Anda di halaman 1dari 29

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RUMAH SAKIT HUSADA

Topik : GEA ec Bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang

Nama :Novita Sari

NIM : 11-2015-322

Dokter Pembimbing : dr. Frieda Hartono, Sp.A

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : An. ANP

Tanggal Lahir : 24 Desember 2014

Umur : 1 Tahun 3 Bulan 17 Hari

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Muara Angke blok K1S /21 rt/rw 08/01, Pluit Jakarta Utara

Agama : Islam

Pendidikan : belum sekolah

Suku bangsa : Sunda

Tanggal masuk RS : 11 Agustus 2016

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah

Nama lengkap : Tn. AAP


Umur : 28 tahun
Suku bangsa : Sunda
Alamat : Muara Angke blok K1S /21 rt/rw 08/01, Pluit Jakarta Utara

1
Agama : Islam
Pendidikan : tamat D3
Pekerjaan : pegawai swasta
Penghasilan : Rp 7.000.000,00

Ibu

Nama lengkap : Ny. N


Umur : 23 tahun
Suku bangsa : Sunda
Alamat : Muara Angke blok K1S /21 rt/rw 08/01, Pluit Jakarta Utara
Agama : Islam
Pendidikan : tamat SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (penjual online)
Penghasilan : Rp 500.000,00

Hubungan dengan ayah : Anak kandung


Hubungan dengan ibu : Anak kandung

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis : Ibu pasien, pada tanggal11 Agustus 2016, pukul 22.40 WIB

Keluhan utama : Diare cair 5x sehari sejak 1 minggu yang lalu

Keluhan tambahan : Panas, rewel dan lemas, Batuk dan pilek sudah 2 minggu

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Dua minggu SMRS , O.S mengeluh batuk dan pilek, batuk yang dirasakan berdahak
warna bening dan kehijauan dan susah mengeluarkan dahak dari tenggorokan, Batuk terus
menerus dan O.S merasa baikan setelah batuk diberikan minum air panas. Secret
mengandung lendir tapi tidak ada darah.

Satu minggu SMRS pasien mengalami mencret disertai nyeri perut. Diare sebanyak
kurang lebih 3x pada 5 hari SMRS, pada hari berikutnya intensitas diare semakin bertambah
hingga mencapai 5x satu hari SMRS. BAB bau dan cair tetapi masih ada ampas, warna
Kuning. Tidak ada lendir ataupun darah. Pasien tidak mau makan tetapi masih mau minum
susu, BAK lancar. Sebelumnya ibu pasien belum pernah kerumah sakit maupun ke klinik

2
untuk memeriksa keadaan anaknya, tetapi sudah diberikan 3 bungkus oralit, air tajin, teh
tawar dan banyak minum.

Dua jam SMRS pasien mengalami diare hingga 3x dan dibawa ke RS oleh ibu pasien.
Riwayat kejang dan pemberian obat di rumah tidak ada. Tidak ada yang memiliki keluhan
serupa di keluarga pasien. Pasien tidak memiliki riwayat alergi susu sapi

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien belum pernah dirawat di RS karena sakit.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keluarga pasien sedang tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa.

SILSILAH KELUARGA (FAMILYS TREE)

Ayah Ibu

28 tahun 23
tahun
1 tahun
Pasien adalah anak pertama dari kedua orang tuanya.

DATA KELUARGA

AYAH/WALI IBU/WALI

Umur (thn) 28 tahun 23 tahun

Perkawinan ke 1 1

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


Kehamilan
Perawatan antenatal :Teratur di dokter sebulan sekali sampai kehamilan 7 bulan, dan
sebulan 2 kali pada kehamilan 7-9 bulan.

Penyakit kehamilan : Tidak ada.

3
Kelahiran
Tempat kelahiran : Rumah Sakit
Penolong persalinan : Dokter
Cara persalinan : Partus normal, penyulit: -
Masa gestasi : kurang bulan (34 minggu)
Keadaan bayi : Berat badan lahir : 2200 gram
Panjang badan lahir : 47cm
Lingkar kepala : lupa

Sianosis : (-)

Ikterik : (-)

Kejang : (-)

Kelainan bawaan : Tidak ada

Nilai APGAR :Ibu pasien tidak mengetahui. Ibu pasien


mengatakan bayinya langsung menangis, kulit
sedikit kemerahan, dan bergerak aktif.
APGAR score diperkirakan 5 >
Kelainan bawaan : tidak ada

Kurva Lubchenko

Kesan : Neonatus kurang bulan - kecil masa kehamilan (NKB-KMK)


Berat Badan Lahir digaris presentile 50

4
GRAFIK PERTUMBUHAN

Umur Berat Badan Panjang Badan/Tinggi


Badan

0 tahun 2200 gram 45 cm

3 tahun 9000 gram 77 cm

Kesan: Riwayat pertumbuhan pasien tidak dapat dinilai, karena data tidak lengkap.

