Anda di halaman 1dari 34

BLOK VII : HEMATOLIMFOPOETIK

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM


Edisi Pertama

PENANGGUNG JAWAB
dr. Desiana M.Ked (Clin Path), Sp.PK

TIM PENYUSUN
dr. Farid Bastian
dr. M.Syahreza

KONTRIBUTOR
Dekan FK Unaya
PD I FK Unaya
Ketua MEU FK Unaya
Ketua Lab Dasar FK Unaya
Seluruh Anggota MEU FK Unaya
Seluruh Tutor dan Instrukstur Praktikum FK Unaya

Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

KATA PENGANTAR

i
Sistem pembelajaran dengan mengunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) di Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama adalah penerapan dari sistem
Kurikulum Berbasis kompetensi untuk pendidikan kedokteran dasar yang berpedoman
pada SK Menteri Kesehatan No. 1457/MOH/SK/X/2003. Metode PBL merupakan
metode yang telah digunakan sejak 1969 di sebagian besar Fakultas Kedokteran di
dunia, karena pendekatannya yang berpusat pada aktivitas belajar mandiri mahasiswa,
berdasarkan masalah nyata, intergratif, berorientasi pada masyarakat, pendekatan
klinis yang lebih dini, dan terstruktur dengan baik.

Tujuan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi ini adalah menghasilkan dokter


berorientasikan pada dokter keluarga yang mampu berkerja profesional dalam
melayani masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, peta kurikulum Fakultas
Kedokteran Unaya yang dibuat pada tahun 2013 meletakkan BLOK
HEMATOLIMFOPOETIK sebagai bagian dari tema tahun kedua pada semester 3
(tiga).

Seluruh rangkaian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang


menyeluruh bagi mahasiswa untuk melanjutkan pada blok berikutnya yang lebih
kompleks. Dengan selesai blok ini mahasiswa diharapkan akan mampu
mengaplikaskan secara klinis.

Semoga Seluruh mahasiswa dan civitas Akademika pada umumnya dapat


mengambil manfaat yang maksimal dari blok ini.

Lampoh Keudee, September 2016


Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama

dr. Feriyani Sp.M

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

TATA TERTIB.........................................................................................................................iv

KURIKULUM PEMBELAJARAN..........................................................................................1

I. GAMBARAN ANEMIA PADA SEL DARAH TEPI DAN SUMSUM TULANG...........2

II. GAMBARAN LEUKEMIA PADA SEL DARAH TEPI DAN SUMSUM TULANG....10

III. BLEEDING TIME..........................................................................................................21

IV. CLOTTING TIME..........................................................................................................25

V. LAJU ENDAP DARAH (LED)......................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30

TATA TERTIB
PELAKSANAAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

iii
1. Penjadwalan kegiatan praktikum patologi klinik mengikuti jadwal yang telah
ditetapkan oleh ketua laboratorium dasar Fakultas Kedokteran Universitas
Abulyatama.
2. Mahasiswa wajib hadir tepat waktu. Toleransi keterlambatan hanya 10 menit.
Apabila peserta terlambat lebih dari 10 (lima) menit dari waktu yang telah
ditentukan, maka ia tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu
dan diwajibkan mengikuti praktikum pada hari lain (inhal untuk percobaan
tersebut).
3. Setiap mahasiswa yang mengikuti praktikum patologi klinik wajib berpakaian
rapi, yang meliputi:
Pria :
Memakai jas lab yang lengkap dengan nama dan NIM
Baju kemeja lengan panjang dan celana berbahan kain (No Jeans)
Memakai handscoon dan masker
Memakai sendal yang berpenutup
Rambut tidak boleh panjang

Wanita
Memakai jas lab yang lengkap dengan nama dan NIM
Baju Kemeja lengan panjang dan rok berbahan kain (No Jeans)
Memakai handscoon dan masker
Memakai sendal yang berpenutup
Tidak memakai perhiasan (gelang, kalung, cincin)
Tidak berdandan (make up) berlebihan

4. Mahasiswa wajib membawa buku penuntun praktikum dan mengikuti pretest


sebelum praktikum dimulai.
5. Mahasiswa tidak diperkenankan membawa barang-barang ke dalam
laboratorium kecuali untuk kepentingan praktikum. Barang yang tidak
dipergunakan harus dimasukkan ke dalam locker yang telah disediakan.
6. Setiap mahasiswa harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan
tertib, tenang dan teratur. Selama mengikuti praktikum, mahasiswa harus
bersikap sopan, baik dalam berbicara maupun bergaul.
7. Setiap mahasiswa harus mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam
keadaan bersih dan kering.
8. Setiap mahasiswa harus melaksanakan semua percobaan praktikum dan
mematuhi budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
9. Bagi mereka yang tidak mengikuti praktikum pada hari yang telah terjadwal,
diperbolehkan inhal (menunda praktikum) apabila memenuhi persyaratan yang

iv
ada, dan dengan mengirim surat permohonan praktikum inhal kepada
Koordinator Praktikum Patologi Klinik.
10. Apabila mahasiswa melanggar hal-hal yang telah diatur di atas, maka yang
bersangkutan dapat dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan
untuk melanjutkan praktikum pada hari itu. Kegiatan praktikum dinyatakan
batal dan tidak diizinkan untuk inhal.
11. Setiap mahasiswa wajib membuat buku laporan hasil praktikum yang
dikumpulkan 1 minggu setelah pertemuan terakhir dilaksanakan.
12. Mahasiswa wajib menjaga kebersihan ruangan dan alat-alat yang digunakan
pada saat praktikum.
13. Hal-hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran
praktikum akan diatur kemudian.

