Pendahuluan
Sistem muskuloskeletal pada manusia adalah seluruh kerangka manusia dengan seluruh
otot yang menggerakkannya dengan tugas melindungi organ vital dan bertanggungjawab atas
lokomosi manusia. Lokomosi ialah pergerakan berbagai otot yang dapat menggerakkan anggota
badan dalam lingkup gerakan sendi tertentu. Jadi yang dimaksud dengan system muskuloskeletal
mencakup semua struktur tulang, sendi, otot, dan struktur terkait seperti tendon, ligamen serta
sistem saraf perifer.1
Sistem muskuloskeletal terdiri dari susunan berbagai macam tulang. 206 buah tulang
kerangka yang terdiri dari tulang kepala yang membentuk tengkorak (8 buah); tulang wajah (14
buah); tulang telinga dalam (6 buah); tulang lidah (1 buah); tulang yang membentuk kerangka
dada ( 25 buah); tulang yang membentuk tulang belakang dan gelang pinggul (26 buah); tulang
anggota yang membentuk lengan (ekstremitas superior) (64 buah); tulang yang membentuk
tungkai ( ekstremitas inferior) (62 buah).Pada pembahasan kali ini lebih membahas mengenai
ekstremitas superior dimana terdiri atas bahu (hubungan antara tubuh dan lengan atas), lengan
atas, siku, lengan bawah, regio carvalis, dan tangan. 2
Ekstremitas superior dapat dianggap sebagai pengungkit bersendi banyak yang dapat
bergerak bebas pada tubuh melalui articulation humeri. Pada ujung distal ekstremitas superior
terdapat organ yang penting, yaitu tangan. Banyak fungsi penting dari tangan bergantung
padafungsi pollex yang seperti penjepit, yang memungkinkan seseorang mencengkeram benda
diantara pollex dan index.Ekstremitas superior dapat di bagi menjadi bahu (hubungan
antaratubuh dan lengan atas), lengan atas, siku, lengan bawah, regio carvalis,dan tangan.3
1
Tulang-tulang pada ekstremitas atas:2,4
i. Regio Scapularis
Os. Clavicula
Os. Scapulae
Os. Humerus
Scapula
Scapula adalah tulang pipih berbentuk segitga yang terdapat padadinding posterior
thorax di antara iga II sampai VII. Pada permukaanposterior, spina scapulae menonjol ke
belakang.Ujung lateral spina scapulae bebas dan membentuk acromion, yangbersendi dengan
clavicula. Angulus superolateralis scapulae membentukcavitas atau fossa glenoidalis yang
berbentuk seperti buah pir danbersendi dengan caput humeri pada articulatio humeri.
Processuscoracoideus menonjol ke atas dan depan di atas cavitas glenoidalis danmerupakan
tempat melekatnya otot dan ligamentum. Medial terhadapbasis processus coracoideus terdapat
incisura suprascapularis.Permukaan anterior scapula cekung dan membentuk fossa
subscapularis.Permukaan posterior scapula di bagi dua oleh spina scapulae menjadifossa
supraspinata di atas dan fossa infraspinata di bawah. Angulusinferior scapulae dapat di palpasi
dengan mudah pada orang hidup dan merupakan petunjuk posisi iga ketujuh dan processus
spinosus vertebraethoracicae 7.
Gambar 2. Os scapula
Humerus
Gambar 3. Os humerus
Radius
Radius adalah tulang lateral lengan bawah. Ujung atasnya bersendi dengan humerus pada
articulatio cubiti dan dengan ulna pada articulation radio ulnaris proksimal. Ujung distalnya
bersendi dengan os Scaphoideum dan lunatum pada articulatio radiocarpalis dan dengan ulna
pada articulatio radio ulnaris distal. Pada ujung atas radius terdapat caput yang berbentuk bulat
kecil. Permukaan atas caput cekung dan bersendi dengan capitulum humeri yang cembung.
