PENANGGUNG JAWAB
dr. Desiana M.Ked (Clin Path), Sp.PK
TIM PENYUSUN
dr. Farid Bastian
dr. M.Syahreza
KONTRIBUTOR
Dekan FK Unaya
PD I FK Unaya
Ketua MEU FK Unaya
Ketua Lab Dasar FK Unaya
Seluruh Anggota MEU FK Unaya
Seluruh Tutor dan Instrukstur Praktikum FK Unaya
KATA PENGANTAR
i
Sistem pembelajaran dengan mengunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) di Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama adalah penerapan dari sistem
Kurikulum Berbasis kompetensi untuk pendidikan kedokteran dasar yang berpedoman
pada SK Menteri Kesehatan No. 1457/MOH/SK/X/2003. Metode PBL merupakan
metode yang telah digunakan sejak 1969 di sebagian besar Fakultas Kedokteran di
dunia, karena pendekatannya yang berpusat pada aktivitas belajar mandiri mahasiswa,
berdasarkan masalah nyata, intergratif, berorientasi pada masyarakat, pendekatan
klinis yang lebih dini, dan terstruktur dengan baik.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
TATA TERTIB.........................................................................................................................iv
KURIKULUM PEMBELAJARAN..........................................................................................1
II. GAMBARAN LEUKEMIA PADA SEL DARAH TEPI DAN SUMSUM TULANG....10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30
TATA TERTIB
PELAKSANAAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
iii
1. Penjadwalan kegiatan praktikum patologi klinik mengikuti jadwal yang telah
ditetapkan oleh ketua laboratorium dasar Fakultas Kedokteran Universitas
Abulyatama.
2. Mahasiswa wajib hadir tepat waktu. Toleransi keterlambatan hanya 10 menit.
Apabila peserta terlambat lebih dari 10 (lima) menit dari waktu yang telah
ditentukan, maka ia tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu
dan diwajibkan mengikuti praktikum pada hari lain (inhal untuk percobaan
tersebut).
3. Setiap mahasiswa yang mengikuti praktikum patologi klinik wajib berpakaian
rapi, yang meliputi:
Pria :
Memakai jas lab yang lengkap dengan nama dan NIM
Baju kemeja lengan panjang dan celana berbahan kain (No Jeans)
Memakai handscoon dan masker
Memakai sendal yang berpenutup
Rambut tidak boleh panjang
Wanita
Memakai jas lab yang lengkap dengan nama dan NIM
Baju Kemeja lengan panjang dan rok berbahan kain (No Jeans)
Memakai handscoon dan masker
Memakai sendal yang berpenutup
Tidak memakai perhiasan (gelang, kalung, cincin)
Tidak berdandan (make up) berlebihan
iv
ada, dan dengan mengirim surat permohonan praktikum inhal kepada
Koordinator Praktikum Patologi Klinik.
10. Apabila mahasiswa melanggar hal-hal yang telah diatur di atas, maka yang
bersangkutan dapat dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan
untuk melanjutkan praktikum pada hari itu. Kegiatan praktikum dinyatakan
batal dan tidak diizinkan untuk inhal.
11. Setiap mahasiswa wajib membuat buku laporan hasil praktikum yang
dikumpulkan 1 minggu setelah pertemuan terakhir dilaksanakan.
12. Mahasiswa wajib menjaga kebersihan ruangan dan alat-alat yang digunakan
pada saat praktikum.
13. Hal-hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran
praktikum akan diatur kemudian.
Ttd
v
KURIKULUM PEMBELAJARAN
PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
1
I. GAMBARAN ANEMIA PADA SEL DARAH TEPI DAN SUMSUM
TULANG
I.1. Prinsip : Pada keadaan anemia sel eritrosit akan memperlihatkan berbagai
morfologi bentuk, ukuran, warna dan peningkatan selularitas di sumsum
tulang.
