetoran PPh;
d. penyetoran PPN;
e. pengembalian titipan uang muka;
f. pengembalian uang jaminan; dan
g. pengeluaran lainnya yang sejenis.
(4) Penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperlakukan sebagai
penerimaan perhitungan fihak ketiga.
(5) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sebagai pengeluaran
perhitungan fihak ketiga.
(6) Informasi penerimaan kas dan pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) disajikan dalam laporan arus kas aktivitas non anggaran.
(7) Penyajian informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
(8) Tata cara pengelolaan kas non anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam peraturan kepala daerah.

BAB X
PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama
Azas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah

Pasal 184
(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/pengeluaran
dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah
wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan
surat bukti yang menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran atas pelaksanaan
APBD bertanggung jawab terhadap kebenaran material dan akibat yang timbul dari
penggunaan surat bukti dimaksud.

Bagian Kedua
Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah

Pasal 185
(1) Untuk pelaksanaan APBD, kepala daerah menetapkan:
a. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;
b. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;
c. pejabat yang diberi wewenang mengesahkan SPJ;
d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani SP2D;
e. bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;
f. bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi basil, belanja bantuan keuangan, belanja
tidak terduga, dan pengeluaran pembiayaan pada SKPKD;
g. bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu SKPD;
dan
h. pejabat lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.
(2) Penetapan pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna
barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan sesuai dengan

61
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18111
8
kebutuhan.
(3) Penetapan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, didelegasikan
oleh kepala daerah kepada kepala SKPD.
(4) Pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mencakup:
a. PPK-SKPD yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada
SKPD;
b. PPTK yang diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program sesuai dengan bidang tugasnya;
c. pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan pendapatan
daerah;
d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani bukti penerimaan kas dan bukti
penerimaan lainnya yang sah; dan
e. pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran.
(5) Penetapan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) dilaksanakan
sebelum dimulainya tahun anggaran berkenaan.

Pasal 186
(1) Untuk mendukung kelancaran tugas perbendaharaan, bendahara penerimaan dan
bendahara pengeluaran dapat dibantu oleh pembantu bendahara.
(2) Pembantu bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan
fungsi sebagai kasir atau pembuat dokumen penerimaan
(3) Pembantu bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan
fungsi sebagai kasir, pembuat dokumen pengeluaran uang atau pengurusan gaji.

Bagian Ketiga
Penatausahaan Penerimaan

Pasal 187
(1) Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang
ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit.
(2) Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan-dengan cara:
a. disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
b. disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos oleh pihak
ketiga; dan
c. disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.

(3) Benda berharga seperti karcis retribusi sebagai tanda bukti pembayaran oleh pihak
ketiga kepada bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf - c
diterbitkan dan disahkan oleh PPKD.

Pasal 188
Dalam hal daerah yang karena kondisi geografisnya sulit dijangkau dengan komunikasi dan
transportasi sehingga melebihi batas waktu penyetoran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 187 ayat (2) ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

Pasal 189
(1) Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh
penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya.
(2) Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan:

62
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
812 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
a. buku kas umum;
b. buku pembantu per rincian objek penerimaan; dan
c. buku rekapitulasi penerimaan harian.
(3) Bendahara penerimaan dalam melakukan penatausahaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menggunakan:
a. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
b. surat ketetapan retribusi (SKR);
c. Surat tanda setoran (STS);
d. surat tanda bukti pembayaran; dan
e. bukti penerimaan lainnya yang sah.
(4) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara
administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
(5) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional
atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan
laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
(6) Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
ayat (5) dilampiri dengan:
a. buku kas umum;
b. buku pembantu per rincian objek penerimaan;
c. buku rekapitulasi penerimaan harian; dan
d. bukti penerimaan lainnya yang sah.
(7) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan
pertanggungjawaban bendahara penerimaan pada SKPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (5).
(8) Verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan dalam
rangka rekonsiliasi penerimaan.
(9) Mekanisme dan tatacara verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) diatur dalam peraturan kepala daerah.
(10) Format buku kas umum, buku pembantu per rincian objek penerimaan dan buku
rekapitulasi penerimaan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran D.I peraturan menteri
(11) Format surat ketetapan pajak daerah, surat ketetapan retribusi, surat tanda setoran,
dan surat tanda bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum
dalam Lampiran D.II peraturan menteri ini.
(12) Format laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran D.III peraturan menteri ini.

Pasal 190
(1) Dalam hal obyek pendapatan daerah tersebar atas pertimbangan kondisi geografis
wajib pajak dan/atau wajib retribusi tidak mungkin membayar kewajibannya langsung
pada badan, lembaga keuangan atau kantor pos yang bertugas melaksanakan
sebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan, dapat ditunjuk bendahara
penerimaan pembantu.
(2) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap
seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung

63
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 38113
8
jawabnya.
(3) Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan:
a. buku kas umum; dan
b. buku kas penerimaan harian pembantu.
(4) Bendahara penerimaan pembantu dalam melakukan penatausahaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menggunakan:
a. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
b. surat ketetapan retribusi (SKR);
c. surat tanda setoran (STS);
d. surat tanda bukti pembayaran; dan
e. bukti penerimaan lainnya yang sah.
(5) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada bendahara penerimaan paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
(6) Bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melakukan verifikasi,
evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban penerimaan.
(7) Format buku kas penerimaan harian pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b tercantum dalam Lampiran D.IV peraturan menteri ini.

Pasal 191
(1) Kepala daerah dapat menunjuk bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos yang
bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan.
(2) Bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menyetor seluruh uang yang diterimanya ke rekening kas umum daerah paling
lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang kas tersebut diterima.
(3) Atas pertimbangan kondisi geografis yang sulit dijangkau dengan komunikasi dan
transportasi, dapat melebihi ketentuan batas waktu penyetoran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.
(4) Bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempertanggungjawabkan seluruh uang kas yang diterimanya kepada kepala
daerah melalui BUD.
(5) Tata cara penyetoran dan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Pasal 192
(1) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke
rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang kas
tersebut diterima.
(2) Bendahara penerimaan pembantu mempertanggungjawabkan bukti penerimaan dan
bukti penyetoran dari seluruh uang kas yang diterimanya kepada bendahara
penerimaan.

Pasal 193
Pengisian dokumen penatausahaan penerimaan dapat menggunakan aplikasi komputer
dan/atau alat elektronik lainnya.
Pasal 194

Dalam hal bendahara penerimaan berhalangan, maka:


a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara
penerimaan tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk
melakukan penyetoran dan tugas-tugas bendahara penerimaan atas tanggung jawab

64
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
814 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
bendahara penerimaan yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD;
b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 _(tiga) bulan, harus ditunjuk
pejabat bendahara penerimaan dan diadakan berita acara serah terima;
c. apabila bendahara penerimaan sesudah 3 (tiga ) bulan belum juga dapat melaksanakan
tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari
jabatan sebagai bendahara penerimaan dan oleh karena itu segera diusulkan
penggantinya.

Pasal 195
Ringkasan prosedur penatausahaan bendahara penerimaan tercantum dalam Lampiran D.V
peraturan menteri ini.

Bagian Keempat
Penatausahaan Pengeluaran
Paragraf 1
Penyediaan Dana

Pasal 196
(1) Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan
SPD.
(2) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh kuasa BUD untuk
ditandatangani oleh PPKD.

Pasal 197
(1) Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lain
yang dipersamakan dengan SPD.
(2) Format SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.VI
peraturan menteri ini.

Paragraf 2
Permintaan Pembayaran

Pasal 198
(1) Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 197 ayat (1), bendahara pengeluaran mengajukan SPP kepada
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.
(2) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP);
b. SPP Ganti Uang (SPP-GU);
c. SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan
d. SPP Langsung (SPP-LS).
(3) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c
dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana sampai dengan jenis belanja.

Pasal 199
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP dilakukan oleh bendahara pengeluaran
untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
melalui PPK-SKPD dalam rangka pengisian uang persediaan.

65
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 58115
8
(2) Dokumen SPP-UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-UP;
b. ringkasan SPP-UP;
c. rincian SPP-UP;
d. salinan SPD;
e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan
untuk keperluan selain uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;
dan
f. lampiran lain yang diperlukan.

Pasal 200
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran
untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
melalui PPK-SKPD dalam rangka ganti uang persediaan.
(2) Dokumen SPP-GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-GU;
b. ringkasan SPP-GU;
c. rincian SPP-GU;
d. surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas
penggunaan dana SPP-UP/GU/TU sebelumnya;
e. salinan SPD;
f. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan
untuk keperluan selain ganti uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa
BUD; dan
g. lampiran lain yang diperlukan.
(3) Format surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d tercantum dalam Lampiran D.VII
peraturan menteri ini.

Pasal 201
Ketentuan batas jumlah SPP-UP dan SPP-GU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199
dan Pasal 200 ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

Pasal 202
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh bendahara pengeluaran
untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
melalui PPK-SKPD dalam rangka tambahan uang persediaan.
(2) Dokumen SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-TU;
b. ringkasan SPP-TU;
c. rincian SPP-TU;
d. salinan SPD;
e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan
untuk keperluan selain tambahan uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada
kuasa BUD;
f. surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uang
persediaan; dan
g. lampiran lainnya.
(3) Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan

66
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
816 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan ditetapkan dalam peraturan
kepala daerah.
(4) Dalam hal Jana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka sisa
tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah.
(5) Format surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f tercantum dalam
Lampiran D.VIII peraturan menteri ini.

Pasal 203
(1) Pengajuan dokumen SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 199 ayat (1), Pasal 200 ayat (1) dan Pasal 202 ayat (1) digunakan dalam rangka
pelaksanaan pengeluaran SKPD yang harus dipertanggungjawabkan.
(2) Format draft surat pernyataan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199 ayat (2) huruf e, Pasal 200 ayat (2) huruf f,
dan Pasal 202 ayat (2) huruf e tercantum dalam Lampiran D.IX peraturan menteri ini.

Pasal 204
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan
serta penghasilan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
bendahara pengeluaran guna memperoleh persetujuan pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.
(2) Dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-LS;
b. ringkasan SPP-LS;
c. rincian SPP-LS; dan
d. lampiran SPP-LS.
(3) Lampiran dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta penghasilan
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d mencakup:

a. pembayaran gaji induk;


b. gaji susulan;
c. kekurangan gaji;
d. gaji terusan;
e. uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan daftar gaji induk/gaji susulan/ f.
kekurangan gaji/uang duka wafat/tewas;
f. SK CPNS;
g. SK PNS;
h. SK kenaikan pangkat;
i. SK jabatan;
j. kenaikan gaji berkala;
k. surat pernyataan pelantikan;
l. surat pernyataan masih menduduki jabatan;
m. surat pernyataan melaksanakan tugas;
n. daftar keluarga (KP4);
o. fotokopi surat nikah;
p. fotokopi akte kelahiran;
q. surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) gaji;
r. daftar potongan sewa rumah dinas;
s. surat keterangan masih sekolah/kuliah;
t. surat pindah;
u. surat kematian;
v. SSP PPh Pasal 21; dan
w. peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan anggota DPRD

67
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 78117
8
serta gaji dan tunjangan kepala daerah/wakil kepala daerah.
(4) Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pembayaran gaji dan tunjangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) digunakan sesuai dengan peruntukannya.

Pasal 205
(1) PPTK menyiapkan dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa untuk
disampaikan kepada bendahara pengeluaran dalam rangka pengajuan permintaan
pembayaran.
(2) Dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-LS;
b. ringkasan SPP-LS;
c. rincian SPP-LS; dan
d. lampiran SPP-LS.
(3) Lampiran dokumen SPP-LS. untuk pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d mencakup:
a. salinan SPD;
b. salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait;
c. SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani wajib pajak dan
wajib pungut;
d. surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dengan pihak ketiga serta mencantumkan nomor rekening bank pihak
ketiga;
e. berita acara penyelesaian pekerjaan;
f. berita acara serah terima barang dan jasa;
g. berita acara pembayaran;
h. kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan PPTK sertai
disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;
i. surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau
lembaga keuangan non bank;
j. dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya sebagian
atau seluruhnya bersumber dari penerusan pirrjaman/hibah luar negeri;
k. berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/rekanan serta unsur
panitia pemeriksaan barang berikut lampiran daftar barang yang diperiksa;
l. surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang dilaksanakan di luar
wilayah kerja;
m. surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari PPTK apabila
pekerjaan mengalami keterlambatan;
n. foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan;
o. potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku/surat
pemberitahuan jamsostek); dan
p. khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya menggunakan biaya
personil (billing rate), berita acara prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri dengan
bukti kehadiran dari tenaga konsultan sesuai pentahapan waktu pekerjaan dan bukti
penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti pengeluaran lainnya berdasarkan
rincian dalam surat penawaran.
(4) Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) digunakan sesuai dengan peruntukannya.
(5) Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak lengkap, bendahara pengeluaran mengembalikan dokumen SPP-LS pengadaan
barang dan jasa kepada PPTK untuk dilengkapi.
(6) Bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada pengguna anggaran setelah ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh

68
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
818 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.

Pasal 206
(1) Permintaan pembayaran untuk suatu kegiatan dapat terdiri dari SPP-LS dan/atau SPP-
UP/GU/TU.
(2) SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pembayaran langsung kepada
pihak ketiga berdasarkan kontrak dan/atau surat perintah kerja setelah diperhitungkan
kewajiban pihak ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) SPP-LS belanja barang dan jasa untuk kebutuhan SKPD yang bukan pembayaran
langsung kepada pihak ketiga dikelola oleh bendahara pengeluaran.
(4) SPP-UP/GU/TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pembayaran pengeluaran
lainnya yang bukan untuk pihak ketiga.

Pasal 207
Format dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 199 ayat (1), Pasal 200 ayat (1), Pasal 202 ayat (1), Pasal 204 ayat (1), Pasal 205
ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.X peraturan menteri ini.

Pasal 208
Permintaan pembayaran belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,
bantuan keuangan, dan pembiayaan oleh bendahara pengeluaran SKPKD dilakukan
dengan menerbitkan SPP-LS yang diajukan kepada PPKD melalui PPK-SKPKD.

Pasal 209
(1) Dokumen yang digunakan oleh bendahara pengeluaran dalam menatausahakan
pengeluaran permintaan pembayaran mencakup:
a. buku kas umum;
b. buku simpanan/bank;
c. buku pajak;
d. buku panjar;
e. buku rekapitulasi pengeluaran per rincian obyek; dan
f. register SPP-UP/GU/TU/LS.
(2) Dalam rangka pengendalian penerbitan permintaan pembayaran untuk setiap kegiatan
dibuatkan kartu kendali kegiatan.
(3) Buku-buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan
huruf f dapat dikerjakan oleh pembantu bendahara pengeluaran.
(4) Dokumen yang digunakan oleh PPK-SKPD dalam menatausahakan penerbitan SPP
mencakup register SPP-UP/GU/TU/LS.
(5) Kartu kendali kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran
D.XI peraturan menteri ini.
(6) Format buku kas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sesuai dengan
Lampiran D.I peraturan menteri ini.
(7) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan
huruf f, serta ayat (4) tercantum dalam Lampiran D.XII peraturan menteri ini.

Pasal 210
(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran meneliti kelengkapan dokumen SPP-

69
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 98119
8
UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS yang diajukan oleh bendahara pengeluaran.
(2) Penelitian kelengkapan dokumen SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh PPK-SKPD.
(3) Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak lengkap, PPK-SKPD mengembalikan dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan
SPP-LS kepada bendahara pengeluaran untuk dilengkapi.

Paragraf 3
Perintah Membayar

Pasal 211
(1) Dalam hal dokumen SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (2) dinyatakan
lengkap dan sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran menerbitkan SPM.
(2) Dalam hal dokumen SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (2) dinyatakan
tidak lengkap dan/atau tidak sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
menolak menerbitkan SPM.
(3) Dalam hal pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran berhalangan, yang
bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani
SPM.

Pasal 212
(1) Penerbitan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 211 ayat (1) paling lama 2 (dua)
hari kerja terhitung sejak diterimanya dokumen SPP.
(2) Penolakan penerbitan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 211 ayat (2) paling
lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP.
(3) Format SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.XIII
peraturan menteri ini.
(4) Format surat penolakan penerbitan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran D.XIV peraturan menteri ini.

Pasal 213
SPM yang telah diterbitkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 212 ayat (1) diajukan
kepada kuasa BUD untuk penerbitan SP2D.

Pasal 214
(1) Dokumen-dokumen yang digunakan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dalam menatausahakan pengeluaran perintah membayar mencakup:
a. register SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS; dan
b. register surat penolakan penerbitan SPM.
(2) Penatausahaan pengeluaran perintah membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh PPK-SKPD.
(3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran D.XV
peraturan menteri ini.

Pasal 215
Setelah tahun anggaran berakhir, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dilarang
menerbitkan SPM yang membebani tahun anggaran berkenaan.

70
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
820 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Paragraf 4
Pencairan Dana

Pasal 216
(1) Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak melampaui
pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
(2) Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat pernyataan
tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
(3) Kelengkapan dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D mencakup:
a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;
b. surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran periode
sebelumnya;
c. ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai dengan bukti-bukti
pengeluaran yang sah dan lengkap; dan
d. bukti atas penyetoran PPN/PPh.
(4) Kelengkapan dokumen SPM-TU untuk penerbitan SP2D adalah surat pernyataan
tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
(5) Kelengkapan dokumen SPM-LS untuk penerbitan SP2D mencakup:
a. surat pernyataan tanggungjawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;
dan
b. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan kelengkapan
persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(6) Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap,
kuasa BUD menerbitkan SP2D.
(7) Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidak
lengkap dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut melampaui pagu anggaran,
kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D.
(8) Dalam hal kuasa BUD berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang
diberi wewenang untuk menandatangani SP2D.
(9) Format SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam D.XVI peraturan
menteri ini.

Pasal 217
(1) Penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 217 ayat (6) paling lama 2 (dua)
hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM.
(2) Penolakan penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 217 ayat (7) paling
lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM.
(3) Format surat penolakan penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran D.XVII peraturan menteri ini.

Pasal 218
(1) Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang
persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan kepada pengguna
anggaran/kuasa penggguna anggaran.
(2) Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan pembayaran
langsung kepada pihak ketiga.

71
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18221
8
PasaI 219
(1) Dokumen yang digunakan kuasa BUD dalam menatausahakan SP2D mencakup:
a. register SP2D;
b. register surat penolakan penerbitan SP2D; dan
c. buku kas penerimaan dan pengeluaran
(2) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
D.XVIII peraturan menteri ini.

Paragraf 5
Pertanggungjawaban Penggunaan Dana

Pasal 220
(1) Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan
penggunaan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan kepada
kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(2) Dokumen yang digunakan dalam menatausahakan pertanggungjawaban pengeluaran
mencakup:
a. register penerimaan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);
b. register pengesahan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);
c. surat penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SP));
d. register penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SP)); dan
e. register penutupan kas.
(3) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran
D.XIX peraturan menteri ini.
(4) Dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan uang persediaan, dokumen laporan
pertanggungjawaban yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. buku kas umum;
b. ringkasan pengeluaran per rincian obyek yang disertai dengan bukti-bukti
pengeluaran yang sah atas pengeluaran dari setiap rincian obyek yang tercantum
dalam ringkasan pengeluaran per rincian obyek dimaksud;
c. bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara; dan
d. register penutupan kas.
(5) Buku kas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a ditutup setiap bulan
dengan sepengetahuan dan persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran.
(6) Dalam hal laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
sesuai, pengguna anggaran menerbitkdn surat pengesahan laporan
pertanggungjawaban.
(7) Ketentuan batas waktu penerbitan surat pengesahan laporan pertanggungjawaban
pengeluaran dan sanksi keterlambatan penyampaian laporan pertanggungjawaban
ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.
(8) Untuk tertib laporan pertanggungjawaban pada akhir tahun anggaran,
pertanggungjawaban pengeluaran dana bulan Desember disampaikan paling lambat
tanggal 31 Desember.
(9) Dokumen pendukung SPP-LS dapat dipersamakan dengan bukti pertanggungjawaban
atas pengeluaran pembayaran beban langsung kepada pihak ketiga.
(10) Bendahara pengeluaran pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional
atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada PPKD selaku BUD paling lambat

72
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
822 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
tanggal 10 bulan berikutnya.
(11) Penyampaian pertanggungjawaban bendahara pengeluaran secara fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dilaksanakan setelah diterbitkan surat
pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran.
(12) Format laporan pertanggungjawaban pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(10) tercantum dalam Lampiran D.XX peraturan menteri ini.

Pasal 221
Dalam melakukan verifikasi atas laporan pertanggungjawaban yang disampaikan, PPK-
SKPD berkewajiban:
a. meneliti kelengkapan dokumen laporan pertanggungjawaban dan keabsahan bukti-bukti
pengeluaran yang dilampirkan;
b. menguji kebenaran perhitungan atas pengeluaran per rincian obyek yang tercantum
dalam ringkasan per rincian obyek;
c. menghitung pengenaan PPN/PPh atas beban pengeluaran per rincian obyek; dan
d. menguji kebenaran sesuai dengan SPM dan SP2D yang diterbitkan periode
sebelumnya.

Pasal 222
(1) Bendahara pengeluaran pembantu dapat ditunjuk berdasarkan pertimbangan tingkatan
daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi,
kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif Iainnya.
(2) Bendahara pengeluaran pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap
seluruh pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya.
(3) Dokumen-dokumen yang digunakan oleh bendahara pengeluaran pembantu dalam
menatausahakan pengeluaran mencakup:
a. buku kas umum;
b. buku pajak PPN/PPh; dan
c. buku panjar.
(4) Bendahara pengeluaran pembantu dalam melakukan penatausahaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menggunakan bukti pengeluaran yang sah.
(5) Bendahara pengeluaran pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
pengeluaran kepada bendahara pengeluaran paling fambat tanggal 5 bulan berikutnya.
(6) Laporan pertanggungjawaban pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
mencakup:
a. buku kas umum;
b. buku pajak PPN/PPh; dan
c. bukti pengeluaran yang sah.
(7) Bendahara pengeluaran melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan
pertanggungjawaban pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6).

Pasal 223
(1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melakukan pemeriksaan kas yang
dikelola oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sekurangkurangnya 1
(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
(2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran melakukan pemeriksaan kas yang
dikelola oleh bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
(3) Pemeriksaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dituangkan dalam

73
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 38223
8
berita acara pemeriksaan kas.
(4) Berita acara pemeriksaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai dengan
register penutupan kas sesuai dengan Lampiran D.XXI peraturan menteri ini.

Pasal 224
Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga, dan pembiayaan melakukan
penatausahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 225
Pengisian dokumen penatausahaan bendahara pengeluaran dapat menggunakan aplikasi
komputer dan/atau alat elektronik lainnya.

Pasal 226
Dalam hal bendahara pengeluaran berhalangan, maka:
a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara
pengeluaran tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk
melakukan pembayaran dan tugas-tugas bendahara pengeluaran atas tanggung jawab
bendahara pengeluaran yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD;
b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga) bulan, harus ditunjuk
pejabat bendahara pengeluaran dan diadakan berita acara serah terima;
c. apabila bendahara pengeluaran sesudah 3 (tiga ) bulan belum juga dapat melaksanakan
tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari
jabatan sebagai bendahara pengeluaran dan oleh karena itu segera diusulkan
penggantinya.

Pasal 227
Ringkasan prosedur penatausahaan bendahara pengeluaran tercantum dalam Lampiran
D.XXII peraturan menteri ini.

Bagian Kelima
Penatausahaan Pendanaan Tugas Pembantuan

Pasal 228
(1) Gubernur melimpahkan kewenangan kepada bupati/walikota untuk menetapkan pejabat
kuasa pengguna anggaran pada SKPD kabupaten/kota yang menandatangani
SPM/menguji SPP, PPTK dan bendahara pengeluaran yang melaksanakan tugas
pembantuan di kabupaten/kota.
(2) Bupati/walikota melimpahkan kewenangan kepada kepala desa untuk menetapkan
pejabat kuasa pengguna anggaran pada lingkungan pemerintah desa yang
menandatangani SPM/menguji SPP, PPTK dan bendahara pengeluaran yang
melaksanakan tugas pembantuan di pemerintah desa.
(3) Administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan dana
tugas pembantuan provinsi di kabupaten/kota dilakukan secara terpisah dari
administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
kabupaten/kota.
(4) Administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan dana

74
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
824 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
tugas pembantuan kabupaten/kota di pemerintah desa dilakukan secara terpisah dari
administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa.

Pasal 229
(1) PPTK pada SKPD kabupaten/kota yang ditetapkan sebagai penanggungjawab tugas
pembantuan provinsi menyiapkan dokumen SPP-LS untuk disampaikan kepada
bendahara pengeluaran pada SKPD kabupaten/kota berkenaan dalam rangka
pengajuan permintaan pembayaran.
(2) Bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengajukan SPP-LS
disertai dengan lampiran yang dipersyaratkan kepada kepala SKPD berkenaan setelah
ditandatangani oleh PPTK tugas pembantuan.
(3) Lampiran dokumen SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada
ketentuan dalam Pasal 205.
(4) Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menerbitkan SPM-LS disertai
dengan kelengkapan dokumen untuk disampaikan kepada kuasa BUD provinsi.
(5) Kelengkapan dokumen SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengacu pada
ketentuan dalam Pasal 214.
(6) Kuasa BUD provinsi meneliti kelengkapan dokumen SPM-LS tugas pembantuan yang
diajukan oleh kepala SKPD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (5) untuk
menerbitkan SP2D.

Pasal 230

(1) PPTK pada kantor pemerintah desa yang ditetapkan sebagai penanggungjawab tugas
pembantuan provinsi dan kabupaten/kota menyiapkan dokumen SPP-LS untuk
disampaikan kepada bendahara pengeluaran/bendahara desa pada kantor pemerintah
desa berkenaan dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran.
(2) Bendahara pengeluaran/bendahara desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengajukan SPP-LS disertai dengan lampiran yang dipersyaratkan kepada kepala desa
berkenaan setelah ditandatangani oleh PPTK tugas pembantuan.
(3) Lampiran dokumen SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada
ketentuan dalam Pasal 204.
(4) Kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menerbitkan SPM-LS disertai
dengan kelengkapan dokumen untuk disampaikan kepada kuasa BUD provinsi atau
kabupaten/kota.
(5) Kelengkapan dokumen SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengacu pada
ketentuan dalam Pasal 214.
(6) Kuasa BUD provinsi atau kabupaten/kota meneliti kelengkapan dokumen SPM-LS tugas
pembantuan yang diajukan oleh kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
untuk menerbitkan SP2D.

Pasal 231
(1) Pedoman penatausahaan pelaksanaan pendanaan tugas pembantuan provinsi di
kabupaten/kota dan desa ditetapkan dalam peraturan gubernur.
(2) Pedoman penatausahaan pelaksanaan pendanaan tugas pembantuan kabupaten/kota
di desa ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota.

75
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 58225
8
BAB XI
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama
Sistem Akuntansi

Pasal 232
(1) Entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi
pemerintahan daerah.
(2) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokok
pengelolaan keuangan daerah.
(3) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
(4) Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didokumentasikan dalam bentuk buku
jurnal dan buku besar, dan apabila diperlukan ditambah dengan buku besar pembantu.
(5) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), entitas pelaporan menyusun laporan keuangan yang meliputi:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca;
c. laporan arus kas; dan
d. catatan atas laporan keuangan.
(6) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), entitas akuntansi menyusun laporan keuangan yang meliputi:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca; dan
c. catatan atas laporan keuangan.

Pasal 233

(1) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi:


a. prosedur akuntansi penerimaan kas;
b. prosedur akuntansi pengeluaran kas;
c. prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah; dan
d. prosedur akuntansi selain kas.
(2) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern sesuai dengan peraturan
pemerintah yang mengatur tentang pengendalian internal dan peraturan pemerintah
tentang standar akuntansi pemerintahan.

Pasal 234

(1) Sistem akuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh PPKD.


(2) Sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh PPK-SKPD.
(3) PPK-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengkoordinasikan pelaksanaan
sistem dan prosedur penatausahaan bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran.

76
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
826 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 235

(1) Kode rekening untuk menyusun neraca terdiri dari kode akun aset, kode akun
kewajiban, dan kode akun ekuitas dana.
(2) Kode rekening untuk menyusun laporan realisasi anggaran terdiri dari kode akun
pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan.
(3) Kode rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disusun dengan
memperhatikan kepentingan penyusunan laporan statistik keuangan daerah/negara.
(4) Kode rekening yang digunakan untuk menyusun neraca sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran E.I peraturan menteri ini.
(5) Kode rekening yang digunakan untuk menyusun laporan realisasi anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran A.II, Lampiran A.III,
Lampiran A.IV, Lampiran A.VII, Lampiran A.VIII, dan Lampiran A.IX peraturan menteri
ini.

Pasal 236

(1) Semua transaksi dan/atau kejadian keuangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah dicatat pada buku jurnal berdasarkan bukti transaksi yang sah.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara kronologis sesuai
dengan terjadinya transaksi dan/atau kejadian keuangan.

Pasal 237

(1) Transaksi atau kejadian keuangan yang telah dicatat dalam buku jurnal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 235 ayat (1) selanjutnya secara periodik diposting ke dalam buku
besar sesuai dengan rekening berkenaan.
(2) Buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditutup dan diringkas pada setiap
akhir periode sesuai dengan kebutuhan.
(3) Saldo akhir setiap periode dipindahkan menjadi saldo awal periode berikutnya.

Pasal 238
(1) Buku besar dapat dilengkapi dengan buku besar pembantu sebagai alat uji silang dan
kelengkapan informasi rekening tertentu.
(2) Buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi rincian akun yang
telah dicatat dalam buku besar.

Bagian Kedua
Kebijakan Akuntansi

Pasal 239
(1) Kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi
pemerintah daerah dengan berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan.
(2) Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan serta laporan keuangan.
(3) Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya
memuat:
a. definisi, pengakuan, pengukuran dan pelaporan setiap akun dalam laporan
keuangan;

77
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 78227
8
b. prinsip-prinsip penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan.
(4) Dalam pengakuan dan pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a juga
mencakup kebijakan mengenai harga perolehan dan kapitalisasi aset.
(5) Kebijakan harga perolehan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas yang dibayarkan terdiri dari belanja modal,
belanja administrasi pembelian/pembangunan, belanja pengiriman, pajak, dan nilai
wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai komponen harga perolehan aset tetap.
(6) Kebijakan kapitalisasi aset sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan pengakuan
terhadap jumlah kas/setara kas dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai
penambah nilai aset tetap.
(7) Contoh format kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran E.II peraturan menteri ini.
(8) Ikhtisar kebijakan akuntansi yang diberlakukan pada setiap tahun anggaran dimuat
dalam catatan atas laporan keuangan tahun anggaran berkenaan.

Pasal 240

(1) Pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan menyusun laporan keuangan pemerintah
daerah.
(2) Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan SKPD yang
disampaikan kepada PPKD untuk digabung menjadi laporan keuangan pemerintah
daerah.
(3) Kepala BLUD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan BLUD yang
disampaikan kepada PPKD untuk digabung ke dalam laporan keuangan pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Kepala BLUD sebagai entitas pelaporan menyusun laporan keuangan BLUD yang
disampaikan kepada kepala daerah dan diaudit oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD

Paragraf 1
Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD

Pasal 241
Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan
penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Pasal 242
(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241 mencakup:
a. surat tanda bukti pembayaran;
b. STS;
c. bukti transfer; dan
d. nota kredit bank.
(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi dengan:

78
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
828 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
a. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah); dan/atau
b. SKR; dan/atau
c. bukti transaksi penerimaan kas lainnya.

Pasal 243
(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi penerimaan
kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241 terdiri dari:
a. buku jurnal penerimaan kas;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
(2) Format buku jurnal penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tercantum dalam Lampiran E.III peraturan menteri ini.
(3) Format buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tercantum dalam
Lampiran E.IV peraturan menteri ini.
(4) Format buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tercantum
dalam Lampiran E.V peraturan menteri ini.

Pasal 244

Prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241


dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

Pasal 245

(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 242 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan kas dengan
mencantumkan uraian rekening-lawan asal penerimaan kas berkenaan.
(2) Secara periodik jurnal atas transaksi penerimaan kas diposting ke dalam buku besar
rekening berkenaan.
(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditutup
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

Pasal 246

Ringkasan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD tercantum dalam Lampiran E.VI
peraturan menteri ini.

Paragraf 2
Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD

Pasal 247
(1) Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan
pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
(2) Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. sub prosedur akuntansi pengeluaran kas-langsung; dan
b. sub prosedur akuntansi pengeluaran kas-uang persediaan/ganti uang
persediaan/tambahan uang persediaan.

79
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 98229
8
Pasal 248
(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat (1) mencakup:
a. SP2D; atau
b. nota debet bank; atau
c. bukti transaksi pengeluaran kas Iainnya.
(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:
a. SPM; dan/atau
b. SPD; dan/atau
c. kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa.

Pasal 249

(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi
pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat (1) mencakup:
a. buku jurnal pengeluaran kas;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
(2) Format buku jurnal pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tercantum dalam Lampiran E.VII peraturan menteri ini.
(3) Format buku besar dan buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan huruf c sesuai dengan Lampiran E.IV dan Lampiran E.V peraturan menteri
ini.

Pasal 250

Prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 247 ayat (1)
dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

Pasal 251

(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 248 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas.
dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal pengeluaran kas berkenaan.
(2) Secara periodik jumal atas transaksi pengeluaran kas diposting ke dalam buku besar
rekening berkenaan.
(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditutup
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

Pasal 252

Ringkasan prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD tercantum dalam Lampiran
E.VIII peraturan menteri ini.

Paragraf 3
Prosedur Akuntansi Aset pada SKPD

Pasal 253
(1) Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas
perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap
aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD.

80
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
830 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) Pemeliharaan aset tetap yang bersifat rutin dan berkala tidak dikapitalisasi.
(3) Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila memenuhi salah satu
kriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatkan
efisiensi dan/atau menambah masa manfaat.
(4) Perubahan klasifikasi aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya.
(5) Penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penyesuaian nilai
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.

Pasal 254

(1) Setiap aset tetap kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutan
yang sistematis sesuai dengan masa manfaatnya.
(2) Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain:
a. metode garis lurus;
b. metode saldo menurun ganda; dan
c. metode unit produksi.
(3) Metode garis lurus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat
aset tetap yang sama setiap periode sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan.
(4) Metode saldo menurun ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan
penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat
aset tetap yang lebih besar pada periode awal pemanfaatan aset dibandingkan dengan
periode akhir sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan.
(5) Metode unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan
penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat
aset tetap berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari aset tetap berkenaan.
(6) Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan akuntansi berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
Pasal 255

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 253 ayat (1) berupa bukti memorial dilampiri dengan:
a. berita acara penerimaan barang;
b. berita acara serah terima barang; dan
c. berita acara penyelesaian pekerjaan.

Pasal 256

(1) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur
akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253 ayat (1) mencakup:
a. buku jurnal umum;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.
(2) Format buku jurnal umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tercantum
dalam Lampiran E.IX peraturan menteri ini.
(3) Format buku besar dan buku besar pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan Lampiran E.IV dan Lampiran E.V peraturan menteri ini.

81
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18331
8
Pasal 257

Prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253 ayat (1) dilaksanakan
oleh PPK-SKPD serta pejabat pengurus dan penyimpan barang SKPD.

Pasal 258

(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 255 membuat bukti memorial.
(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat
informasi mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai
aset tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian.
(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnal
umum.
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap diposting ke dalam
buku besar rekening berkenaan.
(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditutup
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

Paragraf 4
Prosedur Akuntansi Selain Kas pada SKPD

Pasal 259
(1) Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan
semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.
(2) Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ);
b. koreksi kesalahan pencatatan;
c. penerimaan/pengeluaran hibah selain kas;
d. pembelian secara kredit;
e. retur pembelian kredit;
f. pemindahtanganan atas aset tetap/barang milik
daerah tanpa konsekuensi kas; dan
g. penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas.
(3) Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SP]) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pengesahan atas pengeluaran/belanja
melalui mekanisme uang persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan.
(4) Koreksi kesalahan pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah diposting ke buku besar.
(5) Penerimaan/pengeluaran hibah selain kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
adalah penerimaan/pengeluaran sumber ekonomi non kas yang merupakan
pelaksanaan APBD yang mengandung konsekuensi ekonomi bagi pemerintah daerah.
(6) Pembelian secara kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan
transaksi pembelian aset tetap yang pembayarannya dilakukan di masa yang akan
datang.
(7) Retur pembelian kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e merupakan
pengembalian aset tetap yang telah dibeli secara kredit.
(8) Pemindahtanganan atas aset tetap tanpa konsekuensi kas sebagaimana dimaksud pada

82
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
832 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
ayat (1) huruf f merupakan pemindahtanganan aset tetap pada pihak ketiga karena
suatu hal tanpa ada penggantian berupa kas.
(9) Penerimaan aset tetap tanpa konsekuensi kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar menukar (ruitslaag)
dengan pihak ketiga.

Pasal 260

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 259 ayat (1) berupa bukti memorial yang dilampiri dengan:
a. pengesahan pertanggungjawaban. pengeluaran (pengesahan SPJ);
b. berita acara penerimaan barang;
c. surat keputusan penghapusan barang;
d. surat pengiriman barang;
e. surat keputusan mutasi barang (antar SKPD);
f. berita acara pemusnahan barang;
g. berita acara serah terima barang; dan
h. berita acara penilaian.

Pasal 261

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur
akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259 ayat (1) mencakup:
a. buku jurnal umum;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.

Pasal 262

Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259 ayat (1)
dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

Pasal 263

(1) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 260 membuat bukti memorial.
(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat
informasi mengenai tanggal transaksi dan/atau kejadian, kode rekening, uraian transaksi
dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah.
(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnal
umum.
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas diposting ke dalam
buku besar rekening berkenaan.
(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditutup
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

Pasal 264

Ringkasan prosedur akuntansi selain kas pada SKPD tercantum dalam Lampiran E.X
peraturan menteri ini.

83
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 38333
8
Paragraf 5
Laporan Keuangan pada SKPD

Pasal 265

(1) SKPD menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara


periodik yang meliputi:
a. laporan realisasi anggaran SKPD;
b. neraca SKPD; dan
c. catatan atas laporan keuangan SKPD.
(2) Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang
standar akuntansi pemerintahan.
(3) Format laporan realisasi anggaran SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tercantum dalam Lampiran E.XI peraturan menteri ini.
(4) Format neraca SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tercantum dalam
Lampiran E.XII peraturan menteri ini.
(5) Format catatan atas laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c tercantum dalam Lampiran E.XIII peraturan menteri ini.

Bagian Keempat
Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPKD

Paragraf 1
Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPKD

Pasal 266

Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan
penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Pasal 267

(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 266 mencakup:
a. bukti transfer;
b. nota kredit bank; dan
c. Surat perintah pemindahbukuan.
(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:
a. surat tanda setoran (STS);
b. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
c. surat ketetapan retribusi (SKR);
d. laporan penerimaan kas dari bendahara penerimaan; dan
e. bukti transaksi penerimaan kas lainnya.
(3) Format laporan penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
tercantum dalam Lampiran E.XIV peraturan menteri ini.

Pasal 268

Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 266 mencakup:
a. buku jurnal penerimaan kas;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.

84
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
834 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 269

Prosedur akuntansi penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 266 dilaksanakan
oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

Pasal 270

(1) Fungsi akuntansi berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 267 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan kas
dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal penerimaan kas berkenaan.
(2) Secara periodik jurnal atas transaksi penerimaan kas diposting ke dalam buku besar
rekening berkenaan.
(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditutup
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.

Pasal 271

Ringkasan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD tercantum dalam Lampiran
E.XV peraturan menteri ini.

Paragraf 2
Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPKD

Pasal 272

Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan
pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Pasal 273

(1) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 272 mencakup:
a. surat perintah pencairan dana (SP2D); atau
b. nota debet bank.
(2) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:
a. surat penyediaan dana (SPD);
b. surat perintah membayar (SPM);
c. laporan pengeluaran kas dari bendahara pengeluaran; dan
d. kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa.
(3) Format laporan pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
tercantum dalam Lampiran E.XVI peraturan menteri ini.

Pasal 274

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 272 mencakup:
a. buku jumal pengeluaran kas;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.

Pasal 275

Prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 272 merupakan

85
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 58335
8
fungsi akuntansi SKPKD.

Pasal 276

(1) Fungsi akuntansi SKPKD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 273 ayat (1) melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal
pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal pengeluaran kas
berkenaan.
(2) Secara periodik jurnal atas transaksi pengeluaran kas diposting ke dalam buku besar
rekening berkenaan.
(3) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditutup
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.

Pasal 277

Ringkasan prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPKD tercantum dalam Lampiran
E.XVII peraturan menteri ini.

Paragraf 3
Prosedur Akuntansi Aset pada SKPKD

Pasal 278

(1) Prosedur akuntansi aset pada SKPKD meliputi serangkaian proses pencatatan dan
pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan,
pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang
dikuasai/digunakan SKPKD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
aplikasi komputer.
(2) Prosedur akuntansi aset pada SKPKD digunakan sebagai alat pengendali dalam
pengelolaan aset yang dikuasai/digunakan SKPD dan/atau SKPKD.

Pasal 279

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 278 berupa bukti memorial dilampiri dengan:
a. berita acara penerimaan barang;
b. surat keputusan penghapusan barang;
c. surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD);
d. berita acara pemusnahan barang;
e. berita acara serah terima barang;
f. berita acara penilaian; dan
g. berita acara penyelesaian pekerjaan.

Pasal 280

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur
akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 mencakup:
a. buku jurnal umum;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.

Pasal 281

Prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi pada SKPKD.

86
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
836 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 282

(1) Fungsi akuntansi SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 279 membuat bukti memorial.
(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat
informasi mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai
aset tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian.
(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnal
umum.
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap diposting ke dalam
buku besar rekening berkenaan.
(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditutup
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.

Paragraf 4
Prosedur Akuntansi Selain Kas pada SKPKD

Pasal 283
(1) Prosedur akuntansi selain kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan
semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.
(2) Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
mencakup:
a. koreksi kesalahan pembukuan;
b. penyesuaian terhadap akun tertentu dalam rangka menyusun laporan keuangan
pada akhir tahun;
c. reklasifikasi belanja modal menjadi aset tetap; dan
d. reklasifikasi akibat koreksi yang ditemukan dikemudian hari.

Pasal 284

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 283 ayat (1) berupa bukti memorial dilampiri dengan:
a. berita acara penerimaan barang;
b. surat keputusan penghapusan barang;
c. surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD);
d. berita acara pemusnahan barang;
e. berita acara serah terima barang;
f. berita acara penilaian; dan
g. berita acara penyelesaian pekerjaan.

Pasal 285
Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur
akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 283 ayat (1) mencakup:
a. buku jurnal umum;
b. buku besar; dan
c. buku besar pembantu.

Pasal 286
Prosedur akuntansi selain kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 283 ayat (1)
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

87
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 78337
8
Pasal 287
(1) Fungsi akuntansi berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 284 membuat bukti memorial.
(2) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat
informasi mengenai tanggal transaksi dan/atau kejadian, kode rekening, uraian transaksi
dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah.
(3) Bukti memorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat ke dalam buku jurnal
umum.
(4) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas diposting ke dalam
buku besar rekening berkenaan.
(5) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditutup
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.

Pasal 288

Ringkasan prosedur akuntansi selain kas pada SKPKD tercantum dalam Lampiran E.XVIII
peraturan menteri ini.

Paragraf 5
Laporan Keuangan pada SKPKD

Pasal 289
(1) Kepala SKPKD menyusun dan melaporkan laporan arus kas secara periodik kepada
kepala daerah.
(2) Laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan disajikan sesuai
dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan.
(3) Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran E.XIX peraturan menteri ini.

BAB XII
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

Bagian Pertama
Laporan Realisasi Semester Pertama
Anggaran Pendapatan dan Belanja

Pasal 290
(1) Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan
belanja SKPD sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan prognosis untuk 6
(enam) bulan berikutnya.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disiapkan oleh PPK-SKPD dan
disampaikan kepada pejabat pengguna anggaran untuk ditetapkan sebagai laporan
realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta prognosis
untuk 6 (enam) bulan berikutnya paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah semester
pertama tahun anggaran berkenaan berakhir.
(4) Pejabat pengguna anggaran menyampaikan laporan realisasi semester pertama

88
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
838 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada PPKD sebagai dasar
penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir.
(5) Format laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD
dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tercantum dalam Lampiran E.XX peraturan menteri ini.

Pasal 291
PPKD menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dengan cara menggabungkan
seluruh laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 290 ayat (4) paling lambat minggu kedua bulan Juli
tahun anggaran berkenaan dan disampaikan kepada sekretaris daerah selaku koordinator
pengelolaan keuangan daerah.

Pasal 292
Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 291 disampaikan kepada kepala daerah paling lambat
minggu ketiga bulan Juli tahun anggaran berkenaan untuk ditetapkan sebagai laporan
realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

Pasal 293
(1) Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 292 disampaikan kepada DPRD paling
lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berkenaan.
(2) Format laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran E.XXI
peraturan menteri ini.

Bagian Kedua
Laporan Tahunan

Pasal 294
(1) PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran berkenaan dan
disampaikan kepada kepala SKPD untuk ditetapkan sebagai laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada PPKD
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

Pasal 295
(1) Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 294 ayat (1)
disampaikan kepada kepala daerah melalui PPKD paling lambat 2 (dua) bulan setelah
tahun anggaran berakhir.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh pejabat
pengguna anggaran sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang berada di SKPD yang
menjadi tanggung jawabnya.
(3) Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca; dan
c. catatan atas laporan keuangan.
(4) Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan surat

89
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 98339
8
pernyataan kepala SKPD bahwa pengelolaan APBD yang menjadi tanggung jawabnya
telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan
standar akuntansi pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Format surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam
Lampiran E.XXII peraturan menteri ini.

Pasal 296

(1) PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara menggabungkan
laporan-laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 295 ayat (3)
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran berkenaan.
(2) Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah selaku koordinator
pengelolaan keuangan daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca;
c. laporan arus kas; dan
d. catatan atas laporan keuangan.
(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dan disajikan sesuai
dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan.
(5) Laporan keuangan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiri
dengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMD/perusahaan
daerah.
(6) Laporan ikhtisar realisasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disusun dari
ringkasan laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dan laporan kinerja
interim di Iingkungan pemerintah daerah.
(7) Penyusunan laporan kinerja interim sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berpedoman
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai laporan kinerja interim
di lingkungan pemerintah daerah.
(8) Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri
dengan surat pernyataan kepala daerah yang menyatakan pengelolaan APBD yang
menjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian
intern yang memadai, sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(9) Format laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
tercantum dalam Lampiran E.XXIII peraturan menteri ini.
(10) Format neraca sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b tercantum dalam Lampiran
E.XXIV peraturan menteri ini.
(11) Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c sesuai dengan
Lampiran E.XIX peraturan menteri ini.
(12) Format catatan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d
tercantum dalam Lampiran E.XXV peraturan menteri ini.
(13) Format surat pernyataan kepala daerah bahwa pengelolaan APBD yang menjadi
tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tercantum dalam Lampiran E.XXVI
peraturan menteri ini.

90
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
840 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 297

(1) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 296 ayat (2) disampaikan oleh
kepala daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk dilakukan pemeriksaan
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(2) Kepala daerah memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan
keuangan pemerintah daerah berdasarkan hasil pemeriksaan BPK.

Bagian Ketiga
Penetapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Pasal 298
(1) Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
(2) Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat laporan keuangan yang meliputi laporan
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, serta
dilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK dan ikhtisar laporan
keuangan badan usaha milik daerah/perusahaan daerah.
(3) Format laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan
Lampiran E.XXIII peraturan menteri ini.
(4) Format neraca sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran E.XXIV
peraturan menteri ini.
(5) Format laporan arus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran
E.XIX peraturan menteri ini.
(6) Format catatan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai
dengan Lampiran E.XXV peraturan menteri ini.
(7) Format dan isi laporan kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
tentang laporan keuangan dan kinerja interim di lingkungan pemerintah daerah.
(8) Format dan ikhtisar laporan keuangan BUMD/perusahaan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(9) Format rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
beserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
E.XXVII peraturan menteri ini.

Pasal 299

(1) Apabila sampai batas waktu 2 (dua) bulan setelah penyampaian laporan keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 297 ayat (1), BPK belum menyampaikan hasil
pemeriksaan, kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD.
(2) Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan
laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan,
dan laporan kinerja yang isinya sama dengan yang disampaikan kepada BPK.

Pasal 300

(1) Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 299 ayat (1) dirinci dalam rancangan peraturan

91
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18441
8
kepala daerah tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi
dengan lampiran terdiri dari:
a. ringkasan laporan realisasi anggaran; dan
b. penjabaran laporan realisasi anggaran;
(3) Format rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD beserta lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran E.XXVIII peraturan menteri ini.
(4) Jadwal pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tercantum dalam Lampiran E.XXIX
peraturan menteri ini.

Pasal 301

(1) Agenda pembahasan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban


pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 299 ayat (1) ditentukan oleh
DPRD.
(2) Persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD oleh DPRD paling lama 1 (satu) bulan
terhitung sejak rancangan peraturan daerah diterima.

Pasal 302
(1) Laporan keuangan pemerintah daerah wajib dipublikasikan.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah laporan keuangan
yang telah diaudit oleh BPK dan telah diundangkan dalam lembaran daerah.

Bagian Keempat
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Pasal 303
(1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang
penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur
paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam Negeri
untuk dievaluasi.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Menteri Dalam
Negeri kepada Gubernur paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rancangan dimaksud.
(3) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernur
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur
menetapkan rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan gubernur menjadi
peraturan daerah dan peraturan gubernur.

Pasal 304

(1) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan
gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD bertentangan

92
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
842 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
gubernur bersama DPRD wajib melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(2) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur tetap
menetapkan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan'
APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur, Menteri Dalam
Negeri membatalkan peraturan daerah dan peraturan gubernur dimaksud sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 305
(1) Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan
bupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum
ditetapkan oleh bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada
gubernur untuk dievaluasi.
(2) Hasil evaluasi disampaikan oleh gubernur kepada bupati/walikota paling lama 15 (lima
belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
bupati/walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan
peraturan bupati/walikota.

