Anda di halaman 1dari 3

Untuk tumbuhan penghasil karet, lihat artikel para.

Lateks karet tengah disadap.

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan.
Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea
brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks
dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya
beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya,
serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi
kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran
(guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet
industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri
perkaretan.

Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri
perkaretan.

Karet alam merupakan polymer yang terdiri dari isoprene. Ilmuwan pada awalnya mencari
bahan kimia yang hampir sama. Tetapi mereka berhasil menemukan pengganti karet alam
bukan dengan mensintesis isoprene, butadiene atau hydrocarbon , melainkan dengan
mensintesis polymer asli yang memiliki sifat fisik yang sama dengan karet alam.
Pengembangan karet sintesis merupakan proses yang lambat, karena hampir tidak mungkin
mensintesis produk yang secara ekonomis murah untuk menyaingi karet alam karena
penggunaan karet sintetis tidak sebaik karet alam. Pada saat perang dimana kebutuhan karet
meningkat itulah yang menyebabkan ilmuwan berusaha keras meneliti karet sintetis.
CARL Speed Marvel (1894-1988)
Selama masa Perang Dunia kedua, Amerika Serikat diblokade musuh-musuhnya untuk tidak
mengirim karet alam kesana. Carl Marvel menjadi bagian dari usaha sukses memenuhi
permintaan karet sintetis. Bersama dengan yang lainnya, dia bekerja meningkatkan efisiensi
danproduksi karet sintetis yang ada.
- Valerie Borek
Selama masa Perang Dunia I, seorang kimiawan Jerman ( dimana negaranya pada waktu itu
diblokade oleh Inggris untuk tidak mengirim karet alam ke Jerman) mempolimerisasi 3-
methylisoprene (2,3-dimethyl-1,3-butadiene) units, (CH2=C(CH3)C(CH3)=CH2) yang
berhasil dari Acetone, untuk membentuk methyl rubber. Pada akhir perang, Jerman
memproduksi 15 tons karet ini per bulan. Unisoviet (USSR) mebangun pabrik pertama
diLeningrad (sekarang St.Petersburg) pada tahun 1930 dan 3 pabrik lainnya pada tahun 1932
dan 1933, merupakan Negara pertama yang memproduksi karet sintetis berskala besar.
Dua penemuan yang tidak disengaja
Selama masa Perang Dunia II , Amerika Serikat diblokade pengiriman karetnya oleh India,
Ceylon/Srilanka, Malaysia , Malaysia dan Hindia Timur ( yang merupakan Negara-negara
pemasok karet alam utama menggantikan Amerika Selatan), mengembangkan beberapa karet
sintetis superior. Industri karet sintetis Amerika Serikat berasal dari dua penemuan yang tidak
disengaja, dimana penemu tersebut sedang meneliti barang lain.
Pada tahun 1922 seorang penemu dan fisikawan Josep C.Patrick ( 1892-1965) berusaha untuk
membuat ethylene glycol (HOCH2CH2OH) untuk digunakan sebagai antibeku. Namun yang
ditemukan malah Thiokol, bahan kondensasi polysufide karet dari ethylene
dichloride dan sodium tetrasulfide. Produk awal ini masih digunakan untuk gasket, Seal,
selang dll karena tahan terhadap oli dan pelarut organic.
Pada tahun 1931 Arnold Collins, seorang kimiawan dari Dupont group(1896-1937) , penemu
nylon, meneliti neoprene secara tidak sengaja pada saat sedang mempelajari divinlacetylene
(H2C=CH-C=CH). Ada beberapa jenis neoprene. Mereka memiliki kekuatan tensil yang
tinggi, daya pegas yang tinggi, dan tahan terhadap pengaruh oxygen, ozone, oli dan bahan
kimia lainnya. Juga tahan terhadap panas, dan anti robek. Bahan ini baik merupakan karet
berbagai produk, tetapi bahan ini terbatas penggunaannya karena mahal harganya.
Karet Sintetis lainnya
Pada thun 1937 Robert McKee Thomas (1908-1986) dan William Joseph Sparks (1904-1976)
di perusahaan Standard Oil Development Company (sekarang Exxon mobile) mensintetis
butyl rubber melalui copolimerisasi (polimerisasi dari campuran monomer) dari isobutylene
(2-methylpropene (CH3)2C=CH2) dengan sejumlah kecil isoprene.
Pada tahun 1929 Walter Bock dan Eduard Tschunkur dari perusahaan konglomerasi
