Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHUUAN

A. LATAR BELAKANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien
merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa
proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur
perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP,2001). Perawat adalah salah
satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge planner perawat mengkaji
setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk
mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama
pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji
secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara
optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Merupakan usaha keras
perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan
pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk
merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga
membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat
kesehatannya.

b. Tujuan Discharge Planning


Adalah meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan
dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning dapat
mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan
kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat
dilakukan melalui Discharge Planning ( Naylor, 1990 ). Dan menurut Mamon et al
(1992), pemberian discharge planning dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu
pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum disebelum dipulangkan, beberapa
penelitian bahkan menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek yang penting
dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996)
Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan dan
memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan (Powell,1996).
Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses
pengobatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan
kemampuan perawat dalam proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan
melalui proses discharge planning ( Naylor,1990 ) . Perawat dianggap sebagai seseorang
yang memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara
akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi
dalam masyarakat. (Harper, 1998 ).

c. Keuntungan Discharge Planning


1. Bagi Pasien :
Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian
yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya.
Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support
sebelum timbulnya masalah.
Dapat memilih prosedur perawatannya.
Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
2. Bagi Perawat :
Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan.
Menerima informasi kunci setiap waktu.
Memahami perannya dalam system.
Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru.
Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang
berbeda.
Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
d. Justifikasi Metode Discharge Planning
Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit , telah merancang
berbagai bentuk format Discharge Planning, namun discharge planning kebanyakan
dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi
yang harus di sampaikan pada pasien yang akan pulang seperti intervensi medis dan non
medis yang sudah diberikan, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah.
Cara ini merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya
untuk sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa menjamin apakah
pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat penyakitnya
kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi kegawatdaruratan terhadap kondisi
penyakitnya, untuk itu pelaksanaan discharge planning di rumah sakit apalagi dengan
penyakit kronis seperti stroke, diabetes mellitus, penyakit jantung dan lain-lain yang
memiliki resiko tinggi untuk kambuh dan berulangnya kondisi kegawatan sangat penting
dimana akan memberikan proses deep-learning pada pasien hingga terjadinya perubahan
perilaku pasien dan keluarganya dalam memaknai kondisi kesehatannya.
Contoh Discharge Planning yang diberikan pada pasien TB Paru : Yang prinsip
pelaksanaannya tetap melalui proses pengkajian, sehingga perawat dapat memulai
discharge planning tergantung hasil pengkajian.

e. Prinsip Discharge Planning


1. Kordinasi (saling berhubungan)
2. Interdisiplin (saling menjaga, disiplin ilmu,keterampilan sesuai standar keperawatan)
3. Pengenalan secara dini mungkin (penjelasan tentang apa yang kita informasi)
4. Perencanaan secara hati-hati
5. Melibatkan klien dan keluarga dalam memberikan perawatan

Karakteristik indikasi kebutuhan discharge planning


1. Kurang pengetahuan tentang pengobatan
2. Isolasi sosial
3. Diagnosa baru penyakit kronik
4. Operasi besar
5. Perpanjangan operasi besar
6. Orang labil
7. Penatalaksanaan dirumah secara kompleks
8. Kesulitan finansial
9. Ketidakmampuan menggunakan sumber rujukan /fasilitas pelayanan kesehatan
10. Penyakit terminal

Prioritas klien yang mendapatkan discharge planning


1. Umur diatas 70 tahun
2. Maltipe diagnosis
3. Resiko kematian yang tinggi
4. Terbatas mobilitas fisik
5. Keterbatasan merawat diri sendiri
6. Penurunan status kognisi/kognitif
7. Resiko terjadi cedera
8. Tunawisma
9. Fakir miskin
10. Penyakit kronis
11. Pasien diagnosis baru
12. Penyalahgunaan zat
13. Sering keluar masuk emergency

e. Komponen Discharge Planning


1. Jadwal kontrol dan menjelaskan pentingnya melakukan kontrol.
2. Perawatan di rumah
3. Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education)
mengenai : diet, mobilisasi, waktu kontrol dan tempat kontrol. Pemberian
pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman pasien dan keluarga.
mengenai perawatan selama pasien di rumah nanti.
4. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
5. Pada pasien yang akan pulang dijelaskan obat-obatan yang masih diminum, dosis,
cara pemberian, dan waktu yang tepat minum obat.
6. Obat-obatan yang dihentikan
7. Meskipun ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh pasien, obat- obatan
tersebut tetap dibawakan ke pasien.
8. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama MRS
dibawakan ke pasien waktu pulang
9. Surat-surat seperti : surat keterangan sakit, surat kontrol dan lain-lain.