2
KLASIFIKASI ANEMIA
A. Anemia Defisiensi
Karena kekurangan (defisiensi) zat gizi tertentu
B. Anemia Aplastik
Kekurangan produksi sel darah merah. Hal ini bisa terjadi bila sumsum
tulang
berhenti bekerja sehingga tidak cukup sel darah merah yang dibentuk
C. Anemia Hemoragik
Karena pengeluaran darah dari tubuh lewat pendarahan
D. Anemia Hemolitik
Karena penghancuran (destruksi) sel darah merah di dalam tubuh
PENYEBAB
Terdapat dua pendekatan untuk menentukan penyebab anemia1:
Pendekatan kinetik
Pendekatan ini didasarkan pada mekanisme yang berperan dalam turunnya
Hb.
Pendekatan morfologi
3
Pendekatan ini mengkategorikan anemia berdasarkan perubahan ukuran
eritrosit (Mean corpuscular volume/MCV) dan res-pons retikulosit.
Pendekatan Kinetik
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen:
o Berkurangnya produksi sel darah merah
o Meningkatnya destruksi sel darah merah
o Kehilangan darah.
4
Pendekatan Morfologi
Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia diklasifi kasikan menjadi
anemia makrositik (mean corpuscular volume / MCV > 100 fL) , anemia
mikrositik (MCV < 80 fL) dan anemia normositik (MCV 80-100 fL) .Gejala
klinis, parameter MCV, RDW (red cell distribution width), hitung retikulosit
dan morfologi apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk diagnosis penyebab
anemia.
5
Kelainan berdasarkan benda inklusi eritrosit; Bashopilic stipping,
Krista, Heinz bodies, Howell-jouy bodies, Pappenheimer bodies.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PENATALAKSANAAN
6
Terapi anemia sebaiknya dilakukan setelah didapat diagnosis pastinya dan
sesuai dengan indikasi yang jelas.
1. Terapi kegawat-daruratan, apabila anemia tersebut dikhawatirkan dapat
memicu payah jantung, sehingga harus ditransfusi segera dengan PRC (packed
red cells)
2. Terapi khas, khusus untuk terapi terhadap anemia jenis tertentu. Seperti ADB
dengan pemberian preparat besi, anemia megaloblastik dengan memberi asam
folat, dsb.
3. Terapi untuk mengobati penyakit dasar, untuk mencegah berlangsungnya
anemia berkepanjangan. Misalnya karena penyakit perdarahan haid, atasi dulu
penyakit perdarahannya, atau seperti penyakit cacing tambang, atasi dulu
penyakit tersebut.
4. Terapi ex juvantivus, yakni terapi yang diberikan sebelum ditegakkan
diagnosis pasti, namun dalam rangka menegakkan diagnosis tersebut. Terapi
ini harus dipantau dengan ketat, misalnya pada ADB, diberi preparat besi, jika
membaik berarti memang positif ADB, dsb.
7
I.7. Kesalahan yang mungkin terjadi
8
o Bilamana apusan darah sudah terlalu lama waktunya atau sedian
darah terlalu lama baru di lakukan apusan darah maka akan
menghasilkan interprestasi hasil yang salah.
9
II. GAMBARAN LEUKEMIA PADA SEL DARAH TEPI DAN SUMSUM
TULANG
10
Gambar 1. Gambaran Porliferasi abnormal sel di dalam sumsum tulang
ETIOLOGI
Faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia
yaitu:
1) Radiasi
Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
Para pegawai radiologi lebih beresiko untuk terkena
leukemia
Pasien yang menerima radioterapi beresiko terkena
leukemia
Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom
atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang
2) Faktor leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia:
11
adakalanya dikemudian hari mengembangkan leukemia.
Contohnya, obat-obat yang dikenal sebagai agen-agen
alkylating dihubungkan dengan pengembangan
leukemia bertahun-tahun kemudian.
3) Herediter
Penderita sindrom Down, suatu penyakit yang disebabkan oleh
kromosom-kromosom abnormal mungkin meningkatkan risiko
leukemia. Ia memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih
besar dari orang normal.
4) Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus
leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
PATOFISIOLOGI
12
KLASIFIKASI LEUKEMIA
2. Leukemia kronis
Berbeda dengan akut, leukemia kronis memiliki perjalanan
penyakit yang tidak begitu cepat, sehingga dapat dikatakan
bahwa waktu hidup penderita tanpa pengobatan dalam hitungan
samapi 5 tahun
13
Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih
dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda,
dan hampir tidak ada pada anak-anak. Sebagian besar leukosit
pasien di atas 50.000/L.
d. Leukemia mielositik kronis (LMK)
Sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-
anak, namun sangat sedikit. Leukosit dapat mencapai lebih dari
150.000/ L yang memerlukan pengobatan.
GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS LEUKEMIA
14
Pemeriksaan-pemeriksaan dan tes-tes mungkin termasuk yang berikut:
1. Pemeriksaan FisikDokter memeriksa pembengkakan nodus-
nodus getah bening, limpa, dan hati.
2. Tes-Tes DarahLaboratorium memeriksa tingkat sel-sel
darah. Leukemia menyebabkan suatu tingkatan sel-sel darah
putih yang sangat tinggi. Ia juga menyebabkan tingkatan-
tingkatan yang rendah dari platelet-platelet dan hemoglobin,
yang ditemukan didalam sel-sel darah merah. Lab juga
mungkin memeriksa darah untuk tanda-tanda bahwa leukemia
telah mempengaruhi hati dan ginjal-ginjal.
3. BiopsiDokter mengangkat beberapa sumsum tulang dari
tulang pinggul atau tulang besar lainnya. Seorang ahli patologi
memeriksa contoh dibahwah sebuah mikroskop. Pengangkatan
jaringan untuk mencari sel-sel kanker disebut suatu biopsi.
Suatu biopsi adalah cara satu-satunya yang pasti untuk
mengetahui apakah sel-sel leukemia ada didalam sumsum
tulang.
Ada dua cara dokter dapat memperoleh sumsum tulang.
Beberapa pasien-pasien akan mempunyai kedua-duanya
prosedur:
Bone marrow aspiration (Penyedotan sumsum
tulang): Dokter menggunakan sebuah jarum untuk
mengangkat contoh-contoh dari sumsum tulang.
Bone marrow biopsy (Biopsi Sumsum Tulang):
Dokter menggunakan suatu jarum yang sangat tebal
untuk mengangkat sepotong kecil dari tulang dan
sumsum tulang.
15
Gambar 2. Biopsi Sumsum Tulang
PENATALAKSANAAN
16
Penanganan penyakit leukemia biasanya dimulai dari gejala
yang muncul, seperti anemia, perdarahan dan infeksi. Secara garis
besar penanganan dan pengobatan leukemia bisa dilakukan dengan
tunggal ataupun gabungan dari beberapa metode dibawah ini:
1. Chemotherapy/intrathecal medications
2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang)
4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik
5. Transfusi sel darah merah atau platelet.
17
Gambar 4. Leukimia Limfositik Akut
18
Gambar 6. Leukimia Mieloblastik Akut
19
Gambar 8. Non-Hodgkin Limfoma
III.8 Prinsip:
Perdarahan buatan dibuat pada pembuluh darah lalu tetesan darah
diserap kertas saring setiap 30 detik. Dan dihitung waktu sampai
perdarahan berhenti.
3.3 DasarTeori :
Bleeding time adalah tes kasar hemostasis (penghentian perdarahan). Hal ini
menunjukkan seberapa baik trombosit berinteraksi dengan dinding
pembuluh darah untuk membentuk bekuan darah.
