Anda di halaman 1dari 8

Halaman 1

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan


www.iiste.org
ISSN 2222-1700 (Paper) ISSN 2222-2855 (Online)
Vol.5, No.18, 2014
17
Berkelanjutan Mata Pencaharian Berbasis Pesisir Development Area Model
di Surabaya Coastal City, Indonesia
Ardiyanto Maksimilianus Gai 1*

Lusiyanawati 1

Ispurwono Soemarno 2

Program Magister 1.Urban Manajemen Pembangunan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember


(ITS)
Surabaya, Indonesia
2.Lecture dan Peneliti di Laboratorium Perumahan & Pemukiman, Jurusan Arsitektur
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Indonesia
* e-mail dari penulis yang sesuai: ardy_06pl@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kemiskinan multidimensi yang terkait erat dengan kerentanan sosial, ekonomi dan
lingkungan tetap terjadi antara masyarakat nelayan sebagai. Hal ini terjadi antara masyarakat
nelayan yang tinggal di daerah pesisir kota Surabaya juga. Oleh karena itu, harus ada upaya yang
efektif dalam mengelola, mengalokasikan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di
daerah pesisir terus menerus. Upaya-upaya tersebut harus dilakukan untuk mengurangi
kemiskinan dan kerentanan masyarakat nelayan dengan menggunakan wilayah pesisir model
pengembangan sustainble. Ini menggunakan penelitian metode statistik differensial melalui
Structural Equation Modelling (SEM) analisis. Analisis ini dilakukan dalam tiga langkah:
diagram jalur, pengujian masing-masing variabel, memilih matriks masukan dan model hasil
estimation.The menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung dari aset mata pencaharian yang
berkelanjutan terhadap pengembangan wilayah pesisir di Kota Surabaya.
Kata kunci: Nelayan Kemiskinan, pendekatan penghidupan berkelanjutan (SLA), Structural
Equation Modeling (SEM).

1. PERKENALAN
Urbanisasi proses cepat tetap terjadi. Hal ini menyebabkan setengah dari populasi dunia saat ini
hidup dan tinggal di kota-kota besar dan ini tetap terjadi di negara-negara berkembang (Li,
2003). Migrasi dari desa ke kota adalah dampak kondisi yang berbeda dari segi ekonomi, sosial,
politik, demografi, geografi, lingkungan dan yang lain (Sriwinarti, 2005).
Salah satu karakteristik dari urbanisasi yang terjadi di kota besar adalah peningkatan jumlah
warga di daerah pesisir kota sejak hari ini, setengah dari populasi dunia hidup di 60 km dari garis
pantai dan itu adalah diprediksi akan ada beberapa di sekitar 30 tahun kemudian (Li, 2003).
Pertumbuhan dan pembangunan di pesisir kota daerah akan membuka beberapa peluang dari segi
ekonomi, sosial dan budaya. Namun, adalah mungkin untuk memimpin ke Krisis ekonomi dan
kerusakan hubungan sosial, menurunnya nilai-nilai budaya tradisional yang telah diawetkan
sejak lama dan banyak hal-hal lain (cicin-Sain, 1998). Smith dan Doherty (2006) mengatakan
bahwa sub-urbanisasi di wilayah pesisir kota setidaknya dapat menyebabkan dua jenis Tekanan:
(1) 'langsung' tekanan terjadi di lingkungan hidup sebagai dampak dari pembentukan pesisir, dan
(2) Tekanan terus menerus sebagai dampak dari pengembangan kawasan kota seperti limbah
industri nd dalam negeri. Tekanan tersebut terjadi di kota pesisir memberikan dampak terhadap
peningkatan kemiskinan di wilayah pesisir kota sejak parameter kemiskinan saat ini terkait
dengan tidak hanya tingkat pendapatan tetapi juga kerentanan dan ketidakamanan yang miskin
orang lebih sosial, ekonomi dan rentan lingkungan (Kulidwa, et al., 2008).
Kemiskinan adalah kondisi material dan deprivasi sosial yang menyebabkan kehidupan
individu di bawah kehidupan layak, atau kondisi di mana seorang individu mengalami deprivasi
relatif dibandingkan dengan individu lain dalam masyarakat (Hall et al, 2004).
Kemiskinan multidimensi dan hubungannya dengan kerentanan sosial tetap terjadi di masyarakat
nelayan (Neiland dan Bene, 2004), terutama di nelayan atau tingkat rumah tangga produksi unit.
Tingkat ini adalah yang terkecil Unit atau tingkat dalam sistem masyarakat nelayan sebagai
bagian dari rumah tangga penduduk di daerah pesisir.
Rumah tangga nelayan sering dikenal sebagai orang-orang yang tinggal dalam kondisi
ramai, dengan akses terbatas ke sosial
layanan, tingkat pendidikan yang rendah, dan tidak memiliki keterampilan serta aset utama,
terutama tanah (Adrianto, 2007).
Kondisi seperti penyebab masyarakat nelayan rentan terhadap serangan dari sosial,
politik dan ekonomi perubahan, serta ketidakmampuan nelayan untuk melawan intervensi
kapitalis, kehadiran pemangku kepentingan. Oleh karena itu, pada akhirnya, kemiskinan selalu
menjadi merek dagang untuk masyarakat nelayan (Razali, 2004).
Mirip dengan masalah pengelolaan sumber daya di wilayah pesisir di Indonesia,
Surabaya juga memiliki kompleks masalah di daerah pesisir (Bappeko Surabaya, 2011).
Surabaya yang dikenal sebagai pusat industri,