g. Tahap-tahap Discharge Planninga.


a. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien. Ketika
melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari unit perawatan.
Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge agar transisi dari
rumah sakit ke rumah dapat efektif. Elemen penting dari pengkajian discharge
planning adalah :
1. Data kesehatan
2. Data pribadi
3. Pemberi perawatan
4. Lingkungan
5. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai
unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan
perawatan. Keluarga penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau
potensial.
c. Perencanaaan : Hasil yang diharapkan
Menurut Luverne & Barbara (1988), perencanaan pemulangan pasien membutuhkan
identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan
rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan
METHOD, yaitu:
1. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
2. Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien
juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas
perawatannya.
3. Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien
pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak
memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung
ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
4. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
pearwatan kesehatan tambahan.
5. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain
yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
6. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya
mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
d. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan
ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien.
Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus
memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan di rumah.
Penyerahan homecare dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan
perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis
pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik
dan mental klien, faktor sosial yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan,
atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien.
Transportasi harus tersedia pada saat ini
e. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk
menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan
membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah
klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan
rumah (homevisit). Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam
variabel :
1. Derajat penyakit
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan
4. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
5. Komplikasi tambahan
6. Ketersediaan sumber-sumber
h. Alur atau Mekanisme Discharge Planning

i. Tindakan Keperawatan pada Waktu Perencanaan Pulang


Tindakan perawatan yang diberikan pada waktu perencanaan pulang yaitu meliputi :
Pendidikan (edukasi, redukasi, reorientasi) pendidikan kesehatan diharapkan bisa
mengurangi angka kambuh dan meningkatkan pengetauan pasien.
Program pulang bertahap
Bertujuan untuk melatih pasien kembali kelingkungan keluarga dan masyarakat
antara lain apa yang harus dilakukan pasien di rumah sakit, apa yang harus
dilakukan keluarga.
Rujukan
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara
perawatan community dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui
perkembangan pasien dirumah.
j. Jenis pemulangan Pasien
Conditinal discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini dilakukan
apabila kondisi pasien bagus tidak terdapat kompilikasi. Pasien untuk sementara
dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau Puskesmas
terdekat.
Absolute discharge (pulang mutlak atau selmanya) cara ini merupakan akhir dari
hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali
maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
Judical discharge (pulang paksa) kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun
kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau
dengan melakukan kerjsama dengan perawat puskesmas terdekat.

k. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Discharge Planning


Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui
apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan
status kesehatan pasien. Selain itu, ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh
perawat praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke dokter primer/dokter yang
terlibat untuk dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan
perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang
berubah (Doenges & Moorhouse, 2000).
Discharge Planning harus disesuaikan dengan :
1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan
2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit
3. Disusun oleh tim
Contoh Lampiran Proposal

PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANING)

PENDAHULIUAN
Perencanan pulang (discharge planing)akan menghasilkan sebuah hubungan yang
terintegras,yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu dirumah sakit dengan perawatan
yang diberikan setelah pasien pulang.Perawatan dirumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan
dengan perawatan dirumah.namun sampai saat ini,perencanaan pulang pada pasien yang yang
dirawat pasien dirumah sakit belum optimal dilaksanakan,dimana peran perawat terbatas pada
kegiatan rutinitas saja,yaitu hanya berupa informasi kontrol ulang. Pasien yang memerlukan
perawatan kesehatan dirumah,konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas
tetapi tidak dibantu dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering kembali
keruang kedaruratan dengan masalah minor,dan seringkali diiterima kembali dalam waktu 24
jam sampai 48 jam dan kemudian pulang kembali.
Discharge planing keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan rentang
keperawatan. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan perawatan berkelanjutan yang
artinya perawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk
memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan berisiko terhadap beratnya
penyakit,ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Dalam perencanaan pulang diperlukan komunikasi
yang baik terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk proses
perawan di rumah.

TUJUAN
Tujuan umum
Setelah dilaksanakan praktik manajemen manajemen keperawatan diharapkan Ruang Paru
mampu menerapkan discharge planing.

Tujuan khusus
1. Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
2. Mengidentifikasi masalah klien.
3. Memprioritaskan masalah pasien yang utama.
4. Membuat perencanaan pasien pulang yaitumengajarkan pada pasien yang harus dilakukan
dan dihindari selama di rumah.
5. Melakukan evaluasi pada pasien salama diberikan penyuluhan.
6. Mendokumentasikan.

MANFAAT
1. Bagi pasien
1) Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan perawatan dirumah.
2) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
3) Membantu pasien memiliki pengetahuan,keterampilan dan sikap dalam memperbaiki
serta mempertahankan status kesehatan pasien.

2. Bagi mahasiswa
1) Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswadengan pasiensebagai penerimaan
pelayanan.
2) Mengevaluasi ppengaruh intrervensi yang terencana pada penyembuhan pasien.
3) Membantu kemandirian pasian dalam kesiapan melakukan perawatan dirumah.

PENGORGANISASIAN
Kepala ruangan :
PP1 :
PP2 :
PA :
Dokter :
Pasien :
Keluarga :

MEKANISME KEGIATAN
Topik : Discharge planing pada Tn. Juhri dengan diagnosis medis TBC
Sasaran : Tn. x
Hari/tanggal :
Waktu : 08.00 WIB
Materi :
1. Asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis TBC
2. Masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan TBC
3. Perencanaan pulang pada klien dengan TBC

METODE
1. Diskusi.
2. Tanya jawab.
MEDIA
1. Status klien.
2. Sarana dan Prasarana perawatan.
3. Leaflet.

Pelaksanaan kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. PP 1 sudah siap dengan status 10 menit Ners station PP 1
klien dan format discharge
planning.
2.
3. Menyebutkan masalah klien.
4.
3. Menyebutkan hal-hal yang perlu
diajarkan pada klien dan keluarga.

4. Kepala ruangan memeriksa


kelengkapan administrasi.
Pelaksanaan1. PP 1 menyampaikan pendidikan 30 menit Bed pasien PP 1
kesehatan, melakukan demostrasi
dan redemostrasi :
2.
Diet

Aktivitas dan istirahat

Minum obat teratur

Perawatan diri

3. PP 1 menanyakan kembali pada


pasien tentang materi yang telah
disampaikan.
4.
3. PP 1 mengucapkan terima kasih.

4. Pendokumentasian.

EVALUASI
1) Struktur
a. Persiapan dilakukan pada saat pasien masuk Ruang Paru.
b. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik.
c. Penyusunan proposal.
d. Menetapkan kasus.
2) Proses
a. Kelancaran kegiatan.
b. Peran serta perawat yang bertugas.
3) Hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga.

Contoh Lampiran : FORMAT DISCHARGE PLANNING

No. Reg. : .....................................


DISCHARGE PLANNING Nama : .....................................
Jenis Kelamin : .....................................
Tanggal MRS : ..................................... Tanggal MRS : .....................................
Bagian : ..................................... Bagian : .....................................
Dipulangkan dari RSY dengan keadaan :
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
Kontrol
a. Waktu :
b. Tempat :
Lanjutan perawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, dan lain-lain)

Aturan diet / nutrisi

Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya :

Aktivitas dan istirahat :

Yang dibawa pulang (Hasil Lab, Foto, ECG, obat, dan lain-lain) :

Lain-lain :

Surabaya, .............................
Pasien/Keluarga Perawat

( ) ( )

ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN TN. X DENGAN DIAGNOSA


MEDIS TBC

PENGORGANISASIAN
Kepala ruangan :
PP1 :
PP2 :
PA :
Dokter :
Pasien :
Keluarga :
Pada suatu hari di rumah sakit X, di ruang melati terdapat pasien yangh bernama Tn.
Juhri, dengan diagnosa medis TBC. Disaat pagi hari seorang perawat di ruangan sedang
mempersiapkan berkas-berkas, lalu datang seorang dokter.
Dokter : Selamat pagi...
Perawat P1 : Iya selamat pagi dokter...
Dokter : Bagaimana keadaan pasiennya?
Perawat P1 : Begini dokter, pasien dan keluarganya sejak tadi malem minta untuk di
pulangkan.
Dokter : Owh.. trus K.U nya bagaimana?
Perawat P1 : Setelah tadi dilakukan observasi, K.U nya cukup baik dokter...
Dokter : Ya sudah sekarang saya lihat dulu keadaannya.

Perawat dan dokter menuju ruangan pasien/tempat tidur pasien.


Perawat P1 : (tok.tok.tok) permisi.. selamat pagi.....
Keluarga px : owh... maaf, selamat pagi juga..
Dokter : bagiamana keadaannya bapak? Apakah masih sesak?
Pasien : sudah tidak sesak lagi dokter, Cuma kadang-kadang saja..
Keluarga px : tadi malam tidurnya juga saya lihat nyenyak dok.
Dokter : owh, ya sudah kalau begitu, saya periksa dulu keadaannya ya pak...
Pasien : baik dokter silahkan..!!

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, istri pasien menanyakan tentang kondisi
pasien, dan apakah bisa dipulangkan?.
Keluarga px : bagaimana kondisi suami saya dokter? Owh yaa.. apakah sudah bisa dibawa
pulang?
Dokter : keadaan suami ibu sudah cukup baik, dan sudah bisa dibawa pulang.
Keluarga px : owh.. begitu dokter..
Dokter : iya buk, tapi untuk obat-obatnya masih harus tetap diminum di rumah.
keluarga px : baik dokter..
Dokter : ya sudah kalau begitu saya permisi dulu..
Keluarga px : iya dokter, terimakasih...

Dokter dan perawat meninggalkan ruangan pasien, dan munuju ketempat perawat untuk
menilis resep buat pasien.
Dokter : (setelah selesai menulis resep obat) Baak... ini resep obatnya.
Perawat P1 : iya dokter..
Dokter : owh yaa, untuk berkas-berkas buat pasien kontrol nanti dijelasin sama pasien
dan keluarganya yaa..
Perawat P1 : baik dokter...
Dokter : ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu, assalamualaikum...
Perawat P1 : waalaikum salaam.. terimakasih dokter..

Dokter meninggalkan ruangan tersebut, dan perawat mempersiapkan berkas-berkas dan


mengantarkan resep obat ke apotik.
Perawat P1 : Mas..!!
Perawat A : iya mbak..
Perawat P1 : minta tolong ke apotik ya.. ambilin obatnya bapak juhri..
Perawat A : owh.. baik mbak..

(setelah beberapa menit)


Perawat A : ini mbak obatnya..
Perawat P1 : owh ya.. terimakasih ya mas...
Komunikasi antara perawat dengan kepala ruangan, untuk menunjukkan berkas-berkas
yang akan dibawa oleh pasien.
PerawatP1 : permisi pak selamat pagi...
Karu : iya..
Perawat P1 : begini bapak, barusan dr. Yogi sudah visite, dan pasien yang bernama bapak
juhri sudah bisa dipulangkan hari ini..
Karu : owh. Yang di ruangan meliti itu ya?
Perawat P1 : iya pak..
Karu : berkas-berkasnya sudah disiapkan semua?
Perawat P1 : sudah pak..
Karu : untuk hasil lab dan foto rongentnya?
Perawat P1 : iya pak, sudah saya masukkan juga di dalamnya pak..
Karu : (sambil memeriksa berkas-berkas) obat-obatnya sudah di siapkan sumua ya
bak..
Perawat P1 : iya pak sudah semua..
Karu : (sambil mengembalikan berkas-berkas keperawat) ya sudah, ini kembalikan ke
pasiennya ya, terus jangan lupa kasih HE ya bak...
Perawat P1 : baik pak, terimakasih..
Karu : iya...
Kemudian perawat P1, menjelaskan pada perawat P2...
Perawat P1 : Mas...
Perawat P2 : iya....
Perawat P1 : saya minta tolong ya... kasihkah obat ini kebapak Juhri.. eemm trus jangan lupa
kasih HE sama jelasin tentang surat-surat yang harus dibawa saat kontrol...
Perawat P2 : baik mbak...
Perawat P1 : (sambil menyerahkan berkas-berkas pasien) terus yang ini serahkan juga ke
pasiennya yaa...
Perawat P2 : baik mbak..
(Lalu perawat P2 menuju ruangan pasien)
Perawat P2 : permisi....
Keluargapx : iya..
Perawat P2 : ibu.., ini obat yang harus diminum bapak di rumah, dan ini surat yang harus
dibawa saat kontrol,kontrolnya nanti pada tanggal 16 bu, trus ini hasil LAB dan foto
rongentnya. Oh iya ibu mohon maaf, bapak inikan terkena penyakit TBC, jadi ibunya juga harus
berhati-hati, supaya tidak tertular, terus kalau bapaknya mau meludah jangan sembarangan ya
pak, apabila mau batuk, mulutnya ditutup pak ya, agar tidak sampai menular pada keluarganya....
Pasien : iya pak...
Perawat P2 : baiklah apakah masih ada yang mau ditanyakan? Bapak atau ibu?
Keluargapx : iya Pak.. untuk obatnya berapa kali sehari? Terus untuk makanannya bagaimana
Pak?
Perawat P2 : owh iya begini ibu, untuk obat TBC ini cukup diminum satu hari sekali, namun
jangan sampai putus atau berhenti, trus jangan lupa kontrol setiap bulan, dan untuk
makanannya,bapak cukup makan 4sehat 5sempurna saja itu sudah cukup, namun apabila
makanan yang sekiranya merangsang batuk lebih baik dihindari, bagaimana bapak ibu apakah
sudah mengarti?
Pasien: iya Pak..
Perawat P2 : Apabila belum ada yang mengerti ibu atau bapak, silahkan tanyakan kembali
kepada saya atau kepada perawat yang lain, atau silahkan ibu membaca brosur ini.
Keluarga px : iya pak terima kasih
Perawat P2 : baiklah kalau begitu, saya permisi dulu, nanti kalau sudah mau pulang, tolong
lapor keperawatnya dulu ya Buk...
Keluarga px : iya Bu..
Perawat P2 : ya sudah, saya permisi dulu ya.. assalamualaikum
Keluarga & pasien: waalaikumsalam (menjawab bersamaan).

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
Discharge planning adalah komponen sistem perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan
kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya yang dituliskan
untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu agen
pelayanan kesehatan umum, sehingga pasien dan keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang
perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.
Tujuan utama discharge planning adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Sedangkan, manfaat discarge planning bagi pasien diantaranya
dapat menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali ke rumah sakit, dan kunjungan ke
ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa serta dapat kembantu
klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya pengobatan.
Tahap-tahap discharge planning pada dasarnya sama dengan tahap-tahap dalam asuhan
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Harper E.A. 1998. Discharge planning: An interdisciplinary method. Chicago, IL : Silverberg Press
New Brunswick Department of Health and Wellness. 2002. Job definition of a discharge planning
coordinator. Author: Fredericton, NB

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika
Depkes RI ( 2012 ), Pedoman nasional penanggulangan Tuberkulosis, cetakan ke 8. Jakarta. Depkes
RI.

..., Plan for Follow-up Care, http://whttp://www.mass.gov/dph/cdc/tb/cmsprotocols.pdf tanggal 16


Agustus 2015).

Harper E.A. (1998). Discharge planning: An interdisciplinary method. Silverberg Press:


Chicago, IL.
New Brunswick Department of Health and Wellness (2002). Job definition of a discharge planning
coordinator. Author: Fredericton, NB.

Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktek keperawatan profesional. Edisi
2. Salemba Medika. jakarta
Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktek keperawatan profesional. Edisi
3. Salemba Medika. Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/dischargeplanning.html

Anda mungkin juga menyukai