Anda di halaman 1dari 4

PENANGANAN MASTITIS

No. Dokumen :
No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 5 AGUSTUS 2016
SOP
Halaman : 1/2

Kepala
UPTD Puskesmas
UPTD Kedungrejo
PUSKESMAS
KEDUNGREJO
Dr. FERDAUS
NIP. 19700530 200701 1 008

1. Pengertian Mastitis adalah peradangan payudara yang terjadi biasanya pada


masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penangananMastitis

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor tentang


penangananMastitis.

4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 tahun 2014 tentang panduan


praktik klinis dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer.

5. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesa pasien dengan keluhan nyeri


pada payudara, disertai bengkak
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan payudara:
payudara membengkak
lebih teraba hangat
kemerahan dengan batas tegas
adanya rasa nyeri
unilateral
dapat pula ditemukan luka pada payudara
3. Petugas menegakkan diagnosa
4. Petugas memberikan penanganan
a. Melakukkan pencegahan terjadinya komplikasi abses dan
sepsis dengan cara : bedrest, pemberian cairan yang
cukup, tetap dianjurkan untuk laktasi dan pengosongan
payudara.
b. Lakukkan kompres hangat
c. Lakukan massase pada punggung untuk merangsang
pengeluaran oksitosin agar ASI dapat menetes keluar.
d. Bila sudah terjadi abses : dapat dilakukan insisi/sayatan
untuk mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan
drainase dengan pipa/handscoen drain agar nanah dapat
keluar. Sayatan sebaiknya dibuat sejajardengan duktus
laktiferus untuk mencegah kerusakan pada jalannya
duktus tersebut.
e. Memberikan farmakoterapi:
Obat penghilang rasa sakit
Obat anti inflamasi
Obat antibiotik
Pemberian antibiotik secara ideal berdasarkan hasil
kepekaan kultur kuman yang diambil dari air susu
sehingga keberhasilan terapi dapat terjamin. Namun
karena kultur kuman tidak secara rutin dilakukan,
maka secara empiris pilihan pengobatan pertama
terutama ditujukan pada Stafilokokus aureus sebagai
penyebab terbanyak dan Streptokokus yaitu dengan
penisilin tahan penisilinase (dikloksasilin) atau
sefalosforin. Untuk yang alergi penisilin dapat
digunakan eritromisin atau sulfa. Pada sebagian
kasus antibiotik dapat diberikan secara peroral dan
tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Adapun pilihan obatnya sebagai berikut :
1. Amoxicilin: 875 mg, 2x sehari; atau
2. Cephalexin: 500 mg, 4x sehari; atau
3. Ciprofloxacin: 500 mg, 2x sehari; atau
4. Clindamicin: 300 mg, 4x sehari; atau
5. Trimethoprim/sulfamethoxazole: 160 mg/800 mg,
2x sehari
6. Petugas melakukan konseling dan Edukasi
a. Memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien,
suami, dan keluarga mengenai pemberian laktasi dengan
baik dan benar, dampak dari pemberian laktasi yang tidak
sesuai.
b. Memberikan motivasi untuk selalu mengosongkan
payudara, baik dengan melakukan laktasi langsung,
maupun dengan pemompaan payudara.
c. Menjaga kebersihan payudara dan puting susu ibu.
d. Menjaga kebersihan mulut dan hidung bayi (sumber utama
masuknya kuman jika ada luka pada puting susu ibu)
e. Memberikan informasi kepada para ibu menyusui sebagai
upaya pencegahan terjadinya mastitis, dengan melakukkan
perawatan payudara yang baik, pemberian laktasi yang
adekuat, dan membersihkan sisa air susu yang ada dikulit
payudara.
6. Diagram Alir
Anamnesa :
nyeri pada payudara, disertai bengkak

Pemeriksaan Fisik
Patognomonis

Pemeriksaanpenunjang

Diagnosa

Terapi
1. Obat penghilang rasa sakit
2. Obat anti inflamasi
3. Obat antibiotik
Amoxicilin: 875 mg, 2x sehari; atau
Cephalexin: 500 mg, 4x sehari; atau
Ciprofloxacin: 500 mg, 2x sehari; atau
Clindamicin: 300 mg, 4x sehari; atau
Trimethoprim/sulfamethoxazole: 160 mg/800 mg, 2x sehari

Konseling dan edukasi

Semua proses ditulis dalam rekam medis

7. Unit Terkait 1. Poli Umum


2. Poli KIA

8. Rekaman Historis Diberlakukan


Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.

Anda mungkin juga menyukai