Halaman 2
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan
www.iiste.org
ISSN 2222-1700 (Paper) ISSN 2222-2855 (Online)
Vol.5, No.18, 2014
18

daerah komersial dan laut, memiliki peran penting dalam beberapa bagian Indonesia Timur
(Prihandrijanti dan Firdayati, 2011) dan menjadi pusat orientasi di Jawa Timur. Surabaya
berkembang pesat dari segi fisik dan konteks sosial-ekonomis dan memberikan beberapa dampak
terhadap lingkungan pesisir dan kehidupan masyarakat nelayan.
Nelayan di Surabaya adalah mereka yang tinggal di mengenai tingkat kesejahteraan dengan
tinggal kumuh (Pertanian Departemen Surabaya, 2012).
Melihat beberapa masalah terjadi di daerah pesisir yang berhubungan dengan nelayan
kemiskinan dan beberapa tekanan, para peneliti di sini menganggap bahwa ada harus efektif
mengelola, mengalokasikan dan memanfaatkan sumber daya di daerah pesisir berkelanjutan
sehingga kerentanan dan kerawanan masyarakat nelayan dapat dikurangi melalui model
komprehensif mengembangkan daerah pesisir mampu menampung semua aspek yang terkait
dengan berkelanjutan modal penghidupan dan akses rumah tangga nelayan.
2. METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan di daerah pesisir Timur Surabaya (Pamurbaya) yang merupakan daerah
utama nelayan pengembangan tinggal dengan potensi besar dari sumber daya seperti mangrove,
tanggul, unggas dan eco- fasilitas pariwisata (Nugrahanti dan Navastara, 2012).
Populasi dari penelitian ini adalah 624 rumah tangga nelayan tinggal di daerah
Pamurbaya di Kecamatan Bulak, 142 rumah tangga tinggal di Mulyorejo, 50 rumah tangga
tinggal di Sukolilo, 45 rumah tangga tinggal di Rungkut, 17 rumah tangga di Gunung Anyar dan
228 rumah tangga di Kenjeran (Departemen Pertanian, Surabaya, 2012). Jumlah sampel
ditentukan dengan metode purposive sampling dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling. Jumlah sampel merupakan hal penting dalam memperkirakan dan menginterpretasikan
hasil Structural Equation Modeling (SEM).
Menurut Ferdinand (2006), jumlah yang sesuai dari sampel adalah sekitar 100-200. Jika
sampel terlalu besar, misalnya lebih dari 400, metode yang akan 'sangat sensitif' sehingga akan
sulit untuk mendapatkan baik goodness of fit. Ferdinand (2006) juga menunjukkan bahwa
sampel minimum adalah 5 observasi untuk setiap estimasi parameter. Jumlah sampel adalah
mirip dengan indikator multipled oleh 5-10. Jika kita merujuk Kemungkinan Maksimum estimasi
(ML), jumlah sampel berasal dari 34 indikator dikalikan 5, dan dengan demikian sampel adalah
sekitar 170-200 responden.
Gambar 1. Wilayah Pesisir Kota Surabaya
(Sumber: Bappeko Surabaya 2011)