Jerman I.G . Farben mengembangan serangkaian karet sintetis yang sama dengan yang
diproduksi Unisoviet (USSR). Karet sintetis ini diberinama Buna rubber (Bu untuk
butadiene, salah satu copolymer, dan na untuk sodium, Catalyst polimerisasi). Karet yang
ditemukan mencakup yang tahan oli disebut Buna S (S untuk Styrene) dan Buna N (N untuk
Nitrate).Buna S , styrene butadiene rubber sekarang disebut SBR, dan diproduksi dua kali
volumenya dari karet alam, sehingga merupakankaret sintetis yang paling banyak
digunakan. Buna N , acrylonitrile-butadiene rubber, sekarang disebut NBR. Selama masa
Perang Dunia ke 2, Amerika serikat memproduksi karet ini untuk kebutuhan perang.
Usaha untuk memproduksi karet sintetis dari isoprene tidak berhasil sampai dengan tahun
1955 seorang Kimiawan Amerika bernama Samuel Emmett Horne Jr. menyiapkan 98
persen cis-1,4-polyisoprene melalui stereospecific polymerisasi isoprene. Produk yang
dihasilkan oleh Hornehanya berbeda dengan karet alam dalam kandungannya terhadap
sejumlah kecil cis-1,2-polyisoprene, tetapi sama dalam unsur fisik. Diproduksi pada tahun
1961, BR (butadiene rubber) dapat dicampur dengan karet alam maupun karet sintetis SBR
yang digunakan untuk membuat lapisan luar ban.
Polyurethane (PU) pertama kali disintesa pada tahun 1930 oleh kimiawan Jerman Otto
Bayer (1902-1982), yang mencoba membuat nylon seperti serat. PU merupakan polimer
serbaguna yang dapat digunakan untuk produk yang kaku maupun fleksibel, serat dan bagian
otomotif, seperti bamper mobil. Sintetik lain digunakan pada produk ini seperti serat yang
dapat ditarik.
Setelah akhir Perang Dunia II, industri sintetis Amerika merosot tajam. Namun demikian,
pada awal tahun1950, industri karet sintetis kembali gemilang. Pada tahun 1960 an produksi
karet sintetis sama dengan karet alam, dan terus meningkat sejak itu.
4. SIFAT-SIFAT KARET ALAM
Karet Alam maupun Karet sintetis sering juga disebut dengan Elastomer . Elastomer adalah
zat yang apabila ditarik/diberi tegangan akan dengan cepat kembali ke bentuk semula bila
tarikan atau tegangan dilepaskan / dibebaskan. Karet alam merupakan salah satu jenis
Elastomer yang terdapat di alam.
Elastomer merupakan salah satu jenis dari Polymer yang terdiri dari monomer-
monomer. Monomer-monomer ini disebut dengan isoprene. Karet alam merupakan linear
polymer atau cis-1,4-polyisoprene dari hidrokarbon tidak jenuh yang disebut (2-methyl-
1,3butadiene).
Ada sekitar 11.000 sampai 20.000 unit isoprene yang terdapat pada rantai polymer karet alam
, rantai pajang ini disebut polyisoprene polymer. Berat molekul berbeda-beda tergantung dari
klon biji karet Hevea brasiliensis yaitu antara 100.000 s/d 1.000.000 .
Karet alam memiliki sifat-sifat unggul dan sifat-sifat yang lemah sbb :
1. Karet alam bersifat keras dan elastis, tetapi akan melunak dan lengket bila berada
pada suhu yang tinggi dan mengeras dan padat pada suhu rendah.
2. Spesifik gravity nya 0.915.
3. Memiliki daya elastisitas tinggi.
4. Memiliki ketahanan terhadap daya gesek dan kekuatan tensil rendah.
5. Tidak dapat larut dalam air, acetone, alkali.
6. Larut dalam larutan ether, carbon disulphide, carbon tetrachloride, turpentine dan
minyak tanah.
7. Bila karet alam divulkanisasi akan memiliki sifat-sifat sbb :
Karet Alam Karet Alam Yang telah Di Vulkanisasi
Lunak dan lengket pada suhu tinggi Keras dan tidak lengket pada suhu tinggi
Kekuatan tensil rendah dan tidak kuat Kekuatan tensil tinggi dan kuat
Daya pegas rendah Daya pegas tinggi
Hanya dapat digunakan pada temperatur 10 to Dapat digunakan pada temperature
60 derajat celcius. dari (minus) -40 sampai 100 derajat Celcius
Resisten terhadap Abrasi Rendah Resisten Terhadap Abrasi Tinggi
Menyerap Banyak Air Menyerap Sedikit Air
Dapat cair di larutan ether, carbon disuphide,
Tidak dapat dilarutkan pada larutan biasa
carbon tetrachlo ride, petrol dan turpentine
8. Vulkanisasi karet alam dilakukan dengan memanaskan karet alam dan dicampur dengan
(5%-8% belerang), zinc oxide (5%) dan accelerator (0.5%-1%) pada suhu 400-440 Kelvin
sekitar setengah jam. Semakin banyak belerang / sulfur ditambahkan maka karet akan
semakin keras.

Anda mungkin juga menyukai