Bleeding time paling sering digunakan untuk mendeteksi cacat kualitatif
trombosit, seperti penyakit Von Willebrand. Tes ini membantu
mengidentifikasi orang yang memiliki disfungsi trombosit. Ini adalah
kemampuan darah untuk membeku setelah luka atau trauma.Biasanya,
trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah menyebabkan
gumpalan darah. Ada banyak faktor dalam mekanisme pembekuan, dan hal
tersebut diprakarsai oleh trombosit.
Uji waktu perdarahan atau bleeding time biasanya digunakan pada pasien
yang memiliki riwayat perdarahan berkepanjangan setelah terluka, atau yang
memiliki riwayat keturunan gangguan perdarahan.Selain itu, Uji waktu
perdarahan kadang-kadang dilakukan sebagai tes praoperasi untuk
menentukan respon perdarahan yang mungkin terjadi selama dan setelah
20
operasi. Namun, pasien yang tidak memiliki riwayat masalah perdarahan,
atau yang tidak memakai obat anti-inflamasi, uji waktu perdarahan biasanya
tidak diperlukan. Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien sebaiknya ditanya
terlebih dahulu mengenai obat yang sedang mereka konsumsi. Beberapa
obat akan mempengaruhi hasil tes waktu perdarahan. Obat-obat ini termasuk
antikoagulan, diuretik, obat anti kanker, sulfonamide, thiazide, aspirin,
danobat anti inflamasi.Tes ini juga dapat dipengaruhi oleh anemia
(kekurangan sel darah merah). Penggunaan aspirin dan obat-obat sejenisnya
adalah penyebab paling umum dari waktu perdarahan berkepanjangan, maka
penggunaannya harus dihentikan dua minggu sebelum pemeriksaan.
Ada 4 metode untuk melakukan tes perdarahan.Metode Ivy adalah cara yang
paling tradisional. Dalam metode Ivy, manset tekanan darah ditempatkan
pada lengan atas dan dipompa sampai 40 mmHg. Sebuah pisau bedah atau
lanset digunakan untuk membuat luka tusuk di bagian lengan bawah.Darah
tusukan dipilih sehingga tidak ada vena superfisial yang terluka. Vena,
karena ukurannya, memungkinkan memiliki waktu perdarahan lebih lama,
terutama pada orang dengan kelainan perdarahan.Setiap 30 detik, kertas
saring atau handuk kertas digunakan untuk menghisap darah.Tes ini selesai
ketika perdarahan telah berhenti sepenuhnya.
Tiga metode lainnya adalah template, template yang dimodifikasi,
danmetode Duke.Template dan metode template yang dimodifikasi adalah
variasi dari metode Ivy. Sebuah manset tekanan darah digunakan dan kulit
lengan bawah disiapkan seperti dalam metode Ivy.Sebuah template
ditempatkan di atas area yang akan ditusuk dan dua sayatan dibuat di lengan
menggunakan template sebagai penunjuk tempatnya. Perbedaan utama
antara template dan metode yang dimodifikasi adalah panjang dari
pemotongan dibuat. Untuk metode Duke, sebuah torehan dibuat di cuping
telinga atau ujung jari yang ditusuk sampai menyebabkan perdarahan.
Seperti dalam metode Ivy, tes ini dimulai dari awal sampai perdarahan
benar-benar berhenti. Kelemahan Metode Duke adalah bahwa tekanan pada
vena darah di daerah tusukan tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang
dapat diandalkan. Keuntungan metode Duke adalah tidak ada bekas luka
setelah pemeriksaan. Tidak ada persiapan khusus yang diperlukan dari
21
pasien untuk pemeriksaan ini. Area yang akan ditusuk harus dibersihkan
dengan alkohol 70%. Alkohol harus dibiarkan pada kulit cukup lama untuk
membunuh bakteri di daerah luka. Alkohol harus dibersihkan sebelum
menusuk lengan karena akan mempengaruhi hasil tes dengan menghambat
pembekuan. Hasil menunjukan abnormal dan harus dihentikan jika pasien
tidak menghentikan perdarahan dengan 20-30 menit. Waktu perdarahan yang
lebih lama bisa terjadi ketika fungsi normal trombosit terganggu, atau
jumlah trombosit yang rendah dalam darah. Sebuah waktu perdarahan lebih
lama dari normal dapat menunjukkan bahwa salah satu dari beberapa
kelainan hemostasis, termasuk berat trombositopenia, disfungsi trombosit,
cacat pembuluh darah, penyakit Von Willebrand, atau kelainan lainnya.