RIWAYAT PERKEMBANGAN

5
Riwayat perkembangan menutur Denver 2 ada 4 aspek yang panting dinilai yaitu personal
social, motoric kasar, bahasa dan motoric halus. Cara menanyakan perkembangan yang benar

6
adalah dengan menanyakan 3 gugus perkembangan dibawah garis terlebih dahulu. Untuk
personal soasial pasien, Menurut ibu pasien, pasien sudah dapat tepuk tangan, mengatakan
keinginannya, dan dag-dag dengan tangan, mengunakan sendok garpu dan membuka pakaian
sudah bisa dilakukan, menyuapi boneka dan membantu dirumah belum dapat dipastikan oleh
ibu pasein. Untuk segmen motor halus, pasien pasien sudah dapat membuat menara dengan 2
kubus. Untuk aspek bahasa semua gugus yang ditanyakan dapat pasien lakukan, pasien sudah
dapat bicara dengan menggunakan 3 kata. Untuk aspek morotik kasar, pasien sudah dapat
berjalan dengan baik, dan berlari dengan jarak dekat lalu terjatuh.

Kesan : perkembangan sesuai usia

RIWAYAT IMUNISASI
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) / Diwajibkan

Imunisasi Waktu Pemberian


Bulan Booster (tahun)
0 1 2 3 4 5 6 9 12 18 5 6 12
BCG I
DPT I II III
Polio I II III III
Hepatitis B I II III
Campak I

Non-PPI / Dianjurkan

Vaksin Usia

Hepatitis A - - - -

HiB - - - -

Typhim - - - -

MMR - - - -

Varicela - - - -

Pneumokokus - - - -

Kesan: Riwayat Imunisasi dasar lengkap.


Imunisasi non-PPI belum dilakukan.

Riwayat Makanan

7
ASI diberikan sampai umur 0 12 bulan, seta;ah 12 bulan keatas pemberian ASI diberikan
dengan tambahan susu formula. Mulai umur 6 bulan pasien sudah mulai mendapatkan
makanan tambahan . Sekarang pasien minum susu formula SGM explore 70-120 cc diberikan
2-3 kali sehari. Bubur dan lauk pauk diberikan 2 kali sehari, buah 1 kali sehari, namun pasien
sulit makan hanya makan porsi. Ibu pasien mengatakan pasien lebih suka makan roti dan
biskuit.

Kesan : - ASI eksklusif --


- Kualitas makanan baik, kuantitas makanan kurang.

RIWAYAT PENYAKIT

Penyakit Penyakit

Diare + Morbili -

Otitis - Parotitis -

Radang paru + Demam berdarah -

Tuberkulosis - Demam tifoid -

Kejang - Cacingan -

Ginjal - Alergi -

Jantung - Kecelakaan -

Darah - Operasi -

Difteri - Lain-lain -

DATA PERUMAHAN

Kepemilikan Rumah : Milik orang tua pasien

Keadaan Rumah : 1 rumah ditinggali 3 orang (ayah, ibu, dan pasien), terdiri diri 1
kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu yang
juga berfungsi sebagai ruang keluarga.

Ventilasi : Terdapat jendela di masing-masing kamar, 1 jendela di ruang


tamu sehingga sinar matahari dapat masuk ke rumah, 1 jendela

8
di dapur, 1 jendela di kamar tidur. Terdapat lubang udara di atas
tiap pintu sebagi tempat pertukaran udara.

Cahaya : Sinar matahari dapat masuk ke ruang tamu dan kamar. Terdapat
lampu dengan sinar putih di setiap ruangan (kamar tidur, kamar
mandi, ruang tamu, dapur).

Keadaan Lingkungan : Sanitasi lingkungan cukup baik, selokan depan rumah lancar,
rumah berdempetan dengan rumah tetangga.

