Anda di halaman 1dari 33

Ilmu Penyakit Asthma

Dalam PPOK
Tuberculosis
Pneumonia
Keseimbangan asam basa

CATATAN TUTORIAL OPTIMA


Pulmonology & Respirologi
Paru-paru
Paru-paru terletak dalam
rongga thoraks, dan
memiliki dua bagian yaitu
paru-paru kanan dan kiri.
Paru-paru kanan dan kiri
dipisahkan oleh
mediastinum.
Paru kiri dan kanan
diperdarahi arteri
pulmonary yang berasal dari
ventrikel kanan jantung,
dan pembuluh balik/ vena
pulmonalis ke atrium kiri
jantung.
Terdapat hilum pada bagian
medial masing-masing paru
.Hilum terdiri atas bronki,
arteri pulmonal, vena
pulmonal inferior dan
superior, pleksus syaraf
pulmonal (serabut syaraf
simpatik, parasimpatik, dan
visceral) serta pembuluh
limfe.
Paru-paru dilapisi oleh
lapisan pleura yang terdiri
atas lapisan pleura parietal
dan visceral.
Paru-paru VS Paru-paru
Kanan Kiri
3 Lobus 2 lobus
Ukuran >> Panjang >>
Berat >>
Lebar>>
Sistem respiratori terdiri dari dua bagian
utama: rongga nasal,
bagian
penyalur nasofaring,
udara laring,
conducting trakea,
portion bronki,
bronkiolus,
bronkiolus terminal
bagian
pernapasan respiratory
bronchioles
atau
respiratory duktus alveoli
portion alveoli
Asma
Definisi
kondisi inflamasi kronik pada saluran nafas yang berhubungan dengan hiperreaktif saluran respirasi & keterbatasan
aliran udara akibat adanya penyempitan dari bronchus yang reversibel.

Klinis
Asthma memiliki 2 jenis gejala, yaitu gejala saat kondisi stabil (steady-state) atau gejala saat
serangan asthma (asthma-attack exacerbation).
Gejala dalam kondisi stabil:
Keluhan batuk tengah malam atau pagi hari
Sesak nafas saat olahraga dan tenang saat istirahat
Gejala saat serangan asthma:
Perasaan sesak berat
Susah bernafas diikuti suara mengi (wheezing) yang lebih terdengar saat ekspirasi.
Pada pemeriksaan thorax dapat ditemukan:
Retraksi intercostal
Suara ekspirasi yang memanjang
Wheezing dengan nafas bronchial.
Pemeriksaan spirometri dengan kombinasi bronchodilator. Dikatakan positif bila:
Terjadi peningkatan FEV1 >12% dan 200ml setelah pemberian bronchodilator.
Terjadi peningkatan PEF >20% setelah pemberian bronchodilator.
Terdapat variasi nilai PEF secara diurnal >20% atau bila dalam pembacaan 2x dalam sehari >10%.
Pemeriksaan penunjang alternatif lain adalah:
Methacholinechallenge test
Histaminechallenge test
Exercisechallenge test.
KLASIFIKASI ASTHMA Terbaru
CONTROLLED PARTLY- UNCONTROLLED
CONTROLLED

Gejala pagi <2x/minggu >2x/minggu Muncul minimal 3


Gejala malam Tidak ada Ada kriteria dari asma
partly-controlled
Kebutuhan <2x/minggu >2x/minggu
atau setidaknya 1
reliever
serangan
Aktivitas Tidak terganggu Terganggu eksaserbasi asma
sehari-hari dalam 1 minggu

PEF atau FEV1 >80% <80%


(tanpa
bronchodilator)
MANAJEMEN EKSASERBASI ASTHMA
Tahap diagnosis asthma
Tahap terapi awal, diberikan suplementasi
oksigen bila saturasi oksigen <95%
Tahap terapi inti, disesuaikan dengan derajat
eksaserbasi
Ringan Sedang Berat
Berbicara Dapat membuat Hanya dapat membuat frase Berbicara terpotong-potong
kalimat kata tiap kata
Posisi Posisi pasien dapat Pasien lebih memilih untuk Posisi Tripot
berjalan atau supinasi duduk

