Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sampah merupakan masalah terbesar yang sering dihadapi oleh


negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Indonesia menghasilkan
sampah sebanyak 175.000 ton/ hari-nya atau sebesar 64 juta ton/ tahun,
dan sebanyak hampir 50% dari jumlah sampah yang ada merupakan
sampah plastik yang tidak dapat terurai. Peningkatan jumlah penduduk
setiap tahunnya turut bersumbangsih dalam meningkatnya jumlah
produksi sampah di berbagai daerah terutama di kota-kota besar, salah
satunya di kota Surabaya. Surabaya menghasilkan sampah sebesar 1.400
ton per harinya, dan jumlah tersebut juga akan terus meningkat seiring
bertambahnya jumlah penduduk di kota ini.

Seringkali masyarakat tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan dari


sampah-sampah yang mereka buang, bahkan banyak dari masyarakat
yang tidak peduli dan membuang sampah secara sembarangan, seperti di
sungai. Tanpa mereka sadari sampah tersebut menimbulkan masalah
baru atau bahkan menambah masalah baru yang dapat merugikan
masyarakat itu sendiri. Berbagai dampak yang ditimbulkan dari sampah,
yakni sebagai sumber sarang penyakit, menimbulkan banjir akibat
membuang sampah secara sembarangan, meningkatnya gas rumah kaca,
dan berbagai kerugian lainnya.

Beberapa sampah yang dihasilkan berasal dari limbah rumah tangga,


institusi pendidikan, tempat makan, aktivitas industri, pasar, kantor, rumah
sakit, dan tempat umum. Oleh karena itu, kesadaran diri dari masyarakat
lah yang terpenting untuk menjaga kesejahteraan negeri ini.

B. Rumusan Masalah
Apa pengertian dari sampah menurut para ahli?
Apa saja sumber dan jenis-jenis sampah yang ada?

1
Bagaimana sistem pengolahan sampah hingga menjadi listrik di
kota Surabaya?
Apa saja dampak yang dihasilkan dari pengolahan sampah menjadi
listrik di Surabaya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui proses pengolahan sampah yang ada di
Surabaya.
2. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam proses pengolahan
sampah yang ada di Surabaya.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat yang menyebabkan
sampah di Surabaya tidak dapat diolah dengan maksimal

D. Manfaat
1. Bagi lembaga atau sekolah, dalam hal ini Universitas Kristen Petra
Surabaya dapat mengambil manfaat dengan adanya peningkatan
inovatif mahasiswa untuk ikut serta dalam efisiensi pembuangan
sampah, bahkan terlebih lagi dalam pengolahan sampah.
2. Bagi mahasiswa, manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh
mahasiswa dapat berupa adanya motivasi yang tinggi untuk turut
serta dalam proses pengolahan sampah ini demi bangsa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sampah

Berdasarkan Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun


2008 menyatakan, sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia
dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan SK SNI
Tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat
organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus
dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendiri (Chandra, 2006).
Melalui batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa sampah
merupakan hasil dari kegiatan manusia yang sudah tidak digunakan
kembali dan dibuang. Dengan demikian sampah mengandung prinsip
sebagai berikut :
1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat
2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
Universitas Sumatera Utara
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)

B. Sumber dan Jenis-Jenis Sampah

Berdasarkan sumbernya sampah dibagi menjadi 8 jenis, yaitu:

Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Sampah yang terdiri dari bahan-bahan padat hasil kegiatan rumah


tangga yang telah digunakan dan kemudian dibuang, seperti sisa
makanan (baik yang sudah dimasak maupun belum), pembungkus
baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian bekas, bahan-
bahan bacaan, perabot rumah tangga, dan tanaman.

3
Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah yang berasal dari tempat umum seperti pasar, tempat


hiburan, terminal, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah yang
diperoleh dapat berupa sampah plastik, kertas, botol, daun dan
sebagainya.

Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah yang berasal dari perkantoran baik dalam bidang pendidikan,


perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah
yang dihasilkan dapat berupa kertas-kertas plastik, karbon, klip, dan
sebagainya. Sampah ini umumnya bersifat anorganik (sulit terurai) dan
masuk kedalam kategori yang mudah terbakar (rubbish).

Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah jenis ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri
dari: kertas maupun kardus, debu, batu, pasir, robekan ban, onderdil
kendaraan yang jatuh, dedaunan, plastik, dan sebagainya.

Sampah yang berasal dari industri (Industrial wastes)

Sampah yang berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang


berasal dari hasil pembangunan industri, dan proses produksinya.
Seperti misalnya: sampah yang dihasilkan dari hasil pengepakan
barang, sampah logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan
sebagainya.

Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah yang dihasilkan dari area perkebunan atau pertanian,


misalnya: jerami, sisa sayur mayur, batang padi, batang jagung,
patahan dari ranting kayu, dan sebagainya.

Sampah yang berasal dari pertambangan

4
Sampah yang berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya
tergantung dari jenis usaha tambang itu sendiri, misalnya: batu-batuan,
tanah, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari area peternakan dan perikanan, sampah


yang dihasilkan berupa: kotoran ternak, sisa makanan, bangkai
binatang, dan sebagainya (Notoarmojo, 2003).

Berdasarkan jenis-jenisnya, sampah dibagi menjadi 3, yakni:

Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:


a. Sampah Organik: Sampah yang pada umumnya dapat membusuk,
misalnya: sisa makanan, dedaunan, buah-buahan, dan sebagainya.
b. Sampah Anorganik: Sampah yang pada umumnya tidak dapat
membusuk atau sulit unutk membusuk, misalnya: logam/besi,
pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

Sampah berdasarkan mudah dan tidaknya terbakar


a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, kayu, karet,
plastik, kain bekas dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas,
besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan bentuknya, sampah dibedakan menjadi :


a. Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran
manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah
tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan
lain-lain. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam
(biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:
o Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara
sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob,
seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian
dan perkebunan.

5
o Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan
oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan
kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti
plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai
ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali
seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan
lain-lain.
b. Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan
tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan
sampah.
o Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet.
Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
o Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari
dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin
mengandung patogen.
c. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan
melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di
hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-
sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di
lingkungan pemukiman.
d. Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang
biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti
feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi
kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana
perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah
satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah
pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan
cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah
perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia
dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir

6
tanpa air.
e. Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh
(manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-
sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang
umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah
kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-
sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.
f. Limbah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir
yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya
bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah
nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk
melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas
tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih
dilakukan).

C. Sistem Pengolahan Sampah dan Konsep Pengolahan Sampah

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda


dalam penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa
yang paling umum, multikonsep yang digunakan adalah:
Hierarki sampah
Hierarki sampah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah,
menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang

7
mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan
keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hierarki limbah yang
tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi
sampah. Tujuan hierarki sampah adalah untuk mengambil
keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk
menghasilkan jumlah minimum limbah.

Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah (Extended


Producer Responsibility). EPR adalah suatu strategi yang
dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang
berkaitan dengan produk-produk para produsen di seluruh siklus
hidup produk tersebut ke dalam pasar harga produk. EPR
dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh siklus
hidup produk dan kemasan yang dibawa ke pasar. Ini berarti
perusahaan yang membuat, mengimpor dan/atau menjual produk
diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka sejak
manufaktur hingga akhir dari masa penggunaannya.
Prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah
prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak dari
aktivitasnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan
limbah, umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk
membayar sesuai dengan volume dan jenis sampah yang dibuang.

8
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Pembangkit listrik tenaga sampah atau Pembangkit listrik
sampah atau Pembangkit listrik tenaga biomasa sampah adalah
pembangkit listrik thermal dengan uap supercritical steam dan berbahan
bakar sampah atau gas sampah methan. Sampah atau gas methan
sampah dibakar menghasilkan panas yang memanaskan uap pada boiler
steam supercritical. Uap kompresi tinggi kemudian menggerakkan turbin
uap dan flywheel yang tersambung pada generator dinamo dengan
perantara gear transmisi atau transmisi otomatis sehingga menghasilkan
listrik. Daya yang dihasilkan pada pembangkit ini bervariasi antara 500
KW sampai 10 MW. Bandingkan dengan PLTU berbahan bakar batubara
dengan daya 40 MW sampai 100 MW per unit atau PLT nuklir berdaya
300 MW sampai 1200 MW per unit.

PLTSa dengan proses pembakaran menggunakan proses konversi


Thermal dalam mengolah sampah menjadi energi. Proses kerja tersebut
dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
Pemilahan dan penyimpanan sampah
o Limbah sampah kota yang berjumlah 500-700 ton akan
dikumpulkan pada suatu tempat yang dinamakan Tempat
Pengolahan Akhir (TPA).
o Pemilahan sampah sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
PLTSa.
o Sampah ini kemudian disimpan didalam bunker yang
menggunakan teknologi RDF (Refused Derived
Fuel).Teknologi RDF ini berguna dalam mengubah limbah
sampah kota menjadi limbah padatan sehingga mempunyai
nilai kalor yang tinggi.
o Penyimpanan dilakukan selama lima hari hingga kadar air
tinggal 45 % yang kemudian dilanjutkan dengan
pembakaran.

Pembakaran sampah

9
o Tungku PLTSa pada awal pengoperasiannya akan
digunakan bahan bakar minyak.
o Setelah suhu mencapai 850oC 900oC, sampah akan
dimasukkan dalam tungku pembakaran (insenerator) yang
berjalan 7800 jam.
o Hasil pembakaran limbah sampah akan menghasilkan gas
buangan yang mengandung CO, CO2, O2, NOx, dan Sox.
Hanya saja, dalam proses tersebut juga terjadi penurunan
kadar O2. Penurunan kadar O2 pada keluaran tungku bakar
menyebabkan panas yang terbawa keluar menjadi
berkurang dan hal tersebut sangat berpengaruh pada
efisiensi pembangkit listrik.

Pemanasan boiler
Panas yang dipakai dalam memanaskan boiler berasal dari
pembakaran sampah. Panas ini akan memanaskan boiler dan
mengubah air didalam boiler menjadi uap.

Penggerakan turbin dan generator serta hasil


Uap yang tercipta akan disalurkan ke turbin uap sehingga turbin
akan berputar. Karena turbin dihubungkan dengan generator maka
ketika turbin berputar generator juga akan berputar. Generator yang
berputar akan mengahsilkan tenaga listrik yang kan disalurkan ke
jaringan listrik milik PLN. Dari proses diatas dengan jumlah sampah
yang berkisar 500-700 ton tiap harinya dapat diolah menjadi
sumber energi berupa listrik sebesar 7 Megawatt

Berikut ini merupakan salah satu PLTSa yang sudah berlaku dikota
Surabaya yaitu PLTSa Benowo. PLTSa Benowo ini bekerjasama dengan
PT Sumber Organik selam 20 tahun sejak tahun 2012 hingga saat ini
sesuai skema bangun guna-serah (Build Operate Transfer/BOT). Seluruh
pengelolaan dan sarana-prasarana PLTSa Benowo akan diserahkan ke
pemerintah setelah periode kontrak berakhir. Lingkup kerja sama antara

10
Pemerintah Kota Surabaya dan PT Sumber Organik meliputi pengelolaan
TPA, pengembangan dan perbaikan sarana-prasarana baik yang sudah
ada atau pun pembangunan baru.
Produksi listrik yang ada masih dalam menunggu kontrak dari PLN
meski sudah siap beroperasi. Kapasitas yang disediakan dengan
teknologi sanitary landfill adalah dua Mega Watt (MW), namun listrik yang
dihasilkan yang dapat diekspor hanya sebesar 1, 65 MW sesuai isi
kontrak dengan PT PLN. Dan total 8,31 MW masih dalam proses
pembelian listrik (Power Purchase Agreement/PPA).
PLTSa ini terdapat pada area lahan seluas 37,4 hektar yang
terletak di Surabaya Barat, pembangkit listrik tenaga sampah mampu
menampung 539.343 ton sampah pada 2015. Karakteristik sampahnya
adalah 65 persen sampah organik dan 35 persen sisanya anorganik.

