Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi memang tidak diwarisi, tetapi ditangkap dan dicerna


melalui proses belajar oleh karena itu untuk memahaminya diperlukan suatu
proses pendidikan demokrasi. Pendidikan demokrasi dalam berbagai konteks,
dalam hal ini untuk pendidikan formal (disekolah dan perguruan tinggi),
nonformal (pendidikan diluar sekolah) dan informal (pergaulan dirumah dan
masyarakat) kultura luntuk membangun citacita, nilai, konsep, prinsip,
sikap, dan keterampilan demokrasi dalam berbagai konteks (Winaputra,
2006:19)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu demokrasi?
2. Apa saja jenis-jenis demokrasi di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari demokrasi.
2. Dapat Menyebutkan jenis-jenis demokrasi di Indonesia.
3. Mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi

1
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu "Demos" yang berarti
rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan. Secara bahasa Demokrasi adalah
kekuasaan yang berada ditangan rakyat(pemerintahan rakyat). Maksud dari
pemerintahan rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi dipenggang oleh
rakyat. Jadi demokrasi adalah sebuah bentuk sistem pemerintahan dalam
rangka mewujudkan kedaulatan rakyat yang dijalankan oleh pemerintah.
a. Menurut Internasional Commision of Jurits
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyar dimana
kekuasaan tertinggi ditangan rakyat dan di jalankan langsung oleh mereka
atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dibawah sistem pemilihan yang
bebas. Jadi, yang di utamakan dalam pemerintahan demokrasi adalah rakyat.
b. Menurut Lincoln
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat (government of the people, by the people, and for the people).
c. Menurut C.F Strong
Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewasa dari
masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin
bahwa pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan
kepada mayoritas itu.
1. Sejarah Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena
kuno pada abad ke-5 SM. Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos
yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga
dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal
sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun, arti
dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
demokrasi di banyak negara.
Demokrasi berkembang menjadi sebuah bentuk atau mekanisme
sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan
rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah
negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif)

2
untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas
(independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain.
2. Budaya Demokrasi

Kata budaya berasal dari kata budi/akal dan daya/kemampuan maka


budaya adalah kemampuan akal manusia. Secara bahasa budaya demokrasi
berarti kemampuan akal manusia tentang berdemokrasi.

Pengertian Budaya Demokrasi dapat dilihat dari tiga sudut. Yang


pertama adalah budaya demokrasi formal, yaitu suatu sistem pemerintahan yg
hanya dilihat dari ada atau tidaknya lembaga politik demokrasi seperti
perwakilan rakyat.

Yang kedua adalah budaya demokrasi wajah (permukaan), yaitu


demokrasi yang hanya tampak dari luar, sedangkan di dalamnya tidak ada
sama sekali unsur demokrasi.

Yang ketiga demokrasi substantif, yaitu demokrasi yang memberikan


kesempatan (hak suara) untuk menentukan kebijakan kepada seluruh
golongan masyarakat tanpa memandang kedudukan atau apapun dengan
tujuan menjalankan agenda kerakyatan.

Budaya Demokrasi pada intinya adalah budaya yang menomor


satukan kepentingan masyarakat dalam pembuatan keputusan mengenai
kebijakan negara.

a. Kelebihan dan Kekurangan Budaya Demokrasi


1. Kelebihan
a. Demokrasi memberi kesempatan untuk perubahan di tubuh
pemerintahan tanpa menggunakan kekerasan.
b. Adanya pemindahan kekuasaan yang dapat dilakukan melalui
pemilihan umum
c. Sistem demokrasi mencegah adanya monopoli kekuasaan
d. Dalam budaya demokrasi, pemerintah yang terpilih melalui pemilu
akan memiliki rasa berutang karena rakyat yang memilihnya, oleh

3
karena itu hal ini akan menimbulkan pemicu untuk bekerja sebaik-
baiknya untuk rakyat
e. Masyarakat diberi kebebasan untuk berpartisipasi yang
menimbulkan rasa memiliki terhadap negara.
2. Kekurangan
a. Masyarakat bisa salah dalam memilih dikarenakan isu-isu politik
b. Fokus pemerintah akan berkurang ketika menjelang pemilu masa
berikutnya
c. Massa dapat memengaruhi orang
3. Pendidikan Demokrasi