Analisis dan model mata pencaharian yang berkelanjutan based- pesisir Surabaya
pembangunan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) yang adalah sekelompok
teknik di mana tes variabel dependen dan independen adalah mungkin untuk eksis secara
bersamaan (Ferdinand, 2006) Model pembangunan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
teoritis. Pendekatan teoritis bertujuan memperoleh
pembenaran terhadap konsep-konsep yang dikembangkan dan dengan demikian model akhir
yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dan
kebenaran ilmiah. Mengenai ini, review sastra, eksplorasi hasil penelitian yang berkorelasi satu
sama lain dan
diskusi ahli 'adalah penting untuk dilakukan.
Prosedur analisis data adalah sejajar dengan langkah-langkah berikut membentuk model
persamaan struktural (Hair, 2006):
1) Uji diagram jalur

halaman 3
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan
www.iiste.org
ISSN 2222-1700 (Paper) ISSN 2222-2855 (Online)
Vol.5, No.18, 2014
19

2) Uji masing-masing variabel


3) Memilih matriks input dan model estimasi
3. HASIL DAN DISKUSI
Ada tujuh aspek yang digunakan untuk membentuk Pendekatan Sustainable Livelihood (SLA)
berbasis pesisir pembangunan daerah model:
1) Pesisir Berkelanjutan Pembangunan Daerah (Y2)
Duhari (2003) menulis bahwa indikator pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber
daya laut-keanekaragaman hayati harus minimal melibatkan 4 dimensi:
dimensi Ekonomi
Memancing sektor kontribusi terhadap keluarga nelayan (Y2.1)
Dimensi sosial
Budaya kerja; (Y2.2
dimensi Ekologi
Hal ini terkait dengan pengaruh aktivitas di daerah caoastal menuju ekosistem wilayah pesisir
degradasi; (Y2.3)
Pengaruh pengembangan kota ke arah degradasi pesisir (Y2.4)
dimensi Governance
Hal ini terkait dengan kebijakan di daerah pesisir; (Y2.5)
Hal ini terkait dengan transparation kebijakan dan partisipasi masyarakat (Y2.6)
2) Aset / Modal di Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan (SLA)
Menurut Bank Dunia (Mukherjee et al., 2002), studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
dinamika kehidupan miskin masyarakat dapat difokuskan pada aset pentagon rumah tangga
masyarakat miskin atau diakses bagi mereka, mereka Arel
(a) sumber daya yang buruk manusia rumah tangga, (b) aset sumber daya alam, (c) aset
keuangan, (d) aset fisik, dan (e)
sosial aset.
aset Manusia (X1)
Sehubungan dengan penelitian Claire (2005):
Pendidikan (X1.1)
Keterampilan (X1.2)
Social Media (X2)
Sehubungan dengan Muhammad (2012)
Budaya / tradisi / kebiasaan (X2.1)
Kelembagaan (X2.2)
Kekerabatan (X2.3)
Nature Asset (X3)
Mengacu Rabbance (2012) dan Claire, 2005)
Kepemilikan lahan (X3.1)
kapasitas Tanah (X3.2)
Kondisi Mangrove (X3.3)
produktivitas Perikanan (X3.4)
Aset Keuangan (X4)
Sehubungan dengan Claire (2005)
Penghasilan (X4.1)
Pengeluaran (X4.2)
Tabungan (X4.3)
Loan (X4.4)
Fisik Asset (X5)
Sehubungan dengan Claire (2005), Rabbance, 2012), dan Baker et al (2004)
Tersedianya listrik (X5.1)
Ketersediaan air bersih (X5.2)
Avalilability alat telecomonication (X5.3)
Ketersediaan Limbah Mengumpulkan Lokasi (X5.4)
Kondisi jalan (X5.5)
Kondisi Drainase (X5.6)
Vailability fasilitas transportasi (X5.7)
3) Access (Y1)
Masyarakat pemberdayaan rumah tangga dalam menghadapi kemiskinan perlu tujuh akses (akses
segi tujuh) (Muhammad, 2012). Selain itu, menurut Muhammad, akses segi tujuh Model
pemberdayaan merupakan implementasi

