Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di
mana saja baik di rumah, di tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-
tempat lain. Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang
beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Penyebab luka bakar pun
bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan
kimia, aliran listrik dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit
selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan
luka bakar disesuaikan dengan penyebab luka bakar, luas luka bakar dan
bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam
memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka bakar
yang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena
tersiram air panas dengan luka bakar karena terkena zat kimia atau
radiasi membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka
bakarnya sama.
Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan
dan rehabilitasnya masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya
yang mahal, tenaga terlatih dan terampil. Mengingat banyaknya masalah
dan komplikasi yang dapat dialami pasien, maka pasien luka bakar
memerlukan penanganan yang serius.

B. Rumusan masalah

1
1. Jelaskan Pengertian Luka bakar ?
2. Jelaskan penyebab Luka bakar ?
3. Jelaskan tanda dan gejala Luka bakar ?
4. Jelaskan patofisiologi Luka bakar ?
5. Sebutkan klasifikasi Luka bakar ?
6. Jelaskan perawatan Luka bakar?
7. Jelaskan luas dan derajat keparahan Luka bakar ?
8. jelaskan factor-factor yang mempengaruhi penyembuhan Luka bakar ?
9. jelaskan proses penyembuhan Luka bakar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Luka bakar
2. Untuk mengetahui penyebab Luka bakar
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Luka bakar
4. Untuk mengetahui patofisiologi Luka bakar
5. Untuk mengetahui klasifikasi Luka bakar
6. Untuk mengetahui perawatan Luka bakar
7. Untuk mengetahui luas dan derajat keparahan Luka bakar
8. Untuk mengetahui factor-factor yang mempengaruhi penyembuhan
Luka bakar
9. Untuk mengetahui proses penyembuhan Luka bakar

D. Manfaat penulisan
Hasil penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Ilmiah
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan merupakan salah
satu bahan bacaan dan bahan kajian bagi penyusunan makalah
selanjutnya.

2
2. Bagi pembaca
a. Sebagai bahan masukan bagi penulis selanjutnya untuk
mengembangkan ilmunya mengenai luka bakar khususnya dalam
program pendidikan dan pelatihan KSR PMI Unit 120 STIKES Nani
Hasanuddin Makassar.
b. Sebagai wadah latihan untuk memperluas wawasan dan
pengetahuan dalam rangka pemenuhan program bagian
pendidikan dan latihan KSR PMI Unit 120 STIKES Nani
Hasanuddin Makassar serta menjadi persyarata awal dalam
kegiatan pengambilan slayer pada kegiatan berikutnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas,
kimia atau radio aktif (Wong, 2003).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas
ketubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan radiasi
elektro magnetic. (Effendi. C, 1999).

B. Penyebab Luka bakar


Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah :
1. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat Luka
bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) Luka bakar kimia biasanya
disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam
bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan
untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Listrik menyebabkan
kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran listrik
menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling

1
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber
arus maupun grown (Moenadjat, 2001).

C. Tanda dan gejala Luka bakar


Menurut Wong and Whaleys (2003), tanda dan gejala pada luka bakar
adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar kulit kering kemerahan
nyeri sekali sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis dan dermis terdapat vesikel (benjolan
berupa nanah) dan oedem subkutan (adanya penimbunan dibawah kulit)
, luka merah dan basah,mengkilap, sangat nyeri,sembuh dalam 21 - 28
hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah ke
putih-putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan
jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan
gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak
tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).

D. Patofisiologi Luka bakar


Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi
panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang
parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal
serta metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja

2
setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun,
mungkin sebagai akibat dari reflex yang berlebihan serta pengembalian vena
yang menurun.Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan. Segera
setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat,
sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang
pembuluh darah masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat yang
luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara
berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai
sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool
albumin dalam plasma dapat hilang,dengan demikian kekurangan albumin
serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang
sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar
besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan
sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron
meningkat.
Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penye
rapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan dikon
sentrasikan secara maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan d
emikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya
merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa
menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus
mengalami penurunan,sehingga timbul oliguria.Sekresi hormone antideuretik
dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembe
ntukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus di rangsang, ekskresi kalium
diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.

E. Klasifikasi Luka bakar


Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman :
1. Luka bakar derajat I

3
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial,kulit k
ering hiperemik,berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri
karena ujung ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya
terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari (Brunicardi et
al.,2005).
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan
sebagai lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena
ujung ujung syaraf sensorik teriritasi.Dasar luka berwarna
merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal
(Moenadjat, 2001).
a. Derajat II Dangkal (Superficial)
1) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
3) Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah
cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka
bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II
superficial setelah 12-24 jam.
4) Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah
muda dan basah. Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
5) Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi
secara spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al.,
2005).

b. Derajat II dalam (Deep)


1) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis

4
2) Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut,kelenjar
keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
3) Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel
yang tersisa.
4) Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya
tanpak berwarna merah muda dan putih segera setelah
terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah
yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang
sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna
merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran
darah ) (Moenadjat, 2001)
5) Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9
minggu (Brunicardi et al., 2005).

3. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)


Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan
lebih
dalam,tidak dijumpai bula apendises kulit rusak,kulit yang terbak
ar warna putih dan pucat Karena kering letaknya lebih rendah di
bandingkan kulit
Sekitar Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal seb
agai scar,tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi,oleh karen
a ujung-ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan atau
kematian. Penyembuhan
terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari
dasar luka (Moenadjat, 2001).
4. Luka bakar derajat IV

5
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon
dan ltulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan
meliputi seluruh dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan,
tidak dijumpai pula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan
pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi
koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar,
tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian.
penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi
spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).

F. Perawatan Luka bakar

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan


pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan
disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat
kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan
diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain
adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka
bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan
topical anti microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan
tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan
mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical
secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka
dan mencegah sepsis yang sering kali masih menjadi penyebab
kematian pasien.( Effendi. C, 1999)

6
a. Fase resusitasi (darurat) : Dari awitan cedera hingga selesainya
resusitasi cairan.
b. Fase akut : Dari dimulainya deuresis hingga hampir selesainya
proses penutupan luka.
c. Fase rehabilitasi : Dari penutupan luka yang besar hingga kemb
alinya kepada tingkat penyesuaian fisik dan psikososial yang
optimal.

G. Luas dan derajat keparahan Luka bakar


1. Luas Luka bakar
Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :
a. Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederha
nakan dengan menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembil
an merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah
yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dala
m kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.
b. Metode Lund and Browder
Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas per
mukaan tubuh yang terbakar adalah metode Lund dan
Browder yang mengakui bahwa persentase luas luka bakar
pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan
tungkai, akan berubah menurut
pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah yang s
angat kecil dan memberikan estimasi proporsi
luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut,
kita bisa memperoleh estimasi
tentang luas permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi penda
huluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan kemudian

7
direvisi
pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar karena garis
demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode
tersebut.
c. Metode Telapak Tangan
Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar,
metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka
bakar
adalah metode telapak tangan (palm method). Lebar telapak
tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan
tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk
menilai luas luka bakar.

2. Derajat keparahan Luka bakar


a. Luka bakar minor
Cidera luka bakar minor adalah cidera ketebalan partial
yang kurang dari 15% LPTT (luas pemukaan tubuh total) pada
orang dewasa dan 10% LPTT pada anak-anak, atau cedera
ketebalan penuh kurang dari 2% LPTT. Klien dengan luka
minor biasanya mendapatkan perawatan awal di unit gawat
darurat, kemudian dipulangkan dengan intruksi tindak lanjut
di bagian rawat jalan.
b. Luka bakar sedang
Cedera luka bakar sedang tak terkomplikasi adalah
cedera ketebalan partial dengan 15% sampai 25% dari LPTT
pada orang dewasa atau 10% sampai 20% LPTT pada anak-
anak, atau cedera dengan ketebalan penuh kurang dari 10%
LPTT yang tidak berhubungan dengan komplikasi. Klien

8
dengan luka bakar sedang umumnya ditangani di bagian
rawat inap.
c. Cedera luka bakar mayor
Klien dengan luka bakar mayor biasanya dibawa ke
fasilitas perawatan luka bakar khusus, setelah mendapatkan
perawatan kedaruratan di tempat kejadian. Cedera luka bakar
mayor adalah setiap dari yang berikut ini:
1) Cedera ketebalan partial lebih dari 25% LPTT pada orang
dewasa atau 20% LPTT pada anak-anak.
2) Cedera ketebalan penuh 10% LPTT atau lebih.
3) Luka bakar yang mengenai tangan, wajah, mata, telinga,
kaki dan perineum.
4) Cedera inhalasi dan cedera listrik.