Pendidikan demokrasi diartikan sebagai upaya sistematis yang


dilakukan Negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu warga
negaranya agar memahami, meghayati, megamalkan dan mengembangkan
konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai dengan status dan peran nya dalam
masyarakat (winataputra, 2006:12)

Demokrasi memang tidak diwarisi, tetapi ditangkap dan dicerna


melalui proses belajar oleh karena itu untuk memahaminya diperlukan suatu
proses pendidikan demokrasi. Pendidikan demokrasi dalam berbagai konteks,
dalam hal ini untuk pendidikan formal (disekolah dan perguruan tinggi),
nonformal (pendidikan diluar sekolah) dan informal (pergaulan dirumah dan
masyarakat) kultural untuk membangun citacita, nilai, konsep, prinsip,
sikap, dan keterampilan demokrasi dalam berbagai konteks (Winaputra,
2006:19)

B. Jenis-jenis Demokrasi
Demokrasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa-beberapa jenis
berdasarkan cara melihatnya, yaitu:
a. Dilihat dari cara penyaluran aspirasi rakyat
1. Demokrasi Langsung
Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang memberikan
kesempatan kepada seluruh warga negaranya dalam permusyawaratan
saat menentukan arah kebijakan umum dari negara atau undang-
undang. Bisa dikatakan demokrasi langsung adalah demokrasi yang

4
bersih karena rakyat diberikan hak mutlak untuk memberikan
aspirasinya.
2. Demokrasi Tidak Langsung
Demokrasi tidak langsung adalah sistem demokrasi yang
dijalankan menggunakan sistem perwakilan.
b. Dilihat dari dasar yang dijadikan prioritas atau titik perhatian
1. Demokrasi Material
2. Demokrasi Formal
3. Demokrasi Campuran
c. Dilihat dari prinsip ideologi
1. Demokrasi Rakyat
Demokrasi rakyat (proletar) adalah sistem demokrasi yang tidak
mengenal kelas sosial dalam kehidupan. Tidak ada pengakuan hak
milik pribadi tanpa ada paksaan atau penindasan tetapi untuk mencapai
masyarakat yang dicita-citakan tersebut dilakukan dengan cara
kekerasan atau paksa atau dengan kata lain negara adalah alat untuk
mencapai cita-cita kepentingan kolektif. Demokrasi rakyat merupakan
demokrasi yang berdasarkan paham marxisme atau komunisme.
2. Demokrasi Konstitusional
Demokrasi konstitusional adalah demokrasi yang dilandaskan
kebebasan setiap orang atau manusia sebagai makhluk sosial. Hobbe,
Lock dan Rousseaue mengemukakan pemikirannya tentang negara
demokrasi bahwa negara terbentuk disebabkan oleh benturan
kepentingan hidup orang yang hidup bermasyarakat. Ini
mengakibatkan terjadinya penindasan diantara mereka. Oleh sebab itu
kumpulan orang tersebut membentuk komunitas yang dinamakan
negara atas dasar kepentingan bersama. Akan tetapi fakta yang terjadi
kemudian adalah munculnya kekuasaan berlebih atau otoriterianisme.
Hal inilah yang menjadi pemicu pemikiran baru yakni
demokrasi liberal. Setiap individu dapat berpartisipasi melalui wakil
yang dipilih melalui pemilihan sesuai ketentuan. Masyarakat harus
dijaminan dalam hal kebebasan individual (politik, sosial, ekonomi,
dan keagamaan).
d. Dilihat dari kewenangan dan hubungan antara alat kelengkapan negara
1. Demokrasi Sistem Parlementer

5
Indonesia pernah menerapkan demokrasi parlementer yaitu pada
tahun 1945-1959. Dalam sistem demokrasi parlementer, Indonesia
memiliki kepala negara dan kepala pemerintahan sendiri. Selama
periode ini konstitusi yang digunakan adalah Konstitusi RIS dan
UUDS 1950. Banyak kelebihan yang dirasakan ketika Indonesia
menerapkan sistem demokrasi parlementer antara lain:
a. Parlemen menjalankan peran yang sangat baik
b. Akuntabilitas pemengang jabatan tinggi
c. Partai plitik diberi kebebasan dan peluang untuk berkembang
d. Hak dasar setiap individu tidak dikurangi
e. Pemilihan umum dilaksanakan benar-benar dengan prinsip
demokrasi (Pemilu 1955)
f. Daerah diberikan otonomi dalam mengembangkan daerahnya
sesuai dengan asas desentralisasi.

Meskipun banyak sekali kelebihan yang dirasakan, demokrasi


parlementer dianggap gagal karena beberapa alasan yang
dikemukakan para ahli sebagai berikut:

1. Usulan Presiden (Konsepsi Presiden) tentang Pemerintahan yang


berasaskan gotong-royong (berbau komunisme)

2. Dewan Konstituante yang bertugas menyusun Undang-undang


(konstitusi) mengalami kegagalan dalam merumuskan ideologi
nasional.

3. Dominan sekali politik aliran yang memicu konflik

4. Kondisi ekonomi pasca kemerdekaan masih belum kuat.

C. Perkembangan demokrasi di Indonesia


a. Perkembangan demokrasi PraOrde Baru

Semenjak dikeluarkannya maklumat wakil presiden No. X 3


november 1945, yang menganjurkan pembentukan partai-partai politik,
perkembangan demokrasi dalam masa revolusi dan demokrasi pearlementer

6
dicirikan oleh distribusi kekuasaan yang khas. Presiden Soekarno
ditempatkan sebagai pemilik kekuasaan simbolik dan ceremonial, sementara
kekuasaan pemerintah yang riil dimiliki oleh Perdana Menteri, Kabinet dan
Parlemen. Partai politik memainkan peranan sentral dalam kehidupan politik
dan proses pemerintahan. Kompetisi antar kekuatan dan kepentingan politik
mengalami masa keleluasaan yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia
merdeka. Pergulatan politik ditandai oleh tarik menarik antara partai di
dalam lingkaran kekuasaan dengan kekuatan politik di luar lingkungan
kekuasaan, pihak kedua mncoba menarik pihak pertama ke luar dari
lingkungan kekuasaan.

Kegiatan partisipasi politik di masa ini berjalan dengan hingar bingar,


terutama melalui saluran partai politik yang mengakomodasikan ideologi dan
nilai primordialisme yang tumbuh di tengah masyarakat, namun hanya
melibatkan segelintir elit politik. Dalam masa ini yang dikecewakan dari
Soekarno adalah masalah presiden yang hanya sebagai simbolik semata
begitu juga peran militer.

Akhirnya massa ini mengalami kehancuran setelah mengalami


perpecahan antar elit dan antar partai politik di satu sisi, serta di sisi lain
akibat adanya sikap Soekarno dan militer mengenai demokrasi yang
dijalankan. Perpecahan antar elit politik ini diperparah dengan konflik
tersembunyi antar kekuatan parpol dengan Soekarno dan militer, serta adanya
ketidakmampuan setiap kabinet dalam merealisasikan programnya dan
mengatasi potensi perpecahan regional ini mengindikasikan krisis integral
dan stabilitas yang parah. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Soekarno untuk
merealisasikan nasionalis ekonomi, dan diberlakukanya UU Darurat pada
tahun 1957, maka sebuah masa demokrasi terpimpin kini telah mulai.

Periode demokrasi terpimpin ini secara dini dimulai dengan


terbentuknya Zaken Kabinet pimpinan Ir. Juanda pada 9 April 1957, dan
menjadi tegas setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Kekuasaan menjadi

7
tersentral di tangan presiden, dan secra signifikan diimbangi dengan peran
PKI dan Angkatan Darat. Kekuatan-kekuatan Suprastruktur dan infrastruktur
politik dikendalikan secara hampir penuh oleh presiden. Dengan ambisi yang
besar PKI mulai menmperluas kekuatannya sehingga terjadi kudeta oleh PKI
yang akhirnya gagal di penghujung September 1965, kemudian mulailah pada
massa orde baru.