B. Metode Ivy
22
1. Bagian polar lengan bawah dibersihkan dengan kapas alkohol
70% dan dibiarkan hingga kering.
2. Manset Sphygmomanometer dikenakan pada lengan atas dan
dipompa sampai tekanan 40 mmHg.
3. Bagian polar lengan bawah ditusuk dengan lanset darah di
tempat kira-kira 3 jari dari lipatan siku.
4. Jika darah mulai keluar, stopwatch mulai dinyalakan.
5. Tetes darah yang keluar dihisap setiap 30 detik dengan
menggunakan kertas saring, dijaga supaya kertas tidak sampai
menekan kulit pada waktu menghisap darah.
6. Stopwatch dihentikan pada waktu darah tidak bisa dihisap lagi.
23
IV. CLOTTING TIME
Clotting Time adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku
atau waktu yang di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya
pembekuan. Hal ini menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi dengan
dinding pembuluh darah untuk membentuk pembekuan darah. Trombin waktu
membandingkan tingkat pasien pembentukan gumpalan dengan sampel dari
normal plasma dikumpulkan. Trombin yang ditambahkan pada sampel plasma.
Jika plasma tidak segera membeku, itu berarti kekurangan (fibrinogen kuantitatif)
atau cacat kualitatif (fibrinogen disfungsional).
24
4. Kalsium (faktor IV) , diperlukan untuk aktivasi protombin dan pembentukan
fibrin
5. Proacelerin (faktor V) merupakan akselator plasma globin (suatu faktor
palsma yang mempercepat konversi protombin menjadi trombin.
6. Koagulasi (Faktor VI) adalah bentuk aktif dari faktor 5.
7. Prokonvertin (faktor VII) adalah akselator konversi protombin serum ;suatu
faktor serum yang mempercepat konversi protombin.
8. Antihemofilik (faktor VIII) suatufaktor plasma yang berkaitan dengan faktor
III trombosit dan faktor christmas (IX), mengaktifasi protombin.
9. Komponen tromboplastin plasma ( christmas faktor IX) adalah faktor serum
yang berkaitan dengan faktor-faktor trombosit III dan VIII, mengaktiasi
protombin.
10. Stuart (faktor X) suatu faktor plasma dan serum, akselator konversi
protombin ; mengaktifkantrombokinase.
11. Tromboplastin plasma (faktor XI) adalah akselator pembentukantrombin.
12. Hagemen (faktor XII) adalah suatu faktor plasma mengaktifaasi faktorXI
Fibrin (faktor XIII) mengaktifasi bekuan fibrin yang lebih kuat.
25
5. Bersihkan dengan alkohol ujung jari yang ditusuk denganlanset, setelah semua
pekerjaan selesai.
26
V. LAJU ENDAP DARAH (LED)
5.1 Prinsip : Laju Endap Darah (LED) digunakan untuk mengukur kecepatan
sendimentasi/pengendapan sel darah merah di dalam plasma. Satuan LED
adalah mm/jam
5.2 Tujuan : Mahasiswa mampu memahami dan menghitung Laju Endap Darah
Alat :
1. Pipet Westergen
2. Rak Pipet Westergen
3. Tabung EDTA
4. Spuit 3 cc
5. Kapas Alkohol
Bahan:
1. Darah vena
2. Serbuk EDTA
27
5.5 Cara Kerja
Nilai normal:
Laki-laki : 0 20 mm/jam
Perempuan : 0 15 mm/jam
28
DAFTAR PUSTAKA
29