Kesan : Kondisi rumah, ventilasi, pencahayaan, dan kondisi lingkungan rumah cukup baik
dari deskripsi pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal : 11 Agustus2016 Jam : 22.40 WIB

PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, anak tampak rewel

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital :

Frekuensi nadi : 100 x/menit


Frekuensi napas : 24 x/menit
Suhu : 37,2 oC

Data Antropometri

- Berat badan : 9,0 kg


- Tinggi badan : 77 cm

9
Kesan : tinggi badan kurang

10
Kesan : status gizi kurang ( garis 3)

PEMERIKSAAN SISTEMATIS

Kepala : Bentuk dan ukuran normocephali, rambut hitam, distribusi rambut merata,
rambut tidak mudah dicabut.
Mata : Bentuk simetris, palpebra superior tidak tampak cekung, palpebra inferior
tidak tampak cekung, kedudukan kedua bola mata dan alis mata simetris,
konjungtiva palpebral anemis -/-, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri
jernih, pupil kanan dan kiri bulat simetris (2 mm/ 2mm), refleks cahaya +/+.
Telinga: Bentuk normotia, MAE kiri dan kanan lapang, kedua membran timpani utuh,
hiperemis -/-, bulging -/-, reflex cahaya +/+, serumen -/-.
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Bentuk normal, sianosis (-), bibir dan mukosa mulut kering (+)
Lidah : Bentuk dan ukuran normal, tidak kotor
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
Faring : hiperemis (-), uvula di tengah
Leher : Bentuk tidak ada kelainan, KGB tidak teraba membesar, tiroid tidak
membesar
Toraks :
Paru :
Anterior Posterior
Bentuk normal, simetris dalam Vertebra : bentuk normal
Inspeksi keadaan statiss dan dinamis,
tidak tampak retraksi sela iga.
Pengembangan dada kanan dan Tidak dilakukan
Palpasi
kiri simetris
Sonor pada kedua lapang paru Tidak dilakukan
Perkusi
Suara nafas dasar vesikuler, Suara nafas dasar vesikuler,
Auskultasi
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis.
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di sela iga ke V garis midclavicula sinistra.
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).

11
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran vena, tidak tampak gerakan peristaltik usus.
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan epigastrium (+).
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat

Genitalia eksterna : Laki-laki


Ekstremitas : Akral teraba hangat, edema (-), deformitas (-), sianosis (-)
perfusi perifer baik.
Kulit : kuning langsat, sianosis (-), pucat (-), lesi kulit (-) , turgor
kulit normal.

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Laboratorium tanggal 12 Agustus 2016

Darah rutin Hasil Satuan Nilai Normal

HEMATOLOGI

LED 23 mm/jam 0-10


Hemoglobin 11.5 g/dL 10.7-14.7
Hematokrit 33 % 31 43
Jumlah Leukosit 12.1 10^3/L 5.5-15.5
jumlahTrombosit 295 ribu/L 150 450
MCV 78 fL 73-101
MCH 27 pg/mL 23 31
MCHC 34 g/dL 26 34
4,29 juta/L 3.60-5.20
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1-5
Neutrofil batang 0 % 3-6
Neutrofil segmen 40 % 25-60
Limfosit 52 (H) % 25-50
Monosit 8 (H) % 1-6
Eritrosit 4,25 juta/dl 3.60-5.20

12
Nerikulosit 0,75 % 0,5-50

KIMIA KLINIK

K 3.2 (L) mmol/L 3,5-5,0

Laboratorium tanggal 13 Agustus 2016

Analisa Feses Hasil Satuan Nilai Normal

Makroskopik
Warna Hijau
Konsistensi Seperti bubur
Pus Negatif Negatif
Lendir Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif

Mikroskopik
Leukosit 8 /LPB 0-1
Eritrosit 1 /LPB 0-1
e. coli Negatif Negatif
e. hystolytica Negatif Negatif
telur cacing ascaris Negatif Negatif
telur cacing ankylostoma Negatif Negatif
telur cacing oxyuris Negatif Negatif
telur cacing trichiuris Negatif Negatif

Sisa Pencernaan
Serat otot Negatif Negatif
Serat tumbuhan Negatif Negatif
Amilum Negatif Negatif
Lemak Negatif Negatif

13
Imunologi tanggal 13 Agustus 2016

Pemeriksaa Imunologi Hasil

S.typhi O Negatif
S. typhui H Negatif
S.paratypi AO Negatif
S.paratypi AH Negatif
S.paratypi BO Negatif
S.paratypi BH Negatif
S.paratypi CO Negatif
S.paratypi CH Negatif

V. RESUME
Anak laki-laki usia 1 tahun 7 bulan 18 hari dibawa ibunya ke RS Husada karena batuk
pilek sudah 2 minggu, dan diare terus menerus sebanyak 5x selama satu minggu. Batuk
dirasakan terus menerus sepanjang hari, Dahak mengandung banyak lendir dan susah
dikelaurkan dari tenggorokan, tidak ada darah. BAB bau dan cair namun masih ada
ampas, warna hijau. Tidak ada lendir atau darah. Pasien memiliki riwayat alergi susu
sapi.
Pemeriksaan Fisik:
- Bibir dan mukosa mulut kering
- Bising usus (+) meningkat
- Akral hangat, turgor kulit baik
Pemeriksaan laboratorium
- Darah rutin : leukosit 12.1 x 10^3/L
- Kimia klinik : kalium 3.2
- makroskopis feses: konsistensi seperti bubur berwarna hijau
- Mikroskopis feses : leukosit 8

14
VI. DIAGNOSIS KERJA

Gastroenteritis akut ec bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang

VII. DIAGNOSIS BANDING


Gastroenteritis akut ec virus dengan dehidrasi ringan-sedang

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


Darah lengkap

IX. PENATALAKSANAAN

Non medika mentosa

- Tirah baring
- Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
- Kompres air hangat
- Jangan mengkonsumsi makanan berserat
- Makan sedikit-sedikit tapi sering
- Susu diencerkan

Medika mentosa

- Rehidrasi cairan dengan oralit 75mL/kgBB (675 ml) dalam 3 jam, setiap ada
diare/muntah. Monitor status hidrasi dan urin output pasca rehidrasi dengan
oralittidak memungkinkan karena pasien muntah
- IVFD KAEN3B 175 ml/kgBB/hari 1600 ml/hari
- PCT syrup 3 x 5 ml (1 cth)
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Probiotik (lacto B) 3 x 1 sachet

Edukasi

- Kebersihan diri dan lingkungan sekitar dijaga.


- Mencuci tangan sebelum makan dan setelah kontak dengan tinja.
- Tempat botol susu maupun tempat makan dijaga kebersihannya.
- Makan makanan yang bergizi, bersih, dan matang
- Mengajarkan cara pemberian oralit

X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam.
Ad functionam : bonam.
Ad sanationam : at bonam.

15
FOLLOW UP

11 Agustus 2016
S BAB 5x (3x mencret), warna kuning-kehijauan, muntah (-), pilek (+) batuk (+)
pasien terlihat kurang aktif dan lemas.
O KU : tampak sakit sedang.
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 96 x/menit.
Frekuensi napas : 30 x/menit.
Suhu : 39oC
Pemeriksaan fisik:
- Abdomen: bising usus (+) meningkat
- Akral hangat, turgor kulit baik
A GEA ec bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang

P - IVFD KAEN3B 2000 cc/24 jam


- PCT syrup 3 x 5 ml (1 cth)
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Probiotik (lacto B) 3 x 1 sachet

13 Agustus 2016
S BAB 3x mencret, warna hijau, muntah (-), pilek dan batuk (+) makan sedikit,
minum susu mau, pasien mulai terlihat aktif
O KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 110 x/menit.
Frekuensi napas : 24 x/menit.
Suhu : 38,3 oC.
Pemeriksaan fisik:
- Abdomen: bising usus (+) meningkat
- Akral hangat, turgor kulit baik
A GEA ec bakteri dalam perbaikan
P - IVFD KAEN3B 2000 cc/24 jam
- Paracetamol syrup 4x1cth

16
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
-Probiotik (lacto B) 3 x 1 sachet
-R/ Batuk 3x 1 bungkus
-Cefixime 2X cth
13 Agustus 2016
S BAB 3x, mencret, ampas (+), warna hijau, muntah (-), batuk pilek (+) makan bubur
sedikit, pasien terlihat aktif
O KU : tampak sakit ringan.
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 100 x/menit.
Frekuensi napas : 24 x/menit.
Suhu : 36,3oC.
Pemeriksaan fisik:
- Abdomen: bising usus (+) meningkat
- Akral hangat, turgor kulit baik
A GEA ec virus dalam perbaikan
P - IVFD KAEN3B 2000 cc/24 jam
- Ondansetron IV 3 x 1 mg
- Ranitidin IV 3 x 50 mg
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Probiotik (lacto B) 3 x 1 sachet