H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


bakar
1. Usia
Sirkulasi darah dan pengiriman oksigen pada luka, pembekuan,
respon inflamasi,dan fagositosis mudah rusak pada orang terlalu muda
dan orang tua, sehingga risiko infeksi lebih besar. Pertumbuhan sel
dan epitelisasi pada luka terbuka lebih lambat pada usia lanjut
sehingga penyembuhan luka juga terjadi lebih lambat (DeLauna & Ladner,
2002).
2. Nutrisi
Diet yang seimbang antara jumlah protein, karbohidrat, lemak,
mineral dan vitamin yang adekuat diperlukan untuk meningkatkan daya

9
tahan tubuh terhadap patogen dan menurunkan risiko infeksi.
Pembedahan, infeksi luka yang parah, luka bakar dan trauma, dan kondisi
defisit nutrisi meningkatkan kebutuhan akan nutrisi. Kurang nutrisi dapat
meningkatkan resiko infeksi dan mengganggu proses penyembuhan luka.
Sedangkan obesitas dapat menyebabkan penurunan suplay pembuluh
darah, yang merusak pengiriman nutrisi dan elemen-elemen yang lainnya
yang diperlukan pada proses penyembuhan. Selain itu pada obesitas
penyatuan jaringan lemak lebih sulit, komplikasi seperti dehisens dan
episerasi yang diikuti infeksi bisa terjadi (DeLaune & Ladner, 2002).
3. Oksigenasi
Penurunan oksigen arteri pada mengganggu sintesa kolagen dan
pembentukan epitel, memperlambat penyembuhan luka. Mengurangi
kadar hemoglobin (anemia), menurunkan pengiriman oksigen ke jaringan
dan mempengaruhi perbaikan jaringan (Delaune & Ladner, 2002).

I. Proses penyembuhan luka bakar

Berdasarkan klasifikasi lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi


dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang
terjadi dalam jangka waktu 23 minggu. Sedangkan luka kronis adalah
segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih
dari 46 minggu. Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk
setiap cedera jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya
luka pada tipa cedera jaringan luka baik luka ulseratif kronik, seperti
dekubitus dan ulkus tungkai, luka traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan
luka bakar, atau luka akibat tindakan bedah.
Luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami
proses fase respon inflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif, fase

10
proliferatif, dan fase maturasi. Kemudian disertai dengan berkurangnya
luasnya luka, jumlah eksudat berkurang, jaringan luka semakin membaik.
Tubuh secara normal akan merespon terhadap luka melalui proses
peradangan yang dikarakteristikan dengan lima tanda utama yaitu bengkak,
kemerahan, panas, nyeri dan kerusakan fungsi. Proses penyembuhannya
mencangkup beberapa fase (Potter & Perry, 2005) yaitu:
1. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 34 hari.
Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan
fagositosis.
Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat vasokonstriksipem
buluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah,
endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Scab (keropeng) juga dibentuk
dipermukaan luka. Scab membantu hemostasis dan mencegah
kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial
sel berpindah dari luka ke tepi. Sel epitel membantu sebagai
barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah
masuknya mikroorganisme. Suplai darah yang meningkat ke
jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan
pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak
merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit
(terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini
ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih
kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan
mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut
fagositosis. Makrofag juga mengeluarkan factor angiogenesis (A
GF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembul

11
uh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat
proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting
bagi proses penyembuhan. Respon segera
setelah terjadi injuri akan terjadi pembekuan darah untuk mence
gah kehilangan darah. Karakteristik fase ini adalah tumor, rubor,
dolor, calor, functio laesa. Lama fase ini bisa singkat jika tidak
terjadi infeksi.
2. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke4 atau 5 sampai hari ke21.
Jaringan granulasi trdiri dari kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh
darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid. Fibroblas
(menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai
24 jam pertama setelah terjadi luka. Diawali dengan mensintesis kolagen
dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah
terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah
tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat
menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan
luka terbuka. Kapilarisasi dan epitelisasi tumbuh melintasi luka,
meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang
.diperlukan bagi penyembuhan
3. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke21 dan berakhir 12 tahun. Fibroblas
terus mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya, menyatukan dalam
struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas
dan meninggalkan garis putih. Dalam fase ini terdapat remodeling luka
yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen,
pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka.
Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka

12
serta peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk jaringan parut
5080% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya. Kemudian
terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular
dan vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan
(Syamsulhidjayat, 2005).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat
luka kecil penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka
bakar memerlukan penanganan secara holistik dari berbagai
aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada
luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab
timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan
dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal.
Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan

13
berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga
keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara
penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan
kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

B. SARAN
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap
memegang prinsip steril dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan
sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu kesembuhan
luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak
diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali
melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat
memicu luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA

KartikawatiDewi N. Buku Ajar Dasar DasarKeperwatanGawatDarurat (2011).

Jakarta Salemba Medika

Mosby Elsevier, 2008, Mosbys Pediatric Nursing Reference, Sixth


Edition, Amerika
Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep & Ns. Yessie Mariza Putri, S.Kep, 2013,
Keperawatan Medikal Bedah (KMB 2), Nuha Medika, Yogyakarta

14

Anda mungkin juga menyukai