Koord. Laboratorium Patologi Klinik

Ttd

dr. Desiana M.Ked (Clin Path),Sp. PK

v
KURIKULUM PEMBELAJARAN
PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

SEMESTER BLOK NAMA BLOK MATERI PRAKTIKUM JUMLAH


PERTEMUAN
2 BLOK MEKANISME DASAR PENYAKIT 1. Pemeriksaan Hb Sahli 3x
6 2. Hitung jumlah Leukosit, Eritrosit, Trombosit
3. Hitung Jenis Sel Leukosit
3 BLOK GANGGUAN 1. Pemeriksaan Lanjut Endap Darah 3x
7 HEMATOLIMFOITIK 2. Pemeriksaan Clotting Time
3. Pemeriksaan Bleeding Time
4. Gambaran Anemia pada apusan Darah Tepi dan
Sumsum Tulang
5. Gambaran Leukemia pada Apusan Daran Tepi dan
Sumsum Tulang
5 BLOK GANGGUAN ENDOKRIN DAN 1. Glukotest 2x
13 METABOLISME SERTA GIZI 2. Penetapan Kuantitatif Glukosa Urine
KLINIK
BLOK GANGGUAN 1. Pemeriksaan Bilirubin Urine 2x
14 GASTROINTESTINAL DAN 2. Pemeriksaan Urobilin Urine
HEPATOPANKREOBILIER
BLOK GANGGUAN Pemeriksaan Protein Urine 2x
15 UROGENITAL
6 BLOK GANGGUAN Analisa Sperma 2x
16 REPRODUKSI
7 BLOK PENGELOLAAN PENYAKIT Pemeriksaan Feses Rutin 2x
19 TROPIS

1
I. GAMBARAN ANEMIA PADA SEL DARAH TEPI DAN SUMSUM
TULANG

I.1. Prinsip : Pada keadaan anemia sel eritrosit akan memperlihatkan berbagai
morfologi bentuk, ukuran, warna dan peningkatan selularitas di sumsum
tulang.

I.2. Tujuan : Mahasiswa mampu mengenal dan menjelaskan gambaran sel-sel


darah tepi dan sumsum tulang pada keadaan anemia.

I.3. Landasan Teori :

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel


darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah
merah. Anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di
bawah 12 g% pada wanita (WHO). Anemia merupakan gejala dan tanda
penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya agar dapat diterapi dengan
tepat. Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme
independen yaitu berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya
destruksi sel darah merah dan kehilangan darah. Gejala anemia disebabkan
karena berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan atau adanya hipovolemia.
Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan
terjadinya anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan
pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi
mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen. Gejala anemia disebabkan oleh 2
faktor:
Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan
masif )

2
KLASIFIKASI ANEMIA
A. Anemia Defisiensi
Karena kekurangan (defisiensi) zat gizi tertentu
B. Anemia Aplastik
Kekurangan produksi sel darah merah. Hal ini bisa terjadi bila sumsum
tulang
berhenti bekerja sehingga tidak cukup sel darah merah yang dibentuk
C. Anemia Hemoragik
Karena pengeluaran darah dari tubuh lewat pendarahan
D. Anemia Hemolitik
Karena penghancuran (destruksi) sel darah merah di dalam tubuh

PENYEBAB
Terdapat dua pendekatan untuk menentukan penyebab anemia1:
Pendekatan kinetik
Pendekatan ini didasarkan pada mekanisme yang berperan dalam turunnya
Hb.
Pendekatan morfologi

3
Pendekatan ini mengkategorikan anemia berdasarkan perubahan ukuran
eritrosit (Mean corpuscular volume/MCV) dan res-pons retikulosit.

Pendekatan Kinetik
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen:
o Berkurangnya produksi sel darah merah
o Meningkatnya destruksi sel darah merah
o Kehilangan darah.

