Anda di halaman 1dari 5

KESALAHAN ORANG TUA

AYAH: WISROWO

Donopati, meski seorang raja merasa tidak sanggup membeli keinginannya.


Kalau saja bisa dibeli dengan uang, tentu ia sanggup membayarnya. Sebagai
seorang raja urusan uang dan harta tentu bukan masalah lagi baginya. Tetapi,
permintaan Sukesi itu untuk mau menjadi istrinya itu baginya sangat sulit
memenuhi.

Keinginan untuk mempersunting putri kerajaan Alengka itu untuk sementara


ditunda. Tetapi keinginan memiliki permaisuri putri Prabu Sumali itu selalu
menggoda ketentramannya. Tetapi untuk memenuhi permintaan Sukesi, bahwa
ia harus bisa membuka rahasia ilmu yang disebut sastrajendro hayuningrat itu,
ia sama sekali tidak bisa. Ia sangat menyesali diri, sebagai seorang putra
seorang brahmana ternama, sangat memalukan jika ia buta akan ilmu.

Tiba-tiba ia tergerak untuk mengunjungi ayahnya di pertapaan Dederpenyu


menyerahkan segala persoalannya itu kepada Begawan Wisrawa, ayahnya.

Segera, setelah tiba menghadap bapaknya, Danapati menjelaskan segala


persoalan yang dihadapinya. Ia hendak mempersunting Dewi Sukesi putri
Alengkadiraja. Tetapi, Dewi Sukesi minta dijejelaskan rahasia ilmu sastra jendra
hayuningrat. Bahwa siapapun lelaki yang bisa membuka tabir ilmu itu, Sukesi
bersedia menjadi istrinya. Dengan kata lain, mahar yang diminta adalah
kemampuan membuka tabir rahasia ilmu sastra jendra.

Wisrawa kemudian menyuruh anaknya kembali ke kerajaan Lokapala. Adapun ia


sendiri hendak menjemput Sukesi ke Alengka, sebab Wisrawa mampu
menjelaskan rahasia ilmu seperti yang diminta Sukesi. Dengan kata lain,
Wisrawa hendak mewakili Danapati memenuhi permintaan Sukesi. Namun,
Wisrawa melakukan semua itu untuk Danapati.

Setiba di Alengkadiraja, segera Wisrawa minta Dewi Sukesi menyiapkan diri


menerima penjelasan ilmu sastrajendra. Namun, karena ilmu itu merupakan
rahasia dewa, dalam memberi keterangan harus di tempat khusus yang orang
lain tidak diperkenankan ikut mendengarkan. Maka, kedua orang itu masuk ke
ruang khusus dengan pintu tertutup rapat.

Ilmu memang sudah dijelaskan. Tetapi, dalam keadaan bersendirian berduaan itu
sebenarnya telah banyak yang ikut mereka berdua. Yang banyak itu adalah iblis.
Iblispun segera melakukan aksinya. Setelah ilmu selesai dijelaskan, Sukesi yang
telah termakan godaan iblis, menolak bahwa apa yang dilakukan Wisrawa itu
untuk anaknya, Danapati.

Dalam keadaan sepi itulah keduanya terbakar oleh jerat Iblis. Wisrawa pun lupa
dengan tujuannya, bahwa yang dilakukan itu untuk Danapati anaknya. Benteng
keduanya telah jebol diterjang godaan. Sukesi hanya mau diperistri oleh
Wisrawa, orang yang telah mampu melaksanakan permintaannya. Wisrawa
sendiri kebingungan. Kalau ia menolak, ibarat kumbang ia baru saja menghisap
madu kembang. Akhirnya ia menurut saja. Dilakukan pesta pernikahan atas
Wisrawa dan Dewi Sukesi. Antara seorang brahmana dan putri raja.

Danapati yang mendengar peristiwa itu marah besar. Ia segera menyiapkan


pasukannya. Dalam waktu singkat, Alengko hancur diobrak-abrik pasukan
Lokapala yang sedang marah dan mengamuk.

Sumali, raja Alengka, akhirnya enyuruh Wisrawa yang sekarang enantunya itu
untuk tampil menghadapi Danapati yang sedang mengamuk. Wisrawa
berangkat. Setelah berhadap-hadapan, Danapati memaki-maki ayahnya.
Wisrawa hanya diam menyesali kesalahannya.

Namun, sebelum keduanya bertempur, Dewa Narada turun dan melerai


pertikaian ayah anak itu. Narada menjelaskan memang Narada bersalah, tetapi
anak memaki-maki orang tuanya di tempat terbuka seperti itu juga kesalahan.
Apalagi seorang anak yang hendak membunuh orang tuanya. Kalaulah Wisrawa
salah, bukan Danapati yang harus menghukum kesalahannya.

Setelah Danapati bisa menenangkan diri, Narada menyuruhnya kembali ke


Alengka. Jika ia mau kembali, dan menghentikan peperangan, kelak Danapati
pada saatnya akan diangkat sebagai dewa. Hal itu diberikan sebagai
penghargaan atas jiwa besarnya yang mamu memaafkan kesalahan
orangtuanya. Danapatipun kemudian pulang ke Lokapala dengan seluruh
pasukannya.