Pasal 306
(1) Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APED dan rancangan peraturan bupati/walikota
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tidak sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(2) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, dan
bupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD menjadi peraturan daerah
dan peraturan bupati/walikota, Gubernur membatalkan peraturan daerah dan peraturan
bupati/walikota dimaksud sesuai dengan peraturan perundangundangan.

Pasal 307

Gubernur menyampaikan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah kabupaten/kota


tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada Menteri Dalam
Negeri.

93
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 38443
8
BAB XIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama
Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 308

Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah kepada


pemerintah daerah yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.

Pasal 309

(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 308 meliputi pemberian pedoman,
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan.
(2) Pemberian pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup perencanaan dan
penyusunan APBD, pelaksanaan, penatausahaan dan akuntansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban keuangan daerah, pemantauan dan evaluasi, serta kelembagaan
pengelolaan keuangan daerah.
(3) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup perencanaan dan penyusunan APBD, pelaksanaan, panatausahaan dan
akuntansi keuangan daerah, serta pertanggungjawaban keuangan daerah yang
dilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyeluruh kepada
seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan.
(4) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
berkala bagi kepala daerah atau wakil kepala daerah, pimpinan dan anggota DPRD,
perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah serta kepada bendahara penerimaan
dan bendahara pengeluaran.

Pasal 310

Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 309 ayat (1) untuk kabupaten/kota
dikoordinasikan oleh gubernur selaku wakil pemerintah.

Pasal 311

(1) DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan pemeriksaan tetapi
pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.

Pasal 312

Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturan


perundang-undangan.

Bagian Kedua
Pengendalian Intern

Pasal 313
(1) Dalam rangka meningkatkan kinerja transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem
pengendalian intern di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya.

94
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
844 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2) Pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan proses yang
dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan
pemerintah daerah yang tercermin dari keandalan laporan keuangan, efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta dipatuhinya peraturan perundang-
undangan.
(3) Pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. terciptanya lingkungan pengendalian yang sehat;
b. terselenggaranya penilaian risiko;
c. terselenggaranya aktivitas pengendalian;
d. terselenggaranya sistem informasi dan komunikasi; dan
e. terselenggaranya kegiatan pemantauan pengendalian.
(4) Penyelenggaraan pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Pemeriksaan astern

Pasal 314
Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah dilakukan oleh BPK
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XIV
KERUGIAN DAERAH

Pasal 315
(1) Setiap kerugian daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian
seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(2) Bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan
kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian
tersebut.
(3) Kepala SKPD dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa
dalam SKPD yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.

Pasal 316
(1) Kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala SKPD kepada
kepala daerah dan diberitahukan kepada BPK paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
kerugian daerah itu diketahui.
(2) Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri
sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau
melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 315 segera dimintakan
surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi
tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.
(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat
menjamin pengembalian kerugian daerah, kepala daerah segera mengeluarkan surat
keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

95
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 58445
8
Pasal 317
(1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang
dikenai tuntutan ganti kerugian daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau
meninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada
pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau
diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau
pejabat lain yang bersangkutan.
(2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti
kerugian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam
waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan
kepada bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang
bersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat
lain yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yang
memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengenai
adanya kerugian daerah.

Pasal 318
(1) Ketentuan penyelesaian kerugian daerah sebagaimana diatur dalam peraturan menteri
ini berlaku pula untuk uang dan/atau barang bukan milik daerah, yang berada dalam
penguasaan bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain yang
digunakan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.
(2) Ketentuan penyelesaian kerugian daerah dalam peraturan menteri ini berlaku pula untuk
pengelola perusahaan daerah dan badan-badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan keuangan daerah, sepanjang tidak diatur dalam peraturan perundang-
undangan tersendiri.

Pasal 319
(1) Bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah
ditetapkan untuk mengganti kerugian daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau
sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Putusan pidana atas kerugian daerah terhadap bendahara, pegawai negeri sipil bukan
bendahara dan pejabat lain tidak membebaskan yang bersangkutan dari tuntutan ganti
rugi.

Pasal 320
Kewajiban bendahara, pegawai negeri sipil bukan bendahara, atau pejabat lain untuk
membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya
kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan.

Pasal 321
(1) Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK.
(2) Apabila dalam pemeriksaan kerugian daerah ditemukan unsure pidana, BPK
menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 322
Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap pegawai negeri sipil bukan bendahara
ditetapkan oleh kepala daerah.

96
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
846 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Pasal 323
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara tuntutan ganti kerugian daerah diatur dengan
peraturan daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

BAB XV
PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Pasal 324
(1) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk :
a. menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum; dan
b. mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan
kepada masyarakat.
(2) Instansi yang menyediakan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, antara lain rumah sakit daerah, penyelenggara pendidikan, penerbit lisensi dan
dokumen, penyelenggara jasa penyiaran publik, penyedia jasa penelitian dan pengujian,
serta instansi layanan umum lainnya.
(3) Dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain instansi yang
melaksanakan pengelolaan dana seperti dana bergulir usaha kecil menengah, tabungan
perumahan, dan instansi pengelola dana lainnya.

Pasal 325
(1) BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
(2) Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan
dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLUD yang bersangkutan

Pasal 326
(1) Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan pembinaan teknis dilakukan oleh
kepala SKPD yang bertanggung jawab atas urusan pemerintahan yang bersangkutan.
(2) Pembinaan keuangan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberian
pedoman, bimbingan, supervisi pendidikan dan pelatihan dibidang pengelolaan
keuangan BLUD.
(3) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberian pedoman,
bimbingan, supervisi, pendidikan dan pelatihan dibidang penyelenggaraan program dan
kegiatan BLUD.

Pasal 327
BLUD dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain.

Pasal 328

Seluruh pendapatan BLUD dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLUD yang

97
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 78447
8
bersangkutan.

Pasal 329

Pedoman teknis mengenai pengelolaan keuangan BLUD diatur lebih lanjut oleh Menteri
Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Menteri Keuangan.

BAB XVI
PENGATURAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pasal 330
(1) Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur dengan peraturan
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Berdasarkan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala daerah
menetapkan peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan
keuangan daerah.
(3) Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) mencakup tata cara penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan dan akuntansi,
pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah
(4) Peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga memuat tata cara penunjukan pejabat yang
diberi wewenang BUD, kuasa BUD, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran,
bendahara penerimaan, dan bendahara pengeluaran berhalangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 216 ayat (8), Pasal 211 ayat (3), Pasal 194, dan Pasal 226.

BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 331
Pada saat peraturan menteri ini ditetapkan, semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah sepanjang belum diganti dan tidak
bertentangan dengan peraturan menteri ini dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 332

Dengan ditetapkannya peraturan menteri ini:


a. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 90 ayat (2), dan
Pasal 296 ayat (4), tentang bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran,
penyusunan RKA-SKPD dengan menggunakan pendekatan berdasarkan prestasi kerja,
dan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan standar akuntansi
pemerintahan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2006.
b. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 116 ayat (1)
tentang penyusunan rancangan PPAS dan penetapan APBD setelah dievaluasi mulai
dilaksanakan untuk penyusunan dan pelaksanaan APBD tahun anggaran 2007.
c. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 233 ayat (2) tentang sistem akuntansi
pemerintahan daerah yang mengacu pada standar akuntansi pemerintahan
dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2007.
d. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) tentang penyusunan RKA-
SKPD dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah
daerah dilaksanakan mulai tahun anggaran 2009.

98
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
848 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
e. Peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah ditetapkan paling
lambat 2 tahun sejak ditetapkan peraturan menteri ini.

Pasal 333

Pada saat peraturan menteri ini ditetapkan, bagi pemerintah daerah yang belum
menetapkan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1), dokumen
perencanaan daerah lainnya dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan RKPD.

BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 334
(1) Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah Departemen Dalam Negeri
melakukan fasilitasi pelaksanaan peraturan menteri ini.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup mengkoordinasikan,
menyempurnakan lampiran-lampiran sesuai dengan ketentuan perundangundangan,
melaksanakan sosialisasi, supervisi dan bimbingan teknis, serta memberikan asistensi
untuk kelancaran penerapan peraturan menteri ini.

Pasal 335

Dengan ditetapkannya peraturan menteri ini, Keputusan Menteri Dalam Negeri yang
mengatur tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan
daerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan
tata usaha keuangan daerah dan belanja daerah, serta petunjuk pelaksanaannya, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 336

Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Mei 2006

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

H. MOH. MA'RUF, SE.

99
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 98449
8
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 21 TAHUN 2011
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DALAM NEGERI,
Menimbang : a. bahwa dengan adanya pengalihan dana Bantuan Operasional
Sekolah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, penetapan peraturan
perundang-undangan mengenai Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yang berimplikasi terhadap perubahan struktur
pendapatan, penegasan terhadap kedudukan pejabat pembuat
komitmen, penganggaran tahun jamak dan pengaturan
pendanaan tanggap darurat bencana, perlu dilakukan
penyempurnaan terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18551


8
2

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4916);
10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5167);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah
Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4577);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


852 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
3

17. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan


dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4829);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4864);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan
Keuangan kepada Partai Politik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4972);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5161);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5165);
22. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 317);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PERUBAHAN KEDUA


ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 angka 34, angka 61 dan angka 62 diubah,
diantara angka 62 dan angka 63 disisipkan angka baru yaitu angka
62a, ditambahkan angka baru yaitu angka 79 dan angka 80,
sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 38553


8
4

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah


Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau
walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
4. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
5. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
6. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.
7. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala
daerah, termasuk Qanun yang berlaku di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam dan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi)
yang berlaku di Provinsi Papua.
8. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah.
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


854 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
5

10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat


SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah
selaku pengguna anggaran/pengguna barang.
11. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada pemerintah
daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang, yang
juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.
12. Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari
DPRD, kepala daerah/wakil kepala daerah dan satuan kerja
perangkat daerah.
13. Kepala Daerah adalah gubemur bagi daerah provinsi atau
bupati bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
14. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah
kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai
kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
keuangan daerah.
15. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola
keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan. kepala
SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
16. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD
adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai
bendahara umum daerah.
17. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi SKPD yang dipimpinnya.
18. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan barang milik daerah.
19. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat
Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian tugas BUD.
20. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa
untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna
anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
SKPD.
21. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya
disingkat PPK-SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi
tata usaha keuangan pada SKPD.
22. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat
PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang
melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program sesuai dengan bidang tugasnya.
23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada
SKPD.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 58555


8
6

24. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang


ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD
pada SKPD.
25. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas
satu atau Iebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
26. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna
anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
27. Unit kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu
atau beberapa program.
28. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan
daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
29. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen
perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
30. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat
TAPD adalah tim yang dibentuk dengan keputusan kepala
daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai
tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala
daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya
terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat
Iainnya sesuai dengan kebutuhan.
31. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah
dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan,
belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya
untuk periode 1 (satu) tahun.
32. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya
disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan
patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada
SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan
RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.
33. Dihapus.
34. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat
RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan pengangggaran
yang berisi rencana pendapatan dan rencana belanja program
dan kegiatan SKPD sebagai dasar penyusunan APBD.
34a. Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana
kerja dan anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian
keuangan selaku Bendahara Umum Daerah.
35. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan
penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan
keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam
perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaanimplikasi biaya akibat keputusan yang
856 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
7

bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam


prakiraan maju.
36. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan
kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun
yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar
penyusunan anggaran tahun berikutnya.
37. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang
akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
38. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan
rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi
untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan
pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian
efisiensi alokasi dana.
39. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang
tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional.
40. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang
menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau
susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-
fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka
melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan
masyarakat.
41. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk
upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
42. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh
satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari
pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri
dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang
berupa personil (sumber daya manusia), barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa.
43. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu
program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.
44. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan
oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung
pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakar.
45. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu
program.
46. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah
yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung
seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar
seluruh pengeluaran daerah.
47. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat
penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala
daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 78557
8
8

bank yang ditetapkan.


48. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
49. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
50. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
51. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
52. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara
pendapatan daerah dan belanja daerah.
53. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara
pendapatan daerah dan belanja daerah.
54. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
55. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat
SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan
pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
56. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang
mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau
menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
57. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar
kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah
yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
atau akibat lainnya yang sah.
58. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar
pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah
yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan
perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab
lainnya yang sah.
59. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai
kegiatan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat
dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
60. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat
ekonomis seperti bunga, deviden, royalti, manfaat sosial
dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
61. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya
disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat
pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar
pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.
61a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen
pelaksanaan anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian
keuangan selaku Bendahara Umum Daerah.
62. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang
Kementerian Pendidikan
selanjutnya dan Kebudayaan
disingkat DPPA-SKPD
adalah dokumen yang
858 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
9

memuat perubahan pendapatan dan belanja yang digunakan


sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh
pengguna anggaran.
62a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan yang selanjutnya
disingkat DPAL adalah dokumen yang memuat sisa belanja
tahun sebelumnya sebagai dasar pelaksanaan anggaran tahun
berikutnya.
63. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk
yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas
keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang cukup guna
mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
64. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah
dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk
melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.
65. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP
adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara
pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.
66. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP
adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran
untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian
kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung.
67. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU
adalah dokumen yang diajukan oleh bendaharan pengeluaran
untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat
dilakukan dengan pembayaran Iangsung.
68. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan
guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak
dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran Iangsung dan
uang persediaan.
69. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah
dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk
permintaan pembayaran Iangsung kepada pihak ketiga atas
dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja
Iainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima,
peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang
dokumennya disiapkan oleh PPTK.
70. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM
adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D
atas beban pengeluaran DPA-SKPD.
71. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya
disingkat SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban beban pengeluaran DPA-SKPD
yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai
kegiatan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 98559


8
10

72. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang


selanjutnya disingkat SPMGU adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran
DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang
persediaan yang telah dibelanjakan.
73. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang
selanjutnya disingkat SPM-TU adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran
DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah
batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan.
74. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat
SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D
atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.
75. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat
SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar
pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.
76. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan
Iainnya yang sah.
77. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan
barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat
perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
78. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat
BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan
pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
79. Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkan dan
dilaksanakan untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran
yang pekerjaannya dilakukan melalui kontrak tahun jamak.
80. Bantuan Operasional Sekolah, yang selanjutnya disingkat BOS
merupakan dana yang digunakan terutama untuk biaya non
personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan
program wajib belajar, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Diantara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu) Pasal baru yaitu
Pasal 10A, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10A
Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Pengguna Anggaran
bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan
perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


860 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
11

3. Ketentuan Pasal 11 ditambahkan 1 (satu) ayat baru yaitu ayat (5),


sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 11
(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam
melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 dapat melimpahkan sebagian
kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD
selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna
barang.
(2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah,
besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban
kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali, dan/atau
pertimbangan objektif lainnya.
(3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala daerah atas usul
kepala SKPD.
(3a) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran atas beban anggaran belanja;
b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak
lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;
e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU;
f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang
dipimpinnya; dan
g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran
lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh
pejabat pengguna anggaran.
(4) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab
atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna
anggaran/pengguna barang.
(5) Dalam pengadaan barang/jasa, Kuasa Pengguna Anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekaligus bertindak
sebagai Pejabat Pembuat Komitmen.
4. Ketentuan Pasal 45 ayat (1) diubah dan ayat (4) dihapus, sehingga
Pasal 45 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 45
(1) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37 huruf e digunakan untuk menganggarkan pemberian
bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk
uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota
masyarakat.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18661


8
12

(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak
mengikat serta memiliki kejelasan peruntukan
penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan daerah dan ditetapkan dengan keputusan kepala
daerah.
(2a) Bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus
menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian
bantuan tersebut tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap
tahun anggaran.
(3) Dihapus.
(4) Dihapus.

5. Ketentuan Pasal 47 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 47 berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 47
(1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
huruf g digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan
yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada
kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah
daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada
pemerintah desa, dan pemerintah daerah lainnya dalam
rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan
keuangan dan kepada partai politik.
(2) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), peruntukan dan penggunaannya
diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah
daerah/pemerintah desa penerima bantuan.
(3) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), peruntukan dan pengelolaannya
diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi
bantuan.
(4) Pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), dapat mensyaratkan penyediaan dana
pendamping dalam APBD atau anggaran pendapatan dan
belanja desa penerima bantuan.
6. Ketentuan Pasal 52 diubah, sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 52
(1) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf b digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang
dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas)
bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah, termasuk barang yang akan
diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga.
(2) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa
kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor,
cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir,
sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan
dan peralatan
Kementerian Pendidikan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas
dan Kebudayaan
862 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
13

dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari


tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan
pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, lain-
lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis
serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga.

7. Diantara Pasal 54 dan Pasal 55 disisipkan 1 (satu) pasal baru yaitu


Pasal 54A, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 54A
(1) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dapat
mengikat dana anggaran:
a. untuk 1 (satu) tahun anggaran; atau
b. lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk kegiatan
tahun jamak sesuai peraturan perundang-undangan.
(2) Kegiatan tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b harus memenuhi kriteria sekurang-kurangnya:
a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yang
secara teknis merupakan satu kesatuan untuk
menghasilkan satu output yang memerlukan waktu
penyelesaian lebih dari 12 (duabelas) bulan; atau
b. pekerjaan atas pelaksanaan kegiatan yang menurut
sifatnya harus tetap berlangsung pada pergantian tahun
anggaran seperti penanaman benih/bibit, penghijauan,
pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di
rumah sakit, layanan pembuangan sampah dan
pengadaan jasa cleaning service.
(3) Penganggaran kegiatan tahun jamak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berdasarkan atas persetujuan DPRD yang
dituangkan dalam nota kesepakatan bersama antara Kepala
Daerah dan DPRD.
(4) Nota kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditandatangani bersamaan dengan penandatanganan
nota kesepakatan KUA dan PPAS pada tahun pertama
rencana pelaksanaan kegiatan tahun jamak.
(5) Nota kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) sekurang-kurangnya memuat:
a. nama kegiatan;
b. jangka waktu pelaksanaan kegiatan;
c. jumlah anggaran; dan
d. alokasi anggaran per tahun.
(6) Jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak melampaui akhir
tahun masa jabatan Kepala Daerah berakhir.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 38663


8
14

8. Ketentuan Pasal 66 diubah, sehingga Pasal 66 berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 66

Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf c digunakan antara lain
untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik
daerah/BUMD dan hasil divestasi penyertaan modal pemerintah
daerah.

9. Ketentuan Pasal 71 ditambahkan ayat (8) dan ayat (9), sehingga


Pasal 71 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 71
(1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat
segera diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka
manajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama
kurang dari 12 (duabelas) bulan.
(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mencakup deposito berjangka waktu 3 (tiga) bulan
sampai dengan 12 (duabelas) bulan yang dapat diperpanjang
secara otomatis, pembelian Surat Utang Negara (SUN),
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Perbendaharaan
Negara (SPN).
(3) Investasi jangka panjang digunakan untuk menampung
penganggaran investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi
permanen dan non-permanen.
(4) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah
dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya
pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan
modal saham pada suatu badan usaha, surat berharga yang
dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan
baik dalam dan luar negeri, surat berharga yang tidak
dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan
kas jangka pendek.
(5) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
bertujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat
untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali, seperti
kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk
penggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan
modal daerah pada BUMD dan/atau badan usaha lainnya
dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah
daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
(6) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau
ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali, seperti
pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh
tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam
rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti
bantuandan
Kementerian Pendidikan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir
Kebudayaan
864 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
15

kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas


pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.
(7) Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat
dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam
tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang
telah tercantum dalam peraturan daerah penyertaan modal
pada tahun-tahun sebelumnya, tidak diterbitkan peraturan
daerah tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyertaan
modal tersebut belum melebihi jumlah penyertaan modal
yang telah ditetapkan pada peraturan daerah tentang
penyertaan modal.
(9) Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah
penyertaan modal melebihi jumlah penyertaan modal yang
telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan
modal, dilakukan perubahan peraturan daerah tentang
penyertaan modal yang berkenaan.

10. Ketentuan Pasal 77 ayat (3), ayat (4), ayat (8) dan ayat (10)
diubah, sehingga Pasal 77 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 77
(1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan
organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
tercantum dalam Lampiran A.I.a peraturan menteri ini.
(2) Kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun
pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3)
merupakan bagian susunan kode akun keuangan daerah
yang tercantum dalam Lampiran A.II Peraturan Menteri ini.
(3) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (1) untuk provinsi tercantum dalam Lampiran
A.III.a Peraturan Menteri ini.
(4) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (1) untuk kabupaten/kota tercantum dalam
Lampiran A.IV.a Peraturan Menteri ini.
(5) Kode dan klasifikasi fungsi tercantum dalam Lampiran A.V
Peraturan Menteri ini.
(6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk
keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 tercantum dalam
Lampiran A.VI.a Peraturan Menteri ini.
(7) Kode dan program dan kegiatan menurut urusan
pemerintahan daerah tercantum dalam Lampiran A.VII.a
Peraturan Menteri ini.
(8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.VIII.a.1
Peraturan Menteri ini.
(9) Dihapus.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 58665


8
16

(10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 24 ayat (3) tercantum dalam Lampiran A.IX.a.1
Peraturan Menteri ini.
(11) Dihapus.
(12) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3),
ayat (4), ayat (7), ayat (8) dan ayat (10) merupakan daftar
nama rekening dan kode rekening yang tidak merupakan
acuan baku dalam penyusunan kode rekening yang
pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan objektif dan
nyata sesuai karakteristik daerah.

11. Ketentuan Pasal 86 huruf b diubah, sehingga Pasal 86 berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 86
Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1)
disusun dengan tahapan sebagai berikut:
a. menentukan skala prioritas pembangunan daerah;
b. menentukan prioritas program untuk masing-masing urusan
yang disinkronisasikan dengan prioritas dan program nasional
yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah setiap
tahun; dan
c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing
program/kegiatan.

12. Ketentuan Pasal 87 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 87 berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 87
(1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2) disampaikan kepala
daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni
tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh TAPD bersama Badan Anggaran DPRD.
(3) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya disepakati
menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun
anggaran berjalan.
(4) Format KUA dan PPAS tercantum dalam Lampiran A.X.a dan
A.XI.a Peraturan Menteri ini.

13. Ketentuan Pasal 98 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 98 berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 98
(1) Pada SKPKD disusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD.
(2) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
program/kegiatan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


866 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
17

(3) RKA PPKD digunakan untuk menampung:


a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan
pendapatan hibah;
b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga; dan
c. Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
daerah.

14. Ketentuan Pasal 102 ayat (2) huruf b diubah, sehingga Pasal 102
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 102
(1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (1)
dilengkapi dengan lampiran yang terdiri atas:
a. ringkasan penjabaran APBD; dan
b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah,
organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek,
rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD memuat penjelasan sebagai berikut:
a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum;
b. untuk belanja mencakup lokasi kegiatan dan belanja
yang bersifat khusus dan/atau sudah diarahkan
penggunaannya, sumber pendanaannya dicantumkan
dalam kolom penjelasan; dan
c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum dan sumber
penerimaan pembiayaan untuk kelompok penerimaan
pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan untuk
kelompok pengeluaran pembiayaan.
(3) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran A.XVI Peraturan Menteri ini.

15. Ketentuan Pasal 106 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diubah,
sehingga Pasal 106 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 106
(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 105 ayat (3c) tidak menetapkan persetujuan
bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD, kepala daerah
melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka
APBD tahun anggaran sebelumnya.
(2) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan
belanja yang bersifat wajib.
(3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus
menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 78667
8
18

dengan jumlah yang cukup untuk keperluan dalam tahun


anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai,
belanja barang dan jasa.
(4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya
kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar
masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau
melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.

16. Ketentuan Pasal 123A ayat (2) diubah, sehingga Pasal 123A
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 123A
(1) Pada SKPKD disusun DPA-SKPD dan DPA-PPKD.
(2) DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
program/kegiatan.
(3) DPA-PPKD digunakan untuk menampung :
a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan
pendapatan hibah;
b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga; dan
c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
daerah.
(4) Format DPA PPKD tercantum dalam lampiran B.I.b Peraturan
Menteri ini.

17. Ketentuan Pasal 161 ayat (2) huruf d diubah, sehingga Pasal 161
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 161
(1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa
lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya.
(2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf c
dapat berupa:
a. membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi
daerah yang melampaui anggaran yang tersedia
mendahului perubahan APBD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 145 ayat (2);
b. melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;
c. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat
adanya kebijakan pemerintah;
d. mendanai kegiatan lanjutan (DPAL) yang telah
ditetapkan dalam DPA-SKPD tahun sebelumnya, untuk
selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang
perubahan APBD tahun anggaran berikutnya;
e. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria
harus diselesaikan sampai dengan batas akhir
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
868 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
19

penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran


berjalan; dan
f. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target
kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan
semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang
dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir
penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran
berjalan.
(3) Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk
pendanaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f diformulasikan
terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.
(4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk
mendanai pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d diformulasikan terlebih dahulu dalam DPAL-SKPD.
(5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk
mendanai pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf e diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.

18. Ketentuan Pasal 162 ayat (8) diubah dan diantara ayat (8) dan
ayat (9) disisipkan ayat baru yaitu ayat (8a), ayat (8b), dan ayat
(8c), sehingga Pasal 162 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 162
(1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154
ayat (1) huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas
pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan
sebelumnya;
b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;
c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah;
dan
d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran
dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan
darurat.
(2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat
melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya,
yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan
APBD.
(3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia
anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
menggunakan belanja tidak terduga.
(4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat
dilakukan dengan cara:
a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang
capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya
dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau
b. memanfaatkan uang kas yang tersedia.
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 98669
8
20

(5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk


belanja untuk keperluan mendesak yang kriterianya
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.
(6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) mencakup:
a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang
anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran
berjalan; dan
b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah
daerah dan masyarakat.
(7) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan
kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diformulasikan
terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.
(8) Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diformulasikan terlebih dahulu
dalam RKA-SKPD, kecuali untuk kebutuhan tanggap darurat
bencana.
(8a) Belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) dilakukan dengan pembebanan
langsung pada belanja tidak terduga.
(8b) Belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) digunakan hanya untuk pencarian
dan penyelamatan korban bencana, pertolongan darurat,
evakuasi korban bencana, kebutuhan air bersih dan sanitasi,
pangan, sandang, pelayanan kesehatan dan penampungan
serta tempat hunian sementara.
(8c) Tata cara pelaksanaan, penatausahaan, dan
pertanggungjawaban belanja kebutuhan tanggap darurat
bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (8b) dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. setelah pernyataan tanggap darurat bencana oleh kepala
daerah, kepala SKPD yang melaksanakan fungsi
penanggulangan bencana mengajukan Rencana
Kebutuhan Belanja (RKB) tanggap darurat bencana
kepada PPKD selaku BUD;
b. PPKD selaku BUD mencairkan dana tanggap darurat
bencana kepada Kepala SKPD yang melaksanakan
fungsi penanggulangan bencana paling lambat 1 (satu)
hari kerja terhitung sejak diterimanya RKB;
c. pencairan dana tanggap darurat bencana dilakukan
dengan mekanisme TU dan diserahkan kepada
bendahara pengeluaran SKPD yang melaksanakan fungsi
penanggulangan bencana;
d. penggunaan dana tanggap darurat bencana dicatat pada
Buku Kas Umum tersendiri oleh Bendahara Pengeluaran
pada SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan
bencana;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


870 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
21

e. kepala SKPD yang melaksanakan fungsi


penanggulangan bencana bertanggungjawab secara fisik
dan keuangan terhadap penggunaan dana tanggap
darurat bencana yang dikelolanya; dan
f. pertanggungjawaban atas penggunaan dana tanggap
darurat bencana disampaikan oleh kepala SKPD yang
melaksanakan fungsi penanggulangan bencana kepada
PPKD dengan melampirkan bukti-bukti pengeluaran yang
sah dan lengkap atau surat pernyataan tanggungjawab
belanja.
(9) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya
perubahan APBD, pemerintah daerah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan
pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi
anggaran.
(10) Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) diformulasikan terlebih dahulu
dalam RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPA-
SKPD oleh PPKD setelah memperoleh persetujuan sekretaris
daerah.
(11) Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam
keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (5) terlebih dahulu diatur dengan peraturan kepala
daerah.

19. Ketentuan Pasal 293 ayat (1) diubah, sehingga pasal 293 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 293

(1) Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis


untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 292 disampaikan kepada DPRD dan Menteri
Dalam Negeri paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran
berkenaan.

(2) Format laporan realisasi semester pertama APBD dan


prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran E.XXI
Peraturan Menteri ini.

20. Diantara Pasal 296 dan Pasal 297 disisipkan 1 (satu) pasal baru
yaitu Pasal 296A, yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 296A
Laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
296 ayat (3) huruf a, disampaikan oleh kepala daerah kepada
Menteri Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18771


8
22

21. Ketentuan Pasal 324 ayat (1) diubah, serta ayat (2) dan ayat (3)
dihapus, sehingga Pasal 324 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 324
(1) Kepala daerah dapat menetapkan SKPD atau Unit Kerja pada
SKPD yang tugas dan fungsinya bersifat operasional dalam
menyelenggarakan pelayanan umum dengan menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Dihapus.
(3) Dihapus.

22. Diantara Bab XV dan Bab XVI disisipkan 1 (satu) Bab yaitu Bab XVA
sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB XVA
PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
Pasal 329B
(1) Pejabat yang ditunjuk untuk mengelola dana BOS sekolah
negeri sebagai berikut:
a. kepala daerah menetapkan kuasa pengguna anggaran
atas usul kepala SKPD Pendidikan selaku Pengguna
Anggaran; dan
b. kepala sekolah ditunjuk sebagai PPTK.
(2) Tugas PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
mengelola dana BOS yang ditransfer oleh bendahara
pengeluaran pembantu pada SKPD Pendidikan.
Pasal 329C
(1) Dana BOS untuk sekolah negeri dianggarkan dalam bentuk
program dan kegiatan.
(2) Dana BOS untuk sekolah swasta dianggarkan pada jenis
belanja hibah.
(3) RKA-SKPD untuk program/kegiatan dana BOS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun oleh SKPD Pendidikan.
(4) RKA-PPKD untuk belanja hibah dana BOS sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disusun oleh PPKD.
(5) Kode rekening belanja tidak langsung dan belanja langsung
yang bersumber dari dana BOS, untuk uraian obyek belanja
dan rincian obyek belanja sebagaimana tercantum pada
lampiran A.VIII.a.1 Peraturan Menteri ini.
Pasal 329D
(1) Pencairan dana BOS untuk sekolah negeri dilakukan dengan
mekanisme TU.
(2) Pencairan dana BOS untuk sekolah swasta dilakukan dengan
mekanisme LS.
Pasal 329E
(1) Penyaluran dana BOS bagi sekolah negeri dilakukan setiap
triwulan oleh bendahara pengeluaran pembantu SKPD
Kementerian Pendidikan
Pendidikandan Kebudayaan
melalui rekening masing-masing sekolah.
872 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
23

(2) Penyaluran dana BOS bagi sekolah swasta dilakukan setiap


triwulan oleh BUD melalui rekening masing-masing sekolah.
(3) Penyaluran dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) triwulan berikutnya dapat dilakukan tanpa
menunggu penyampaian laporan penggunaan dana BOS
triwulan sebelumnya.
Pasal 329F
(1) Penyaluran dana BOS sebagaimana dimaksud dalam Pasal
329E ayat (2) didasarkan atas Naskah perjanjian hibah
daerah.
(2) Naskah perjanjian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan
kepala sekolah swasta.
(3) Dalam rangka percepatan penyaluran dana hibah, kepala
SKPD Pendidikan atas nama kepala daerah dapat
menandatangani Naskah perjanjian hibah.
(4) Naskah perjanjian hibah sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan 1 (satu) kali untuk keperluan 1 (satu) tahun
anggaran.
(5) Format Naskah perjanjian hibah sebagaimana tercantum
dalam lampiran F.I Peraturan Menteri ini.

Pasal 329G
(1) Kepala sekolah negeri menyampaikan laporan penggunaan
dana BOS triwulan I dan triwulan II paling lambat tanggal 10
Juli sedangkan untuk triwulan III dan triwulan IV paling
lambat tanggal 20 Desember tahun berkenaan kepada
bendahara pengeluaran pembantu.
(2) Laporan penggunaan dana BOS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang sah dan
lengkap.
(3) Laporan penggunaan dana BOS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran
setelah diverifikasi oleh pejabat penatausahaan keuangan
SKPD Pendidikan.
(4) Kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggungjawab atas penggunaan dana BOS yang diterima
setiap triwulan.
Pasal 329H
Tata cara pertanggungjawaban dana BOS yang diterima oleh
sekolah swasta diatur dalam naskah perjanjian hibah daerah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 38773


8
24

Pasal II
Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Dalam Negeri ini
diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Mei 2011

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

GAMAWAN FAUZI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 Mei 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
PATRIALIS AKBAR
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 310
Salinan sesuai dengan aslinya,
Plt. KEPALA BIRO HUKUM

ZUDAN ARIF FAKRULLOH


PEMBINA (IV/a)
NIP.19690824 199903 1 001

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


874 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
LAMPIRAN A.III.a : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR : 21 TAHUN 2011
TANGGAL : 23 MEI 2011

KODE REKENING PENDAPATAN PROVINSI


Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 PENDAPATAN DAERAH

4 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

4 1 1 Pajak Daerah

4 1 1 01 Pajak Kendaraan Bermotor


4 1 1 01 01 A-1 Sedan, Jeep, Minibus (Pribadi)
4 1 1 01 02 A-2 Sedan, Jeep, Minibus (Umum)
4 1 1 01 03 B-1 Bus, Micro Bus (Pribadi)
4 1 1 01 04 B-2 Bus, Micro Bus (Umum)
4 1 1 01 05 C-1 Truck, Light Truck, Pick Up (Pribadi)
4 1 1 01 06 C-1 Truck, Light Truck, Pick Up (Umum)
4 1 1 01 07 D-1 Kendaraan Khusus (Pribadi)
4 1 1 01 08 D-1 Kendaraan Khusus (Umum)
4 1 1 01 09 E Sepeda Motor
4 1 1 01 10 F Kendaraan Bermotor yang Dioperasikan di Air
4 1 1 01 11 Dst ..............

4 1 1 02 Pajak Kendaraan di Air 1)

4 1 1 02 01 Pajak Kendaraan di Air


4 1 1 02 02 Dst ..............

4 1 1 03 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor


4 1 1 03 01 A-1 Sedan, Jeep, Minibus (Pribadi)
4 1 1 03 02 A-2 Sedan, Jeep, Minibus (umum)
4 1 1 03 03 B-1 Bus, Micro Bus (pribadi)
4 1 1 03 04 B-2 Bus, Micro Bus (umum)
4 1 1 03 05 C-1 Truck, Light Truck, Pick Up (pribadi)
4 1 1 03 06 C-1 Truck, Light Truck, Pick Up (umum)
4 1 1 03 07 D-1 Kendaraan Khusus (pribadi)
4 1 1 03 08 D-1 Kendaraan Khusus (Umum)
4 1 1 03 09 E Sepeda Motor
4 1 1 03 10 F Kendaraan Bermotor yang Dioperasikan di Air
4 1 1 03 11 Dst ..............

4 1 1 04 Bea Balik Nama Kendaraan di Air 1)


4 1 1 04 01 Bea Balik Nama Kendaraan di Air1)
4 1 1 04 02 Dst........ 1)

4 1 1 05 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


4 1 1 05 01 Premium
4 1 1 05 02 Pertamax
4 1 1 05 03 Pertamax Plus
4 1 1 05 04 Solar
4 1 1 05 05 Gas
4 1 1 05 06 Dst ..............

4 1 1 06 Pajak Air Permukaan


4 1 1 06 01 Pajak Air Permukaan
4 1 1 06 02 Dst .............. 1)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 58775


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2

4 1 1 07 Pajak Rokok
4 1 1 07 01 Pajak Rokok

4 1 2 Retribusi Daerah

4 1 2 01 Retribusi Jasa Umum


4 1 2 01 01 Retribusi Pelayanan Kesehatan
4 1 2 01 02 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
4 1 2 01 03 Retribusi Tempat Penggantian Biaya Cetak Peta
4 1 2 01 04 Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
4 1 2 01 05 Retribusi Pelayanan Pendidikan
4 1 2 01 06 Dst ..............

4 1 2 02 Retribusi Jasa Usaha


4 1 2 02 01 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
4 1 2 02 02 Retribusi Tempat Pelelangan
4 1 2 02 03 Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
4 1 2 02 04 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
4 1 2 02 05 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
4 1 2 02 06 Retribusi Penyeberangan di Air
4 1 2 02 07 Retribusi Pengolahan Limbah Cair 1)
4 1 2 02 08 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
4 1 2 02 09 Retribusi Tempat Khusus Parkir
4 1 2 02 10 Dst ..............

4 1 2 03 Retribusi Perizinan Tertentu


4 1 2 03 01 Retribusi Izin Trayek
4 1 2 03 02 Retribusi Izin Usaha Perikanan
4 1 2 03 03 Dst ..............

4 1 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

4 1 3 01 Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD


4 1 3 01 01 Perusahaan Daerah
4 1 3 01 02 Dst ..............

4 1 3 02 Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Negara/BUMN


4 1 3 02 01 BUMN
4 1 3 02 02 Dst ..............

4 1 3 03 Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta


4 1 3 03 01 Perusahaan Patungan
4 1 3 03 02 Dst ..............

4 1 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

4 1 4 01 Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan


4 1 4 01 01 Pelepasan Hak Atas Tanah
4 1 4 01 02 Penjualan Peralatan/Perlengkapan Kantor Tidak Terpakai
4 1 4 01 03 Penjualan Mesin/Alat-Alat Berat Tidak Terpakai
4 1 4 01 04 Penjualan Rumah Jabatan/Rumah Dinas
4 1 4 01 05 Penjualan Kendaraan Dinas Roda Dua
4 1 4 01 06 Penjualan Kendaraan Dinas Roda Empat
4 1 4 01 07 Penjualan Drum Bekas
4 1 4 01 08 Penjualan Hasil Penebangan Pohon
4 1 4 01 09 Penjualan Lampu Hias Bekas
4 1 4 01 10 Penjualan Bahan-Bahan Bekas Bangunan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


876 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 1 4 01 11 Penjualan Perlengkapan Lalu Lintas
4 1 4 01 12 Penjualan Obat-Obatan dan Hasil Farmasi
4 1 4 01 13 Penjualan Hasil Pertanian
4 1 4 01 14 Penjualan Hasil Kehutanan
4 1 4 01 15 Penjualan Hasil Perkebunan
4 1 4 01 16 Penjualan Hasil Peternakan
4 1 4 01 17 Penjualan Hasil Perikanan
4 1 4 01 18 Penjualan Hasil Sitaan
4 1 4 01 19 Dst ..............

4 1 4 02 Jasa Giro
4 1 4 02 01 Jasa Giro Kas Daerah
4 1 4 02 02 Jasa Giro Pemegang Kas
4 1 4 02 03 Jasa Giro Dana Cadangan
4 1 4 02 04 Dst ..............

4 1 4 03 Pendapatan Bunga
4 1 4 03 01 Rekening Deposito Pada Bank
4 1 4 03 02 Dst ..............

4 1 4 04 Tuntutan Ganti Rugi (TGR)


4 1 4 04 01 Kerugian Uang Daerah
4 1 4 04 02 Kerugian Barang Daerah
4 1 4 04 03 Dst ..............

4 1 4 05 Komisi, Potongan dan Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah


4 1 4 05 01 Penerimaan Komisi dari ..............
4 1 4 05 02 Penerimaan Potongan dari ..............
4 1 4 05 03 Penerimaan Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah dari ..............
4 1 4 05 04 Dst ..............

4 1 4 06 Pendapatan Denda Atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan


4 1 4 06 01 Bidang Pendidikan
4 1 4 06 02 Bidang Kesehatan
4 1 4 06 03 Bidang Pekerjaan Umum
4 1 4 06 04 Bidang Perumahan Rakyat
4 1 4 06 05 Bidang Penataan Ruang
4 1 4 06 06 Bidang Perencanaan Pembangunan
4 1 4 06 07 Bidang Perhubungan
4 1 4 06 08 Bidang Lingkungan Hidup
4 1 4 06 09 Bidang Pertanahan
4 1 4 06 10 Dst ..............

4 1 4 07 Pendapatan Denda Pajak


4 1 4 07 01 Pendapatan Denda Pajak Kendaraan Bermotor
4 1 4 07 02 Pendapatan Denda Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
4 1 4 07 03 Pendapatan Denda Pajak Kendaraan Di Air 1)
4 1 4 07 04 Pendapatan Denda Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Di Air 1)
4 1 4 07 05 Pendapatan Denda Pajak Air Permukaan
4 1 4 07 06 Pendapatan Denda Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4 1 4 07 07 Pendapatan Denda Pajak Rokok

4 1 4 08 Pendapatan Denda Retribusi


4 1 4 08 01 Pendapatan Denda Retribusi Jasa Umum
4 1 4 08 02 Pendapatan Denda Retribusi Jasa Usaha
4 1 4 08 03 Pendapatan Denda Retribusi Perizinan Tertentu
4 1 4 08 04 Dst .............. 1)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 78777


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 1 4 09 Pendapatan Hasil Eksekusi Atas Jaminan
4 1 4 09 01 Hasil Eksekusi Atas Jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan
4 1 4 09 02 Hasil Eksekusi Atas Jaminan atas Pembongkaran Reklame
4 1 4 09 03 Hasil Eksekusi Atas Jaminan atas KTP Musiman
4 1 4 09 04 Dst ..............

4 1 4 10 Pendapatan Dari Pengembalian


4 1 4 10 01 Pendapatan Dari Pengembalian Pajak Penghasilan Pasal 21
4 1 4 10 02 Pendapatan Dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Asuransi Kesehatan
4 1 4 10 03 Pendapatan Dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Gaji dan Tunjangan
4 1 4 10 04 Pendapatan Dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Perjalanan Dinas
4 1 4 10 05 Pendapatan Dari Pengembalian Uang Muka
4 1 4 10 06 Dst ..............

4 1 4 11 Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum


4 1 4 11 01 Fasilitas Sosial
4 1 4 11 02 Fasilitas Umum
4 1 4 11 03 Dst ..............

4 1 4 12 Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan


4 1 4 12 01 Uang Pendaftaran/Ujian Masuk
4 1 4 12 02 Uang Sekolah/Pendidikan dan Pelatihan
4 1 4 12 03 Uang Ujian Kenaikan Tingkat/Kelas
4 1 4 12 04 Dst ..............

4 1 4 13 Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan


4 1 4 13 01 Angsuran/Cicilan Penjualan Rumah Dinas Daerah Golongan III
4 1 4 13 02 Angsuran/Cicilan Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas
4 1 4 13 03 Angsuran/Cicilan Ganti Kerugian Barang Milik Daerah

4 1 4 14 Hasil Pengelolaan Dana Bergulir


4 1 4 14 01 Dari Kelompok Masyarakat.............
4 1 4 14 02 Dst ..............

4 2 DANA PERIMBANGAN

4 2 1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

4 2 1 01 Bagi Hasil Pajak


4 2 1 01 01 Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan
4 2 1 01 02 Bagi Hasil dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 1)
Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak
4 2 1 01 03
Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21
4 2 1 01 04 Dst ..............

4 2 1 02 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam


4 2 1 02 01 Bagi Hasil dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan
4 2 1 02 02 Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan
4 2 1 02 03 Bagi Hasil dari Dana Reboisasi
4 2 1 02 04 Bagi Hasil dari Iuran Tetap (Land-Rent)
4 2 1 02 05 Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalti)
4 2 1 02 06 Bagi Hasil dari Pungutan Pengusahaan Perikanan
4 2 1 02 07 Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan
4 2 1 02 08 Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi
4 2 1 02 09 Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi
4 2 1 02 10 Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi
4 2 1 02 11 Dst ..............

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


878 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 2 2 Dana Alokasi Umum

4 2 2 01 Dana Alokasi Umum


4 2 2 01 01 Dana Alokasi Umum

4 2 3 Dana Alokasi Khusus

4 2 3 01 Dana Alokasi Khusus


4 2 3 01 01 Dana Alokasi Khusus
4 2 3 01 02 Dst ..............

4 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

4 3 1 Pendapatan Hibah

4 3 1 01 Pendapatan Hibah Dari Pemerintah


4 3 1 01 01 Pemerintah

4 3 1 02 Pendapatan Hibah Dari Pemerintah Daerah Lainnya


4 3 1 02 01 Pemerintah Daerah ..............
4 3 1 02 02 Dst ..............

4 3 1 03 Pendapatan Hibah Dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri


4 3 1 03 01 Badan/Lembaga/Organisasi Swasta ..............
4 3 1 03 02 Dst ..............

4 3 1 04 Pendapatan Hibah Dari Kelompok Masyarakat/Perorangan


4 3 1 04 01 Kelompok Masyarakat/Perorangan
4 3 1 04 02 Dst ..............

4 3 1 05 Pendapatan Hibah Dari Luar Negeri


4 3 1 05 01 Pendapatan Hibah Dari Bilateral
4 3 1 05 02 Pendapatan Hibah Dari Multilateral
4 3 1 05 03 Pendapatan Hibah Dari Donor Lainnya
4 3 1 05 04 Dst ..............

4 3 2 Dana Darurat

4 3 2 01 Penanggulangan Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam


4 3 2 01 01 Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam
4 3 2 01 02 Dst ..............

4 3 3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

4 3 3 01 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi


4 3 3 01 01 Bagi Hasil Pajak dari Provinsi ..
4 3 3 01 02 Dst .

4 3 3 02 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten


4 3 3 02 01 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten
4 3 3 02 02 Dst ..............

4 3 3 03 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota


4 3 3 03 01 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota ..
4 3 3 03 02 Dst ..............

4 3 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 98779


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 3 4 01 Dana Penyesuaian
4 3 4 01 01 Dana Penyesuaian
4 3 4 01 02 Dst ..............

4 3 4 02 Dana Otonomi Khusus


4 3 4 02 01 Dana Otonomi Khusus
4 3 4 02 02 Dst ..............

4 3 5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

4 3 5 01 Bantuan Keuangan Dari Provinsi


4 3 5 01 01 Bantuan Keuangan Dari Provinsi ..............
4 3 5 01 02 Dst ..............

4 3 5 02 Bantuan Keuangan Dari Kabupaten


4 3 5 02 01 Bantuan Keuangan Dari Kabupaten ..............
4 3 5 02 02 Dst ..............

4 3 5 03 Bantuan Keuangan Dari Kota


4 3 5 03 01 Bantuan Keuangan Dari Kota ..............
4 3 5 03 02 Dst ..............

Keterangan:
1) Dihapus.

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

GAMAWAN FAUZI

Salinan sesuai dengan aslinya,


Plt. KEPALA BIRO HUKUM

ZUDAN ARIF FAKRULLOH


PEMBINA (IV/a)
NIP.19690824 199903 1 001

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


880 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
LAMPIRAN A.IV.a : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR : 21 TAHUN 2011
TANGGAL : 23 MEI 2011

KODE REKENING PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA


Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 PENDAPATAN DAERAH

4 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

4 1 1 Hasil Pajak Daerah 1)

4 1 1 01 Pajak Hotel
4 1 1 01 01 Hotel Bintang Lima Berlian
4 1 1 01 02 Hotel Bintang Lima
4 1 1 01 03 Hotel Bintang Empat
4 1 1 01 04 Hotel Bintang Tiga
4 1 1 01 05 Hotel Bintang Dua
4 1 1 01 06 Hotel Bintang Satu
4 1 1 01 07 Hotel Melati Tiga
4 1 1 01 08 Hotel Melati Dua
4 1 1 01 09 Hotel Melati Satu
4 1 1 01 10 Motel
4 1 1 01 11 Cottage
4 1 1 01 12 Losmen/Rumah Penginapan/Pesanggrahan/Rumah Kos
4 1 1 01 13 Wisma Pariwisata
4 1 1 01 14 Gubuk Pariwisata
4 1 1 01 15 Dst ..............

4 1 1 02 Pajak Restoran
4 1 1 02 01 Restoran
4 1 1 02 02 Rumah Makan
4 1 1 02 03 Kafetaria
4 1 1 02 04 Kantin
4 1 1 02 05 Katering
4 1 1 02 06 Warung
4 1 1 02 07 Bar
4 1 1 02 08 Jasa Boga
4 1 1 02 09 Dst ..............

4 1 1 03 Pajak Hiburan
4 1 1 03 01 Tontonan Film/Bioskop
4 1 1 03 02 Pagelaran Kesenian/Musik/Tari/Busana
4 1 1 03 03 Kontes Kecantikan
4 1 1 03 04 Kontes Binaraga
4 1 1 03 05 Pameran
4 1 1 03 06 Diskotik
4 1 1 03 07 Karaoke
4 1 1 03 08 Klab Malam
4 1 1 03 09 Sirkus/Akrobat/Sulap
4 1 1 03 10 Permainan Bilyar
4 1 1 03 11 Permainan Golf
4 1 1 03 12 Permainan Bowling
4 1 1 03 13 Pacuan Kuda
4 1 1 03 14 Balap Kendaraan Bermotor
4 1 1 03 15 Permainan Ketangkasan
4 1 1 03 16 Panti Pijat/Refleksi

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18881


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 1 1 03 17 Mandi Uap/Spa
4 1 1 03 18 Pusat Kebugaran
4 1 1 03 19 Pertandingan Olahraga
4 1 1 03 20 Dst ..............

4 1 1 04 Pajak Reklame
4 1 1 04 01 Reklame Papan/Billboard/Videotron/Megatron
4 1 1 04 02 Reklame Kain
4 1 1 04 03 Reklame Melekat/Stiker
4 1 1 04 04 Reklame Selebaran
4 1 1 04 05 Reklame Berjalan
4 1 1 04 06 Reklame Udara
4 1 1 04 07 Reklame Apung
4 1 1 04 08 Reklame Suara
4 1 1 04 09 Reklame Film/Slide
4 1 1 04 10 Reklame Peragaan
4 1 1 04 11 Dst ..............

4 1 1 05 Pajak Penerangan Jalan


4 1 1 05 01 Pajak Penerangan Jalan PLN
4 1 1 05 02 Dst ..............