halaman 4
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan
www.iiste.org
ISSN 2222-1700 (Paper) ISSN 2222-2855 (Online)
Vol.5, No.18, 2014
20

perluasan pentagon Model pemberdayaan aset. Dengan kata lain, penanggulangan kemiskinan
comprehensvely multilevels multidimensi dan (Mukherjee, Hardjono dan Carriere, Bank Dunia,
2002).
Variabel akses mengacu pada model pemberdayaan akses segi tujuh menuju rumah
tangga nelayan skala kecil di mengatasi kemiskinan (Muhammad et al, 2007).
Akses Pendidikan / Sumber Daya Manusia (Y1.1)
Akses Alam (Y1.2)
Akses Sosial (Y1.3)
Akses Teknologi (Y1.4)
Akses Modal (Y1.5)
Akses kebijakan Politik (Y1.6)
Akses Pasar (Y1.7)
3.1. Analisis Faktor Konfirmatori
Analisis konfirmasi bertujuan untuk memastikan bahwa indikator baik digunakan dalam
mendefinisikan variabel laten yang diamati. Berdasarkan analisis konfirmatori endogen (Y) dan
ecsogen (X) variabel, dapat diperoleh hal-hal berikut:
a) Uji endogen Variabel (Y)
Bassed pada nilai probabilitas, dijelaskan bahwa semua indikator yang digunakan telah
didefinisikan variabel laten setiap Indikator karena memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari
alpha yang digunakan. Dari nilai probabilitas dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa variabel
akses rumah tangga nelayan (Y1) memiliki indikator yang valid dan dapat membentuk variabel
akses baik (Y1). Ini berarti bahwa indikator dari setiap variabel dari akses rumah tangga nelayan
merupakan indikator yang tepat untuk mengukur tingkat akses rumah tangga nelayan.
Setelah itu, variabel pembangunan berkelanjutan wilayah pesisir (Y2) memiliki indikator
yang valid dan dapat membentuk baik variabel pembangunan berkelanjutan wilayah pesisir (Y2).
Oleh karena itu, indikator daerah pesisir yang berkelanjutan pengkajian pembangunan telah
ditetapkan konteks pembangunan wilayah pesisir.
b) Uji Ecsogen Variabel (X)
Berdasarkan nilai probablitiy, dijelaskan bahwa semua indikator yang digunakan telah
mendefinisikan variabel laten setiap Indikator karena mereka memiliki nilai yang lebih kecil dari
probabilitas bahwa alpha digunakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa manusia variabel asset
(X1) memiliki indikator yang valid dan dapat membentuk baik indikator aset manusia. Selain itu,
aset sosial (X2), alam asset (X3), aset keuangan (X4) dan aset fisik (X5) variabel memiliki
indikator yang valid dan dapat membentuk baik setiap variabel aset.
3.2. Analisis Sustainable Livelihood Approach Berdasarkan-Coastal Development Area
Model
Model pembangunan berkelanjutan fungsi kawasan pesisir untuk mengukur korelasi
antara variabel Berkelanjutan Penghidupan Approach (SLA) terhadap variabel akses rumah
tangga nelayan miskin dan berkelanjutan mata pencaharian variabel pembangunan berbasis
wilayah pesisir. Sehubungan itu, itu menunjukkan bahwa ada berkorelasi pengaruh variabel SLA
terhadap strategi pembangunan berkelanjutan wilayah pesisir melalui struktur transformasi dan
proses. Namun, dijelaskan juga bahwa di sisi lain, harus ada akses dari SLA variabel untuk
menjalani proses transformasi menjadi pembangunan berkelanjutan dari daerah pesisir.
Dari gambar 2, hal ini dijelaskan bahwa pengembangan kawasan pesisir Surabaya secara
langsung dipengaruhi oleh lima aset dalam pendekatan penghidupan yang berkelanjutan seperti
aset manusia, aset sosial (X2), aset alam (X3), aset keuangan (X4) dan aset fisik (X5). Ini berarti
bahwa lebih baik lima aset penghidupan sustainblae pengembangan yang lebih baik dari Pesisir
Surabaya. Yang lain pergi sekitar, lebih buruk lima aset penghidupan sustainblae yang buruk
pengembangan kawasan pesisir Surabaya.
Gambar 2. Jalur Diagram Berkelanjutan Livelihood Approach Berdasarkan-
Pengembangan Model Pesisir