Sukesi yang telah hamil, pada akhirnya melahirkan. Anaknya laki-laki, dan diberi
nama Rahwana. Kelak anak itu menjadi raja di Alengka. Tetapi ia menjadi raja
yang sangat jahat. Rahwana bernama juga Dasamuka. Dasa artinya sepuluh,
sedang muka berarti wajah.... dasamuka berarti berwajah sepuluh, yang secara
maknawiyah berarti tokoh kemunafikan karena wajahnya penuh warna.

Anak seperti Dasamuka itu, lahir dari niat yang tidak tulus. Meskipun setiap anak
lahir dalam keadaan suci, tetapi orang tua sangat menentukan dalam
menuliskan warna karakter dan keribadiannya.
DEWA BRATA

Dewabrata adalah putra mahkota kerajaan Hastinapura. Ibunya bernama Dewi


Ganggawati, seorang bidadari. Sedang ayahnya raja Hastinapura yang bergelar
Prabu Sentanu. Ayahnya menjadi duda sejak Dewabrata masih bayi, karena Dewi
Ganggawati meninggalkan bayinya itu kembali ke alam kadewatan.

Dewabrata terkenal kemudian menjadi pemuda yang berbakti. Kebahagiaan


ayahnya adalah segala-galanya. Ketika ayahnya jatuh sakit, Dewabrata selalu
berusaha mencarikan tabib untuk menyembuhkan penyakit ayahnya. Akan
tetapi, hampir semua tabib negeri telah didatangkan, penyakit ayahnya tak
kunjung sembuh.

Dewabrata mulai merasakan bahwa penyakit ayahnya tidak penyakit biasa.


Dengan penuh hormat ia bertanya kepada ayahnya, apa yang membuat sakit
ayahnya itu sulit diobati.

anakku Dewabrata, aku sangat mencintaimu lebih dari apapun. Kau telah
menjadi piatu sejak bayi, dan segala yang kumiliki telah kuserahkan kepadamu.
Termasuk tahta Hastinapura ini.

Jawaban ayahnya itu semakin membuat Dewabrata bingung. Jawaban dan


pertanyaan sangat jauh hubungannya.

Ayahanda, Ananda tidak mengerti dengan jawaban Ayahanda itu. Sudilah


kiranya Ayahanda menjelaskan sesuatu yang kayaknya tersembunyi.

Ayahnya tersenyum, bangga melihat kecerdasan anaknya.

Anakku, dengarlah ceritaku!

Kemudian Prabu Sentanu mulai bercerita.

Dulu, ketika Dewabrata masih kecil, baru belajar merangkak, Dewabrata rewel.
Menangis dan menangis. Meskipun semua dayang telah ikut merajuk, tetapi
Dewabrata tetap tak terbujuk. Maka, Sentanu kemudian menggendongnya dan
seketika itu diajaknya sang putra itu mengembara. Sampailah pengembaraan itu
di negeri Wirata.

Dengan maksud untuk membuat anaknya itu bahagia dan tenang, ia mengajak
melihat keramaian di alun-alun Wirata. Di tempat itu banyak orang berkumpul,
yang sesekali bertepuk tangan riuh. Maka ia pun menyeruak masuk menembus
kerumunan orang, ingin mengetahui ada apa di tengah alun-alun itu.

Dilihatnya, di tengah alun-alun itu ada panggung tinggi yang di sana ada
seorang perempuan seperti menebarkan pandangan terus menerus ke seluruh
khalayak. Prabu Sentanu melihat banyak para pemuda berpakaian pangeran,
para adipati dan tidak sedikit para raja berdiri dengan dandanan yang sangat
menyolok.
Prabu Sentanu tidak mengerti, ketika tiba-tiba kerumunan orang itu bertepuk
tangan riuh. Semua memandang dirinya. Ketika ia melihat perempuan yang
berada di panggung, tangan kanannya menunjuk dirinya. Beberapa orang
berpakaian khusus kemudian bergegas seperti menuju tempatnya berada.

Ketika beberapa orang itu kemudian dengan sopan membawa dirinya maju ke
tengah alun-alun, ia hanya menurut. Apalagi begitu dilihatnya anaknya,
Dewabrata yang masih kecil itu tiba-tiba tertawa lepas seperti menikmati
kebahagiaan.

Akan tetapi ketika Prabu Sentanu baru berjalan beberapa langkah, terdengarlah
suara dengan penuh tenaga yang seketika ribuan manusia itu seperti
terbungkam tiba-tiba.

Durgandini, kamu keliru....!!!! begitulah suara itu seperti membelah langit.

Ribuan orang itu seketika menengokkan pandangannya ke sumber suara.


Temasuk Prabu Sentanu. Ia melihat seorang lelaki berdiri agak maju di antara
jejalan manusia di pinggir alun-alun. Lelaki itu menggendong seorang anak yang
sebaya dengan Dewabrata anaknya. Entah kebetulan atau suatau rencana
tertentu, kain gendhong yang digunakan untuk
ANAK YANG BERBAKTI.

Anda mungkin juga menyukai