Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEKNOLOGI LIMBAH
STUDI KASUS PENGOLAHAN LIMBAH KOPI
DI PABRIK PENGOLAHAN KOPI
PADA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA JEMBER

Dosen Pengampu
Irnia Nurika, STP, MP, Ph.D

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah
Teknologi Limbah Semester Genap 2015-2016

Oleh :
Rodi Jumadil Akhir Hs (NIM : 155100309011002)
Muhamad Luthfi A.W (NIM : 155100309011005)
Wisanggeni (NIM : 155100307111049)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Pabrik Pengolahan Kopi pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
(Puslitkoka) ini mengolah hasil kopi rakyat. Sebagai salah satu sub-sistem
agroindustri, pengolahan hasil kopi rakyat di Puslitkoka diterapkan secara
kolektif. Pengolahan hasil kopi rakyat ini menyisakan beberapa limbah padat
dan cair. Sehingga perlu adanya penanganan agar tidak mencemari
lingkungan sekitar pabrik.
Kopi adalah salah satu komoditas penyegar utama yang sangat potensial
di Indonesia. Salah satu permalasahan utama dalam proses pengolahan
kopi adalah penanganan limbah padat. Dalam setiap ton buah basah akan
diperoleh 200 kg kulit kopi kering dan diperlukan air untuk pengolahan
sebanyak 20 liter per kg kopi. Kulit kopi memiliki kandungan nutrisi dan
senyawa yang potensial untuk dapat diubah menjadi produk bernilai tambah.
Melalui pelatihan yang dilakukan perusahaan kepada para petani yang
dikenalkan dengan optimasi pemanfaatan limbah, antara lain diproses untuk
pakan ternak, diolah menjadi kompos organik bermutu, serta diekstrak untuk
menghasilkan biogas sebagai sumber energi alternatif. Dengan cara seperti
itu limbah yang berpotensi menjadi pencemar lingkungan, dapat diolah
menjadi produk yang bernilai tambah tinggi. Cara lain yaitu mendiversifikasi
limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah. Bentuk
diversifikasi produk yang dapat dihasilkan antara lain papan partikel,
amelioran tanah, media tanam, kompos organik, minuman ringan beralkohol,
minuman dengan kadar gula tinggi, media produksi protein sel tunggal C.
utilis, pakan ternak, bioetanol, biodiesel, biogas, bahan bakar sumber panas
proses pengeringan dan lain-lain.
.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik limbah padat di Puslitkoka
2. Untuk mengetahui pembuatan kompos pada Puslitkoka
3. Untuk mengetahui pembuatan biogas pada Puslitkoka
4. Untuk mengetahui pembuatan bioetanol dan biodiesel pada Puslitkoka
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1. Proses Pengolahan Kopi


Proses pengolahan kopi dibagi dua cara berdasarkan bentuk buah segar
buah sampai siap untuk dikonsumsi yaitu cara basah (fully wet process) dan
cara kering (dry process). Tahapan pengolahan cara kering adalah panen
buah kopi, pengeringan gelondong basah, pembersihan, pengupasan kulit
kering, klasifikasi mutu berdasarkan ukuran (grading), klasifikasi mutu
berdasarkan densitas dan warna (sortation) serta penyimpanan. Tahapan
pengolahan cara basah adalah panen buah kopi, penerimaan buah, tangki
siphon untuk proses pemisahan buah matang dari buah mudah dan
terserang hama penyakit, pengupasan kulit buah basah (pulping), fermentasi
kopi basah berkulit cangkang, pencucian (washing), pengeringan kopi
berkulit cangkang tanpa lapisan lendir, pembersihan, pengupasan kulit
kering (hulling), klasifikasi mutu berdasarkan ukuran (grading), klasifikasi
mutu berdasarkan densitas dan warna (sortation) serta penyimpanan
Proses pengolahan yang membedakan antara cara kering dan cara
basah terdiri dua proses yaitu:
a. Pengupasan kulit buah kopi (pulping)
Pengupasan kulit buah kopi (pulping) adalah salah satu tahapan
proses pengolahan kopi yang membedakan antara pengolahan kopi cara
basah dengan kering. Mesin pengupas kulit buah kopi basah (pulper)
digunakan untuk memisahkan atau melepaskan komponen kulit buah dari
bagian kopi berkulit cangkang.
b. Pengeringan
Pada pengolahan cara kering, buah kopi hasil panen segera
dikeringkan baik dengan cara penjemuran maupun menggunakan
pengering mekanis sampai diperoleh kadar air antara 12-13%. Buah kopi
kering atau gelondong kering dan kopi berkulit cangkang kering dikupas
dengan menggunakan mesin pengupas (huller) untuk memisahkan biji
kopi dari komponen kulit buah keringnya sebelum siap untuk dikemas dan
dijual.

Panen buah kopi

Penerimaan

Tangki Shipon Kotoran

Sortasi Kulit gelondong


Buah kopi kulit
Pengupasan Pulping
Kering/kulit Pulp
Pengeringan
Gelondong Penyimpanan
Pembersihan
hijau
(densitas/
kering Pengeringan
Kulit berkulit
Pencucian cangkang (HS)
Cangkang
Fermentasi Lendir
Kopi pasar (green
2.2. Karakteristik Limbah
Karakteristik limbah kopi berupa limbah padat. Limbah padat
pengolahan kopi berasal dari kulit buah kopi. Berdasarkan hasil analisis
pengolahan kopi 100 kg dapat diketahui kandungan limbah padat berupa
kulit gelondong kering sebesar 45% yaitu 13,05 kg. Kulit gelondong kering
terdiri kulit cangkang, lendir dan kulit buah dengan perbandingan bobot
kering 11,9 : 4,9 : 28,7. Limbah padat yang dihasilkan dari buah kopi
kering yaitu kulit buah (pulpa) kering sebesar 28,7%, kulit cangkang
11,9%, dan sisanya sebesar berupa lendir kering 4,9%. Kandungan yang
terdapat pada limbah padat tersebut sebagai berikut :

Kandungan Pulpa kopi kering Kulit cangkang kering


Air 12,6 % 7,8 %
Serat kasar 21 % 77 %
Abu 8,3 % 0,5 %
Gula pereduksi 12,4 % -
Ekstrak nitrogen 44,4 % 18,9 %

2.3. Diversifikasi Limbah Kopi


Puslitkoka melakukan pengembangan dan penelitian untuk memperoleh
teknologi diversifikasi limbah kopi agar bermutu dan bernilai tambah.
Beberapa bentuk diversifikasi produk dari limbah kopi telah dikembangkan
yaitu:

2.3.1. Pembuatan Kompos Organik


Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial
oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Bahan pembuatan kompos
organik yang tersedia di perkebunan kopi yaitu limbah kulit buah kopi dan
kulit cangkang (tanduk) yang memenuhi rasio C/N-nya tidak lebih 15.
Proses-proses pembuatan kompos yang dilakukan Puslitkoka harus
memenuhi beberapa hal yaitu:
1. Penyediaan komposisi bahan baku sebanyak 25-50% :
a. 130 kg kulit kopi
b. 10 kg kulit tanduk kopi
c. 10 kg sekam padi
d. 5 kg kapur
e. 25 kg vertiner
f. 25 kg sampah organik, dan
g. 15 kg pupuk kandang
2. Pengomposan kulit kopi selama 3 bulan.
3. Penyusutan kandungan karbon (C) dan nitrogen (N) dari minggu
pertama hingga minggu keenam.
4. Pendegredasian limbah pabrik kopi menjadi pupuk organik dengan
bantuan cacing tanah selama 9 minggu. Pendegredasian kulit buah
(pulpa) hanya 4 minggu dan pendegredasian kulit cangkang (tanduk)
selama 8 minggu.
5. Laju pengomposan dan kualitas kompos menggunakan aktivator
anorganik ammonium sulfat lebih baik daripada aktivator hayati.

