Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Anggaran ..................................................................................... 3

2. Fungsi Anggaran ........................................................................................... 3

3. Prinsip-Prinsip Penganggaran ....................................................................... 5

4. Anggaran di Pemerintahan (APBN) ............................................................. 6

a. Pengertian APBN ..................................................................................... 6


b. Struktur APBN ......................................................................................... 7
c. Penyusunan dan Penetapan APBN .......................................................... 10
d. Fungsi APBN ........................................................................................... 10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................... 13

Saran ............................................................................................................. 13

Daftar Pustaka...........................................................................................................14

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya alokasi barang dan jasa dalam suatu masyarakat dapat dilakukan paling
tidak melalui dua mekanisme, yaitu pertama, melalui mekanisme pasar (market
mechanism), dan kedua melalui mekanisme birokrasi (bureaucratic mechanism). Dengan
sejumlah kondisi yang disyaratkan, mekanisme pasar dianggap sebagai mekanisme yang
dapat mendorong pemakaian sumber daya yang efisien (Musgrave & Musgrave, 1984),
(Brown dan Jackson, 1986). Namun kegagalan pasar (market failures) terjadi juga dalam
mengalokasikan sejumlah barang dan jasa. Penyebabnya adalah karena adanya public
goods beserta eksternalitinya. Jenis barang dan jasa inilah, beserta sejumlah mixed
goods yang didistribusikan melalui mekanisme birokrasi.
Budget atau anggaran dalam pengertian umum diartikan sebagai suatu rencana kerja
untuk suatu periode yang akan datang yang telah dinilai dengan uang. Kata budget yang
digunakan di Inggris sendiri merupakan serapan dari istilah bahasa Perancis yaitu bouge
atau bougette yang berarti tas di pinggang yang terbuat dari kulit, yang kemudian di
Inggris kata budget ini berkembang artinya menjadi tempat surat yang terbuat dari kulit,
khususnya tas tersebut dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk menyimpan surat-
surat anggaran. Sementara di negeri Belanda, anggaran disebut begrooting, yang berasal
dari bahasa Belanda kuno yakni groten yang berarti memperkirakan.
Di Indonesia sendiri, pada awal mulanya (pada jaman Hindia-Belanda) secara resmi
digunakan istilah begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun sejak
Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, istilah Anggaran Pendapatan dan Belanja
dipakai secara resmi dalam pasal 23 ayat 1 UUD 1945, dan di dalam perkembangan
selanjutnya ditambahkan kata Negara untuk melengkapinya sehingga menjadi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari anggaran?
2. Apa saja fungsi anggaran?
3. Bagaimana prinsip-prinsip penganggaran?
4. Bagaimana anggaran di pemerintahan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari anggaran
2. Untuk mengetahui fungsi anggaran
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penganggaran
4. Untuk mengetahui anggaran di pemerintahan

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ANGGARAN

2
Perencanaan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses manajemen
organisasi. Demikian juga, anggaran mempunyai posisi yang penting. Anggaran
mengungkapkan apa yang dilakukan di masa mendatang. Anggaran dapat
diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang
diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Di dalam
tampilannya, anggaran selalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang terjadi
di masa lalu. Dan menurut Mulyadi (2001:488), Anggaran merupakan suatu rencana
kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan
satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Sedangkan, Menurut National Commitee on Governmental Accounting (NCGA) yang
saat ini telah menjadi Governmental Accounting Standards Board (GASB), definisi
anggaran (budget) adalah sebagai rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi
pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk
membiayainya dalam periode waktu tertentu.
Kebanyakan sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan modal dan
penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran. Dampaknya adalah pemisahan
penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan. Jenis anggaran sektor publik
adalah:
a. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD (Budget of State)
b. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran usaha setiap
BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan publik-swasta.

2. FUNGSI ANGGARAN
Anggaran berfungsi sebagai berikut:
a. Anggaran sebagai alat perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan
organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang
akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil
yang diperoleh dan belanja pemerintah tersebut.

b. Anggaran sebagai alat pengendalian


Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk menghubungkan antara
proses perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian, anggaran
memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintahagar
pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa
anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan
pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri,
gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan melalui anggaran.

