Anda di halaman 1dari 6

3.

2 Nata de Coco
Gambar Literatur

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, (Sumber : Shaira, 2011)


2017)
Peraktikum selanjutnya, dilakuakan pembuatan nata de coco.
Pernyataan nata menurut pendapat Effendi (2009) nata terbentuk karena
proses pengambilan glukosa dari larutan gula. Gula dalam media
difermentasi oleh Acetobacter xylinum kemudian digabungkan asam lemak
membentuk prekursor (penyusun nata). Pada proses pembuatan nata
dibutuhkan stater Acetobacter xylinum
Bakteri yang digunakan adalah Acetobacter xylium, bakteri tersebut
menyukai kondisi asam dan memerlukan nitrogen untuk stimulasi
aktifitasnya, hal tersebut disebabkan karena sebagian glukosa nantinya akan
digunakan oleh bakteri tersebut untuk aktifitas meetabolisme. Sesuai
dengan pendapat Susilawati dan Mubarik (2002) gula yang digunakan
bakteri Acetobacter xylinum dimanfaatkan untuk proses metabolism dan
sebagian lainnya diuraikan menjadi suatu polisakarida yang dikenal denga
extracellular selulose berbentuk gel.
1. Penyiapan Bahan Murni dan Pembuatan Starter
Pada proses pembuatan nata yang dilakukan 2 perlakuan, larutan (a)
digunakan agar NA dan 6 liter air kelapa, air kelapa lebih baik disaring
terlebih dahulu agar kotoran yang tercampur tidak ikut terbawa. Menurut
pendapat Warisno (2013) Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata
harus berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu
muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat
sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat. Selanjutnya dipanaskan
dengan ditambahkan dengan ekstrak ragi, ekstrak ragi berperan sebagai
tambahan nutrisi untuk bakteri.
Larutan kedua adalah larutan (b) air kelapa ditambahkan gula dan
asam asetat, guala pasir(75-100 g untuk tap 1liter air kelapa) penambahan
gula pasir menurut Suryani (2005) bertujuan karena bakteri ini dapat
membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak
membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat
menjadi CO2 dan H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah
memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga
menjadi selulosa. Sedangakan asam asetat untuk menurunkan pH. Sesuai
pendapat yang dikemukakan oleh Hamad, dkk (2013) Asam asetat atau
asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman
air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). (10-
20ml aetat untuk setiap 1 L air kelapa) Asam asetat dengan konsentrasi
rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang
diinginkan yaitu pH 4,5 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan
asetat, asam-asam organic dan anorganik lain bias digunakan.
Selanjutnya larutan (a) dimasukkan ke dalam botol kemudian ditutup
dengan aluminium foil serapat mungkin agar menjaga kesterilan dan kedap
udara sehingga mengurangi risiko kontaminasi. Larutan (b) juga dimasukan
pada botol lain kemudian ditutup dengan Koran, dan masing-masing
disterilkan dengan autoclave suhu 121oC selama 20 menit,yang bertujuan
agar membunuh parasite yangmungkin akan membuat kontaminasi. Jika
telah selesai maka diangkat dan didiamkan hingga dingin, dan selanjutnya
dituang pada wadah dengan posisi miring, karena yang digunakan adalah
agar miring dan ditunggu sampai mengeras.
Selanjutnya Acetobacter xylinum dapat diinokulasikan padapermukaan
o
atas agar, pada suhu 30 C sampai pertumbuhan bakteri terlihat mengkilat
dan bening. Sesuai dengan pendapat darmansyah (2010) suhu ideal
(optimal) bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum adalah 28 o C 31o
C. Kisaran suhu tersebut merupakan suhu kamar. Pada suhu di bawah 28 o C,
pertumbuhan bakteri terhambat. Demikian juga, pada suhu diatas 31 o C,
bibit nata akan mengalami kerusakan dan bahkan mati, meskipun enzim
ekstraseluler yang telah dihasilkan tetap bekerja membentuk nata. Wadah
fermentasi ditutup rapat dengan Koran dan diletakkan pada ruangan yang
gelap. Proses inkubasi yang dilakuakn kira-kira 10 hari. Dan pada proses
inkubasi diusahakan tidak terguncang.