Berkurangnya produksi sel darah merah


Anemia disebabkan karena kecepatan produksi sel darah merah lebih
rendah dari destruksinya.
Penyebab berkurangnya produksi sel darah merah:
o Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat; dapat disebabkan oleh
kekurangan diet, malaborpsi (anemia pernisiosa, sprue) atau
kehilangan darah (defi siensi Fe)
o Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, pure red cell aplasia,
mielodisplasia, infiltrasi tumor)
o Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi, radiasi)
o Rendahnya trophic hormone untuk sti-mulasi produksi sel darah merah
(eritro-poietin pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroidisme] dan
androgen [hipogonadisme])
o Anemia penyakit kronis/anemia inflamasi, yaitu anemia dengan
karakteristik berkurangnya Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena
berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastrointestinal dan
berkurangnya pelepasan Fe dari makrofag, berkurangnya kadar
eritropoietin (relatif ) dan sedikit berkurangnya masa hidup erirosit.

Peningkatan Destruksi Sel Darah Merah


Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena
berkurangnya masa hidup sel darah merah (kurang dari 100 hari). Pada
keadaan normal, umur sel darah merah 110- 120 hari.2 Anemia hemolitik
terjadi bila sumsum tulang tidak dapat mengatasi kebutuhan untuk menggganti
lebih dari 5% sel darah merah/hari yang berhubungan dengan masa hidup sel
darah merah kira-kira 20 hari

4
Pendekatan Morfologi
Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia diklasifi kasikan menjadi
anemia makrositik (mean corpuscular volume / MCV > 100 fL) , anemia
mikrositik (MCV < 80 fL) dan anemia normositik (MCV 80-100 fL) .Gejala
klinis, parameter MCV, RDW (red cell distribution width), hitung retikulosit
dan morfologi apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk diagnosis penyebab
anemia.

Kelainan sel eritrosit dapat digolongkan menjadi :


Kelainan berdasarkan ukuran eritrosit; Normosit (6,2-8,2 Nm);
Makrosit (>8,2 Nm); Mikrosit (<6,2 Nm); Anisositosis.
Kelainan berdasarkan bentuk eritrosit; Evalosit, Sferosit, Schistocyte,
Teardrop cells (dacrocytes), Blister cells, Acantocyte / Burr cells, Sikle
cells (Drepanocytes), Stomatocyte, Target cells.
Kelainan berdasarkan warna eritrosit; Hipokrom, Hiperkrom,
Anisokromasia, Polikromasia.

5
Kelainan berdasarkan benda inklusi eritrosit; Bashopilic stipping,
Krista, Heinz bodies, Howell-jouy bodies, Pappenheimer bodies.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Tes penyaring. Untuk memastikan adanya anemia dan morfologi anemia


tersebut. Meliputi kadar hemoglobin, apusan darah tepi dan indeks eritrosit
(MCV, MCH dan MCHC)
2. Pemeriksaan rutin. Untuk melihat kelainan leukosit dan trombosit. Meliputi:
laju endap darah, hitung diferensial dan retikulosit. Pemeriksaan sumsum
tulang, dengan biopsy ataupun aspirasi.
3. Pemeriksaan atas indikasi khusus. Untuk memastikan diagnosis. Misalnya tes
serum iron, TIBC (total iron binding capacity), saturasi transferin dan feritin
serum pada Anemia defisiensi besi; tes asam folat dan vit B12 pada anemia
megaloblastik, dsb.

PENATALAKSANAAN

6
Terapi anemia sebaiknya dilakukan setelah didapat diagnosis pastinya dan
sesuai dengan indikasi yang jelas.
1. Terapi kegawat-daruratan, apabila anemia tersebut dikhawatirkan dapat
memicu payah jantung, sehingga harus ditransfusi segera dengan PRC (packed
red cells)
2. Terapi khas, khusus untuk terapi terhadap anemia jenis tertentu. Seperti ADB
dengan pemberian preparat besi, anemia megaloblastik dengan memberi asam
folat, dsb.
3. Terapi untuk mengobati penyakit dasar, untuk mencegah berlangsungnya
anemia berkepanjangan. Misalnya karena penyakit perdarahan haid, atasi dulu
penyakit perdarahannya, atau seperti penyakit cacing tambang, atasi dulu
penyakit tersebut.
4. Terapi ex juvantivus, yakni terapi yang diberikan sebelum ditegakkan
diagnosis pasti, namun dalam rangka menegakkan diagnosis tersebut. Terapi
ini harus dipantau dengan ketat, misalnya pada ADB, diberi preparat besi, jika
membaik berarti memang positif ADB, dsb.

I.4. Alat dan Bahan :


a. Alat : slide apusan darah tepi dan sumsum tulang, kaca penutup
objek glass, mikroskop
b. Bahan : emersi oil

I.5. Cara Kerja


1) Letakkan slide apusan darah tepi di bawah mikroskop.
2) Dengan menggunakan pembesaran 10x untuk menetukan objek.
3) Selanjutnya dengan pembesaran 100x untuk melihat morfologinya.

I.6. Interprestasi Hasil

7
I.7. Kesalahan yang mungkin terjadi

8
o Bilamana apusan darah sudah terlalu lama waktunya atau sedian
darah terlalu lama baru di lakukan apusan darah maka akan
menghasilkan interprestasi hasil yang salah.