D. Dampak Pengolahan Sampah menjadi Listrik

Sampah sudah menjadi hal yang tidak dapat dihindari, setiap orang,
dari segala kalangan pasti akan membuang sampah setiap harinya. Di
bab sebelumnya telah disampaikan mengenai pengolahan sampah
menjadi pembangkit listrik, namun apakah pembangkit listrik dari sampah
sudah memberikan kontribusi yang baik bagi lingkungan? Pembangkit
listrik dari sampah memiliki dampak yang baik diantaranya dijabarkan
sebagai berikut:

A. Dampak Positif

11
a. Jumlah sampah berkurang

PLTSa yang ada di suatu kota atau daerah dapat membuat volume
sampah sampah yang menumpuk di mana mana menjadi lebih
berkurang.

b. Bencana banjir berkurang

Dengan berkurangnya sampah, dapat menimbulkan dampak yang baik


bagi lingkungan salah satunya yaitu dapat membantu pencegahan banjir
yang biasanya diakibatkan oleh sampah.

c. Penghematan energi

Sampah ini juga dapat membantu menghemat energi yang ada


khususnya jenis energi yang tidak dapat diperbarui.

d. Solusi ketergantungan baha bakar fosil

Seperti yang kita ketahui bahan bakar fosil seperti BBM sudah menjadi
bagian dari masyarakat, dan makin lama ketersediaannya semakin
menipis. Dengan adanya pembangkit menggunakan sampah ini
diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi adanya ketergantungan
masyarakat terhadap bahan bakar fosil seperti BBM dan batubara.

e. Mengatasi permasalahan Tempat Pembuangan Sampah (TPA)


yang terbatas

Bertambahnya penduduk tiap tahunnya tentu akan berpengaruh pada


bertambahnya volume sampah yang berasal dari masyarakat. Tentu hal
tersebut membuat sampah akan menumpuk, dan membutuhkan tempat
pembuangan yang lebih banyak lagi. Dengan adanya pengloahan sampah
dapat mengatasi permasalahan tempat pembuangan sampah (TPA) yang
masih terbatas ini.

f. Menambah pasokan cadangan energi listrik di Indonesia

12
Dari pengolahan sampah yang dilakukan dengan membuat
pembangkit listrik dari bahan sampah dapat menambah pemasokan
cadangan energi listrik, khususnya di kota-kota besar yang membutuhkan
banyaknya pasokan energi listrik

g. Pengembangan teknologi di Indonesia


Dengan adanya pembangkit listrik dari bahan sampah ini, dapat
menambah penerapan pengembangan teknologi yang ada di Indonesia,
yang awalnya dimulai dari kota-kota besar yang ada di Indonesia,
sehingga dapat mengejar ketinggalan teknologi yang sudah berlaku di
Negara-negara maju yang telah memakai pembangkit listrik ini.

Namun disisi lain kita perlu juga melihat apakah pembangkit listrik dari
sampah ini memiliki dampak yang negatif bagi lingkungan. Berikut adalah
beberapa dampak negative yang ditimbulkan dari adanya pengolahan
sampah menjadi energi listrik

B. Dampak Negatif

a. Pencemaran suara
Pembangkit listrik dari bahan sampah ini dalam proses pengolahannya
menjadi enegri listrik menimbulkan pencemaran suara, karena
penggunaan alat yang ada saat aktifitas pengolahan, mesin menimbulkan
kebisingan. Sehingga hal tersebut dapat mengganggu area yang dekat
dengan PLTSa tersebut.

b. Polusi udara

Hasil dari pembakaran sampah yang ada pada proses pengolahan


sampah menimbulkan asap tebal yang dapat mengganggu kegiatan yang
berada dekat area PLTSa.

c. Bau tidak sedap

Tentunya jika melakukan pengolahan menggunakan sampah akan


menimbulkan bau-bau yang tidak sedap.

d. Adanya zat berbahaya (zat dioksin)

13
Pengolahan sampah ini juga dapat menimbulkan adanya zat-zat
berbahaya, misalnya zat dioksin. Zat dioksin ini apabila meledak dapat
menghancurkan suatu kota yang kemudian akan mengakibatkan kota
menjadi kota mati.

Dari poin-poin diatas kita dapat melihat bagaimana dampak yang


ditimbulkan dari adanya PLTSa, menunjukkan dampak yang baik bagi
lingkungan khususnya mengurangi sampah dan menambah pasokan
energy listrik, namun disisi lain kita juga harus bijak dan sadar akan
dampak negative yang akan terjadi jika tidak mengambil tindakan.

14
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari karya tulis ini kita telah mengetahui dari para ahli mengenai
pengerrian dari sampah yang dapat disimpulkan bahwa, sampah
merupakan hasil dari kegiatan manusia yang sudah tidak digunakan
kembali dan dibuang. Sampah memiliki beragam sumber dan jenis-
jenisnya. Begitu banyaknya fakta mengenai jumlah volume sampah yang
menumpuk di Indonesia khususnya di kota Surabaya. Hal tersebut dapat
menjadi potensi untuk kota Surabaya khushusnya dalam menanggulangi
sampah menjadi bahan yang berguna salah satunya dengan mengolah
sampah menjadi energi listrik. Sistem pengolahan sampah menjadi energi
listrik dilakukan dengan menggunakan proses pembakaran dengan proses
konversi Thermal. Telah dijelaskan pula langkah-langkah yang dilakukan
dalam mengolah sampah. Dan pada kenyataannya kota Surabaya telah
memiliki PLTSa yaitu PLTSa Benowo, yang terdapat di Surabaya barat,
yang juga telah memproduksi listrik. Namun kija juga tetap perlu melihat
bagaimana dampak yang ditimbulkan baik positif maupun dampak
negative yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya
sampah merupakan salah satu bahan yang baik jika dapat diolah dengan
baik pula. Kita mengetahui bahwa sampah bisa menjadi potensi untuk
dilakukan nya pengolahan menjadi listrik yang cukup baik dalam
membantu memasok listrik, sekaligus mengurangi volume sampah yang
ada di perkotaan, namun juga tetap tidak lupa untuk menjaga lingkungan
agar tetap terjaga.

SARAN
Tentu dengan adanya PLTSa diharapkan dapat juga mengatasi
dampak negative yang ditimbulkan sehingga dari hal tersebut perlu
dilakukan hal-hal untuk mengurangi dampak negative tersebut. PLTSa
seharusnya dibangun menghadap ke laut, jauh dari pemukiman warga,

15
perkotaan, ataupun bangunan-bangunagn penting, agar tidak
mengganggu aktifitas yang ada. Khushusnya karena efek kebisingan yang
dihasilkan. Selain itu PLTSa juga harus memiliki cerobong asap minimal
70 m menghadap laut dan memastikan tidak mengganggu atau
mencemari pulau atau wilayah negara lain yang berseberangan dengan
laut yang dibangun PLTSa tsb. Hal ini juga dapat mengurangi dampak bau
yang tidak sedap. Sehingga PLTSa dapat berjalan dengan baik
memproduksi listrik dan juga tidak merugikan lingkungan sekitar.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8415858/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Sampah
_PLTSa?auto=download

http://kalteng.prokal.co/read/news/20429-masyarakat-indonesia-produksi-
sampah-64-juta-ton-per-tahun

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30773/4/Chapter%20II.pdf

http://www.scribd.com/doc/19229978/tulisan-bektihadini

http://eprints.walisongo.ac.id/3890/3/073811029_Bab2.pdf

https://www.academia.edu/11101387/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Sampa
h

http://dokumen.tips/documents/pengelolaan-sampah-menjadi-energi-
listrik.html

http://bisnis.liputan6.com/read/2498146/cerita-wali-kota-risma-penuhi-
kebutuhan-listrik-dengan-sampah

http://www.news.tridinamika.com/4209/cara-mengubah-sampah-menjadi-
energy-listrik

http://surabaya.tribunnews.com/2015/05/11/sampah-surabaya-2000-ton-
tiap-hari-hanya-500-ton-diolah

http://kalteng.prokal.co/read/news/20429-masyarakat-indonesia-produksi-
sampah-64-juta-ton-per-tahun

17

Anda mungkin juga menyukai