halaman 5
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan
www.iiste.org
ISSN 2222-1700 (Paper) ISSN 2222-2855 (Online)
Vol.5, No.18, 2014
21

Aset penghidupan yang berkelanjutan mempengaruhi diretcly akses rumah tangga


nelayan juga. Setiap aset secara langsung mempengaruhi pembangunan berkelanjutan wilayah
pesisir juga. Konsep logis teoritis menunjukkan bahwa manusia aset, aset sosial (X2), aset alam
(X3), aset keuangan (X4) dan aset fisik (X5) secara langsung dapat mempengaruhi untuk
digunakan dalam mengembangkan daerah pesisir sustainbly, namun harus tetap cukup diakses
menuju nelayan rumah tangga dalam memanfaatkan mereka. Hasil analisis telah terbukti konsep
teoritis di mana pengaruh langsung aset penghidupan yang berkelanjutan terhadap pembangunan
wilayah pesisir mirip dengan pengaruh langsung yang berkelanjutan aset penghidupan terhadap
akses rumah tangga nelayan. Dengan kata lain, dalam mempengaruhi perkembangan pesisir
daerah, aset mata pencaharian yang berkelanjutan ditentukan oleh jumlah nelayan acccess
householnd. Tanpa akses yang baik, aset tersebut akan kurang mendukung pengembangan
sustainbale pesisir.
4. REFERENSI
Adrianto, L. 2007. Pendekatan dan Perikanan Program Metodologi Evaluasi: Kualitatif
Partisipatif Modeling. Bogor: Pusat Studi Sumber Daya Naval Pesisir dan Laut, Pertanian
Institutoon Bogor. Pertanian Departemen Surabaya. 2012. Profil Perikanan di Surabaya.
Surabaya.
Cicin-Sain, Biliana. 1998. Pengumuman Workshop Internasional tentang Coastal Megacities.
Pusat untuk Studi Kebijakan Kelautan, Universitas Delaware.
Claire, Helen Quinn. 2005. Mengatasi Ketidakpastian Ecological di Semi-arid Tanzania:
Penghidupan, Risiko dan Lembaga ', Ph.D tesis, Universitas New York. Pengawas: Dr Jon Lovett
dan Dr Meg Huby. New York.
Pembangunan dan Perencanaan Departemen Surabaya. 2011. Rencana Strategis Wilayah Pesisir
Surabaya. Surabaya.
Ferdinand, A. 2006. Structural Equation Modeling (SEM) dalam Manajemen Penelitian.
Magister manajemen
Gelar Program Dipenogor University. Semarang.
Hall, Anthony dan James Midgley. 2004. Kebijakan ocial untuk Pembangunan. London: Sage
Publications Ltd
Kulindwa, Kassim., Kameri-Mbote, Patricia., Jennifer, Mohamed-Katerere., Chenje,
Munyaradzi., Dan
Sebukeera, Charles. 2008. Dimensi Manusia. Lingkungan untuk Pembangunan. UNEP.
Li, Haiqing. 2003. Pengelolaan pesisir mega-kota-tantangan baru di abad ke-21. Kelautan
Kebijakan 27
(2003) 333-337.
Muhammad, Sahri. 2012. Model Kemitraan Mengatasi Kemiskinan dan Perjanjian Lokal: Sosial,
Lingkungan dan Pendekatan Agama. Malang: UB Press. Malang.
