Anda di halaman 1dari 6

Kuliah.I.

: 25/2/2010
HUKUM EKONOMI

A. Kaidah (Norma)
Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap subjek hukum, yakni Orang maupun Badan
Hukum, selalu berhadapan dengan berbagai Aturan maupun Norma, baik yang bersifat
formal maupun nonformal.

Norma :
merupakan aturan perilaku dalam suatu kelompok tertentu di mana setiap anggota
masyarakat mengetahui hak dan kewajiban di dalam lingkungan masyarakatnya,
sehingga memungkinkan seseorang dapat menentukan terlebih dahulu bagaimana
tindakan seseorang itu dinilai oleh orang lain.
Karena itu, norma adalah suatu kriteria bagi orang lain untuk menerima atau menolak
perilaku seseorang.

Ada 4 macam norma :


1. Norma Agama
Adalah peraturan yang diterima sebagai perintah, larangan dan anjuran yang
diperoleh dari Tuhan YME, bersifat umum dan universal, yang apabila dilanggar maka
akan mendapat sanksi hukum yang diberikan Tuhan YME.
2. Norma Kesusilaan
Adalah aturan hidup yang berasal dari hati sanubari manusia itu sendiri, bersifat
umum dan universal, yang apabila dilanggar oleh setiap manusia maka akan
menyesalkan perbuatan dirinya sendiri.
3. Norma Kesopanan
Adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan manusia berupa suatu tatanan
pergaulan masyarakat, yang apabila dilanggar oleh setiap anggota masyarakat, akan
dicela / diasingkan oleh masyarakat setempat.

Ke tiga norma di atas mempunyai tujuan sebagai pembinaan di dalam kehidupan


bermasyarakat, sehingga interaksi antara anggota masyarakat dapat berjalan dengan
baik.

4. Norma Hukum
Adalah aturan yang bersifat mengikat kepada setiap orang yang pelaksanaannya
dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat Negara untuk melindungi
kepentingan manusia dalam pergaulan masyarakat.

B. DEFENISI & TUJUAN HUKUM

1. Van Kan
Hukum ialah, keseluruhan praturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam masyarakat.
Tujuan hukum adalah, untuk ketertiban dan perdamaian.
2. Utrect
Hukum ialah himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan), yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat yang bersangkutan.
Pelangaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak
pemerintah.
3. Wiryono Kusumo
Hukum ialah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur tata tertib di dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya
dikenakan sanksi.
Tujuan hukum adalah, untuk mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan ketertiban
dalam masyarakat.

Namun dalam memberikan pengertian mengenai hukum, para ahli dan sarjana ilmu
hukum melihat dari berbagai sudut yang berlainan dan berbeda-beda antara satu ahli
dengan yang lainnya, sehingga tidak ada kesatuan atau keseragaman tentang defenisi
hukum.

Dari pendapat-pendapat mengenai pengertian hukum di atas, dapat ditarik kesimpulan


bahwa hukum meliputi beberapa unsur, yaitu :

1
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
2. Peraturan itu bersifat mengikat dan memaksa.
3. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi, dan
4. Pelanggaran terhadap peraturan tersebut dikenakan sanksi yang tegas.

C. SISTEMATIKA HUKUM

Sistem Hukum adalah, pengelompokan norma-norma yang terdiri atas : Struktur,


Substansi, dan Budaya.

Para ahli telah menggolongkan hukum ke dalam : Hukum Publik dan Hukum Privat.
1. Hukum Publik
Mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang
Negara, serta mengatur hubungan hukum antara anggota masyarakat dan Negara.
Yang termasuk Hukum Publik adalah :
a. Hukum Tata Negara;
b. Hukum Pajak;
c. Hukum Pidana;
d. Hukum Administrasi Negara;
e. Dll.
2. Hukum Privat
Mencakup peraturan-peraturan hokum yang mengatur hubungan antara individu
dalam memenuhi keperluan hidupnya.
Yang termasuk Hukum Privat adalah :
a. Hukum Perdata ;
b. Hukum Dagang ;
Dalam perkembangannya saat ini, istilah Hukum Dagang sudah tidak banyak
digunakan lagi. Dan sebagai gantinya banyak digunakan istilah Hukum Bisnis,
yang sesungguhnya mempunyai arti yang lebih luas, yang tidak hanya mencakup
Hukum Privat, tetapi juga mencakup Hukum Publik. Hal ini dibuktikan dalam
diterapkannya Hukum Pajak dalam kegiatan bisnis.
Dari peraturan perundang-undangan di bidang bisnis, dalam banyak hal
dikenakannya sanksi pidana
bagi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran dan atau kejahatan bisnis.

D. SUBYEK HUKUM

Subyek Hukum terdiri dari :


1. Manusia (Natuurlijke Persoon)
Menurut Pasal 1 KUH Perdata menyatakan,
Menikmati hak kewarganegaraan tidak bergantung pada hak-hak kenegaraan.
Seorang manusia sebagai pembawa hak (subjek hukum), dimulai saat ia dilahirkan,
dan berakhir pada saat ia meninggal dunia, sehingga dikatakan bahwa manusia
hidup, ia menjadi manusia pribadi.
Pasal 2 Ayat (1) KUH Perdata menegaskan bahwa,
Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap telah dilahirkan
apabila kepentingan si anak menghendakinya, dengan memenuhi persyaratan :
a. si anak telah dibenihkan pada saat kepentingan tersebut timbul,
b. si anak harus dilahirkan hidup, dan
c. ada kepentingan yang menghendaki anak tersebut memperoleh status sebagai
subjek hukum.
Ditambahkan dalam Pasal 2 ayat (2) KUH Perdata bahwa, :
apabila ia dilahirkan mati, maka ia dianggap tidak pernah ada.

Pasal 27 UUD 1945, menetapkan bahwa,


segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum, dalam
pemerintah, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya .

Setiap manusia pribadi (natuurlijke persoon) sesuai dengan hokum dianggap cakap
bertindak sebagai subyek hukum, kecuali dengan undang-undang dinyatakan tidak
cakap.
Dalam hukum telah dibedakan dari segi perbuatan-perbuatan hokum sbb :

2
1. Cakap melakukan perbuatan hukum adalah orang dewasa menurut hukum (telah
berusia 21 tahun)
dan berakal sehat.
2. Tidak cakap melakukan perbuatan hukum.

Pasal 1330 KUH Perdata, tentang :


Orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah :
a. Orang yang belum dewasa (belum mencapai usia 21 tahun) ;
b. Orang yang ditaruh di bawah pengmpuan (curatele) yang terjadi karena
gangguan jiwa, pemabuk, atau pemboros.
c. Orang wanita yang dalam perkawinan atau yang berstatus sebagai isteri ( telah
dicabut dengan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 / 1963 Yo Pasal 31 UU No. 1
/ 1974, yang menetapkan : hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak
dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan-pergaulan
hidup bersama dalam masyarakat dan tiap-tiap pihak berhak melakukan
perbuatan hukum).

2. Badan Hukum (Recht Persoon)


Badan hukum (recht persoon) merupakan badan-badan atau perkumpulan.
Badan Hukum (recht persoon), yakni, orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum.
Oleh karena itu, badan hukum (recht persoon) sebagai subjek hukum dapat
bertindak hukum (melakukan perbuatan hukum) seperti manusia.
Dengan demikian,badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat
melakukan sebagai pembawa hak manusia, seperti dapat melakukan persetujuan-
persetujuan dan memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan
anggota-anggotanya.
Oleh karena itu, badan hukum dapat bertindak dengan perantaraan pengurus-
pengurusnya.
Misalnya, suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum,
dengan cara :
a. didirikan dengan akta notaris ;
b. didaftarkan di kantor panitera pengadilan negeri setempat ;
c. dimintakan pengesahan Anggaran Dasar (AD) kepada Menteri Kehakiman dan
HAM, sedangkan
khusus untuk badan hukum dana pension, pengesahan anggaran dasarnya
dilakukan oleh Menteri
Keuangan ;
d. diumumkan dalam Lembaran Berita Negara RI.

Badan Hukum (recht persoon) dibedakan dalam dua bentuk, yaitu : Badan
Hukum Publik (publiek recht persoon) & Badan Hukum Privat (privat recht persoon).
1. Badan Hukum Publik (publiek recht persoon), adalah :
Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik atau yang menyangkut
kepentingan publik atau orang banyak atau Negara umumnya.
Badan ini merupakan badan-badan Negara yang dibentuk oleh yang berkuasa
berdasarkan perundang-undangan yang dijalankan secara fungsional oleh
eksekutif (pemerintah) atau badan pengurus yang diberikan tugas untuk itu,
seperti Negara RI, Pemerintah Daerah Tingkat I dan II, Bank Indonesia, dan
perusahaan-perusahaan Negara.

2. Badan Hukum Privat (Privat Recht Persoon), adalah :


Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang
menyangkut kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu.
Dengan demikian, badan hukum itu merupakan badan swasta yang didirikan
orang untuk tujuan tertentu, yakni mencari keuntungan , social, pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan lain-lainnya, menurut hukum yang berlakusecara sah, misalnya
Perseroan Terbatas, Koperasi, Yayasan, dan Badan Amal.

E. OBJEK HUKUM

Objek Hukum menurut Pasal 449 KUH Perdata, yakni benda.


Benda adalah, segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum atau segala sesuatu
yang menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi para subjek hukum atau
segala sesutu yang dapat menjadi objek dari hak milik (eigendom).
Pasal 503 Pasal 504 KUH Perdata disebutkan bahwa :
benda dapat dibagi menjadi 2 (dua), yakni :

3
1. Benda yang Bersifat Kebendaan (materiekegoederen), adalah :
Suatu benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dan dirasakan dengan panca
indera, terdiri dari :
a. benda bertubuh / berwujud, meliputi :
- benda bergerak / tidak tetap.
1. Karena sifatnya, menurut Pasal 509 KHU Perdata adalah :
benda yang dapat dipindahkan, misal : meja, kursi dan yang dapat
berpindah sendiri, missal : ternak.
Terbagi atas : benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat
dihabiskan ;
2. Karena ketentuan Undang-Undang, menurut Pasal 511 KUH
Perdata, adalah : hak-hak atas benda bergerak, missal hak memungut hasil
(vruchtgebruik) atas benda bergerak, dan sahamsaham Perseroan Terbatas.
- benda tidak bergerak, dibedakan :
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni
tanah dan segala sesuatu yang melekat di atasnya, misalnya pohon,
tumbuh-tumbuhan, arca, dan patung.
2. Benda tidak bergerak karena tujuannya,
yakni mesin, alat-alat yang dipakai dalam pabrik. Mesin sebenarnya benda
bergerak, tetapi oleh pemakainya dihubungkan atau dikaitkan pada benda
tidak bergerak yang merupakan benda pokok.
3. Benda tidak bergerak karena ketentuan
undang-undang, ini berwujud hak-hak atas benda-benda yang tidak
bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak, dan hipotik.
b. benda tidak bertubuh / tidak berwujud, seperti surat berharga.
2. Benda yang Bersifat Tidak Kebendaan (Immateriekegoederen), adalah :
Suatu benda yang hanya dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan
kemudian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan. Contohnya, Merk
Perusahaan, Paten, dan ciptaan musik atau lagu.
Berdasarkan uraian di atas, maka di dalam KUH Perdata, Benda dapat dibedakan
menjadi :
1. barang yang wujud (lichamelijk), dan barang
yang tidak berwujud (onlichamelijk)
2. barang yang bergerak dan barang yang
tidak bergerak ;
3. barang yang dapat dipakai habis
(verbruikbaar) dan barang-barang yang dipakai tidak habis (onverbruikbaar) ;
4. barang-barang yang sudah ada (tegenvoordigezaken) dan barang-barang yang
masih aka nada (toekomstigezaken) ;
5. barang-barang uang dalam perdagangan (zaken in de handle) dan barang-
barang yang di luar perdagangan (zaken buiten de handle) ;
6. barang-barang yang dapat dibagi dan
barang-barang yang tidak dapat dibagi.

