Anda di halaman 1dari 2

Nama : Atvionita Sinaga

NIM : 11.2015.398

Vaksin Virus Dengue

WHO merekomendasikan penggunaan vaksin demam berdarah sebagai bagian dari


strategi pengendalian demam berdarah secara menyeluruh. Strategi ini meliputi pengendalian
nyamuk sebagai pembawa virus demam berdarah dan perawatan pasien demam berdarah dengan
menerapkan praktik terbaik berdasarkan bukti. WHO juga tidak melupakan pengawasan terhadap
semua orang yang kemungkinan bisa terkena penyakit ini.

Nama vaksin yang diresmikan adalah Dengvaxia yang telah diteliti selama 20 tahun oleh
Sanofi Pasteur. Dengvaxia pertama kali terdaftar pada Desember 2015 dan sejak saat itu
diizinkan beredar di beberapa negara. Menurut WHO, pengembangan vaksin demam berdarah
yang aman dan efektif merupakan prioritas utama dan WHO mendukung usaha ini melalui
panduan dan nasihat teknis yang mereka berikan.

Dengva1ia dapat menurunkan peluang infeksi terhadap keempat !enis virus dengue
sebanyak 59%, dapat mencegah infeksi dengue berat sebanyak 79%, berdasarkan jenis virus,
vaksin ini lebih efektif terhadap Den-3 Den-4 dibanding Den-1 dan Den-2. Dengvaxia diberikan
tiga kali selama 1 tahun melalui cara suntik ditujukan untuk populasi yang berumur lebih dari 9
tahun yang terpapar virus di daerah endemis. Badan pengawas obat dan makanan (BPOM)
indonesia menyetujui vaksin dengue tetravalen impor milik Sanofii Pasteur untuk diproduksi dan
diedarkan di daerah endemis DBD di Indonesia.

Setiap suntikan vaksin mengandung 4 antigen virus dengue yang telah dilemahkan :
DENV 1, DENV 2, DENV 3, DENV 4. Dosis dan cara pemberian vaksin terdiri dari bubuk dan
pelarut, setiap dosis 0,5 ml diberikan secara subkutan pada lengan.Vaksin diberikan 3 kali
suntikan dengan interval waktu 6 bulan (0-6-12). Vaksin disuntikkan subkutan. Reaksi Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasu (KIPI) pada penerima vaksin dengue didapatkan 30 persen reaksi local,
berupa nyeri, 40% sebagai reaksi sistemik berupa nyeri kepala, lemas, nyeri otot.
Meski pada kelompok umur yang lebih muda yaitu 2-8 tahun terdapat peningkatan risiko
yang tidak signifikan dan ternyata menurun setelah 3 tahun sejak pemberian dosis pertama.
Dengvaxia tidak diizinkan bagi anak-anak yang berumur kurang dari 9 tahun.

Vaksin dengue yang sekarang beredar belum memberikan kekebalan yang efektif pada
anak di bawah usia 9 tahun. Dibutuhkan riset lanjutan sehingga vaksin bisa menjangkau semua
umur. Riset lanjutan juga diperlukan apakah seseorang membutuhkan vaksin ulangan (booster)
untuk mempertahankan kadar antibodi yang memadai sampai dewasa. Vaksin dengue yang ada
belum masuk program vaksinasi nasional, sehingga pemberian vaksin masih dilakukan secara
mandiri karena harganya relatif mahal.

1. Hipotesis infeksi Heterologous sekunder ( the secondary heterologous infection hyotesis atau yhe
sequential infection hypothesis. Menurut hipotesisi ini seorang akan menderita demam berdarah
dengue apabila mendapat infeksi berulang oleh serotype virus yang berbeda dalam jangka waktu
tertentu sekitar 6 bulan sampai 5 tahun

2. Teori Imunopatologi, yaitu jika telah mendapat infeksi virus dengue satu serotype maka akan
terjadi kekebalan terhadap virus ini dalam jangka waktu yang lama tetapi tidak mampu
memberikan pertahanan terhadap virus yang lain.

Anda mungkin juga menyukai