9
II. GAMBARAN LEUKEMIA PADA SEL DARAH TEPI DAN SUMSUM
TULANG

II.8 Prinsip : Pada penderita leukemia maka akan menghasilkan morfologi


sel leukosit yang berbeda sesuai jenis dan kondisi pasien leukemia.

II.9 Tujuan : Mahasiswa mampu mengenal dan menjelaskan gambaran sel-


sel darah tepi dan sumsum tulang pada keadaan leukemia sesuai
klasifikasi leukemia.

II.10 Landasan Teori :


Leukemia berasal dari kata Yunani leukos-putih, haima-darah.
Leukemia adalah kanker yang mulai di sel-sel darah. Penyakit ini
terjadi ketika sel darah memiliki sifat kanker yaitu membelah tidak
terkontrol dan mengganggu pembelahan sel darah normal. Leukemia
(kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Pada kondisi leukemia, sel darah putih tidak merespon signal
yang dikirim oleh tubuh, sehingga sel-sel pembentuk darah pada
sumsum tulang dan jaringan limfoid memperbanyak diri secara tidak
normal atau mengalami transformasi maligna. Sel-sel normal pada
sumsum tulang diganti dengan sel abnormal yang kemudian keluar dari
sumsum dan ditemukan di dalam darah. Sel leukemia ini
mempengaruhi hematopoiesis (pembentukan sel darah normal) dan
imunitas tubuh penderita. Sel leukemia menghasilkan FGFs
(Fibroblast Growth Factors) yang mengacaukan fungsi autokrin dan
parakrin pada sumsum tulang dan menstimulasi produksi sitokin oleh
sel stroma dan endotelium. FGFs juga mengacaukan variasi tipe sel
mesodermal dan neuroectodermal yang berakibat perubahan
proliferasi, pergerakan, ketahanan dan diferensiasi sel. FGFs
mengacaukan aktivitas tersebut dengan berikatan pada reseptor protein
kinase dan permukaan sel heparan sulfate proteoglycans. Sehingga
penderita mudah terkena infeksi, anemia dan pendarahan akibat
gangguan pembentukan darah.

10
Gambar 1. Gambaran Porliferasi abnormal sel di dalam sumsum tulang

ETIOLOGI
Faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia
yaitu:
1) Radiasi
Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
Para pegawai radiologi lebih beresiko untuk terkena
leukemia
Pasien yang menerima radioterapi beresiko terkena
leukemia
Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom
atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang
2) Faktor leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia:

Racun lingkungan seperti benzena Paparan pada


tingkat-tingkat yang tinggi dari benzene pada tempat
kerja dapat menyebabkan leukemia
Bahan kimia industri seperti insektisida dan
Formaldehyde.
Obat untuk kemoterapi Pasien-pasien kanker yang
dirawat dengan obat-obat melawan kanker tertentu

11
adakalanya dikemudian hari mengembangkan leukemia.
Contohnya, obat-obat yang dikenal sebagai agen-agen
alkylating dihubungkan dengan pengembangan
leukemia bertahun-tahun kemudian.
3) Herediter
Penderita sindrom Down, suatu penyakit yang disebabkan oleh
kromosom-kromosom abnormal mungkin meningkatkan risiko
leukemia. Ia memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih
besar dari orang normal.

4) Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus
leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.

PATOFISIOLOGI

Lekemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum


tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel
darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel lekemia
memblok produksi sel darah putih yang normal , merusak kemampuan
tubuh terhadap infeksi. Sel lekemia juga merusak produksi sel darah
lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut
berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi
sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke
arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan
kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks).
Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom) mengganggu
pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak
terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai
sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa
menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal dan otak.

12
KLASIFIKASI LEUKEMIA

Berdasarkan kecepatan perkembangannya, leukemia dibagi menjadi 2,


yaitu:
1. Leukemia Akut
Perjalanan penyakit pada leukemia akut sangat cepat,
mematikan dan memburuk. Dapat dikatakan waktu hidup
penderita tanpa pengobatan hanya dalam hitungan minggu
bahkan hari. Leukemia kaut merupakan akibat dari terjadinya
komplikasi pada neoplasma hematopoietik secara umum.

2. Leukemia kronis
Berbeda dengan akut, leukemia kronis memiliki perjalanan
penyakit yang tidak begitu cepat, sehingga dapat dikatakan
bahwa waktu hidup penderita tanpa pengobatan dalam hitungan
samapi 5 tahun

Berdasarkan jenis sel kanker, leukemia diklaifikasikan menjadi 2 jenis,


yaitu:
1. Myelocytic/Myelogeneus leukemia
Sel kanker yang berasal dari sel darah merah, granulocytes,
macrophages dan keping darah.
2. Lymphocytic leukemia
Sel kanker yang berasal dari lymphocyte cell.

Berdasarkan kedua klasifikasi di atas, maka leukemia dibagi menjadi 4


macam, yaitu:
a. Leukemia limfositik akut (LLA).
Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak.
Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah
berumur 65 tahun atau lebih.

b. Leukemia mielositik akut (LMA).


Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe
ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
c. Leukemia limfositik kronis (LLK).

13
Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih
dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda,
dan hampir tidak ada pada anak-anak. Sebagian besar leukosit
pasien di atas 50.000/L.
d. Leukemia mielositik kronis (LMK)
Sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-
anak, namun sangat sedikit. Leukosit dapat mencapai lebih dari
150.000/ L yang memerlukan pengobatan.

GEJALA KLINIS

Gejala-gejala umum dari leukemia:


- Demam-demam atau keringat-keringat waktu malam
- Infeksi-infeksi yang seringkali
- Perasaan lemah atau lelah
- Sakit kepala
- Perdarahan dan mudah memar (gusi-gusi yang berdarah, tanda-
tanda keungu-unguan pada kulit, atau titik-titik merah yang
kecil dibawah kulit)
- Nyeri pada tulang-tulang atau persendian-persendian
- Pembengkakan atau ketidakenakan pada perut (dari suatu
pembesaran limpa)
- Pembengkakan nodus-nodus getah bening, terutama pada leher
atau ketiak
- Kehilangan berat badan
Gejala-gejala semacam ini bukanlah tanda-tanda yang pasti dari
leukemia. Suatu infeksi atau persoalan lain juga dapat menyebabkan
gejala-gejala ini. Siapa saja dengan gejala-gejala ini harus
mengunjungi dokter sesegera mungkin.

DIAGNOSIS LEUKEMIA

Jika seseorang mempunyai gejala-gejala yang menyarankan


leukemia, dokter mungkin melakukan suatu pemeriksaan fisik dan
menanyakan tentang sejarah medis pribadi pasien dan keluarga. Dokter
juga mungkin meminta tes-tes laboratorium, terutama tes-tes darah.

14
Pemeriksaan-pemeriksaan dan tes-tes mungkin termasuk yang berikut:
1. Pemeriksaan FisikDokter memeriksa pembengkakan nodus-
nodus getah bening, limpa, dan hati.
2. Tes-Tes DarahLaboratorium memeriksa tingkat sel-sel
darah. Leukemia menyebabkan suatu tingkatan sel-sel darah
putih yang sangat tinggi. Ia juga menyebabkan tingkatan-
tingkatan yang rendah dari platelet-platelet dan hemoglobin,
yang ditemukan didalam sel-sel darah merah. Lab juga
mungkin memeriksa darah untuk tanda-tanda bahwa leukemia
telah mempengaruhi hati dan ginjal-ginjal.
3. BiopsiDokter mengangkat beberapa sumsum tulang dari
tulang pinggul atau tulang besar lainnya. Seorang ahli patologi
memeriksa contoh dibahwah sebuah mikroskop. Pengangkatan
jaringan untuk mencari sel-sel kanker disebut suatu biopsi.
Suatu biopsi adalah cara satu-satunya yang pasti untuk
mengetahui apakah sel-sel leukemia ada didalam sumsum
tulang.
Ada dua cara dokter dapat memperoleh sumsum tulang.
Beberapa pasien-pasien akan mempunyai kedua-duanya
prosedur:
Bone marrow aspiration (Penyedotan sumsum
tulang): Dokter menggunakan sebuah jarum untuk
mengangkat contoh-contoh dari sumsum tulang.
Bone marrow biopsy (Biopsi Sumsum Tulang):
Dokter menggunakan suatu jarum yang sangat tebal
untuk mengangkat sepotong kecil dari tulang dan
sumsum tulang.

15
Gambar 2. Biopsi Sumsum Tulang

4. CytogeneticsLab melihat pada kromosom-kromosom dari


sel-sel dari contoh-contoh dari peripheral blood, sumsum
tulang, atau nodus-nodus getah bening.
5. Spinal tapDokter mengangkat beberapa dari cairan
cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang-ruang di dan sekitar
otak dan sumsum tulang belakang). Dokter menggunakan suatu
jarum panjang yang kecil untuk mengangkat cairan dari kolom
tulang belakang (spinal column). Prosedur memakan waktu
kira-kira 30 menit dan dilaksanakan dengan pembiusan lokal.
Pasien harus terbaring untuk beberapa jam setelahnya untuk
mempertahankannya dari mendapat sakit kepala. Lab
memeriksa cairan untuk sel-sel leukemia dan tanda-tanda lain
dari persoalan-persoalan.

PENATALAKSANAAN

16
Penanganan penyakit leukemia biasanya dimulai dari gejala
yang muncul, seperti anemia, perdarahan dan infeksi. Secara garis
besar penanganan dan pengobatan leukemia bisa dilakukan dengan
tunggal ataupun gabungan dari beberapa metode dibawah ini:

1. Chemotherapy/intrathecal medications
2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang)
4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik
5. Transfusi sel darah merah atau platelet.