Kesadaran Agitasi ringan Agitasi berat Bingung


RR Naik Naik Naik mencapai >30x/menit

HR <100x/menit 100-120x/menit >120x/ menit


Pulsus Kadang tidak ada, Biasanya ada, berkisar 10-25 Sering ada, berkisar
Paradoksus tapi dapat berkisar mmHg >25mmHg (dewasa) atau
<10 mmHg 20-40 mmHg (anak)
Sianosis - - +
Dyspnea Ringan Sedang Berat
Retraksi Inter costal Supra sternal Nasal flare
Otot Asesoris - + +
Wheezing Sedang, biasa hanya Keras (high-pitch) Keras (terdengar tanpa
saat ekspirasi stetoskop)

PEF + >80% 60-80% <60%


Bronkodilator
PaO2 Normal, tidak perlu >60mmHg <60mmHg
diperiksa
PaCO2 <45mmHg <45mmHg >45mmHg
SaO2 >95% 91-95% <90%
PPOK PPOK
Definisi
Suatu penyakit yang memiliki karakteristik adanya hambatan aliran udara
persisten yang progresif dan berhubungan dengan suatu proses inflamasi kronis
pada jalan nafas dan paru akibat paparan pada gas atau partikel berbahaya.
Klinis
sesak napas, batuk-batuk kronis, sputum yang produktif, faktor resiko (+),
PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala
Pernafasan pursed lips,Takipnea, dada emfisematous atau barrel chest dengan
tampilan fisik pink puffer atau blue bloater, bunyi nafas vesikuler melemah,
ekspirasi memanjang, ronki kering atau wheezing, bunyi jantung jauh.
Diagnosis pasti dengan uji spirometri:
FEV1 / FVC < 70 %
Uji bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan) : FEV1 pasca bronkodilator < 80 % prediksi
Uji coba kortikosteroid
Analisis gas darah pada:
Semua pasien dengan VEP1 < 40% prediksi
Secara klinis diperkirakan gagal napas atau payah jantung kanan.
PPOK Eksaserbasi Akut
Gejala eksaserbasi: bertambahnya sesak napas, kadang-kadang disertai mengi,
bertambahnya batuk disertai meningkatnya sputum dan sputum menjadi lebih purulen
atau berubah warna.
Gejala non-spesifik: malaise, insomnia, fatigue, depresi
Spirometri: fungsi paru sangat menurun
Etiologi eksaserbasi:Infeksi mukosa trakeobronkial, terutama Streptococcus pneumonie,
Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis.Pajanan polusi udara
Inflamasi Kronis pada Jalan
Nafas

Produksi Fibrosis Proteolysis Penyakit Penyakit


Mukus Vaskular Sistemik

Bronkitis Bronkiolitis Inflamasi


Emfisema Cor
Kronis Obstruktif Sistemik
Pulmonale

Batuk Obstruksi Abnormalitas Gagal Cachexia


Produktif Jalan Nafas pertukaran gas Jantung dan Rentan
Kronis dan dan hipoksia Kanan thdp Infeksi
Hiperinflasi Sekunder
Stadium Derajat Karakteristik Anjuran pengobatan
0 Beresiko PPOK Gejala kronik Hindari faktor resiko
Paparan faktor resiko Vaksinasi
Spirometri normal
I PPOK Ringan FEV1/FVC < 70 % Bronkodilator kerja cepat ( p r n )
FEV1 80 % prediksi, keluhan kronik

II PPOK Sedang FEV1/FVC < 70 % II A:


30 % < FEV1 < 80 % prediksi, Pengobatan rutin dengan 1
II A bronkodilator.
50 % < FEV1 < 80 % prediksi, keluhan
klinis Steroid inhalasi: jika uji steroid (+)
II B
30 % < FEV1 < 50 % prediksi, keluhan Rehabilitasi.
klinis II B = II A ditambah :Steroid inhalasi: jika uji
steroid (+) atau eksaserbasi berulang.

III PPOK Berat FEV1/FVC < 70 % Pengobatan rutin dengan 1


FEV1 < 30 % prediksi, atau bronkodilator.
FEV1 < 50 % prediksi + gagal nafas
Steroid inhalasi: jika uji steroid (+) atau

eksaserbasi berulang.

Pengobatan komplikasi.
Rehabilitasi.

Tata Laksana O2: jika gagal nafas.