4 1 1 06 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 4)


4 1 1 06 01 Asbes 4)
4 1 1 06 02 Batu Tulis 4)
4 1 1 06 03 Batu Setengah Permata 4)
4 1 1 06 04 Batu Kapur 4)
4 1 1 06 05 Batu Apung 4)
4 1 1 06 06 Dst .............. 4)

4 1 1 07 Pajak Parkir
4 1 1 07 01 Pajak Parkir
4 1 1 07 02 Dst .............. 4)

4 1 1 08 Pajak Air Tanah


4 1 1 08 01 Pajak Air Tanah
4 1 1 08 02 Dst .............. 4)

4 1 1 09 Pajak Sarang Burung Walet


4 1 1 09 01 Pajak Sarang Burung Walet
4 1 1 09 02 Dst .............. 4)

4 1 1 10 Pajak Lingkungan 4)
4 1 1 10 01 Pajak Lingkungan 4)
4 1 1 10 02 Dst .............. 4)

4 1 1 11 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


4 1 1 11 01 Asbes
4 1 1 11 02 Batu Tulis
4 1 1 11 03 Batu Setengah Permata
4 1 1 11 04 Batu Kapur
4 1 1 11 05 Batu Apung
4 1 1 11 06 Dst ..............

4 1 1 12 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan


4 1 1 12 01 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

4 1 1 13 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


882 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 1 1 13 01 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

4 1 2 Hasil Retribusi Daerah 1)

4 1 2 01 Retribusi Jasa Umum


4 1 2 01 01 Retribusi Pelayanan Kesehatan
4 1 2 01 02 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
4 1 2 01 03 Retribusi Penggantian Biaya Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
4 1 2 01 04 Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
4 1 2 01 05 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
4 1 2 01 06 Retribusi Pelayanan Pasar
4 1 2 01 07 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
4 1 2 01 08 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
4 1 2 01 09 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
4 1 2 01 10 Retribusi Pelayanan Pendidikan
4 1 2 01 11 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
4 1 2 01 12 Retribusi Pengelolaan Limbah Cair
4 1 2 01 13 Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
4 1 2 01 14 Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
4 1 2 01 15 Dst ..............

4 1 2 02 Retribusi Jasa Usaha


4 1 2 02 01 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
4 1 2 02 02 Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan
4 1 2 02 03 Retribusi Tempat Pelelangan
4 1 2 02 04 Retribusi Terminal
4 1 2 02 05 Retribusi Tempat Khusus Parkir
4 1 2 02 06 Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
4 1 2 02 07 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus 4)
4 1 2 02 08 Retribusi Rumah Potong Hewan
4 1 2 02 09 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
4 1 2 02 10 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
4 1 2 02 11 Retribusi Penyeberangan di Air
4 1 2 02 12 Retribusi Pengelolaan Limbah Cair 4)
4 1 2 02 13 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
4 1 2 02 14 Dst ..............

4 1 2 03 Retribusi Perizinan Tertentu


4 1 2 03 01 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
4 1 2 03 02 Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
4 1 2 03 03 Retribusi Izin Gangguan
4 1 2 03 04 Retribusi Izin Trayek
4 1 2 03 05 Retribusi Izin Usaha Perikanan
4 1 2 03 06 Dst ..............

4 1 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

4 1 3 01 Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD


4 1 3 01 01 Perusahaan Daerah
4 1 3 01 02 BUMD ..............
4 1 3 01 03 Dst ..............

4 1 3 02 Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Negara/BUMN


4 1 3 02 01 BUMN ..............
4 1 3 02 02 Dst ..............

4 1 3 03 Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta


4 1 3 03 01 Perusahaan Patungan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 38883


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 1 3 03 02 Dst ..............

4 1 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

4 1 4 01 Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan


4 1 4 01 01 Pelepasan Hak Atas Tanah
4 1 4 01 02 Penjualan Peralatan/Perlengkapan Kantor Tidak Terpakai
4 1 4 01 03 Penjualan Mesin/Alat-Alat Berat Tidak Terpakai
4 1 4 01 04 Penjualan Rumah Jabatan/Rumah Dinas
4 1 4 01 05 Penjualan Kendaraan Dinas Roda Dua
4 1 4 01 06 Penjualan Kendaraan Dinas Roda Empat
4 1 4 01 07 Penjualan Drum Bekas
4 1 4 01 08 Penjualan Hasil Penebangan Pohon
4 1 4 01 09 Penjualan Lampu Hias Bekas
4 1 4 01 10 Penjualan Bahan-Bahan Bekas Bangunan
4 1 4 01 11 Penjualan Perlengkapan Lalu Lintas
4 1 4 01 12 Penjualan Obat-Obatan dan Hasil Farmasi
4 1 4 01 13 Penjualan Hasil Pertanian
4 1 4 01 14 Penjualan Hasil Kehutanan
4 1 4 01 15 Penjualan Hasil Perkebunan
4 1 4 01 16 Penjualan Hasil Peternakan
4 1 4 01 17 Penjualan Hasil Perikanan
4 1 4 01 18 Penjualan Hasil Sitaan
4 1 4 01 19 Dst ..............

4 1 4 02 Jasa Giro
4 1 4 02 01 Jasa Giro Kas Daerah
4 1 4 02 02 Jasa Giro Pemegang Kas
4 1 4 02 03 Jasa Giro Dana Cadangan
4 1 4 02 04 Dst ..............

4 1 4 03 Pendapatan Bunga Deposito


4 1 4 03 01 Rekening Deposito Pada Bank ..............
4 1 4 03 02 Dst ..............

4 1 4 04 Tuntutan Ganti Kerugian Daerah


4 1 4 04 01 Kerugian Uang Daerah
4 1 4 04 02 Kerugian Barang Daerah
4 1 4 04 03 Dst ..............

4 1 4 05 Komisi, Potongan dan Selisih Nilai Tukar Rupiah


4 1 4 05 01 Penerimaan Komisi dari Penempatan Kas Daerah
4 1 4 05 02 Penerimaan Potongan dari ..............
4 1 4 05 03 Penerimaan Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah dari ..............
4 1 4 05 04 Dst ..............

4 1 4 06 Pendapatan Denda Atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan


4 1 4 06 01 Bidang Pendidikan
4 1 4 06 02 Bidang Kesehatan
4 1 4 06 03 Bidang Pekerjaan Umum
4 1 4 06 04 Bidang Perumahan Rakyat
4 1 4 06 05 Bidang Penataan Ruang
4 1 4 06 06 Bidang Perencanaan Pembangunan
4 1 4 06 07 Bidang Perhubungan
4 1 4 06 08 Bidang Lingkungan Hidup
4 1 4 06 09 Bidang Pertanahan
4 1 4 06 10 Dst ..............

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


884 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 1 4 07 Pendapatan Denda Pajak1)
4 1 4 07 01 Pendapatan Denda Pajak Hotel
4 1 4 07 02 Pendapatan Denda Pajak Restoran
4 1 4 07 03 Pendapatan Denda Pajak Hiburan
4 1 4 07 04 Pendapatan Denda Pajak Reklame
4 1 4 07 05 Pendapatan Denda Pajak Penerangan Jalan
4 1 4 07 06 Pendapatan Denda Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 4)
4 1 4 07 07 Pendapatan Denda Pajak Parkir
4 1 4 07 08 Pendapatan Denda Pajak Air Tanah
4 1 4 07 09 Pendapatan Denda Pajak Sarang Burung Walet
4 1 4 07 10 Pendapatan Denda Pajak Lingkungan 4)
4 1 4 07 11 Pendapatan Denda Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
4 1 4 07 12 Pendapatan Denda Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
4 1 4 07 13 Pendapatan Denda Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

4 1 4 08 Pendapatan Denda Retribusi


4 1 4 08 01 Pendapatan Denda Retribusi Jasa Umum
4 1 4 08 02 Pendapatan Denda Retribusi Jasa Usaha
4 1 4 08 03 Pendapatan Denda Retribusi Perizinan Tertentu

4 1 4 09 Pendapatan Hasil Eksekusi Atas Jaminan


4 1 4 09 01 Hasil Eksekusi Atas Jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan
4 1 4 09 02 Hasil Eksekusi Atas Jaminan atas Pembongkaran Reklame
4 1 4 09 03 Hasil Eksekusi Atas Jaminan atas KTP Musiman
4 1 4 09 04 Dst ..............

4 1 4 10 Pendapatan Dari Pengembalian


4 1 4 10 01 Pendapatan Dari Pengembalian Pajak Penghasilan Pasal 21
4 1 4 10 02 Pendapatan Dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Asuransi Kesehatan
4 1 4 10 03 Pendapatan Dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Gaji dan Tunjangan
4 1 4 10 04 Pendapatan Dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Perjalanan Dinas
4 1 4 10 05 Pendapatan Dari Pengembalian Uang Muka
4 1 4 10 06 Dst ..............

4 1 4 11 Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum


4 1 4 11 01 Fasilitas Sosial
4 1 4 11 02 Fasilitas Umum
4 1 4 11 03 Dst ..............

4 1 4 12 Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan


4 1 4 12 01 Uang Pendaftaran/Ujian Masuk
4 1 4 12 02 Uang Sekolah/Pendidikan dan Pelatihan
4 1 4 12 03 Uang Ujian Kenaikan Tingkat/Kelas
4 1 4 12 04 Dst ..............

4 1 4 13 Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan


4 1 4 13 01 Angsuran/Cicilan Penjualan Rumah Dinas Daerah Golongan III
4 1 4 13 02 Angsuran/Cicilan Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas
4 1 4 13 03 Angsuran/Cicilan Ganti Kerugian Barang Milik Daerah

4 1 4 14 Hasil Pengelolaan Dana Bergulir


4 1 4 14 01 Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat
4 1 4 14 02 Dst ..............

4 2 DANA PERIMBANGAN

4 2 1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 58885


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2
4 2 1 01 Bagi Hasil Pajak
4 2 1 01 01 Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan
4 2 1 01 02 Bagi Hasil dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan4)
Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak
4 2 1 01 03
Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21
4 2 1 01 04 Dst ..............

4 2 1 02 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam


4 2 1 02 01 Bagi Hasil dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan
4 2 1 02 02 Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan
4 2 1 02 03 Bagi Hasil dari Dana Reboisasi
4 2 1 02 04 Bagi Hasil dari Iuran Tetap (Land-Rent)
4 2 1 02 05 Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalti)
4 2 1 02 06 Bagi Hasil dari Pungutan Pengusahaan Perikanan
4 2 1 02 07 Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan
4 2 1 02 08 Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi
4 2 1 02 09 Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi
4 2 1 02 10 Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi
4 2 1 02 11 Dst ..............

4 2 2 Dana Alokasi Umum

4 2 2 01 Dana Alokasi Umum


4 2 2 01 01 Dana Alokasi Umum

4 2 3 Dana Alokasi Khusus

4 2 3 01 Dana Alokasi Khusus


4 2 3 01 01 Dana Alokasi Khusus
4 2 3 01 02 Dst ..............

4 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

4 3 1 Pendapatan Hibah

4 3 1 01 Pendapatan Hibah Dari Pemerintah


4 3 1 01 01 Pemerintah
4 3 1 01 02 Dst ..............

4 3 1 02 Pendapatan Hibah Dari Pemerintah Daerah Lainnya


4 3 1 02 01 Pemerintah Daerah ..............
4 3 1 02 02 Dst ..............

4 3 1 03 Pendapatan Hibah Dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri


4 3 1 03 01 Badan/Lembaga/Organisasi Swasta ..............
4 3 1 03 02 Dst ..............

4 3 1 04 Pendapatan Hibah Dari Kelompok Masyarakat/Perorangan


4 3 1 04 01 Kelompok Masyarakat/Perorangan
4 3 1 04 02 Dst ..............

4 3 1 05 Pendapatan Hibah Dari Luar Negeri


4 3 1 05 01 Pendapatan Hibah Dari Bilateral
4 3 1 05 02 Pendapatan Hibah Dari Multilateral
4 3 1 05 03 Pendapatan Hibah Dari Donor Lainnya
4 3 1 05 04 Dst ..............

4 3 2 Dana Darurat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


886 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2

4 3 2 01 Penanggulangan Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam


4 3 2 01 01 Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam ..............
4 3 2 01 02 Dst ..............

4 3 3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

4 3 3 01 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 2)


4 3 3 01 01 Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor
4 3 3 01 02 Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Di atas Air 4)
4 3 3 01 03 Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
4 3 3 01 04 Bagi Hasil dari Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Di atas Air 4)
4 3 3 01 05 Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4 3 3 01 06 Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah 4)

4 3 3 01 07 Bagi Hasil dari Pajak Air Permukaan


4 3 3 01 08 Bagi Hasil dari Pajak Rokok
4 3 3 01 09 Dst .............. 4)

4 3 3 02 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 3)


4 3 3 02 01 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi ..............
4 3 3 02 02 Dst ..............

4 3 3 03 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten 3)


4 3 3 03 01 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten ..............
4 3 3 03 02 Dst ..............

4 3 3 04 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota 3)


4 3 3 04 01 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota ..............
4 3 3 04 02 Dst ..............

4 3 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

4 3 4 01 Dana Penyesuaian
4 3 4 01 01 Dana BOS
4 3 4 01 02 Dst ..............

4 3 4 02 Dana Otonomi Khusus


4 3 4 02 01 Dana Otonomi Khusus
4 3 4 02 02 Dst ..............

4 3 5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

4 3 5 01 Bantuan Keuangan Dari Provinsi


4 3 5 01 01 Bantuan Keuangan Dari Provinsi ..............
4 3 5 01 02 Dst ..............

4 3 5 02 Bantuan Keuangan Dari Kabupaten


4 3 5 02 01 Bantuan Keuangan Dari Kabupaten ..............
4 3 5 02 02 Dst ..............

4 3 5 03 Bantuan Keuangan Dari Kota


4 3 5 03 01 Bantuan Keuangan Dari Kota ..............
4 3 5 03 02 Dst ..............

Keterangan :
1) Pendapatan tersebut diberlakukan juga untuk Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 78887


8
2) Dari Provinsi yang bersangkutan
3) Dari Provinsi atau Kabupaten/Kota di luar wilayah Provinsi yang bersangkutan atau
dari Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang bersangkutan.
4) Dihapus

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

GAMAWAN FAUZI

Salinan sesuai dengan aslinya,


Plt. KEPALA BIRO HUKUM

ZUDAN ARIF FAKRULLOH


PEMBINA (IV/a)
NIP.19690824 199903 1 001

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


888 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
LAMPIRAN A.VIII.a.1 : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR : 21 TAHUN 2011
TANGGAL : 23 MEI 2011

KODE REKENING BELANJA DAERAH


Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 BELANJA DAERAH

5 1 BELANJA TIDAK LANGSUNG

5 1 1 BELANJA PEGAWAI

5 1 1 01 Gaji dan Tunjangan


5 1 1 01 01 Gaji Pokok PNS/Uang Representasi1)
5 1 1 01 02 Tunjangan Keluarga
5 1 1 01 03 Tunjangan Jabatan 1)
5 1 1 01 04 Tunjangan Fungsional
5 1 1 01 05 Tunjangan Fungsional Umum
5 1 1 01 06 Tunjangan Beras 1)
5 1 1 01 07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
5 1 1 01 08 Pembulatan Gaji
5 1 1 01 09 Iuran Asuransi Kesehatan
5 1 1 01 10 Uang Paket 2)
5 1 1 01 11 Tunjangan Badan Musyawarah 2)
5 1 1 01 12 Tunjangan Komisi 2)
5 1 1 01 13 Tunjangan Badan Anggaran 2)
5 1 1 01 14 Tunjangan Badan Kehormatan 2)
5 1 1 01 15 Tunjangan Alat Kelengkapan Lainnya 2)
5 1 1 01 16 Tunjangan Perumahan 2)
5 1 1 01 17 Uang Duka Wafat/Tewas 1)
5 1 1 01 18 Uang Jasa Pengabdian 2)
5 1 1 01 19 Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD
5 1 1 01 20 Tunjangan Kesehatan DPRD
5 1 1 01 21 Dst ..............

5 1 1 02 Tambahan Penghasilan PNS


5 1 1 02 01 Tambahan Penghasilan berdasarkan beban kerja
5 1 1 02 02 Tambahan Penghasilan berdasarkan tempat bertugas
5 1 1 02 03 Tambahan Penghasilan berdasarkan kondisi kerja
5 1 1 02 04 Tambahan Penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi
5 1 1 02 05 Dst ...................

5 1 1 03 Belanja Penerimaan lainnya Pimpinan dan anggota DPRD serta KDH/WKDH


5 1 1 03 01 Tunjangan Komunikasi Intensif Pimpinan dan Anggota DPRD
5 1 1 03 02 Belanja Penunjang Operasional KDH/WKDH
5 1 1 03 03 Dst ...............

5 1 1 04 Biaya Pemungutan Pajak


5 1 1 04 01 Biaya Pemungutan PBB
5 1 1 04 02 Biaya Pemungutan Pajak Daerah 7)
5 1 1 04 03 Dst ...............

5 1 1 05 Insentif Pemungutan Pajak Daerah


5 1 1 05 01 Insentif Pemungutan Pajak Daerah

5 1 1 06 Insentif Pemungutan Retribusi Daerah


5 1 1 06 01 Insentif Pemungutan Retribusi Daerah

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 98889


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2

5 1 2 BELANJA BUNGA

5 1 2 01 Bunga Utang Pinjaman


5 1 2 01 01 Bunga Utang Pinjaman kepada Pemerintah
5 1 2 01 02 Bunga Utang Pinjaman kepada Pemerintah Daerah lainnya
5 1 2 01 03 Bunga Utang Pinjaman kepada Lembaga Keuangan Bank
5 1 2 01 04 Bunga Utang Pinjaman kepada Lembaga Keuangan Bukan Bank
5 1 2 01 05 Dst

5 1 2 02 Bunga Utang Obligasi


5 1 2 02 01 Bunga Utang Obligasi
5 1 2 02 02 Dst

5 1 2 03 Dst ................................

5 1 3 BELANJA SUBSIDI

5 1 3 01 Belanja Subsidi kepada Perusahaan/Lembaga


5 1 3 01 01 Belanja Subsidi kepada Perusahaan .
5 1 3 01 02 Belanja Subsidi kepada Lembaga .
5 1 3 01 03 Dst

5 1 3 02 Dst

5 1 4 BELANJA HIBAH

5 1 4 01 Belanja Hibah kepada Pemerintah Pusat


5 1 4 01 01 Pemerintah Pusat

5 1 4 02 Belanja Hibah kepada Pemerintah Daerah lainnya3)


5 1 4 02 01 Pemerintah Provinsi .
5 1 4 02 02 Pemerintah Kabupaten/Kota ..........
5 1 4 02 03 Dst

5 1 4 03 Belanja Hibah kepada Pemerintahan Desa


5 1 4 03 01 Pemerintahan Desa .......
5 1 4 03 02 Dst

5 1 4 04 Belanja Hibah kepada Perusahaan Daerah/ BUMD/ BUMN 4)


5 1 4 04 01 Perusahaan Daerah/ BUMD/ BUMN ...........
5 1 4 04 02 Dst...............

5 1 4 05 Belanja Hibah kepada Badan/Lembaga/Organisasi


5 1 4 05 01 Badan/Lembaga/Organisasi ...........
5 1 4 05 02 Dst...............

5 1 4 06 Belanja Hibah kepada Kelompok/Anggota Masyarakat


5 1 4 06 01 Kelompok/anggota masyarakat ..
5 1 4 06 02 Dst

5 1 4 07 Belanja Hibah Dana BOS 6)


5 1 4 07 01 Belanja Hibah Dana BOS ke SD Swasta
5 1 4 07 02 Belanja Hibah Dana BOS ke SMP Swasta
5 1 4 07 03 Dst

5 1 4 08 Dst

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


890 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 1 5 BELANJA BANTUAN SOSIAL

5 1 5 01 Belanja Bantuan Sosial Kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan


5 1 5 01 01 Belanja Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan ....
5 1 5 01 02 Dst..........

5 1 5 02 Belanja Bantuan Sosial kepada Kelompok Masyarakat


5 1 5 02 01 Belanja Bantuan Sosial kepada Kelompok Masyarakat .................
5 1 5 02 02 Dst

5 1 5 03 Belanja Bantuan Sosial kepada Anggota Masyarakat


5 1 5 03 01 Belanja Bantuan Sosial kepada
5 1 5 03 02 Dst

5 1 5 04 Belanja Bantuan Partai Politik 7)


5 1 5 04 01 Belanja Bantuan Partai Politik 7)
5 1 5 04 02 Dst................................ 7)

5 1 5 05 Dst .

BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DAN


5 1 6
PEMERINTAHAN DESA

5 1 6 01 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Provinsi


5 1 6 01 01 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Provinsi ...
5 1 6 01 02 Dst

5 1 6 02 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten/Kota


5 1 6 02 01 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten/Kota
5 1 6 02 02 Dst

5 1 6 03 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Pemerintahan Desa


5 1 6 03 01 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Pemerintahan Desa
5 1 6 03 02 Dst

5 1 6 04 Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada Kabupaten/Kota


5 1 6 04 01 Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada Kabupaten/Kota .
5 1 6 04 02 Dst

5 1 6 05 Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada Pemerintahan Desa


5 1 6 05 01 Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada Pemerintahan Desa .
5 1 6 05 02 Dst

5 1 6 06 Dst .

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ,


5 1 7
PEMERINTAHAN DESA DAN PARTAI POLITIK

5 1 7 01 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi


5 1 7 01 01 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi ...
5 1 7 01 02 Dst

5 1 7 02 Belanja Bantuan Keuangan kepada kabupaten/Kota


5 1 7 02 01 Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota ...
5 1 7 02 02 Dst

5 1 7 03 Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa


5 1 7 03 01 Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa
5 1 7 03 02 Dst

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18991


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2

Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah/Pemerintahan Desa


5 1 7 04
lainnya
5 1 7 04 01 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi ...
5 1 7 04 02 Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota
5 1 7 04 03 Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa ...
5 1 7 04 04 Dst

5 1 7 05 Belanja Bantuan kepada Partai Politik


5 1 7 05 01 Belanja Bantuan kepada Partai Politik ................
5 1 7 05 02 Dst....................................

5 1 7 06 Dst....................................

5 1 8 BELANJA TIDAK TERDUGA

5 1 8 01 Belanja Tidak Terduga


5 1 8 01 01 Belanja Tidak Terduga

5 1 8 02 Dst .

5 2 BELANJA LANGSUNG

5 2 1 BELANJA PEGAWAI

5 2 1 01 Honorarium PNS
5 2 1 01 01 Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan
5 2 1 01 02 Honorarium Tim Pengadaan Barang dan Jasa
5 2 1 01 03 Dst

5 2 1 02 Honorarium Non PNS


5 2 1 02 01 Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
5 2 1 02 02 Honorarium Pegawai Honorer/tidak tetap
5 2 1 02 03 Dst

5 2 1 03 Uang Lembur
5 2 1 03 01 Uang Lembur PNS
5 2 1 03 02 Uang Lembur Non PNS
5 2 1 03 03 Dst .

5 2 1 04 Honorarium Pengelolaan Dana BOS 6)


5 2 1 04 01 Honorarium Pengelolaan Dana BOS

5 2 1 05 Uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat


5 2 1 05 01 Uang untuk diberikan kepada pihak ketiga
5 2 1 05 02 Uang untuk diberikan kepada masyarakat
5 2 1 05 03 Dst .

5 2 1 06 Dst

5 2 2 BELANJA BARANG DAN JASA

5 2 2 01 Belanja Bahan Pakai Habis


5 2 2 01 01 Belanja alat tulis kantor
5 2 2 01 02 Belanja dokumen/administrasi tender
5 2 2 01 03 Dst

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


892 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 2 02 Belanja Bahan/Material
5 2 2 02 01 Belanja bahan baku bangunan
5 2 2 02 02 Belanja bahan/bibit tanaman
5 2 2 02 03 Dst

5 2 2 03 Belanja Jasa Kantor


5 2 2 03 01 Belanja telepon
5 2 2 03 02 Belanja air
5 2 2 03 03 Dst

5 2 2 04 Belanja Premi Asuransi


5 2 2 04 01 Belanja Premi Asuransi Kesehatan 2)
5 2 2 04 02 Belanja Premi Asuransi Barang Milik Daerah
5 2 2 04 03 Dst

5 2 2 05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor


5 2 2 05 01 Belanja Jasa Service
5 2 2 05 02 Belanja Penggantian Suku Cadang
5 2 2 05 03 Dst

5 2 2 06 Belanja Cetak dan Penggandaan


5 2 2 06 01 Belanja cetak
5 2 2 06 02 Belanja Penggandaan
5 2 2 06 03 Dst

5 2 2 07 Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir


5 2 2 07 01 Belanja sewa rumah jabatan/rumah dinas
5 2 2 07 02 Belanja sewa gedung/ kantor/tempat
5 2 2 07 03 Dst

5 2 2 08 Belanja Sewa Sarana Mobilitas


5 2 2 08 01 Belanja sewa Sarana Mobilitas Darat
5 2 2 08 02 Belanja sewa Sarana Mobilitas Air
5 2 2 08 03 Dst

5 2 2 09 Belanja Sewa Alat Berat


5 2 2 09 01 Belanja sewa Eskavator
5 2 2 09 02 Belanja sewa Buldoser
5 2 2 09 03 Dst

5 2 2 10 Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor


5 2 2 10 01 Belanja sewa meja kursi
5 2 2 10 02 Belanja sewa komputer dan printer
5 2 2 10 03 Dst

5 2 2 11 Belanja Makanan dan Minuman


5 2 2 11 01 Belanja makanan dan minuman harian pegawai
5 2 2 11 02 Belanja makanan dan minuman rapat
5 2 2 11 03 Dst

5 2 2 12 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya


5 2 2 12 01 Belanja pakaian Dinas KDH dan WKDH
5 2 2 12 02 Belanja Pakaian Sipil Harian (PSH)
5 2 2 12 03 Dst

5 2 2 13 Belanja Pakaian Kerja


5 2 2 13 01 Belanja pakaian kerja lapangan
5 2 2 13 02 Dst

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 38993


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2
6
5 2 2 14 Belanja Pakaian khusus dan hari-hari tertentu
5 2 2 14 01 Belanja pakaian KORPRI
5 2 2 14 02 Belanja pakaian adat daerah
5 2 2 14 03 Dst

5 2 2 15 Belanja Perjalanan Dinas


5 2 2 15 01 Belanja perjalanan dinas dalam daerah
5 2 2 15 02 Belanja perjalanan dinas luar daerah
5 2 2 15 03 Dst

5 2 2 16 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS


5 2 2 16 01 Belanja beasiswa tugas belajar D3
5 2 2 16 02 Belanja beasiswa tugas belajar S1
5 2 2 16 03 Dst .

5 2 2 17 Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis PNS


5 2 2 17 01 Belanja kursus-kursus singkat/ pelatihan
5 2 2 17 02 Belanja sosialisasi
5 2 2 17 03 Dst

5 2 2 18 Belanja Perjalanan Pindah Tugas


5 2 2 18 01 Belanja perjalanan pindah tugas dalam daerah
5 2 2 18 02 Belanja perjalanan pindah tugas luar daerah

5 2 2 19 Belanja Pemulangan Pegawai


5 2 2 19 01 Belanja pemulangan pegawai yang pensiun dalam daerah
5 2 2 19 02 Belanja pemulangan pegawai yang pensiun luar daerah
5 2 2 19 03 Dst

5 2 2 20 Belanja Pemeliharaan
5 2 2 20 01 Belanja Pemeliharan Jalan
5 2 2 20 02 Belanja Pemeliharan Jembatan
5 2 2 20 03 Dst

5 2 2 21 Belanja Jasa Konsultansi


5 2 2 21 01 Belanja Jasa Konsultansi Penelitian
5 2 2 21 02 Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan
5 2 2 21 03 Belanja Jasa Konsultansi Pengawasan
5 2 2 21 04 Dst

5 2 2 22 Belanja Barang Dana BOS 6)


5 2 2 22 01 Belanja Barang Dana BOS

5 2 2 23 Belanja Barang Yang Akan Diserahkan Kepada Masyarakat/Pihak Ketiga


5 2 2 23 01 Belanja Barang Yang Akan Diserahkan Kepada Masyarakat
5 2 2 23 02 Belanja Barang Yang Akan Diserahkan Kepada Pihak Ketiga

5 2 2 24 Belanja Barang Yang Akan Dijual Kepada Masyarakat/Pihak Ketiga


5 2 2 24 01 Belanja Barang Yang Akan Dijual Kepada Masyarakat
5 2 2 24 02 Belanja Barang Yang Akan Dijual Kepada Pihak Ketiga

5 2 2 25 Dst .

5 2 3 BELANJA MODAL
5 2 3 01 Belanja Modal Pengadaan Tanah
5 2 3 01 01 Belanja modal pengadaan tanah kantor
5 2 3 01 02 Belanja modal pengadaan tanah sarana kesehatan rumah sakit

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


894 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 3 01 03 Dst ....................................

5 2 3 02 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Berat


5 2 3 02 01 Belanja modal pengadaan traktor
5 2 3 02 02 Belanja modal pengadaan buldozer
5 2 3 02 03 Dst .....................................

5 2 3 03 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Bermotor


5 2 3 03 01 Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor sedan
5 2 3 03 02 Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor jeep
5 2 3 03 03 Dst

5 2 3 04 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Tidak Bermotor


5 2 3 04 01 Belanja modal pengadaan gerobak
5 2 3 04 02 Belanja modal pengadaan pedati/delman/dokar/bendi/cidomo/andong
5 2 3 04 03 Dst

5 2 3 05 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di Air Bermotor


5 2 3 05 01 Belanja modal pengadaan kapal motor
5 2 3 05 02 Belanja modal pengadaan kapal feri
5 2 3 05 03 Dst

5 2 3 06 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di Air Tidak Bermotor


5 2 3 06 01 Belanja modal pengadaan perahu layar
5 2 3 06 02 Belanja modal pengadaan perahu sampan
5 2 3 06 03 Dst

5 2 3 07 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Udara


5 2 3 07 01 Belanja modal pengadaan pesawat kargo
5 2 3 07 02 Belanja modal pengadaan pesawat penumpang
5 2 3 07 03 Dst

5 2 3 08 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Bengkel


5 2 3 08 01 Belanja modal pengadaan mesin las
5 2 3 08 02 Belanja modal pengadaan mesin bubut
5 2 3 08 03 Dst

5 2 3 09 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Pengolahan Pertanian dan Peternakan


5 2 3 09 01 Belanja modal pengadaan penggiling hasil pertanian
5 2 3 09 02 Belanja modal pengadaan alat pengering gabah
5 2 3 09 03 Dst

5 2 3 10 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor


5 2 3 10 01 Belanja modal pengadaan mesin tik
5 2 3 10 02 Belanja modal pengadaan mesin hitung
5 2 3 10 03 Dst

5 2 3 11 Belanja Modal Pengadaan Perlengkapan Kantor


5 2 3 11 01 Belanja modal pengadaan meja gambar
5 2 3 11 02 Belanja modal pengadaan almari
5 2 3 11 03 Dst

5 2 3 12 Belanja Modal Pengadaan Komputer


5 2 3 12 01 Belanja modal pengadaan komputer mainframe/server
5 2 3 12 02 Belanja modal pengadaan komputer/PC
5 2 3 12 03 Dst
5 2 3 13 Belanja Modal Pengadaan Mebeulair
5 2 3 13 01 Belanja modal pengadaan meja kerja

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 58995


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 3 13 02 Belanja modal pengadaan meja rapat
5 2 3 13 03 Dst

5 2 3 14 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Dapur


5 2 3 14 01 Belanja modal pengadaan tabung gas
5 2 3 14 02 Belanja modal pengadaan kompor gas
5 2 3 14 03 Dst

5 2 3 15 Belanja Modal Pengadaan Penghias Ruangan Rumah Tangga


5 2 3 15 01 Belanja modal pengadaan lampu hias
5 2 3 15 02 Belanja modal pengadaan jam dinding/meja
5 2 3 15 03 Dst

5 2 3 16 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Studio


5 2 3 16 01 Belanja modal pengadaan kamera
5 2 3 16 02 Belanja modal pengadaan handycam
5 2 3 16 03 Dst

5 2 3 17 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Komunikasi


5 2 3 17 01 Belanja modal pengadaan telepon
5 2 3 17 02 Belanja modal pengadaan faximili
5 2 3 17 03 Dst

5 2 3 18 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Ukur


5 2 3 18 01 Belanja modal pengadaan timbangan
5 2 3 18 02 Belanja modal pengadaan teodolite
5 2 3 18 03 Dst

5 2 3 19 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Kedokteran


5 2 3 19 01 Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran umum
5 2 3 19 02 Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran gigi
5 2 3 19 03 Dst

5 2 3 20 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Laboratorium


5 2 3 20 01 Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium biologi
5 2 3 20 02 Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium fisika/geologi/geodesi
5 2 3 20 03 Dst

5 2 3 21 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan


5 2 3 21 01 Belanja modal pengadaan konstruksi jalan
5 2 3 21 02 Belanja modal pengadaan konstruksi jalan fly over
5 2 3 21 03 Dst

5 2 3 22 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan


5 2 3 22 01 Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan gantung
5 2 3 22 02 Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan ponton
5 2 3 22 03 Dst

5 2 3 23 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air


5 2 3 23 01 Belanja modal pengadaan konstruksi bendungan
5 2 3 23 02 Belanja modal pengadaan konstruksi waduk
5 2 3 23 03 Dst

5 2 3 24 Belanja Modal Pengadaan Penerangan Jalan, Taman dan Hutan Kota


5 2 3 24 01 Belanja modal pengadaan lampu hias jalan
5 2 3 24 02 Belanja modal pengadaan lampu hias taman
5 2 3 24 03 Dst
5 2 3 25 Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik dan Telepon
5 2 3 25 01 Belanja modal pengadaan instalasi listrik

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


896 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 3 25 02 Belanja modal pengadaan instalasi telepon
5 2 3 25 03 Dst

5 2 3 26 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian*) Bangunan


5 2 3 26 01 Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian gedung kantor
5 2 3 26 02 Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian rumah jabatan
5 2 3 26 03 Dst

5 2 3 27 Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan


5 2 3 27 01 Belanja modal pengadaan buku matematika
5 2 3 27 02 Belanja modal pengadaan buku fisika
5 2 3 27 03 Dst

5 2 3 28 Belanja Modal Pengadaan Barang bercorak Kesenian, Kebudayaan


5 2 3 28 01 Belanja modal pengadaan lukisan/foto
5 2 3 28 02 Belanja modal pengadaan patung
5 2 3 28 03 Dst

5 2 3 29 Belanja Modal Pengadaan Hewan/Ternak dan Tanaman


5 2 3 29 01 Belanja modal pengadaan hewan kebun binatang
5 2 3 29 02 Belanja modal pengadaan ternak
5 2 3 29 03 Dst

5 2 3 30 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Persenjataan/Keamanan


5 2 3 30 01 Belanja modal pengadaan senjata api
5 2 3 30 02 Belanja modal pengadaan radar
5 2 3 30 03 Dst

5 2 3 31 Belanja Modal Dana BOS 6)


5 2 3 31 01 Belanja Modal Dana BOS

5 2 3 32 Dst

Keterangan :
1) Digunakan untuk Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD, Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah serta PNS
2) Hanya untuk Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD
3) Belanja hibah kepada provinsi, kabupaten/kota, pemerintahan desa di luar wilayah provinsi
atau kepada provinsi/kabupaten/kota di wilayah provinsi pemberi hibah
4) Belanja hibah provinsi, kabupaten/kota kepada perusahaan daerah/BUMD milik provinsi,
kabupaten/kota yang bersangkutan atau milik provinsi, kabupaten/kota lainnya dan
kepada BUMN
5) Belanja bagi hasil pajak provinsi kepada provinsi/kabupaten/kota diluar wilayah provinsi
atau bagi hasil pajak kabupaten/kota kepada provinsi/kabupaten/kota dalam wilayah
provinsi yang bersangkutan
6) Hanya untuk belanja dana BOS.
7) Dihapus

*) Coret yang tidak perlu

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd
Salinan sesuai dengan aslinya,
Plt. KEPALA BIRO HUKUM GAMAWAN FAUZI

ZUDAN ARIF FAKRULLOH


PEMBINA (IV/a)
NIP.19690824 199903 1 001

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 78997


8
LAMPIRAN A.IX.a : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR : 21 TAHUN 2011
TANGGAL : 23 MEI 2011

KODE REKENING PEMBIAYAAN DAERAH

Kode
Uraian
Rekening
1 2
6 PEMBIAYAAN DAERAH

6 1 Penerimaan Pembiayaan Daerah

6 1 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya

6 1 1 01 Pelampauan penerimaan PAD


6 1 1 01 01 Pajak Daerah
6 1 1 01 02 Retribusi Daerah
6 1 1 01 03 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
6 1 1 01 04 Lain-Lain PAD yang sah
6 1 1 01 05 Dst. 1)

6 1 1 02 Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan


6 1 1 02 01 Bagi Hasil Pajak
6 1 1 02 02 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam
6 1 1 02 03 Dst.

6 1 1 03 Pelampauan penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah


6 1 1 03 01 Dst.

6 1 1 04 Sisa Penghematan Belanja atau akibat lainnya


6 1 1 04 01 Belanja Pegawai dari Belanja Tidak langsung
6 1 1 04 02 Belanja Pegawai dari Belanja langsung
6 1 1 04 03 Belanja Barang dan Jasa
6 1 1 04 04 Belanja Modal
6 1 1 04 05 Belanja Bunga
6 1 1 04 06 Belanja Subsidi
6 1 1 04 07 Belanja Hibah
6 1 1 04 08 Belanja Bantuan Sosial
6 1 1 04 09 Belanja Belanja Bagi Hasil
6 1 1 04 10 Belanja Bantuan Keuangan
6 1 1 04 11 Belanja Tidak Terduga
6 1 1 04 12 Dst.

6 1 1 05 Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan
6 1 1 05 01 Uang jaminan
6 1 1 05 02 Potongan Taspen
6 1 1 05 03 Potongan Beras
6 1 1 05 04 Askes
6 1 1 05 05 Dst.

6 1 1 06 Kegiatan lanjutan
6 1 1 06 01 Kegiatan lanjutan ......
6 1 1 06 02 Dst.

6 1 1 07 Dst ..............................

6 1 2 Pencairan Dana Cadangan


6 1 2 01 Pencairan Dana Cadangan
6 1 2 01 01 Pencairan Dana Cadangan nomor
6 1 2 01 02 Dst.

6 1 2 02 Dst ..............................

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


898 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2

6 1 3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan


6 1 3 01 Hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD
6 1 3 01 01 BUMD ....
6 1 3 01 01 Dst.

Hasil penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak
6 1 3 02
ketiga
6 1 3 02 01 ..
6 1 3 02 02 Dst.

6 1 3 03 Dst..............................

6 1 4 Penerimaan Pinjaman Daerah

6 1 4 01 Penerimaan Pinjaman Daerah dari Pemerintah


6 1 4 01 01 Penerusan pinjaman..
6 1 4 01 02 Dst.

6 1 4 02 Penerimaan Pinjaman Daerah dari pemerintah daerah lain


6 1 4 02 01 Pemerintah daerah
6 1 4 02 02 Dst.

6 1 4 03 Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bank


6 1 4 03 01 Bank ..
6 1 4 03 02 Dst.

6 1 4 04 Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bukan bank


6 1 4 04 01 Lembaga keuangan bukan bank
6 1 4 04 02 Dst.

6 1 4 05 Penerimaan hasil penerbitan Obligasi daerah


6 1 4 05 01 Obligasi atas nama .
6 1 4 05 02 Obligasi nomor .
6 1 4 05 03 Dst.

6 1 4 06 Dst ..............................

6 1 5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

6 1 5 01 Penerimaan Kembali Penerimaan Pinjaman


6 1 5 01 01 Penerimaan Kembali Penerimaan Pinjaman .
6 1 5 01 02 Dst.

6 1 5 02 Dst ..............................

6 1 6 Penerimaan Piutang Daerah

6 1 6 01 Penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah


6 1 6 01 01 Penerimaan piutang daerah dari pendapatan pajak daerah
6 1 6 01 02 Penerimaan piutang daerah dari pendapatan retribusi daerah
6 1 6 01 03 Penerimaan piutang daerah dari lain-lain pendapatan yang sah
6 1 6 01 04 Dst.

6 1 6 02 Penerimaan piutang daerah dari pemerintah


6 1 6 02 01 Penerimaan piutang daerah dari pemerintah
6 1 6 02 02 Dst ............................

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 98999


8
Kode
Uraian
Rekening
1 2
6 1 6 03 Penerimaan piutang daerah dari pemerintah daerah lain
6 1 6 03 01 Pemerintah daerah .
6 1 6 03 02 Dst.

6 1 6 04 Penerimaan piutang daerah dari lembaga keuangan bank


6 1 6 04 01 Bank ..
6 1 6 04 02 Dst.

6 1 6 05 Penerimaan piutang daerah dari lembaga keuangan bukan bank


6 1 6 05 01 Lembaga keuangan bukan bank .
6 1 6 05 02 Dst.

6 1 7 Penerimaan kembali investasi dana bergulir


6 1 7 06 01 Penerimaan kembali investasi dana bergulir
6 1 7 06 02 Penerimaan kembali dana bergulir dari kelompok masyarakat

6 1 6 07 Dst.

6 2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah

6 2 1 Pembentukan Dana Cadangan

6 2 1 01 Pembentukan Dana Cadangan


6 2 1 01 01 Pembentukan Dana Cadangan nomor
6 2 1 01 02 Dst.

6 2 1 02 Dst ..............................

6 2 2 Penyertaan Modal /Investasi Pemerintah Daerah

6 2 2 01 Badan usaha milik pemerintah (BUMN)


6 2 2 01 01 BUMN .
6 2 2 01 02 Dst.

6 2 2 02 Badan usaha milik daerah (BUMD)


6 2 2 02 01 BUMD .
6 2 2 02 02 Dst.

6 2 2 03 Badan usaha milik swasta


6 2 2 03 01 Badan ..
6 2 2 03 02 Dst.

6 2 2 04 Dana bergulir
6 2 2 04 01 Dana bergulir kepada kelompok masyarakat
6 2 2 04 02 Dst.

6 2 2 05 Dst.

6 2 3 Pembayaran Pokok Utang

6 2 3 01 Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo kepada Pemerintah


6 2 3 01 01 Penerusan pinjaman..
6 2 3 01 02 Dst.

6 2 3 02 Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo kepada pemerintah daerah lain
6 2 3 02 01 Pemerintah daerah
6 2 3 02 01 Dst.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


900 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kode
Uraian
Rekening
1 2
6 2 3 03 Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo kepada lembaga keuangan bank
6 2 3 03 01 Bank ..
6 2 3 03 02 Dst.

Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo kepada lembaga keuangan bukan
6 2 3 04
bank
6 2 3 04 01 Lembaga keuangan bukan bank
6 2 3 04 02 Dst.

6 2 3 05 Pembayaran Pokok Utang sebelum Jatuh Tempo kepada Pemerintah


6 2 3 05 01 Penerusan pinjaman..
6 2 3 05 02 Dst.

6 2 3 06 Pembayaran Pokok Utang sebelum Jatuh Tempo kepada pemerintah daerah lain
6 2 3 06 01 Pemerintah daerah
6 2 3 06 02 Dst.

Pembayaran Pokok Utang sebelum Jatuh Tempo kepada lembaga keuangan


6 2 3 07
bank
6 2 3 07 01 Bank ..
6 2 3 07 02 Dst.

Pembayaran Pokok Utang sebelum Jatuh Tempo kepada lembaga keuangan


6 2 3 08
bukan bank
6 2 3 08 01 Lembaga keuangan bukan bank
6 2 3 08 02 Dst.

6 2 3 09 Pelunasan obligasi daerah pada saat jatuh tempo


6 2 3 09 01 Obligasi atas nama
6 2 3 09 02 Obligasi nomor
6 2 3 09 03 Dst.

6 2 3 10 Pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo


6 2 3 10 01 Obligasi atas nama
6 2 3 10 02 Obligasi nomor
6 2 3 10 03 Dst.

6 2 3 11 Dst ..............................

6 2 4 Pemberian Pinjaman Daerah

6 2 4 01 Pemberian Pinjaman Daerah kepada Pemerintah


6 2 4 01 01 Pemerintah

6 2 4 02 Pemberian Pinjaman Daerah kepada pemerintah daerah lain


6 2 4 02 01 Pemerintah daerah
6 2 4 02 02 Dst.

6 2 4 03 Dst ..............................
6 3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan
Keterangan :
1) Dihapus MENTERI DALAM NEGERI,
Salinan sesuai dengan aslinya,
Plt. KEPALA BIRO HUKUM

ZUDAN ARIF FAKRULLOH GAMAWAN FAUZI


PEMBINA (IV/a)
NIP.19690824 199903 1 001

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19001


9
LAMPIRAN F.I : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR : 21 TAHUN 2011
TANGGAL : 23 MEI 2011

CONTOH FORMAT
NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH (NPHD)

Pada hari ini ......................., tanggal ..................... bulan .................... tahun ........................... yang
bertanda tangan di bahwa ini:

I Nama : ........................................................................................................................

NIP : ........................................................................................................................

Pangkat : ........................................................................................................................

Jabatan : ........................................................................................................................

Unit Kerja : ........................................................................................................................

Yang bertindak untuk dan atas nama Gubernur/Bupati/Walikota di Provinsi/Kabupten/Kota


........................................................ yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

II Nama : ...........................................................................................................................

No. KTP : ...........................................................................................................................

Jabatan : Kepala Sekolah

Alamat : ................................................. Kecamatan....................................................

Kabupaten/Kota ...........................................

Kegiatan : Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Yang bertindak untuk dan atas nama .................................... (sekolah) ...............................


Desa/Kelurahan ............................... Kecamatan ..................................................................

Kabupaten/Kota ............................................. selanjutnya dalam Naskah Perjanjian Hibah


Daerah ini disebut PIHAK KEDUA.

Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan Perjanjian Hibah Daerah dengan ketentuan
sebagai berikut:

Pasal 1

JUMLAH DAN TUJUAN HIBAH

(1) PIHAK PERTAMA memberikan hibah Dana BOS kepada PIHAK KEDUA, berupa uang
sebesar Rp............................................... (.........................................................................
....................................................................... rupiah)

(2) Dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk Bantuan Operasional
Sekolah sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan sebagaimana diberlakukan juga
bagi sekolah negeri dan petunjuk teknis tersebut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari naskah hibah daerah ini.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


902 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(3) Penggunaan dana sebagaimana ayat (2) bertujuan untuk membebaskan pungutan seluruh
siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apa pun dan untuk meringankan beban
biaya operasional sekolah bagi siswa sekolah.
(4) Penggunaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) khusus untuk jenis
kegiatan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dikelola dengan mekanisme manajemen
sekolah.

Pasal 2

PENCAIRAN DANA HIBAH DAERAH

(1) Pencairan dana hibah BOS untuk sekolah swasata yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi/Kabupaten/Kota ............................. Tahun
............... dilakukan secara triwulanan sesuai alokasi yang ditetapkan.

(2) Untuk pencairan hibah dana BOS, PIHAK KEDUA menngajukan permohonan kepada PIHAK
PERTAMA, dengan dilampiri:
a. Naskah Perjanjian Hibah Daerah;
b. Foto copy Rekening Sekolah Swasta yang masih aktif;
c. Surat Pernyataan Tanggung Jawab;

(3) PIHAK KEDUA setelah menerima dana hibah dari PIHAK PERTAMA, Segera melaksanakan
kegiatan dengan berpedoman pada petunjuk teknis penggunaan Dana Opersional Sekolah
(BOS) dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3

KEWAJIBAN PIHAK KEDUA

(1) Melaksanakan dan bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan program dan kegiatan yang
didanai dari hibah BOS yang telah disetujui PIHAK PERTAMA dengan berpedoman pada
ketentuan perundang-undangan.
(2) Melaksanakan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
(3) PIHAK KEDUA membuat dan menyampaikan laporan triwulan penggunaan hibah BOS yang
disertai dengan dokumen dan bukti pertanggungjawaban yang sah dan lengkap kepada
PIHAK PERTAMA, kepada PPKD selaku BUD untuk triwulan pertama dan triwulan kedua
paling lambat tanggal 10 Juli dan untuk triwulan ketiga dan triwulan keempat paling lambat
akhir Desember tahun berkenaan.
.
Pasal 4

HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA

(1) PIHAK PERTAMA berhak menunda pencairan dana BOS apabila PIHAK KEDUA,
tidak/belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
(2) PIHAK PERTAMA berhak melaksanakan evaluasi dan monitoring atas penggunaan dana
BOS berdasarkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana yang disampaikan
kepada PIHAK KEDUA.
(3) PIHAK PERTAMA berkewajiban segera mencairkan dana hibah BOS apabila seluruh
persyaratan dan kelengkapan berkas pengajuan pencairan dana telah dipenuhi oleh PIHAK
KEDUA dan menyatakan lengkap dan benar melalui verifikasi oleh Pemerintah Daerah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 39003


9
Pasal 5

PERUBAHAN/PERGESERAN ANGGARAN

(1) Apabila terdapat penambahan jumlah siswa sekolah swasta akibat tahun ajaran baru,
PIHAK KEDUA melakukan perubahan alokasi dana BOS untuk sekolah yang bersangkutan
sesuai dengan mekanisme perubahan APBD, setelah alokasi perubahan tesebut ditetapkan
oleh Pemerintah.
(2) Dalam hal terjadi perubahan atau pergeseran anggaran akibat perubahan jumlah siswa riil
di sekolah swasta, PIHAK KEDUA dapat melakukan pergeseran dengan tidak merubah
jumlah nominal dan tujuan penggunaan hibah, yang selanjutnya dilaporkan kepada Menteri
Pendidikan Nasional.

Pasal 6

LAIN-LAIN

(1) Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) ini, dibuat rangkap 5 (lima), lembar pertama dan
kedua masing-masing bermaterai cukup sehingga mempunyai kekuatan hukum sama.
(2) Hal-hal lain yang belum tercantum dalam NPHD ini dapat diatur lebih lanjut dalam
Addendum.

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,

.................................................. ..................................................
(Nama Kepala Sekolah) Pangkat/Gol.
NIP.
.............................................