II.11 Alat dan Bahan :


a. Alat : slide apusan darah tepi dan sumsum tulang, kaca penutup objek
glass, mikroskop.
b. Bahan ; emersi oil

II.12 Cara Kerja


1) Lihat slide apusan darah tepi dengan menggunakan mikroskop.
2) Dengan menggunakan pembesaran 10x untuk menentukan
objek.
3) Selanjutnya dengan pembesaran 100x untuk melihat
morfologinya.

I.8 Interprestasi Hasil

Gambar 3. Gambaran Leukemia secara umum

17
Gambar 4. Leukimia Limfositik Akut

Gambar 5. Leukimia Limfositik Kronik

18
Gambar 6. Leukimia Mieloblastik Akut

Gambar 7. Leukimia Mieloblastik Kronik

19
Gambar 8. Non-Hodgkin Limfoma

II.13 Kesalahan yang mungkin terjadi


Bilamana apusan darah sudah terlalu lama waktunya atau sedian darah
terlalu lama baru di lakukan apusan darah maka akan menghasilkan
interprestasi hasil yang salah.

III. BLEEDING TIME


I.8 Tujuan
Untuk mengetahui waktu yang diperlukan pada perdarahan buatan
sampai tidak terjadi lagi perdarahan. Percobaan ini untuk mengukur
faktor vaskuler dan fungsi trombosit dalam hemostasis.

III.8 Prinsip:
Perdarahan buatan dibuat pada pembuluh darah lalu tetesan darah
diserap kertas saring setiap 30 detik. Dan dihitung waktu sampai
perdarahan berhenti.

3.3 DasarTeori :
Bleeding time adalah tes kasar hemostasis (penghentian perdarahan). Hal ini
menunjukkan seberapa baik trombosit berinteraksi dengan dinding
pembuluh darah untuk membentuk bekuan darah.
Bleeding time paling sering digunakan untuk mendeteksi cacat kualitatif
trombosit, seperti penyakit Von Willebrand. Tes ini membantu
mengidentifikasi orang yang memiliki disfungsi trombosit. Ini adalah
kemampuan darah untuk membeku setelah luka atau trauma.Biasanya,
trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah menyebabkan
gumpalan darah. Ada banyak faktor dalam mekanisme pembekuan, dan hal
tersebut diprakarsai oleh trombosit.
Uji waktu perdarahan atau bleeding time biasanya digunakan pada pasien
yang memiliki riwayat perdarahan berkepanjangan setelah terluka, atau yang
memiliki riwayat keturunan gangguan perdarahan.Selain itu, Uji waktu
perdarahan kadang-kadang dilakukan sebagai tes praoperasi untuk
menentukan respon perdarahan yang mungkin terjadi selama dan setelah
20
operasi. Namun, pasien yang tidak memiliki riwayat masalah perdarahan,
atau yang tidak memakai obat anti-inflamasi, uji waktu perdarahan biasanya
tidak diperlukan. Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien sebaiknya ditanya
terlebih dahulu mengenai obat yang sedang mereka konsumsi. Beberapa
obat akan mempengaruhi hasil tes waktu perdarahan. Obat-obat ini termasuk
antikoagulan, diuretik, obat anti kanker, sulfonamide, thiazide, aspirin,
danobat anti inflamasi.Tes ini juga dapat dipengaruhi oleh anemia
(kekurangan sel darah merah). Penggunaan aspirin dan obat-obat sejenisnya
adalah penyebab paling umum dari waktu perdarahan berkepanjangan, maka
penggunaannya harus dihentikan dua minggu sebelum pemeriksaan.
Ada 4 metode untuk melakukan tes perdarahan.Metode Ivy adalah cara yang
paling tradisional. Dalam metode Ivy, manset tekanan darah ditempatkan
pada lengan atas dan dipompa sampai 40 mmHg. Sebuah pisau bedah atau
lanset digunakan untuk membuat luka tusuk di bagian lengan bawah.Darah
tusukan dipilih sehingga tidak ada vena superfisial yang terluka. Vena,
karena ukurannya, memungkinkan memiliki waktu perdarahan lebih lama,
terutama pada orang dengan kelainan perdarahan.Setiap 30 detik, kertas
saring atau handuk kertas digunakan untuk menghisap darah.Tes ini selesai
ketika perdarahan telah berhenti sepenuhnya.
Tiga metode lainnya adalah template, template yang dimodifikasi,
danmetode Duke.Template dan metode template yang dimodifikasi adalah
variasi dari metode Ivy. Sebuah manset tekanan darah digunakan dan kulit
lengan bawah disiapkan seperti dalam metode Ivy.Sebuah template
ditempatkan di atas area yang akan ditusuk dan dua sayatan dibuat di lengan
menggunakan template sebagai penunjuk tempatnya. Perbedaan utama
antara template dan metode yang dimodifikasi adalah panjang dari
pemotongan dibuat. Untuk metode Duke, sebuah torehan dibuat di cuping
telinga atau ujung jari yang ditusuk sampai menyebabkan perdarahan.
Seperti dalam metode Ivy, tes ini dimulai dari awal sampai perdarahan
benar-benar berhenti. Kelemahan Metode Duke adalah bahwa tekanan pada
vena darah di daerah tusukan tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang
dapat diandalkan. Keuntungan metode Duke adalah tidak ada bekas luka
setelah pemeriksaan. Tidak ada persiapan khusus yang diperlukan dari