14 Agustus 2016
S Demam (-), BAB 1x mencret, warna kuning, ampas (+), muntah 1x isi susu,
kembung (+), pasien terlihat aktif, makan tidak bisa langsung banyak
O KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 96 x/menit.
Frekuensi napas : 20 x/menit.
Suhu : 37oC.
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Pemeriksaan fisik:
- Abdomen: bising usus (+) meningkat
- Akral hangat, turgor kulit baik
A GEA ec virus dalam perbaikan

P - IVFD KAEN3B 2000 cc/24 jam

17
- Ondansetron IV 3 x 1,5 mg
- Ranitidin IV 3 x 50 mg
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Probiotik (lacto B) 3 x 1 sachet

12 Juni 2016
S Demam (-), BAB 5x sedikit-sedikit, ampas (+) warna kuning, muntah (-), kembung
(-), makan porsi, minum susu, pasien terlihat aktif
O KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 92 x/menit.
Frekuensi napas : 24 x/menit.
Suhu : 36,4oC.
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Pemeriksaan fisik:
- Abdomen: bising usus (+) meningkat
- Akral hangat, turgor kulit baik
A GEA ec virus dalam perbaikan

P - IVFD KAEN3B 2000 cc/24 jam


- Ondansetron IV 3 x 1,5 mg
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Probiotik (lacto B) 3 x 1 sachet
13 Juni 2016
S Demam (-), BAB 3x (1x mencret), warna kuning, ampas (+), muntah (-),makan
porsi, minum susu, pasien terlihat aktif
O KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 88 x/menit.
Frekuensi napas : 22 x/menit.
Suhu : 36,2oC.
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Pemeriksaan fisik:
- Abdomen: bising usus (+) normal
- Akral hangat, turgor kulit baik
A GEA ec virus dalam perbaikan

P - IVFD KAEN3B 2000 cc/24 jam

18
- Ondansetron IV 3 x 1,5 mg
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Probiotik (lacto B) 3 x 1 sachet
14 Juni 2016
S Demam (-), BAB (-), muntah (-), pasien terlihat aktif.
O KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 90 x/menit.
Frekuensi napas : 20 x/menit.
Suhu : 36,7oC.
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Pemeriksaan fisik:
- Abdomen: bising usus (+) normal
- Akral hangat, turgor kulit baik
A GEA ec virus dalam perbaikan

P Boleh pulang, obat untuk dibawa pulang :


- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Probiotik (lacto B) 3 x 1 sachet
- PCT syrup 3 x 5 ml (1 cth)bila demam

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Gastroenteritis akut atau diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3
kali per hari disertai konsistensi tinja yang lebih cair atau encer tanpa lendir atau darah yang
berlangsung kurang dari 1 minggu. Diare disebabkan oleh berbagai infeksi atau proses
peradangan pada usus yang secara langsung mempengaruhi sekresi enterosit dan fungsi
absorbsi.1
Sebagian besar penyebab infeksi akut intestinum adalah virus, bkteri, atau parasit.
Tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkn diare akut, termasuk sindroma
malabsorpsi. Diare karena virus umumnya self limiting, sehingga yang terpenting adalah
mencegah dehidrasi yang merupakan penyebab utama kematian dan menjaga asupan nutrisi

19
untuk mencegah gangguan pertumbuhan. Diare erat hubungannya dengan kejadian kurang
gizi karena anoreksia dan berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan. Diare
menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis
metabolik karena kehilangan basa. 1
Virus yang menyebabkan gastroenteritis pada anak antara lain rotavirus, calicivirus
(termasuk norovirus), astrovirus, dan adenovirus enterik. Rotavirus merupakan penyebab
diare yang tersering. Selain virus, bakteri seperti Salmonella typhi, Salmonella paratyphi,
Salmonella nontifoid, Shigella dysentriae juga menimbulkan diare. Hanya beberapa strain E.
coli yang dapat menyebabkan diare. Strain E. coli yang erat dengan terjadinya enteritis
diklasifikasikan menurut mekanisme diare yang terjadi: enteropatogenik (EPEC),
enterotoksigenik (ETEC), enteroinvasif (EIEC), enterohemoragik (EHEC), atau
enteroaggregati (EAEC). EPEC bertanggung jawab untuk kejadian diare di tempat penitipan
bayi dan anak, sedangkan ETEC menjadi penyebab 40-60% travelers diarrhea. 1
Terdapat beberapa pembagian diare, antara lain2:
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya (gangguan absorbsi atau gangguan sekresi).
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
- Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari.
- Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi.
- Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

EPIDEMIOLOGI
Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan penyakit yang umum terjadi pada
anak di berbagai negara, terutama di negara berkembang dimana diare merupakan penyebab
utama kematian pada anak. Epidemiologi gastroenteritis bergantung pada faktor penyebab.
Cara penyebaran penyakit adalah melalui kontak erat dari orang ke orang, melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi, serta dari binatang ke manusia. Kemampuan kuman
untuk menyebarkan penyakit tergantung pada modus penyebaran, kemampuan untuk
membuat koloni di saluran cerna, dan jumlah minimal kuman untuk menyebabkan penyakit.1
Di Indonesia, diare merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak terutama usia di bawah 5 tahun. Diare merupakan penyebab kematian bayi yang
terbanyak, yaitu 42% dibanding pneumonia 24%. Untuk golongan 1-4 tahun penyebab
kematian karena diare 25,2% dibanding pneumoni 15,5%.2

20
ETIOLOGI
Pada umumnya penyebab infeksi utama timbulnya diare adalah golongan virus,
bakteri dan parasit. Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral meliputi: infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersennia, Aeromonas); infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus); infeksi parasit (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides, Protozoa, jamur). Sedangkan infeksi parenteral adalah infeksi di bagian tubuh
lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bwah 2 tahun.3
Selain karena infeksi, terdapat faktor-faktor lain yang dapat menjadi penyebab diare 3:
- Faktor Malabsorpsi
- Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
- Malabsorpsi lemak
- Malabsorpsi protein
- Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

CARA PENULARAN
Pada umumnya, diare dapat menular melalui cara fekal-oral, yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan
penderita atau barang-barang yang tercemar tinja penderita. Diare juga dapat menular secara
tidak langsung melalui lalat. (4F = finger, flies, fluid, field).2

FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan antara lain: tidak memberikan ASI
secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air
bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan
lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
higienis dan cara penypihan yang tidak baik. 1

21
Selain itu, faktor-faktor penderita yang dapat meningkatkan resiko diare antara lain:
gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus,
menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik. 1

PATOFISIOLOGI
Secara umum diare disebabkan oleh 2 hal, yaitu gangguan pada proses absorbsi atau
sekresi. Diare akibat gangguan absorbsi terjadi karena voleme cairan yang berada di kolon
lebih besar daripada kapasitas absorbsi. Hal ini dapat terjadi akibat kelainan di usus halus,
sehingga mengakibatkan absorbsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus
halus normal, diare dapat terjadi akibat absorbsi di kolon menurun atau sekresi di kolon
meningkat. Diare juga dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.4
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan oleh virus yaitu virus yang
menyebabkkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel
ujung villus pada usus halus. Biopsi usus halus menunjukkan penumpulan villus dan infiltrasi
sel bundar pada lamina propria. Perubahan-perubahan patologis tidak berkorelasi dengan
keparahan gejala klinis dan biasanya sembuh sebelum penyembuhan diare. Mukosa lambung
tidak terkena, walaupun biasanya digunakan istilah gastroenteritis. Namun pengosongan
lambung yang tertunda telah didokumentasi pada infeksi virus Norwalk.2
Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus
halus. Hal ini menyebabkan terganggunya fungsi absorbsi usus halus. Sel-sel epitel usus
halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru berbentuk kuboid yang belum matang. Hal
ini lah yang menyebabkan fungsinya belum baik. 2
Cairan dan makanan yang tidak terserap akan meningkatkan tekanan koloid osmotik
usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap
akan terdorong keluar usus melalui anus dan mengakibatkan diare osmotik dari penyerapan
air dan nutrien yang tidak sempurna. 2
Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas merupakan sel-sel yang terdiferensiasi
yang memiliki fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakarida dan fungsi penyerapan seperti
transport air dan elektrolit melalui kotransporter glukosa dan asam amino. Enterosit kripta
merupakan sel yang tidak terdiferensiasi yang merupakan pensekresi air dan elektrolit.
Dengan demikian, infeksi virus selektif sel-sel ujung villus usus menyebabkan
ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi dan malabsorbsi
karbohidrat kompleks, terutama laktosa. 2

22
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus. Bakteri dapat menembus sel mukosa usus halus
sehingga menyebabkan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut
saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare karena bakteri dapat menyebabkan adanya
darah dalam tinja yang disebut disentri. 2

MANIFESTASI KLINIS
Gastroenteritis dapat timbul bersamaan dengan gejala sistemik seperti demam, letargi
dan nyeri abdomen. Diare akibat virus memiliki karakteristik diare cair atau watery stool,
tanpa disertai darah ataupun lendir. Dapat disertai gejala muntah dan dehidrasi tampak jelas.
Bila terdapat demam umumnya ringan.5
Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
lendir ataupun darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya dapat menjadi lecet karena seringnya
defekasi dan tinja semakin lama semakin asam karena banyaknya asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. 5
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang ikut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
Bila penderita telah kehilangan banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. 5
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang, dan berat. Sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi
hipotonik, isotonik dan hipertonik. 5
Pada dehidrasi berat, volume darah akan berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hippovolemik dengan gejala-gejala: denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil,
dan tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun. Akibat dehidrasi,
diuresis akan berkurang sehingga terjadi oliguria bahkan anuria. Bila sudah terdapat asidosis
metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernapasan yang cepat dan dalam (napas
Kussmaul). 5

simptom Minimal atau Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat,


tanpa dehidrasi sedang, kehilangan kehilangan BB >9%

23
kehilangan BB < BB 3-9%
3%
Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, Apatis, letargi, tidak
irritable saadar
Denyut jantung Normal Normal-meningkat Takikardi, bradikardi pada
kasus berat
Kualitas nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil, tak teraba
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali <2 detik Kembali > 2 detik
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal
Extremitas Hangat Dingin Dingin, mottled, sianotik
Kencing Normal berkurang minimal

Asidosis metabolik dapat terjadi karena: kehilangan NaHCO3 melalui tinja; ketosis
kelaparan; produk-produk metabolik yang bersifat asam yang tidak dapat dikeluarkan (karena
oligouria atau anuria); berpindahnya ion natrium dari CES ke CIS; penimbunan asam laktat
(anoksia jaringan tubuh). 5
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma
berkurang dari 130 mEq/l, dehidrasi isotonik bila kadar natrium dalam plasma 130-150
mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik hipernatremia bila kadar natrium dalam plasma lebih
dari 150 mEq/l. Pada dehidrasi isotonik dan hipotonik penderita tampak tidak begitu haus,
tetapi pada penderita dengan dehidrasi hipertonik, rasa haus akan nyata sekali dan sering
disertai kelainan neurologis seperti kejang, hiperfleksi dan kesadaran menurun, sedangkan
turgor dan tonus tidak terlalu buruk. 5

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, hanya
pada keadaan tertentu mungkin diperlukan. Misalnya penyebab dasar yang tidak diketahui
atau terdapat penyebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang terkadang diperlukan pada diare akut antara lain2:
1. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotik.
2. Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik.
3. Tinja :

24
- Pemeriksaan makroskopik : perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare.
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran
gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin. Bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli
dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali
pada infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan
pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja berbau busuk
didapatkan pada infeksi Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
- Pemeriksaan mikroskopik : untuk mencari adanya leukosit, letak anatomis serta
proses peradangan mukosa. Leukosit di dalam tinja diproduksi sebagai respon
terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif
menunjukkan adanya kuman invasif yang memproduksi sitotoksin (Shigella,
Salmonella, C. jejuni). Leukosit yang ditemukan umumnya PMN, kecuali pada S.
typhii leukosit mononuklear. Parasit yang menyebabkan diare umumnya tidak
memproduksi leukosit dalam jumlah banyak. Normalnya tidak diperlukan
pemeriksaan untuk mencari telur atau parasit kecuali terdapat riwayat bepergian,
kultur rinja negtif untuk enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu atau pada
pasien immunocompromised.
- Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic
Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat leukosit pada tinja, KLB
diare dan pada penderita immunocompromised.

DIAGNOSIS BANDING
Diare dapat disebabkan oleh infeksi, toksin, alergi saluran cerna (termasuk alergi susu
sapi), defek malabsorbsi, inflammatory bowel disease, penyakit celiac, atau adanya cedera
pada enterosit. Infeksi spesifik dibedakan satu sama lain melalui pemeriksaan tinja.1,2

Gejala rotavirus shigella salmonella ETEC EIEC kolera


Klinis
Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72
jam
Panas + ++ ++ - ++ -

25
Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus, Tenesmus, - Tenesmus, Kramp
kramp kolik kramp
Nyeri kepala - + + - - -
Lama sakit 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Sifat tinja
Volume Seddang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - +/- Kadang - + -
Bau Langu Busuk + Tidak Amis
khas
Warna Kuning Merah Kehijauan Tak Merah Seperti
hijau hijau berwarna hijau cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anorexia Kejang+/- Sepsis+/- meteorismus Infeksi
sistemik

Alergi Susu Sapi


Alergi makanan didefinisikan sebagai suatu reaksi terhadap protein makanan yang
merugikan yang disebabkan oleh hipersensitivitas imun, yaitu reaksi antara sedikitnya satu
protein makanan dengan satu atau lebih mekanisme imun, tidak terbatas hanya pada IgE.
Reaksi timbul cepat dalam hitungan menit namun dapat juga terjadi hingga 1 jam setelh
minum susu. Gejala syok anafilaktik dapat timbul bila jumlah susu yang diminum besar,
sedangkan susu dalam jumlah kecil memberikan gejala urtikaria perioral, urtikaria umum,
angioedema, eksem berulang, nafas bunyi, stridor, batuk dan gejala gastrointestinal.
Kebanyakan penderita menunjukkan hasil skin prick test positif kuat terhadap ekstrak susu
sapi.2

TATALAKSANA
Departemen Kesehatan menetpkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus
diare baik yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit, yaitu2:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif

26
5. Nasihat kepada orang tua
Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana kesehatan dan
segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam
pertama 75 ml/kgBB. Bila berat badan tidak diketahui, perkiraan kekurangan cairan dapat
ditentukan dengan menggunakan umur : umur <1 tahun adalh 300 ml, 1-5 tahun adalah 600
ml, >5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa adalah 2400 ml. Bila penderita masih haus dan
masih ingin minum harus diberi lagi. Bila kelopak mata menjadi bengkak, oralit harus
dihentikan sementara dan beri minum air putih atau air tawar. Bila edema kelopak mata sudah
hilang dapat diberikan lagi. 2
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Pemberian zinc dilakukan di awal masa diare selama 10 hari ke depan secara
signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Pemberian zinc pada diare dapat
meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi
epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang
mempercepat pembersihan patogen dari usus. Dosis zinc untuk anak di bawah umur 6 bulan
adalah 10 mg per hari, dan untuk anak di atas 6 bulan adalah 20 mg per hari. 2
ASI dan makanan tetap diteruskan untuk mencegah kehilangan berat badan serta
pengganti nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya
perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. 2
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena
akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan
menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu juga akan mempercepat resistensi kuman
terhadap antibiotik. 2
Beri nasihat kepada ibu atau pengasuh untuk segera kembali jika demam, tinja
berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum
membaik dalam 3 hari. 2

KOMPLIKASI
Komplikasi utama dari gastroenteritis adalah dehidrasi dan gangguan fungsi
kardiovaskular akibat hipovolemia berat. Kejang dapat terjadi akibat demam tinggi, terutama
pada infeksi Shigella. Abses intestin dapat terjadi ada infeksi Shigella dan Salmonella,
terutama pada demam tifoid yang dapat memicu perforasi usus. Muntah hebat akibat
gaastroenteritis dapat menyebabkan ruptur esofagus atau aspirasi.4

27
Kematian akibat diare mencerminkan adanya gangguan sistem homeostasis cairan dan
elektrolit yang memicu dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan instabilitas vaskular, serta
syok. 4

PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara 2:
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
- Pemberian ASI yang benar
- Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
- Penggunaan air bersih yang cukup
- Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis BAB dan
sebelum makan
- Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
- Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)
- Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
- Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
- Imunisasi campak

PROGNOSIS
Secara umum prognosis untuk diare akut pada anak bergantung dari penyakit penyerta
atau komplikasi yang terjadi. Jika diare segera ditangani sesuai dengn kondisi umum pasien
maka kemungkinan pasien dapat sembuh. Yang terpenting adalah mencegah terjadinya
dehidrasi dan syok karena dapat berakibat fatal. Jika terdapat penyakit penyerta yang
memperberat keadaan pasien maka perlu dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain
penanganan terhadap diare. 5

DAFTAR PUSTAKA
1. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson ilmu kesehatan anak
esensial. Edisi ke-6. Jakarta: Elsevier; 2011.h. 481-6.

2. Subagyo B, Santoso NB. Buku ajar hastroenterologi-hepatologi. Jakarta: Badan


Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015. H. 87-117.

3. Rudolph AM. Buku ajar pediatri rudolph. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2007.h. 1142-47.

28
4. Norasid H, Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenterologi anak praktis. Edisi ke-2.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.h.51-3.

5. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2007.h. 283-7.

29

Anda mungkin juga menyukai