Circumferentia articulare radii bersendi dengan incisura radialis ulnae. Dibawah caput tulang
menyempit membentuk collum. Dibawah cullom terdapat Tuberositas bicipitalis / tuberositas
radii yang merupakan tempat insertio musculus biceps.
Corpus radii berlainan dengan ulna, yaitu lebih lebar dibawahdibandingkan dengan
bagian atas.Corpus radii disebelah medial mempunyai margo interossea yang tajam untuk tempat
melekatnya membrana interossea yang menghubungkan radius dan ulna. Tuberculum pronator,
untuk tempat insertio musculus pronator ceres, terletak dipertengahan pinggir lateralnya. Pada
ujung bawah radius terdapat processus styloideus, yang menonjol kebawah dari pinggir
lateralnya. Pada permukaan medial terdapat incisura ulnae, yang bersendi dengan caput ulnae
yang bulat.Permukaan bawah ujung radius bersendi dengan os Scaphoideum dan os Lunatum.
Pada permukaan posterior ujung distal radius terdapat tuberculum kecil, tuberculum dorsalis,
yang pada pinggir medialnya terdapat sulcus untuk tendo musculi flexsor pollicis longus.
3
Gambar 4. Os radius
Ulna
Ulna merupakan tulang medial lengan bawah. Ujung atasnya bersendi dengan humerus
pada articulatio cubiti dan dengan caput radii pada articulatio radio ulnaris proxsimal. Ujung
distalnya bersendi dengan radius pada articulation radio ulnaris distalis, tetapi dipisahkan dari
articulatio radio carpalis dengan adanya facies articularis. Ujung atas ulna besar dikenal sebagai
prosesus olecranii, bagian ini membentuk tonjolan pada siku. Procesus ini mempunyai incisura
dipermukaan anteriornya, incisura trochlearis, yang bersendi dengan trochlea humeri. Di bawah
trochlea humeri terdapat procesus coronoideus yang berbentuk segitiga dan pada permukaan
lateralnya terdapat incisura radialis untuk bersendi dengan caput radii.
Corpus ulnae mengecil dari atas ke bawah. Di lateral mempunyai margo interosseus yang
tajam untuk tempat melekatnya membrane interossea. Pinggir posterior membulat, terletak
subcutan, dan mudah diraba seluruh panjangnya. Di bawah incisura radialis terdapat lekukan,
fossa supinator, yang mempermudah gerakan tuberositas bicipitalis radii. Pinggir posterior fossa
ini tajam dan di kenal sebaga icrista supinator, yang menjadi tempat origo musculus supinator.
Pada ujung distal ulna terdapat caput yang bulat, yang mempunyai tonjolan, pada permukaan
medialnya, disebut processus styloideus.
Gambar 5. Os ulna
Otot-Otot pada 1. Otot Anterior Thorax Gerakan scapula :
Ekstremitas Atas Lapisan Superficial M. Pectoralis major
4
M. Pectoralis minor
M. Serratus anterior
M. Subclavius
M. Trapezius
M. Levator scapulae
M. Rhomboideus major
M. Rhomboideus minor
5
Daerah posterior extensor lengan lengan
bawah, yaitu M. Triceps brachii dan M.
Anconeus.
Daerah anterior flexor lengan bawah,
yaitu M. Biceps brachii, M. Brachoradialis,
dan M. Brachialis
6
4. Otot Lengan Bawah daerah Anterio,
Lapisan Superficial
M. Pronator teres
M. Flexor carpi radialis
M. Palmaris longus
M. Flexor carpi ulnaris
M. Flexor digitorum superficialis
7
Gambar 12. Otot lengan bawah daerah
posterior, lapisan superficial
7. Otot Lengan Bawah Daerah Posterior,
Lapisan Profunda
M. Supinator
M. Abductor pollicis longus
M. Extensor pollicis brevis and longus
M. Extensor indicus
B. Diarhtrosis
8
Tabel 1. Pembagian sendi menurut bentuk dan letaknya.5
9
5. Sendi Peluru Tulang lengan atas dengan
Sendi peluru adalah persendian gelang bahu dan tulang paha
tulang yang gerakannya paling dengan gelang panggul.
bebas di antara persendian yang
lain, yaitu dapat bergerak ke
segala arah.
Pergerakan sendi
Pergerakan sendi merupakan hasil kerja otot rangka yang melekat pada tulang yang
membentuk artikulasi dengan cara memberikan tenaga. Tulang hanya berfungsi sebagai
pengungkit dan sendi sebagai penumpu.
10
b. Supinasi, yaitu rotasi lateral lengan bawah, yang mengakibatkan telapak tangan menghadap
kedepan.
c. Sirkumduksi, adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar untuk membuat suatu
ruang berbetuk kerucut, seperti saat mengayunkan lengan berbentuk putaran.
7. Inversi, adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kaki menghadap
kedalam atau kearah medial.
8. Eversi, adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kaki menghadap
kearah luar.
9. Protaksi, adalah memajukan bagian tubuh, seperti saat menonjolkan rahang bawah kedepan
atau memfleksi girdel pektoral untuk membusungkan dada.
10. Retraksi, adalah gerakan menarik bagian tubuh kearah belakang, seperti saat meretraksi
mandibula.
11. Elevasi, adalah pergerakan struktur kearah superior, seperti saat mengatupkan mulut.
12. Depresi, adalah menggerakan suatu struktur kearah inferior, seperti saat membuka mulut.5
11
Tulang rawan adalah bentuk jaringan ikat khusus terdiri atas sel-sel, disebut kondrosit,
terbesar berjaauhan dalam matriks ekstrasel mirip-jel padat. Jaringan ini tidak diterobos saraf
atau pembuluh darah. Sel-selnya, terisolasi dalam rongga kecil atau lacuna, mendapat makanan
secara difusi melalui fase air dari matriks dari kapilar dalam jaringan sekitar tulang rawan. Sifat
viskoelastis dari matriks ekstrasel member tulang rawan kekuatan dan kekenyalan luar biasa. Ia
sanggup bertumbuh cepat dan tetap mempertahankan kekuatannya, suatu sifat yang merupakan
materi sangat cocok untuk embrio yang berkembang. Sebagian besar kerangka aksial dan
apendikular pada awalnya dibentuk dari tulang rawan dan kemudian diganti oleh tulang.3
Tulang rawan agak terbatas keberadaannya dalam kehidupan pasca-lahir, namun tetap
berperan penting dalam pertumbuhan memanjang tulang panjang ekstremitas. Bila tinggi dewasa
telah tercapai, model tulang rawan dari tulang telah seluruhnya diganti oleh jaringan tulang
kecuali lapisan yang bertahan seumur hidup pada permukaan sambungan dengan tulang lain.
Dapat dibedakan tiga jenis tulang rawan, hialin, elastic, dan fibrokartilago, berdasarkan jumlah
matriks ekstrasel dan jumlah relatif serat kolagen dan elastin dalam matriks. Tulang rawan hialin
adalah bentukl yang paling banyak dijumpai, dan yang lain dapat dianggap sebagai varian dari
struktur dasarnya.3
Pada orang dewasa, tulang rawan hialin ditemukan dicincin trakea, hidung dan laring,
permukaan sendi dan ujung ventral iga yang menghubungkannya pada sternum. Ia merupakan
jarinagn semi-translusen dengan warna kelabu-kebiruan. Struktur mikroskopiknya paling mudah
dimengerti dengan mempelajari perkembangannya dalam embrio.
Kartilago hyalin segar berwarna putih kebiruan dan translusen. Pada embrio berfungsi sebagai
kerangka sementara hingga secara berangsur-ahgsur hilang diganti dengan tulang. Sedangkan
pada mamalia dewasa , kartilago hyalin terdapat di permukaan sendi pada sendi yang dapat
bergerak, dinding jalan nafas yang lebih besar (hidung,laring,trakea,bronki), dan ujung ventral
iga, tempat berartikulasi dengan sternum, dan pada lempeng epifise.3
12
Matriks
Komponen penting dari matriks kartilago adalah kondronektin,sebuah makromolekul yang
membantu perlekatan kondrosit pada kolagen matriks. Matriks kartilago yang tepat ,mengelilingi
setiap kondrosit banyak mengandung glikosaminoglikan dan sedikit kolagen.3
Perikondrium
Kecuali pada kartilago sendi,semua kartilago hyalin ditutupi oleh selapis jaringan ikat
padat,perikondrium, yang esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan tulang rawan.3
Struktur paling luar dari kartilago Hyalin bagian atas sama dengan dari bawah masing-masing
terdapat selaput perikondrium yang kaya fibroblas. Agak ke tengah terdapat kondroblas atau sel
kartilago muda dalam kapsula kecil dengan sitoplasma penuh. Makin ke tengah terdapat
kondrosit atau sel rawan dewasa dalam berkelompok seperti bagian paling tengah, kondrosit
tampak membentuk kelompok dua-dua empat-empat, dan disebut kelompok isogen. Tiap
kelompok isogen dikelilingi matriks teritorial dan menampakkan kondrosit dengan sitoplasma
tereduksi, sehingga tampak ruang antara sitoplasma dengan kapsula yang disebut lakuna. Antara
dua kelompok isogen dipisahkan oleh matriks interteritorial.3
Tulang rawan elastis ditemukan pada telinga luar, dinding liang telinga dan liang
eustachii, epiglotis dan tulang rawan kornikulata dan kuneifrom dari laring. Ia berbeda dari
tulang rawan hialin karena lebih keruh, warna kuning, dan lebih fleksibel.
13
Kondrositnya serupa dengan yang ditulang rawan hialin dan menempati lakuna tersebar satu-satu
atau dalam kelompok isogen dua-dua atau empat. Matriksnya kurang banyak dan sebagian
substansinya terdiri atas serat elastin yang banyak bercabang. Pada sediaan yang dipulas
terhadap elastin, serat-serat itu begitu rapatnya hingga menutupi komponen proteoglikan amorf
dari matriks. Di tepian, anyaman elastinnya lebih longgar dan seratnya tampak berlajut ke dalam
perikondrium.3
Tulang rawan elastis tidak berkembang dari pusat kondifikasi yang sangat seluler namun
didaerah jaringan ikat primitive yang mengandung sel mesenkim dan berkas serat yang tidak
dimiliki cirri kolagen maupun elastin. Serat biasa ini kemudian memperoleh ciri pemulasan
elastin dan sel-sel mesenkim menyusutkan cabang-cabangnya dan berkembang menjadi
kondrosit, mensekresi matriks disekitarnya dan sekitar serat. Pemadatan jaringan ikat sekitar
tepian membentuk perikondrium.3
Meskipun matriksnya kurang banyak disbanding tulang rawan hialin, ia sama pentingnya
bagi sifat mekanik jaringan. Hal ini secara dramatis diperlihatkan dalam percobaansederhana
berikut. Bila papain mentah disuntikan secara intravena kedalam kelinci muda, proteoglikan
matriks mengalami degradasi sebagian dan telinganya jatuh. Tetapi kondrosit dengan cepat
berespons dengan mensekresi komponen matriks baru dan telinganya sebagian besar pulih
kembali dalam 48 jam.3
Fibrokartilago sangat mirip jaringan ikat padat teratur dan keduanya sering menyatu
tanpa batas tegas diantaranya. Jadi fibrokartilago ditemukan pada tempat insersi ligamen dan
tendo pada tulang. Sebagai gantinya fibroblas fusifrom, kondrosit dikelilingi sedikit matriks
tulang rawan tersusun berbaris diantara berkas perarel serat kolagen tope-I. Biasanya tidak
terdapat perikondrium. Sel-selnya terdapat dalam lakuna dengan simpai sangat tipis yang
mungkin basofilik namun jaringan keseluruhannya biasanya asidofilik karena banyaknya
kolagen. Materi amorf yang sedikit itu kaya akan kondroitin sulfat dan dermatan sulfat. Sebagian
besar fibrokartilago dalam tubuh ditemukan dalam diskus intervertebralis yang merupakan
seperlima panjang tulang belakang. 3
Vertebra memiliki lapis tipis tulang rawan hialin pada permukaaan superior dan
inferiornya. Di antara lapis tulang rawan vertebra berturutan terdapat diskus intervertebralis
dengan materi glatinosa lunak dipusatnya, yaitu nukleus pulposus, dibatasi tepiannya oleh cincin
14
fibrokartilago kuat, disebut anulus fibrisus. Nukleus pulposus adalah derivate dari notochord
ambrio. Ia terdiri aats sedikit sel tersebar jarang dalam matriks lunak kaya asam hialuronat. Sel-
sel ini mengurang dengan bertambahnya usia dan setelah usia 20, tak ada lagi. Anulus fibrosus
terdiri atas banyak lamel konsentris serat kolagen tipe-I yang berjalan serong diantara vertebra,
berakhir pada tulang rawan hialin vertebra yang dihubunginya. Berkas serat dalam lamel
berseblahan terorientasi tegak lurus, menghasilkan susunan yang member fibrokartilago
kemampuan besar menahan kekuatan yang hendak menggeser vertebra satu terhadap lainnya. 3
Nukleus pulposus, terkurung diantara vertebra dan ditahan oleh anulus fibrosus di
tepiannya, membantali kekuatan kompresif sepanjang sumbu tulang belakang.
Anulus fibrosus dapat robek, paling sering di daerah lumbal. Bila herniasinya posterior,
penonjolan nukleus pulposus dapat menekan saraf spinal disertai nyeri hebat dan gangguan
neurologis di daerah yang disarafinya.3
Pembahasan Skenario
Seorang laki-laki usia 55 tahun diantar anaknya ke dokter dengan keluhan tidak bisa
menggerakan lengan kirinya sejak seminggu yang lalu. Menurut anaknya yang juga mahasiswa
kedokteran, ayahnya tidak ke dokter seusai jatuh dari tangga saat membetulkan genteng rumah,
namun hanya diurut. Dari hasil pemeriksaan didapatkan dislokasi pada persendian bahu dan
fraktur bagian 1/3 distal os radius. Kemudian anaknya menanyakan mengapa lengan tersebut
tidak bisa digerakkan sama sekali. Dokter tersebut menjelaskan untuk mengetahuinya harus
terlebih dahulu mengenal struktur anatomi yang saling berhubungan di sekitar lengan yang ikut
mendukung melakukan pergerakan.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dislokasi yang terjadi dalam skenario terdapat pada
bagian sendi peluru. Sendi peluru menyambung pada tulang lengan atas (os humerus) dengan
gelang bahu (os scapula). Dislokasi bahu anterior merupakan kondisi dimana keluarnya caput
humeri dari cavitas artikulare sendi bahu yang dangkal. Sedangkan fraktur yang terjadi pada
bagian 1/3 os radius sinistra menyebabkan disfungsi otot-otot sekitar, dengan begitu lengan
menjadi sulit untuk digerakkan.
Daftar Pustaka
1. Farida N. Kid and global disease. Jakarta: Grasindo; 2010.h.45-8.
2. Laksman H. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.123.
4. Rohen JW, Yokochi C, Drecoll EL. Atlas anatomi manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 1999.h.354.
5. Hubungan antartulang (Artikulasi/Persendian). Diunduh dari http://www.sentra-
edukasi.com/2011/07/hubungan-antartulang-artikulasi.html, pada tanggal 19 maret 2013.
6. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2000.h.91.
7. Fawcett, Bloom. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.127.
8. Artner J. Atlas of human skeletal anatomy. Ebook. 2002.
15