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

GAMAWAN FAUZI

Salinan sesuai dengan aslinya,


Plt. KEPALA BIRO HUKUM

ZUDAN ARIF FAKRULLOH


PEMBINA (IV/a)
NIP.19690824 199903 1 001

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


904 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Peraturan
Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2016
Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pemberian Hiba dan Bantuan Sosial
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 79007
9
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
908 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9009
9
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
910 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19111
9
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
912 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 39113
9
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
914 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 59115
9
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
916 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 79117
9
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
918 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9119
9
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
920 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
SALINAN

MENTERI DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 32 TAHUN 2011
TENTANG
PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL
YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI,


Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 129 dan Pasal 130 Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, Menteri Dalam Negeri berwenang melakukan pembinaan
pengelolaan keuangan daerah;
b. bahwa dalam rangka pembinaan terhadap pengelolaan hibah dan
bantuan sosial agar tercipta tertib administrasi, akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan hibah dan bantuan sosial yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, perlu disusun
pedoman kepada pemerintah daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi


Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3298);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19221


9
-2-

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4456);
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
9. Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5165);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5202);
16. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN


PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


922 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-3-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama
Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:


1. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati dan Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
2. Kepala Daerah adalah Gubernur bagi daerah provinsi atau Bupati bagi daerah
kabupaten dan/atau Walikota bagi daerah kota.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD atau sebutan
lain adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
4. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah.
6. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala
satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
7. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah
perangkat daerah pada Pemerintah Daerah yang melaksanakan pengelolaan APBD.
8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/barang.
9. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim yang
dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang
mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam
rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah,
PPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.
10. Rencana Kerja dan Anggaran PPKD yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah
rencana kerja dan anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku
Bendahara Umum Daerah.
11. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program, kegiatan dan
anggaran SKPD.
12. Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD
merupakan dokumen pelaksanaan anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian
keuangan selaku Bendahara Umum Daerah.
13. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD
merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.
14. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada
pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya,
bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang
bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
15. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah
daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya
tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 39223


9
-4-

16. Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi
terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik,
fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial
akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
17. Naskah Perjanjian Hibah Daerah selanjutnya disingkat NPHD adalah naskah
perjanjian hibah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
antara pemerintah daerah dengan penerima hibah.
18. Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota
masyarakat warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
termasuk organisasi non pemerintahan yang bersifat nasional dibentuk berdasarkan
ketentuan perundang-undangan.
19. Menteri adalah Menteri Dalam Negeri.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi penganggaran, pelaksanaan dan


penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi
pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD.

Pasal 3

(1) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat berupa uang, barang, atau jasa.
(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat berupa uang atau
barang.

BAB III
HIBAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4

(1) Pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai kemampuan keuangan daerah.
(2) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib.
(3) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menunjang
pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk
masyarakat.
(4) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi kriteria paling
sedikit:
a. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan
c. memenuhi persyaratan penerima hibah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


924 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-5-

Pasal 5

Hibah dapat diberikan kepada:


a. pemerintah;
b. pemerintah daerah lainnya;
c. perusahaan daerah;
d. masyarakat; dan/atau
e. organisasi kemasyarakatan.

Pasal 6

(1) Hibah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a diberikan
kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga pemerintah non kementerian yang
wilayah kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan.
(2) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf b diberikan kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah sebagaimana
diamanatkan peraturan perundang-undangan.
(3) Hibah kepada perusahaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c
diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka penerusan hibah yang
diterima pemerintah daerah dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d diberikan
kepada kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam bidang
perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat istiadat, dan
keolahragaan non-profesional.
(5) Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf e diberikan kepada organisasi kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

(1) Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) diberikan
dengan persyaratan paling sedikit:
a. memiliki kepengurusan yang jelas; dan
b. berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah daerah yang bersangkutan.
(2) Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (5) diberikan dengan persyaratan paling sedikit:
a. telah terdaftar pada pemerintah daerah setempat sekurang-kurangnya 3 tahun,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;
b. berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah daerah yang bersangkutan;
dan
c. memiliki sekretariat tetap.

Bagian Kedua
Penganggaran
Pasal 8

(1) Pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan


organisasi kemasyarakatan dapat menyampaikan usulan hibah secara tertulis
kepada kepala daerah.
(2) Kepala daerah menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 59225


9
-6-

(3) Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan hasil
evaluasi berupa rekomendasi kepada kepala daerah melalui TAPD.
(4) TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.

Pasal 9

(1) Rekomendasi kepala SKPD dan pertimbangan TAPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3) dan ayat (4) menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran hibah
dalam rancangan KUA dan PPAS.
(2) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
anggaran hibah berupa uang, barang, dan/atau jasa.

Pasal 10

(1) Hibah berupa uang dicantumkan dalam RKA-PPKD.


(2) Hibah berupa barang atau jasa dicantumkan dalam RKA-SKPD.
(3) RKA-PPKD dan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi
dasar penganggaran hibah dalam APBD sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

(1) Hibah berupa uang dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja
hibah, obyek, dan rincian obyek belanja berkenaan pada PPKD.
(2) Hibah berupa barang atau jasa dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang
diformulasikan kedalam program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja
barang dan jasa, obyek belanja hibah barang dan jasa berkenaan kepada pihak
ketiga/masyarakat, dan rincian obyek belanja hibah barang atau jasa kepada pihak
ketiga/masyarakat berkenaan pada SKPD.
(3) Rincian obyek belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dicantumkan
nama penerima dan besaran hibah.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan dan Penatausahaan
Pasal 12

(1) Pelaksanaan anggaran hibah berupa uang berdasarkan atas DPA-PPKD.


(2) Pelaksanaan anggaran hibah berupa barang atau jasa berdasarkan atas DPA-SKPD.

Pasal 13

(1) Setiap pemberian hibah dituangkan dalam NPHD yang ditandatangani bersama oleh
kepala daerah dan penerima hibah.
(2) NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat ketentuan
mengenai:
a. pemberi dan penerima hibah;
b. tujuan pemberian hibah;
c. besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima;
d. hak dan kewajiban;
e. tata cara penyaluran/penyerahan hibah; dan
f. tata cara pelaporan hibah.
(3) Kepala daerah dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani
NPHD.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


926 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-7-

Pasal 14

(1) Kepala daerah menetapkan daftar penerima hibah beserta besaran uang atau jenis
barang atau jasa yang akan dihibahkan dengan keputusan kepala daerah berdasarkan
peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD.
(2) Daftar penerima hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar
penyaluran/penyerahan hibah.
(3) Penyaluran/penyerahan hibah dari pemerintah daerah kepada penerima hibah
dilakukan setelah penandatanganan NPHD.
(4) Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS).

Pasal 15

Pengadaan barang dan jasa dalam rangka hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal 16

(1) Penerima hibah berupa uang menyampaikan laporan penggunaan hibah kepada
kepala daerah melalui PPKD dengan tembusan SKPD terkait.
(2) Penerima hibah berupa barang atau jasa menyampaikan laporan penggunaan hibah
kepada kepala daerah melalui kepala SKPD terkait.

Pasal 17

(1) Hibah berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja hibah pada PPKD dalam
tahun anggaran berkenaan.
(2) Hibah berupa barang atau jasa dicatat sebagai realisasi obyek belanja hibah pada jenis
belanja barang dan jasa dalam program dan kegiatan pada SKPD terkait.

Pasal 18

Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian hibah meliputi:


a. usulan dari calon penerima hibah kepada kepala daerah;
b. keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima hibah;
c. NPHD;
d. pakta integritas dari penerima hibah yang menyatakan bahwa hibah yang diterima
akan digunakan sesuai dengan NPHD; dan
e. bukti transfer uang atas pemberian hibah berupa uang atau bukti serah terima
barang/jasa atas pemberian hibah berupa barang/jasa.
Pasal 19

(1) Penerima hibah bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan hibah
yang diterimanya.
(2) Pertanggungjawaban penerima hibah meliputi:
a. laporan penggunaan hibah;
b. surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa hibah yang diterima
telah digunakan sesuai NPHD; dan
c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan perundang-
undangan bagi penerima hibah berupa uang atau salinan bukti serah terima
barang/jasa bagi penerima hibah berupa barang/jasa.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 79227


9
-8-

(3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b
disampaikan kepada kepala daerah paling lambat tanggal 10 bulan Januari tahun
anggaran berikutnya, kecuali ditentukan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
(4) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c disimpan dan
dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek pemeriksaan.

Pasal 20

(1) Realisasi hibah dicantumkan pada laporan keuangan pemerintah daerah dalam tahun
anggaran berkenaan.
(2) Hibah berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima hibah sampai dengan
akhir tahun anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.

Pasal 21

(1) Realisasi hibah berupa barang dan/atau jasa dikonversikan sesuai standar akuntansi
pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan pada catatan atas
laporan keuangan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
(2) Format konversi dan pengungkapan hibah berupa barang dan/atau jasa sebagaimana
dimaksud ayat (1) tercantum pada lampiran Peraturan Menteri ini.

BAB IV
BANTUAN SOSIAL
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 22
(1) Pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada anggota/kelompok
masyarakat sesuai kemampuan keuangan daerah.
(2) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan memperhatikan asas
keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.

Pasal 23

Anggota/kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) meliputi:


a. individu, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil
sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, atau fenomena alam agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum;
b. lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang
berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau masyarakat dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Pasal 24

(1) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
memenuhi kriteria paling sedikit:
a. selektif;
b. memenuhi persyaratan penerima bantuan;
c. bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan tertentu dapat
berkelanjutan;
d. sesuai tujuan penggunaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


928 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-9-

(2) Kriteria selektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diartikan bahwa
bantuan sosial hanya diberikan kepada calon penerima yang ditujukan untuk
melindungi dari kemungkinan resiko sosial.
(3) Kriteria persyaratan penerima bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. memiliki identitas yang jelas; dan
b. berdomisili dalam wilayah administratif pemerintahan daerah berkenaan.
(4) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus menerus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c diartikan bahwa pemberian bantuan sosial tidak wajib dan tidak harus
diberikan setiap tahun anggaran.
(5) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan setiap tahun anggaran sampai
penerima bantuan telah lepas dari resiko sosial.
(6) Kriteria sesuai tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
bahwa tujuan pemberian bantuan sosial meliputi:
a. rehabilitasi sosial;
b. perlindungan sosial;
c. pemberdayaan sosial;
d. jaminan sosial;
e. penanggulangan kemiskinan; dan
f. penanggulangan bencana.

Pasal 25

(1) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6) huruf a ditujukan
untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami
disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
(2) Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6) huruf b
ditujukan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan
sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat
dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
(3) Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6) huruf c
ditujukan untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat yang mengalami
masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
(4) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6) huruf d merupakan
skema yang melembaga untuk menjamin penerima bantuan agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
(5) Penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6) huruf e
merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang,
keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber
mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi
kemanusiaan.
(6) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6) huruf f
merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk rehabilitasi.

Pasal 26

(1) Bantuan sosial dapat berupa uang atau barang yang diterima langsung oleh penerima
bantuan sosial.
(2) Bantuan sosial berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah uang yang
diberikan secara langsung kepada penerima seperti beasiswa bagi anak miskin,
yayasan pengelola yatim piatu, nelayan miskin, masyarakat lanjut usia, terlantar,
cacat berat dan tunjangan kesehatan putra putri pahlawan yang tidak mampu.
Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9229
9
-10-

(3) Bantuan sosial berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah barang
yang diberikan secara langsung kepada penerima seperti bantuan kendaraan
operasional untuk sekolah luar biasa swasta dan masyarakat tidak mampu, bantuan
perahu untuk nelayan miskin, bantuan makanan/pakaian kepada yatim piatu/tuna
sosial, ternak bagi kelompok masyarakat kurang mampu.

Bagian Kedua
Penganggaran
Pasal 27

(1) Anggota/kelompok masyarakat menyampaikan usulan tertulis kepada kepala daerah.


(2) Kepala daerah menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi usulan tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan hasil
evaluasi berupa rekomendasi kepada kepala daerah melalui TAPD.
(4) TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.

Pasal 28

(1) Rekomendasi kepala SKPD dan pertimbangan TAPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (3) dan ayat (4) menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran bantuan
sosial dalam rancangan KUA dan PPAS.
(2) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi
anggaran bantuan sosial berupa uang dan/atau barang.

Pasal 29

(1) Bantuan sosial berupa uang dicantumkan dalam RKA-PPKD.


(2) Bantuan sosial berupa barang dicantumkan dalam RKA-SKPD.
(3) RKA-PPKD dan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi
dasar penganggaran bantuan sosial dalam APBD sesuai peraturan perundang-
undangan.

Pasal 30

(1) Bantuan sosial berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1)
dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja bantuan sosial,
obyek, dan rincian obyek belanja berkenaan pada PPKD.
(2) Bantuan sosial berupa barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam
program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang dan jasa, obyek
belanja bantuan sosial barang berkenaan yang akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat, dan rincian obyek belanja bantuan sosial barang yang akan
diserahkan pihak ketiga/masyarakat berkenaan pada SKPD.
(3) Dalam rincian obyek belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dicantumkan nama penerima dan besaran bantuan sosial.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan dan Penatausahaan
Pasal 31

(1) Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa uang berdasarkan atas DPA-PPKD.
(2) Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa barang berdasarkan atas DPA-SKPD.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


930 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-11-

Pasal 32

(1) Kepala daerah menetapkan daftar penerima dan besaran bantuan sosial dengan
keputusan kepala daerah berdasarkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan
kepala daerah tentang penjabaran APBD.
(2) Penyaluran/penyerahan bantuan sosial didasarkan pada daftar penerima bantuan
sosial yang tercantum dalam keputusan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Pencairan bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan cara pembayaran langsung
(LS).
(4) Dalam hal bantuan sosial berupa uang dengan nilai sampai dengan Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah) pencairannya dapat dilakukan melalui mekanisme tambah uang
(TU).
(5) Penyaluran dana bantuan sosial kepada penerima bantuan sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilengkapi dengan kuitansi bukti penerimaan uang bantuan
sosial.

Pasal 33

Pengadaan barang dan jasa dalam rangka bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal 34

(1) Penerima bantuan sosial berupa uang menyampaikan laporan penggunaan bantuan
sosial kepada kepala daerah melalui PPKD dengan tembusan kepada SKPD terkait.
(2) Penerima bantuan sosial berupa barang menyampaikan laporan penggunaan bantuan
sosial kepada kepala daerah melalui kepala SKPD terkait.

Pasal 35

(1) Bantuan sosial berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja bantuan sosial
pada PPKD dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Bantuan sosial berupa barang dicatat sebagai realisasi obyek belanja bantuan sosial
pada jenis belanja barang dan jasa dalam program dan kegiatan pada SKPD terkait.

Pasal 36

Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian bantuan sosial meliputi:


a. usulan dari calon penerima bantuan sosial kepada kepala daerah;
b. keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima bantuan sosial;
c. pakta integritas dari penerima bantuan sosial yang menyatakan bahwa bantuan sosial
yang diterima akan digunakan sesuai dengan usulan; dan
d. bukti transfer/penyerahan uang atas pemberian bantuan sosial berupa uang atau
bukti serah terima barang atas pemberian bantuan sosial berupa barang.

Pasal 37

(1) Penerima bantuan sosial bertanggungjawab secara formal dan material atas
penggunaan bantuan sosial yang diterimanya.
(2) Pertanggungjawaban penerima bantuan sosial meliputi:
a. laporan penggunaan bantuan sosial oleh penerima bantuan sosial;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19331


9
-12-

b. surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa bantuan sosial yang


diterima telah digunakan sesuai dengan usulan; dan
c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan perundang-
undangan bagi penerima bantuan sosial berupa uang atau salinan bukti serah
terima barang bagi penerima bantuan sosial berupa barang.
(3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b
disampaikan kepada kepala daerah paling lambat tanggal 10 bulan Januari tahun
anggaran berikutnya, kecuali ditentukan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
(4) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c disimpan dan
dipergunakan oleh penerima bantuan sosial selaku obyek pemeriksaan.

Pasal 38
(1) Realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan pemerintah daerah
dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Bantuan sosial berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima bantuan
sosial sampai dengan akhir tahun anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan
dalam neraca.

Pasal 39
(1) Realisasi bantuan sosial berupa barang dikonversikan sesuai standar akuntansi
pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan pada catatan atas
laporan keuangan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
(2) Format konversi dan pengungkapan bantuan sosial berupa barang sebagaimana
dimaksud ayat (1) tercantum pada lampiran Peraturan Menteri ini.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 40
(1) SKPD terkait melakukan monitoring dan evaluasi atas pemberian hibah dan bantuan
sosial.
(2) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada kepala daerah dengan tembusan kepada SKPD yang mempunyai tugas dan
fungsi pengawasan.

Pasal 41

Dalam hal hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2)
terdapat penggunaan hibah atau bantuan sosial yang tidak sesuai dengan usulan yang
telah disetujui, penerima hibah atau bantuan sosial yang bersangkutan dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
LAIN-LAIN
Pasal 42

(1) Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban dan


pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah dan bantuan sosial diatur lebih lanjut
dengan peraturan kepala daerah.
(2) Pemerintah daerah yang telah menetapkan peraturan kepala daerah yang mengatur
pengelolaan pemberian hibah dan bantuan sosial sebelum berlakunya Peraturan
Menteri ini harus menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 31
Desember 2011.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


932 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-13-

(3) Pemerintah daerah dapat menganggarkan hibah dan bantuan sosial apabila telah
menetapkan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2).

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini:


a. Pemberian hibah dan bantuan sosial untuk tahun anggaran 2011 tetap dapat
dilaksanakan sepanjang telah dianggarkan dalam APBD/Perubahan APBD tahun
anggaran 2011.
b. Penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban
serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial mulai tahun
anggaran 2012 berpedoman pada Peraturan Menteri ini.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Juli 2011
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd

GAMAWAN FAUZI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juli 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

PATRIALIS AKBAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 450

Salinan sesuai dengan aslinya


Plt. KEPALA BIRO HUKUM

ZUDAN ARIF FAKRULLOH


Pembina (IV/a)
NIP. 19690824 199903 1 001

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 39333


9
-14-

FORMAT KONVERSI DAN PENGUNGKAPAN HIBAH BERUPA BARANG DAN/ATAU JASA


SERTA BANTUAN SOSIAL BERUPA BARANG

I. FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN SKPD:

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
SKPD
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER.

(Dalam Rupiah)
Anggaran
Nomor Lebih
Uraian Setelah Realisasi
Urut (Kurang)
Perubahan
1 Pendapatan
1.1 Pendapatan Asli Daerah
1.1.1 Pendapatan pajak daerah
1.1.2 Pendapatan retribusi daerah
1.1.3 Pendapatan hasil pengelolaan
Kekayaan daerah yang
Dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
Jumlah
2 Belanja
2.1 Belanja Tidak Langsung
2.1.1 Belanja Pegawai
2.2 Belanja Langsung
2.2.1 Belanja Pegawai
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa
- Hibah barang/jasa yang
diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat
- Bantuan sosial barang yang
diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat
- Barang/jasa selain hibah dan
bantuan sosial
2.2.3 Belanja Modal
Jumlah
Surplus / (Defisit)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


934 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-15-

II. FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PPKD:

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PPKD
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER.

(Dalam Rupiah)
Anggaran
No Lebih
Uraian Setelah Realisasi
Urut (Kurang)
Perubahan
1 Pendapatan
1.2 Dana Perimbangan
1.2.1 Dana Bagi Hasil
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak
1.2.1.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/
Sumber Daya Alam
1.2.2 Dana Alokasi Umum
1.2.3 Dana Alokasi Khusus
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah
1.3.2 Dana Darurat
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dariProvinsi
dan Pemerintah Daerah Lainnya
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah lainnya
Jumlah Pendapatan
2 Belanja
2.1 Belanja Tidak Langsung
2.1.1 Belanja Pegawai
2.1.2 Belanja Bunga
2.1.3 Belanja subsidi
2.1.4 Belanja Hibah
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial
2.1.6 Belanja Bagi Hasil
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan
2.1.8 Belanja Tidak Terduga
2.2.3 Belanja Modal
Jumlah Belanja
SURPLUS/(DEFISIT)
3. Pembiayaan Daerah
3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah
3.1.1 Penggunaan SiLPA
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah
3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman
3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan Neto
3.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 59335


9
-16-

III. FORMAT KONSOLIDASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

A. KONSOLIDASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

SATKER
No Uraian SATKER 1 PPKD Gabungan
2
1 Pendapatan
2 Pendapatan Asli Daerah
3 Pendapatan pajak daerah xxx xxx Xxx
4 Pendapatan retribusi daerah xxx xxx Xxx
5 Hasil pengelolaan kekayaan xxx xxx Xxx
daerah yang dipisahkan
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx Xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah xxx xxx Xxx
8 Dana perimbangan xxx Xxx
9 Lain-lain pendapatan yang sah xxx Xxx
10 Jumlah pendapatan xxx xxx xxx Xxx
11 Belanja
12 Belanja Tidak Langsung xxx xxx xxx Xxx
12.1 Belanja Pegawai xxx xxx xxx Xxx
12.3 Bunga xxx Xxx
12.4 Subsidi xxx Xxx
12.5 Hibah xxx Xxx
12.6 Bantuan Sosial xxx Xxx
13 Belanja Langsung xxx xxx Xxx
Belanja pegawai xxx xxx Xxx
Belanja Barang dan Jasa xxx xxx Xxx
1) Hibah barang/jasa yang xx xx
diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat
2) Bantuan sosial barang yang xx xx xx
diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat
3) Barang/jasa selain hibah dan xx xx xx
bantuan sosial
Belanja modal xxx xxx Xxx
14 Jumlah belanja xxx xxx xxx Xxx
15 Surplus / defisit xxx xxx xxx Xxx
16 Pembiayaan daerah
17 Penerimaan pembiayaan xxx Xxx
18 Pengeluaran pembiayaan xxx Xxx
19 Pembiayaan neto xxx Xxx
20 Sisa lebih pembiayaan tahun xxx Xxx
berkenaan ( SILPA )

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


936 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-17-

B. KONVERSI HIBAH BARANG DAN/ATAU JASA SERTA BANTUAN SOSIAL BERUPA


BARANG DALAM LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

Pemd
No Uraian Gabungan Uraian
a
1 Pendapatan Pendapatan
2 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah
3 Pendapatan pajak daerah xxx Pendapatan pajak daerah xxx
4 Pendapatan retribusi daerah xxx Pendapatan retribusi daerah xxx
5 Hasil pengelolaan kekayaan Hasil pengelolaan kekayaan
xxx xxx
daerah yang dipisahkan daerah yang dipisahkan
6 Lain-lain PAD yang sah xxx Lain-lain PAD yang sah xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah xxx Jumlah Pendapatan Asli Daerah xxx
8 Dana perimbangan xxx Dana transfer xxx
9 Lain-lain pendapatan yang sah xxx Lain-lain pendapatan yang sah xxx
10 Jumlah pendapatan xxx Jumlah pendapatan xxx
11 Belanja Belanja
12 Belanja Tidak Langsung xxx Belanja Operasi xxx
12.1 Belanja Pegawai xxx Belanja Pegawai xxx
12.3 Bunga xxx Belanja Barang xxx
12.4 Subsidi xxx
12.5 Hibah xxx Bunga xxx
12.6 Bantuan Sosial xxx Subsidi xxx
13 Belanja Langsung xxx Hibah xxx
Belanja pegawai xxx Bantuan Sosial xxx
Belanja Barang dan Jasa xxx Belanja Modal xxx
1)Hibah barang/jasa yang xx
diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat
2)Bantuan sosial barang/jasa xx
yang diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat
3)Barang/jasa selain 1) dan 2) xx
Belanja modal xxx
14 Jumlah belanja xxx Jumlah belanja xxx
15 Surplus / defisit xxx Surplus / defisit xxx
16 Pembiayaan daerah Pembiayaan daerah
17 Penerimaan pembiayaan xxx Penerimaan pembiayaan xxx
18 Pengeluaran pembiayaan xxx Pengeluaran pembiayaan xxx
19 Pembiayaan neto xxx Pembiayaan neto xxx
20 Sisa lebih pembiayaan tahun xxx Sisa lebih pembiayaan tahun xxx
berkenaan (SILPA) berkenaan (SILPA)

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

GAMAWAN FAUZI
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM

ZUDAN ARIF FAKRULLOH


Pembina (IV/a)
NIP. 19690824 199903 1 001

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 79337


9
Peraturan
Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 2016
Tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan danbelanja Daerah
Tahun Anggaran 2017
SALINAN

MENTERI DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat (2)


Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2017;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang


Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19441


9
-2-
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah.
2. Pedoman Penyusunan APBD adalah pokok-pokok
kebijakan sebagai petunjuk dan arah bagi pemerintah
daerah dalam penyusunan, pembahasan dan penetapan
APBD.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
4. Kepala Daerah adalah Gubernur dan Bupati/Walikota.

Pasal 2
(1) Pedoman penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017,
meliputi:
a. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan
Kebijakan Pemerintah;
b. Prinsip Penyusunan APBD;
c. Kebijakan Penyusunan APBD;
d. Teknis Penyusunan APBD; dan
e. Hal-hal Khusus Lainnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


942 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-3-
(2) Uraian pedoman penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
Dalam hal peraturan perundang-undangan mengenai
pelaksanaan urusan pemerintahan dan organisasi perangkat
daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah belum ditetapkan, maka
penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017 didasarkan pada
urusan pemerintahan dan organisasi perangkat daerah yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 39443


9
-4-

Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Juni 2016.

MENTERI DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
TJAHJO KUMOLO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Juni 2016.

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 874.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


944 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
1

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2017


I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dengan Kebijakan Pemerintah
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017 merupakan penjabaran
tahun ketiga pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 yang memuat sasaran, arah kebijakan, dan strategi
pembangunan. Penyusunan RKP merupakan upaya dalam menjaga
kesinambungan pembangunan terencana dan sistematis yang
dilaksanakan oleh masing-masing maupun seluruh komponen bangsa
dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara
optimal, esien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir
meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara
berkelanjutan.
Berbeda dengan RKP sebelumnya, penyusunan RKP 2017
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Holistik-Tematik,
Integratif, dan Spasial, serta kebijakan anggaran belanja berdasarkan
money follows program dengan cara memastikan hanya program yang
benar-benar bermanfaat yang dialokasikan dan bukan sekedar karena
tugas fungsi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan. Hal ini
mengisyaratkan bahwa pencapaian prioritas pembangunan nasional
memerlukan adanya koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan,
melalui pengintegrasian prioritas nasional/program prioritas/kegiatan
prioritas yang dilaksanakan dengan berbasis kewilayahan.
Rencana Kerja Pemerintah 2017 dimaksudkan sebagai pedoman
bagi Kementerian/Lembaga dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja)
2017 dan merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam
menyusun RKP Daerah (RKPD). RKP 2017 juga digunakan sebagai
pedoman penyusunan Rancangan Undang-Undang Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (RUU APBN) 2017, dan RKPD sebagai

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 59445


9
-2-

pedoman penyusunan rancangan peraturan daerah Anggaran


Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2017.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tema RKP Tahun 2017
adalah Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi Untuk
Meningkatkan Kesempatan Kerja Serta Mengurangi Kemiskinan dan
Kesenjangan Antar Wilayah.
Sesuai dengan Tema RKP Tahun 2017 tersebut, maka sasaran
pembangunan Tahun 2017 adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi sebesar 7,1 persen;
2. Pengangguran sebesar 5,0 persen sampai dengan 5,3 persen;
3. Angka Kemiskinan sebesar 8,5 persen sampai dengan 9,5 persen;
4. Gini Ratio (Indeks) sebesar 0,38;
5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 75,7.
Dalam kaitan itu, prioritas pembangunan disusun sebagai
penjabaran operasional dari Strategi Pembangunan yang digariskan
dalam RPJMN 2015-2019 dalam upaya melaksanakan Agenda
Pembangunan Nasional untuk memenuhi Nawa Cita, yaitu:
1. Cita 1
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara;
2. Cita 2
Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya;
3. Cita 3
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
4. Cita 4
Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya;
5. Cita 5
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
6. Cita 6
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


946 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-3-

7. Cita 7
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik;
8. Cita 8
Melakukan revolusi karakter bangsa; dan
9. Cita 9
Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.
Nawa Cita tersebut merupakan rangkuman program-program yang
tertuang dalam Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden yang dijabarkan
dalam strategi pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015-
2019, terdiri dari empat bagian utama yakni: (1) norma pokok
pembangunan kabinet kerja; (2) tiga dimensi pembangunan; (3) kondisi
perlu; serta (4) quick wins dan program lanjutan lainnya. Tiga dimensi
pembangunan dan kondisi yang diperlukan dimaksud memuat sektor-
sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019
yang selanjutnya dijabarkan dalam RKP Tahun 2017.
Dalam kaitan itu, Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2017
terdiri dari:
1. Pembangunan Manusia dan Masyarakat, meliputi:
a. Revolusi Mental, dengan Program Prioritas:
1) reformasi birokrasi pemerintahan;
2) penegakan hukum dan kelembagaan politik;
3) kemandirian ekonomi dan daya saing bangsa;
4) peneguhan jati diri dan karakter bangsa; dan
5) daya rekat sosial dalam kemajemukan.
b. Kesehatan, dengan Program Prioritas:
1) penguatan upaya promotif dan preventif: Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat;
2) peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan;
3) perbaikan gizi masyarakat; dan
4) peningkatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
c. Pendidikan, dengan Program Prioritas:
1) penyediaan guru dan dosen yang berkualitas dan penempatan
yang merata;
2) peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan;
3) penyediaan bantuan pendidikan yang efektif;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 79447


9
-4-

4) pengembangan pembelajaran yang berkualitas;


5) peningkatan pendidikan agama dan pendidikan karakter;
6) peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana yang
berkualitas;
7) penguatan kelembagaan perguruan tinggi;
8) peningkatan kapasitas iptek, inovasi dan daya saing perguruan
tinggi; dan
9) peningkatan relevansi pendidikan.
d. Perumahan dan Permukiman, dengan Program Prioritas:
1) fasilitasi penyediaan hunian layak baru;
2) fasilitasi peningkatan kualitas hunian dan penataan kawasan
permukiman (termasuk kawasan kumuh);
3) penyediaan akses air minum dan sanitasi; dan
4) peningkatan ketersediaan air baku.
2. Pembangunan Sektor Unggulan, meliputi:
a. Kedaulatan Pangan, dengan Program Prioritas:
1) peningkatan, mutu pangan, kualitas konsumsi pangan dan gizi
masyarakat;
2) peningkatan produksi padi dan pangan lain;
3) kelancaran distribusi pangan dan akses pangan masyarakat;
dan
4) penangangan gangguan terhadap produksi pangan.
b. Maritim dan Kelautan, dengan Program Prioritas:
1) konektivitas (tol) laut dan industri maritim;
2) industri perikanan dan hasil laut;
3) tata ruang laut, konservasi dan rehabilitasi pesisir dan laut,
serta wisata bahari;
4) kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan, dan petambak
garam;
5) penanggulangan dan penyelesaian IUU Fishing dan Keamanan
Laut;
6) Penetapan Batas Laut, Penamaan Pulau, dan Pengelolaan
Pulau-Pulau Kecil.
c. Kedaulatan Energi, dengan Program Prioritas:
1) peningkatan peranan energi baru dan energi terbarukan dalam
bauran energi;
2) peningkatan aksesibilitas energi;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


948 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-5-

3) pengembangan cadangan energi;


4) penyediaan energi primer;
5) efisiensi dan konservasi energi; dan
6) pengelolaan subsidi energi yang lebih efisien, transparan dan
tepat sasaran.
d. Pembangunan Pariwisata, dengan Program Prioritas:
1) promosi wisata indonesia;
2) pengembangan 10 destinasi wisata;
3) SDM dan kelembagaan pariwisata;
4) layanan kemudahan wisman masuk;
5) penciptaan ekonomi lokal dan sikap masyarakat; dan
6) jaminan keselamatan kebersihan, keamanan dan ketertiban
destinasi wisata.
e. Percepatan Pertumbuhan Industri dan Kawasan Ekonomi (KEK),
dengan Program Prioritas:
1) pengembangan kawasan industri/KEK;
2) penumbuhan populasi industri;
3) penguatan pertumbuhan ekonomi kreatif;
4) SDM industri yang Kompeten dan Disiplin;
5) produktivitas dan daya saing industri;
6) ketersediaan infrastruktur dan energi;
7) ketersediaan dan kualitas bahan baku bagi industri;
8) hubungan industrial yang harmonis;
9) pemberian insentif fiskal yang harmonis; dan
10) pembiayaan dengan akses dan biaya yang kompetitif.
3. Pemerataan dan Kewilayahan, meliputi:
a. Antar Kelompok Pendapatan, dengan Program Prioritas:
1) penciptaan lapangan kerja dan keahlian tenaga kerja;
2) perhatian khusus kepada usaha mikro, kecil dan koperasi;
3) pengembangan kewirausahaan;
4) perkuatan basis perekonomian perdesaan;
5) perluasan pelayanan dasar; dan
6) pengurangan beban penduduk miskin dan rentan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9449


9
-6-

b. Reforma Agraria, dengan Program Prioritas:


1) penguatan kerangka regulasi dan penyelesaian konflik agraria;
2) penataan penguasaan dan pemilikan tanah obyek reforma
agraria;
3) kepastian hukum dan legalisasi hak atas tanah obyek reforma
agraria;
4) pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan, pemanfaatan
dan produksi atas TORA; dan
5) kelembagaan pelaksana reforma agraria pusat dan daerah.
c. Daerah Perbatasan, dengan Program Prioritas:
1) pembangunan PLBN Terpadu;
2) pembangunan 10 PKSN Sebagai pusat pengembangan
perbatasan negara;
3) membuka isolasi Lokpri, peningkatan sarpras, peningkatan
SDM dan penguatan sosial ekonomi serta penyediaan air baku;
4) pengamanan sumber daya dan batas wilayah darat, laut dan
udara; dan
5) peningkatan kualitas diplomasi, kerja sama sosial-ekonomi.
d. Daerah Tertinggal, dengan Program Prioritas:
1) prioritas pengembangan ekonomi lokal;
2) peningkatan aksesibilitas;
3) pemenuhan pelayanan dasar publik; dan
4) peningkatan SDM dan IPTEK.
e. Desa dan Kawasan Perdesaan, dengan Program Prioritas:
1) pemenuhan standar pelayanan minimum di desa termasuk
kawasan transmigrasi;
2) penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha
ekonomi masyarakat desa di kawasan transmigrasi;
3) pembangunan SDM, pemberdayaan, dan modal sosial budaya
masyarakat desa termasuk di kawasan transmigrasi;
4) penguatan pemerintahan desa;
5) pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis,
konsisten, dan berkelanjutan;
6) pengembangan ekonomi kawasan termasuk kawasan
transmigrasi untuk mendorong pusat pertumbuhan dan
keterkaitan desa kota; dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


950 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-7-

7) pengelolaan sumber daya alam desa dan kawasan termasuk


kawasan transmigrasi dan sumber daya hutan.
f. Perkotaan, dengan Program Prioritas:
1) mewujudkan sistem perkotaan;
2) pemenuhan standar pelayanan perkotaan (spp);
3) mengembangkan kota hijau yang berketahanan iklim dan
bencana;
4) mengembangkan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis
TIK; dan
5) meningkatkan kapasitas pengelolaan kota.
g. Konektivitas, dengan Program Prioritas:
1) pembangunan dan pengembangan transportasi laut;
2) pembangunan dan pengembangan jalan untuk aksesibilitas
dan daya saing wilayah;
3) pembangunan dan pengembangan kapasitas bandara
pengumpul dan pengumpan;
4) pembangunan dan pengembangan pita lebar dan penyiaran;
5) pembangunan dan pengembangan transportasi perkeretaapian;
6) pembangunan dan pengembangan jaringan sabuk
penyeberangan serta angkutan sungai dan danau (Inland
Waterway);
7) pembangunan dan pengembangan transportasi umum masal
perkotaan; dan
8) peningkatan kualitas dan kuantitas SDM transportasi.
4. Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan, meliputi:
a. Reformasi regulasi, kepastian dan penegakan hukum, terdiri dari:
1) Reformasi regulasi, dengan program prioritas:
a) otonomi daerah;
b) perizinan dan investasi; dan
c) penataan ruang.
2) Kepastian dan penegakan hukum, dengan program prioritas:
a) penegakan hukum yang berkualitas;
b) pencegahan dan pemberantasan korupsi yang efektif; dan
c) penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas
keadilan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19551


9
-8-

b. Stabilitas keamanan dan ketertiban, dengan program prioritas:


1) deteksi dini dan bebas ancaman terorisme;
2) keselamatan dan keamanan laut yang terkendali;
3) lingkungan bersih penyalahgunaan narkoba;
4) pelayanan prima kepolisian;
5) postur pertahanan berdaya gentar tinggi dan wilayah
perbatasan yang aman; dan
6) keamanan data dan informasi (keamanan cyber).
c. Konsolidasi demokrasi dan efektivitas diplomasi, dengan program
prioritas:
1) penguatan lembaga demokrasi;
2) peningkatan akses dan kualitas informasi publik;
3) pemenuhan kebebasan sipil dan hak-hak politik;
4) pencegahan konflik sosial politik dan penanggulangan
terorisme;
5) pemeliharaan stabilitas keamanan kawasan;
6) perlindungan WNI/BHI di luar negeri;
7) penguatan diplomasi ekonomi dan kerjasama pembangunan;
8) pemantapan peran di ASEAN; dan
9) penguatan diplomasi Soft Power.
d. Reformasi Birokrasi, dengan program prioritas:
1) pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019;
2) penerapan standar pelayanan publik dan sistem informasi
perijinan; dan
3) peningkatan disiplin dan pengawasan kinerja dan administrasi
keuangan.
5. Pembangunan Ekonomi, meliputi:
a. Perbaikan iklim investasi dan iklim usaha, dengan program
prioritas:
1) peningkatan kemudahan berusaha;
2) pelaksanaan deregulasi dan harmonisasi regulasi perizinan
investasi pusat dan daerah;
3) pengembangan layanan perizinan terpadu;
4) peningkatan persaingan usaha yang sehat;
5) percepatan fasilitasi penyelesaian masalah investasi;
6) pembenahan iklim ketenagakerjaan dan hubungan industrial
yang harmonis;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


952 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-9-

7) pengembangan infrastruktur pendukung kawasan strategis.


b. Peningkatan Ekspor Non Migas, terdiri dari:
1) Sisi produksi, dengan program prioritas:
a) Peningkatan Kualitas dan Standar Produk Ekspor;
b) Peningkatan Realisasi Investasi Berorientasi Ekspor;
c) Peningkatan Ekspor Produk Koperasi, Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah;
d) Pengembangan Industri Pengolah Sumber Daya Alam
Berorientasi Ekspor;
2) Sisi permintaan, dengan program prioritas:
a) Pengembangan Fasilitas Ekspor;
b) Peningkatan Efektivitas Kerjasama Perdagangan
Internasional (Market Access);
c) Penguatan Market Intelligence, Promosi, dan Asistensi
Ekspor.
c. Reformasi Fiskal, terdiri dari:
1) Pengoptimalan Pendapatan Negara, dengan Program Prioritas:
a) Pengoptimalan Perpajakan;
b) Dukungan Regulasi;
c) Pengoptimalan PNBP; dan
d) Penguatan Institusi.
2) Peningkatan Kualitas Belanja Negara, dengan Program
Prioritas:
a) perbaikan pelaksanaan anggaran;
b) peningkatan efektivitas dan esiensi belanja produktif;
c) peningkatan efektivitas dan esiensi transfer ke daerah dan
dana desa; dan
d) belanja subsidi dan bantuan sosial yang tepat sasaran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota harus mendukung tercapainya prioritas
pembangunan nasional tersebut sesuai dengan potensi dan kondisi
masing-masing daerah, mengingat keberhasilan pencapaian prioritas
pembangunan nasional dimaksud sangat tergantung pada sinkronisasi
kebijakan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah dan antara
pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah dan pemerintah
provinsi yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD).

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 39553


9
-10-

Untuk itu, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota


dalam menyusun RKPD Tahun 2017 mempedomani ketentuan
mengenai pedoman penyusunan, pengendalian dan evaluasi RKPD
Tahun 2017 yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017.
Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah lebih
lanjut dituangkan dalam rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan
rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang
disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017. KUA dan PPAS
pemerintah provinsi Tahun 2017 berpedoman pada RKPD provinsi
Tahun 2017 yang telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2017,
sedangkan KUA dan PPAS pemerintah kabupaten/kota berpedoman
pada RKPD kabupaten/kota Tahun 2017 yang telah disinkronisasikan
dengan RKP Tahun 2017 dan RKPD provinsi Tahun 2017.
Hasil sinkronisasi kebijakan tersebut dicantumkan pada PPAS
sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam bentuk Tabel 1 dan
Tabel 2 sebagai berikut:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


954 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-11-

Tabel 1.
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran
2017 dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD Tahun Anggaran 2017 dengan Prioritas Pembangunan Nasional
Alokasi Anggaran Belanja Dalam
Uraian
Rancangan APBD
Belanja
Belanja
Pegawai,
Pegawai,
Bunga,
Bunga,
Subsidi,
Subsidi,
Hibah,
Prioritas Hibah,
Bantuan
No Pembangunan Bantuan Progra
Sosial, Bagi
Nasional Program Sosial, Bagi m Jumlah
Hasil,
Hasil, (Rp)
Bantuan
Bantuan
Keuangan,
Keuangan,
Belanja
Belanja
Tidak
Tidak
Terduga
Terduga
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7=5+6
1. Pembangunan
Manusia dan
Masyarakat

2. Pembangunan
Sektor Unggulan

3. Pemerataan dan
Kewilayahan

4. Pembangunan
Politik, Hukum,
Pertahanan, dan
Keamanan
5. Pembangunan
Ekonomi

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 59555


9
-12-

Keterangan:
1. Kolom 2 diisi dengan urusan pemerintahan daerah, baik urusan wajib
maupun urusan pilihan, yang disesuaikan dengan masing-masing
prioritas pembangunan nasional;
2. Kolom 3 diisi dengan nama program pada urusan pemerintahan daerah
tertentu yang target kinerjanya terkait dengan prioritas pembangunan
nasional;
3. Kolom 4 diisi dengan jenis belanja pada kelompok belanja tidak
langsung yang terkait dengan urusan pemerintahan daerah dan
prioritas pembangunan nasional;
4. Kolom 5 diisi dengan alokasi anggaran belanja tersebut pada kolom 3;
5. Kolom 6 diisi dengan alokasi anggaran belanja tersebut pada kolom 4;
dan
6. Kolom 7 diisi dengan jumlah antara kolom 5 dan kolom 6.

Tabel 2.
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD dengan Prioritas Provinsi
Anggaran Belanja Dalam
Rancangan APBD
Jumlah
No. Prioritas Provinsi Belanja Tidak
Belanja Langsung
Langsung
1 2 3 4 5=3+4
1.
2.
3.
dst

Keterangan:
1. Kolom 2 diisi dengan prioritas provinsi;
2. Kolom 3 dan kolom 4 diisi dengan jumlah anggaran belanja langsung
dan tidak langsung sesuai prioritas provinsi yang didasarkan pada
urusan pemerintahan kabupaten/kota; dan
3. Kolom 5 diisi dengan jumlah antara kolom 3 dan kolom 4.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


956 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-13-

II. Prinsip Penyusunan APBD


Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017 didasarkan prinsip sebagai
berikut:
1. sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah;
2. tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;
3. tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
4. transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;
5. partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; dan
6. tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
III. Kebijakan Penyusunan APBD
Kebijakan yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah dalam
penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017 terkait dengan pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran
2017 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki
kepastian serta dasar hukum penerimaannya.
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:
a) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah
berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi
Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
b) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harus
didasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusi
daerah di masing-masing pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota serta memperhatikan perkiraan pertumbuhan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 79557


9
-14-

ekonomi pada Tahun 2017 yang berpotensi terhadap target


pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahun
sebelumnya.
Untuk itu, pemerintah daerah harus melakukan upaya
peningkatan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak
daerah dan retribusi daerah, mengingat tren peningkatan pajak
daerah dan retribusi daerah selama 5 tahun mulai dari Tahun
Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran 2016 secara
nasional meningkat rata-rata sebesar Rp20,45 triliun atau
18,07%, dengan uraian untuk pemerintah provinsi rata-rata
meningkat sebesar Rp13,47 triliun atau 16,82% dan untuk
pemerintah kabupaten/kota rata-rata meningkat sebesar
Rp6,98 triliun atau 21,38%.
Tren proporsi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total
pendapatan asli daerah selama 5 tahun mulai dari Tahun
Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran 2016 secara
nasional rata-rata sebesar 78,95%, dengan uraian untuk
pemerintah provinsi rata-rata sebesar 87,69% dan untuk
pemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 62,26%.
Selanjutnya, tren proporsi pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap total pendapatan selama 5 tahun mulai dari Tahun
Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran 2016 secara
nasional rata-rata sebesar 17,25%, dengan uraian untuk
pemerintah provinsi rata-rata sebesar 42,50% dan untuk
pemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 6,91%.
c) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yang
bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah, Pemerintah
Daerah harus melakukan kegiatan penghimpunan data obyek
dan subyek pajak daerah dan retribusi daerah, penentuan
besarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutang
sampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi
daerah kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta
pengawasan penyetorannya.
d) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor
paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), termasuk yang
dibagihasilkan pada kabupaten/kota, dialokasikan untuk

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


958 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-15-

mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta


peningkatan moda dan sarana transportasi umum
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009.
e) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagian
provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling
sedikit 50% (lima puluh per seratus) untuk mendanai
pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh
aparat yang berwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
f) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan
sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009.
g) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dialokasikan untuk
mendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan,
penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dari
perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, dan
kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga
kerja lokal dan diatur dalam peraturan daerah sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97
Tahun 2012.
h) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Pengendalian Lalu
Lintas dialokasikan untuk mendanai peningkatan kinerja lalu
lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 9 Peraturan
Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012.
i) Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari hasil klaim
kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang
diterima oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit
Kerja pada SKPD yang belum menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD),
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan
PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9559


9
-16-

Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatan Retribusi


Pelayanan Kesehatan.
j) Pemerintah Daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan
sebutan lain di luar yang diatur dalam undang-undang
sebagaimana maksud Pasal 286 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan memperhatikan rasionalitas dengan
memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan
memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau
manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52
Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah.
Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan:
a. Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsi
pemupukan laba (profit oriented) adalah mampu menghasilkan
keuntungan atau deviden dalam rangka meningkatkan PAD;
dan
b. Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsi
kemanfaatan umum (public service oriented) adalah mampu
meningkatkan baik kualitas maupun cakupan layanan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut didasarkan pada tren peningkatan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan selama 5 tahun mulai dari
Tahun Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran 2016
secara nasional meningkat rata-rata sebesar Rp0,55 triliun atau
8,98%, dengan uraian untuk pemerintah provinsi meningkat rata-
rata sebesar Rp0,30 triliun atau 9,63% dan untuk pemerintah
kabupaten/kota meningkat rata-rata sebesar Rp0,25 triliun atau
8,37%.
Dalam kaitan itu, tren proporsi hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan terhadap total pendapatan asli daerah
selama 5 tahun mulai dari Tahun Anggaran 2012 sampai dengan
Tahun Anggaran 2016 secara nasional rata-rata sebesar 3,79%,
dengan uraian untuk pemerintah provinsi rata-rata sebesar

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


960 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-17-

2,95% dan untuk pemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar


5,35%.
Selanjutnya, tren proporsi hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan terhadap total pendapatan selama 5 tahun mulai
dari Tahun Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran 2016
secara nasional rata-rata sebesar 0,82%, untuk pemerintah
provinsi rata-rata sebesar 1,42% dan pemerintah kabupaten/kota
rata-rata sebesar 0,57%.
Untuk perolehan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan yang belum menunjukkan kinerja yang memadai
(performance based), karena tidak memberikan bagian laba atau
peningkatan pelayanan atas penyertaan modal tersebut,
pemerintah daerah harus melakukan antara lain langkah-langkah
penyehatan BUMD tersebut, mulai dari melakukan efisiensi,
rasionalisasi dan restrukturisasi sampai dengan pilihan untuk
melakukan penjualan aset (disposal) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, dengan terlebih dulu melakukan proses
due dilligence melalui lembaga appraisal yang certified terkait hak
dan kewajiban BUMD tersebut, dan/atau upaya hukum atas
penyertaan modal tersebut, mengingat seluruh/sebagian aset dan
kekayaan BUMD dimaksud merupakan kekayaan pemerintah
daerah yang tercatat dalam ikhtisar laporan keuangan BUMD
dimaksud sebagai salah satu lampiran Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
3) Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:
a) Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu
bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan
pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD
Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian
obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok
Masyarakat Penerima.
b) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan,
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-
Lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana
Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana
Cadangan sesuai peruntukannya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19661


9
-18-

c) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintah
daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD mempedomani
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 Hal
Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan
Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah
Daerah.
d) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerah
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-
Lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian
obyek sesuai kode rekening berkenaan.
b. Dana Perimbangan
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatan
perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH):
a) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumi
dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan
Perdesaan, dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang terdiri
dari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21 dianggarkan sesuai
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran
2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi
DBH-Pajak Tahun Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan,
penganggaran pendapatan dari DBH-Pajak didasarkan pada:
(1) Realisasi pendapatan DBH-Pajak 3 (tiga) tahun terakhir
yaitu Tahun Anggaran 2015, Tahun Anggaran 2014 dan
Tahun Anggaran 2013; atau
(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai
daftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2017.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


962 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-19-

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun


Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2017 terdapat perubahan
dan ditetapkan setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2017 ditetapkan, pemerintah daerah harus
menyesuaikan alokasi DBH-Pajak dimaksud pada Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau
dicantumkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi
pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017.
b) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT)
dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota
Tahun Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun
Anggaran 2017 belum ditetapkan, penganggaran pendapatan
DBH-CHT didasarkan pada:
(1) Realisasi pendapatan DBH-CHT 3 (tiga) tahun terakhir yaitu
Tahun Anggaran 2015, Tahun Anggaran 2014 dan Tahun
Anggaran 2013; atau
(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai
daftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun
Anggaran 2017 terdapat perubahan dan ditetapkan setelah
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017
ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi
DBH-CHT dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan
perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
Tahun Anggaran 2017 dengan pemberitahuan kepada
Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 39663


9
-20-

2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah


yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkan
kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan
lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukai
dan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu (cukai
illegal) sesuai dengan amanat dalam Pasal 66C Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dan Peraturan
Menteri Keuangan yang dijabarkan dengan keputusan
gubernur.
c) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA),
yang terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineral
dan Batubara, DBH-Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas
Bumi, dan DBH-Pengusahaan Panas Bumi dianggarkan sesuai
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun 2017 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA
Tahun Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan,
penganggaran pendapatan dari DBH-SDA didasarkan pada:
(1) Realisasi pendapatan DBH-SDA 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu
Tahun Anggaran 2015, Tahun Anggaran 2014 dan Tahun
Anggaran 2013, dengan mengantisipasi kemungkinan tidak
stabilnya harga dan hasil produksi (lifting) minyak bumi dan
gas bumi Tahun Anggaran 2017; atau
(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai
daftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 mengenai Alokasi DBH-SDA diluar Dana
Reboisasi yang merupakan bagian dari DBH-Kehutanan atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA
diluar Dana Reboisasi yang merupakan bagian dari DBH-
Kehutanan terdapat perubahan dan ditetapkan setelah
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017
ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