Mukherjee, N. J, Hardjono & Carriere. E. 2002. Orang, Kemiskinan dan Mata Pencaharian: Link
untuk Berkelanjutan
Pengurangan Kemiskinan di Indonesia, Bank Dunia Kantor Jakarta DFID, Jakarta.
Neiland AE, dan Bene C, editor. 2004. Kemiskinan dan skala kecil perikanan di Afrika Barat '.
Dordrecht,
Belanda: Kluwer, Roma, Italia: FAO.
Nugrahanti, I. Mufida. dan Navastara, Ardy Maulidy. 2012. Eco-tourism Berdasarkan-Fisherman
Hotel
pembangunan di East Pesisir Surabaya. Jurnal Pomits Teknik Vol. 1, No. 1, 1-5.
Prihandrijanti, M. Dan Firdayati, M. 2011. Situasi dan pertimbangan dari Air Limbah Domestik
Sistem pengobatan untuk Kota Besar di Indonesia (Studi Kasus: Surabaya dan Bandung) '.
Journal of Air
Keberlanjutan, Vol. 1, Issue 2, 249-256.
Rabbanee, FK; Yasmin S., Haque, A, 2012. Perempuan Keterlibatan Dalam Pendekatan Rantai
Kering Ikan Nilai
Menuju Sustainable Livelihood, Australia Jurnal Bisnis dan Manajemen Penelitian Vol.1 No.12
(42-
58).
Razali, Ivan. 2004. Strategi Pesisir dan Laut Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmu
Kesejahteraan Sosial.
Strategi. Medan Vol. 3, No.2, 61-118.
Smith, T dan Doherty, M. 2006. suburbanisasi dari Australia pesisir. Makalah yang disiapkan
untuk 2006 Australia
Negara Komite Lingkungan, Departemen Lingkungan dan Warisan, Canberra.
Sriwinarti, Asih. 2005. Beberapa Karakteristik Umum Enam Kota Besar Pertumbuhan di
Indonesia Selama 1980-2000.
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Negara Berkembang Ekonomi Studi, halaman: 67-79.

halaman 6
IISTE adalah pelopor dalam Open-Access layanan dan acara akademik hosting yang
pengelolaan. Tujuan dari perusahaan adalah Mempercepat Knowledge Sharing global.
Informasi lebih lanjut tentang perusahaan dapat ditemukan pada homepage:
http://www.iiste.org
CALL FOR PAPERS JURNAL
Ada lebih dari 30 peer-review jurnal akademik host di bawah hosting
peron.
Calon penulis jurnal dapat menemukan instruksi penyerahan pada
halaman berikut: http://www.iiste.org/journals/ Semua jurnal artikel yang tersedia
online untuk para pembaca di seluruh dunia tanpa hambatan keuangan, hukum, atau teknis
selain yang tak terpisahkan dari mendapatkan akses ke internet itu sendiri. versi kertas
jurnal juga tersedia berdasarkan permintaan dari pembaca dan penulis.
SUMBER LEBIH
Informasi publikasi buku: http://www.iiste.org/book/
IISTE Berbagi Pengetahuan Partners
EBSCO, Indeks Copernicus, Periodicals Directory Ulrich, JournalTOCS, PKP Terbuka
Arsip Harvester, Bielefeld Akademik Search Engine, Elektronische
Zeitschriftenbibliothek EZB, Open J-Gate, OCLC WorldCat, Universe Digtial
Perpustakaan, NewJour, Google Scholar

Anda mungkin juga menyukai