Anda di halaman 1dari 7

ULANGAN TENGAH SEMESTER

(UTS)

Nim : 311610019

Nama : Desi Natalia

Kelas : B Pagi

Mata kuliah : ILMU KEALAMAN DASAR

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(IKIP-PGRI) PONTIANAK
2016
PEMBAHASAN

Rasa Ingin Tahu Sebagai Pendorong Perkembangan Ilmu


Pengetahuan

Manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa
ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami dan
menjelaskan gejala-gejala alam, serta berusaha untuk memecahkan masalah
yang di hadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan
memecahkan masalah menyebabkan manusia dapat mengumpulkan
pengetahuan. Pengetahuan yang di peroleh mula-mula terbatas pada hasil
pengamatan terhadap gejala yang alam yang ada, kemudian semakin
bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya.
Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya pikirnya ini, manusia mampu
melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu
pengetahuan. Dari hasil pengolahan data yang diperoleh melalui eksperimen
ini kemudian dapat diperoleh pengetahuan yang baru. Setelah manusia
mampu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimentasi ini lahirlah
Ilmu Pengetahuan Alam yang mantap. Manusia sebagai makhluk berpikir
dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwayang terjadi di sekitarnya
termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah
mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam,
baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta
berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan
berusaha untuk memahami dan memecah kan masalah yang dihadapi,
menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan
yang terkumpul semakin banyak, disebabkan oleh rasa ingin tahu dari manusia
yang selalu berkembang, juga daya pikirnya. Hewan tidak memiliki rasa ingin
tahu seperti manusia, melainkan hanya terbatas pada instink. Pada hewan,
usaha untuk eksplorasi ke alam sekitar didorong oleh instink, yang terpusat
pada usaha untuk mempertahankan dan melangsungkan kehidupannya.

Pengetahuan yang diperoleh akhirnya tidak hanya terbatas pada objek


yang dapat diamati dengan pancaindera saja, tetapi juga masalah-masalah
lain, misalnya berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak
indah.kalau suatu masalah dapat dipecahkan timbul masalah lain menunggu
pemecahannya; manusia bertanya terus setelah tahu apa-nya, mereka ingin
tahu bagaimana dan mengapa. Manusia mampu menggunakan
pengetahuannya yang terlebih dahulu untuk dikombinasikan dengan
pengetahuannya yang baru menjadi pengetahuanyang lebih baru. Rasa ingin
tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan
perbendaharaan pengetahuan pada manusia. Hal ini tidak saja meliputi
pengetahuan tentang kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari, seperti
bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk
berburu, tetapi juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut
keindahan atau seni.

Rasa ingin tahu semacam itu tidak dimiliki oleh hewan. Rasa ingin tahu
pada hewan terbatas pada rasa ingin tahu yang tetap, yang tidak berubah dari
zaman ke zaman. Hewan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain terutama
didorong oleh rasa ingin tahu-Nya yang bersangkutan erat dengan nalurinya
saja. Mereka hanya sekedar ingin tahu, apakah di tempat lain terdapat
makanan, atau mungkin juga apakah di tempat lain aman dari bahaya yang
mengancam dirinya dan anak-anaknya atau tidak. Hewan memerlukan tempat
tinggal (sarang) yang dapat melindungi diri dan tempat berkembang biak,
membesarkan anak-anaknya. Berbeda dengan manusia, pengetahuan hewan
mangenai makanan atau tempat tinggal (sarang) sepanjang zaman selalu tetap.

Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih


dipermudah/diperlancar dengan adanya kemampuan ini maka dapat dilakukan
tukar menukar informasi mengenai pengalaman dan pengetahuan yang
mereka miliki masing-masing.
Perkembangan pengetahuan pada manusia juga didukung oleh adanya sifat
manusia yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas dan sifat yang
lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti atau memperoleh pengetahuan
yang lebih banyak. Dengan demikian, akumulasi pengetahuan akan
berlangsung lebih cepat.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam terus berkembang, sementara manusia mencoba


menjelaskan mengenai benda-benda di alam sekelilingnya yang tidak
diketahuinya. Astronomi boleh jadi merupakan pengetahuan tertua, karena
seperti matahari, bulan, bintang yang mudah disaksikan sangat bersangkut
paut dengan kegiatan mereka sehari-hari. Peranan matahari jelas sangat
penting dalam kehidupan surutnya lautan banyak berhubungan dengan bulan.
Sedang pelaut di lautan banyak menarik manfaat mengarungi samudera.

Bahan ilmu pengetahuan sangat banyak ragamnya, tetapi para ilmuwan


menemukan fakta, ia akan berusaha mendefinisikan secermat mungkin
dengan melalui pengukuran. Ragam pengukuran bermacam-macam
berdasarkan hasil perolehan fakta yang ia dapatkan. Ahli astronomi akan
membeda-bedakan bintang yang satu dengan bintang yang lainnya
berdasakan spektrum warnanya. Ahli kimia akan membedakan bahan
berdasarkan titik didih, sifat keasaman. Tetapi ahli fisika akan mendefinisikan
dorongan atau tarikan berdasakan gaya yang diakibatkannya.

Dalam Ilmu Pengetahuan Alam, setiap penginderaan yang dinyatakan


menurut sebuah alat ukur, akan diubah menjadi konsep, ilmuwan tidak akan
lupa menggunakan penalaran induktif yang akan berubah ke penalaran
deduktif. Akan tetapi, setelah banyak diadakan eksperimen mulailah ilmuwan
menyusun suatu teori dan selanjutnya ia akan menguji teori itu dengan sangat
kritis.

Dalam usahanya menyelidikan teori tersebut agar berguna semaksimal


mungkin. Teori yang baik akan dapat meramalkan bahkan dapat menunjukkan
adanya fakta yang belum diketahui, namun dapat dibuktikan oleh eksperimen
eksperimen lebih lanjut. Keempat pandangan tersebut bukankah merupakan
bidang tertutup, tetapi berkaitan satu sama lain. Kecenderungan saling mengisi
satu dengan lainnya akan nampak jelas dengan munculnya ilmu-ilmu
interdisplin.

Pola pikir manusia terus mengalami perkembangan yang diawali oleh rasa
ingin tahu terhadap berbagai gejala alam yang terus memperlihatkan
aktivitasnya dan terkadang membuat manusia menjadi cemas seperti bencana
alam gunung meletus, kebakaran, kekeringan,kebanjiran dan lain-lain. Hal ini
merangsang manusia untuk terus mencari jawaban dan terjadilah berpikir
mitos yang mengandalkan keyakinan untuk suatu kepuasan. Sejalan dengan
perkembangannya berpikir mitos mulai dihubungkan dengan fenomena alam
yang sebenarnya untuk mendapatkan ramalan nasib manusia maka dikenal
Psedeu Science atau juga dikenal Astrologi. Pada masa Yunani berpikir mitos
mulai ditinggalkan sehingga munculah konsep-konsep alam yang sebagiannya
saat ini masih dapat digunakan dan diakui kebenarannya. Dunia Islam tidak
kalah ketinggalan ketika filsafat Yunani mulai padam, Islam bersinar di Persia
melahirkan para filosofis muslim yang nama besarnya mendunia karena karya-
karyanya yang ilmiah sampai dengan saat ini masih dijadikan referensi
(rujukan) bagi perkembangan Imu Pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo, Jr., Problematik Perkembangan Ilmu, Yayasan Kanisius,


Yogyakarta, 1983.

Asimov, Issac, Ilmu Pengetahuan dan Perkembangan Teknologi, Penataran


Lokakarya, Ketua/Koodinator Pengajar Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar
(IAD).

Barmawi, Prof. Dr., IPA dan Perkembangan Teknologi, UNS, Solo, 1983.

Anda mungkin juga menyukai