964 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-21-

DBH-SDA dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan


APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA
bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2017.
Apabila terdapat pendapatan lebih DBH-SDA diluar Dana
Reboisasi Tahun Anggaran 2017 seperti pendapatan kurang
salur tahun-tahun sebelumnya atau selisih pendapatan Tahun
Anggaran 2016, pendapatan lebih tersebut dianggarkan dalam
peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran
2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah
yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
Dalam rangka optimalisasi penggunaan Dana Bagi Hasil-Dana
Reboisasi (DBH-DR) tahun-tahun anggaran sebelumnya yang
belum dimanfaatkan dan masih ada di rekening kas umum
daerah kabupaten/kota sampai dengan akhir Tahun Anggaran
2017 penggunaan DBH-DR tersebut sesuai peraturan
perundang-undangan.
Penganggaran DBH-DR terkait dengan penyerahan urusan
Pemerintahan dari Pemerintah Kabupaten/kota ke Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Provinsi agar menganggarkan dalam
Peraturan daerah tentang APBD Tahun 2017 atau Peraturan
daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 untuk
menunjang program dan kegiatan yang terkait dengan
rehabilitasi hutan dan lahan dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
Pendapatan yang berasal dari DBH-Migas wajib dialokasikan
untuk menambah anggaran pendidikan dasar yang besarannya
adalah 0,5% (nol koma lima perseratus) dari total DBH-Migas
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 25 Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
d) Pendapatan DBH-Pajak, DBH-CHT dan DBH-SDA untuk
daerah induk dan daerah otonom baru karena pemekaran,
didasarkan pada informasi resmi dari Kementerian Keuangan
mengenai Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2017
dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 59665


9
-22-

2) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU):


Penganggaran DAU sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai
Rincian APBN Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Presiden dimaksud belum ditetapkan,
penganggaran DAU didasarkan pada alokasi DAU daerah provinsi,
kabupaten dan kota Tahun Anggaran 2017 yang diinformasikan
secara resmi oleh Kementerian Keuangan.
Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi oleh Kementerian
Keuangan dimaksud belum diterbitkan, maka penganggaran DAU
didasarkan pada alokasi DAU Tahun Anggaran 2016.
Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi oleh Kementerian
Keuangan diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, pemerintah daerah harus
menyesuaikan alokasi DAU dimaksud pada peraturan daerah
tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau
dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak
melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
3) Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK):
DAK dianggarkan sesuai Peraturan Presiden tentang Rincian
APBN Tahun Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi DAK Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi DAK Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan,
penganggaran DAK didasarkan pada alokasi DAK daerah provinsi
dan kabupaten/kota Tahun Anggaran 2017 yang diinformasikan
secara resmi oleh Kementerian Keuangan, setelah Rancangan
Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2017 disetujui
bersama antara Pemerintah dan DPR-RI.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi DAK Tahun Anggaran 2017 diterbitkan setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka
pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi DAK dimaksud
dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan
pemberitahuan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


966 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-23-

ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD


Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi
pemerintah daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun
Anggaran 2017.
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain
Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Penganggaran Dana Otonomi Khusus dialokasikan sesuai dengan
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran
2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman
Umum dan Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran
2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2017 belum
ditetapkan, maka penganggaran Dana Otonomi Khusus tersebut
didasarkan pada alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran
2016 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran 2015.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2017 tersebut
diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2017 ditetapkan, maka pemerintah daerah harus
menyesuaikan alokasi Dana Otonomi Khusus dimaksud dengan
terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan
pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi
pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017.
2) Pendapatan Pemerintah Aceh yang bersumber dari Dana Otonomi
Khusus atau sebesar 2% (dua per seratus) dari pagu Dana
Alokasi Umum Nasional Tahun 2017, penggunaannya agar
ditujukan untuk membiayai pembangunan terutama
pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 79667


9
-24-

ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan


pendidikan, sosial, dan kesehatan, sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Kewenangan Pemerintah Yang Bersifat Nasional di Aceh.
3) Pendapatan Pemerintah Aceh dari tambahan DBH-Minyak dan
Gas Bumi yaitu bagian dari pertambangan minyak sebesar 55%
(lima puluh lima perseratus) dan bagian pertambangan gas bumi
sebesar 40% (empat puluh perseratus) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 181 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, paling
sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dialokasikan untuk
membiayai pendidikan di Aceh dan paling banyak 70% (tujuh
puluh perseratus) dialokasikan untuk membiayai program
pembangunan yang disepakati bersama antara Pemerintah Aceh
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Program pembangunan
yang sudah disepakati bersama dimaksud dilaksanakan oleh
Pemerintah Aceh dengan mempedomani Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2015.
Penganggaran Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi
Tahun Anggaran 2017 dialokasikan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2017 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Tambahan
DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun
Anggaran 2017 belum ditetapkan, penganggaran Dana
Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi tersebut didasarkan pada
alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun
Anggaran 2016 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran
2015.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun
Anggaran 2017 tersebut ditetapkan setelah peraturan daerah
tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, pemerintah
daerah harus menyesuaikan alokasi Dana Tambahan DBH-

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


968 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-25-

Minyak dan Gas Bumi dimaksud dengan terlebih dahulu


melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan pemberitahuan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran
2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang
tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
4) Pendapatan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
serta Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus atau sebesar
2% (dua perseratus) dari pagu Dana Alokasi Umum Nasional
Tahun 2017, wajib untuk pembiayaan pendidikan dan
kesehatan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua.
5) Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
serta Pemerintah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat dalam rangka otonomi khusus yang
bersumber dari DBH-SDA Pertambangan Minyak Bumi dan
Pertambangan Gas Alam paling sedikit 30% (tiga puluh
perseratus) dialokasikan untuk biaya pendidikan dan paling
sedikit 15% (lima belas perseratus) untuk kesehatan dan
perbaikan gizi, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Otonomi Khusus Bagi
Provinsi Papua.
6) Penganggaran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka
Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat dialokasikan
sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN
Tahun 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur
Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur
Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan, penganggaran Dana
Tambahan Infrastruktur didasarkan pada:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9669


9
-26-

a) Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2017


yang diinformasikan secara resmi oleh Kementerian
Keuangan; atau
b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-
Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2017 disetujui
bersama antara Pemerintah dan DPR-RI.
Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur
Tahun Anggaran 2017 tersebut ditetapkan setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan,
pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi Dana Tambahan
Infrastruktur dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan
perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
Tahun Anggaran 2017 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan
DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah
tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau
dicantumkan dalam LRA apabila tidak melakukan Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2017.
7) Pendapatan Provinsi Papua dan Papua Barat yang bersumber
dari Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka otonomi
khusus yang besarnya ditetapkan antara Pemerintah dan DPR-RI
berdasarkan usulan provinsi pada setiap tahun anggaran supaya
digunakan terutama untuk pembiayaan Pembangunan
Infrastruktur. Hal ini dimaksudkan agar sekurang-kurangnya
dalam 25 (dua puluh lima) tahun seluruh kota-kota provinsi,
kabupaten/kota, distrik atau pusat-pusat penduduk lainnya
terhubungkan dengan transportasi darat, laut atau udara yang
berkualitas, sehingga Provinsi Papua dan Papua Barat dapat
melakukan aktivitas ekonominya secara baik dan
menguntungkan sebagai bagian dari sistem perekonomian
nasional dan global, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2001.
8) Penganggaran Dana Keistimewaan Pemerintahan Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) dialokasikan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2017 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


970 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-27-

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran


2017.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
Anggaran 2017 belum ditetapkan, penganggaran Dana
Keistimewaan Pemerintahan DIY didasarkan pada:
a) Alokasi Dana Keistimewaan Pemerintahan DIY Tahun
Anggaran 2017 yang diinformasikan secara resmi oleh
Kementerian Keuangan; atau
b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-
Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2017 disetujui
bersama antara Pemerintah dan DPR-RI.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
Anggaran 2017 tersebut ditetapkan setelah peraturan daerah
tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, pemerintah
daerah harus menyesuaikan alokasi Dana Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta dimaksud dengan terlebih dahulu
melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan pemberitahuan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran
2017 atau dicantumkan dalam LRA jika tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
Pendapatan Pemerintah DIY yang bersumber dari Dana
Keistimewaan DIY, penggunaannya ditujukan untuk
melaksanakan urusan keistimewaan yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Istimewa dengan mempedomani Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta, yaitu:
a) Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang
Gubernur dan Wakil Gubernur;
b) Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
c) Kebudayaan;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19771


9
-28-

d) Pertanahan; dan
e) Tata Ruang.
9) Penganggaran dana desa dialokasikan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2017 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa Tahun
Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan,
maka penganggaran Dana Desa tersebut didasarkan pada alokasi
Dana Desa Tahun Anggaran 2016.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 ditetapkan atau terdapat perubahan setelah
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017
ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi dana
desa dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2017 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,
untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang
perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan
dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
10) Penganggaran Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai dengan
Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran
2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman
Umum dan Alokasi Dana Transfer lainnya Tahun Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Transfer lainnya Tahun
Anggaran 2017 ditetapkan setelah peraturan daerah tentang
APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, pemerintah daerah
harus menyesuaikan alokasi Dana Transfer lainnya dimaksud
dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan
pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


972 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-29-

pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD


Tahun Anggaran 2017.
Pendapatan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang
bersumber dari dana transfer lainnya, penggunaannya harus
berpedoman pada masing-masing Peraturan/Petunjuk Teknis
yang melandasi penerimaan dana transfer lainnya dimaksud.
11) Penganggaran pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari
Bagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi
didasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari
pemerintah provinsi Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal penetapan APBD kabupaten/kota Tahun Anggaran
2017 mendahului penetapan APBD provinsi Tahun Anggaran
2017, penganggarannya didasarkan pada alokasi Bagi Hasil
Pajak Daerah Tahun Anggaran 2016 dengan memperhatikan
realisasi Bagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2015,
sedangkan bagian pemerintah kabupaten/kota yang belum
direalisasikan oleh pemerintah provinsi akibat pelampauan target
Tahun Anggaran 2016, ditampung dalam peraturan daerah
tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau
dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak
melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
12) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik
yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya
dianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudah
dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan.
Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan
keuangan bersifat umum tersebut diterima setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka
pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuan
keuangan dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi
pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017.
Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan
keuangan bersifat khusus tersebut diterima setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 39773


9
-30-

pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuan


keuangan bersifat khusus dimaksud dengan terlebih dahulu
melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan pemberitahuan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran
2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang
tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
13) Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari
pemerintah, pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik
dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri,
kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat
dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau
pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah,
dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan
dimaksud.
Untuk kepastian pendapatan hibah yang bersumber dari
pemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada perjanjian
hibah antara kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku
pemberi dengan kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku
penerima, sedangkan untuk penerimaan hibah yang bersumber
dari pihak ketiga juga didasarkan pada perjanjian hibah antara
pihak ketiga selaku pemberi dengan kepala daerah/pejabat yang
diberi kuasa selaku penerima.
Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atas
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-
Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam
jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekening
berkenaan.
14) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbangan
pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam
negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak
mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau
pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi sumbangan,
dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan
dimaksud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


974 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-31-

Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atas


dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-
lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,
obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekening
berkenaan.
15) Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana darurat dari
pemerintah dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok Lain-
lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,
obyek dan rincian obyek pendapatan Dana Darurat.
Dana darurat diberikan pada tahap pasca bencana untuk
mendanai perbaikan fasilitas umum untuk melayani masyarakat
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 296 ayat (3) dan ayat (4)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
Pendapatan dana darurat dapat dianggarkan sepanjang sudah
diterbitkannya Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Darurat Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana
Darurat Tahun Anggaran 2017 ditetapkan setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka
pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi dana darurat
dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2017 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,
untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang
perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan
dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
16) Bagi daerah kabupaten/kota yang memperoleh pendapatan
berasal dari bonus produksi pengusahaan panas bumi, sesuai
dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014
tentang Panas Bumi, dianggarkan pada akun pendapatan,
kelompok lain-lain pendapatan yang sah, jenis bonus produksi
dari pengusahaan Panas Bumi yang diuraikan ke dalam obyek
dan rincian obyek pendapatan berkenaan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 59775


9
-32-

2. Belanja Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerah
digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang
menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan
wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan
pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan
standar pelayanan minimal serta berpedoman pada standar teknis dan
harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait
dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman
pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.
Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar
meliputi: (a) pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekerjaan umum dan
penataan ruang, (d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman, (e)
ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan (f)
sosial. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar meliputi: (a) tenaga kerja, (b) pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, (c) pangan, (d) pertanahan, (e)
lingkungan hidup, (f) administrasi kependudukan dan pencatatan sipil,
(g) pemberdayaan masyarakat dan desa, (h) pengendalian penduduk dan
keluarga berencana, (i) perhubungan, (j) komunikasi dan informatika, (k)
koperasi, usaha kecil, dan menengah, (l) penanaman modal, (m)
kepemudaan dan olahraga, (n) statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan,
(q) perpustakaan, dan (r) kearsipan. Urusan pemerintahan pilihan
meliputi: (a) kelautan dan perikanan, (b) pariwisata, (c) pertanian, (d)
kehutanan, (e) energi dan sumber daya mineral, (f) perdagangan, (g)
perindustrian, dan (h) transmigrasi.
Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja,
baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun
program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan
efisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus
memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi
langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


976 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-33-

dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target


kinerjanya.
a. Belanja Tidak Langsung
Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Belanja Pegawai
a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri
Sipil Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan serta memperhitungkan rencana
kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji
ketiga belas dan gaji keempat belas.
b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan
Calon PNSD sesuai formasi pegawai Tahun 2017.
c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji
berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi
pegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnya
maksimum 2,5% (dua koma lima per seratus) dari jumlah
belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan.
d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD
serta PNSD dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2017
dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untuk
pengembangan cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan
bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan
Anggota DPRD serta PNSD di luar cakupan penyelenggaraan
jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidak
diperkenankan dianggarkan dalam APBD.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 79777


9
-34-

e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan


kematian bagi PNSD dibebankan pada APBD dengan
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015
tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi
Pegawai Aparatur Sipil Negara.
Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan
kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta
Pimpinan dan Anggota DPRD, dibebankan pada APBD
disesuaikan dengan yang berlaku bagi pegawai Aparatur Sipil
Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harus
memperhatikan kemampuan keuangan daerah dengan
persetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan dan penentuan
kriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturan kepala
daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
h) Tunjangan profesi guru PNSD dan Dana Tambahan
Penghasilan Guru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun
Anggaran 2017 melalui DAK dianggarkan dalam APBD Provinsi
dan Kabupaten/Kota pada kelompok belanja tidak langsung,
jenis belanja pegawai, obyek belanja gaji dan tunjangan, dan
rincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.
2) Belanja Bunga
Bagi daerah yang memiliki kewajiban pembayaran bunga
pinjaman, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka
panjang supaya dianggarkan pembayarannya dalam APBD Tahun
Anggaran 2017.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


978 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-35-

3) Belanja Subsidi
Pemerintah daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepada
perusahaan/lembaga tertentu yang menyelenggarakan pelayanan
publik, antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan
Kewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation). Belanja
Subsidi tersebut hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga
tertentu agar harga jual dari hasil produksinya terjangkau oleh
masyarakat yang daya belinya terbatas. Perusahaan/lembaga
tertentu yang diberi subsidi tersebut menghasilkan produk yang
merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang
banyak.
Sebelum belanja subsidi tersebut dianggarkan dalam APBD Tahun
Anggaran 2017, perusahaan/lembaga penerima subsidi harus
terlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara
sebagaimana diatur dalam Pasal 41 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011.
4) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber
dari APBD mempedomani peraturan kepala daerah yang mengatur
tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi
hibah dan bantuan sosial, yang telah disesuaikan dengan Pasal
298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang
Bersumber dari APBD, sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun
2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, serta peraturan
perundang-undangan lain di bidang hibah dan bantuan sosial.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9779


9
-36-

5) Belanja Bagi Hasil Pajak


a) Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber
dari pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintah
kabupaten/kota mempedomani Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009.
Tata cara penganggaran dana bagi hasil pajak daerah tersebut
memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah pada
Tahun Anggaran 2017, sedangkan pelampauan target Tahun
Anggaran 2016 yang belum direalisasikan kepada pemerintah
kabupaten/kota ditampung dalam Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemerintah
Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2017.
b) Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusi
daerah provinsi dilarang untuk dianggarkan dalam APBD
Tahun 2017 sebagaimana maksud Pasal 94 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 dan Pasal 18 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.
c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat
(3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, pemerintah kabupaten/kota menganggarkan
belanja bagian dari Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh per
seratus) dari pajak daerah dan retribusi daerah
kabupaten/kota.
d) Dari aspek teknis penganggaran, Belanja Bagi Hasil Pajak
Daerah dari pemerintah provinsi kepada pemerintah
kabupaten/kota dan Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dari pemerintah kabupaten/kota kepada
pemerintah desa dalam APBD harus diuraikan ke dalam daftar
nama pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa selaku

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


980 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-37-

penerima sebagai rincian obyek penerima bagi hasil pajak


daerah dan retribusi daerah sesuai kode rekening berkenaan.
6) Belanja Bantuan Keuangan
a) Belanja bantuan keuangan dari pemerintah daerah kepada
pemerintah daerah lainnya dapat dianggarkan dalam APBD
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah alokasi
belanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
dipenuhi oleh pemerintah daerah dalam APBD Tahun Anggaran
2017.
Belanja bantuan keuangan tersebut, harus didasarkan pada
pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia
alokasi dananya dan/atau menerima manfaat dari pemberian
bantuan keuangan tersebut, serta dalam rangka kerjasama
antar daerah sesuai kemampuan keuangan masing-masing
daerah.
Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan
bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum
digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan
menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah,
jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah
yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan
keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu
capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah penerima
bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan
keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh
pemberi bantuan.
b) Bantuan keuangan kepada partai politik harus dialokasikan
dalam APBD Tahun Anggaran 2017 dan dianggarkan pada jenis
belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan
kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partai
politik penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaran
bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan
Keuangan Kepada Partai Politik dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tatacara

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19881


9
-38-

Perhitungan, Penganggaran dalam APBD dan Tertib


Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
Politik.
c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat
(2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 95
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2015, pemerintah kabupaten/kota harus menganggarkan
alokasi dana untuk desa dan desa adat yang diterima dari
APBN dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada
pemerintah desa dalam APBD kabupaten/kota Tahun
Anggaran 2017 untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan masyarakat,
dan kemasyarakatan.
Selain itu, pemerintah kabupaten/kota harus menganggarkan
Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pemerintah desa dalam jenis
belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa paling
sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan yang
diterima oleh kabupaten/kota dalam APBD Tahun Anggaran
2017 setelah dikurangi DAK sebagaimana diatur dalam Pasal
72 ayat (4) dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
dan Pasal 96 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015.
Selanjutnya, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapat
memberikan bantuan keuangan lainnya kepada pemerintah
desa, sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf e
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 98 Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015.
Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuan
keuangan, belanja bantuan keuangan tersebut harus diuraikan
daftar nama pemerintah daerah/desa selaku penerima bantuan
keuangan sebagai rincian obyek penerima bantuan keuangan
sesuai kode rekening berkenaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


982 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-39-

Dalam rangka optimalisasi dan efektifitas penyaluran dana dari


rekening kas umum daerah ke rekening kas desa, pemerintah
daerah selaku pemegang saham/modal pengendali dapat
menyalurkan melalui BUMD Lembaga Keuangan Perbankan.
7) Belanja Tidak Terduga
Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional
dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2016 dan
kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat
diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah
daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk
mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat
bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial,
kebutuhan mendesak lainnya yang tidak tertampung dalam
bentuk program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2017,
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-
tahun sebelumnya.
b. Belanja Langsung
Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan
program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib
dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib
terdiri atas urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar.
Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk
program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah
kepada kepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja pada
setiap program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib
terkait pelayanan dasar ditetapkan dengan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) dan berpedoman pada standar teknis dan harga

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 39883


9
-40-

satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatan
untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan
pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman
pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.
Alokasi belanja untuk program dan kegiatan pada masing-masing
urusan pemerintahan tersebut di atas, digunakan sebagai dasar
penyusunan RKA-SKPD.
Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agar
mengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usaha
mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan
prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas
kemampuan teknis.
2) Belanja Pegawai
a) Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah,
penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD
memperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas
dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai
dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam
rangka mencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan
dengan hal tersebut, pemberian honorarium bagi PNSD dan
Non PNSD dibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan
bahwa keberadaan PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan benar-
benar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap
efektifitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan
memperhatikan pemberian Tambahan Penghasilan bagi PNSD
sesuai ketentuan tersebut pada a.1).f) dan pemberian Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai
ketentuan tersebut pada a.1).g).
b) Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam
jenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian
obyek belanja honorarium PNSD dan Non PNSD. Besaran
honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan
ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


984 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-41-

3) Belanja Barang dan Jasa


a) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan
dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa dengan
menambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru serta
besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
b) Penganggaran untuk Jaminan Kesehatan bagi Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri, yaitu pegawai tidak tetap,
pegawai honorer, staf khusus dan pegawai lain yang
dibayarkan oleh APBD, dianggarkan dalam APBD dengan
mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004,
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016.
c) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak
ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka
pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau
penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebut
dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai kode
rekening berkenaan.
d) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan
kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan
fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta
memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang Tahun
Anggaran 2016.
e) Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh
BPJS hanya diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD. Pengembangan
pelayanan kesehatan tersebut hanya berupa pelayanan Medical
check up sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, termasuk
keluarga (satu istri/suami dan dua anak) dalam rangka
pemeliharaan kesehatan dan dianggarkan dalam bentuk
program dan kegiatan pada SKPD yang secara fungsional
terkait dan dilaksanakan pada Rumah Sakit Umum Daerah
setempat/Rumah Sakit Umum Pusat di daerah.
f) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu sesuai dengan Undang-Undang

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 59885


9
-42-

Nomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun


2011, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013, yang tidak menjadi
cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS
yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah dapat
menganggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada
SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan
kesehatan.
g) Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) Milik Pemerintah Daerah yang belum
menerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan Presiden
Nomor 32 Tahun 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19
Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan
Dukungan Biaya Operasional Pada FKTP Milik Pemerintah
Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.
Dalam hal dana kapitasi tidak digunakan seluruhnya pada
tahun anggaran sebelumnya, dana kapitasi tersebut harus
digunakan tahun anggaran berikutnya dan penggunaannya
tetap mempedomani Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19
Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28
Tahun 2014 dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.
h) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan
pada masing-masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan besarannya sesuai
dengan masing-masing peraturan daerah.
i) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan,
dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa dengan
mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


986 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-43-

Nomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubah beberapa


kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14
Tahun 2016, serta peraturan perundang-undangan lain di
bidang hibah dan bantuan sosial.
Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan kepada
pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan
dimaksud dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasa
yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat
ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap
diserahkan.
j) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka
kunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinas
dalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan
secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta
memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud
sehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintah
daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkan
sesuai peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaran
perjalanan dinas luar negeri berpedoman pada Instruksi
Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perjalanan Dinas Luar
Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun
2016 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri bagi
Aparatur Sipil Negara Kementerian Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
k) Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan
daerah, penganggaran belanja perjalanan dinas harus
memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai biaya riil
atau lumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan
biaya riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikan
untuk Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati,
Walikota/Wakil Walikota, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya
dan pejabat yang diberikan kedudukan atau hak keuangan
dan fasilitas setingkat Pejabat Pimpinan Tinggi Madya;
2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 79887


9
-44-

3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;


4) Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan
fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yang
bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga
puluh per seratus) dari tarif hotel di kota tempat tujuan
sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan
dibayarkan secara lumpsum.
5) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara
lumpsum.
Standar satuan biaya untuk perjalanan dinas ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Daerah dengan memperhatikan
aspek transparansi, akuntabilitas, efisiensi, efektivitas,
kepatutan dan kewajaran serta rasionalitas.
l) Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yang
mengikutsertakan non PNSD diperhitungkan dalam belanja
perjalanan dinas. Tata cara penganggaran perjalanan dinas
dimaksud mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yang
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
m) Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan pelatihan,
bimbingan teknis atau sejenisnya yang terkait dengan
pengembangan sumber daya manusia bagi:
1) Pejabat daerah dan staf pemerintah daerah;
2) Pimpinan dan Anggota DPRD; serta
3) Unsur lainnya seperti tenaga ahli,
diprioritaskan penyelenggaraannya di masing-masing wilayah
provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan.
Dalam hal terdapat kebutuhan untuk melakukan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis,
sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar, atau sejenisnya di
luar daerah dapat dilakukan secara sangat selektif dengan
memperhatikan aspek urgensi, kualitas penyelenggaraan,
muatan substansi, kompetensi narasumber, kualitas advokasi
dan pelayanan penyelenggara serta manfaat yang akan
diperoleh guna efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran
daerah serta tertib anggaran dan administrasi oleh
penyelenggara.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


988 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-45-

n) Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat,


pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi,
workshop, lokakarya, seminar atau sejenis lainnya
diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah,
seperti ruang rapat atau aula yang sudah tersedia milik
pemerintah daerah dengan mempedomani Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembatasan
Pertemuan/Rapat di Luar Kantor Dalam Rangka Peningkatan
Efisiensi dan Efektifitas Kerja Aparatur.
o) Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang berada
dalam penguasaan pengelola barang, pengguna barang atau
kuasa pengguna barang berpedoman pada daftar kebutuhan
pemeliharaan barang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
4) Belanja Modal
a) Pemerintah daerah harus memprioritaskan alokasi belanja
modal pada APBD Tahun Anggaran 2017 untuk pembangunan
dan pengembangan sarana dan prasarana yang terkait
langsung dengan peningkatan pelayanan dasar kepada
masyarakat.
Pemerintah daerah harus melakukan upaya peningkatan
alokasi belanja modal, mengingat alokasi belanja modal secara
nasional pada Tahun Anggaran 2016 Rp248,38 triliun atau
22,97%, dengan uraian untuk pemerintah provinsi Rp58,47
triliun atau 19,87% dan untuk pemerintah kabupaten/kota
Rp189,92 triliun atau 24,42%.
b) Penganggaran pengadaan barang milik daerah dilakukan
sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah
berdasarkan prinsip efisiensi, efektif, transparan dan terbuka,
bersaing, adil, dan akuntabel dengan mengutamakan produk-
produk dalam negeri.
Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang milik
daerah didasarkan pada perencanaan kebutuhan barang milik
daerah yang disusun dengan memperhatikan kebutuhan
pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9889


9
-46-

milik daerah yang ada. Selanjutnya, perencanaan kebutuhan


barang milik daerah merupakan salah satu dasar bagi SKPD
dalam pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan
barang milik daerah yang baru (new initiative) dan angka dasar
(baseline) serta penyusunan RKA-SKPD. Perencanaan
kebutuhan barang milik daerah dimaksud berpedoman pada
standar barang, standar kebutuhan dan/atau standar harga,
penetapan standar kebutuhan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
berdasarkan pedoman yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1), ayat (3), ayat (4)
dan ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014.
Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung dan
bangunan milik daerah mempedomani Peraturan Presiden
Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
Selanjutnya, untuk efisiensi penggunaan anggaran,
pembangunan gedung kantor baru milik pemerintah daerah
tidak diperkenankan sesuai dengan Surat Menteri Keuangan
Nomor S-841/MK.02/2014 tanggal 16 Desember 2014 hal
Penundaan/Moratorium Pembangunan Gedung Kantor
Kementerian Negara/Lembaga, kecuali penggunaan anggaran
tersebut terkait langsung dengan upaya peningkatan kuantitas
dan kualitas pelayanan publik.
c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum
mempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 148
Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaran
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun
2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari APBD.
d) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran
yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan aset tetap

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


990 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-47-

dan aset lainnya (aset tak berwujud) yang mempunyai masa


manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, digunakan dalam
kegiatan pemerintahan dan memenuhi nilai batas minimal
kapitalisasi aset (capitalization threshold).
Nilai aset tetap dan aset lainnya yang dianggarkan dalam
belanja modal tersebut adalah sebesar harga beli/bangun aset
ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap
digunakan, sesuai maksud Pasal 27 ayat (7) huruf c Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 53 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 dan Lampiran I Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 01 dan PSAP 07, Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan serta Buletin Teknis Standar Akuntansi
Pemerintahan Nomor 17 tentang Akuntansi Aset Tak Berwujud
Berbasis Akrual.
e) Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal aset
tetap (biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi nilai
batas minimal kapitalisasi aset (capitalization threshold), dan
memperpanjang masa manfaat atau yang memberikan manfaat
ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan
kapasitas, atau peningkatan mutu produksi atau peningkatan
kinerja dianggarkan dalam belanja modal sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I PSAP Nomor 7, Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Pasal 53 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
5) Surplus/Defisit APBD
a) Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaran
pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah.
b) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, dapat digunakan untuk
pembiayaan pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh
tempo, penyertaan modal (investasi) daerah, pembentukan
dana cadangan, dan/atau pemberian pinjaman kepada

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19991


9
-48-

pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau


pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Pendanaan
belanja peningkatan jaminan sosial tersebut diwujudkan dalam
bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat
yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait
dengan tugasnya melaksanakan program dan kegiatan
tersebut.
c) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah daerah
menetapkan penerimaan pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut, yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran
tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman daerah
dan penerimaan pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d) Dalam penyusunan perencanaan penganggaran dan
pembahasan KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dengan
DPRD pada bulan Juni-Juli 2016 terkait dengan Belanja perlu
prinsip kehati-hatian (prudential) bagi Kepala Daerah dan
DPRD. Hal ini perlu dikaitkan dengan penyusunan asumsi
kebijakan, pertumbuhan ekonomi dan proyeksi pendapatan
serta kondisi ekonomi makro daerah, dengan wajib
mempedomani penetapan batas maksimal defisit APBD Tahun
Anggaran 2017 yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan
melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester sesuai maksud
Pasal 106 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
dan Pasal 57 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011.
Dalam kaitan itu, sedapat mungkin Pemerintah Daerah harus
menghindari Belanja melampaui batas defisit APBD yang
diperkenankan oleh ketentuan tersebut di atas.
e) Dalam hal pemerintah daerah melakukan pinjaman, maka
Pemerintah Daerah wajib mempedomani penetapan batas
maksimal jumlah kumulatif pinjaman daerah yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


992 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-49-

3. Pembiayaan Daerah
a. Penerimaan Pembiayaan
1) Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Sebelumnya (SiLPA) harus didasarkan pada penghitungan yang
cermat dan rasional dengan mempertimbangkan perkiraan
realisasi anggaran Tahun Anggaran 2016 dalam rangka
menghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada Tahun
Anggaran 2017 yang tidak dapat didanai akibat tidak tercapainya
SiLPA yang direncanakan. Selanjutnya SiLPA dimaksud harus
diuraikan pada obyek dan rincian obyek sumber SiLPA Tahun
Anggaran 2016, sebagaimana contoh format sebagai berikut:
Tabel 3
Uraian SiLPA
Kode Rekening Uraian Jumlah (Rp)
x x x SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnya
x x x 01 Pelampauan Penerimaan PAD
x x x 01 01 Pajak Daerah
x x x 01 02 Retribusi Daerah
x x x 01 03 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
x x x 01 04 Lain-lain PAD Yang Sah

x x x 02 Pelampauan Penerimaan Dana Perimbangan


x x x 02 01 Bagi Hasil Pajak
x x x 02 02 Bagi Hasil SDA
x x x 02 03 dst .....

x x x 03 Pelampauan Penerimaan Lain-lain PD Yang Sah


x x x 03 01 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
x x x 03 02 dst .....

x x x 04 Sisa Penghematan Belanja atau Akibat Lainnya


x x x 04 01 Belanja pegawai dari Belanja Tidak Langsung
x x x 04 02 Belanja pegawai dari Belanja Langsung
x x x 04 03 Belanja Barang dan Jasa
x x x 04 04 Belanja Modal
x x x 04 05 Belanja Bunga
x x x 04 06 Belanja Subsidi
x x x 04 07 Belanja Hibah
x x x 04 08 Belanja Bantuan Sosial
x x x 04 09 Belanja Bagi Hasil
x x x 04 10 Belanja Bantuan Keuangan
x x x 04 11 Belanja Tidak Terduga
x x x 04 12 Dst....

x x x 05 Dst....
x x x 05 01 ....
x x x 05 02 Dst....

x x x 06 Sisa Belanja DAK


x x x 06 01 DAK Bidang Pendidikan
x x x 06 02 DAK Bidang Kesehatan
x x x 06 03 DAK Bidang Infrastruktur
x x x 06 04 Dst....

x x x 07 Sisa Belanja Dana Bagi Hasil


x x x 07 01 Dana Bagi Hasil PBB
x x x 07 02 Dana Bagi Hasil PPh
x x x 07 03 Dana Bagi Hasil SDA Iuran Hak Pengusaha Hutan
x x x 07 04 Dana Bagi Hasil SDA Sumber Daya Hutan
x x x 07 05 Dana Bagi Hasil DR
x x x 07 06 Dst....

x x x 08 Sisa Belanja Dana Penyesuaian


x x x 08 01 Dana Penyesuaian DID
x x x 08 02 Dst....

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 39993


9
-50-

x X x 09 Sisa Belanja Dana Otonomi Khusus


x X x 09 01 Dana Otonomi Khusus Aceh
x X x 09 02 Dana Otonomi Khusus Papua
x X x 09 03 Dana Otonomi Khusus Papua Barat
x X x 09 04 Dst....

x X x 10 Sisa Belanja Dana Tambahan Infrastruktur


x X x 10 01 Dana Tambahan Infrastruktur Papua
x X x 10 02 Dana Tambahan Infrastruktur Papua Barat

x X x 11 Dst.....

2) Dalam menetapkan anggaran penerimaan pembiayaan yang


bersumber dari pencairan dana cadangan, waktu pencairan dan
besarannya sesuai peraturan daerah tentang pembentukan dana
cadangan.
3) Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam APBD pada
akun pembiayaan, kelompok penerimaan pembiayaan daerah,
jenis penerimaan kembali investasi pemerintah daerah, obyek
dana bergulir dan rincian obyek dana bergulir dari kelompok
masyarakat penerima.
Dalam kaitan itu, dana bergulir yang belum dapat diterima akibat
tidak dapat tertagih atau yang diragukan tertagih, pemerintah
daerah harus segera melakukan penagihan dana bergulir
dimaksud sesuai peraturan perundang-undangan.
4) Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dapat
melakukan pinjaman daerah berdasarkan peraturan perundang-
undangan dibidang pinjaman daerah. Bagi pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota yang berencana untuk
melakukan pinjaman daerah harus dianggarkan terlebih dahulu
dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD tahun anggaran
berkenaan sesuai Pasal 35 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor
30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.
Bagi Pemerintah Daerah yang akan melakukan pinjaman yang
bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Pemerintah
Daerah Lain, Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan
Bukan Bank, dan Masyarakat (obligasi daerah) harus mendapat
pertimbangan terlebih dahulu dari Menteri Dalam Negeri sesuai
amanat Pasal 300 dan Pasal 301 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 serta Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan
Penerimaan Hibah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


994 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-51-

Untuk pinjaman yang bersumber dari Pemerintah Daerah Lain,


Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank,
permohonan Pertimbangan Menteri Dalam Negeri diajukan dengan
melampirkan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2017. Sementara untuk pinjaman yang bersumber dari
Penerusan Pinjaman Luar Negeri dan Masyarakat (obligasi daerah)
permohonan Pertimbangan Menteri Dalam Negeri diajukan dengan
melampirkan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran
berjalan.
Untuk pinjaman jangka pendek digunakan hanya untuk menutup
kekurangan arus kas sesuai maksud Pasal 12 ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011.
Untuk pinjaman jangka menengah digunakan untuk membiayai
pelayanan publik yang tidak menghasilkan penerimaan sesuai
maksud Pasal 13 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
2011.
Untuk pinjaman jangka panjang yang bersumber dari pemerintah,
pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, dan lembaga
keuangan bukan bank sesuai maksud Pasal 14 ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 digunakan untuk membiayai
kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka
pelayanan publik yang:
a) menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi
APBD yang berkaitan dengan pembangunan prasarana dan
sarana tersebut;
b) menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematan
terhadap belanja APBD yang seharusnya dikeluarkan apabila
kegiatan tersebut tidak dilaksanakan; dan/atau
c) memberikan manfaat ekonomi dan sosial.
5) Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan
obligasi daerah untuk membiayai infrastruktur dan/atau investasi
yang menghasilkan penerimaan daerah setelah memperoleh
pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri dan persetujuan dari
Menteri Keuangan sesuai maksud Pasal 300 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 59995


9
-52-

6) Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari


penerusan pinjaman utang luar negeri dari Menteri Keuangan
setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
Perjanjian penerusan pinjaman dilakukan antara Menteri
Keuangan dan Kepala Daerah sesuai maksud Pasal 301 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014.
b. Pengeluaran Pembiayaan
1) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerah
dapat menganggarkan investasi jangka panjang non permanen
dalam bentuk dana bergulir sesuai Pasal 118 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Dana bergulir dalam APBD dianggarkan pada akun
pembiayaan, kelompok pengeluaran pembiayaan daerah, jenis
investasi pemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian
obyek dana bergulir kepada kelompok masyarakat penerima.
Dalam penyaluran dana bergulir, pemerintah daerah dapat
melakukan kerjasama dengan BUMD Lembaga Keuangan
Perbankan, Lembaga Keuangan Non Perbankan atau Lembaga
Keuangan lainnya.
2) Pemerintah Daerah harus menyusun analisis investasi pemerintah
daerah sebelum melakukan investasi. Analisis investasi tersebut
dilakukan oleh penasehat investasi yang independen dan
profesional, dan ditetapkan oleh Kepala Daerah sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52
Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah
Daerah.
Selain itu, penyertaan modal pemerintah daerah pada badan
usaha milik negara/daerah dan/atau badan usaha lainnya
ditetapkan dengan peraturan daerah tentang penyertaan modal.
Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah
tercantum dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal
pada tahun sebelumnya, tidak perlu diterbitkan peraturan daerah
tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut
belum melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan
pada peraturan daerah tentang penyertaan modal.
Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah
penyertaan modal melebihi jumlah penyertaan modal yang telah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


996 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-53-

ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal


dimaksud, pemerintah daerah melakukan perubahan peraturan
daerah tentang penyertaan modal tersebut.
3) Pemerintah daerah dapat menambah modal yang disetor dan/atau
melakukan penambahan penyertaan modal pada Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) untuk memperkuat struktur permodalan,
sehingga BUMD dimaksud dapat lebih berkompetisi, tumbuh dan
berkembang. Khusus untuk BUMD sektor perbankan, pemerintah
daerah dapat melakukan penambahan penyertaan modal
dimaksud guna menambah modal inti sebagaimana
dipersyaratkan Bank Indonesia dan untuk memenuhi Capital
Adequacy Ratio (CAR).
4) Dalam Rangka mendukung kebijakan paket ekonomi pemerintah
terkait dengan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), pemerintah daerah
dapat melakukan penyertaan modal dan/atau penambahan modal
kepada Badan Usaha Milik Daerah baik lembaga keuangan
perbankan maupun lembaga keuangan non perbankan sesuai
peraturan perundang-undangan.
5) Dalam rangka mendukung pencapaian target Sustainable
Development Goals (SDGs) Tahun 2025 yaitu cakupan pelayanan
air perpipaan di wilayah perkotaan sebanyak 80% (delapan puluh
per seratus) dan di wilayah perdesaan sebanyak 60% (enam puluh
per seratus), pemerintah daerah perlu memperkuat struktur
permodalan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Penguatan
struktur permodalan tersebut dilakukan dengan menambah
penyertaan modal pemerintah daerah yang antara lain bersumber
dari pemanfaatan bagian laba bersih PDAM. Penyertaan Modal
dimaksud dilakukan untuk penambahan, peningkatan, perluasan
prasarana dan sarana sistem penyediaan air minum, serta
peningkatan kualitas dan pengembangan cakupan pelayanan.
Selain itu, pemerintah daerah dapat melakukan penambahan
penyertaan modal guna meningkatkan kualitas, kuantitas dan
kapasitas pelayanan air minum kepada masyarakat untuk
mencapai SDGs dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 79997


9
-54-

Penyertaan modal pada PDAM berupa laba ditahan dapat


langsung digunakan sebagai penambahan penyertaan modal pada
PDAM dan besaran penyertaan modal tersebut agar disesuaikan
dengan tata cara yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
PDAM akan menjadi penyedia air minum di daerah sebagai
implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013
yang membatalkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air. Untuk itu, pemerintah daerah dapat melakukan
penambahan penyertaan modal kepada PDAM dalam rangka
memperbesar skala usaha PDAM.
Bagi PDAM yang skala usahanya belum sesuai dengan fungsi
PDAM sebagai penyedia air minum di daerah, agar
dipertimbangkan untuk melakukan penggabungan PDAM
dimaksud.
6) Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna
mendanai kebutuhan pembangunan prasarana dan sarana
Daerah yang tidak dapat dibebankan dalam 1 (satu) tahun
anggaran dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Dana cadangan bersumber dari penyisihan atas penerimaan
Daerah kecuali dari DAK, pinjaman Daerah, dan penerimaan lain-
lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu.
Penggunaan dana cadangan dalam satu tahun anggaran menjadi
penerimaan pembiayaan APBD dalam tahun anggaran yang
bersangkutan.
Dana cadangan ditempatkan dalam rekening tersendiri dalam
rekening kas umum Daerah.
Dalam hal dana cadangan belum digunakan sesuai dengan
peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam
portofolio yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah.
7) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran
sebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 61 ayat (2) Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


998 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-55-

c. Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan


1) Pemerintah daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA)
Tahun Anggaran 2017 bersaldo nol.
2) Dalam hal perhitungan penyusunan Rancangan APBD
menghasilkan SILPA Tahun Berjalan positif, pemerintah daerah
harus memanfaatkannya untuk penambahan program dan
kegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program dan kegiatan
yang telah dianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan.
3) Dalam hal perhitungan SILPA Tahun Berjalan negatif, pemerintah
daerah melakukan pengurangan bahkan penghapusan
pengeluaran pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban
daerah, pengurangan program dan kegiatan yang kurang prioritas
dan/atau pengurangan volume program dan kegiatannya.
IV. Teknis Penyusunan APBD
Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2017, pemerintah daerah dan
DPRD harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama rancangan
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 paling lambat 1
(satu) bulan sebelum dimulainya Tahun Anggaran 2017.
Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah daerah harus memenuhi jadwal
proses penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017, mulai dari
penyusunan dan penyampaian rancangan KUA dan rancangan PPAS
kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati bersama paling lambat
akhir bulan Juli 2016. Selanjutnya, KUA dan PPAS yang telah disepakati
bersama akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menyusun,
menyampaikan dan membahas rancangan peraturan daerah tentang
APBD Tahun Anggaran 2017 antara pemerintah daerah dengan DPRD
sampai dengan tercapainya persetujuan bersama antara kepala daerah
dengan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2017, paling lambat tanggal 30 Nopember 2016,
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 312 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014.
Dalam membahas rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2017 antara kepala daerah dengan DPRD wajib mempedomani
RKPD, KUA dan PPAS untuk mendapat persetujuan bersama
sebagaimana dimaksud Pasal 311 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 9999


9
-56-

Tahapan dan jadwal proses penyusunan APBD sebagai berikut:


Tabel 4.
Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD
No. URAIAN WAKTU LAMA
1. Penyusunan RKPD Akhir bulan
Mei
2. Penyampaian Rancangan KUA Minggu I bulan 1
dan Rancangan PPAS oleh Juni minggu
Ketua TAPD kepada kepala
daerah
3. Penyampaian Rancangan KUA Pertengahan 6
dan Rancangan PPAS oleh bulan Juni minggu
kepala daerah kepada DPRD
4. Kesepakatan antara kepala Akhir bulan
daerah dan DPRD atas Juli
Rancangan KUA dan Rancangan
PPAS
5. Penerbitan Surat Edaran kepala Awal bulan 8
daerah perihal Pedoman Agustus minggu
penyusunan RKA-SKPD dan
RKA-PPKD
6. Penyusunan dan pembahasan Awal bulan
RKA-SKPD dan RKA-PPKD serta Agustus sampai
penyusunan Rancangan Perda dengan akhir
tentang APBD bulan
September
7. Penyampaian Rancangan Perda Minggu I bulan 2 bulan
tentang APBD kepada DPRD Oktober
8. Pengambilan persetujuan Paling lambat 1
bersama DPRD dan kepala (satu) bulan
daerah sebelum tahun
anggaran yang
bersangkutan
9. Menyampaikan Rancangan 3 hari kerja
Perda tentang APBD dan setelah
Rancangan Perkada tentang persetujuan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1000 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-57-

Penjabaran APBD kepada bersama


MDN/Gub untuk dievaluasi
10. Hasil evaluasi Rancangan Perda Paling lama 15
tentang APBD dan Rancangan hari kerja
Perkada tentang Penjabaran setelah
APBD Rancangan
Perda tentang
APBD dan
Rancangan
Perkada tentang
Penjabaran
APBD diterima
oleh
MDN/Gubernur
11. Penyempurnaan Rancangan Paling lambat 7
Perda tentang APBD sesuai hari kerja (sejak
hasil evaluasi yang ditetapkan diterima
dengan keputusan pimpinan keputusan hasil
DPRD tentang penyempurnaan evaluasi)
Rancangan Perda tentang APBD
12. Penyampaian keputusan DPRD 3 hari kerja
tentang penyempurnaan setelah
Rancangan Perda tentang APBD keputusan
kepada MDN/Gub pimpinan DPRD
ditetapkan
13. Penetapan Perda tentang APBD Paling lambat
dan Perkada tentang Penjabaran akhir Desember
APBD sesuai dengan hasil (31 Desember)
evaluasi
14. Penyampaian Perda tentang Paling lambat 7
APBD dan Perkada tentang hari kerja
Penjabaran APBD kepada setelah Perda
MDN/Gub dan Perkada
ditetapkan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 10001


01
-58-

2. Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan


KUA/KUPA dan rancangan PPAS/PPAS Perubahan, kepala daerah harus
menyampaikan rancangan KUA/KUPA dan rancangan PPAS/PPAS
Perubahan tersebut kepada DPRD dalam waktu yang bersamaan, yang
selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tersebut disepakati
bersama antara kepala daerah dengan DPRD pada waktu yang
bersamaan, sehingga keterpaduan substansi KUA/KUPA dan
PPAS/PPAS Perubahan dalam proses penyusunan rancangan peraturan
daerah tentang APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 akan
lebih efektif.
3. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, substansi KUA/KUPA
mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidak menjelaskan
hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang sifatnya kebijakan umum,
seperti: (a) Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan
indikator ekonomi makro daerah; (b) Asumsi dasar penyusunan
Rancangan APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 termasuk
laju inflasi, pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan
kondisi ekonomi daerah; (c) Kebijakan pendapatan daerah yang
menggambarkan prakiraan rencana sumber dan besaran pendapatan
daerah untuk Tahun Anggaran 2017 serta strategi pencapaiannya; (d)
Kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program dan langkah
kebijakan dalam upaya peningkatan pembangunan daerah yang
merupakan manifestasi dari sinkronisasi kebijakan antara pemerintah
daerah dan pemerintah serta strategi pencapaiannya; (e) Kebijakan
pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran
daerah sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam
rangka menyikapi tuntutan pembangunan daerah serta strategi
pencapaiannya.
4. Substansi PPAS/PPAS Perubahan mencerminkan prioritas
pembangunan daerah yang dikaitkan dengan sasaran yang ingin dicapai
termasuk program prioritas dari SKPD terkait. Prioritas program dari
masing-masing SKPD provinsi disesuaikan dengan urusan
pemerintahan daerah yang ditangani dan telah disinkronisasikan
dengan 5 (lima) prioritas pembangunan nasional, yaitu: (1)
Pembangunan Manusia dan Masyarakat; (2) Pembangunan Sektor

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1002 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-59-

Unggulan; (3) Pemerataan dan Kewilayahan; (4) Pembangunan Politik,


Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; dan (5) Pembangunan Ekonomi,
yang tercantum dalam RKP Tahun 2017, sedangkan prioritas program
dari masing-masing SKPD kabupaten/kota selain disesuaikan dengan
urusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telah
disinkronisasikan dengan 5 (lima) prioritas pembangunan nasional
dimaksud, juga telah disinkronisasikan dengan prioritas program
provinsi yang tercantum dalam RKPD provinsi Tahun 2017.
PPAS/PPAS Perubahan selain menggambarkan pagu anggaran
sementara untuk belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga,
serta pembiayaan, juga menggambarkan pagu anggaran sementara di
masing-masing SKPD berdasarkan program dan kegiatan prioritas
dalam RKPD. Pagu sementara tersebut akan menjadi pagu definitif
setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD
disetujui bersama antara kepala daerah dengan DPRD serta rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD/Perubahan APBD tersebut ditetapkan
oleh kepala daerah menjadi Peraturan Daerah tentang APBD/Perubahan
APBD.
5. Berdasarkan KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama antara
kepala daerah dan DPRD, kepala daerah menerbitkan Surat Edaran
tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh SKPD dan
RKA-PPKD kepada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).
Surat Edaran dimaksud mencakup prioritas pembangunan daerah,
program dan kegiatan sesuai dengan indikator, tolok ukur dan target
kinerja dari masing-masing program dan kegiatan, alokasi plafon
anggaran sementara untuk setiap program dan kegiatan SKPD, batas
waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD, dan dilampiri dokumen
KUA, PPAS, kode rekening APBD, format RKA-SKPD dan RKA-PPKD,
ASB dan standar harga regional.
Selain itu, penyusunan RKA-SKPD pada program dan kegiatan untuk
urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar berpedoman pada
SPM, standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, sedangkan penyusunan RKA-SKPD
pada program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib yang
tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 310003


01
-60-

berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan


regional.
6. RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran
belanja tidak langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai,
tambahan penghasilan, khusus pada SKPD Sekretariat DPRD
dianggarkan juga Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD),
rincian anggaran belanja langsung menurut program dan kegiatan
SKPD.
7. RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yang berasal dari Dana
Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, belanja tidak
langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,
belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan
dan belanja tidak terduga, rincian penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan.
8. RKA-SKPD dan RKA-PPKD digunakan sebagai dasar penyusunan
rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2017 dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
Dalam kolom penjelasan pada peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017
dicantumkan lokasi kegiatan untuk kelompok belanja langsung.
Khusus untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari DBH Dana
Reboisasi (DBH-DR), DAK, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus,
Hibah, Bantuan Keuangan yang bersifat khusus, Pinjaman Daerah serta
sumber pendanaan lainnya yang kegiatannya telah ditentukan, juga
dicantumkan sumber pendanaannya.
Selain itu, untuk penganggaran kegiatan tahun jamak agar
dicantumkan jangka waktu pelaksanaannya sesuai nota kesepakatan
antara kepala daerah dan DPRD dalam kolom penjelasan pada
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran
2017.
Dalam rangka mengantisipasi pengeluaran untuk keperluan pendanaan
keadaan darurat dan keperluan mendesak, pemerintah daerah harus
mencantumkan kriteria belanja untuk keadaan darurat dan keperluan
mendesak dalam peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017, sebagaimana diamanatkan dalam Penjelasan
Pasal 81 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1004 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-61-

9. Dalam rangka peningkatan kualitas penyusunan dokumen perencanaan


dan penganggaran tahunan daerah, untuk menjamin konsistensi dan
keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran agar menghasilkan
APBD yang berkualitas serta menjamin kepatuhan terhadap kaidah-
kaidah perencanaan dan penganggaran, kepala daerah harus
menugaskan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sebagai quality
assurance untuk melakukan reviu atas dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah yakni reviu atas RKPD/Perubahan RKPD,
Rencana Kerja SKPD/Perubahan Rencana Kerja SKPD, KUA-
PPAS/KUPA-PPAS Perubahan, RKA-SKPD/RKA-SKPD Perubahan dan
RKA-PPKD/RKA-PPKD Perubahan sebagaimana yang diatur dalam Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 700/025/A.4/IJ tanggal 13
Januari 2016 perihal Pedoman Pelaksanaan Reviu Dokumen
Perencanaan Pembangunan dan Anggaran Tahunan Daerah.
10. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas APBD,
pemerintah daerah agar mengembangkan substansi Lampiran I
Ringkasan Penjabaran APBD yang semula hanya diuraikan sampai
dengan ringkasan jenis pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai
dengan Pasal 102 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011,
menjadi sampai dengan ringkasan obyek dan rincian obyek pendapatan,
belanja dan pembiayaan.
11. Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang APBD disampaikan oleh
kepala daerah kepada DPRD paling lambat Minggu I bulan Oktober
2016, sedangkan pembahasan rancangan peraturan daerah tentang
APBD dimaksud belum selesai sampai dengan tanggal 30 Nopember
2016, maka kepala daerah menyusun rancangan peraturan kepala
daerah tentang APBD untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri
Dalam Negeri bagi APBD Provinsi dan Gubernur bagi APBD
Kabupaten/Kota sesuai Pasal 107 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolan Keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
Rancangan peraturan kepala daerah dimaksud dapat ditetapkan setelah
memperoleh pengesahan Menteri Dalam Negeri bagi Provinsi dan
Gubernur bagi Kabupaten/Kota.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 510005


01
-62-

Untuk memperoleh pengesahan, rancangan peraturan kepala daerah


tentang APBD Tahun Anggaran 2017 beserta lampirannya disampaikan
paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak DPRD tidak mengambil
keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017.
Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD Tahun Anggaran
2017 harus memperhatikan:
a. Angka belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah dibatasi
maksimum sama dengan angka belanja daerah dan pengeluaran
pembiayaan daerah dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016
atau APBD Tahun Anggaran 2016 apabila tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016;
b. Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat
mengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya
kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai
dengan kebutuhan Tahun Anggaran 2017; dan
c. Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanya
diperkenankan apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan
gaji dan tunjangan PNSD serta penyediaan dana pendamping atas
program dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta belanja
bagi hasil pajak dan retribusi daerah yang mengalami kenaikan
akibat adanya kenaikan target pendapatan daerah dari pajak dan
retribusi dimaksud dari Tahun Anggaran 2017 sesuai maksud Pasal
109 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
12. Dalam rangka percepatan penetapan peraturan daerah tentang
perubahan APBD Tahun Anggaran 2017, proses pembahasan rancangan
peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 dapat
dilakukan setelah penyampaian laporan realisasi semester pertama,
namun persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD atas
rancangan peraturan daerah dimaksud dilakukan setelah persetujuan
bersama atas rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2016.
Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap
rancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1006 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-63-

2017 ditetapkan paling lambat akhir bulan September 2016, dengan


tahapan penyusunan dan jadwal sebagaimana tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5.
Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan Perubahan APBD
No
URAIAN WAKTU LAMA
.
1. Penyampaian Rancangan KUPA Paling lambat
dan Rancangan PPAS Perubahan minggu I bulan
oleh Ketua TAPD kepada kepala Agustus
daerah
2. Kesepakatan antara kepala daerah Paling lambat 1
dan DPRD atas Rancangan KUPA minggu II bulan minggu
dan Rancangan PPAS Perubahan Agustus
3. Penerbitan Surat Edaran kepala Paling lambat 3
daerah perihal Pedoman minggu I bulan minggu
penyusunan RKA-SKPD, RKA- September
PPKD dan DPPA-SKPD/PPKD
serta Penyusunan Rancangan
Perda tentang Perubahan APBD
dan Rancangan Perkada tentang
Penjabaran Perubahan APBD
4. Penyampaian Rancangan Perda Paling lambat 3
tentang Perubahan APBD kepada minggu II bulan minggu
DPRD September
5. Pengambilan persetujuan bersama Paling lambat 3
DPRD dan kepala daerah bulan sebelum
tahun anggaran
berakhir
6. Menyampaikan Rancangan Perda 3 hari kerja setelah
tentang Perubahan APBD dan persetujuan
Rancangan Perkada tentang bersama
Penjabaran Perubahan APBD
kepada MDN/Gubernur untuk
dievaluasi
7. Hasil evaluasi Rancangan Perda Paling lama 15 hari
tentang Perubahan APBD dan kerja setelah

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 710007


01
-64-

Rancangan Perkada tentang Rancangan Perda


Penjabaran Perubahan APBD tentang Perubahan
APBD dan
Rancangan
Perkada tentang
Penjabaran
Perubahan APBD
diterima oleh
MDN/Gub
8. Penyempurnaan Rancangan Perda Paling lambat 7 7 hari
tentang Perubahan APBD sesuai hari kerja (sejak kerja
hasil evaluasi yang ditetapkan diterima keputusan
dengan keputusan pimpinan hasil evaluasi)
DPRD tentang penyempurnaan
Rancangan Perda tentang
Perubahan APBD

9. Penyampaian keputusan DPRD 3 hari kerja setelah


tentang penyempurnaan keputusan
Rancangan Perda tentang pimpinan DPRD
Perubahan APBD kepada ditetapkan
MDN/Gub

10. Penetapan Perda tentang


Perubahan APBD dan Perkada
tentang Penjabaran Perubahan
APBD sesuai dengan hasil evaluasi

11. Penyampaian Perda tentang Paling lambat 7


Perubahan APBD dan Perkada hari kerja setelah
tentang Penjabaran Perubahan Perda dan Perkada
APBD kepada MDN/Gub ditetapkan

13. Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017, pemerintah daerah


dilarang untuk menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja
langsung dan jenis belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus
kepada pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa pada

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1008 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-65-

kelompok belanja tidak langsung, apabila dari aspek waktu dan tahapan
pelaksanaan kegiatan serta bantuan keuangan yang bersifat khusus
tersebut diperkirakan tidak selesai sampai dengan akhir Tahun
Anggaran 2017.
14. Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, wakil kepala daerah
menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan
APBD kepada DPRD dan menandatangani persetujuan bersama
terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017.
Apabila kepala daerah berhalangan sementara, kepala daerah
mendelegasikan kepada wakil kepala daerah untuk menyampaikan
rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2017 kepada DPRD dan menandatangani persetujuan
bersama terhadap rancangan peraturan daerah tentang
APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah berhalangan tetap
atau sementara, pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah berwenang
untuk menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 kepada DPRD dan
menandatangani persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan
daerah tentang APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
15. Dalam hal Pimpinan DPRD berhalangan tetap atau sementara, pejabat
yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku
penjabat/pelaksana tugas pimpinan sementara DPRD berwenang untuk
menandatangani persetujuan bersama terhadap rancangan
APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
16. Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan
daerah tentang Perubahan APBD sebelum ditetapkan menjadi peraturan
daerah harus dilakukan evaluasi sesuai ketentuan Pasal 314, Pasal 315,
dan Pasal 319 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, jo. Pasal 110,
Pasal 111, Pasal 173, Pasal 174 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
17. Badan Anggaran DPRD bersama-sama TAPD harus melakukan
penyempurnaan atas rancangan peraturan daerah tentang APBD atau
perubahan APBD berdasarkan hasil evaluasi terhadap rancangan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 910009


01
-66-

peraturan daerah tentang APBD atau perubahan APBD paling lama 7


(tujuh) hari kerja setelah hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri diterima
oleh Gubernur untuk APBD provinsi dan hasil evaluasi Gubernur
diterima oleh Bupati/Walikota untuk APBD kabupaten/kota.
Hasil penyempurnaan tersebut ditetapkan dalam Keputusan Pimpinan
DPRD, dan menjadi dasar penetapan peraturan daerah tentang APBD
atau perubahan APBD. Keputusan Pimpinan DPRD dimaksud bersifat
final dan dilaporkan pada sidang paripurna berikutnya, sesuai maksud
Pasal 114 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
V. Hal-Hal Khusus Lainnya
Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2017, selain
memperhatikan kebijakan dan teknis penyusunan APBD, juga
memperhatikan hal-hal khusus, antara lain sebagai berikut:
1. Penganggaran Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda
Penduduk dan Akta Catatan Sipil tidak diperkenankan untuk
dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2017 sesuai maksud Pasal
79A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan yang menegaskan bahwa pengurusan dan penerbitan
dokumen kependudukan tidak dipungut biaya. Berkaitan dengan hal
tersebut, pemerintah daerah harus segera menyesuaikan peraturan
daerah dimaksud sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.
Selanjutnya, pendanaan penyelenggaraan program dan kegiatan
administrasi kependudukan yang meliputi kegiatan fisik dan non fisik,
baik di provinsi maupun kabupaten/kota dianggarkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sesuai maksud Pasal 87A Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2013.
Terhadap program dan kegiatan administrasi kependudukan yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah dibebankan pada APBD
dengan mempedomani Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2013 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1010 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-67-

Adapun kewenangan Provinsi sebagaimana diatur dalam Pasal 6


Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014, meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
c. Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
d. Pemanfaatan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi
berasal dari Data Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan
dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dalam
urusan pemerintahan dalam negeri;
e. Koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
f. Penyusunan profile kependudukan provinsi.
Kewenangan Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Pasal 7
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014, meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. Pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di
bidang Administrasi Kependudukan;
c. Pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
e. Pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi
Kependudukan;
f. Penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan
Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. Pemanfaatan dan penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota berasal dari Data Kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri;
h. Koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
i. Penyusunan profile kependudukan kabupaten/kota.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 11011


01
-68-

2. Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, pemerintah daerah


secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan
anggaran fungsi pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh per
seratus) dari belanja daerah, sesuai amanat peraturan perundang-
undangan, termasuk dana BOS yang bersumber dari APBD.
3. Untuk meningkatkan efektifitas penyusunan anggaran BOS Tahun
Anggaran 2017, pemerintah daerah perlu memperhatikan bahwa dana
BOS yang bersumber dari APBN diperuntukkan bagi penyelenggaraan
satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai
pelaksanaan program wajib belajar. Untuk dana BOS yang bersumber
dari APBD, penganggarannya dalam bentuk program dan kegiatan.
4. Belanja Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia
Dini (BOP PAUD) yang bersumber dari DAK pada Tahun Anggaran 2017
bagi PAUD yang diselenggarakan Kabupaten/Kota (negeri) dianggarkan
pada APBD Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017 dalam bentuk
program dan kegiatan, sedangkan BOP PAUD yang diselenggarakan
oleh masyarakat (swasta) dianggarkan pada APBD Kabupaten/Kota
Tahun Anggaran 2017 dalam bentuk hibah.
5. Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, pemerintah daerah
secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan
anggaran kesehatan minimal 10% (sepuluh per seratus) dari total
belanja APBD diluar gaji, sesuai amanat Pasal 171 ayat (2) Undang-
Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Penjelasan Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang 36 Tahun 2009
menegaskan bahwa bagi daerah yang telah menetapkan lebih dari 10%
(sepuluh per seratus) agar tidak menurunkan jumlah alokasinya dan
bagi daerah yang belum mempunyai kemampuan agar dilaksanakan
secara bertahap.
6. Belanja Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bantuan
Operasional Keluarga Berencana (BOKB), Peningkatan Kapasitas
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Ketenagakerjaan (PK2, UKM,
dan Naker), Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)
yang bersumber dari DAK, dianggarkan pada APBD Tahun Anggaran
2017 dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD berkenaan.
7. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat
mengadakan kerjasama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi
dan efektifitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1012 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-69-

Kerjasama dapat dilakukan oleh daerah dengan:


a. Daerah lain;
b. Pihak ketiga; dan/atau
c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan yang melibatkan beberapa
daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara lebih
efektif dan efisien, pemerintah daerah dapat menganggarkan program
dan kegiatan melalui pola kerjasama antar daerah dengan
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis
Tata Cara Kerjasama Daerah serta peraturan perundang-undangan
lainnya. Apabila pemerintah daerah membentuk badan kerjasama,
maka masing-masing pemerintah daerah menganggarkan dalam APBD
dalam bentuk belanja hibah kepada badan kerjasama dengan
mempedomani peraturan perundang-undangan mengenai hibah
daerah.
Dalam hal pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan badan
usaha dalam penyediaan infrastruktur mempedomani Peraturan
Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
8. Daerah dapat membentuk asosiasi untuk mendukung kerjasama antar
Daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 364 ayat (9) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014, yang pendanaannya bersumber dari
APBD dan dianggarkan pada jenis belanja hibah dengan mempedomani
Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016, serta peraturan
perundang-undangan lain di bidang hibah.
9. Dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas Kantor
Bersama Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT),
pemerintah provinsi menganggarkan pendanaan untuk pembangunan,
pengadaan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana Kantor Bersama
SAMSAT dan pendanaan lain yang timbul dalam rangka menjamin
efektifitas, penguatan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 311013


01
-70-

pemantapan tugas-tugas pelaksanaan SAMSAT baik di Pusat maupun


di Provinsi dengan terbentuknya Sekretariat Pembina SAMSAT tingkat
Nasional dan tingkat Provinsi dengan mempedomani Peraturan
Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor, dan
peraturan turunannya serta peraturan perundang-undangan lain yang
terkait.
10. Dalam rangka peningkatan tata laksana, kualitas dan percepatan
pelayanan perizinan dan non perizinan, serta untuk mendukung
pencapaian target kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB)
di Indonesia, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
menganggarkan pendanaan untuk pembentukan/ pembangunan,
pengadaan, pemeliharaan sarana dan prasarana Dinas/Badan/Kantor
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) guna menjamin efektifitas,
penguatan koordinasi, pembinaan, peningkatan kapasitas SDM dan
pemantapan tugas-tugas PTSP dengan mempedomani Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014, Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
11. Belanja Tidak Terduga yang akan digunakan untuk mendanai tanggap
darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial dan
kebutuhan mendesak lainnya, seperti penanganan konflik sosial sesuai
amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 dan penanganan
gangguan keamanan dalam negeri sesuai amanat Instruksi Presiden
Nomor 1 Tahun 2014, termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya, dilakukan dengan cara:
a. Kepala Daerah menetapkan kegiatan yang akan didanai dari belanja
tidak terduga dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan
kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan
dimaksud ditetapkan;
b. Atas dasar keputusan kepala daerah tersebut, pimpinan
instansi/lembaga yang akan bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan kegiatan mengajukan usulan kebutuhan;
c. Kepala Daerah dapat mengambil kebijakan percepatan pencairan
dana belanja tidak terduga untuk mendanai penanganan tanggap
darurat yang mekanisme pemberian dan pertanggungjawabannya
diatur dengan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1014 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-71-

Pasal 134 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; dan
d. Kegiatan lain diluar tanggap darurat yang didanai melalui belanja
tidak terduga dilakukan dengan pergeseran anggaran dari belanja
tidak terduga ke belanja SKPD berkenaan dan/atau belanja PPKD.
12. Penyediaan anggaran untuk penanggulangan bencana alam/bencana
sosial dan/atau pemberian bantuan kepada daerah lain dalam rangka
penanggulangan bencana alam/bencana sosial dapat memanfaatkan
saldo anggaran yang tersedia dalam Sisa Lebih Perhitungan APBD
tahun anggaran sebelumnya dan/atau dengan melakukan penggeseran
Belanja Tidak Terduga atau dengan melakukan penjadwalan ulang atas
program dan kegiatan yang kurang mendesak, dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Penyediaan anggaran untuk mobilisasi tenaga medis dan obat-
obatan, logistik/sandang dan pangan diformulasikan kedalam RKA-
SKPD yang secara fungsional terkait dengan pelaksanaan kegiatan
dimaksud;
b. Penyediaan anggaran untuk bantuan keuangan yang akan
disalurkan kepada provinsi/kabupaten/kota yang dilanda bencana
alam/bencana sosial dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan.
Sambil menunggu Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017, kegiatan
atau pemberian bantuan keuangan tersebut di atas dapat
dilaksanakan dengan cara melakukan perubahan peraturan kepala
daerah tentang Penjabaran APBD, untuk selanjutnya ditampung
dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran
2017. Apabila penyediaan anggaran untuk kegiatan atau bantuan
keuangan dilakukan setelah Perubahan APBD agar dicantumkan
dalam LRA; dan
c. Pemanfaatan saldo anggaran yang tersedia dalam Sisa Lebih
Perhitungan APBD Tahun Anggaran sebelumnya dan/atau dengan
melakukan penggeseran Belanja Tidak Terduga untuk bantuan
penanggulangan bencana alam/bencana sosial diberitahukan
kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan.
13. Program dan kegiatan yang dibiayai dari DBH-CHT, DBH-SDA
Tambahan Minyak Bumi dan Gas Bumi dalam rangka Otonomi
Khusus, DBH-DR, DAK, Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 511015


01
-72-

Infrastruktur untuk Provinsi Papua dan Papua Barat, Dana


Keistimewaan DIY, Dana Darurat, Bantuan keuangan yang bersifat
khusus dan dana transfer lainnya yang sudah jelas peruntukannya
serta pelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/atau
mendesak lainnya yang belum cukup tersedia dan/atau belum
dianggarkan dalam APBD, dapat dilaksanakan mendahului penetapan
peraturan daerah tentang Perubahan APBD dengan cara:
a. Menetapkan peraturan kepala daerah tentang perubahan
penjabaran APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD;
b. Menyusun RKA-SKPD dan mengesahkan DPA-SKPD sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan;
c. Ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD, atau
dicantumkan dalam LRA, apabila pemerintah daerah telah
menetapkan perubahan APBD atau tidak melakukan perubahan
APBD.
14. Untuk mendukung pelaksanaan tugas sekretariat fraksi DPRD
disediakan sarana, anggaran dan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan
dan memperhatikan kemampuan APBD, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 109 ayat (10) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Pasal
33 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib DPRD. Penyediaan sarana
meliputi ruang kantor pada sekretariat DPRD, kelengkapan kantor,
tidak termasuk sarana mobilitas, sedangkan penyediaan anggaran
untuk sekretariat fraksi meliputi kebutuhan belanja untuk alat tulis
kantor dan makan minum bagi rapat fraksi yang diselenggarakan di
lingkungan kantor sekretariat fraksi.
15. Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan dalam
rangka menjamin kesejahteraan untuk pemenuhan rumah
jabatan/rumah dinas bagi Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana
maksud Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD.
Suami dan/atau istri yang menduduki jabatan sebagai Pimpinan
dan/atau Anggota DPRD pada DPRD yang sama hanya diberikan salah
satu tunjangan perumahan. Bagi Pimpinan dan Anggota DPRD yang
suami atau istrinya menjabat sebagai Kepala Daerah/Wakil Kepala

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1016 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-73-

Daerah pada tingkatan daerah yang sama tidak diberikan tunjangan


perumahan.
16. Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun
2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah disediakan masing-
masing rumah jabatan beserta perlengkapan dan biaya pemeliharaan.
Dalam hal pemerintah daerah belum menyediakan rumah jabatan
kepala daerah/wakil kepala daerah, pemerintah daerah dapat
menyediakan anggaran sewa rumah untuk dijadikan rumah jabatan
yang memenuhi standar rumah jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
17. Dalam Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ditegaskan
bahwa SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang memiliki spesifikasi
teknis di bidang layanan umum dan memenuhi persyaratan yang
ditentukan, diberikan fleksibilitas dalam pola pengelolaan
keuangannya. Untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-BLUD
(PPK-BLUD) diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah yang
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Dalam penerapan PPK-BLUD, pemerintah daerah memperhatikan
antara lain sebagai berikut:
a. Bagi Rumah Sakit Daerah (RSD) yang belum menerapkan PPK-
BLUD, agar pemerintah daerah segera melakukan langkah-langkah
untuk mempercepat penerapan PPK-BLUD pada RSD tersebut. Hal
ini sesuai dengan amanat Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 20 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
b. Bagi SKPD atau unit kerja pada SKPD yang telah menerapkan PPK-
BLUD, agar:
1) Penyusunan rencana kerja dan anggaran menggunakan format
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA);
2) Pendapatan BLUD dalam RBA dikonsolidasikan ke dalam APBD
dalam jenis pendapatan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang
Sah;
3) Belanja BLUD dalam RBA dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, khususnya dalam Pasal 11
ayat (3a), SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang telah

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 711017


01
-74-

menerapkan PPK-BLUD, pagu anggaran BLUD dalam Rancangan


Peraturan Daerah tentang APBD yang sumber dananya berasal
dari pendapatan dan surplus BLUD, dirinci dalam 1 (satu)
program, 1 (satu) kegiatan, 1 (satu) output dan jenis belanja.
4) Tahapan dan jadwal proses penyusunan RKA/RBA, mengikuti
tahapan dan jadwal proses penyusunan APBD.
18. Dalam rangka efektifitas pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah, pemerintah daerah mengalokasikan
anggaran dalam APBD Tahun Anggaran 2017 untuk mendanai kegiatan
seperti: inventarisasi aset daerah, koordinasi, pembinaan, supervisi,
pendidikan dan pelatihan/peningkatan kapasitas, bimbingan teknis,
seminar dan sejenis lainnya.
19. Dalam rangka peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
bagi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di bidang keuangan daerah,
pemerintah daerah mengalokasikan anggaran dalam APBD Tahun
Anggaran 2017 untuk mendanai kegiatan seperti koordinasi,
pembinaan, supervisi, pendidikan dan pelatihan/peningkatan
kapasitas SDM, bimbingan teknis, seminar dan sejenis lainnya.
20. Pendanaan untuk organisasi cabang olahraga profesional tidak
dianggarkan dalam APBD karena menjadi tanggung jawab induk
organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahraga profesional
yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 29 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional, bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga profesional
dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi
olahraga profesional. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 15 Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005, didefinisikan bahwa cabang olahraga
profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh
pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas
kemahiran berolahraga.
21. Penganggaran program Peningkatan pelayanan kedinasan kepala
daerah/wakil kepala daerah mengacu pada Lampiran A.VII Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1018 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-75-

22. Penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan lanjutan yang tidak selesai


pada Tahun Anggaran 2016 dengan menggunakan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) mempedomani
Pasal 138 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Pendanaan kegiatan lanjutan menggunakan SiLPA Tahun Anggaran
2016.
b. Dituangkan ke dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan
SKPD (DPAL-SKPD) Tahun Anggaran 2017 sesuai Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD)
Tahun Anggaran 2016 dengan berpedoman pada format Lampiran
B.III Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
c. DPAL-SKPD disahkan oleh PPKD sebagai dasar pelaksanaan
anggaran dan dalam rangka penyelesaian pekerjaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Untuk penetapan jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL-
SKPD masing-masing dilakukan sebagai berikut:
1) Penelitian terhadap penyebab keterlambatan penyelesaian
pekerjaan, sepanjang penyebabnya di luar kelalaian Penyedia
Barang/Jasa atau Pengguna Barang/Jasa, kegiatan tersebut
dapat di DPAL-kan.
Apabila keterlambatan penyelesaian pekerjaan disebabkan
kelalaian Penyedia Barang/Jasa atau Pengguna Barang/Jasa
maka tidak dapat di-DPAL-kan, sehingga kegiatan yang belum
dilaksanakan dianggarkan kembali sesuai ketentuan yang
berlaku.
2) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL setelah terlebih
dahulu dilakukan pengujian terhadap:
a) Sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belum
diterbitkan SP2D Tahun Anggaran 2016 atas kegiatan yang
bersangkutan;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 911019


01
-76-

b) Sisa SPD yang belum diterbitkan SPP, SPM atau SP2D Tahun
Anggaran 2016; dan
c) SP2D yang belum diuangkan.
e. Penganggaran beban belanja atas pelaksanaan kegiatan lanjutan
yang telah dituangkan dalam DPAL-SKPD dimaksud, agar
ditampung kembali di dalam perubahan APBD Tahun Anggaran
2017 pada anggaran belanja langsung SKPD berkenaan.
f. Kegiatan yang dapat dibuatkan DPAL harus memenuhi kriteria
bahwa kegiatan tersebut tidak selesai sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan/kontrak, akibat
di luar kendali penyedia barang/jasa dan pengguna barang/jasa
(force majeure).
23. Dalam hal pemerintah daerah mempunyai kewajiban kepada pihak
ketiga terkait dengan pekerjaan yang telah selesai pada tahun anggaran
sebelumnya, maka harus dianggarkan kembali pada akun belanja
dalam APBD Tahun Anggaran 2017 sesuai kode rekening berkenaan.
Tata cara penganggaran dimaksud terlebih dahulu melakukan
perubahan atas peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
Tahun Anggaran 2017, dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD
untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
24. Dalam Pasal 54A Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 ditegaskan bahwa kegiatan dapat
mengikat dana anggaran:
a. untuk 1 (satu) tahun anggaran; atau
b. lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk kegiatan tahun
jamak sesuai peraturan perundang-undangan.
Kegiatan tahun jamak tersebut pada huruf b harus memenuhi kriteria
sekurang-kurangnya:
a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yang secara teknis
merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan satu output yang
memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 (dua belas) bulan;
atau
b. pekerjaan atas pelaksanaan kegiatan yang menurut sifatnya harus
tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran seperti
penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1020 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-77-

laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, layanan


pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service.
Penganggaran kegiatan tahun jamak dimaksud berdasarkan atas
persetujuan DPRD yang dituangkan dalam nota kesepakatan bersama
antara Kepala Daerah dan DPRD, yang ditandatangani bersamaan
dengan penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS pada tahun
pertama rencana pelaksanaan kegiatan tahun jamak.
Nota kesepakatan bersama tersebut sekurang-kurangnya memuat:
a. nama kegiatan;
b. jangka waktu pelaksanaan kegiatan;
c. jumlah anggaran; dan
d. alokasi anggaran per tahun.
Jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak tidak melampaui
akhir tahun masa jabatan Kepala Daerah berakhir.
25. Pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk menganggarkan belanja
tali asih kepada PNSD dan penawaran kepada PNSD yang pensiun dini
dengan uang pesangon, mengingat tidak memiliki dasar hukum yang
melandasinya.
26. Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran penyelenggaraan
Bantuan Hukum dalam APBD Tahun Anggaran 2017 dengan
mempedomani Pasal 19 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum.
27. Dalam rangka efektifitas pengawasan dan pengendalian penyerapan
anggaran daerah, pemerintah daerah menganggarkan kegiatan yang
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Tim Evaluasi Pengawasan
Realisasi Anggaran (TEPRA) sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 2015 tentang Percepatan Pengadaan Barang
Jasa Pemerintah dan Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2015
tentang Tim Evaluasi Pengawasan Realisasi Anggaran.
28. Pendanaan kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur/Bupati
dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2018 yang
tahapan penyelenggaraanya dimulai Tahun 2017, dianggarkan pada
jenis belanja hibah dari pemerintah daerah kepada KPU
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Bawaslu Provinsi/Panwas
Kabupaten/Kota dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 44 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Dana Kegiatan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 12021


01
-78-

serta Walikota dan Wakil Walikota, sebagaimana telah diubah dengan


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2015
tentang Pengelolaan Dana Kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil
Walikota.
Selain itu, besaran pendanaan kegiatan Pemilihan dimaksud harus
mempedomani standar satuan harga dan kebutuhan pendanaan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
serta Walikota dan Wakil Walikota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pendanaan kebutuhan pengamanan pelaksanaan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil
Walikota Tahun Anggaran 2018 dianggarkan dalam bentuk hibah atau
program dan kegiatan pada SKPD yang secara fungsional terkait sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
29. Pemerintah kabupaten/kota menganggarkan biaya pemilihan Kepala
Desa dalam APBD Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017 untuk
pengadaan surat suara, kotak suara, kelengkapan peralatan lainnya,
honorarium panitia, dan biaya pelantikan sesuai amanat Pasal 34 ayat
(6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.
30. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menganggarkan
dalam APBD Tahun Anggaran 2017 dalam rangka pembinaan dan
pengawasan pemerintahan desa sebagaimana diatur dalam Pasal 112,
Pasal 114 dan Pasal 115 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.
31. Dalam rangka mendukung pembangunan Lembaga Penempatan Anak
Sementara (LPAS), Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan Balai
Pemasyarakatan, Pemerintah daerah menyediakan lahan untuk
mendukung pembangunan tersebut sesuai maksud Pasal 105 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.
32. Dalam rangka mendukung peningkatan akses, mutu, daya saing, dan
relevansi pendidikan islam (madrasah, pendidikan diniyah, dan pondok
pesantren) dan pendidikan non islam di bawah binaan Kementerian
Agama sebagai bagian integral pendidikan nasional, pemerintah daerah
dapat memberikan dukungan pendanaan yang dianggarkan dalam
belanja hibah dengan mempedomani Pasal 10 ayat (1) huruf f dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1022 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-79-

penjelasannya, Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016, serta
peraturan perundang-undangan lain di bidang hibah.
33. Dalam rangka memenuhi akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
keuangan desa, pemerintah kabupaten/kota wajib melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan
keuangan desa pada pemerintah desa di wilayahnya sesuai maksud
Pasal 44 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Dalam kaitan itu, Pemerintah Desa harus menyusun Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran
2017 yang disampaikan kepada Bupati/Walikota dan disusun dengan
mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014. Selanjutnya, pemerintah daerah menyusun Laporan dimaksud
dalam bentuk ikhtisar yang dilampirkan dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
34. Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program dan kegiatan
dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017 dengan kebijakan
nasional, antara lain:
a. Pencapaian SDGs, seperti: kesetaraan gender, penanggulangan
HIV/AIDS, malaria, penanggulangan kemiskinan, dan Akses
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial sebagaimana
diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010
tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan dan Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dengan uraian
sebagai berikut:
1) Upaya percepatan pengarusutamaan gender melalui perencanaan
dan penganggaran responsif gender, pemerintah daerah
mempedomani Surat Edaran Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS, Menteri Keuangan,
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor:
270/M.PPN/11/2012, Nomor: SE-33/MK.02/2012, Nomor:
050/4379A/SJ, Nomor: SE-46/MPP-PA/11/2011 tentang

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 312023


01
-80-

Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG)


melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender
(PPRG);
2) Pengendalian dan pemberantasan malaria mempedomani
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293 Tahun 2009 tentang
Eliminasi Malaria, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun
2013 tentang Pedoman Tata Laksana Malaria, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 044/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman
Malaria dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
443.41/465 Tahun 2010 perihal Perecepatan Eliminasi Malaria;
3) Pengentasan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
mempedomasi Peraturan Menteri Sosial Nomor 129/HUK/2008
tentang SPM Bidang Sosial Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Keputusan Menteri Sosial Nomor 80/HUK/2010 tentang
Panduan Perencanaan Pembiayan Pencapaian SPM Bidang Sosial
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
4) Peningkatan pelaksanaan program penanggulangan AIDS yang
lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi
mempedomani Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006 tentang
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di
Daerah.
b. Pelaksanaan dan Pengawasan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat
sebagaimana diamanatkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera,
Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat untuk
Membangun Keluarga Produktif.
c. Rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi para lanjut usia
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, serta program rehabilitasi
dan perlindungan sosial penyandang cacat;
d. Pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) provinsi/kabupaten/kota dengan
mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1024 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-81-

2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan


Pemberdayan dan Kesejahteraan Keluarga;
e. Pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan
perbatasan bagi provinsi dan kabupaten yang berbatasan dengan
negara tetangga sesuai amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2008 tentang Wilayah Negara;
f. Efektifitas tugas Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah
(FORKOPIMDA) Provinsi, FORKOPIMDA Kabupaten, FORKOPIMDA
Kota, dan Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan sebagai
pelaksanaan urusan pemerintahan umum yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan dan
dilaksanakan oleh Gubernur/Bupati/Walikota di wilayah kerja
masing-masing. Pendanaan untuk FORKOPIMDA Provinsi/
Kabupaten/Kota/Kecamatan tersebut bersumber dari dan atas
beban APBN sesuai maksud Pasal 9, Pasal 25 dan Pasal 26 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014.
g. Pengembangan kearsipan di daerah dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan publik mempedomani amanat Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 78 Tahun 2012 tentang Tata Kearsipan di
Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;
h. Penyelenggaraan, pengelolaan dan pengembangan perpustakaan
mempedomani Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan sesuai dengan standar nasional perpustakaan yang
terdiri atas (1) Standar koleksi perpustakaan; (2) Standar sarana
dan prasarana; (3) Standar pelayanan perpustakaan; (4) Standar
tenaga perpustakaan; (5) Standar penyelenggaraan; dan (6) Standar
pengelolaan.
i. Revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila dan pendidikan
wawasan kebangsaan dengan mempedomani Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemerintah
Daerah Dalam Rangka Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai
Pancasila dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun
2012 tentang Pedoman Pendidikan Wawasan Kebangsaan;
j. Penanganan konflik sosial, penyelenggaraan pusat komunikasi dan
informasi bidang sosial kemasyarakatan dengan mempedomani
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 512025


01
-82-

Sosial dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial.
k. Penanganan faham radikal dan terorisme (khususnya ISIS) melalui
mekanisme deteksi dini dan cegah dini dengan mempedomani
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat.
l. Penanganan gangguan penyakit masyarakat khususnya
pemberantasan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika dengan
mempedomani Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) Tahun 2011-2015 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Narkoba.
m. Penguatan kondisi kehidupan sosial kemasyarakatan, berbangsa
dan bernegara dilaksanakan melalui upaya mewujudkan kerukunan
umat beragama, tingginya rasa toleransi dan saling pengertian intra
dan antara para pemeluk agama dengan mempedomani Peraturan
Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan
Pendirian Rumah Ibadah.
n. Penyelenggaraan pemantauan, pelaporan dan evaluasi
perkembangan politik di daerah dengan mempedomani Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemantauan, Pelaporan dan Evaluasi Perkembangan Politik di
Daerah.
o. Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan dengan mempedomani
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah.
p. Penyelenggaraan peningkatan Kesadaran Bela Negara mempedomani
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Pedoman Peningkatan Kesadaran Bela Negara di Daerah.
q. Pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Fungsi dan Peran Anjungan
Daerah di TMII melalui kegiatan:
1) Promosi budaya;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1026 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-83-

2) Pagelaran seni dan budaya;


3) Pameran produk unggulan ekonomi daerah; dan
4) Seminar dan lokakarya;
mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun
2014 tentang Revitalisasi Fungsi dan Peran Anjungan Daerah di
TMII.
r. Penguatan dukungan Komite Intelijen Daerah tingkat Provinsi dan
Komunitas Intelijen Daerah untuk Kabupaten/Kota mempedomani
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2013 tentang Koordinasi
Intelijen Negara dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11
Tahun 2006 tentang Komunitas Intelijen Daerah.
s. Penguatan pengawasan orang asing, organisasi masyarakat asing,
lembaga asing dan tenaga kerja asing mempedomani Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pemantauan Orang Asing dan Organisasi Masyarakat Asing di
Daerah.
t. Penguatan inovasi daerah dalam rangka peningkatan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah terkait peningkatan
pelayanan kesejahteraan masyarakat dengan mempedomani Pasal
386 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Bersama
Menteri Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03
Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem
Inovasi Daerah.
u. Peningkatan akselerasi penguasaan, pemanfaatan, dan kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan mempedomani Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
v. Penanganan gangguan keamanan dalam negeri sebagaimana
diamanatkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Penanganan Gangguan Dalam Negeri di Daerah;
w. Tunjangan PNSD yang bertugas pada unit kerja yang mempunyai
tugas dan fungsi terkait dengan pengamanan persandian
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun
2008 tentang Tunjangan Pengamanan Persandian;
x. Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) berbasis NIK
secara Nasional dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 712027


01
-84-

diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, yang


ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006,
Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dan
peraturan perundang-undangan lainnya;
y. Fasilitasi pengaduan masyarakat dan pengembangan akses
informasi secara transparan, cepat, tepat dan sederhana dengan
mempedomani Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan
Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Kementerian Dalam
Negeri dan Pemerintahan Daerah; dan
z. Peningkatan daya saing nasional dalam pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi ASEAN dengan mempedomani Instruksi Presiden Nomor 6
Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam
Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

MENTERI DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
TJAHJO KUMOLO

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1028 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
1

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2017


I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dengan Kebijakan Pemerintah
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017 merupakan penjabaran
tahun ketiga pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 yang memuat sasaran, arah kebijakan, dan strategi
pembangunan. Penyusunan RKP merupakan upaya dalam menjaga
kesinambungan pembangunan terencana dan sistematis yang
dilaksanakan oleh masing-masing maupun seluruh komponen bangsa
dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara
optimal, esien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir
meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara
berkelanjutan.
Berbeda dengan RKP sebelumnya, penyusunan RKP 2017
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Holistik-Tematik,
Integratif, dan Spasial, serta kebijakan anggaran belanja berdasarkan
money follows program dengan cara memastikan hanya program yang
benar-benar bermanfaat yang dialokasikan dan bukan sekedar karena
tugas fungsi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan. Hal ini
mengisyaratkan bahwa pencapaian prioritas pembangunan nasional
memerlukan adanya koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan,
melalui pengintegrasian prioritas nasional/program prioritas/kegiatan
prioritas yang dilaksanakan dengan berbasis kewilayahan.
Rencana Kerja Pemerintah 2017 dimaksudkan sebagai pedoman
bagi Kementerian/Lembaga dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja)
2017 dan merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam
menyusun RKP Daerah (RKPD). RKP 2017 juga digunakan sebagai
pedoman penyusunan Rancangan Undang-Undang Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (RUU APBN) 2017, dan RKPD sebagai

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 912029


01
-2-

pedoman penyusunan rancangan peraturan daerah Anggaran


Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2017.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tema RKP Tahun 2017
adalah Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi Untuk
Meningkatkan Kesempatan Kerja Serta Mengurangi Kemiskinan dan
Kesenjangan Antar Wilayah.
Sesuai dengan Tema RKP Tahun 2017 tersebut, maka sasaran
pembangunan Tahun 2017 adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi sebesar 7,1 persen;
2. Pengangguran sebesar 5,0 persen sampai dengan 5,3 persen;
3. Angka Kemiskinan sebesar 8,5 persen sampai dengan 9,5 persen;
4. Gini Ratio (Indeks) sebesar 0,38;
5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 75,7.
Dalam kaitan itu, prioritas pembangunan disusun sebagai
penjabaran operasional dari Strategi Pembangunan yang digariskan
dalam RPJMN 2015-2019 dalam upaya melaksanakan Agenda
Pembangunan Nasional untuk memenuhi Nawa Cita, yaitu:
1. Cita 1
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara;
2. Cita 2
Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya;
3. Cita 3
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
4. Cita 4
Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya;
5. Cita 5
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
6. Cita 6
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1030 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-3-

7. Cita 7
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik;
8. Cita 8
Melakukan revolusi karakter bangsa; dan
9. Cita 9
Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.
Nawa Cita tersebut merupakan rangkuman program-program yang
tertuang dalam Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden yang dijabarkan
dalam strategi pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015-
2019, terdiri dari empat bagian utama yakni: (1) norma pokok
pembangunan kabinet kerja; (2) tiga dimensi pembangunan; (3) kondisi
perlu; serta (4) quick wins dan program lanjutan lainnya. Tiga dimensi
pembangunan dan kondisi yang diperlukan dimaksud memuat sektor-
sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019
yang selanjutnya dijabarkan dalam RKP Tahun 2017.
Dalam kaitan itu, Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2017
terdiri dari:
1. Pembangunan Manusia dan Masyarakat, meliputi:
a. Revolusi Mental, dengan Program Prioritas:
1) reformasi birokrasi pemerintahan;
2) penegakan hukum dan kelembagaan politik;
3) kemandirian ekonomi dan daya saing bangsa;
4) peneguhan jati diri dan karakter bangsa; dan
5) daya rekat sosial dalam kemajemukan.
b. Kesehatan, dengan Program Prioritas:
1) penguatan upaya promotif dan preventif: Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat;
2) peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan;
3) perbaikan gizi masyarakat; dan
4) peningkatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
c. Pendidikan, dengan Program Prioritas:
1) penyediaan guru dan dosen yang berkualitas dan penempatan
yang merata;
2) peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan;
3) penyediaan bantuan pendidikan yang efektif;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 13031


01
-4-

4) pengembangan pembelajaran yang berkualitas;


5) peningkatan pendidikan agama dan pendidikan karakter;
6) peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana yang
berkualitas;
7) penguatan kelembagaan perguruan tinggi;
8) peningkatan kapasitas iptek, inovasi dan daya saing perguruan
tinggi; dan
9) peningkatan relevansi pendidikan.
d. Perumahan dan Permukiman, dengan Program Prioritas:
1) fasilitasi penyediaan hunian layak baru;
2) fasilitasi peningkatan kualitas hunian dan penataan kawasan
permukiman (termasuk kawasan kumuh);
3) penyediaan akses air minum dan sanitasi; dan
4) peningkatan ketersediaan air baku.
2. Pembangunan Sektor Unggulan, meliputi:
a. Kedaulatan Pangan, dengan Program Prioritas:
1) peningkatan, mutu pangan, kualitas konsumsi pangan dan gizi
masyarakat;
2) peningkatan produksi padi dan pangan lain;
3) kelancaran distribusi pangan dan akses pangan masyarakat;
dan
4) penangangan gangguan terhadap produksi pangan.
b. Maritim dan Kelautan, dengan Program Prioritas:
1) konektivitas (tol) laut dan industri maritim;
2) industri perikanan dan hasil laut;
3) tata ruang laut, konservasi dan rehabilitasi pesisir dan laut,
serta wisata bahari;
4) kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan, dan petambak
garam;
5) penanggulangan dan penyelesaian IUU Fishing dan Keamanan
Laut;
6) Penetapan Batas Laut, Penamaan Pulau, dan Pengelolaan
Pulau-Pulau Kecil.
c. Kedaulatan Energi, dengan Program Prioritas:
1) peningkatan peranan energi baru dan energi terbarukan dalam
bauran energi;
2) peningkatan aksesibilitas energi;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1032 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-5-

3) pengembangan cadangan energi;


4) penyediaan energi primer;
5) efisiensi dan konservasi energi; dan
6) pengelolaan subsidi energi yang lebih efisien, transparan dan
tepat sasaran.
d. Pembangunan Pariwisata, dengan Program Prioritas:
1) promosi wisata indonesia;
2) pengembangan 10 destinasi wisata;
3) SDM dan kelembagaan pariwisata;
4) layanan kemudahan wisman masuk;
5) penciptaan ekonomi lokal dan sikap masyarakat; dan
6) jaminan keselamatan kebersihan, keamanan dan ketertiban
destinasi wisata.
e. Percepatan Pertumbuhan Industri dan Kawasan Ekonomi (KEK),
dengan Program Prioritas:
1) pengembangan kawasan industri/KEK;
2) penumbuhan populasi industri;
3) penguatan pertumbuhan ekonomi kreatif;
4) SDM industri yang Kompeten dan Disiplin;
5) produktivitas dan daya saing industri;
6) ketersediaan infrastruktur dan energi;
7) ketersediaan dan kualitas bahan baku bagi industri;
8) hubungan industrial yang harmonis;
9) pemberian insentif fiskal yang harmonis; dan
10) pembiayaan dengan akses dan biaya yang kompetitif.
3. Pemerataan dan Kewilayahan, meliputi:
a. Antar Kelompok Pendapatan, dengan Program Prioritas:
1) penciptaan lapangan kerja dan keahlian tenaga kerja;
2) perhatian khusus kepada usaha mikro, kecil dan koperasi;
3) pengembangan kewirausahaan;
4) perkuatan basis perekonomian perdesaan;
5) perluasan pelayanan dasar; dan
6) pengurangan beban penduduk miskin dan rentan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 313033


01
-6-

b. Reforma Agraria, dengan Program Prioritas:


1) penguatan kerangka regulasi dan penyelesaian konflik agraria;
2) penataan penguasaan dan pemilikan tanah obyek reforma
agraria;
3) kepastian hukum dan legalisasi hak atas tanah obyek reforma
agraria;
4) pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan, pemanfaatan
dan produksi atas TORA; dan
5) kelembagaan pelaksana reforma agraria pusat dan daerah.
c. Daerah Perbatasan, dengan Program Prioritas:
1) pembangunan PLBN Terpadu;
2) pembangunan 10 PKSN Sebagai pusat pengembangan
perbatasan negara;
3) membuka isolasi Lokpri, peningkatan sarpras, peningkatan
SDM dan penguatan sosial ekonomi serta penyediaan air baku;
4) pengamanan sumber daya dan batas wilayah darat, laut dan
udara; dan
5) peningkatan kualitas diplomasi, kerja sama sosial-ekonomi.
d. Daerah Tertinggal, dengan Program Prioritas:
1) prioritas pengembangan ekonomi lokal;
2) peningkatan aksesibilitas;
3) pemenuhan pelayanan dasar publik; dan
4) peningkatan SDM dan IPTEK.
e. Desa dan Kawasan Perdesaan, dengan Program Prioritas:
1) pemenuhan standar pelayanan minimum di desa termasuk
kawasan transmigrasi;
2) penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha
ekonomi masyarakat desa di kawasan transmigrasi;
3) pembangunan SDM, pemberdayaan, dan modal sosial budaya
masyarakat desa termasuk di kawasan transmigrasi;
4) penguatan pemerintahan desa;
5) pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis,
konsisten, dan berkelanjutan;
6) pengembangan ekonomi kawasan termasuk kawasan
transmigrasi untuk mendorong pusat pertumbuhan dan
keterkaitan desa kota; dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1034 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-7-

7) pengelolaan sumber daya alam desa dan kawasan termasuk


kawasan transmigrasi dan sumber daya hutan.
f. Perkotaan, dengan Program Prioritas:
1) mewujudkan sistem perkotaan;
2) pemenuhan standar pelayanan perkotaan (spp);
3) mengembangkan kota hijau yang berketahanan iklim dan
bencana;
4) mengembangkan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis
TIK; dan
5) meningkatkan kapasitas pengelolaan kota.
g. Konektivitas, dengan Program Prioritas:
1) pembangunan dan pengembangan transportasi laut;
2) pembangunan dan pengembangan jalan untuk aksesibilitas
dan daya saing wilayah;
3) pembangunan dan pengembangan kapasitas bandara
pengumpul dan pengumpan;
4) pembangunan dan pengembangan pita lebar dan penyiaran;
5) pembangunan dan pengembangan transportasi perkeretaapian;
6) pembangunan dan pengembangan jaringan sabuk
penyeberangan serta angkutan sungai dan danau (Inland
Waterway);
7) pembangunan dan pengembangan transportasi umum masal
perkotaan; dan
8) peningkatan kualitas dan kuantitas SDM transportasi.
4. Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan, meliputi:
a. Reformasi regulasi, kepastian dan penegakan hukum, terdiri dari:
1) Reformasi regulasi, dengan program prioritas:
a) otonomi daerah;
b) perizinan dan investasi; dan
c) penataan ruang.
2) Kepastian dan penegakan hukum, dengan program prioritas:
a) penegakan hukum yang berkualitas;
b) pencegahan dan pemberantasan korupsi yang efektif; dan
c) penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas
keadilan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 513035


01
-8-

b. Stabilitas keamanan dan ketertiban, dengan program prioritas:


1) deteksi dini dan bebas ancaman terorisme;
2) keselamatan dan keamanan laut yang terkendali;
3) lingkungan bersih penyalahgunaan narkoba;
4) pelayanan prima kepolisian;
5) postur pertahanan berdaya gentar tinggi dan wilayah
perbatasan yang aman; dan
6) keamanan data dan informasi (keamanan cyber).
c. Konsolidasi demokrasi dan efektivitas diplomasi, dengan program
prioritas:
1) penguatan lembaga demokrasi;
2) peningkatan akses dan kualitas informasi publik;
3) pemenuhan kebebasan sipil dan hak-hak politik;
4) pencegahan konflik sosial politik dan penanggulangan
terorisme;
5) pemeliharaan stabilitas keamanan kawasan;
6) perlindungan WNI/BHI di luar negeri;
7) penguatan diplomasi ekonomi dan kerjasama pembangunan;
8) pemantapan peran di ASEAN; dan
9) penguatan diplomasi Soft Power.
d. Reformasi Birokrasi, dengan program prioritas:
1) pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019;
2) penerapan standar pelayanan publik dan sistem informasi
perijinan; dan
3) peningkatan disiplin dan pengawasan kinerja dan administrasi
keuangan.
5. Pembangunan Ekonomi, meliputi:
a. Perbaikan iklim investasi dan iklim usaha, dengan program
prioritas:
1) peningkatan kemudahan berusaha;
2) pelaksanaan deregulasi dan harmonisasi regulasi perizinan
investasi pusat dan daerah;
3) pengembangan layanan perizinan terpadu;
4) peningkatan persaingan usaha yang sehat;
5) percepatan fasilitasi penyelesaian masalah investasi;
6) pembenahan iklim ketenagakerjaan dan hubungan industrial
yang harmonis;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1036 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-9-

7) pengembangan infrastruktur pendukung kawasan strategis.


b. Peningkatan Ekspor Non Migas, terdiri dari:
1) Sisi produksi, dengan program prioritas:
a) Peningkatan Kualitas dan Standar Produk Ekspor;
b) Peningkatan Realisasi Investasi Berorientasi Ekspor;
c) Peningkatan Ekspor Produk Koperasi, Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah;
d) Pengembangan Industri Pengolah Sumber Daya Alam
Berorientasi Ekspor;
2) Sisi permintaan, dengan program prioritas:
a) Pengembangan Fasilitas Ekspor;
b) Peningkatan Efektivitas Kerjasama Perdagangan
Internasional (Market Access);
c) Penguatan Market Intelligence, Promosi, dan Asistensi
Ekspor.
c. Reformasi Fiskal, terdiri dari:
1) Pengoptimalan Pendapatan Negara, dengan Program Prioritas:
a) Pengoptimalan Perpajakan;
b) Dukungan Regulasi;
c) Pengoptimalan PNBP; dan
d) Penguatan Institusi.
2) Peningkatan Kualitas Belanja Negara, dengan Program
Prioritas:
a) perbaikan pelaksanaan anggaran;
b) peningkatan efektivitas dan esiensi belanja produktif;
c) peningkatan efektivitas dan esiensi transfer ke daerah dan
dana desa; dan
d) belanja subsidi dan bantuan sosial yang tepat sasaran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota harus mendukung tercapainya prioritas
pembangunan nasional tersebut sesuai dengan potensi dan kondisi
masing-masing daerah, mengingat keberhasilan pencapaian prioritas
pembangunan nasional dimaksud sangat tergantung pada sinkronisasi
kebijakan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah dan antara
pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah dan pemerintah
provinsi yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD).