Membedakan benda bergerak dan benda tidak bergerak ini penting, artinya karena
berhubungan dengan empat hal adalah :
a. Pemilikan (Bezit), yakni :
Dalam hal benda bergerak berlaku asas yang tercantum dalam Pasal 1977 KUH
Perdata, yaitu bezitter dari barang bergerak adalah eigenaar (pemilik) dari
barang tersebut.
b. Penyerahan (Levering), yakni :
Terhadap benda bergerak dapat dilakukan penyerahan secara nyata (hand by
hand) atau dari tangan ke tangan, sedangkan untuk benda tidak bergerak
dilakukan balik nama.
c. Daluarsa (Verjaring), yakni :
untuk benda-benda bergerak tidak mengenal daluarsa, sebab bezit di sini sama
dengan eigendom (pemilikan) atas benda bergerak tersebut, sedangkan untuk
benda-benda tidak bergerak, mengenal adanya daluarsa.
d. Pembebanan (Bezwaring), yakni :
Terhadap benda bergerak dilakukan dengan pand (gadai, fidusia), sedangkan
untuk benda tidak bergerak dengan hipotik adalah hak tanggungan untuk tanah
serta benda-benda selain tanah digunakana fidusia.

F. PENGERTIAN EKONOMI

4
Ilmu Ekonomi adalah :
suatu ilmu yang mempelajari masyarkat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran
(kemakmuran : suatu keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik
barang-barang maupun jasa).---- M.Manulang.

Hukum Ekonomi

Lahir disebabkan oleh semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan


perekonomian.
Diseluruh dunia, hukum berfungsi untuk mengatur dan membatasi kegiatan-kegiatan
ekonomi dengan harapan pembangunan perekonomian tidak mengabaikan hak-hak dan
kepentingan masyarkat.
Menurut Sunaryati Hartono, hukum ekonomi adalah :
Penjabaran hukum ekonomi pembangunan dan hukum ekonomi sosial, sehingga hukum
ekonomi tersebut mempunyai dua aspek, yaitu :
1. Aspek pengaturan usaha-usaha pembangunan ekonomi dalam arti peningkatan
kehidupan ekonomi secara keseluruhan.
2. Aspek pengaturan usaha-usaha pembagian hasil pembanguan ekonomi secara
merata di antara sekuruh lapisan masyarakat sehingga setiap warga Negara
Indonesia dapat menikmati hasil pembangunan ekonomi sesuai dengan
sumbangannya dalam usaha pembangunan ekonomi tersebut.

Hukum Ekonomi Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yakni : Hukum Ekonomi
Pembangunan dan Hukum Ekonomi Sosial.
1. Hukum Ekonomi Pembangunan
Adalah yang meliputi pengaturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara
peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi Indonesia secara nasional.

2. Hukum Ekonomi Sosial


Adalah yang menyangkut pengaturan pemikiran hukum mengenai cara-cara
pembagian hasil pembangunan ekonomi nasional secara adil dan merata dalam
martabat kemanusiaan (hak asasi manusia) manusia Indonesia.

Menurut Rochmat Soemitro, defenisi Hukum Ekonomi adalah :


Sebagain dari keseluruhan norma yang dibuat oleh pemerintah atau penguasa sebagai
satu personifikasi dari masyarakat yang mengatur kehidupan kepentingan ekonomi
masyarakat yang saling berhadapan.

Menurut Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Indonesia adalah :


Keseluruhan kaidah-kaidah dan putusan-putusan hukum yang secara khusus mengatur
kegiatan dan kehidupan ekonomi di Indonesia.

Asas Hukum Ekonomi Indonesia :


1. asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,
2. asas manfaat,
3. asas demokrasi Pancasila,
4. asas adil dan merata,
5. asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan,
6. asas hukum,
7. asas kemandirian,
8. asas keuangan,
9. asas ilmu pengetahuan,
10. asas kebersamaan, kekeluargaan, keseimbangan, dan kesinambungan dalam
kemakmuran rakyat,
11. asas pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, dan
12. asas kemandirian yang berwawasan kenegaraan.

Selain dari pada itu, dalam praktik pergaulan masyarakat dunia semakin terbuka,
dengan adanya era globalisasi, maka dasar-dasar hukum ekonomi tidak hanya
bertumpu pada hukum nasional suatu Negara, tetapi akan mengikuti Hukum
Internasional.

5
6

Anda mungkin juga menyukai