Dari uraian diatas dapat di simpulkan, antara lain:

1. Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam kedaan


memprihatinkan. Mengalami 25 pergantian kabinet, 20 kali pergantian
kekuasaan eksekutif dengan rata-rata satu kali pergantian setiap tahun.

2. Stabilitas politik sevara umum memprihatinkan. Ditandai dengan


kuantitas konflik politik yang amat tinggi. Konflik yang bersifat
ideologis dan primordial dalam masa 20 tahun pasca merdeka.

3. Krisis ekonomi. Dalam masa demokrasi parlementer krisis


dikarenakan karena kabinet tidak sempat untuk merealisasika program
ekonomi karena pergantian kekuasaan yang sering terjadi. Masa
demokrasi terpimpin mengalami krisis ekonomi karena
kegandrungannya terhadap revolusi serta urusan internasional
sehingga kurangnya perhatian disektor ekonomi.

4. Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan. Ketidaksiapan aparatur


pemerintah dalam proses politik menjaadikan birokrasi tidak terurus.

b. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan.

Implementasi demokrasi pada masa pemerintahan revolusi


kemerdekaan baru terbatas pada interaksi politik diparlemen dan
berfungsinya pers yang mendukung revolusi kemerdekaan. Meskipun tidak
banyak catatan sejarah yang menyangkut perkembangan demokrasi pada

8
periode ini, akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal
mendasar. Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua,
presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi
dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan
terbentuknya sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar
bagi system kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam
sejarah kehidupan politik kita.

c. Perkembangan demokrasi parlementer (1945-1959)

Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950


sampai 1959, dengan menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai
landasan konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan
demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat
ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi
dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini
diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.
Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh
konkret dari tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Ada
hampir 40 partai yang terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi
dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan partainya maupun
para pendukungnya.

Demokrasi parlementer gagal karena (1) dominannya politik aliran,


sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik; (2) basis
sosial ekonomi yang masih sangat lemah; (3) persamaan kepentingan
antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan Darat, yang sama-
sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan.

d. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

9
Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah
menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal
itu terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan
ideologinya sendiri dan dan kurang memperhatikan kepentingan politik
nasional secara menyeluruh.disamping itu Soekarno melontarkan gagasan
bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan dan gotong royong.

Politik pada masa ini diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat antara
ketiga kekuatan politik yang utama pada waktu itu, yaitu: presiden
Soekarno, Partai Komunis Indonesia, dan Angkatan Darat. Karakteristik
yang utama dari demokrasi terpimpin adalah: menggabungkan sistem
kepartaian, dengan terbentuknya DPR-GR peranan lembaga legislatif
dalam sistem politik nasionall menjadi sedemikian lemah, Basic Human
Right menjadi sangat lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa
puncak dari semnagt anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin
dominan dalam proses hubungan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.

Pandangan A. Syafii Maarif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin


menempatkan Soekarno seagai Ayah dalam famili besar yang bernama
Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan
demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno
adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu
absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain
itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif
terhadap eksekutif. (Sunarso, dkk. 2008:132-136)

e. Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru

Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan


perkembangan tingkat ekonomi, poltik dan, ideologi sesaat atau temporer.

10
Tahun-tahun awal pemerintahan Orde Baru ditandai oleh adanya
kebebasan politik yang besar. Presiden Soeharto yang menggantikan Ir.
Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan model Demokrasi
yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba), untuk
menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang
sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Dalam masa yang
tidak lebih dari tiga tahun ini, kekuasaan seolah-olah akan didistribusikan
kepada kekuatan masyarakatan. Oleh karena itu pada kalangan elit
perkotaan dan organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu 1971,
tumbuh gairah besar untuk berpartisipasi mendukung program-program
pembaruan pemerintahan baru.

Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan


antara kekuasaan negara dengan masyarakat. Negara Orde Baru
mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom, dan
sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan
danproses formulasi kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari (1)
kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi
legitimasi politik yangkuat kepada negara; (2) dijalankannya regulasi-
regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai, dan
institusionalisasi; (3) dipakai pendekatan keamanan; (4) intervensi negara
terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan kepda
negara untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi; (5)
tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak
bumi dan gas serta dari komoditas nonmigas dan pajak domestik, mauppun
yang berasal dari bantuan luar negeri, dan akhirnya (6) sukses negara orde
baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan pokok rakya
sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya muncul karena
sebab struktural.

Pemberontakan G30S/PKI merupaka titik kulminasi dari pertarungan


atau tarik tambang politik antara Soekarno, Angkatan Darat, dan Partai

11
Komunisme Indonesia. Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara
lain presiden sangat mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran partai
politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru
ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik,
campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik, masa
mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi lembaga
nonpemerintah. Beberapa karakteristik pada masa orde baru antara lain:
Pertama, rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pernah
terjadi. Kedua, rekruitmen politik bersifat tertutup. Ketiga,
PemilihanUmum. Keempat, pelaksanaan hak dasar warga Negara.
(Rukiyati, dkk. 2008:114-117)

f. Perkembangan Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998 Sampai


Dengan Sekarang).
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan
lengsernya Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan
kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang
dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan
negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak
dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena
dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di
era Orde Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan
kelembagaan negara, khususnya laginya perubahan terhadap aspek
pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga
negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan
terhadap model demokrasi yang dilaksanakan dibandingkan dengan model
Demokrasi Pancasila di era Orde Baru. Dalam masa pemerintahan Habibie
inilah muncul beberapa indicator kedemokrasian di Indonesia. Pertama,
diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk

12
berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan. Kedua, diberlakunya
system multi partai dalam pemilu tahun 1999.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi


belum membudaya. Kita memang telah menganut demokrsai dan bahkan
telah di praktekan baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam
kehidupan bebangsa dan bernegara. Akan tetapi, kita belum
membudanyakannya. Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang
mendarah daging. Mengatakan Demokrasi telah menjadi budaya berarti
penghayatan nilai-nilai demokrasi telah menjadi kebiasaan yang mendarah
daging di antara warga negara. Dengan kata lain, demokrasi telah menjadi
bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari kehidupanya. Seluruh
kehidupanya diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.

Namun, itu belum terjadi di media massa kita sering mendengar


betapa sering warga negara, bahkan pemerintah itu sendiri, melanggar nilai-
nilai demokrasi. Orang-orang kurang menghargai kebabasan orang lain,
kurang menghargai perbedaan, supremasi hukum kurang ditegakan, kesamaan
kurang di praktekan, partisipasi warga negara atau orang perorang baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan pilitik belum maksimal,
musyawarah kurang dipakai sebagai cara untuk merencanakan suatu program

13
atau mengatasi suatu masalah bersama, dan seterusnya. Bahkan dalam
keluarga dan masyarakat kita sendiri, nilai-nilai demokrasi itu kurang di
praktekan.

B. Saran

Mewujudkan budaya demokrasi memang tidak mudah. Perlu ada


usaha dari semua warga negara. Yang paling utama, tentu saja adalah adanya
niat untuk memahami nilai-nilai demokrasi. Mempraktekanya secara terus
menerus, atau membiasakannya. Memahami nilai-nilai demokrasi
memerlukan pemberlajaran, yaitu belajar dari pengalaman negara-negara
yang telah mewujudkan budaya demokrasi dengan lebih baik dibandingkan
kita.

Dalam usaha mempraktekan budaya demokrasi, kita kadang-kadang


mengalami kegagalan disana-sini, tetapi itu tidak mengendurkan niat kita
untuk terus berusaha memperbaikinya dari hari kehari. Suatu hari nanti, kita
berharap bahwa demokrasi telah benar-benar membudaya di tanah air kita
baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

14
15

Anda mungkin juga menyukai