Semua stadium Hindari faktor resiko


Vaksinasi
Tata laksana Tata Laksana PPOK Stabil
Bronkodilator
Secara inhalasi ( MDI ), kecuali preparat tak tersedia / tak terjangkau
Rutin (bila gejala menetap) atau hanya bila diperlukan ( gejala intermitten )
3 golongan :
agonis 2: fenopterol, salbutamol, albuterol, terbutalin, formoterol, salmeterol,
antikolinergik: ipratropium bromid, oksitroprium bromid
metilxantin: teofilin lepas lambat, bila kombinasi -2 dan steroid belum memuaskan
dianjurkan bronkodilator kombinasi daripada meningkatkan dosis bronkodilator monoTata Laksana
Steroid, pada:
PPOK yang menunjukkan respons pada uji steroid,
PPOK dengan FEV1 < 50 % prediksi ( stadium IIB dan III ),
Eksaserbasi akut
Obat-obat tambahan lain
mukolitik (mukokinetik, mukoregulator): ambroxol, karbosistein, gliserol iodida
antioksidan: N-asetil-sistein
imunoregulator (imunostimulator, imunomodulator): tidak rutin
antitusif: tidak rutin
vaksinasi: influenza, pneumokok
Tata Laksana Non-farmakologis
Rehabilitasi : latihan fisik, latihan endurance, latihan pernafasan, rehabilitasi psikososial
Tata Laksana oksigen jangka panjang ( > 15 jam sehari ): Pada PPOK stadium III
PaO2 < 55 mmHg, atau SaO2 88 % dengan / tanpa hiperkapnia
PaO2 55 - 60 mmHg, atau SaO2 88 % disertai hipertensi pulmonal, edema perifer karena gagal jantung, polisitemia.
Nutrisi
Pembedahan: pada PPOK berat, (bila dapat memperbaiki fungsi paru atau gerakan mekanik paru)
Tata Laksana PPOK Eksaserbasi Akut
Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut di rumah:
Bronkodilator seperti pada PPOK stabil, dosis 4-6 kali 2-4 hirup sehari.
Steroid oral dapat diberikan selama 10-14 hari.
Bila infeksi: diberikan antibiotika spektrum luas (termasuk S
pneumonie, H influenzae, M catarrhalis).
Tata Laksana Eksaserbasi Akut di rumah sakit
Tata Laksana oksigen terkontrol, melalui kanul nasal atau venturi mask.
Bronkodilator: inhalasi agonis 2 (dosis & frekuensi ditingkatkan) +
antikolinergik. Pada eksaserbasi akut berat: + Aminofilin ( 0,5
mg/kgbb/jam )
Steroid: Prednisolon 30-40 mg PO selama 10-14 hari. SteroidIV: pada
keadaan berat.
Antibiotika terhadap S pneumonie, H influenzae, M catarrhalis
Ventilasi mekanik. Indikasi: gagal nafas akut atau kronik.
Tuberculosis
Definisi
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Micobacterium tuberculosa .
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Klinis
Gejala sistemik / umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
keringat malam .
Penurunan nafsu makan dan berat badan .
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah ). Perasaan
tidak enak ( malaise ), lemah
Diagnosis tuberculosis pada orang dewasa