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 713037


01
-10-

Untuk itu, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota


dalam menyusun RKPD Tahun 2017 mempedomani ketentuan
mengenai pedoman penyusunan, pengendalian dan evaluasi RKPD
Tahun 2017 yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017.
Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah lebih
lanjut dituangkan dalam rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan
rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang
disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017. KUA dan PPAS
pemerintah provinsi Tahun 2017 berpedoman pada RKPD provinsi
Tahun 2017 yang telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2017,
sedangkan KUA dan PPAS pemerintah kabupaten/kota berpedoman
pada RKPD kabupaten/kota Tahun 2017 yang telah disinkronisasikan
dengan RKP Tahun 2017 dan RKPD provinsi Tahun 2017.
Hasil sinkronisasi kebijakan tersebut dicantumkan pada PPAS
sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam bentuk Tabel 1 dan
Tabel 2 sebagai berikut:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1038 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-11-

Tabel 1.
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran
2017 dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD Tahun Anggaran 2017 dengan Prioritas Pembangunan Nasional
Alokasi Anggaran Belanja Dalam
Uraian
Rancangan APBD
Belanja
Belanja
Pegawai,
Pegawai,
Bunga,
Bunga,
Subsidi,
Subsidi,
Hibah,
Prioritas Hibah,
Bantuan
No Pembangunan Bantuan Progra
Sosial, Bagi
Nasional Program Sosial, Bagi m Jumlah
Hasil,
Hasil, (Rp)
Bantuan
Bantuan
Keuangan,
Keuangan,
Belanja
Belanja
Tidak
Tidak
Terduga
Terduga
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7=5+6
1. Pembangunan
Manusia dan
Masyarakat

2. Pembangunan
Sektor Unggulan

3. Pemerataan dan
Kewilayahan

4. Pembangunan
Politik, Hukum,
Pertahanan, dan
Keamanan
5. Pembangunan
Ekonomi

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 913039


01
-12-

Keterangan:
1. Kolom 2 diisi dengan urusan pemerintahan daerah, baik urusan wajib
maupun urusan pilihan, yang disesuaikan dengan masing-masing
prioritas pembangunan nasional;
2. Kolom 3 diisi dengan nama program pada urusan pemerintahan daerah
tertentu yang target kinerjanya terkait dengan prioritas pembangunan
nasional;
3. Kolom 4 diisi dengan jenis belanja pada kelompok belanja tidak
langsung yang terkait dengan urusan pemerintahan daerah dan
prioritas pembangunan nasional;
4. Kolom 5 diisi dengan alokasi anggaran belanja tersebut pada kolom 3;
5. Kolom 6 diisi dengan alokasi anggaran belanja tersebut pada kolom 4;
dan
6. Kolom 7 diisi dengan jumlah antara kolom 5 dan kolom 6.

Tabel 2.
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD dengan Prioritas Provinsi
Anggaran Belanja Dalam
Rancangan APBD
Jumlah
No. Prioritas Provinsi Belanja Tidak
Belanja Langsung
Langsung
1 2 3 4 5=3+4
1.
2.
3.
dst

Keterangan:
1. Kolom 2 diisi dengan prioritas provinsi;
2. Kolom 3 dan kolom 4 diisi dengan jumlah anggaran belanja langsung
dan tidak langsung sesuai prioritas provinsi yang didasarkan pada
urusan pemerintahan kabupaten/kota; dan
3. Kolom 5 diisi dengan jumlah antara kolom 3 dan kolom 4.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1040 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-13-

II. Prinsip Penyusunan APBD


Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017 didasarkan prinsip sebagai
berikut:
1. sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah;
2. tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;
3. tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
4. transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;
5. partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; dan
6. tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
III. Kebijakan Penyusunan APBD
Kebijakan yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah dalam
penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017 terkait dengan pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran
2017 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki
kepastian serta dasar hukum penerimaannya.
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:
a) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah
berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi
Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
b) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harus
didasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusi
daerah di masing-masing pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota serta memperhatikan perkiraan pertumbuhan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 14041


01
-14-

ekonomi pada Tahun 2017 yang berpotensi terhadap target


pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahun
sebelumnya.
Untuk itu, pemerintah daerah harus melakukan upaya
peningkatan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak
daerah dan retribusi daerah, mengingat tren peningkatan pajak
daerah dan retribusi daerah selama 5 tahun mulai dari Tahun
Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran 2016 secara
nasional meningkat rata-rata sebesar Rp20,45 triliun atau
18,07%, dengan uraian untuk pemerintah provinsi rata-rata
meningkat sebesar Rp13,47 triliun atau 16,82% dan untuk
pemerintah kabupaten/kota rata-rata meningkat sebesar
Rp6,98 triliun atau 21,38%.
Tren proporsi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total
pendapatan asli daerah selama 5 tahun mulai dari Tahun
Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran 2016 secara
nasional rata-rata sebesar 78,95%, dengan uraian untuk
pemerintah provinsi rata-rata sebesar 87,69% dan untuk
pemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 62,26%.
Selanjutnya, tren proporsi pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap total pendapatan selama 5 tahun mulai dari Tahun
Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran 2016 secara
nasional rata-rata sebesar 17,25%, dengan uraian untuk
pemerintah provinsi rata-rata sebesar 42,50% dan untuk
pemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 6,91%.
c) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yang
bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah, Pemerintah
Daerah harus melakukan kegiatan penghimpunan data obyek
dan subyek pajak daerah dan retribusi daerah, penentuan
besarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutang
sampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi
daerah kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta
pengawasan penyetorannya.
d) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor
paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), termasuk yang
dibagihasilkan pada kabupaten/kota, dialokasikan untuk

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1042 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-15-

mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta


peningkatan moda dan sarana transportasi umum
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009.
e) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagian
provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling
sedikit 50% (lima puluh per seratus) untuk mendanai
pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh
aparat yang berwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
f) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan
sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009.
g) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dialokasikan untuk
mendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan,
penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dari
perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, dan
kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga
kerja lokal dan diatur dalam peraturan daerah sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97
Tahun 2012.
h) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Pengendalian Lalu
Lintas dialokasikan untuk mendanai peningkatan kinerja lalu
lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 9 Peraturan
Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012.
i) Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari hasil klaim
kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang
diterima oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit
Kerja pada SKPD yang belum menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD),
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan
PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 314043


01
-16-

Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatan Retribusi


Pelayanan Kesehatan.
j) Pemerintah Daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan
sebutan lain di luar yang diatur dalam undang-undang
sebagaimana maksud Pasal 286 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan memperhatikan rasionalitas dengan
memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan
memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau
manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52
Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah.
Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan:
a. Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsi
pemupukan laba (profit oriented) adalah mampu menghasilkan
keuntungan atau deviden dalam rangka meningkatkan PAD;
dan
b. Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsi
kemanfaatan umum (public service oriented) adalah mampu
meningkatkan baik kualitas maupun cakupan layanan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut didasarkan pada tren peningkatan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan selama 5 tahun mulai dari
Tahun Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran 2016
secara nasional meningkat rata-rata sebesar Rp0,55 triliun atau
8,98%, dengan uraian untuk pemerintah provinsi meningkat rata-
rata sebesar Rp0,30 triliun atau 9,63% dan untuk pemerintah
kabupaten/kota meningkat rata-rata sebesar Rp0,25 triliun atau
8,37%.
Dalam kaitan itu, tren proporsi hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan terhadap total pendapatan asli daerah
selama 5 tahun mulai dari Tahun Anggaran 2012 sampai dengan
Tahun Anggaran 2016 secara nasional rata-rata sebesar 3,79%,
dengan uraian untuk pemerintah provinsi rata-rata sebesar

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1044 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-17-

2,95% dan untuk pemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar


5,35%.
Selanjutnya, tren proporsi hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan terhadap total pendapatan selama 5 tahun mulai
dari Tahun Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran 2016
secara nasional rata-rata sebesar 0,82%, untuk pemerintah
provinsi rata-rata sebesar 1,42% dan pemerintah kabupaten/kota
rata-rata sebesar 0,57%.
Untuk perolehan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan yang belum menunjukkan kinerja yang memadai
(performance based), karena tidak memberikan bagian laba atau
peningkatan pelayanan atas penyertaan modal tersebut,
pemerintah daerah harus melakukan antara lain langkah-langkah
penyehatan BUMD tersebut, mulai dari melakukan efisiensi,
rasionalisasi dan restrukturisasi sampai dengan pilihan untuk
melakukan penjualan aset (disposal) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, dengan terlebih dulu melakukan proses
due dilligence melalui lembaga appraisal yang certified terkait hak
dan kewajiban BUMD tersebut, dan/atau upaya hukum atas
penyertaan modal tersebut, mengingat seluruh/sebagian aset dan
kekayaan BUMD dimaksud merupakan kekayaan pemerintah
daerah yang tercatat dalam ikhtisar laporan keuangan BUMD
dimaksud sebagai salah satu lampiran Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
3) Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:
a) Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu
bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan
pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD
Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian
obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok
Masyarakat Penerima.
b) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan,
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-
Lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana
Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana
Cadangan sesuai peruntukannya.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 514045


01
-18-

c) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintah
daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD mempedomani
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 Hal
Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan
Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah
Daerah.
d) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerah
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-
Lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian
obyek sesuai kode rekening berkenaan.
b. Dana Perimbangan
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatan
perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH):
a) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumi
dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan
Perdesaan, dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang terdiri
dari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21 dianggarkan sesuai
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran
2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi
DBH-Pajak Tahun Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan,
penganggaran pendapatan dari DBH-Pajak didasarkan pada:
(1) Realisasi pendapatan DBH-Pajak 3 (tiga) tahun terakhir
yaitu Tahun Anggaran 2015, Tahun Anggaran 2014 dan
Tahun Anggaran 2013; atau
(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai
daftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2017.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1046 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-19-

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun


Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2017 terdapat perubahan
dan ditetapkan setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2017 ditetapkan, pemerintah daerah harus
menyesuaikan alokasi DBH-Pajak dimaksud pada Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau
dicantumkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi
pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017.
b) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT)
dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota
Tahun Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun
Anggaran 2017 belum ditetapkan, penganggaran pendapatan
DBH-CHT didasarkan pada:
(1) Realisasi pendapatan DBH-CHT 3 (tiga) tahun terakhir yaitu
Tahun Anggaran 2015, Tahun Anggaran 2014 dan Tahun
Anggaran 2013; atau
(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai
daftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun
Anggaran 2017 terdapat perubahan dan ditetapkan setelah
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017
ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi
DBH-CHT dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan
perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
Tahun Anggaran 2017 dengan pemberitahuan kepada
Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 714047


01
-20-

2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah


yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkan
kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan
lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukai
dan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu (cukai
illegal) sesuai dengan amanat dalam Pasal 66C Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dan Peraturan
Menteri Keuangan yang dijabarkan dengan keputusan
gubernur.
c) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA),
yang terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineral
dan Batubara, DBH-Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas
Bumi, dan DBH-Pengusahaan Panas Bumi dianggarkan sesuai
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun 2017 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA
Tahun Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan,
penganggaran pendapatan dari DBH-SDA didasarkan pada:
(1) Realisasi pendapatan DBH-SDA 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu
Tahun Anggaran 2015, Tahun Anggaran 2014 dan Tahun
Anggaran 2013, dengan mengantisipasi kemungkinan tidak
stabilnya harga dan hasil produksi (lifting) minyak bumi dan
gas bumi Tahun Anggaran 2017; atau
(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai
daftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 mengenai Alokasi DBH-SDA diluar Dana
Reboisasi yang merupakan bagian dari DBH-Kehutanan atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA
diluar Dana Reboisasi yang merupakan bagian dari DBH-
Kehutanan terdapat perubahan dan ditetapkan setelah
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017
ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1048 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-21-

DBH-SDA dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan


APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA
bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2017.
Apabila terdapat pendapatan lebih DBH-SDA diluar Dana
Reboisasi Tahun Anggaran 2017 seperti pendapatan kurang
salur tahun-tahun sebelumnya atau selisih pendapatan Tahun
Anggaran 2016, pendapatan lebih tersebut dianggarkan dalam
peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran
2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah
yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
Dalam rangka optimalisasi penggunaan Dana Bagi Hasil-Dana
Reboisasi (DBH-DR) tahun-tahun anggaran sebelumnya yang
belum dimanfaatkan dan masih ada di rekening kas umum
daerah kabupaten/kota sampai dengan akhir Tahun Anggaran
2017 penggunaan DBH-DR tersebut sesuai peraturan
perundang-undangan.
Penganggaran DBH-DR terkait dengan penyerahan urusan
Pemerintahan dari Pemerintah Kabupaten/kota ke Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Provinsi agar menganggarkan dalam
Peraturan daerah tentang APBD Tahun 2017 atau Peraturan
daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 untuk
menunjang program dan kegiatan yang terkait dengan
rehabilitasi hutan dan lahan dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
Pendapatan yang berasal dari DBH-Migas wajib dialokasikan
untuk menambah anggaran pendidikan dasar yang besarannya
adalah 0,5% (nol koma lima perseratus) dari total DBH-Migas
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 25 Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
d) Pendapatan DBH-Pajak, DBH-CHT dan DBH-SDA untuk
daerah induk dan daerah otonom baru karena pemekaran,
didasarkan pada informasi resmi dari Kementerian Keuangan
mengenai Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2017
dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 914049


01
-22-

2) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU):


Penganggaran DAU sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai
Rincian APBN Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Presiden dimaksud belum ditetapkan,
penganggaran DAU didasarkan pada alokasi DAU daerah provinsi,
kabupaten dan kota Tahun Anggaran 2017 yang diinformasikan
secara resmi oleh Kementerian Keuangan.
Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi oleh Kementerian
Keuangan dimaksud belum diterbitkan, maka penganggaran DAU
didasarkan pada alokasi DAU Tahun Anggaran 2016.
Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi oleh Kementerian
Keuangan diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, pemerintah daerah harus
menyesuaikan alokasi DAU dimaksud pada peraturan daerah
tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau
dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak
melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
3) Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK):
DAK dianggarkan sesuai Peraturan Presiden tentang Rincian
APBN Tahun Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi DAK Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi DAK Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan,
penganggaran DAK didasarkan pada alokasi DAK daerah provinsi
dan kabupaten/kota Tahun Anggaran 2017 yang diinformasikan
secara resmi oleh Kementerian Keuangan, setelah Rancangan
Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2017 disetujui
bersama antara Pemerintah dan DPR-RI.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi DAK Tahun Anggaran 2017 diterbitkan setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka
pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi DAK dimaksud
dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan
pemberitahuan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1050 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-23-

ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD


Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi
pemerintah daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun
Anggaran 2017.
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain
Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Penganggaran Dana Otonomi Khusus dialokasikan sesuai dengan
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran
2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman
Umum dan Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran
2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2017 belum
ditetapkan, maka penganggaran Dana Otonomi Khusus tersebut
didasarkan pada alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran
2016 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran 2015.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2017 tersebut
diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2017 ditetapkan, maka pemerintah daerah harus
menyesuaikan alokasi Dana Otonomi Khusus dimaksud dengan
terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan
pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi
pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017.
2) Pendapatan Pemerintah Aceh yang bersumber dari Dana Otonomi
Khusus atau sebesar 2% (dua per seratus) dari pagu Dana
Alokasi Umum Nasional Tahun 2017, penggunaannya agar
ditujukan untuk membiayai pembangunan terutama
pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 15051


01
-24-

ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan


pendidikan, sosial, dan kesehatan, sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Kewenangan Pemerintah Yang Bersifat Nasional di Aceh.
3) Pendapatan Pemerintah Aceh dari tambahan DBH-Minyak dan
Gas Bumi yaitu bagian dari pertambangan minyak sebesar 55%
(lima puluh lima perseratus) dan bagian pertambangan gas bumi
sebesar 40% (empat puluh perseratus) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 181 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, paling
sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dialokasikan untuk
membiayai pendidikan di Aceh dan paling banyak 70% (tujuh
puluh perseratus) dialokasikan untuk membiayai program
pembangunan yang disepakati bersama antara Pemerintah Aceh
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Program pembangunan
yang sudah disepakati bersama dimaksud dilaksanakan oleh
Pemerintah Aceh dengan mempedomani Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2015.
Penganggaran Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi
Tahun Anggaran 2017 dialokasikan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2017 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Tambahan
DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun
Anggaran 2017 belum ditetapkan, penganggaran Dana
Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi tersebut didasarkan pada
alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun
Anggaran 2016 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran
2015.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun
Anggaran 2017 tersebut ditetapkan setelah peraturan daerah
tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, pemerintah
daerah harus menyesuaikan alokasi Dana Tambahan DBH-

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1052 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-25-

Minyak dan Gas Bumi dimaksud dengan terlebih dahulu


melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan pemberitahuan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran
2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang
tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
4) Pendapatan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
serta Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus atau sebesar
2% (dua perseratus) dari pagu Dana Alokasi Umum Nasional
Tahun 2017, wajib untuk pembiayaan pendidikan dan
kesehatan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua.
5) Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
serta Pemerintah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat dalam rangka otonomi khusus yang
bersumber dari DBH-SDA Pertambangan Minyak Bumi dan
Pertambangan Gas Alam paling sedikit 30% (tiga puluh
perseratus) dialokasikan untuk biaya pendidikan dan paling
sedikit 15% (lima belas perseratus) untuk kesehatan dan
perbaikan gizi, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Otonomi Khusus Bagi
Provinsi Papua.
6) Penganggaran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka
Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat dialokasikan
sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN
Tahun 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur
Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur
Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan, penganggaran Dana
Tambahan Infrastruktur didasarkan pada:

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 315053


01
-26-

a) Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2017


yang diinformasikan secara resmi oleh Kementerian
Keuangan; atau
b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-
Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2017 disetujui
bersama antara Pemerintah dan DPR-RI.
Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur
Tahun Anggaran 2017 tersebut ditetapkan setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan,
pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi Dana Tambahan
Infrastruktur dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan
perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
Tahun Anggaran 2017 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan
DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah
tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau
dicantumkan dalam LRA apabila tidak melakukan Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2017.
7) Pendapatan Provinsi Papua dan Papua Barat yang bersumber
dari Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka otonomi
khusus yang besarnya ditetapkan antara Pemerintah dan DPR-RI
berdasarkan usulan provinsi pada setiap tahun anggaran supaya
digunakan terutama untuk pembiayaan Pembangunan
Infrastruktur. Hal ini dimaksudkan agar sekurang-kurangnya
dalam 25 (dua puluh lima) tahun seluruh kota-kota provinsi,
kabupaten/kota, distrik atau pusat-pusat penduduk lainnya
terhubungkan dengan transportasi darat, laut atau udara yang
berkualitas, sehingga Provinsi Papua dan Papua Barat dapat
melakukan aktivitas ekonominya secara baik dan
menguntungkan sebagai bagian dari sistem perekonomian
nasional dan global, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2001.
8) Penganggaran Dana Keistimewaan Pemerintahan Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) dialokasikan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2017 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1054 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-27-

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran


2017.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
Anggaran 2017 belum ditetapkan, penganggaran Dana
Keistimewaan Pemerintahan DIY didasarkan pada:
a) Alokasi Dana Keistimewaan Pemerintahan DIY Tahun
Anggaran 2017 yang diinformasikan secara resmi oleh
Kementerian Keuangan; atau
b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-
Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2017 disetujui
bersama antara Pemerintah dan DPR-RI.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
Anggaran 2017 tersebut ditetapkan setelah peraturan daerah
tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, pemerintah
daerah harus menyesuaikan alokasi Dana Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta dimaksud dengan terlebih dahulu
melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan pemberitahuan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran
2017 atau dicantumkan dalam LRA jika tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
Pendapatan Pemerintah DIY yang bersumber dari Dana
Keistimewaan DIY, penggunaannya ditujukan untuk
melaksanakan urusan keistimewaan yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Istimewa dengan mempedomani Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta, yaitu:
a) Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang
Gubernur dan Wakil Gubernur;
b) Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
c) Kebudayaan;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 515055


01
-28-

d) Pertanahan; dan
e) Tata Ruang.
9) Penganggaran dana desa dialokasikan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2017 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa Tahun
Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan,
maka penganggaran Dana Desa tersebut didasarkan pada alokasi
Dana Desa Tahun Anggaran 2016.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 ditetapkan atau terdapat perubahan setelah
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017
ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi dana
desa dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2017 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,
untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang
perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan
dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
10) Penganggaran Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai dengan
Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran
2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman
Umum dan Alokasi Dana Transfer lainnya Tahun Anggaran 2017.
Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Transfer lainnya Tahun
Anggaran 2017 ditetapkan setelah peraturan daerah tentang
APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, pemerintah daerah
harus menyesuaikan alokasi Dana Transfer lainnya dimaksud
dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan
pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1056 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-29-

pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD


Tahun Anggaran 2017.
Pendapatan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang
bersumber dari dana transfer lainnya, penggunaannya harus
berpedoman pada masing-masing Peraturan/Petunjuk Teknis
yang melandasi penerimaan dana transfer lainnya dimaksud.
11) Penganggaran pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari
Bagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi
didasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari
pemerintah provinsi Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal penetapan APBD kabupaten/kota Tahun Anggaran
2017 mendahului penetapan APBD provinsi Tahun Anggaran
2017, penganggarannya didasarkan pada alokasi Bagi Hasil
Pajak Daerah Tahun Anggaran 2016 dengan memperhatikan
realisasi Bagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2015,
sedangkan bagian pemerintah kabupaten/kota yang belum
direalisasikan oleh pemerintah provinsi akibat pelampauan target
Tahun Anggaran 2016, ditampung dalam peraturan daerah
tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau
dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak
melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
12) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik
yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya
dianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudah
dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan.
Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan
keuangan bersifat umum tersebut diterima setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka
pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuan
keuangan dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi
pemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017.
Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan
keuangan bersifat khusus tersebut diterima setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 715057


01
-30-

pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuan


keuangan bersifat khusus dimaksud dengan terlebih dahulu
melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD Tahun Anggaran 2017 dengan pemberitahuan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran
2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang
tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
13) Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari
pemerintah, pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik
dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri,
kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat
dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau
pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah,
dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan
dimaksud.
Untuk kepastian pendapatan hibah yang bersumber dari
pemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada perjanjian
hibah antara kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku
pemberi dengan kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku
penerima, sedangkan untuk penerimaan hibah yang bersumber
dari pihak ketiga juga didasarkan pada perjanjian hibah antara
pihak ketiga selaku pemberi dengan kepala daerah/pejabat yang
diberi kuasa selaku penerima.
Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atas
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-
Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam
jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekening
berkenaan.
14) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbangan
pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam
negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak
mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau
pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi sumbangan,
dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan
dimaksud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1058 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-31-

Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atas


dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-
lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,
obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekening
berkenaan.
15) Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana darurat dari
pemerintah dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok Lain-
lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,
obyek dan rincian obyek pendapatan Dana Darurat.
Dana darurat diberikan pada tahap pasca bencana untuk
mendanai perbaikan fasilitas umum untuk melayani masyarakat
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 296 ayat (3) dan ayat (4)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
Pendapatan dana darurat dapat dianggarkan sepanjang sudah
diterbitkannya Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi Dana Darurat Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana
Darurat Tahun Anggaran 2017 ditetapkan setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka
pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi dana darurat
dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2017 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,
untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang
perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan
dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
16) Bagi daerah kabupaten/kota yang memperoleh pendapatan
berasal dari bonus produksi pengusahaan panas bumi, sesuai
dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014
tentang Panas Bumi, dianggarkan pada akun pendapatan,
kelompok lain-lain pendapatan yang sah, jenis bonus produksi
dari pengusahaan Panas Bumi yang diuraikan ke dalam obyek
dan rincian obyek pendapatan berkenaan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 915059


01
-32-

2. Belanja Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerah
digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang
menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan
wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan
pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan
standar pelayanan minimal serta berpedoman pada standar teknis dan
harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait
dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman
pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.
Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar
meliputi: (a) pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekerjaan umum dan
penataan ruang, (d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman, (e)
ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan (f)
sosial. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar meliputi: (a) tenaga kerja, (b) pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, (c) pangan, (d) pertanahan, (e)
lingkungan hidup, (f) administrasi kependudukan dan pencatatan sipil,
(g) pemberdayaan masyarakat dan desa, (h) pengendalian penduduk dan
keluarga berencana, (i) perhubungan, (j) komunikasi dan informatika, (k)
koperasi, usaha kecil, dan menengah, (l) penanaman modal, (m)
kepemudaan dan olahraga, (n) statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan,
(q) perpustakaan, dan (r) kearsipan. Urusan pemerintahan pilihan
meliputi: (a) kelautan dan perikanan, (b) pariwisata, (c) pertanian, (d)
kehutanan, (e) energi dan sumber daya mineral, (f) perdagangan, (g)
perindustrian, dan (h) transmigrasi.
Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja,
baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun
program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan
efisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus
memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi
langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1060 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-33-

dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target


kinerjanya.
a. Belanja Tidak Langsung
Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Belanja Pegawai
a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri
Sipil Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan serta memperhitungkan rencana
kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji
ketiga belas dan gaji keempat belas.
b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan
Calon PNSD sesuai formasi pegawai Tahun 2017.
c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji
berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi
pegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnya
maksimum 2,5% (dua koma lima per seratus) dari jumlah
belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan.
d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD
serta PNSD dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2017
dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untuk
pengembangan cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan
bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan
Anggota DPRD serta PNSD di luar cakupan penyelenggaraan
jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidak
diperkenankan dianggarkan dalam APBD.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 16061


01
-34-

e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan


kematian bagi PNSD dibebankan pada APBD dengan
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015
tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi
Pegawai Aparatur Sipil Negara.
Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan
kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta
Pimpinan dan Anggota DPRD, dibebankan pada APBD
disesuaikan dengan yang berlaku bagi pegawai Aparatur Sipil
Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harus
memperhatikan kemampuan keuangan daerah dengan
persetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan dan penentuan
kriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturan kepala
daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
h) Tunjangan profesi guru PNSD dan Dana Tambahan
Penghasilan Guru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun
Anggaran 2017 melalui DAK dianggarkan dalam APBD Provinsi
dan Kabupaten/Kota pada kelompok belanja tidak langsung,
jenis belanja pegawai, obyek belanja gaji dan tunjangan, dan
rincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.
2) Belanja Bunga
Bagi daerah yang memiliki kewajiban pembayaran bunga
pinjaman, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka
panjang supaya dianggarkan pembayarannya dalam APBD Tahun
Anggaran 2017.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1062 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-35-

3) Belanja Subsidi
Pemerintah daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepada
perusahaan/lembaga tertentu yang menyelenggarakan pelayanan
publik, antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan
Kewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation). Belanja
Subsidi tersebut hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga
tertentu agar harga jual dari hasil produksinya terjangkau oleh
masyarakat yang daya belinya terbatas. Perusahaan/lembaga
tertentu yang diberi subsidi tersebut menghasilkan produk yang
merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang
banyak.
Sebelum belanja subsidi tersebut dianggarkan dalam APBD Tahun
Anggaran 2017, perusahaan/lembaga penerima subsidi harus
terlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara
sebagaimana diatur dalam Pasal 41 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011.
4) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber
dari APBD mempedomani peraturan kepala daerah yang mengatur
tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi
hibah dan bantuan sosial, yang telah disesuaikan dengan Pasal
298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang
Bersumber dari APBD, sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun
2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, serta peraturan
perundang-undangan lain di bidang hibah dan bantuan sosial.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 316063


01
-36-

5) Belanja Bagi Hasil Pajak


a) Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber
dari pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintah
kabupaten/kota mempedomani Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009.
Tata cara penganggaran dana bagi hasil pajak daerah tersebut
memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah pada
Tahun Anggaran 2017, sedangkan pelampauan target Tahun
Anggaran 2016 yang belum direalisasikan kepada pemerintah
kabupaten/kota ditampung dalam Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemerintah
Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2017.
b) Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusi
daerah provinsi dilarang untuk dianggarkan dalam APBD
Tahun 2017 sebagaimana maksud Pasal 94 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 dan Pasal 18 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.
c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat
(3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, pemerintah kabupaten/kota menganggarkan
belanja bagian dari Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh per
seratus) dari pajak daerah dan retribusi daerah
kabupaten/kota.
d) Dari aspek teknis penganggaran, Belanja Bagi Hasil Pajak
Daerah dari pemerintah provinsi kepada pemerintah
kabupaten/kota dan Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dari pemerintah kabupaten/kota kepada
pemerintah desa dalam APBD harus diuraikan ke dalam daftar
nama pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa selaku

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1064 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-37-

penerima sebagai rincian obyek penerima bagi hasil pajak


daerah dan retribusi daerah sesuai kode rekening berkenaan.
6) Belanja Bantuan Keuangan
a) Belanja bantuan keuangan dari pemerintah daerah kepada
pemerintah daerah lainnya dapat dianggarkan dalam APBD
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah alokasi
belanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
dipenuhi oleh pemerintah daerah dalam APBD Tahun Anggaran
2017.
Belanja bantuan keuangan tersebut, harus didasarkan pada
pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia
alokasi dananya dan/atau menerima manfaat dari pemberian
bantuan keuangan tersebut, serta dalam rangka kerjasama
antar daerah sesuai kemampuan keuangan masing-masing
daerah.
Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan
bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum
digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan
menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah,
jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah
yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan
keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu
capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah penerima
bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan
keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh
pemberi bantuan.
b) Bantuan keuangan kepada partai politik harus dialokasikan
dalam APBD Tahun Anggaran 2017 dan dianggarkan pada jenis
belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan
kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partai
politik penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaran
bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan
Keuangan Kepada Partai Politik dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tatacara

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 516065


01
-38-

Perhitungan, Penganggaran dalam APBD dan Tertib


Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
Politik.
c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat
(2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 95
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2015, pemerintah kabupaten/kota harus menganggarkan
alokasi dana untuk desa dan desa adat yang diterima dari
APBN dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada
pemerintah desa dalam APBD kabupaten/kota Tahun
Anggaran 2017 untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan masyarakat,
dan kemasyarakatan.
Selain itu, pemerintah kabupaten/kota harus menganggarkan
Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pemerintah desa dalam jenis
belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa paling
sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan yang
diterima oleh kabupaten/kota dalam APBD Tahun Anggaran
2017 setelah dikurangi DAK sebagaimana diatur dalam Pasal
72 ayat (4) dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
dan Pasal 96 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015.
Selanjutnya, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapat
memberikan bantuan keuangan lainnya kepada pemerintah
desa, sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf e
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 98 Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015.
Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuan
keuangan, belanja bantuan keuangan tersebut harus diuraikan
daftar nama pemerintah daerah/desa selaku penerima bantuan
keuangan sebagai rincian obyek penerima bantuan keuangan
sesuai kode rekening berkenaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1066 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-39-

Dalam rangka optimalisasi dan efektifitas penyaluran dana dari


rekening kas umum daerah ke rekening kas desa, pemerintah
daerah selaku pemegang saham/modal pengendali dapat
menyalurkan melalui BUMD Lembaga Keuangan Perbankan.
7) Belanja Tidak Terduga
Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional
dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2016 dan
kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat
diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah
daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk
mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat
bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial,
kebutuhan mendesak lainnya yang tidak tertampung dalam
bentuk program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2017,
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-
tahun sebelumnya.
b. Belanja Langsung
Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan
program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib
dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib
terdiri atas urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar.
Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk
program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah
kepada kepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja pada
setiap program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib
terkait pelayanan dasar ditetapkan dengan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) dan berpedoman pada standar teknis dan harga

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 716067


01
-40-

satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatan
untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan
pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman
pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.
Alokasi belanja untuk program dan kegiatan pada masing-masing
urusan pemerintahan tersebut di atas, digunakan sebagai dasar
penyusunan RKA-SKPD.
Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agar
mengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usaha
mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan
prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas
kemampuan teknis.
2) Belanja Pegawai
a) Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah,
penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD
memperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas
dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai
dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam
rangka mencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan
dengan hal tersebut, pemberian honorarium bagi PNSD dan
Non PNSD dibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan
bahwa keberadaan PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan benar-
benar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap
efektifitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan
memperhatikan pemberian Tambahan Penghasilan bagi PNSD
sesuai ketentuan tersebut pada a.1).f) dan pemberian Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai
ketentuan tersebut pada a.1).g).
b) Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam
jenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian
obyek belanja honorarium PNSD dan Non PNSD. Besaran
honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan
ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1068 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-41-

3) Belanja Barang dan Jasa


a) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan
dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa dengan
menambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru serta
besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
b) Penganggaran untuk Jaminan Kesehatan bagi Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri, yaitu pegawai tidak tetap,
pegawai honorer, staf khusus dan pegawai lain yang
dibayarkan oleh APBD, dianggarkan dalam APBD dengan
mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004,
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016.
c) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak
ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka
pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau
penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebut
dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai kode
rekening berkenaan.
d) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan
kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan
fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta
memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang Tahun
Anggaran 2016.
e) Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh
BPJS hanya diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD. Pengembangan
pelayanan kesehatan tersebut hanya berupa pelayanan Medical
check up sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, termasuk
keluarga (satu istri/suami dan dua anak) dalam rangka
pemeliharaan kesehatan dan dianggarkan dalam bentuk
program dan kegiatan pada SKPD yang secara fungsional
terkait dan dilaksanakan pada Rumah Sakit Umum Daerah
setempat/Rumah Sakit Umum Pusat di daerah.
f) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu sesuai dengan Undang-Undang

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 916069


01
-42-

Nomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun


2011, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013, yang tidak menjadi
cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS
yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah dapat
menganggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada
SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan
kesehatan.
g) Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) Milik Pemerintah Daerah yang belum
menerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan Presiden
Nomor 32 Tahun 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19
Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan
Dukungan Biaya Operasional Pada FKTP Milik Pemerintah
Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.
Dalam hal dana kapitasi tidak digunakan seluruhnya pada
tahun anggaran sebelumnya, dana kapitasi tersebut harus
digunakan tahun anggaran berikutnya dan penggunaannya
tetap mempedomani Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19
Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28
Tahun 2014 dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.
h) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan
pada masing-masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan besarannya sesuai
dengan masing-masing peraturan daerah.
i) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan,
dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa dengan
mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1070 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-43-

Nomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubah beberapa


kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14
Tahun 2016, serta peraturan perundang-undangan lain di
bidang hibah dan bantuan sosial.
Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan kepada
pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan
dimaksud dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasa
yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat
ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap
diserahkan.
j) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka
kunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinas
dalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan
secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta
memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud
sehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintah
daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkan
sesuai peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaran
perjalanan dinas luar negeri berpedoman pada Instruksi
Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perjalanan Dinas Luar
Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun
2016 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri bagi
Aparatur Sipil Negara Kementerian Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
k) Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan
daerah, penganggaran belanja perjalanan dinas harus
memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai biaya riil
atau lumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan
biaya riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikan
untuk Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati,
Walikota/Wakil Walikota, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya
dan pejabat yang diberikan kedudukan atau hak keuangan
dan fasilitas setingkat Pejabat Pimpinan Tinggi Madya;
2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 17071


01
-44-

3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;


4) Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan
fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yang
bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga
puluh per seratus) dari tarif hotel di kota tempat tujuan
sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan
dibayarkan secara lumpsum.
5) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara
lumpsum.
Standar satuan biaya untuk perjalanan dinas ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Daerah dengan memperhatikan
aspek transparansi, akuntabilitas, efisiensi, efektivitas,
kepatutan dan kewajaran serta rasionalitas.
l) Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yang
mengikutsertakan non PNSD diperhitungkan dalam belanja
perjalanan dinas. Tata cara penganggaran perjalanan dinas
dimaksud mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yang
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
m) Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan pelatihan,
bimbingan teknis atau sejenisnya yang terkait dengan
pengembangan sumber daya manusia bagi:
1) Pejabat daerah dan staf pemerintah daerah;
2) Pimpinan dan Anggota DPRD; serta
3) Unsur lainnya seperti tenaga ahli,
diprioritaskan penyelenggaraannya di masing-masing wilayah
provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan.
Dalam hal terdapat kebutuhan untuk melakukan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis,
sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar, atau sejenisnya di
luar daerah dapat dilakukan secara sangat selektif dengan
memperhatikan aspek urgensi, kualitas penyelenggaraan,
muatan substansi, kompetensi narasumber, kualitas advokasi
dan pelayanan penyelenggara serta manfaat yang akan
diperoleh guna efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran
daerah serta tertib anggaran dan administrasi oleh
penyelenggara.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1072 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-45-

n) Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat,


pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi,
workshop, lokakarya, seminar atau sejenis lainnya
diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah,
seperti ruang rapat atau aula yang sudah tersedia milik
pemerintah daerah dengan mempedomani Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembatasan
Pertemuan/Rapat di Luar Kantor Dalam Rangka Peningkatan
Efisiensi dan Efektifitas Kerja Aparatur.
o) Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang berada
dalam penguasaan pengelola barang, pengguna barang atau
kuasa pengguna barang berpedoman pada daftar kebutuhan
pemeliharaan barang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
4) Belanja Modal
a) Pemerintah daerah harus memprioritaskan alokasi belanja
modal pada APBD Tahun Anggaran 2017 untuk pembangunan
dan pengembangan sarana dan prasarana yang terkait
langsung dengan peningkatan pelayanan dasar kepada
masyarakat.
Pemerintah daerah harus melakukan upaya peningkatan
alokasi belanja modal, mengingat alokasi belanja modal secara
nasional pada Tahun Anggaran 2016 Rp248,38 triliun atau
22,97%, dengan uraian untuk pemerintah provinsi Rp58,47
triliun atau 19,87% dan untuk pemerintah kabupaten/kota
Rp189,92 triliun atau 24,42%.
b) Penganggaran pengadaan barang milik daerah dilakukan
sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah
berdasarkan prinsip efisiensi, efektif, transparan dan terbuka,
bersaing, adil, dan akuntabel dengan mengutamakan produk-
produk dalam negeri.
Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang milik
daerah didasarkan pada perencanaan kebutuhan barang milik
daerah yang disusun dengan memperhatikan kebutuhan
pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 317073


01
-46-

milik daerah yang ada. Selanjutnya, perencanaan kebutuhan


barang milik daerah merupakan salah satu dasar bagi SKPD
dalam pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan
barang milik daerah yang baru (new initiative) dan angka dasar
(baseline) serta penyusunan RKA-SKPD. Perencanaan
kebutuhan barang milik daerah dimaksud berpedoman pada
standar barang, standar kebutuhan dan/atau standar harga,
penetapan standar kebutuhan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
berdasarkan pedoman yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1), ayat (3), ayat (4)
dan ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014.
Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung dan
bangunan milik daerah mempedomani Peraturan Presiden
Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
Selanjutnya, untuk efisiensi penggunaan anggaran,
pembangunan gedung kantor baru milik pemerintah daerah
tidak diperkenankan sesuai dengan Surat Menteri Keuangan
Nomor S-841/MK.02/2014 tanggal 16 Desember 2014 hal
Penundaan/Moratorium Pembangunan Gedung Kantor
Kementerian Negara/Lembaga, kecuali penggunaan anggaran
tersebut terkait langsung dengan upaya peningkatan kuantitas
dan kualitas pelayanan publik.
c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum
mempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 148
Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaran
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun
2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari APBD.
d) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran
yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan aset tetap

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1074 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-47-

dan aset lainnya (aset tak berwujud) yang mempunyai masa


manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, digunakan dalam
kegiatan pemerintahan dan memenuhi nilai batas minimal
kapitalisasi aset (capitalization threshold).
Nilai aset tetap dan aset lainnya yang dianggarkan dalam
belanja modal tersebut adalah sebesar harga beli/bangun aset
ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap
digunakan, sesuai maksud Pasal 27 ayat (7) huruf c Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 53 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 dan Lampiran I Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 01 dan PSAP 07, Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan serta Buletin Teknis Standar Akuntansi
Pemerintahan Nomor 17 tentang Akuntansi Aset Tak Berwujud
Berbasis Akrual.
e) Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal aset
tetap (biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi nilai
batas minimal kapitalisasi aset (capitalization threshold), dan
memperpanjang masa manfaat atau yang memberikan manfaat
ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan
kapasitas, atau peningkatan mutu produksi atau peningkatan
kinerja dianggarkan dalam belanja modal sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I PSAP Nomor 7, Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Pasal 53 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
5) Surplus/Defisit APBD
a) Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaran
pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah.
b) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, dapat digunakan untuk
pembiayaan pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh
tempo, penyertaan modal (investasi) daerah, pembentukan
dana cadangan, dan/atau pemberian pinjaman kepada

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 517075


01
-48-

pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau


pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Pendanaan
belanja peningkatan jaminan sosial tersebut diwujudkan dalam
bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat
yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait
dengan tugasnya melaksanakan program dan kegiatan
tersebut.
c) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah daerah
menetapkan penerimaan pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut, yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran
tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman daerah
dan penerimaan pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d) Dalam penyusunan perencanaan penganggaran dan
pembahasan KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dengan
DPRD pada bulan Juni-Juli 2016 terkait dengan Belanja perlu
prinsip kehati-hatian (prudential) bagi Kepala Daerah dan
DPRD. Hal ini perlu dikaitkan dengan penyusunan asumsi
kebijakan, pertumbuhan ekonomi dan proyeksi pendapatan
serta kondisi ekonomi makro daerah, dengan wajib
mempedomani penetapan batas maksimal defisit APBD Tahun
Anggaran 2017 yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan
melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester sesuai maksud
Pasal 106 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
dan Pasal 57 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011.
Dalam kaitan itu, sedapat mungkin Pemerintah Daerah harus
menghindari Belanja melampaui batas defisit APBD yang
diperkenankan oleh ketentuan tersebut di atas.
e) Dalam hal pemerintah daerah melakukan pinjaman, maka
Pemerintah Daerah wajib mempedomani penetapan batas
maksimal jumlah kumulatif pinjaman daerah yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1076 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-49-

3. Pembiayaan Daerah
a. Penerimaan Pembiayaan
1) Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Sebelumnya (SiLPA) harus didasarkan pada penghitungan yang
cermat dan rasional dengan mempertimbangkan perkiraan
realisasi anggaran Tahun Anggaran 2016 dalam rangka
menghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada Tahun
Anggaran 2017 yang tidak dapat didanai akibat tidak tercapainya
SiLPA yang direncanakan. Selanjutnya SiLPA dimaksud harus
diuraikan pada obyek dan rincian obyek sumber SiLPA Tahun
Anggaran 2016, sebagaimana contoh format sebagai berikut:
Tabel 3
Uraian SiLPA
Kode Rekening Uraian Jumlah (Rp)
x x x SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnya
x x x 01 Pelampauan Penerimaan PAD
x x x 01 01 Pajak Daerah
x x x 01 02 Retribusi Daerah
x x x 01 03 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
x x x 01 04 Lain-lain PAD Yang Sah

x x x 02 Pelampauan Penerimaan Dana Perimbangan


x x x 02 01 Bagi Hasil Pajak
x x x 02 02 Bagi Hasil SDA
x x x 02 03 dst .....

x x x 03 Pelampauan Penerimaan Lain-lain PD Yang Sah


x x x 03 01 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
x x x 03 02 dst .....

x x x 04 Sisa Penghematan Belanja atau Akibat Lainnya


x x x 04 01 Belanja pegawai dari Belanja Tidak Langsung
x x x 04 02 Belanja pegawai dari Belanja Langsung
x x x 04 03 Belanja Barang dan Jasa
x x x 04 04 Belanja Modal
x x x 04 05 Belanja Bunga
x x x 04 06 Belanja Subsidi
x x x 04 07 Belanja Hibah
x x x 04 08 Belanja Bantuan Sosial
x x x 04 09 Belanja Bagi Hasil
x x x 04 10 Belanja Bantuan Keuangan
x x x 04 11 Belanja Tidak Terduga
x x x 04 12 Dst....

x x x 05 Dst....
x x x 05 01 ....
x x x 05 02 Dst....

x x x 06 Sisa Belanja DAK


x x x 06 01 DAK Bidang Pendidikan
x x x 06 02 DAK Bidang Kesehatan
x x x 06 03 DAK Bidang Infrastruktur
x x x 06 04 Dst....

x x x 07 Sisa Belanja Dana Bagi Hasil


x x x 07 01 Dana Bagi Hasil PBB
x x x 07 02 Dana Bagi Hasil PPh
x x x 07 03 Dana Bagi Hasil SDA Iuran Hak Pengusaha Hutan
x x x 07 04 Dana Bagi Hasil SDA Sumber Daya Hutan
x x x 07 05 Dana Bagi Hasil DR
x x x 07 06 Dst....

x x x 08 Sisa Belanja Dana Penyesuaian


x x x 08 01 Dana Penyesuaian DID
x x x 08 02 Dst....

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 717077


01
-50-

x X x 09 Sisa Belanja Dana Otonomi Khusus


x X x 09 01 Dana Otonomi Khusus Aceh
x X x 09 02 Dana Otonomi Khusus Papua
x X x 09 03 Dana Otonomi Khusus Papua Barat
x X x 09 04 Dst....

x X x 10 Sisa Belanja Dana Tambahan Infrastruktur


x X x 10 01 Dana Tambahan Infrastruktur Papua
x X x 10 02 Dana Tambahan Infrastruktur Papua Barat

x X x 11 Dst.....

2) Dalam menetapkan anggaran penerimaan pembiayaan yang


bersumber dari pencairan dana cadangan, waktu pencairan dan
besarannya sesuai peraturan daerah tentang pembentukan dana
cadangan.
3) Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam APBD pada
akun pembiayaan, kelompok penerimaan pembiayaan daerah,
jenis penerimaan kembali investasi pemerintah daerah, obyek
dana bergulir dan rincian obyek dana bergulir dari kelompok
masyarakat penerima.
Dalam kaitan itu, dana bergulir yang belum dapat diterima akibat
tidak dapat tertagih atau yang diragukan tertagih, pemerintah
daerah harus segera melakukan penagihan dana bergulir
dimaksud sesuai peraturan perundang-undangan.
4) Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dapat
melakukan pinjaman daerah berdasarkan peraturan perundang-
undangan dibidang pinjaman daerah. Bagi pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota yang berencana untuk
melakukan pinjaman daerah harus dianggarkan terlebih dahulu
dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD tahun anggaran
berkenaan sesuai Pasal 35 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor
30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.
Bagi Pemerintah Daerah yang akan melakukan pinjaman yang
bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Pemerintah
Daerah Lain, Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan
Bukan Bank, dan Masyarakat (obligasi daerah) harus mendapat
pertimbangan terlebih dahulu dari Menteri Dalam Negeri sesuai
amanat Pasal 300 dan Pasal 301 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 serta Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan
Penerimaan Hibah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1078 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-51-

Untuk pinjaman yang bersumber dari Pemerintah Daerah Lain,


Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank,
permohonan Pertimbangan Menteri Dalam Negeri diajukan dengan
melampirkan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2017. Sementara untuk pinjaman yang bersumber dari
Penerusan Pinjaman Luar Negeri dan Masyarakat (obligasi daerah)
permohonan Pertimbangan Menteri Dalam Negeri diajukan dengan
melampirkan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran
berjalan.
Untuk pinjaman jangka pendek digunakan hanya untuk menutup
kekurangan arus kas sesuai maksud Pasal 12 ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011.
Untuk pinjaman jangka menengah digunakan untuk membiayai
pelayanan publik yang tidak menghasilkan penerimaan sesuai
maksud Pasal 13 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
2011.
Untuk pinjaman jangka panjang yang bersumber dari pemerintah,
pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, dan lembaga
keuangan bukan bank sesuai maksud Pasal 14 ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 digunakan untuk membiayai
kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka
pelayanan publik yang:
a) menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi
APBD yang berkaitan dengan pembangunan prasarana dan
sarana tersebut;
b) menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematan
terhadap belanja APBD yang seharusnya dikeluarkan apabila
kegiatan tersebut tidak dilaksanakan; dan/atau
c) memberikan manfaat ekonomi dan sosial.
5) Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan
obligasi daerah untuk membiayai infrastruktur dan/atau investasi
yang menghasilkan penerimaan daerah setelah memperoleh
pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri dan persetujuan dari
Menteri Keuangan sesuai maksud Pasal 300 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 917079


01
-52-

6) Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari


penerusan pinjaman utang luar negeri dari Menteri Keuangan
setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
Perjanjian penerusan pinjaman dilakukan antara Menteri
Keuangan dan Kepala Daerah sesuai maksud Pasal 301 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014.
b. Pengeluaran Pembiayaan
1) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerah
dapat menganggarkan investasi jangka panjang non permanen
dalam bentuk dana bergulir sesuai Pasal 118 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Dana bergulir dalam APBD dianggarkan pada akun
pembiayaan, kelompok pengeluaran pembiayaan daerah, jenis
investasi pemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian
obyek dana bergulir kepada kelompok masyarakat penerima.
Dalam penyaluran dana bergulir, pemerintah daerah dapat
melakukan kerjasama dengan BUMD Lembaga Keuangan
Perbankan, Lembaga Keuangan Non Perbankan atau Lembaga
Keuangan lainnya.
2) Pemerintah Daerah harus menyusun analisis investasi pemerintah
daerah sebelum melakukan investasi. Analisis investasi tersebut
dilakukan oleh penasehat investasi yang independen dan
profesional, dan ditetapkan oleh Kepala Daerah sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52
Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah
Daerah.
Selain itu, penyertaan modal pemerintah daerah pada badan
usaha milik negara/daerah dan/atau badan usaha lainnya
ditetapkan dengan peraturan daerah tentang penyertaan modal.
Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah
tercantum dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal
pada tahun sebelumnya, tidak perlu diterbitkan peraturan daerah
tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut
belum melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan
pada peraturan daerah tentang penyertaan modal.
Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah
penyertaan modal melebihi jumlah penyertaan modal yang telah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1080 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-53-

ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal


dimaksud, pemerintah daerah melakukan perubahan peraturan
daerah tentang penyertaan modal tersebut.
3) Pemerintah daerah dapat menambah modal yang disetor dan/atau
melakukan penambahan penyertaan modal pada Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) untuk memperkuat struktur permodalan,
sehingga BUMD dimaksud dapat lebih berkompetisi, tumbuh dan
berkembang. Khusus untuk BUMD sektor perbankan, pemerintah
daerah dapat melakukan penambahan penyertaan modal
dimaksud guna menambah modal inti sebagaimana
dipersyaratkan Bank Indonesia dan untuk memenuhi Capital
Adequacy Ratio (CAR).
4) Dalam Rangka mendukung kebijakan paket ekonomi pemerintah
terkait dengan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), pemerintah daerah
dapat melakukan penyertaan modal dan/atau penambahan modal
kepada Badan Usaha Milik Daerah baik lembaga keuangan
perbankan maupun lembaga keuangan non perbankan sesuai
peraturan perundang-undangan.
5) Dalam rangka mendukung pencapaian target Sustainable
Development Goals (SDGs) Tahun 2025 yaitu cakupan pelayanan
air perpipaan di wilayah perkotaan sebanyak 80% (delapan puluh
per seratus) dan di wilayah perdesaan sebanyak 60% (enam puluh
per seratus), pemerintah daerah perlu memperkuat struktur
permodalan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Penguatan
struktur permodalan tersebut dilakukan dengan menambah
penyertaan modal pemerintah daerah yang antara lain bersumber
dari pemanfaatan bagian laba bersih PDAM. Penyertaan Modal
dimaksud dilakukan untuk penambahan, peningkatan, perluasan
prasarana dan sarana sistem penyediaan air minum, serta
peningkatan kualitas dan pengembangan cakupan pelayanan.
Selain itu, pemerintah daerah dapat melakukan penambahan
penyertaan modal guna meningkatkan kualitas, kuantitas dan
kapasitas pelayanan air minum kepada masyarakat untuk
mencapai SDGs dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 18081


01
-54-

Penyertaan modal pada PDAM berupa laba ditahan dapat


langsung digunakan sebagai penambahan penyertaan modal pada
PDAM dan besaran penyertaan modal tersebut agar disesuaikan
dengan tata cara yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
PDAM akan menjadi penyedia air minum di daerah sebagai
implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013
yang membatalkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air. Untuk itu, pemerintah daerah dapat melakukan
penambahan penyertaan modal kepada PDAM dalam rangka
memperbesar skala usaha PDAM.
Bagi PDAM yang skala usahanya belum sesuai dengan fungsi
PDAM sebagai penyedia air minum di daerah, agar
dipertimbangkan untuk melakukan penggabungan PDAM
dimaksud.
6) Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna
mendanai kebutuhan pembangunan prasarana dan sarana
Daerah yang tidak dapat dibebankan dalam 1 (satu) tahun
anggaran dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Dana cadangan bersumber dari penyisihan atas penerimaan
Daerah kecuali dari DAK, pinjaman Daerah, dan penerimaan lain-
lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu.
Penggunaan dana cadangan dalam satu tahun anggaran menjadi
penerimaan pembiayaan APBD dalam tahun anggaran yang
bersangkutan.
Dana cadangan ditempatkan dalam rekening tersendiri dalam
rekening kas umum Daerah.
Dalam hal dana cadangan belum digunakan sesuai dengan
peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam
portofolio yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah.
7) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran
sebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 61 ayat (2) Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1082 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-55-

c. Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan


1) Pemerintah daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA)
Tahun Anggaran 2017 bersaldo nol.
2) Dalam hal perhitungan penyusunan Rancangan APBD
menghasilkan SILPA Tahun Berjalan positif, pemerintah daerah
harus memanfaatkannya untuk penambahan program dan
kegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program dan kegiatan
yang telah dianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan.
3) Dalam hal perhitungan SILPA Tahun Berjalan negatif, pemerintah
daerah melakukan pengurangan bahkan penghapusan
pengeluaran pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban
daerah, pengurangan program dan kegiatan yang kurang prioritas
dan/atau pengurangan volume program dan kegiatannya.
IV. Teknis Penyusunan APBD
Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2017, pemerintah daerah dan
DPRD harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama rancangan
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 paling lambat 1
(satu) bulan sebelum dimulainya Tahun Anggaran 2017.
Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah daerah harus memenuhi jadwal
proses penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017, mulai dari
penyusunan dan penyampaian rancangan KUA dan rancangan PPAS
kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati bersama paling lambat
akhir bulan Juli 2016. Selanjutnya, KUA dan PPAS yang telah disepakati
bersama akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menyusun,
menyampaikan dan membahas rancangan peraturan daerah tentang
APBD Tahun Anggaran 2017 antara pemerintah daerah dengan DPRD
sampai dengan tercapainya persetujuan bersama antara kepala daerah
dengan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2017, paling lambat tanggal 30 Nopember 2016,
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 312 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014.
Dalam membahas rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2017 antara kepala daerah dengan DPRD wajib mempedomani
RKPD, KUA dan PPAS untuk mendapat persetujuan bersama
sebagaimana dimaksud Pasal 311 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 318083


01
-56-

Tahapan dan jadwal proses penyusunan APBD sebagai berikut:


Tabel 4.
Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD
No. URAIAN WAKTU LAMA
1. Penyusunan RKPD Akhir bulan
Mei
2. Penyampaian Rancangan KUA Minggu I bulan 1
dan Rancangan PPAS oleh Juni minggu
Ketua TAPD kepada kepala
daerah
3. Penyampaian Rancangan KUA Pertengahan 6
dan Rancangan PPAS oleh bulan Juni minggu
kepala daerah kepada DPRD
4. Kesepakatan antara kepala Akhir bulan
daerah dan DPRD atas Juli
Rancangan KUA dan Rancangan
PPAS
5. Penerbitan Surat Edaran kepala Awal bulan 8
daerah perihal Pedoman Agustus minggu
penyusunan RKA-SKPD dan
RKA-PPKD
6. Penyusunan dan pembahasan Awal bulan
RKA-SKPD dan RKA-PPKD serta Agustus sampai
penyusunan Rancangan Perda dengan akhir
tentang APBD bulan
September
7. Penyampaian Rancangan Perda Minggu I bulan 2 bulan
tentang APBD kepada DPRD Oktober
8. Pengambilan persetujuan Paling lambat 1
bersama DPRD dan kepala (satu) bulan
daerah sebelum tahun
anggaran yang
bersangkutan
9. Menyampaikan Rancangan 3 hari kerja
Perda tentang APBD dan setelah
Rancangan Perkada tentang persetujuan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1084 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-57-

Penjabaran APBD kepada bersama


MDN/Gub untuk dievaluasi
10. Hasil evaluasi Rancangan Perda Paling lama 15
tentang APBD dan Rancangan hari kerja
Perkada tentang Penjabaran setelah
APBD Rancangan
Perda tentang
APBD dan
Rancangan
Perkada tentang
Penjabaran
APBD diterima
oleh
MDN/Gubernur
11. Penyempurnaan Rancangan Paling lambat 7
Perda tentang APBD sesuai hari kerja (sejak
hasil evaluasi yang ditetapkan diterima
dengan keputusan pimpinan keputusan hasil
DPRD tentang penyempurnaan evaluasi)
Rancangan Perda tentang APBD
12. Penyampaian keputusan DPRD 3 hari kerja
tentang penyempurnaan setelah
Rancangan Perda tentang APBD keputusan
kepada MDN/Gub pimpinan DPRD
ditetapkan
13. Penetapan Perda tentang APBD Paling lambat
dan Perkada tentang Penjabaran akhir Desember
APBD sesuai dengan hasil (31 Desember)
evaluasi
14. Penyampaian Perda tentang Paling lambat 7
APBD dan Perkada tentang hari kerja
Penjabaran APBD kepada setelah Perda
MDN/Gub dan Perkada
ditetapkan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 518085


01
-58-

2. Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan


KUA/KUPA dan rancangan PPAS/PPAS Perubahan, kepala daerah harus
menyampaikan rancangan KUA/KUPA dan rancangan PPAS/PPAS
Perubahan tersebut kepada DPRD dalam waktu yang bersamaan, yang
selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tersebut disepakati
bersama antara kepala daerah dengan DPRD pada waktu yang
bersamaan, sehingga keterpaduan substansi KUA/KUPA dan
PPAS/PPAS Perubahan dalam proses penyusunan rancangan peraturan
daerah tentang APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 akan
lebih efektif.
3. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, substansi KUA/KUPA
mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidak menjelaskan
hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang sifatnya kebijakan umum,
seperti: (a) Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan
indikator ekonomi makro daerah; (b) Asumsi dasar penyusunan
Rancangan APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 termasuk
laju inflasi, pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan
kondisi ekonomi daerah; (c) Kebijakan pendapatan daerah yang
menggambarkan prakiraan rencana sumber dan besaran pendapatan
daerah untuk Tahun Anggaran 2017 serta strategi pencapaiannya; (d)
Kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program dan langkah
kebijakan dalam upaya peningkatan pembangunan daerah yang
merupakan manifestasi dari sinkronisasi kebijakan antara pemerintah
daerah dan pemerintah serta strategi pencapaiannya; (e) Kebijakan
pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran
daerah sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam
rangka menyikapi tuntutan pembangunan daerah serta strategi
pencapaiannya.
4. Substansi PPAS/PPAS Perubahan mencerminkan prioritas
pembangunan daerah yang dikaitkan dengan sasaran yang ingin dicapai
termasuk program prioritas dari SKPD terkait. Prioritas program dari
masing-masing SKPD provinsi disesuaikan dengan urusan
pemerintahan daerah yang ditangani dan telah disinkronisasikan
dengan 5 (lima) prioritas pembangunan nasional, yaitu: (1)
Pembangunan Manusia dan Masyarakat; (2) Pembangunan Sektor

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1086 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-59-

Unggulan; (3) Pemerataan dan Kewilayahan; (4) Pembangunan Politik,


Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; dan (5) Pembangunan Ekonomi,
yang tercantum dalam RKP Tahun 2017, sedangkan prioritas program
dari masing-masing SKPD kabupaten/kota selain disesuaikan dengan
urusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telah
disinkronisasikan dengan 5 (lima) prioritas pembangunan nasional
dimaksud, juga telah disinkronisasikan dengan prioritas program
provinsi yang tercantum dalam RKPD provinsi Tahun 2017.
PPAS/PPAS Perubahan selain menggambarkan pagu anggaran
sementara untuk belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga,
serta pembiayaan, juga menggambarkan pagu anggaran sementara di
masing-masing SKPD berdasarkan program dan kegiatan prioritas
dalam RKPD. Pagu sementara tersebut akan menjadi pagu definitif
setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD
disetujui bersama antara kepala daerah dengan DPRD serta rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD/Perubahan APBD tersebut ditetapkan
oleh kepala daerah menjadi Peraturan Daerah tentang APBD/Perubahan
APBD.
5. Berdasarkan KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama antara
kepala daerah dan DPRD, kepala daerah menerbitkan Surat Edaran
tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh SKPD dan
RKA-PPKD kepada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).
Surat Edaran dimaksud mencakup prioritas pembangunan daerah,
program dan kegiatan sesuai dengan indikator, tolok ukur dan target
kinerja dari masing-masing program dan kegiatan, alokasi plafon
anggaran sementara untuk setiap program dan kegiatan SKPD, batas
waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD, dan dilampiri dokumen
KUA, PPAS, kode rekening APBD, format RKA-SKPD dan RKA-PPKD,
ASB dan standar harga regional.
Selain itu, penyusunan RKA-SKPD pada program dan kegiatan untuk
urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar berpedoman pada
SPM, standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, sedangkan penyusunan RKA-SKPD
pada program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib yang
tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 718087


01
-60-

berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan


regional.
6. RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran
belanja tidak langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai,
tambahan penghasilan, khusus pada SKPD Sekretariat DPRD
dianggarkan juga Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD),
rincian anggaran belanja langsung menurut program dan kegiatan
SKPD.
7. RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yang berasal dari Dana
Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, belanja tidak
langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,
belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan
dan belanja tidak terduga, rincian penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan.
8. RKA-SKPD dan RKA-PPKD digunakan sebagai dasar penyusunan
rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2017 dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
Dalam kolom penjelasan pada peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017
dicantumkan lokasi kegiatan untuk kelompok belanja langsung.
Khusus untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari DBH Dana
Reboisasi (DBH-DR), DAK, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus,
Hibah, Bantuan Keuangan yang bersifat khusus, Pinjaman Daerah serta
sumber pendanaan lainnya yang kegiatannya telah ditentukan, juga
dicantumkan sumber pendanaannya.
Selain itu, untuk penganggaran kegiatan tahun jamak agar
dicantumkan jangka waktu pelaksanaannya sesuai nota kesepakatan
antara kepala daerah dan DPRD dalam kolom penjelasan pada
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran
2017.
Dalam rangka mengantisipasi pengeluaran untuk keperluan pendanaan
keadaan darurat dan keperluan mendesak, pemerintah daerah harus
mencantumkan kriteria belanja untuk keadaan darurat dan keperluan
mendesak dalam peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017, sebagaimana diamanatkan dalam Penjelasan
Pasal 81 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1088 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-61-

9. Dalam rangka peningkatan kualitas penyusunan dokumen perencanaan


dan penganggaran tahunan daerah, untuk menjamin konsistensi dan
keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran agar menghasilkan
APBD yang berkualitas serta menjamin kepatuhan terhadap kaidah-
kaidah perencanaan dan penganggaran, kepala daerah harus
menugaskan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sebagai quality
assurance untuk melakukan reviu atas dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah yakni reviu atas RKPD/Perubahan RKPD,
Rencana Kerja SKPD/Perubahan Rencana Kerja SKPD, KUA-
PPAS/KUPA-PPAS Perubahan, RKA-SKPD/RKA-SKPD Perubahan dan
RKA-PPKD/RKA-PPKD Perubahan sebagaimana yang diatur dalam Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 700/025/A.4/IJ tanggal 13
Januari 2016 perihal Pedoman Pelaksanaan Reviu Dokumen
Perencanaan Pembangunan dan Anggaran Tahunan Daerah.
10. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas APBD,
pemerintah daerah agar mengembangkan substansi Lampiran I
Ringkasan Penjabaran APBD yang semula hanya diuraikan sampai
dengan ringkasan jenis pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai
dengan Pasal 102 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011,
menjadi sampai dengan ringkasan obyek dan rincian obyek pendapatan,
belanja dan pembiayaan.
11. Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang APBD disampaikan oleh
kepala daerah kepada DPRD paling lambat Minggu I bulan Oktober
2016, sedangkan pembahasan rancangan peraturan daerah tentang
APBD dimaksud belum selesai sampai dengan tanggal 30 Nopember
2016, maka kepala daerah menyusun rancangan peraturan kepala
daerah tentang APBD untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri
Dalam Negeri bagi APBD Provinsi dan Gubernur bagi APBD
Kabupaten/Kota sesuai Pasal 107 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolan Keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
Rancangan peraturan kepala daerah dimaksud dapat ditetapkan setelah
memperoleh pengesahan Menteri Dalam Negeri bagi Provinsi dan
Gubernur bagi Kabupaten/Kota.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 918089


01
-62-

Untuk memperoleh pengesahan, rancangan peraturan kepala daerah


tentang APBD Tahun Anggaran 2017 beserta lampirannya disampaikan
paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak DPRD tidak mengambil
keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017.
Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD Tahun Anggaran
2017 harus memperhatikan:
a. Angka belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah dibatasi
maksimum sama dengan angka belanja daerah dan pengeluaran
pembiayaan daerah dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016
atau APBD Tahun Anggaran 2016 apabila tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016;
b. Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat
mengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya
kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai
dengan kebutuhan Tahun Anggaran 2017; dan
c. Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanya
diperkenankan apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan
gaji dan tunjangan PNSD serta penyediaan dana pendamping atas
program dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta belanja
bagi hasil pajak dan retribusi daerah yang mengalami kenaikan
akibat adanya kenaikan target pendapatan daerah dari pajak dan
retribusi dimaksud dari Tahun Anggaran 2017 sesuai maksud Pasal
109 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
12. Dalam rangka percepatan penetapan peraturan daerah tentang
perubahan APBD Tahun Anggaran 2017, proses pembahasan rancangan
peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 dapat
dilakukan setelah penyampaian laporan realisasi semester pertama,
namun persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD atas
rancangan peraturan daerah dimaksud dilakukan setelah persetujuan
bersama atas rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2016.
Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap
rancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1090 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-63-

2017 ditetapkan paling lambat akhir bulan September 2016, dengan


tahapan penyusunan dan jadwal sebagaimana tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5.
Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan Perubahan APBD
No
URAIAN WAKTU LAMA
.
1. Penyampaian Rancangan KUPA Paling lambat
dan Rancangan PPAS Perubahan minggu I bulan
oleh Ketua TAPD kepada kepala Agustus
daerah
2. Kesepakatan antara kepala daerah Paling lambat 1
dan DPRD atas Rancangan KUPA minggu II bulan minggu
dan Rancangan PPAS Perubahan Agustus
3. Penerbitan Surat Edaran kepala Paling lambat 3
daerah perihal Pedoman minggu I bulan minggu
penyusunan RKA-SKPD, RKA- September
PPKD dan DPPA-SKPD/PPKD
serta Penyusunan Rancangan
Perda tentang Perubahan APBD
dan Rancangan Perkada tentang
Penjabaran Perubahan APBD
4. Penyampaian Rancangan Perda Paling lambat 3
tentang Perubahan APBD kepada minggu II bulan minggu
DPRD September
5. Pengambilan persetujuan bersama Paling lambat 3
DPRD dan kepala daerah bulan sebelum
tahun anggaran
berakhir
6. Menyampaikan Rancangan Perda 3 hari kerja setelah
tentang Perubahan APBD dan persetujuan
Rancangan Perkada tentang bersama
Penjabaran Perubahan APBD
kepada MDN/Gubernur untuk
dievaluasi
7. Hasil evaluasi Rancangan Perda Paling lama 15 hari
tentang Perubahan APBD dan kerja setelah

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 19091


01
-64-

Rancangan Perkada tentang Rancangan Perda


Penjabaran Perubahan APBD tentang Perubahan
APBD dan
Rancangan
Perkada tentang
Penjabaran
Perubahan APBD
diterima oleh
MDN/Gub
8. Penyempurnaan Rancangan Perda Paling lambat 7 7 hari
tentang Perubahan APBD sesuai hari kerja (sejak kerja
hasil evaluasi yang ditetapkan diterima keputusan
dengan keputusan pimpinan hasil evaluasi)
DPRD tentang penyempurnaan
Rancangan Perda tentang
Perubahan APBD
9. Penyampaian keputusan DPRD 3 hari kerja setelah
tentang penyempurnaan keputusan
Rancangan Perda tentang pimpinan DPRD
Perubahan APBD kepada ditetapkan
MDN/Gub
10. Penetapan Perda tentang
Perubahan APBD dan Perkada
tentang Penjabaran Perubahan
APBD sesuai dengan hasil evaluasi
11. Penyempurnaan Rancangan Perda Paling lambat 7
tentang Perubahan APBD sesuai hari kerja (sejak
hasil evaluasi yang ditetapkan diterima keputusan
dengan keputusan pimpinan hasil evaluasi)
DPRD tentang penyempurnaan
Rancangan Perda tentang
Perubahan APBD
13. Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017, pemerintah daerah
dilarang untuk menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja
langsung dan jenis belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus
kepada pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa pada

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1092 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-65-

kelompok belanja tidak langsung, apabila dari aspek waktu dan tahapan
pelaksanaan kegiatan serta bantuan keuangan yang bersifat khusus
tersebut diperkirakan tidak selesai sampai dengan akhir Tahun
Anggaran 2017.
14. Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, wakil kepala daerah
menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan
APBD kepada DPRD dan menandatangani persetujuan bersama
terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017.
Apabila kepala daerah berhalangan sementara, kepala daerah
mendelegasikan kepada wakil kepala daerah untuk menyampaikan
rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2017 kepada DPRD dan menandatangani persetujuan
bersama terhadap rancangan peraturan daerah tentang
APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah berhalangan tetap
atau sementara, pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah berwenang
untuk menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 kepada DPRD dan
menandatangani persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan
daerah tentang APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
15. Dalam hal Pimpinan DPRD berhalangan tetap atau sementara, pejabat
yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku
penjabat/pelaksana tugas pimpinan sementara DPRD berwenang untuk
menandatangani persetujuan bersama terhadap rancangan
APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
16. Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan
daerah tentang Perubahan APBD sebelum ditetapkan menjadi peraturan
daerah harus dilakukan evaluasi sesuai ketentuan Pasal 314, Pasal 315,
dan Pasal 319 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, jo. Pasal 110,
Pasal 111, Pasal 173, Pasal 174 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
17. Badan Anggaran DPRD bersama-sama TAPD harus melakukan
penyempurnaan atas rancangan peraturan daerah tentang APBD atau
perubahan APBD berdasarkan hasil evaluasi terhadap rancangan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 319093


01
-66-

peraturan daerah tentang APBD atau perubahan APBD paling lama 7


(tujuh) hari kerja setelah hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri diterima
oleh Gubernur untuk APBD provinsi dan hasil evaluasi Gubernur
diterima oleh Bupati/Walikota untuk APBD kabupaten/kota.
Hasil penyempurnaan tersebut ditetapkan dalam Keputusan Pimpinan
DPRD, dan menjadi dasar penetapan peraturan daerah tentang APBD
atau perubahan APBD. Keputusan Pimpinan DPRD dimaksud bersifat
final dan dilaporkan pada sidang paripurna berikutnya, sesuai maksud
Pasal 114 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
V. Hal-Hal Khusus Lainnya
Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2017, selain
memperhatikan kebijakan dan teknis penyusunan APBD, juga
memperhatikan hal-hal khusus, antara lain sebagai berikut:
1. Penganggaran Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda
Penduduk dan Akta Catatan Sipil tidak diperkenankan untuk
dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2017 sesuai maksud Pasal
79A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan yang menegaskan bahwa pengurusan dan penerbitan
dokumen kependudukan tidak dipungut biaya. Berkaitan dengan hal
tersebut, pemerintah daerah harus segera menyesuaikan peraturan
daerah dimaksud sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.
Selanjutnya, pendanaan penyelenggaraan program dan kegiatan
administrasi kependudukan yang meliputi kegiatan fisik dan non fisik,
baik di provinsi maupun kabupaten/kota dianggarkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sesuai maksud Pasal 87A Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2013.
Terhadap program dan kegiatan administrasi kependudukan yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah dibebankan pada APBD
dengan mempedomani Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2013 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1094 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-67-

Adapun kewenangan Provinsi sebagaimana diatur dalam Pasal 6


Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014, meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
c. Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
d. Pemanfaatan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi
berasal dari Data Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan
dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dalam
urusan pemerintahan dalam negeri;
e. Koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
f. Penyusunan profile kependudukan provinsi.
Kewenangan Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Pasal 7
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014, meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. Pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di
bidang Administrasi Kependudukan;
c. Pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
e. Pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi
Kependudukan;
f. Penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan
Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. Pemanfaatan dan penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota berasal dari Data Kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri;
h. Koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
i. Penyusunan profile kependudukan kabupaten/kota.

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 519095


01
-68-

2. Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, pemerintah daerah


secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan
anggaran fungsi pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh per
seratus) dari belanja daerah, sesuai amanat peraturan perundang-
undangan, termasuk dana BOS yang bersumber dari APBD.
3. Untuk meningkatkan efektifitas penyusunan anggaran BOS Tahun
Anggaran 2017, pemerintah daerah perlu memperhatikan bahwa dana
BOS yang bersumber dari APBN diperuntukkan bagi penyelenggaraan
satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai
pelaksanaan program wajib belajar. Untuk dana BOS yang bersumber
dari APBD, penganggarannya dalam bentuk program dan kegiatan.
4. Belanja Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia
Dini (BOP PAUD) yang bersumber dari DAK pada Tahun Anggaran 2017
bagi PAUD yang diselenggarakan Kabupaten/Kota (negeri) dianggarkan
pada APBD Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017 dalam bentuk
program dan kegiatan, sedangkan BOP PAUD yang diselenggarakan
oleh masyarakat (swasta) dianggarkan pada APBD Kabupaten/Kota
Tahun Anggaran 2017 dalam bentuk hibah.
5. Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, pemerintah daerah
secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan
anggaran kesehatan minimal 10% (sepuluh per seratus) dari total
belanja APBD diluar gaji, sesuai amanat Pasal 171 ayat (2) Undang-
Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Penjelasan Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang 36 Tahun 2009
menegaskan bahwa bagi daerah yang telah menetapkan lebih dari 10%
(sepuluh per seratus) agar tidak menurunkan jumlah alokasinya dan
bagi daerah yang belum mempunyai kemampuan agar dilaksanakan
secara bertahap.
6. Belanja Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bantuan
Operasional Keluarga Berencana (BOKB), Peningkatan Kapasitas
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Ketenagakerjaan (PK2, UKM,
dan Naker), Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)
yang bersumber dari DAK, dianggarkan pada APBD Tahun Anggaran
2017 dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD berkenaan.
7. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat
mengadakan kerjasama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi
dan efektifitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1096 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-69-

Kerjasama dapat dilakukan oleh daerah dengan:


a. Daerah lain;
b. Pihak ketiga; dan/atau
c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan yang melibatkan beberapa
daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara lebih
efektif dan efisien, pemerintah daerah dapat menganggarkan program
dan kegiatan melalui pola kerjasama antar daerah dengan
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis
Tata Cara Kerjasama Daerah serta peraturan perundang-undangan
lainnya. Apabila pemerintah daerah membentuk badan kerjasama,
maka masing-masing pemerintah daerah menganggarkan dalam APBD
dalam bentuk belanja hibah kepada badan kerjasama dengan
mempedomani peraturan perundang-undangan mengenai hibah
daerah.
Dalam hal pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan badan
usaha dalam penyediaan infrastruktur mempedomani Peraturan
Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
8. Daerah dapat membentuk asosiasi untuk mendukung kerjasama antar
Daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 364 ayat (9) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014, yang pendanaannya bersumber dari
APBD dan dianggarkan pada jenis belanja hibah dengan mempedomani
Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016, serta peraturan
perundang-undangan lain di bidang hibah.
9. Dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas Kantor
Bersama Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT),
pemerintah provinsi menganggarkan pendanaan untuk pembangunan,
pengadaan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana Kantor Bersama
SAMSAT dan pendanaan lain yang timbul dalam rangka menjamin
efektifitas, penguatan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 719097


01
-70-

pemantapan tugas-tugas pelaksanaan SAMSAT baik di Pusat maupun


di Provinsi dengan terbentuknya Sekretariat Pembina SAMSAT tingkat
Nasional dan tingkat Provinsi dengan mempedomani Peraturan
Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor, dan
peraturan turunannya serta peraturan perundang-undangan lain yang
terkait.
10. Dalam rangka peningkatan tata laksana, kualitas dan percepatan
pelayanan perizinan dan non perizinan, serta untuk mendukung
pencapaian target kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB)
di Indonesia, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
menganggarkan pendanaan untuk pembentukan/ pembangunan,
pengadaan, pemeliharaan sarana dan prasarana Dinas/Badan/Kantor
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) guna menjamin efektifitas,
penguatan koordinasi, pembinaan, peningkatan kapasitas SDM dan
pemantapan tugas-tugas PTSP dengan mempedomani Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014, Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
11. Belanja Tidak Terduga yang akan digunakan untuk mendanai tanggap
darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial dan
kebutuhan mendesak lainnya, seperti penanganan konflik sosial sesuai
amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 dan penanganan
gangguan keamanan dalam negeri sesuai amanat Instruksi Presiden
Nomor 1 Tahun 2014, termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya, dilakukan dengan cara:
a. Kepala Daerah menetapkan kegiatan yang akan didanai dari belanja
tidak terduga dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan
kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan
dimaksud ditetapkan;
b. Atas dasar keputusan kepala daerah tersebut, pimpinan
instansi/lembaga yang akan bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan kegiatan mengajukan usulan kebutuhan;
c. Kepala Daerah dapat mengambil kebijakan percepatan pencairan
dana belanja tidak terduga untuk mendanai penanganan tanggap
darurat yang mekanisme pemberian dan pertanggungjawabannya
diatur dengan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1098 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-71-

Pasal 134 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; dan
d. Kegiatan lain diluar tanggap darurat yang didanai melalui belanja
tidak terduga dilakukan dengan pergeseran anggaran dari belanja
tidak terduga ke belanja SKPD berkenaan dan/atau belanja PPKD.
12. Penyediaan anggaran untuk penanggulangan bencana alam/bencana
sosial dan/atau pemberian bantuan kepada daerah lain dalam rangka
penanggulangan bencana alam/bencana sosial dapat memanfaatkan
saldo anggaran yang tersedia dalam Sisa Lebih Perhitungan APBD
tahun anggaran sebelumnya dan/atau dengan melakukan penggeseran
Belanja Tidak Terduga atau dengan melakukan penjadwalan ulang atas
program dan kegiatan yang kurang mendesak, dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Penyediaan anggaran untuk mobilisasi tenaga medis dan obat-
obatan, logistik/sandang dan pangan diformulasikan kedalam RKA-
SKPD yang secara fungsional terkait dengan pelaksanaan kegiatan
dimaksud;
b. Penyediaan anggaran untuk bantuan keuangan yang akan
disalurkan kepada provinsi/kabupaten/kota yang dilanda bencana
alam/bencana sosial dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan.
Sambil menunggu Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017, kegiatan
atau pemberian bantuan keuangan tersebut di atas dapat
dilaksanakan dengan cara melakukan perubahan peraturan kepala
daerah tentang Penjabaran APBD, untuk selanjutnya ditampung
dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran
2017. Apabila penyediaan anggaran untuk kegiatan atau bantuan
keuangan dilakukan setelah Perubahan APBD agar dicantumkan
dalam LRA; dan
c. Pemanfaatan saldo anggaran yang tersedia dalam Sisa Lebih
Perhitungan APBD Tahun Anggaran sebelumnya dan/atau dengan
melakukan penggeseran Belanja Tidak Terduga untuk bantuan
penanggulangan bencana alam/bencana sosial diberitahukan
kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan.
13. Program dan kegiatan yang dibiayai dari DBH-CHT, DBH-SDA
Tambahan Minyak Bumi dan Gas Bumi dalam rangka Otonomi
Khusus, DBH-DR, DAK, Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 919099


01
-72-

Infrastruktur untuk Provinsi Papua dan Papua Barat, Dana


Keistimewaan DIY, Dana Darurat, Bantuan keuangan yang bersifat
khusus dan dana transfer lainnya yang sudah jelas peruntukannya
serta pelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/atau
mendesak lainnya yang belum cukup tersedia dan/atau belum
dianggarkan dalam APBD, dapat dilaksanakan mendahului penetapan
peraturan daerah tentang Perubahan APBD dengan cara:
a. Menetapkan peraturan kepala daerah tentang perubahan
penjabaran APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD;
b. Menyusun RKA-SKPD dan mengesahkan DPA-SKPD sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan;
c. Ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD, atau
dicantumkan dalam LRA, apabila pemerintah daerah telah
menetapkan perubahan APBD atau tidak melakukan perubahan
APBD.
14. Untuk mendukung pelaksanaan tugas sekretariat fraksi DPRD
disediakan sarana, anggaran dan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan
dan memperhatikan kemampuan APBD, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 109 ayat (10) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Pasal
33 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib DPRD. Penyediaan sarana
meliputi ruang kantor pada sekretariat DPRD, kelengkapan kantor,
tidak termasuk sarana mobilitas, sedangkan penyediaan anggaran
untuk sekretariat fraksi meliputi kebutuhan belanja untuk alat tulis
kantor dan makan minum bagi rapat fraksi yang diselenggarakan di
lingkungan kantor sekretariat fraksi.
15. Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan dalam
rangka menjamin kesejahteraan untuk pemenuhan rumah
jabatan/rumah dinas bagi Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana
maksud Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD.
Suami dan/atau istri yang menduduki jabatan sebagai Pimpinan
dan/atau Anggota DPRD pada DPRD yang sama hanya diberikan salah
satu tunjangan perumahan. Bagi Pimpinan dan Anggota DPRD yang
suami atau istrinya menjabat sebagai Kepala Daerah/Wakil Kepala

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1100 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-73-

Daerah pada tingkatan daerah yang sama tidak diberikan tunjangan


perumahan.
16. Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun
2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah disediakan masing-
masing rumah jabatan beserta perlengkapan dan biaya pemeliharaan.
Dalam hal pemerintah daerah belum menyediakan rumah jabatan
kepala daerah/wakil kepala daerah, pemerintah daerah dapat
menyediakan anggaran sewa rumah untuk dijadikan rumah jabatan
yang memenuhi standar rumah jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
17. Dalam Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ditegaskan
bahwa SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang memiliki spesifikasi
teknis di bidang layanan umum dan memenuhi persyaratan yang
ditentukan, diberikan fleksibilitas dalam pola pengelolaan
keuangannya. Untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-BLUD
(PPK-BLUD) diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah yang
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Dalam penerapan PPK-BLUD, pemerintah daerah memperhatikan
antara lain sebagai berikut:
a. Bagi Rumah Sakit Daerah (RSD) yang belum menerapkan PPK-
BLUD, agar pemerintah daerah segera melakukan langkah-langkah
untuk mempercepat penerapan PPK-BLUD pada RSD tersebut. Hal
ini sesuai dengan amanat Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 20 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
b. Bagi SKPD atau unit kerja pada SKPD yang telah menerapkan PPK-
BLUD, agar:
1) Penyusunan rencana kerja dan anggaran menggunakan format
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA);
2) Pendapatan BLUD dalam RBA dikonsolidasikan ke dalam APBD
dalam jenis pendapatan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang
Sah;
3) Belanja BLUD dalam RBA dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, khususnya dalam Pasal 11
ayat (3a), SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang telah

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 10101


11
-74-

menerapkan PPK-BLUD, pagu anggaran BLUD dalam Rancangan


Peraturan Daerah tentang APBD yang sumber dananya berasal
dari pendapatan dan surplus BLUD, dirinci dalam 1 (satu)
program, 1 (satu) kegiatan, 1 (satu) output dan jenis belanja.
4) Tahapan dan jadwal proses penyusunan RKA/RBA, mengikuti
tahapan dan jadwal proses penyusunan APBD.
18. Dalam rangka efektifitas pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah, pemerintah daerah mengalokasikan
anggaran dalam APBD Tahun Anggaran 2017 untuk mendanai kegiatan
seperti: inventarisasi aset daerah, koordinasi, pembinaan, supervisi,
pendidikan dan pelatihan/peningkatan kapasitas, bimbingan teknis,
seminar dan sejenis lainnya.
19. Dalam rangka peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
bagi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di bidang keuangan daerah,
pemerintah daerah mengalokasikan anggaran dalam APBD Tahun
Anggaran 2017 untuk mendanai kegiatan seperti koordinasi,
pembinaan, supervisi, pendidikan dan pelatihan/peningkatan
kapasitas SDM, bimbingan teknis, seminar dan sejenis lainnya.
20. Pendanaan untuk organisasi cabang olahraga profesional tidak
dianggarkan dalam APBD karena menjadi tanggung jawab induk
organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahraga profesional
yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 29 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional, bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga profesional
dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi
olahraga profesional. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 15 Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005, didefinisikan bahwa cabang olahraga
profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh
pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas
kemahiran berolahraga.
21. Penganggaran program Peningkatan pelayanan kedinasan kepala
daerah/wakil kepala daerah mengacu pada Lampiran A.VII Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1102 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-75-

22. Penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan lanjutan yang tidak selesai


pada Tahun Anggaran 2016 dengan menggunakan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) mempedomani
Pasal 138 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Pendanaan kegiatan lanjutan menggunakan SiLPA Tahun Anggaran
2016.
b. Dituangkan ke dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan
SKPD (DPAL-SKPD) Tahun Anggaran 2017 sesuai Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD)
Tahun Anggaran 2016 dengan berpedoman pada format Lampiran
B.III Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
c. DPAL-SKPD disahkan oleh PPKD sebagai dasar pelaksanaan
anggaran dan dalam rangka penyelesaian pekerjaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Untuk penetapan jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL-
SKPD masing-masing dilakukan sebagai berikut:
1) Penelitian terhadap penyebab keterlambatan penyelesaian
pekerjaan, sepanjang penyebabnya di luar kelalaian Penyedia
Barang/Jasa atau Pengguna Barang/Jasa, kegiatan tersebut
dapat di DPAL-kan.
Apabila keterlambatan penyelesaian pekerjaan disebabkan
kelalaian Penyedia Barang/Jasa atau Pengguna Barang/Jasa
maka tidak dapat di-DPAL-kan, sehingga kegiatan yang belum
dilaksanakan dianggarkan kembali sesuai ketentuan yang
berlaku.
2) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL setelah terlebih
dahulu dilakukan pengujian terhadap:
a) Sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belum
diterbitkan SP2D Tahun Anggaran 2016 atas kegiatan yang
bersangkutan;

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 310103


11
-76-

b) Sisa SPD yang belum diterbitkan SPP, SPM atau SP2D Tahun
Anggaran 2016; dan
c) SP2D yang belum diuangkan.
e. Penganggaran beban belanja atas pelaksanaan kegiatan lanjutan
yang telah dituangkan dalam DPAL-SKPD dimaksud, agar
ditampung kembali di dalam perubahan APBD Tahun Anggaran
2017 pada anggaran belanja langsung SKPD berkenaan.
f. Kegiatan yang dapat dibuatkan DPAL harus memenuhi kriteria
bahwa kegiatan tersebut tidak selesai sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan/kontrak, akibat
di luar kendali penyedia barang/jasa dan pengguna barang/jasa
(force majeure).
23. Dalam hal pemerintah daerah mempunyai kewajiban kepada pihak
ketiga terkait dengan pekerjaan yang telah selesai pada tahun anggaran
sebelumnya, maka harus dianggarkan kembali pada akun belanja
dalam APBD Tahun Anggaran 2017 sesuai kode rekening berkenaan.
Tata cara penganggaran dimaksud terlebih dahulu melakukan
perubahan atas peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
Tahun Anggaran 2017, dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD
untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
24. Dalam Pasal 54A Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 ditegaskan bahwa kegiatan dapat
mengikat dana anggaran:
a. untuk 1 (satu) tahun anggaran; atau
b. lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk kegiatan tahun
jamak sesuai peraturan perundang-undangan.
Kegiatan tahun jamak tersebut pada huruf b harus memenuhi kriteria
sekurang-kurangnya:
a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yang secara teknis
merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan satu output yang
memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 (dua belas) bulan;
atau
b. pekerjaan atas pelaksanaan kegiatan yang menurut sifatnya harus
tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran seperti
penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1104 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-77-

laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, layanan


pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service.
Penganggaran kegiatan tahun jamak dimaksud berdasarkan atas
persetujuan DPRD yang dituangkan dalam nota kesepakatan bersama
antara Kepala Daerah dan DPRD, yang ditandatangani bersamaan
dengan penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS pada tahun
pertama rencana pelaksanaan kegiatan tahun jamak.
Nota kesepakatan bersama tersebut sekurang-kurangnya memuat:
a. nama kegiatan;
b. jangka waktu pelaksanaan kegiatan;
c. jumlah anggaran; dan
d. alokasi anggaran per tahun.
Jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak tidak melampaui
akhir tahun masa jabatan Kepala Daerah berakhir.
25. Pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk menganggarkan belanja
tali asih kepada PNSD dan penawaran kepada PNSD yang pensiun dini
dengan uang pesangon, mengingat tidak memiliki dasar hukum yang
melandasinya.
26. Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran penyelenggaraan
Bantuan Hukum dalam APBD Tahun Anggaran 2017 dengan
mempedomani Pasal 19 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum.
27. Dalam rangka efektifitas pengawasan dan pengendalian penyerapan
anggaran daerah, pemerintah daerah menganggarkan kegiatan yang
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Tim Evaluasi Pengawasan
Realisasi Anggaran (TEPRA) sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 2015 tentang Percepatan Pengadaan Barang
Jasa Pemerintah dan Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2015
tentang Tim Evaluasi Pengawasan Realisasi Anggaran.
28. Pendanaan kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur/Bupati
dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2018 yang
tahapan penyelenggaraanya dimulai Tahun 2017, dianggarkan pada
jenis belanja hibah dari pemerintah daerah kepada KPU
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Bawaslu Provinsi/Panwas
Kabupaten/Kota dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 44 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Dana Kegiatan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 510105


11
-78-

serta Walikota dan Wakil Walikota, sebagaimana telah diubah dengan


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2015
tentang Pengelolaan Dana Kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil
Walikota.
Selain itu, besaran pendanaan kegiatan Pemilihan dimaksud harus
mempedomani standar satuan harga dan kebutuhan pendanaan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
serta Walikota dan Wakil Walikota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pendanaan kebutuhan pengamanan pelaksanaan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil
Walikota Tahun Anggaran 2018 dianggarkan dalam bentuk hibah atau
program dan kegiatan pada SKPD yang secara fungsional terkait sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
29. Pemerintah kabupaten/kota menganggarkan biaya pemilihan Kepala
Desa dalam APBD Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017 untuk
pengadaan surat suara, kotak suara, kelengkapan peralatan lainnya,
honorarium panitia, dan biaya pelantikan sesuai amanat Pasal 34 ayat
(6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.
30. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menganggarkan
dalam APBD Tahun Anggaran 2017 dalam rangka pembinaan dan
pengawasan pemerintahan desa sebagaimana diatur dalam Pasal 112,
Pasal 114 dan Pasal 115 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.
31. Dalam rangka mendukung pembangunan Lembaga Penempatan Anak
Sementara (LPAS), Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan Balai
Pemasyarakatan, Pemerintah daerah menyediakan lahan untuk
mendukung pembangunan tersebut sesuai maksud Pasal 105 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.
32. Dalam rangka mendukung peningkatan akses, mutu, daya saing, dan
relevansi pendidikan islam (madrasah, pendidikan diniyah, dan pondok
pesantren) dan pendidikan non islam di bawah binaan Kementerian
Agama sebagai bagian integral pendidikan nasional, pemerintah daerah
dapat memberikan dukungan pendanaan yang dianggarkan dalam
belanja hibah dengan mempedomani Pasal 10 ayat (1) huruf f dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1106 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-79-

penjelasannya, Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016, serta
peraturan perundang-undangan lain di bidang hibah.
33. Dalam rangka memenuhi akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
keuangan desa, pemerintah kabupaten/kota wajib melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan
keuangan desa pada pemerintah desa di wilayahnya sesuai maksud
Pasal 44 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Dalam kaitan itu, Pemerintah Desa harus menyusun Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran
2017 yang disampaikan kepada Bupati/Walikota dan disusun dengan
mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014. Selanjutnya, pemerintah daerah menyusun Laporan dimaksud
dalam bentuk ikhtisar yang dilampirkan dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
34. Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program dan kegiatan
dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017 dengan kebijakan
nasional, antara lain:
a. Pencapaian SDGs, seperti: kesetaraan gender, penanggulangan
HIV/AIDS, malaria, penanggulangan kemiskinan, dan Akses
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial sebagaimana
diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010
tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan dan Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dengan uraian
sebagai berikut:
1) Upaya percepatan pengarusutamaan gender melalui perencanaan
dan penganggaran responsif gender, pemerintah daerah
mempedomani Surat Edaran Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS, Menteri Keuangan,
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor:
270/M.PPN/11/2012, Nomor: SE-33/MK.02/2012, Nomor:
050/4379A/SJ, Nomor: SE-46/MPP-PA/11/2011 tentang

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 710107


11
-80-

Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG)


melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender
(PPRG);
2) Pengendalian dan pemberantasan malaria mempedomani
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293 Tahun 2009 tentang
Eliminasi Malaria, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun
2013 tentang Pedoman Tata Laksana Malaria, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 044/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman
Malaria dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
443.41/465 Tahun 2010 perihal Perecepatan Eliminasi Malaria;
3) Pengentasan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
mempedomasi Peraturan Menteri Sosial Nomor 129/HUK/2008
tentang SPM Bidang Sosial Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Keputusan Menteri Sosial Nomor 80/HUK/2010 tentang
Panduan Perencanaan Pembiayan Pencapaian SPM Bidang Sosial
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
4) Peningkatan pelaksanaan program penanggulangan AIDS yang
lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi
mempedomani Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006 tentang
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di
Daerah.
b. Pelaksanaan dan Pengawasan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat
sebagaimana diamanatkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera,
Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat untuk
Membangun Keluarga Produktif.
c. Rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi para lanjut usia
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, serta program rehabilitasi
dan perlindungan sosial penyandang cacat;
d. Pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) provinsi/kabupaten/kota dengan
mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1108 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-81-

2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan


Pemberdayan dan Kesejahteraan Keluarga;
e. Pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan
perbatasan bagi provinsi dan kabupaten yang berbatasan dengan
negara tetangga sesuai amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2008 tentang Wilayah Negara;
f. Efektifitas tugas Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah
(FORKOPIMDA) Provinsi, FORKOPIMDA Kabupaten, FORKOPIMDA
Kota, dan Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan sebagai
pelaksanaan urusan pemerintahan umum yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan dan
dilaksanakan oleh Gubernur/Bupati/Walikota di wilayah kerja
masing-masing. Pendanaan untuk FORKOPIMDA Provinsi/
Kabupaten/Kota/Kecamatan tersebut bersumber dari dan atas
beban APBN sesuai maksud Pasal 9, Pasal 25 dan Pasal 26 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014.
g. Pengembangan kearsipan di daerah dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan publik mempedomani amanat Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 78 Tahun 2012 tentang Tata Kearsipan di
Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;
h. Penyelenggaraan, pengelolaan dan pengembangan perpustakaan
mempedomani Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan sesuai dengan standar nasional perpustakaan yang
terdiri atas (1) Standar koleksi perpustakaan; (2) Standar sarana
dan prasarana; (3) Standar pelayanan perpustakaan; (4) Standar
tenaga perpustakaan; (5) Standar penyelenggaraan; dan (6) Standar
pengelolaan.
i. Revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila dan pendidikan
wawasan kebangsaan dengan mempedomani Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemerintah
Daerah Dalam Rangka Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai
Pancasila dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun
2012 tentang Pedoman Pendidikan Wawasan Kebangsaan;
j. Penanganan konflik sosial, penyelenggaraan pusat komunikasi dan
informasi bidang sosial kemasyarakatan dengan mempedomani
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 910109


11
-82-

Sosial dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial.
k. Penanganan faham radikal dan terorisme (khususnya ISIS) melalui
mekanisme deteksi dini dan cegah dini dengan mempedomani
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat.
l. Penanganan gangguan penyakit masyarakat khususnya
pemberantasan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika dengan
mempedomani Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) Tahun 2011-2015 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Narkoba.
m. Penguatan kondisi kehidupan sosial kemasyarakatan, berbangsa
dan bernegara dilaksanakan melalui upaya mewujudkan kerukunan
umat beragama, tingginya rasa toleransi dan saling pengertian intra
dan antara para pemeluk agama dengan mempedomani Peraturan
Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan
Pendirian Rumah Ibadah.
n. Penyelenggaraan pemantauan, pelaporan dan evaluasi
perkembangan politik di daerah dengan mempedomani Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemantauan, Pelaporan dan Evaluasi Perkembangan Politik di
Daerah.
o. Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan dengan mempedomani
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah.
p. Penyelenggaraan peningkatan Kesadaran Bela Negara mempedomani
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Pedoman Peningkatan Kesadaran Bela Negara di Daerah.
q. Pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Fungsi dan Peran Anjungan
Daerah di TMII melalui kegiatan:
1) Promosi budaya;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1110 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
-83-

2) Pagelaran seni dan budaya;


3) Pameran produk unggulan ekonomi daerah; dan
4) Seminar dan lokakarya;
mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun
2014 tentang Revitalisasi Fungsi dan Peran Anjungan Daerah di
TMII.
r. Penguatan dukungan Komite Intelijen Daerah tingkat Provinsi dan
Komunitas Intelijen Daerah untuk Kabupaten/Kota mempedomani
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2013 tentang Koordinasi
Intelijen Negara dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11
Tahun 2006 tentang Komunitas Intelijen Daerah.
s. Penguatan pengawasan orang asing, organisasi masyarakat asing,
lembaga asing dan tenaga kerja asing mempedomani Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pemantauan Orang Asing dan Organisasi Masyarakat Asing di
Daerah.
t. Penguatan inovasi daerah dalam rangka peningkatan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah terkait peningkatan
pelayanan kesejahteraan masyarakat dengan mempedomani Pasal
386 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Bersama
Menteri Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03
Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem
Inovasi Daerah.
u. Peningkatan akselerasi penguasaan, pemanfaatan, dan kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan mempedomani Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
v. Penanganan gangguan keamanan dalam negeri sebagaimana
diamanatkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Penanganan Gangguan Dalam Negeri di Daerah;
w. Tunjangan PNSD yang bertugas pada unit kerja yang mempunyai
tugas dan fungsi terkait dengan pengamanan persandian
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun
2008 tentang Tunjangan Pengamanan Persandian;
x. Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) berbasis NIK
secara Nasional dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana

Kumpulan Peraturan Terkait BOS SMK 2017 11111


11
-84-

diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, yang


ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006,
Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dan
peraturan perundang-undangan lainnya;
y. Fasilitasi pengaduan masyarakat dan pengembangan akses
informasi secara transparan, cepat, tepat dan sederhana dengan
mempedomani Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan
Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Kementerian Dalam
Negeri dan Pemerintahan Daerah; dan
z. Peningkatan daya saing nasional dalam pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi ASEAN dengan mempedomani Instruksi Presiden Nomor 6
Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam
Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

MENTERI DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
TJAHJO KUMOLO

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

ttd

W. SIGIT PUDJIANTO
NIP. 19590203 198903 1 001.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1112 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Digandakan oleh:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E, Lantai 13


Jl. Jend Sudirman, Senayan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat 10270

Visit Like Follow Subscribe


Portal Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Pembinaan SMK DITPSMK Direktorat Pembinaan SMK
http://psmk.kemdikbud.go.id Kemdikbud

Anda mungkin juga menyukai