3
Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan (membatasi
kekuasaan) eksekutif.
c. Anggaran sebagai alat kebijakan fiscal
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran
publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat
dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk
mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat
sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
d. Anggaran sebagai alat politik
Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan
keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran
merupakan political toolsebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan
legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu,
pembuatan anggaran publik membutuhkan political will, coalition building, keahlian
berorganisasi, dan pemahaman prinsip manajemen keuangan publik oleh para
manajer publik.
e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran.
Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan.
Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya
inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu,
anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam
lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi
untuk dilaksanakan.

f. Anggaran adalah alat penilaian kinerja


Anggaran merupakan wujud komitmen dan budget holder (eksekutif) kepada
pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan berapa
yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran
merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian.
g. Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran sebagai instrumen untuk memotivasi masyarakat manajemen agar
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi, anggaran hendaknya
bersifat challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya

4
adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat
dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
h. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang public
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan
DPR/DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan tinggi, dan berbagai organisasi
kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok
masyarakat yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah
untuk kepentingan mereka.
Kelompok lain dari masyarakat yang kurang terorganisasi akan
mempercayakan aspirasinya melalui proses politik yang ada. Pengangguran, tuna
wisma dan kelompok lain yang tak teroganisasi dengan mudah dan tidak berdaya
mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan suara
mereka, maka mereka akan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan
tindakan massa, melakukan boikot, vandalisme dan sebagainya.

3. PRINSIP-PRINSIP PENGANGGARAN
a. Demokratis, mengandung makna bahwa anggaran negara (di pemerintahan Pusat
maupun di pemerintahan Daerah), baik yang berkaitan dengan pendapatan maupun
yang berkaitan dengan pengeluaran, harus ditetapkan melalui suatu proses yang
mengikutsertakan sebanyak mungkin unsur masyarakat selain harus dibahas dan
mendapatkan persetujuan dari lembaga perwakilan rakyat.
b. Adil, berarti bahwa anggaran negara haruslah diarahkan secara optimum bagi
kepentingan orang banyak dan secara proporsional, dialokasikan bagi semua
kelompok dalam masyarakt sesuai dengan kebutuhannya.
c. Transparan, yaitu proses perencanaan, pelaksanaan serta pertanggung jawaban
anggaran negara harus diketahui tidak saja oleh wakil rakyat, tetapi juga oleh
masyarakat umum.
d. Bermoral Tinggi, berarti pengelolaan keuangan negara harus berpegang kepada
peraturan perundangan yang berlaku, dan juga senantiasa mengacu pada etika dan
moral yang tinggi.
e. Berhati-hati, berarti pengelolaan anggaran negara harus dilakukan secara berhati-
hati, karena jumlah sumber daya yang terbatas dan mahal harganya. Hal ini semakin
terasa penting jika dikaitkan dengan unsur hutang negara.
f. Akuntabel, berarti bahwa pengelolaan keuangan negara haruslah dapat
dipertanggung jawabkan setiap saat secara intern maupun ekstern kepada rakyat.

4. ANGGARAN DI PEMERINTAHAN (APBN)

5
Anggaran negara pada suatu tahun secara sederhana bisa diibaratkan dengan anggaran
rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan
dan sisi pengeluaran. Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian
pada kedua sisi. Ketidakpastian yang dihadapi rumah tangga dan perusahaan dalam
menyusun anggaran juga dihadapi oleh para perencana anggaran negara yang
bertanggung jawab menyusun Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
(RAPBN) yang akan menjadi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN)
nantinya setelah disahkan oleh pemerintah dengan persetujuan DPR. APBN adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat.
a. Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari -
31 Desember). APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap
tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara
penyusunan APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada pasal
23 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun
dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab
untuk sebesar-besanya kemakmuran rakyat. Pada pasal 23 ayat 2 disebutkan bahwa
Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja Negara diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Daerah. Pada pasal 23 ayat 3 disebutkan apabila DPR tidak
menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden, pemerintah menjalankan APBN tahun
lalu.
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN
dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di
tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN dapat mengalami
revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan
RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR. Dalam keadaan
darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan pengeluaran
yang belum tersedia anggarannya. Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran

6
berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan.
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan
negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan
kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan
kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya
ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Struktur APBN
Mulai tahun 2005, Pemerintah telah mengusulkan penyusunan RAPBN dengan
menggunakan format baru, yakni anggaran belanja terpadu (unified budget). Ini
merupakan reformasi besar-besaran di bidang anggaran negara dengan tujuan agar
ada penghematan belanja negara dan memberantas KKN. Selama lebih dari 32
tahun, Pemerintah melaksanakan sistem anggaran yang dikenal dengan dual
budgeting, dimana anggaran belanja negara dipisahkan antara anggaran belanja
rutin dan anggaran pembangunan. Pemisahan anggaran rutin dan anggaran
pembangunan tersebut semula dimaksudkan untuk menekankan arti pentingnya
pembangunan, namun dalam pelaksanaannya telah menunjukan banyak kelemahan
(Anggito Abimanyu - 4 Juli 2005) yaitu :
Duplikasi antara belanja rutin dan belanja pembangunan oleh karena kurang
tegasnya pemisahan antara kegiatan operasional organisasi dan proyek,
khususnya proyek-proyek non-fisik. Dengan demikian, kinerja sulit diukur
karena alokasi dana yang ada tidak mencerminkan kondisi yang sesungguhnya.
Penggunaan dual budgeting mendorong dualisme dalam penyusunan daftar
perkiraan mata anggaran keluaran (MAK) karena untuk satu jenis belanja, ada
MAK yang diciptakan untuk belanja rutin dan ada MAK lain yang ditetapkan
untuk belanja pembangunan.
Analisis belanja dan biaya program sulit dilakukan karena anggaran belanja rutin
tidak dibatasi pada pengeluaran untuk operasional dan belanja anggaran
pembangunan tidak dibatasi pada pengeluaran untuk investasi.
Proyek yang menerima anggaran pembangunan diperlakukan sama dengan
satuan kerja, yaitu sebagai entitas akuntansi, walaupun proyek hanya bersifat
sementara. Jika proyek sudah selesai atau dihentikan tidak ada kesinambungan
dalam pertanggungjawaban terhadap asset dan kewajiban yang dimiliki proyek
tersebut. Hal ini selain menimbulkan ketidakefisienan dalam pembiayaan

7
kegiatan pemerintahan, juga menyebabkan ketidakjelasan keterkaitan antara
output/outcome yang dicapai dengan penganggaran organisasi.
Sebelum tahun 2001, prinsip APBN adalah anggaran berimbang dinamis, dimana
jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan jumlahnya
diupayakan meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2001 hingga sekarang,
prinsip anggaran yang digunakan adalah anggaran surplus/defisit. Sejalan dengan
itu, format dan struktur APBN berubah dari T-Account menjadi I-Account. Format
dan struktur I-account yang berlaku saat ini terdiri atas (i) pendapatan negara dan
hibah, (ii) belanja negara, dan (iii) pembiayaan.
Pendapatan negara dan hibah menampung seluruh pendapatan negara yang
bersumber dari (1) penerimaan perpajakan, (2) penerimaan negara bukan pajak
(PNBP), dan (3) hibah. Sedangkan belanja negara menampung seluruh pengeluaran
negara, yang terdiri dari (1) belanja pemerintah pusat, yang meliputi pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan, dan (2) belanja untuk daerah, yang meliputi
dana perimbangan dan dana otonomi khusus dan penyeimbang/penyesuaian. Selisih
antara pendapatan negara dan hibah dengan belanja negara akan berupa
surplus/defisit anggaran. Guna menutup defisit anggaran maka diperlukan
pembiayaan yang bersumber dari luar pendapatan negara dan hibah, yang antara lain
bersumber dari (1) pembiayaan dalam negeri, dan (2) pembiayaan luar negeri.
Dalam sistem dual budgeting, pengeluaran rutin dimaksudkan sebagai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan
rutin pemerintahan, yang terdiri dari (i) belanja pegawai, (ii) belanja barang, (iii)
pembayaran bunga utang, (iv) subsidi, dan (v) pengeluaran rutin lainnya. Sementara
itu, pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran negara yang dialokasikan
untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang dibebankan pada anggaran
belanja pemerintah pusat dalam rangka pelaksanaan sasaran pembangunan nasional,
baik berupa sasaran fisik maupun nonfisik. Dalam hal ini, pengeluaran
pembangunan terdiri dari (i) pengeluaran pembangunan dalam bentuk pembiayaan
rupiah, yang pendanaannya bersumber dari dalam negeri dan dari luar negeri dalam
bentuk pinjaman program, dan (ii) pengeluaran pembangunan dalam bentuk
pembiayaan proyek, yang pendanaannya bersumber dari luar negeri dalam bentuk
pinjaman proyek.
Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan oleh UU No.17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, maka sistem penganggaran mengacu pada praktek-praktek yang
berlaku secara internasional. Menurut GFS (Government Financial Statistics)

8
Manual 2001, sistem penganggaran belanja negara secara implisit menggunakan
sistem unified budget (anggaran terpadu), dimana tidak ada pemisahan antara
pengeluaran rutin dan pembangunan, sehingga klasifikasi menurut ekonomi akan
berbeda dari klasifikasi sebelumnya. Dalam hal ini, belanja negara menurut
klasifikasi ekonomi dikelompokkan ke dalam (1) kompensasi untuk pegawai; (2)
penggunaan barang dan jasa; (3) kompensasi dari modal tetap berkaitan dengan
biaya produksi yang dilaksanakan sendiri oleh unit organisasi pemerintah; (4) bunga
hutang; (5) subsidi; (6) hibah; (7) tunjangan sosial (social benefits); dan (8)
pengeluaran-pengeluaran lain dalam rangka transfer dalam bentuk uang atau barang,
dan pembelian barang dan jasa dari pihak ketiga untuk dikirim kepada unit lainnya.
Dalam melaksanakan perubahan format dan struktur belanja negara telah
dilakukan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian, namun tetap mengacu GFS
Manual 2001 dan UU No. 17 Tahun 2003. Beberapa catatan penting berkaitan
dengan perubahan dan penyesuaian format dan struktur belanja negara yang baru
antara lain:
Dalam format dan struktur I-account yang baru, belanja negara tetap dipisahkan
antara belanja pemerintah pusat dan belanja untuk daerah, karena pos belanja
untuk daerah yang berlaku selama ini tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah
satu pos belanja negara sebagaimana diatur dalam UU No.17 Tahun 2003.
Semua pengeluaran negara yang sifatnya bantuan/subsidi dalam format dan
struktur baru diklasifikasikan sebagai subsidi.
Semua pengeluaran negara yang selama ini mengandung nama lain-lain yang
tersebar di hampir semua pos belanja negara, dalam format dan struktur baru
diklasifikasikan sebagai belanja lain-lain.
c. Penyusunan dan Penetapan APBN
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan
tiap tahun dengan Undang-Undang
APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan
Pendapatan Negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan
hibah
Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah
Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja
Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN,
disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR pada
bulan Agustus tahun sebelumnya.

9
Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan
undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR.
DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan
dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.
Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai Rancangan Undang-undang tentang
APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan dilaksanakan.
APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.
Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Undang-undang tentang APBN,
Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka
APBN tahun anggaran sebelumnya.
d. Fungsi APBN
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara
dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan,
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai
stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,
dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi
kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN.
Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara
tahun anggaran berikutnya.
1) Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.
2) Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila
suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat
membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya,
telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan
jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan
untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
3) Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat

10
untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk
keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
4) Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan
efesiensi dan efektivitas perekonomian.
5) Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.
6) Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrument utama
kebijakan fiskal yang sangat mempengaruhi jalannya perekonomian dan keputusan-
keputusan investasi yang dilakukan para pelaku pasar. Hal ini disebabkan APBN
secara umum menjabarkan rencana kerja dan kebijakan yang akan diambil
pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan, alokasi sumber-sumber ekonomi
yang dimiliki, distribusi pendapatan dan kekayaan melalui intervensi kebijakan
dalam rangka mempengaruhi permintaan dan penawaran faktor produksi serta
stabilisasi ekonomi makro. Dengan demikian strategi dan pengelolaan APBN
menjadi isu yang sangat sentral dan penting dalam perekonomian suatu negara.
Pada saat APBN disusun, setidaknya terdapat tujuh sumber ketidakpastian yang
berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN baik sisi pendapatan maupun
belanja. Sumber ketidakpastian itu menjadi asumsi dasar yang digunakan sebagai
pedoman dalam menyusun APBN. Asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :

NO ASUMSI APBN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1 Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya
tahunan (%) Perkembangan ekonomi global dan tahun
berjalan
Kondisi sosial, politik dan keamanan
dalam negeri tahun berjalan
Kebijakan restrukturisasi di berbagai
bidang yang akan dilaksanakan dalam
tahun berjalan
Kebijakan ekonomi makro yang
dilaksanakan pada tahun berjalan
Pertumbuhan ekonomi : konsumsi swasta,
investasi, ekspor
2 Produk Domestik Bruto
(PDB) dalam rupiah

11
3 Kenaikan TDL
Menguatnya rupiah
Inflasi (%) Lancarnya distribusi barang
Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-
hati
4 Nilai tukar rupiah per Koreksi undervalued, membaiknya konsisi
USD keamanan, social, politik
5 Suku bunga SBI 3 bulan Menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah
(%)
6 Harga minyak indonesia Permintaan dan penawaran minyak dunia
(USD/barel)
7 Produksi minyak Kuota OPEC, kapasitas sumur yang semakin
Indonesia (barel/hari) menurun sementara penemuan sumur baru
relatif kecil, gangguan keamanan

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Anggaran (budget) adalah sebagai rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi
pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk
membiayainya dalam periode waktu tertentu. Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai
paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi
dalam satu atau beberapa periode mendatang. Anggaran negara pada suatu tahun secara
sederhana bisa diibaratkan dengan anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan
yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Penyusunan anggaran
senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada kedua sisi. Ketidakpastian yang dihadapi
oleh para perencana anggaran negara yang bertanggung jawab menyusun Rencana
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (RAPBN) yang akan menjadi Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) nantinya setelah disahkan oleh pemerintah
dengan persetujuan DPR. APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Apabila DPR tidak menyetujui RAPBN
yang diusulkan Presiden, pemerintah menjalankan APBN tahun lalu.

SARAN
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka penulis memberikan saran agar
supaya Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (RAPBN) dapat disusun

12
dengan menyesuaikan berdasarkan hal-hal yang dibutuhkan negara untuk kesejahteraan
rakyat Indonesia. Bagi para penyelenggara negara sebagai pengelola anggaran negara
hendaknya menghindarkan diri dari praktek-praktek KKN karena KKN secara materiil
akan sangat merugikan warga masyarakat. Serta, pemerintah harus melihat perkembangan
krisis dunia dan pengaruhnya bagi anggaran Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ansharpemimpi. (2011). Jenis-Jenis Anggaran Pemerintah.


https://sibukkerjatugas.wordpress.com/2011/12/16/jenis-jenis-anggaran-
pemerintah/. Diakses pada 5 Desember 2016.

Oce, Haidar. (2014). Makalah ANGGARAN PENDAPATAN dan BELANJA NEGARA.


https://www.academia.edu/22631441/Makalah_ANGGARAN_PENDAPATAN_
dan_BELANJA_NEGARA?auto=download. Diakses pada 5 Desember 2016.

Ramdhan, Rodlial T.A. (2014). Makalah Sistem Penyusunan Anggaran.


http://rodlial.blogspot.co.id/2014/01/makalah-sistem-penyusunan-
anggaran.html. Diakses pada 5 Desember 2016.

13
14

Anda mungkin juga menyukai