21
pasien untuk pemeriksaan ini. Area yang akan ditusuk harus dibersihkan
dengan alkohol 70%. Alkohol harus dibiarkan pada kulit cukup lama untuk
membunuh bakteri di daerah luka. Alkohol harus dibersihkan sebelum
menusuk lengan karena akan mempengaruhi hasil tes dengan menghambat
pembekuan. Hasil menunjukan abnormal dan harus dihentikan jika pasien
tidak menghentikan perdarahan dengan 20-30 menit. Waktu perdarahan yang
lebih lama bisa terjadi ketika fungsi normal trombosit terganggu, atau
jumlah trombosit yang rendah dalam darah. Sebuah waktu perdarahan lebih
lama dari normal dapat menunjukkan bahwa salah satu dari beberapa
kelainan hemostasis, termasuk berat trombositopenia, disfungsi trombosit,
cacat pembuluh darah, penyakit Von Willebrand, atau kelainan lainnya.

I.8 Alat dan Bahan:


1. Blood Lanset
2. Autoclick
3. Tensimeter
4. Stopwatch
5. Darah kapiler/pembuluh kapiler
6. Alkohol 70%
7. Kapas
8. Kertas saring

III.9 Cara kerja:


A. Metode Duke
1. Cuping telinga dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, dan
dibiarkan sampai kering.
2. Cuping telinga ditusuk dengan lanset darah sedalam 2-5 mm.
3. Jika darah mulai keluar, Stopwatch mulai dinyalakan.
4. Tetes darah yang keluar dihisap setiap 30 detik dengan
menggunakan kertas saring, dijaga supaya kertas tidak sampai
menekan kulit pada waktu menghisap darah.
5. Stopwatch dihentikan pada waktu darah tidak bisa dihisap lagi.

B. Metode Ivy
22
1. Bagian polar lengan bawah dibersihkan dengan kapas alkohol
70% dan dibiarkan hingga kering.
2. Manset Sphygmomanometer dikenakan pada lengan atas dan
dipompa sampai tekanan 40 mmHg.
3. Bagian polar lengan bawah ditusuk dengan lanset darah di
tempat kira-kira 3 jari dari lipatan siku.
4. Jika darah mulai keluar, stopwatch mulai dinyalakan.
5. Tetes darah yang keluar dihisap setiap 30 detik dengan
menggunakan kertas saring, dijaga supaya kertas tidak sampai
menekan kulit pada waktu menghisap darah.
6. Stopwatch dihentikan pada waktu darah tidak bisa dihisap lagi.

III.10 Metode dan Nilai Normal:


1. Duke : 1-3 menit
2. Ivy : 1-7 menit

3.7 Kesalahan yang Mungkin Terjadi


Hasil negatif yang didapatkan yaitu waktu perdarahan berhent imencapai 30
detik dengan metode Ivy, kemungkinan disebabkan karena:
- Tekanan manset darah < 40 mmHg
- Sayatan tidak terlalu dalam, blood lanset< 5 mikron
- Pasien tidak rileks ketika dilakukan tusukan

23
IV. CLOTTING TIME
Clotting Time adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku
atau waktu yang di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya
pembekuan. Hal ini menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi dengan
dinding pembuluh darah untuk membentuk pembekuan darah. Trombin waktu
membandingkan tingkat pasien pembentukan gumpalan dengan sampel dari
normal plasma dikumpulkan. Trombin yang ditambahkan pada sampel plasma.
Jika plasma tidak segera membeku, itu berarti kekurangan (fibrinogen kuantitatif)
atau cacat kualitatif (fibrinogen disfungsional).

4.1 Mekanisme Pembekuan Darah

Jika ada benturan atau gesekan menyebabkan luka, maka trombosit


pecah dan keluar enzim tromboplastin (trombokinase). Zat ini bersama ion-ion
kalsium yang ada di dalam plasma darah akan bereaksi dengan protombin.
Protombin adalah senyawa globulin yang terdapat di dalam plasma darah dan
bersifat sebagai enzimyang belum aktif. Zat ini di hasilkan di hati dengan bantuan
vitamin K. Zat yang terbentuk adalah trombin, enzim trombin akan mengubah
fibrinogen, suatu protein yang larut dalam plasma, menjadi fibrin. Fibrin berupa
benang-benang halus yang menjaring dan mengikat sel-sel darah dan terbentuk
benang-benang fibrin penutup luka.
Faktor-FaktorPembekuanDarah
Ada 13 faktordalampembekuandarahyaitu :
1. Fibrinogen (faktor I) adalah glikoprotein dengan berat molekul mencapai
340.000 dalton, fibrinogen di sintesis di hati oleh megakariosit. (prekursor
fibrin).
2. Protombin (faktor II) adalah precursor enzim proteolitik trombin dan mungkin
akselator lain pada konversi protombin.
3. Tromboplastin (faktor III) adalah jaringan aktifator lipoprotein jaringan pada
konversi protombin.

24
4. Kalsium (faktor IV) , diperlukan untuk aktivasi protombin dan pembentukan
fibrin
5. Proacelerin (faktor V) merupakan akselator plasma globin (suatu faktor
palsma yang mempercepat konversi protombin menjadi trombin.
6. Koagulasi (Faktor VI) adalah bentuk aktif dari faktor 5.
7. Prokonvertin (faktor VII) adalah akselator konversi protombin serum ;suatu
faktor serum yang mempercepat konversi protombin.
8. Antihemofilik (faktor VIII) suatufaktor plasma yang berkaitan dengan faktor
III trombosit dan faktor christmas (IX), mengaktifasi protombin.
9. Komponen tromboplastin plasma ( christmas faktor IX) adalah faktor serum
yang berkaitan dengan faktor-faktor trombosit III dan VIII, mengaktiasi
protombin.
10. Stuart (faktor X) suatu faktor plasma dan serum, akselator konversi
protombin ; mengaktifkantrombokinase.
11. Tromboplastin plasma (faktor XI) adalah akselator pembentukantrombin.
12. Hagemen (faktor XII) adalah suatu faktor plasma mengaktifaasi faktorXI
Fibrin (faktor XIII) mengaktifasi bekuan fibrin yang lebih kuat.

4.2 Alat dan Bahan :


1. Stopwatch
2. Kertas saring
3. Tensimeter
4. Blood Lanset
5. Kapas
6. Alkohol

4.3 Cara Kerja :


1. Siapkan lanset dalam keadaan steril
2. Tusuk ujung jari dengan lanset
3. Teteskan darah sebanyak 0,5 ml di atas objek glass
4. Nyalakan stopwatch selama 30 detik, darah dimiringkan sampai terbentuk
benang-benang fibrin, matikan stopwatch jika darah telah membeku

25
5. Bersihkan dengan alkohol ujung jari yang ditusuk denganlanset, setelah semua
pekerjaan selesai.

Tes Clotting time dilakukan untuk mengetahui factor pembekuan darah


terutama yang membentuk tromboplastin dan faktor pembentuk trombosit
waktu normal 9-15 menit.
Faktor yang membuat clotting time abnormal adalah :
a. volume darah
b. teknik pengambilan
c. darah yang diambil terlalu sedikit/terlalu banyak.

26
V. LAJU ENDAP DARAH (LED)
5.1 Prinsip : Laju Endap Darah (LED) digunakan untuk mengukur kecepatan
sendimentasi/pengendapan sel darah merah di dalam plasma. Satuan LED
adalah mm/jam

5.2 Tujuan : Mahasiswa mampu memahami dan menghitung Laju Endap Darah

5.3 Landasan Teori :

Di dalam tubuh manusisa suspensi sel-sel darah merah akan merata di


seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah
ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan
dan dibiarkan 1 jam, sel akan mengendap di bagian bawah tabung
karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (LED) berfungsi untuk
mengukur kecepatan sendimentasi/pengendapan sel darah merah di
dalam plasma (mm/jam). Pemeriksaan LED dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu Westergen dan Wintrobe. Cara pemeriksaan yang dianjurkan
oleh Internasional Comitte for Standarization in Hematology (JCSH)
adalah cara Westergen.

5.4 Alat dan Bahan :

Alat :

1. Pipet Westergen
2. Rak Pipet Westergen
3. Tabung EDTA
4. Spuit 3 cc
5. Kapas Alkohol

Bahan:

1. Darah vena
2. Serbuk EDTA

27
5.5 Cara Kerja

1. Darah vena dicampur dengan koagulan (EDTA) didalam tabung


EDTA.
2. Campur specimen supaya homogen dan jangan sampai hemolisis.
3. Bersihkan tabung westergen dan keringkan
4. Isikan specimen ke dalam tabung westergen sampai tanda 0.
5. Letakkan tabung pada rak dengan posisi tegak lurus serta jauhkan
dari getaran maupun sinar matahari.
6. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya
eritrosit.

5.6 Interprestasi Hasil

Nilai normal:

Laki-laki : 0 20 mm/jam

Perempuan : 0 15 mm/jam

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Gandoebrata, Raswita. 2009. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi II.


Penerbit: Dian Rakjat. Bandung
2. Baron, D.N, 1990, Patologi Klinik, Ed IV. Penerbit EGC, Jakarta
3. Kee, Joyce Le Fever, 2007, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan
Diagnostik, Edisi 6, EGC, Jakarta.
4. Widmann, Frances K., alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., 1992, Tinjauan
Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9, cetakan ke-1, EGC,
Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai