DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ALMUSLIM
2013
BAB I
PENDAHULUAN
mungkin lagi dijadikan sebagai solusi pembangunan, oleh karena itu untuk
bertingkat menjadi salah satu alternatif yang sering digunakan terutama di kota-
konstruksi yang dibentuk dari adukan beton dan tulangan baja. Beton bertulang
konstruksi bagunan yang lebih kuat serta dari sudut pandang estetika beton
berapa beban hidup, beban bergerak, beban angin ataupun berupa beban akibat
gempa serta gaya dari berat sendiri struktur, setiap bagian elemen akan memikul
berlaku.
Dalam tugas besar ini akan direncanakan sebuah gedung yang berfungsi
dengan denah rencana gedung tersebut, hal ini dimaksudkan agar detail
konstruksi yang mampu memikul beban tersebut agar dihasilkan bangunan yang
aman.
Tujuan yang ingin dicapai dari pembahasan tugas besar ini adalah:
1. Mampu melakukan perencanaan detail tulangan yang sesuai dengan
telah dipelajari di pada mata kuliah analisis struktur dan struktur beton
bertulang.
secara manual yang berdasarkan data rancangan yaitu berupa gaya horizontal
akibat beban gempa, gaya gravitasi akibat beban mati dan akibat beban hidup
yang akan dianalisis gaya-gaya dalam yang terjadi berupa momen lentur yang
terjadi pada balok dari hasil analisis program ETABS. Desain tulangan lentur
dilakukan berdasarkan hasil analisis luasan tulangan tulangan lentur dari output
program ETABS.
BAB II
DATA PERENCANAAN
2847-2002)
- Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(RSNI-1726-201x)
software ETABS.
3. Analisis besarnya gaya gempa terhadap bangunan menggunakan metode
respon spektrum.
4. Perhitungan kebutuhan tulangan dari hasil output software ETABS.
201x, untuk beban mati nominal, beban hidup nominal, dan beban gempa nominal
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
Sehingga faktor kombinasi pembebanan seperti pada Tabel 2.1 di bawah ini:
BAB III
PEMBEBANAN STRUKTUR
yang diberikan kepada model struktur mencakup beban mati, beban hidup, dan
beban gempa.
Berat sendiri elemen struktur terdiri dari berat sendiri elemen kolom, pelat
kategori resiko IV, sehingga nilai faktor keutamaannya adalah 1,5, dapat dilihat
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
berikut:
CS = (SDS /(R/I)) .......................................................................................... (1.1)
di mana :
SDS = parameter percepatan spectrum respon desain pada waktu periode pendek
besarnya nilai faktor reduksi gempa adalah 8,5. Untuk arah sumbu X
menggunakan dinding geser beton bertulang sehingga nilai faktor reduksi gempa
Tabel 3.1 Faktor koefisien modifikasi respons, faktor kuat lebih sistem, faktor pembesaran defleksi, dan batas tinggi sistem struktur
berdasarkan RSNI 03-1726-201x. (Lanjutan)
BAB IV
dan pada portal As- dan arah sumbu Y dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
mempunya denah balok yang sama (typical). Karakteristik pemodelan elemen balok tiap lantai dilakukan dengan cara Draw Draw
Line Objects Draw Lines seperti terlihat pada Gambar 4.1 di bawah ini:
Gambar 4.1 Pemodelan Elemen Balok
4.1.2. Elemen Kolom
Pemodelan elemen kolom dapat dilakukan secara praktis dengan cara memanfaatkan Similar Story untuk beberapa lantai yang
mempunya denah balok yang sama (typical). Karakteristik pemodelan elemen kolom tiap lantai dilakukan dengan cara Draw Draw
Line Objects Create Column in Region seperti terlihat pada Gambar 4.2 di bawah ini:
pada Tugas Besar ini pelat lantai dari lantai 1 sampai dengan lantai 5 (atap) ketebalannya sama, maka pemodelannya dapat dilakukan
secara praktis dengan cara memanfaatkan fasilitas Smilar Story. Pemodelan elemen pelat seperti terlihat pada Gambar 4.3 di bawah
ini:
Gambar 4.3 Pemodelan Elemen Pelat
Setelah selesai pemodelan, elemen pelat lantai tersebut harus sangat kaku (rigid) dengan ikatan suatu struktur gedung di dalam
bidangnya dan dianggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horizontal, maka masing-masing lantai didefinisikan
sebagai Rigid Diafragms dengan cara Assign Joint/Point Diafragms Add New Diafragms, seperti terlihat pada Gambar 4.4 di
bawah ini:
Gambar 4.4 Lantai Sebagai Diafragma Kaku (Rigid Diafragms)
tampilan diubah menjadi tampilan YZ (tampak samping). Pemodelan elemen shear wall dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini:
Gambar 4.5 Pemodelan Shear Wall
pondasi diasumsikan sebagai jepit supaya kedudukan pondasi tidak mengalami translasi dan rotasi. Pemodelan pondasi dilakukan
dengan cara klik semua ujung kolom pada lantai dasar, kemudian pilih Assign Joint/Point Restrains, dapat dilihat pada Gambar
dilakukan (input) secara merata dengan cara Assign Shell/Area Loads Load Case Names (SIDL). Pendistribusian beban mati
Dan disitribusi beban mati pada balok akibat berat dinding dianggap sebagai beban garis (line loads) dilakukan (input) dengan cara
Assign Frame Line Loads Distributed. Distribusi beban mati pada balok seperti pada gambar 4.8 di bawah ini:
Gambar 4.8 Distribusi Beban Mati Akibat Berat Dinding Pada Balok
(LL). Pendistribusian beban hidup dapat dilihat pada Gambar 4.9 di bawah ini:
Gambar 4.9 Disitribusi Beban Hidup
memasukkan nilai SDs dan SD1 pada respon spektrum tipe NEHRP pada software ETABS. Pemasukan grafik respon spektrum
antarlantai, gaya-gaya dalam yang terjadi pada balok, dan kebutuhan tulangan lentur pada balok.
bangunan (Ta min) dan nilai maksimum periode bangunan (Ta max). Tabel 4.1 berikut ini merupakan periode getar struktur hasil
Ta max= Cu Ta
Dimana:
Cu = 1,4 (koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung berdasarkan RSNI 03-1726-201x)
Nilai periode getar struktur telah memenuhi syarat ketentuan yang ditetapkan, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:
Periode ETABS
Periode Pendekatan
(Detik) CEK
SNI 03-1726-201x
SNI 03-1726-201x
Ta min = Cr hnx Ta maxs = Cu Ta U-S B-T
0,706 2,870 1,149 0,614 OK
4.4.2. Gaya geser dasar (base shear)
Dalam RSNI 03-1726-201x, nilai akhir repon dinamik struktur (base shear) terdapat pembebanan gempa nominal akibat
pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh kurang dari 85% nilai respon ragam pertama ( statik ekuivalen). Bila
respon dinakik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar Vt maka pernyaratan tersebut dapat dinyatakan dengan
persamaan:
Vt 0,85 V1
Dimana:
Nilai base shear dari hasil analisis dinamik respon spektrum arah X dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3 Nilai Base Shear Analisis Dinamik Respon Spektrum Arah X
S
Point Load FX FY FZ MX MY MZ
tory
Nilai base shear dari hasil analisis dinamik respon spektrum arah Y dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4 Nilai Base Shear Analisis Dinamik Respon Spektrum Arah Y
V = Cs Wt
Cs = SDs/(R/I)
Dimana:
Dari software ETABS diketahui berat struktur keseluruhan dalam arah X dan arah Y, seperti terlihat pada Tabel 4.5 di bawah ini:
BERAT BERAT
Story Diaphragm MassX MassY
(Wx) kN (Wy) kN
STORY1 D1 717,8076 7041,693 717,8076 7041,693
STORY2 D2 706,5438 6931,195 706,5438 6931,195
STORY3 D3 706,5438 6931,195 706,5438 6931,195
STORY4 D4 670,8538 6581,076 670,8538 6581,076
STORY5 D5 439,385 4310,367 439,385 4310,367
ALL 31795,525 31795,525
= 4,10667
Tabel 4.6 Gaya Geser Dasar Statik dan Hasil Base Shear Respon Spektrum
dasar nominal statik ekuivalen, sehingga Untuk memenuhi syarat yang ditentukan RSNI 03-1726-201x pada pasal 7.9.4.1, maka
33296,27 kN
Vy = 1485,42 kN x 0,85. 1485,42 kN 0,85 x 39172,09
33296,27 kN
Vy = 1299,84 kN x 0,85. 1299,84 kN 0,85 x 39172,09
Jadi setelah beban gempa dinamik respon sepktrum dikoreksi maka didapat seperti Tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7 Nilai Gaya Geser Gempa Respon Dinamik Setelah Dikoreksi
Story
Total Total Story Story
Story Drift X Drift Y Drift Ket.
Drift X Drift Y Drift X Drift Y
Izin
Story 5 43,082 4,182 3,720 0,984 13,64 3,61 80,00 OK
Story 4 39,362 3,198 6,988 1,017 25,62 3,73 80,00 OK
Story 3 32,374 2,182 10,036 0,962 36,80 3,53 80,00 OK
Story 2 22,338 1,219 11,934 0,777 43,76 2,85 80,00 OK
Story 1 10,404 0,442 10,404 0,442 38,15 1,62 90,00 OK
4.4.4. Gaya-gaya dalam
Gaya-gaya dalam yang diambil pada Tugas Besar ini hanya momen lentur yang terjadi pada balok yaitu pada portal As-1
balok B18 dan pada portal As-C balok B8. Tabel 4.10 di bawah ini merupakan momen lentur hasil output software ETABS.
Tabel 4.10 Momen Lentur Yang Terjadi Pada Balok
Tabel 4.11 di bawah ini adalah nilai kebutuhan tulangan lentur pada balok.
Tabel 4.11 Nilai Kebutuhan Tulangan Lentur Pada Balok
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Jumlah modes getar sebanyak 12 modes telah melebihi 90%, maka tidak perlu penambahan modes lagi.
2. Periode getar struktur yang dihasilkan software ETABS memenuhi persyaratan yang ditentukan RSNI 03-1726-201x.
3. Gaya geser dasar analisis dinamik respon spectrum lebih kecil dari 85% gaya geser dasar prosedur analisis statik ekuivalen,
sehingga perlu dikoreksi. Setelah dikoreksi sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan RSNI 03-1726-201x yaitu nilai akhir
respon spectrum tidak kurang dari 85% gaya geser dasar nominal statik ekuivalen.
4. Total perpindahan atap akibat respon spektra arah X yaitu 49,235 mm, dan akibat respon spektra aarah Y adalah 43,082 mm. nilai
story drift memenuhi ketentuan story drift izin menurut RSNI 03-1726-201x.