Dalam PPOK
Tuberculosis
Pneumonia
Keseimbangan asam basa
Klinis
Asthma memiliki 2 jenis gejala, yaitu gejala saat kondisi stabil (steady-state) atau gejala saat
serangan asthma (asthma-attack exacerbation).
Gejala dalam kondisi stabil:
Keluhan batuk tengah malam atau pagi hari
Sesak nafas saat olahraga dan tenang saat istirahat
Gejala saat serangan asthma:
Perasaan sesak berat
Susah bernafas diikuti suara mengi (wheezing) yang lebih terdengar saat ekspirasi.
Pada pemeriksaan thorax dapat ditemukan:
Retraksi intercostal
Suara ekspirasi yang memanjang
Wheezing dengan nafas bronchial.
Pemeriksaan spirometri dengan kombinasi bronchodilator. Dikatakan positif bila:
Terjadi peningkatan FEV1 >12% dan 200ml setelah pemberian bronchodilator.
Terjadi peningkatan PEF >20% setelah pemberian bronchodilator.
Terdapat variasi nilai PEF secara diurnal >20% atau bila dalam pembacaan 2x dalam sehari >10%.
Pemeriksaan penunjang alternatif lain adalah:
Methacholinechallenge test
Histaminechallenge test
Exercisechallenge test.
KLASIFIKASI ASTHMA Terbaru
CONTROLLED PARTLY- UNCONTROLLED
CONTROLLED
eksaserbasi berulang.
Pengobatan komplikasi.
Rehabilitasi.
PNEUMONIA
Pembagian Berdasarkan Lokasi
Pneumonia Lobaris ETIOLOGI:
1. Bakteri
Pneumonia Interstitial
2. Virus
Pneumonia Lobularis
3. Jamur
(Bronkopneumonia)
4. Aspirasi
5. pneumonia hipostatik
6. sindrom loeffler
KLASIFIKASI
ASAL USUL KUMAN: Pneumonia tipik
1. Community Acquired o Disebabkan oleh bakteri
Pneumonia (CAP) yang responsif terhadap
pengobatan dengan
Pneumonia pada individu yang antibiotik beta-laktam
menjadi sakit di luar rumah Pneumonia atipik
sakit, atau dalam 48 jam sejak
o Tidak responsif dengan
masuk rumah sakit antibiotik beta-laktam
- pneumonia atipik o Terutama disebabkan
- pneumonia bakterial oleh Mycoplasma
2. Hospital Acquired pneumoniae dan
Pneumonia (HAP) Chlamydia pneumoniae
Klinis
Diagnostik adanya CAP:
Foto paru terdapat infiltrat baru atau infiltrat yang bertambah
Terdapat 2 dari 3 gejala berikut:
Demam, batuk + sputum produktif, leukositosis (pada penderita usia lanjut:
gejala dapat tidak khas/tersamar, seperti lesu, tidak mau makan, dll)
Identifikasi penyebab mikrobiologis:
pewarnaan Gram sputum, kultur sputum, kultur darah
pemeriksaan serologis, pemeriksaan antigen, pemeriksaan polymerase chain
reaction ( PCR ), dan tes invasif bila diperlukan.
Infeksi atipik
Batuk tanpa sputum, kecuali bila penyakit memberat / infeksi sekunder
Demam ringan, dapat dengan cepat meningkat s/d menggigil
Malaise, kelemahan seluruh anggota tubuh
Sakit kepala, nyeri otot (sering)
leukositosis (jarang), biasanya < 15.000/mL, trombositopenia, anemia hemolitik
(kadang-kadang)
LED meningkat, AST, ALT meningkat
Rawat jalan: Tata laksana Umum:
Dianjurkan untuk tidak
merokok, beristirahat, dan Rawat inap di RS:
minum banyak cairan Oksigen, bila perlu dengan
Nyeri pleuritik/demam pemantauan saturasi oksigen dan
diredakan dengan konsentrasi oksigen inspirasi.
paracetamol Tujuannya: mempertahankan
Ekspektoran/mukolitik PaO2 8 kPa dan SaO2 92 %
Nutrisi tambahan pada Tata Laksana oksigen pada pasien
penyakit yang dengan penyakit dasar PPOK
berkepanjangan dengan komplikasi gagal nafas
dituntun dengan pengukuran
Kontrol setelah 48 jam atau analisa gas darah berkala
lebih awal bila diperlukan
Cairan: bila perlu dengan cairan
Bila tidak membaik dalam 48 intravena
jam: dipertimbangkan untuk
dirawat di rumah sakit, atau Nutrisi
dilakukan foto toraks Nyeri pleuritik/demam diredakan
dengan paracetamol
Ekspektoran/mukolitik
Foto toraks diulang pada pasien
yang tidak menunjukkan
perbaikan yang memuaskan
Tata Laksana Antibiotika:
Pemilihan antibiotika dengan spektrum sesempit
mungkin, berdasarkan perkiraan etiologi
Rawat jalan: makrolid + doxycycline, dengan FR
kardio: B lactam + floroquinolon
Rawat inap: azithro+floroquinolon, dengan FR kardio:
B lactam IV + floroquinolon
Infeksi atipik: Erythromycin, Clarythromycin 2 x 500
mg, Azithromycin 1 x 500 mg, Roxythromycin 2 x 500
mg, Doxycycline, Respiratory Fluoroquinolone, +
Rifampicin (bila curiga Legionella)
Keseimbangan Asam Basa
pH Darah
Normal : antara 7,35 hingga 7,45.
Keseimbangan asam-basa tubuh dijaga oleh sistem buffer,
kecepatan dan kedalaman respirasi, serta oleh ginjal.
Sistem respirasi meregulasi pH tubuh karena mampu
mengatur kadar CO2 dalam tubuh.
Ketidakseimbangan pH yang disebabkan oleh kelainan di
luar sistem respirasi dinamakan asidosis atau alkalosis
metabolik.
Note :
pCO2 : sist. Respirasi bersifat asam
HCO3 : sist. Metabolit bersifat basa
Asidosis respirasi
Pada kondisi yang menurunkan laju maupun efisiensi respirasi sehingga CO 2 tidak
dapat dikeluarkan secepat kondisi normal.
CO2 yang berlebih akan membentuk H+ yang berelebihan pula sehingga akan
menurunkan pH cairan tubuh
Cth : pd ps PPOK, serangan asma berat, apnoe
Alkalosis repirasi
Kondisi ini lebih jarang terjadi, namun dapat disebabkan oleh nafas yang terlalu
cepat yang kemudian meningkatkan ekshalasi CO2.
Cth : pd ps fraktur costa, nafasnya akan lebih cepat dan dangkal
Asidosis metabolik
Ketika terdapat kelebihan ion hidrogen (H+) pada cairan tubuh, pH akan turun,
kemudian menstimulasi pusat pernapasan di medulla.
Respon yang terjadi adalah peningkatan laju pernapasan untuk mengeluarkan CO2
dan menurunkan pembentukanH+ sehingga pH kembali naik.
Pola pernafasan ini disebut pernafasan Kussmaul.
Pada ps diare dengan dehidrasi berat
Alkalosis metabolik
Kondisi ini jarang terjadi, tapi dapat disebabkan oleh penggunan antasid berlebih
atau memuntahkan berlebih isi gaster.
Ketika pH meningkat, pernapasan menjadi lebih lambat untuk menahan CO2 yang
kemudian meningkatkan pembentukanH+ sehingga pH kembali turun.
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-