Diagnosis ditegakkan : ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak positif apabila
sedikitnya 2 dari 3 spesimen hasilnya positif
Bila hanya 1 spesimen + foto roentgen dada atau dahak SPS diulang
Hasil roentgen mendukung TB : penderita TB +
Hasil roentgen tidak mendukung TB : pemeriksaan dahak SPS diulangi
Ketiga spesimen dahak hasilnya - diberikan antibiotik spektrum luas non quinolon
selama 1-2 minggu tidak ada perubahan, gejala klinis tetap mencurigakan TB
ulang pemeriksaan SPS
Hasil SPS positif : TB BTA +
Hasil SPS tetap negatif roentgen dada
Hasil roentgen mendukung TB : penderita TB BTA
Hasil roentgen tidak mendukung TB : bukan TB.
Kategori
Tata laksana Kategori I: TB paru BTA +, BTA -,
Fase lesi luas, ekstra paru. Obat yang
dianjurkan: 2 RHZE / 4R3H3
Fase intensif
2-3 bulan Kategori II:
Mendapat obat setiap hari dan Kambuh, pengobatan yang
diawasi langsung mencegah dianjurkan: 2 RHZES / 1 RHZE / 5
terjadinya kekebalan terhadap RHE
semua OAT, terutama rifampicin Gagal pengobatan, pengobatan
Bila pengobatan tepat yang dianjurkan: 3-6 kanamisin,
penderita menular menjadi tidak ofloksasin, etionamid, sikloserin /
menular dalam kurun waktu 2 15-18 ofloksasin, etionamid,
minggu sikloserin 2 RHZES / 1 RHZE / 5
RHE
Sebagian besar TB BTA + - pada
akhir pengobatan intensif Kategori III: TB paru, BTA -, lesi
Fase lanjutan (4 atau 7 bulan) minimal. Pengobatan yang
Jenis obat lebih sedikit
dianjurkan: 2 RHZE / 4 RH
Jangka waktu yang lebih lama Kategori IV: Kronik. Pengobatan
Penting untuk membunuh kuman yang dianjurkan: RHZES / sesuai
persisten mencegah terjadinya hasil uji resistensi (minimal 4
kekambuhan OAT yang sensitive) + obat lini 2
(pengobatan minimal 18 bulan)
Efek Samping Obat TB
Drug-induced Hepatitis
Penatalaksanaan:
Bila gejala klinis (+) (ikterik, mual muntah) stop OAT
Bila gejala klinis (+) disertai enzim hati >3x stop OAT
Bila gejala klinis (-) disertai hasil laboratorium berikut:
Bilirubin >2 stop OAT
Enzim hati >5x stop OAT
Enzim hati >3x teruskan pengobatan dengan pengawasan
Panduan OAT yang dianjurkan:
Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ)
Monitor klinik dan laboratorium. Bila klinik dan laboratorium normal kembali
(bilirubin, SGOT, SGPT), maka tambahkan H (INH) desensitisasi sampai dengan
dosis penuh (300 mg).
Bila klinik dan laboratorium normal, tambahkan rifampisin, desensitisasi
sampai dengan dosis penuh sehingga menjadi RHES.
Pirazinamid tidak boleh diberikan lagi.
TB & HIV
Pemberian ARV & OAT pada pasien dengan
TB+HIV
Pedoman Nasional 2011
Definisi
Pneumonia: Inflamasi parenkim paru yang disebabkan mikroorganisme
selain Mycobacterium tuberculosis.

PNEUMONIA
Pembagian Berdasarkan Lokasi
Pneumonia Lobaris ETIOLOGI:
1. Bakteri
Pneumonia Interstitial
2. Virus
Pneumonia Lobularis
3. Jamur
(Bronkopneumonia)
4. Aspirasi
5. pneumonia hipostatik
6. sindrom loeffler
KLASIFIKASI
ASAL USUL KUMAN: Pneumonia tipik
1. Community Acquired o Disebabkan oleh bakteri
Pneumonia (CAP) yang responsif terhadap
pengobatan dengan
Pneumonia pada individu yang antibiotik beta-laktam
menjadi sakit di luar rumah Pneumonia atipik
sakit, atau dalam 48 jam sejak
o Tidak responsif dengan
masuk rumah sakit antibiotik beta-laktam
- pneumonia atipik o Terutama disebabkan
- pneumonia bakterial oleh Mycoplasma
2. Hospital Acquired pneumoniae dan
Pneumonia (HAP) Chlamydia pneumoniae
Klinis
Diagnostik adanya CAP:
Foto paru terdapat infiltrat baru atau infiltrat yang bertambah
Terdapat 2 dari 3 gejala berikut:
Demam, batuk + sputum produktif, leukositosis (pada penderita usia lanjut:
gejala dapat tidak khas/tersamar, seperti lesu, tidak mau makan, dll)
Identifikasi penyebab mikrobiologis:
pewarnaan Gram sputum, kultur sputum, kultur darah
pemeriksaan serologis, pemeriksaan antigen, pemeriksaan polymerase chain
reaction ( PCR ), dan tes invasif bila diperlukan.
Infeksi atipik
Batuk tanpa sputum, kecuali bila penyakit memberat / infeksi sekunder
Demam ringan, dapat dengan cepat meningkat s/d menggigil
Malaise, kelemahan seluruh anggota tubuh
Sakit kepala, nyeri otot (sering)
leukositosis (jarang), biasanya < 15.000/mL, trombositopenia, anemia hemolitik
(kadang-kadang)
LED meningkat, AST, ALT meningkat
Rawat jalan: Tata laksana Umum:
Dianjurkan untuk tidak
merokok, beristirahat, dan Rawat inap di RS:
minum banyak cairan Oksigen, bila perlu dengan
Nyeri pleuritik/demam pemantauan saturasi oksigen dan
diredakan dengan konsentrasi oksigen inspirasi.
paracetamol Tujuannya: mempertahankan
Ekspektoran/mukolitik PaO2 8 kPa dan SaO2 92 %
Nutrisi tambahan pada Tata Laksana oksigen pada pasien
penyakit yang dengan penyakit dasar PPOK
berkepanjangan dengan komplikasi gagal nafas
dituntun dengan pengukuran
Kontrol setelah 48 jam atau analisa gas darah berkala
lebih awal bila diperlukan
Cairan: bila perlu dengan cairan
Bila tidak membaik dalam 48 intravena
jam: dipertimbangkan untuk
dirawat di rumah sakit, atau Nutrisi
dilakukan foto toraks Nyeri pleuritik/demam diredakan
dengan paracetamol
Ekspektoran/mukolitik
Foto toraks diulang pada pasien
yang tidak menunjukkan
perbaikan yang memuaskan
Tata Laksana Antibiotika:
Pemilihan antibiotika dengan spektrum sesempit
mungkin, berdasarkan perkiraan etiologi
Rawat jalan: makrolid + doxycycline, dengan FR
kardio: B lactam + floroquinolon
Rawat inap: azithro+floroquinolon, dengan FR kardio:
B lactam IV + floroquinolon
Infeksi atipik: Erythromycin, Clarythromycin 2 x 500
mg, Azithromycin 1 x 500 mg, Roxythromycin 2 x 500
mg, Doxycycline, Respiratory Fluoroquinolone, +
Rifampicin (bila curiga Legionella)
Keseimbangan Asam Basa
pH Darah
Normal : antara 7,35 hingga 7,45.
Keseimbangan asam-basa tubuh dijaga oleh sistem buffer,
kecepatan dan kedalaman respirasi, serta oleh ginjal.
Sistem respirasi meregulasi pH tubuh karena mampu
mengatur kadar CO2 dalam tubuh.
Ketidakseimbangan pH yang disebabkan oleh kelainan di
luar sistem respirasi dinamakan asidosis atau alkalosis
metabolik.
Note :
pCO2 : sist. Respirasi bersifat asam
HCO3 : sist. Metabolit bersifat basa
Asidosis respirasi
Pada kondisi yang menurunkan laju maupun efisiensi respirasi sehingga CO 2 tidak
dapat dikeluarkan secepat kondisi normal.
CO2 yang berlebih akan membentuk H+ yang berelebihan pula sehingga akan
menurunkan pH cairan tubuh
Cth : pd ps PPOK, serangan asma berat, apnoe
Alkalosis repirasi
Kondisi ini lebih jarang terjadi, namun dapat disebabkan oleh nafas yang terlalu
cepat yang kemudian meningkatkan ekshalasi CO2.
Cth : pd ps fraktur costa, nafasnya akan lebih cepat dan dangkal
Asidosis metabolik
Ketika terdapat kelebihan ion hidrogen (H+) pada cairan tubuh, pH akan turun,
kemudian menstimulasi pusat pernapasan di medulla.
Respon yang terjadi adalah peningkatan laju pernapasan untuk mengeluarkan CO2
dan menurunkan pembentukanH+ sehingga pH kembali naik.
Pola pernafasan ini disebut pernafasan Kussmaul.
Pada ps diare dengan dehidrasi berat
Alkalosis metabolik
Kondisi ini jarang terjadi, tapi dapat disebabkan oleh penggunan antasid berlebih
atau memuntahkan berlebih isi gaster.
Ketika pH meningkat, pernapasan menjadi lebih lambat untuk menahan CO2 yang
kemudian meningkatkan pembentukanH+ sehingga pH kembali turun.
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

Anda mungkin juga menyukai