2.3.2. Pembuatan Biogas


Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-
bahan organik dalam kondisi anaerobik. Biogas tersusun dari gas metana
(CH4), karbondioksida (CO2), nitrogen (N2), hidrogen (H2), hidrogen sufida
(H2S) dan oksigen (O2) dengan komposisi bervariasi tergantung asal
bahan baku biomassa yang digunakan. Nilai kalori 1 m3 biogas setara
dengan 6.000 Wh atau 0,5 l minyak diesel dan biogas sangat cocok
digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
pengganti bahan bakar minyak, LPG, batu bara, dan bahan-bahan lain
yang berasal dari fosil.
Penelitian dan pengembangan proses produksi biogas dengan bahan
baku limbah padat dan cair pengolahan kopi secara intensif dalam lima
tahun terakhir telah dilakukan oleh Puslitkoka. Beberapa tipe reaktor
biogas telah dikembangkan dengan berbagai kombinasi bahan konstruksi
dan kapasitas tampung bahan baku antara 150 liter sampai dengan 30
m3. Biogas yang dihasilkan telah digunakan sebagai sumber energi panas
proses pengolahan kopi, penerangan dan penggerak pompa sirkulasi.

2.3.3. Pembuatan Bioetanol


Bioetanol adalah salah satu sumber energi baru yang memiliki
kelebihan dibanding dengan Bahan Bakar Minyak (BBM), diantaranya
memiliki kandungan oksigen yang lebih tinggi (35%) sehingga terbakar
lebih sempurna, nilai oktan lebih tinggi, dapat diproduksi oleh
mikroorganisme secara terus menerus dan lebih ramah lingkungan
karena emisi gas CO yang dihasilkan lebih rendah 19-25%. Bioetanol
dapat diproduksi dari proses fermentasi limbah kulit kopi. Kandungan
selulosa di dalam limbah kulit kopi sebesar 65,2 % dan bahan selulosa
memiliki potensi sebagai bahan baku alternatif pembuatan etanol.
Proses-proses pembuatan bioetanol:
1. Hidrolisis
Proses menghidrolisis kulit kopi menggunakan katalis HCl konsentrasi
20% (v/v) dan menghasilkan 10,04% glukosa.
2. Fermentasi
Proses fermentasi dengan menggunakan starter 11% selama 7 hari
menghasilkan 9,04% bioetanol. Mikroorganisme yang digunakan yaitu
Z. mobilis yang mengkonversi 97,99% glukosa menjadi 51,02% yield
etanol. Z. mobilis merupakan bakteri batang bersifat gram negatif dan
tidak bentuk spora serta dapat bergerak. Kelebihan bakteri ini yaitu
tumbuh secara anaerob fakultatif yaitu dapat tumbuh di kondisi yang
ekstrem.
3. Destilasi
Proses destilasi dilakukan selama 8 jam dan menghasilkan 38,68%.
Proses pemurnian dilakukan dengan proses destilasi dengan suhu
80oC

3.1.1. Pembuatan Biodiesel


Biodiesel memiliki sifat yang sangat mirip dengan petrodiesel
(bahan bakar fosil), tetapi memiliki energi pembakaran dan angka oktan
yang lebih tinggi sehingga proses pembakaran menjadi lebih efisien
dengan gas buang yang ramah lingkungan. Kulit kopi dan biji kopi
kualitas rendah sebagai bahan baku biodiesel. Pemanfaatan limbah kopi
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dengan metode ekstraksi
minyak kopi menggunakan pelarut. Tahapan proses diawali dengan
proses ekstraksi minyak kopi menggunakan pelarut dan dilanjutkan
dengan degumming dan penyaringan sampai diperoleh minyak bebas
gum. Analisis bilangan asam dilakukan sebelum dilakukan proses
transesterifikasi dan pencucian yang akan menghasilkan biodiesel
kotor. Tahap pemurnian perlu dilakukan agar diperoleh produk akhir
biodiesel dengan tingkat kemurnian yang maksimum.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Bahan limbah padat terdiri dari yang terbesar yaitu kulit buah (pulpa) dan
kulit cangkang (tanduk). Karakteristik setiap limbah yaitu kadar air, kadar
serat kasar, kadar abu, kadar gula pereduksi, dan kadar ekstrak nitrogen.
2. Pembuatan kompos dengan menyediakan komposisi bahan baku
sebanyak 25-50% : 130 kg kulit kopi, 10 kg kulit tanduk kopi, 10 kg
sekam padi, 5 kg kapur, 25 kg vertiner, 25 kg sampah organik, dan 15 kg
pupuk kandang. Pengomposan kulit kopi selama 3 bulan. Penyusutan
kandungan karbon (C) dan nitrogen (N) dari minggu pertama hingga
minggu keenam. Pendegredasian limbah pabrik kopi menjadi pupuk
organik dengan bantuan cacing tanah selama 9 minggu. Pendegredasian
kulit buah (pulpa) hanya 4 minggu dan pendegredasian kulit cangkang
(tanduk) selama 8 minggu. Laju pengomposan dan kualitas kompos
menggunakan aktivator anorganik ammonium sulfat lebih baik daripada
aktivator hayati.
3. Proses pembuatan biogas dengan tipe reaktor biogas telah
dikembangkan dengan berbagai kombinasi bahan konstruksi dan
kapasitas tampung bahan baku antara 150 liter sampai dengan 30 m3.
4. Pembuatan bioetanol ada 3 proses yaitu hidrolisis, fermentasi, dan
destilasi. Proses menghidrolisis kulit kopi menggunakan katalis HCl
konsentrasi 20% (v/v) dan menghasilkan 10,04% glukosa. Proses
fermentasi dengan menggunakan starter 11% selama 7 hari
menghasilkan 9,04% bioetanol. Mikroorganisme yang digunakan yaitu Z.
mobilis yang mengkonversi 97,99% glukosa menjadi 51,02% yield
etanol. Z. mobilis merupakan bakteri batang bersifat gram negatif dan
tidak bentuk spora serta dapat bergerak. Kelebihan bakteri ini yaitu
tumbuh secara anaerob fakultatif yaitu dapat tumbuh di kondisi yang
ekstrem. Proses destilasi dilakukan selama 8 jam dan menhasilkan
38,68%. Proses pemurnian dilakukan dengan proses destilasi dengan
suhu 80oC.
5. Pembuatan biodiesel dengan metode ekstraksi minyak kopi
menggunakan pelarut. Tahapan proses diawali dengan proses
ekstraksi minyak kopi menggunakan pelarut dan dilanjutkan dengan
degumming dan penyaringan sampai diperoleh minyak bebas gum.
Analisis bilangan asam dilakukan sebelum dilakukan proses
transesterifikasi dan pencucian yang akan menghasilkan biodiesel
kotor. Tahap pemurnian perlu dilakukan agar diperoleh produk
akhir biodiesel dengan tingkat kemurnian yang maksimum.
DAFTAR PUSTAKA

Widyotomo, Sukrisno. 2012. Jurnal Review Penelitian Kopi dan Kakao:


Potensi dan Teknologi Diversifikasi Limbah Kopi Menjadi Produk Bermutu
dan Bernilai Tambah. http://iccri.net/download/Pelita%20Perkebunan/Vol
%2027%20No%201%20April%202011/5.%20sksn%20FINAL. Diakses
pada tanggal 26 Maret 2016 pukul 16:46 WIB

Anda mungkin juga menyukai