Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Sade merupakan sebuah perkampungan asli suku Sasak Asli yang
masih mencoba mempertahankan dan menjaga keaslian sisa sisa
kebudanyaan Sasak. Desa Sade ini berada di Kecamatan Pujut, yang terletak
di wilayah bagian selatan Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Kabupaten Lombok Tengah memiliki iklim D dan iklim E, yaitu hujan
tropis dengan musim kemarau kering, yaitu mulai bulan November sampai
dengan Mei, sementara curah hujan berkisar antara 1.000 hingga 2.500 mm
per tahun.
Masyarakat yang tinggal di Dusun Sade Lombok adalah suku Sasak
dengan sistem sosial dan kehidupan keseharian mereka yang masih sangat
kental memegang teguh tradisi Sasak tempo dulu. Dinas Pariwisata
setempat memang menjadikan Sade sebagai desa wisata karena keunikan
Desa Sade dan suku Sasak yang jadi penghuninya
Bangunan tradisional Sasak yang bisa di temui pada perkampungan
Dusun Sade Lombok terdiri dari dua jenis bangunan yang disebut Bale Tani
dan Bale Lumbung. Bale Tani adalah bangunan yang digunakan sebagai
rumah adat masyarakat desa Sade, dan Bale Lumbung adalah bangunan
yang biasa digunakan sebagai tempat menyimpan padi, hasil panen atau
tempat untuk menyimpan segala kebutuhan. Bale lumbung difungsikan
untuk menyimpan hasil panen dari 5 kepala keluarga.
Terdapat beberapa tradisi yang menjadi ciri khas saat membangun
bangunan tradisional suku Sasak ini. Selain itu, dalam membuat bangunan
Bale Tani dan Bale lumbung masyarakat Sasak memiliki ciri khas dalam
mengatasi permasalahan iklim yang ada melalui cara tradisional.

1.2 Pertanyaan Penelitian


1.2.1 Bagaimana cara masyarakat Sasak mengatasi permasalahan pada iklim tropis lembab
dalam membangun bangunan tradisional Sasak ?
1.2.2 Apa ciri khas dan tradisi yang di terapkan bangunan tradisional Sasak dalam
mempertahankan dan menjaga keaslian sisa-sisa kebudayaan
sasak?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui cara masyarakat Sasak dalam mengatasi permasalahan pada iklim tropis
lembab dalam membangun bangunan Tradisional sasak
1.3.2 Mengetahui ciri khas dan dan tradisi yang di terapkan bangunan tradisional Sasak dalam
mempertahankan dan menjaga keaslian sisa-sisa kebudayaan

1.4 Manfaat Penelitian


Cara mengatasi permasalahan iklim tropis lembab

1. Material Atap
Bahan pembuat rumah adat suku Sasak diantaranya kayu penyanggga, bambu, bedek
untuk dinding, jerami dan alang-alang untuk atap. Atap bangunan menggunakan
bahan alang-alang yang dapat mereduksi panas sinar matahari pada
siang hari dan dapat memberikan kehangatan pada malam hari. Atap
rumah Sasak terbuat struktur dan konstruksi kayu secara bersilang dan ber-
jurai, untuk menahan beban penutup atap, sedangkan bahan penutup atap
terbuat dari jerami (batang padi yangdikeringkan) atau rumbia (batang-
batang rerumputan yang ada di tempat sekitar).

2. Material Dinding

Rumah adat suku Sasak yang juga disebut Bale Tani ini terbuat dari kayu dengan dinding-
dinding yang terbuat dari anyaman bamboo. Penggunaan anyaman bambu sebagai
dinding bangunan memberikan keuntungan terhadap masalah sirkulasi
udara. Celah-celah pada anyaman bambu dapat dilalui udara dengan baik,
sehingga pergantian udara dalam ruangan dapat berjalan secara maksimal.

3. POLA HUNIAN
Pola hunian yang berkelompok dengan bangunan yang tidak rapat akan
membantu dalam aliran angin / pergerakan udara untuk ventilasi alami
dalam bangunan. Hal ini sudah sesuai dengan prinsip penataan bangunan
di daerah tropis lembab, dengan memberi jarak pada setiap bangunan
untuk aliran udara Arsitektur tradisional desa adat sade menggunakan
bahan bangunan kayu yang paling dominan dengan batu sebagai pondasi
dan penggunaan daun rumbia sebagai penutup atap.

4.Konstruksi
Menurut Lipsmeier (1994), konstruksi yang khas di daerah
tropis lembab adalah konstruksi yang ringan dan terbuka.
Penurunan temperatur pada malam hari sangat sedikit,
sehingga diutamakan pemakaian bahan bangunan dan
konstruksi yang ringan. Rumah tradisional ini telah
menerapkan konsep tersebut dengan konstruksi yang ringan
dengan bahan setempat. Teknik struktur dan konstruksi yang
digunakan pada Rumah Adat Sasak mempunyai kesamaan
dengan Arsitektur vernakular Indonesia pada umumnya.
Arsitektur vernakular Indonesia ditandai oleh penggunaan
bahan bangunan alami serta menggunakan sistem struktur
tiang dan balok dengan bahan kayu. Kerangka kayu ini
disambung tanpa paku, melainkan menggunakan teknik
penyambungan yang diperkuat oleh pasak, baji, atau jepit.

Pondasi ini berfungsi sebagai tempat dudukan tiang-tiang dan


sekaligus berfungsi sebagai lantai ruangan dan juga sebagai
tangga. Pondasi terbuat dari adukan tanah, dedak dan kotoran
sapi atau kerbau yang kemudian dicampurkan dengan air.
Pondasi dibuat secara berlapis-lapis sehingga mempunyai
kekuatan yang tinggi.
Ciri khas dan dan tradisi yang di terapkan bangunan tradisional
Sasak dalam mempertahankan dan menjaga keaslian sisa-sisa
kebudayaan Perawatan pada lantai
1. Lantai dari Bale Tani ini adalah campuran tanah, getah pohon dan abu jerami yang
kemudian diolesi dengan kotoran kerbau. kotoran kerbau atau kuda sebagai bahan
campuran pengeras lantai, getah pohon kayu banten dan bajur, abu jerami sebagai bahan
pengeras lantai. Salah satu keistimewaan dari Bale Tani adalah cara perawatannya.
Seminggu sekali lantai Bale Tani digosok dengan kotoran kerbau yang sudah kering
dicampur sedikit air, kemudian setelah kering disapu dan digosok dengan batu.
Penggosokkan dengan kotoran kerbau ini berfungsi untuk membersihkan lantai dari debu,
memperkuat lantai, serta menghangatkan rumah di malam hari. Masyarakat Sasak
percaya bahwa kotoran kerbau tersebut dapat mengusir serangga sekaligus menangkal
serangan magis yang ditujukan pada penghuni rumah. Masyarakat Sasak melumurinya
seminggu sekali. Bagi suku Sasak, campuran kotoran sapi atau
kerbau diyakini dapat menjaga lantai agar tidak mudah
lembab dan retak.
2. Atap
Atap rumah tradisional Sasak didesain sangat rendah dengan
pintu berukuran kecil, bertujuan agar tamu yang datang harus
merunduk. Sikap merunduk merupakan sikap saling hormat
menghormati dan saling menghargai antara tamu dengan tuan
rumah.
Rumah adat Sasak pada atapnya berbentuk gunungan, menukik ke bawah dengan jarak
sekitar 1,5-2 meter dari permukaan tanah (pondasi). Atap dan bubungannya (bungus)
terbuat dari alang-alang, dinding dari bedek, hanya mempunyai satu ukuran kecil dan
tidak ada jendela. Atap rumah tradisional Sasak didesain sangat rendah dengan pintu
berukuran kecil, bertujuan agar tamu yang datang harus merunduk. Sikap merunduk
merupakan sikap saling hormat menghormati dan saling menghargai antara tamu dengan
tuan rumah.

3. Orang Sasak selektif dalam menentukan tempat pembangunan rumah. karena mereka
meyakini tempat yang tidak tepat akan berakibat kurang baik, seperti bekas perapian,
bekas pembuangan sampah, bekas sumur, posisi tusuk sate (susur gubug).
4. Orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda
dengan rumah yang lebih dulu ada. Menurut mereka, melanggar konsep tersebut
merupakan perbuatan melawan tabu (maliq lenget).

5. Mengatur fungsi ruang


Bale Tani yang merupakan rumah adat suku sasak terbagi menjadi dua bagian yaitu Bale
Dalam dan Bale Luar.
a. Ruangan Bale Dalam biasanya diperuntukkan untuk anggota keluarga wanita, yang
sekaligus merangkap sebagai dapur. Di dalam ruangan Bale Dalam ini terdapat dua
buah tungku yang menyatu dengan lantai terbuat dari tanah liat yang digunakan untuk
memasak. Masyarakat di perkampungan Dusun Sade Lombok ini biasanya memasak
dengan menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya. Bale Dalam ini tidak memiliki
jendela dan hanya memiliki satu buah pintu sebagai jalan untuk keluar-masuk yang
hanya terletak di bagian depan Bale. Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur
dan sempare (tempat menyimpan persediaan makanan dan peralatan rumah tangga
lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2X2 meter persegi atau empat persegi panjang.
Sempare diletakkan diatas, posisi menggantung di langit-langit atap. Ketika ada

anggota keluarga yang meninggal dunia, bale dalam


dijadikan tempat untuk menyemayamkan jenasah
sebelum dimakamkan

b. ruangan Bale Luar diperuntukkan untuk anggota keluarga lainnya, dan juga berfungsi
sebagai ruang tamu. Bale luar dimanfaatkan sebagai tempat

tidur bagi anggota keluarga.Antara Bale Dalam dan Bale Luar ini
dipisahkan dengan pintu geser dan anak tangga.

6. Di depan Bale Tani, terdapat Bale lumbung yang menjadi ikon khas bangunan Suku
Sasak. Bangunan ini dibuat di atas empat pilar kayu dengan atap berbentuk topi yang
terbuat dari alang-alang. Lumbung ini digunakan untuk menyimpan hasil panen warga
untuk kebutuhan pangan selama setahun, dan masing-masing lumbung digunakan untuk
menyimpan kebutuhan padi bagi 5 kepala keluarga. Menurut kepercayaan masyarakat
Sasak, yang boleh mengambil padi adalah wanita yang telah berkeluarga. Dipercaya jika
hal ini dilanggar, maka wanita yang melanggar tidak akan mendapat keturunan.

7. Arah dan ukuran yang sama rumah adar Suku Sasak menunjukkan bahwa masyarakat
hidup harmonis. Sedangkan undak-undakan (tangga) tingkat tiga mempunyai pesan
bahwa tingkat ketakwaan ilmu pengetahuan dan kekayaan tiap manusia tidak akan sama.
Diharapkan semua manusia menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, kareba
semuanya merupakan rahmat Tuhan.

8. Untuk masuk ke dalam rumah Sasak, anda dapat menapaki


tiga buah anak tangga yang terletak tepat di depan pintu
masuk rumah. Anak tangga itu terbuat dari campuran batu
bata, semen, serta tanah. Dalam kehidupan suku Sasak,
jumlah anak tangga itu menjadi simbol, di dalam rumah itu
terdiri dari ayah, ibu, serta anak. Menapaki tiga buah anak
tangga itu menjadi simbol, setiap manusia yang ada di dunia
selalu menjalani tiga alur kehidupan, lahir, berkembang,
serta meninggal dunia.

Sesampainya di anak tangga teratas, anda dapat menjumpai


pintu masuk rumah dari bambu yang berbentuk pintu geser.
Karena tinggi pintu masuk rumah lebih pendek jika
dibandingkan ukuran tinggi badan manusia normal, anda
disarankan untuk merunduk ketika masuk ke dalam rumah
Sasak. Turun temurun, tinggi pintu masuk rumah adat Sasak
tidaklah berubah. Tinggi pintu rumah itu-pun memiliki arti.
Masyarakat Sasak meyakini, posisi merunduk ketika masuk
ke dalam rumah menjadi simbol, rasa hormat tamu kepada
sang pemilik rumah.

9. Masyarakat sasak umumnya membuat ukuran struktur bangunan atas


harus disesuaikan dengan ukuran tinggi struktur bangunan di
bawahnya. Standar satuan tradisional yang dipakai pada waktu itu
dalam merencanakan tinggi struktur bangunan bawahnya adalah
ukuran tinggi pemilik rumah ditambah satu jengkal diatas kepala
pemilik lumbung.

10. Bale lumbung ditetapkan sebagai ciri khas rumah adat suku
sasak dari pulau Lombok. Hal ini disebabkan bentuknya yang sangat
unik dan menarik yaitu berupa rumah panggung dengan ujung atap
yang runcing kemudian melebar sedikit lalu lurus ke bawah dan bagian
bawahnya melebar kembali dengan jarak atap 1,5 - 2,0 meter dari
tanah dan diameter 1,5 3,0 meter. Atap dan bubungannya dibuat dari
jerami atau alang alang, dindingnya terbuat dari anyaman bambu
(bedek), lantainya menggunakan papan kayu dan bale lumbung ini
disangga oleh empat tiang yang terbuat dari tanah dan batu sebagai
fondasi. Bagian atap dari bale lumbung merupakan suatu ruangan
yang digunakan untuk menaruh padi hasil dari beberapa kepala
keluarga. Bentuknya berupa rumah panggung dimaksudkan untuk
menghindari hasil panen rusak akibat banjir dan serangan tikus.

11. Seluruh bahan bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat
rumah adat Sasak didapatkan dari lingkungan atau alam sekitar mereka,
bahkan untuk menyambung bagian-bagian kayu tersebut, mereka
menggunakan paku yang terbuat dari bamboo
Untuk membuat rumah adat Sasak bahan bangunan didapatkan dari
lingkungan sekitar mereka tinggal dan merupakan bahan yang ada di
lingkungan sekitar mereka,bukan bahan-bahan yang asing yang tidak
dikenal alam lingkungan sekitar. Bahkan untuk menyambung bagian - bagian
kayu dari rumah adat tersebut, mereka menggunakan paku yangterbuat
dari bamboo yang disebut pasak dan paku.

Anda mungkin juga menyukai