2. Fermentasi Nata
Fermentasi nata dilakukan dengan prosedur yang telah dijelaskan di
atas, dan menmbahkan urea sebanyak 5 guntuk setiap 1 L air kelapa yang
tela diberi gula, setiap 1ml urea dibutuhkan 20ml air kelapa. Jka prosesdur
telah dilakukan dengan baik maka selanjutnya apat dioven pada suhu 140oC
selama 2 jam. Selanjutnya disimpan ditempat khusus kurang lebih 2 minggu.
Meenurut pendapat Sumiyati (2009) Pertumbuhan Acetobacter
xylinum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah kandungan
nutrisi meliputi jumlah karbon dan nitrogen, tingkat keasaman media, pH,
temperatur, dan udara (oksigen). Suhu optimal pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum pada 2831C, pH optimal 3-4, memerlukan oksigen
sehingga dalam fermentasi tidak ditutup dengan bahan kedap udara
sehingga tidak memungkinkan udara masuk sama sekali, tutup untuk
mencegah kotoran masuk ke dalam media yang dapat mengakibatkan
kontaminasi.
Adapun fase pertumbuhan yang dialami oleh Acetobacter xylinum
menurut Hardi dkk (2013) Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel
secara teratur, mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase
adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan
fase kematian. Acetobacter xylinum akan mengalami fase adaptasi terlebih
dahulu jika dipindahkan ke dalam media baru. Pada fase ini terjadi aktivitas
metabolisme dan pembesaran sel, meskipun belum mengalami
pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak
inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan
kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase
eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan
enzim ektraseluler polimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun
polimer glukosa menjadi selulosa. Fase pertumbuhan lambat terjadi karena
nutrisi telah berkurang, terdapat metabolit yang bersifat racun yang
menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel sudah tua. Pada fase ini
pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak
dibanding jumlah sel mati. Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan
antara sel yang tumbuh dan yang mati. Matrik nata lebih banyak diproduksi
pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi akibat nutrisi dalam media
sudah hampir habis. Setelah nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami
fase kematian. Pada fase kematian, sel dengan cepat mengalami kematian
tidak baik untuk dijadikan strain nata.
Hasil yang didapat mengalami kegagalan, faktor yang mempengaruhi
mungkin saja kaarena terjadnya kontaminasi yang tidak disadari oleh
praktikan, sehingga zat yang tidak diinginkan masuk kedalam nata. Selain itu
dapat juga diakibatkan oleh pembakan yang tidak steril sehingga masih ada
bakteri-bakteri lain.dan faktor-faktor lain yang mungkin tidak disadari
praktikan. Tekstur dan karakterstik yang didapat tidak sesuai dengan kriteria
standar nata yang baik dan benar. Adapun keberhasilan pembuatan serat
nata de coco menurut Darmansyah (2010) ditandai dengan
1) Lempeng tebal berwarna putih
2) Tiak terdapat cairan atau loang pertumbuhan kering
3) Lempeng nata tidak berjamur, tidak bolong dan tidak terdapat noda
hitam

IV. SIMPULAN
4.1 Acetobacter
4.2 Nata
Dari praktikum yang telah dilakukan pada pembuatan nata didapatkan
kesimpulan bahwa proses pembuatan nata dilakuakan sehati-hati mungkin,
karena peluang keberhasilan sedikit yang disebabka oleh banyak faktor yang
mempengaruhi. Pada proses fermentasi nata, nata yang didaptkan tidak
sesuai dengan kritaria standar. Hal tersebut mungkin saja diakibatkan oleh
banyak faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi kegagalan. faktor yang
mempengaruhi mungkin saja kaarena terjadinya kontaminasi yang tidak
disadari oleh praktikan, sehingga zat yang tidak diinginkan masuk kedalam
nata. Selain itu dapat juga diakibatkan oleh pembakan yang tidak steril
sehingga masih ada bakteri-bakteri lain.dan faktor-faktor lain yang mungkin
tidak disadari praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmansyah. 2010. Evaluasi sifat Fisik dan Sifat Mekanik Material Komposit
Serat berbahan serat Nana de Coco. Bogor : ITB.
Effendi N.H. 2009. Pengaruh Massa Pati pada Pembuatan Nata deCoco dalam
medium Fermentas Bakteri Acetobacter xylinum. Sumatera Utara: MIPA
Kimia Sumatera Utara Press.
Hamad.K, Alwaani, Kristiono. 2013. Pengaruh Penambahan Sumber Nitrogen
Terhadap Hasil Fermentasi Nata de coco: Jurnal Mikrobiologi. 9 (1): 41-55.
Hardi Mey Rizal, Dewi Masria Pandiangan , Abdullah Saleh. Pengaruh
Penambahan Gula, Asam Asetat Dan Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas
Nata De Corn Jurnal Teknik Kimia. 1 (19): 34-39.
Pratiwi. S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Sharia. Anisa. 2011. Peningkatan produksi riboflavin bakteri Acetobacetr xylinum
pada stater Nata de Coco degan penambahan minyak kelapa sawit: SKRIPSI.
Jakarta : UI Press.
Sumiyati, 2009. Karakteristik nata dari Acetobacter xylinum. Sumbawa Besar:
UNSA.
Surtaminingsingsih, L. 2004. Peluang Usaha Nata de Coco. Yogyakarta: Kanisius.
Suryani Ani. 2005. Membuat Aneka Nata. Bogor: Penebar Swadaya.
Susilawati L, Mubarik NR. 2002. Pembuatan Nata de Coco dan Nata de Radia.
Bogor: Laboratorium mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA IPB.
Warisno. 2004. Proses Fermetasi Nata de Coco. Semarang: UNIV Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai