Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial. Seperti dikatakan oleh Barry (1998)


bahwa setiap individu menjadi anggota dari banyak kelompok sepanjang
hidupnya. Sejak lahir individu menjadi anggota anggota dari sebuah keluarga.
Kemudian hadir juga dalam kelompok bermain, kelompok di sekolah dan juga
di tempat ibadah dan yang terpenting adalah dalam kelompok remaja,
selanjutnya dalam kelompok kelompok sosial, kelompok bisnis, kelompok
politik dan kelompok orang tua. Keliat (2011) menuliskan bahwa kelompok
merupakan sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung satu
sama lain dan saling mempengaruhi serta bertukar informasi melalui
komunikasi. Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan
perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila kelompok ini didesain secara
sistematis dapat menjadi sarana perubahan perilaku maladaptive layaknya
ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa menjadi perilaku yang adaptif
sehingga dapat difungsikan sebagai terapi. Terapi menggunakan aktivitas dalam
kelompok inilah yang disebut terapi aktivitas kelompok.

Berdasarkan Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 5, No. 1, 2004: 1


10 didukung pula dengan data dari catatan medical record RSJ (Rumah Sakit
Jiwa) Surakarta yang menunjukkan angka rawat inap di rumah sakit tersebut
bertambah, kesembuhan memanjang, pasien gangguan jiwa sulit disembuhkan.
Untuk mengurangi bertambahnya jumlah pasien gangguan jiwa di ruang rawat
inap pada sebuah rumah sakit, diperlukan peran serta berbagai profesi,
diantaranya adalah profesi keperawatan dengan berbagai programnya, salah
satu program dalam pemberian terapi keperawatan untuk mendukung tingkat
kesembuhan klien adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). Jenis TAK yang
diterapkan pada pasien dengan gangguan jiwa bermacam-macam sesuai dengan
masalah yang dialami pasien. TAK sudah sejak lama dimasukkan dalam

1
program terapi keperawatan di dunia yang merupakan salah satu dari intervensi
keperawatan. Salah satu jenis TAK tersebut adalah terapi Aktifitas Kelompok
Sosialisasi yang diprogramkan terhadap pasien gangguan jiwa Skizoprenia
dengan masalah utama gangguan hubungan sosial menarik diri dan halusinasi.
Program terapi Aktifitas Kelompok di Indonesia mulai diterapkan secara
terintegrasi dalam proses keperawatan sekitar tahun 1996 yang dipelopori oleh
Budianna Keliat di Rumah sakit Jiwa Pusat Jakarta. Hal yang diharapkan dari
program terintegrasi tersebut adalah menghasilkan asuhan keperawatan yang
berkualitas sehingga dapat meningkatkan komunikasi pasien dan berdampak
pada lama hari rawat pasien dan menurunkan jumlah klien rawat inap di
Rumah Sakit Jiwa.

Oleh karena itu, berdasarkan pemikiran pemikiran yang mendasar


tersebut maka untuk mencapai penyembuhan pasien gangguan jiwa dengan
gangguan hubungan sosial menarik diri dan halusinasi, perlu dibuat suatu
pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas
kelompok sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas
yang benar sesuai dengan tujuan dari setiap terapi masing masing.

B. Tujuan Penulisan
Penyusunan makalah tentang Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) ini memiliki
tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengimplementasikan terapi aktivitas kelompok
pada kelompok khusus gangguan jiwa secara tepat dan benar.
2) Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan defenisi dari Kelompok, Terapi, Terapi kelompok dan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
b. Menyebutkan tujuan dari terapi aktivitas kelompok baik tujuan
umum, tujuan khusus dan tujuan rehabilitasi TAK
c. Menguraikan tentang tipe tipe Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
d. Menjelaskan tentang indikasi serta kontraindikasi dari Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK)

2
e. Menguraikan tentang sasaran dan keanggotaan dari Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK)
f. Menjelaskan tentang mekanisme proses Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK)
g. Memahami tentang peran perawat dalam Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kelompok merupakan kumpulan dua orang ataupun lebih yang saling
berinteraksi, bergantung, saling berkomunikasi, saling memberikan informasi
serta memiliki sistem norma dan aturan-aturan tertentu yang telah disepakati
bersama (Keliat et al., 2011).

3
Terapi kelompok merupakan psikoterapi yang dilaksanakan secara
berkelompok yang bertujuan memberikan suatu stimulasi untuk pasien dengan
gangguan interpersonal. Terapi kelompok dapat dilakukan dengan cara
berdiskusi antara pasien satu dengan yang lainnya yang diarahkan atau
dipimpin oleh terapis (Yosep, 2010).
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi yang dilakukan
pada satu kelompok pasien yang terdiri dari 5-12 orang yaitu dengan cara
kelompok tersebut melakukan suatu kegiatan atau aktivitas tertentu secara
bersama-sama yang bertujuan agar dapat mengubah perilaku pasien yang
maladaptif menjadi adaptif (Keliat et al., 2011).

B. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Menurut Yosep (2010), Terapi Aktivitas Kelompok yang merupakan
bagian dari Terapi Kelompok mempunyai tujuan therapeutic dan rehabilitasi.
Berikut adalah tujuan dari Terapi Aktivitas Kelompok :
1. Tujuan Umum
a) Mengubah perilaku pasien yang maladaptif menjadi adaptif dengan cara
meningkatkan kemampuan untuk menguji kenyataan (reality testing) yaitu
memperoleh pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan
khayalan.
b) Membentuk sosialisai terhadap teman, keluarga dan masyarakat dengan
memberikan kesempatan untuk berkumpul, berkomunikasi dengan orang
lain, saling memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap pendapat
maupun perasaan orang lain.
c) Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive
(bertahan terhadap stress) dan adaftasi untuk menghindarkan diri dari rasa
tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif

2. Tujuan Khusus
a) Melatih pemahaman identitas diri karena setiap orang mempunyai
identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.
b) Sebagai sarana penyaluran emosi oleh seseorang untuk menjaga kesehatan
mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk

4
menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota
kelompok lainnya.
c) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari
melalui TAK yang memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
saling berkomunikasi dan memungkinkan peningkatan hubungan sosial
dalam kesehariannya.
d) Bersifat rehabilitatif, yang artinya bahwa pasien-pasien yang telah sembuh
secara medis, perlu juga disiapkan fungsi dan kemampuan untuk persiapan
mandiri dan sosial di tengah masyarakat. Dari segi rehabilitasi terapi
kelompok bertujuan meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan
sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan menigkatkan
pengetahuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.

C. Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi Aktivitas Kelompok tidak dapat diikuti oleh semua pasien
rehabilitasi dengan gangguan kesehatan jiwa (keliat et al, 2011). Terdapat
beberapa jenis Terapi Aktivitas Kelompok yang sesuai dengan indikasinya
masing-masing. Diantaranya adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
sosialisasi dengan indikasi pasien dengan isolasi sosial, kerusakan interaksi
sosial dan harga diri rendah. Sedangkan TAK Stimulasi Persepsi indikasinya
adalah pasien dengan risiko perilaku kekerasan, halusinasi, harga diri rendah
dan isolasi sosial. Dan TAK Stimulasi Sensori adalah pasien dengan isolasi
sosial, harga diri rendah dan kurang komunikasi verbal. indikasi TAK Orientasi
Realita adalah pasien dengan gangguan orientasi realita orang, tempat dan
waktu, misalnya pada pasien dimensia serta psikotik.
Disamping itu menurut Yosep (2010) terdapat kontraindikasi Terapi
Aktivitas Kelompok terhadap beberapa pasien dengan gangguan kesehatan
jiwa yaitu pasien yang tidak kooperatif ataupun psikopat, selalu diam dan acuh
terhadap lingkungan sekitar, delusi atau paranoid yang tidak terkontrol, pasien
yang mudah bosan pasien dengan ego psiko patologi berat yang dapat

5
menyebabkan psikotik kronik yang berakibat pada toleransi terhadap
kecemasan serta sulit untuk beradaptasi.

D. Sasaran Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Pada umumnya yang menjadi sasaran dalam aktivitas kelompok yaitu
pasien yang mengalami masalah gangguan jiwa yang sama. Dalam psikoterapi
terdapat kelompok yang bersifat heterogen dan yang bersifat homogen.
Kelompok yang bersifat heterogen lebih menguntungkan dibandingkan dengan
kelompok homogen, karena kelompok heterogen didalamnya terdiri dari
beberapa macam kelompok yang berbeda umur, jenis kelamin dan kepribadian,
sehinnga diorientasikan seperti kehidupan nyata.
Berikut adalah persyaratan keanggotaan kelompok dalam kegiatan
terapi aktivitas kelompok :
a. Pasien yang telah mempunyai diagnose yang jelas berdasarkan hasil
pengkajian dan observasi yang telah dilakukan.
b. Pasien pada tahap rehabilitasi yang diharapkan dapat kooperatif sehingga
tidak mengganggu proses berlangsungnya terapi aktivitas kelompok.
Dalam terapi aktivitas kelompok, terapis perlu menentukan target yang
harus dicapai dalam terapi TAK. Berikut beberapa target kegiatan terapi
aktivitas kelompok menurut (Yosep, 2010) yang dapat ditentukan :
1. Mengawasi anggota kelompok dan memberikan dorongan atau motivasi
kepada anggota yang pasif.
2. Diharapkan dalam aktivitas kelompok setiap anggota diberikan motivasi
untuk melakukan kegiatan yang terampil.
3. Akhir dari kegiatan aktivitas kelompokm diharapkan setiap anggota bisa
menghadapi kehidupan aktivitas social sesame teman anggota keluarga
dan masayrakat secara umumnya..
4. Adanya skala penilaian yang di buat untuk masing masing anggota
sebagai evaluasi atau pencapaian target.
Dalam pelaksananan terapi aktivitas kelompok dirumah sakit menurut
Yosep (2010), diharapkan sebagai berikut:

6
a. Pelaksanaan kegiatan Terapi Aktivitas kelompok dalam memberikan teknik
terapi diharapkan tidak terlalu ketat.
b. Didalam suatu kelompok, masalah atau diagnose setiap anggota dapat
bersifat heterogen
c. sebaiknya dalam satu kelompok dipilih anggotayang mempunyai
pengalaman dan tingkat kemampuan berfikir yang sama.

E. Jenis Jenis Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)


Ada empat Terapi Aktifitas Kelompok yang sudah diterapkan, yaitu
terapi aktivitas stimulasi persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas stimulus realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (keliat
et al, 2011).
1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif /Persepsi
Dalam terapi ini pasien dilatih untuk mempersepsi stimulus yang
disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Setelah itu kemampuan
pasien tersebut dievaluasi dan ditingkatkan lagi pada tiap sesi. Melalui
proses ini diharapkan respon pasien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan yang pada awalnya maladaptif menjadi adaptif. Adapun stimulus
yang disediakan dapat bermacam-macam bentuknya seperti: membaca
majalah ,membaca puisi,menonton acara TV, melihat sebuah gambar dll.

2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori


Dalam terapi ini pasien diberikan stimulus sehingga dapat memberikan
respon yang adekuat. Setelah diberikan stimulus pasien diobservasi apakah
ada ekspresi wajah secara non verbal seperti ekspresi wajah dan gerakan
tubuh. Sehingga dapat terlihat pasien yang pada awalnya tidak mau
mengungkapkan komunikasi secara verbal setelah terstimulasi emosi
maupun perasaannya secara langsung akan menampilkan responnya. Ada
berbagai aktivitas yang dapat digunakan dalam terapi ini misalnya
mendengarkan musik, menyanyi, menari, menggambar dll. Kesimpulannya
jika dapat diketahui hobi klien sebelumnya maka aktivitas itu dapat
dipergunakan sebagai stimulus.

7
3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita
Terapi aktivitas ini mengorientasikan pasien kepada hal-hal yang
sebenarnya, dimana pasien dengan gangguan jiwa Psikotik mengalami
penurunan daya ingat seperti tidak mengenali dirinya sendiri, orang lain,
tempat dan waktu. Pasien terkadang merasa asing dengan diri nya sendiri
maupun lingkungannya sehingga menimbulkan ansietas pada klien dan
untuk mencegah hal tersebut maka perlu diberikan stimulus yang konsisten
tentang realitas yang ada di sekitarnya. Aktivitas dapat berupa pengenalan
diri sendiri, orang, tempat, waktu, benda yang ada di sekitar pasien dan
semua keadaan nyata.

4. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


Dalam terapi ini pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada disekitarnya untuk meningkatkan kemampuan seperti
kemampuan dalam berkomuniasi dengan orang lain maupaun kelompok.
Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

F. Mekanisme Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Bagi pasien skizofren, terapi aktivitas kelompok merupakan pengalaman
terapeutik didalam bangsal rawat inap. Untuk mekanisme penyusunan
kelompok dapat disusun dengan cara melakukan anamnesa awal terhadap
pasien oleh therapist (CMHN, 2011). Anamnesa ini bertujuan untuk memilih
pasien yang mampu atau siap untuk melakukan terapi aktivitas kelompok dan
mengkategorikan jenis gangguan jiwa pada individu-individu. Apakah
therapist merencanakan untuk melakukan terapi aktivitas kelompok dengan
individu-individu yang mempunyai tipe gangguan jiwa yang sama dan apakah
dalam kelompok dengan usia yang homogen atau heterogen. Sebuah kelompok
haruslah disusun dengan sedemikian rupa agar tercapai fungsi terapeutiknya.
Dalam tahap pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, therapist berfungsi
sebagai leader dan dapat didampingi oleh seorang co-leader dan beberapa
fasilitator yang bertugas membantu proses jalannya Terapi aktivitas kelompok.

8
Anggota kelompok berada pada posisi melingkar, bisa duduk ataupun berdiri.
Pada fase pembukaan, leader membuka acara, dan memperkenalkan diri,
kemudian dilanjutkan oleh co-leader dan fasilitator secara bergantian. Leader
juga menjelaskan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan terapi aktivitas
kelompok tersebut, kontrak waktu dan tempat serta menyampaikan aturan-
aturan dalam kegiatan kelompok termasuk penjelasan sanksi dan rewards.
Dalam fase awal ini therapist juga memberikan kesempatan kepada anggota
kelompok untuk mengemukakan pendapatnya, ini bertujuan untuk menggali
ide-ide dan peranan yang muncul dalam kelompok sebelum dimulainya
kegiatan.
Ketika memasuki fase kerja, theraphist dan team bertugas sebagai pengarah
kegiatan dan juga berperan untuk menjaga agar kegiatan atau aktifitas berjalan
sesuai aturan-aturan yang sudah ditetapkan dan disepakati bersama (Kaplan &
Sadcok, 2012). Fase kerja ini merupakan inti dari terapi aktivitas kelompok,
yaitu sebuah proses untuk merubah tingakah laku individu-individu pesakitan
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Dan merubah teknik
koping mereka dalam menghadapi stressor agar tidak mengalami depressan
ataupun distress karena mekanisme koping yang salah. Kegiatan-kegiatan
dalam terapi aktivitas kelompok sangatlah beragam, tergantung dari jenis terapi
aktivitas kelompok tersebut.
Fase akhir yaitu berisi tentang evaluasi kegiatan, dimana theraphist disini
bertugas untuk menilai sejauh mana anggota kelompok dapat mencapai goal
yang telah direncanakan sebelumnya. Apakah anggota menunjukan respon
katarsis (ekspresi gagasan, pikiran dan hal-hal yang tersupresi dan
menghasilkan rasa lega pada anggota). Juga penilaian terhadap kohesi antar
anggota kelompok. Theraphist juga sebaiknya melibatkan anggota untuk
memberikan penilaian terhadap sukses atau tidaknya kegiatan yang sudah
dilakukan. Ataupun memberi anggota kesempatan untuk memberi kritik saran
dan masukan kepada theraphist dan team. Pemberian sanksi dan reward juga
diberikan pada fase ini, namun bisa juga dilakukan pada akhir fase kerja dan
yang terakhir adalah melakukan kontrak waktu dan tempat untuk pertemuan
selanjutnya.

9
G. Peran Perawat
Peranan perawat dalam terapi aktivitas kelompok secara umum bersifat
fasilitatif (Kaplan & Sadcok, 2012). Anggota kelompok sendiri adalah sumber
utama penyembuhan dan perubahan, Di dalam kegiatan kelompok perawat
mempunyai peranan lebih dari seorang ahli yang sedang menerapkan sebuah
teknik.
Perawat menanamkan pengaruh pribadinya dengan menyentuh berbagai
variabel seperti empati, kehangatan dan rasa hormat. Perawat dapat berperan
sebagai katalisator yang berarti untuk mempermudah proses komunikasi dan
interaksi (Yosep, 2010).
Perawat sebagai Regulator yaitu membantu mengarahkan suatu proses ke
arah yang bermanfaat dan Auxiliary ego yang berarti sebagai penopang bagi
yang anggotanya mempunyai ego terlalu lemah (Yosep, 2010). Perawat
sebaiknya mengusahakan agar dapat terciptanya suasana dengan tingkat
kecemasan yang sesuai, sehingga klien mampu mengembangkan diri dalam
aktivitas kelompok. Selain itu perawat juga berperan dalam tugas sebagai
berikut:
1. Sebagai moderator dan pengawas dalam diskusi kelompok
2. Mengevaluasi hasil diskusi kelompok
3. Melakukan pendekatan kepada kelompok secara efektif
4. Memberi motivasi kepada klien agar aktif dalam kegiatan yang
dilaksanakan
5. Menciptakan suasana terapeutik
6. Memberi kesempatan kepada klien untuk bekerja sama antar klien dan
perawat
7. Memberikan bimbingan dan arahan pada klien yang pasif dan hiperaktif

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan psikoterapi
yang dilakukan pada sekelompok atau sekumpulan orang dengan gangguan
interpersonal dengan tujuan memberikan stimulus dalam bentuk interaksi
komunikasi informasi guna mengubah perilaku anggota kelompok terapi yang
maladaptif menjadi adaptif, selain itu beberapa tujuan khusus terapi ini adalah
memfasilitasi psikoterapis terhadap klien dalam memantau dan meningkatkan
hubungan interpersonal antaranggota pada waktu yang sama, meningkatkan
kemampuan uji realitas, melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran
terhadap hubungan reaksi dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan kognitif
dan afektif. Terapi Aktivitas Kelompok diikuti oleh pasien rehabilatasi sesuai
dengan indikasi jenis terapi aktivitas kelompoknya. Beberapa jenis TAK
berdasarkan indikasinya yaitu TAK sosialisasi, TAK Stimulasi Persepsi, TAK
Stimulasi Sensori dan TAK Orientasi Realita
Dalam pelaksanaan proses TAK, terdapat beberapa persyaratan
keanggotaan kelompok dalam kegiatan tersebut diantaranya adalah pasien yang
telah mempunyai diagnosa yang jelas dan kooperatif sehingga proses TAK
dapat berjalan lancar sesuai dengan tahapan proses kegiatan tersebut yang
dimulai dengan tahap pembukaan, tahap kerja dan tahap terminasi. Selain itu
proses TAK juga tidak terlepas dari peran perawat sebagai fasilitator untuk
mengarahkan jalannya proses TAK.

B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan yang telah kemukakan di atas dan dalam
rangka peningkatan pedoman terapi aktivitas kelompok yang ada maka
penyusun mengajukan saran sebagai berikut :

11
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dalam menyusun dan mengimplementasi terapi
aktivitas kelompok harus memperhatikan setiap point point penting
dalam terapi agar dapat tercapai tujuan umum, khusus juga tujuan
rehabilatasi dari pelaksanaan terapi.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan masukan dan meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk menerapkan terapi aktivitas kelompok. Serta
diharapkan untuk lebih banyak menyediakan buku buku refrensi yang
berhubungan dengan terapi aktivitas kelompok di perpustakaan guna
penyempurnaan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, dan Sadcok. (2012). Psikiatri klinis. Jakarta: EGC.


Keliat, B.A., et al. (2010). Proses keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Pratiwi, A., Sudaryanto, A., dan Kartinah. (2004). Pengaruh terapi aktivitas
kelompok terhadap kemampuan komunikasi pasien gangguan jiwa di rumah
sakit daerah Surakarta. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi Vol. 5, No. 1 10.
Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan jiwa. Revika Aditama: Bandung.

12
LAMPIRAN

Lampiran 1.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) :
SOSIALISASI (Fase I)

Jenis kegiatan : Mengoverkan bola


Kriteria klien :
1. Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
2. Sehat secara fisik
Alat/media :
1. Tape recorder
2. Kaset
3. Bola tennis

Fase Orientasi
Salam terapeutik
Kontrak :
- waktu : 45 menit
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- Topik : cara memperkenalkan diri kepada orang lain
Tujuan aktivitas : klien dapat menyebutkan jati dirinya
Aturan main :
1. Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan akhir
2. Bila ingin ke kamar kecil harus seijin pemimpin TAK.

Fase Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder
2. Edarkan bola tennis berlawanan dengan araj jarum jam

13
3. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola tennis
mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap, nama
panggilan yang disenangi, asal, dan hobi. Dimulai oleh terapist sebagai
contoh.
4. Tulis nama panggilan pada kerta dan tempelka
5. Ulangi nomor 1 dan 2 sampai semua anggota mendapat giliran
6. Beri pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk tangan.

Fase Terminasi
Evaluasi :
1. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota kelompok
setelah memperkenalkan diri. Contoh : Bagaimana perasaannya
setelah mengikuti kegiatan hari ini?
2. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota
kelompok
3. Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
mengenalkan diri pada orang lain dalam kehidupan sehari harinya.
Kontrak yang akan datang :
- waktu : 45 menit
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- topik/kegiatan : memperkenalkan diri
Hasil yang diharapkan :
75 % anggota kelompok mampu mempekenalkan diri : salam, nama
lengkap,nama panggilan, asal dan hobi.

14
Lampiran 2.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) :
SOSIALISASI (Fase II)

Jenis kegiatan : Mengoperkan bola


Kriteria klien :
1. Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
2. Sehat secara fisik
Alat/media :
1. Tape recorder
2. Kaset
3. Bola tennis
Fase Orientasi
Salam terapeutik
Kontrak :
- waktu : 45 menit
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- Topik : cara memperkenalkan diri kepada orang lain
Tujuan aktivitas : klien dapat menyebutkan jati dirinya
Aturan main :
1. Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan akhir
2. Bila ingin ke kamar kecil harus seijin pemimpin TAK.
Fase Kerja
1. Ttempelkan label nama masing masing klien
2. Evaluasi kemampuan yang lalu dan tugas untuk berkenalan dengan
orang lain
3. Hidupkan kaset pada tape recorder
4. Edarkan bola tennis berlawanan dengan araj jarum jam

15
5. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola tennis
mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap, nama
panggilan yang disenangi, asal, dan hobi. Dimulai oleh terapist sebagai
contoh.
6. Ulangi nomor 3 sampai 5 sampai semua anggota mendapat giliran
7. Hidupkan kembali kast pada rape recorder.
8. Edarkan bola tennis
9. Pada saat tape dimatikan, minta pad klien yang memegang bola tennis
untuk memperkenalkan klien yang disebelah kanannya pada kelompok
yaitu : salam, nama lengkap, nama panggilan yang disenangi, asal, dan
hobi. Dimulai oleh terapist sebagai contoh.
10. Ulangi no. 7 sampai 9 sampai semua klien mendapat giliran.
11. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
Fase Terminasi
Evaluasi :
a. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota kelompok
setelah memperkenalkan diri. Contoh : Bagaimana perasaannya
setelah mengikuti kegiatan hari ini?
b. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota
kelompok
c. Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
mengenalkan diri pada orang lain dalam kehidupan sehari
harinya.
Kontrak yang akan datang :
- waktu : 45 menit
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- topik/kegiatan : memperkenalkan diri
Hasil yang diharapkan :
75 % anggota kelompok mampu :
1. Mengenal satu orang klien lain dengan cara : memberi salam,nama
lengkap,nama panggilan, asal dan hobi.

16
2. Memperkenalkan satu orang klien kepada kelompok dengan cara :
menyebutkan nama lengkapnya, nama panggilan, asal dan hobi.
Lampiran 3.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) :
SOSIALISASI (Fase III)

Jenis kegiatan : Mengoperkan bola


Kriteria klien :
1. Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
2. Sehat secara fisik
Alat/media :
1. Tape recorder
2. Kaset
3. Bola tennis
4. Flipchart
5. Spidol

Fase Orientasi
Salam terapeutik
Kontrak :
- waktu : 45 menit
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- Topik : cara berbicara dengan orang lain
Tujuan aktivitas :
klien dapat menyampaikan dan membicarakan topik tertentu :
1. Memilih topik yang ingin dibicarakan
2. Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan
3. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
Aturan main :

17
1. Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan akhir
2. Bila ingin ke kamar kecil harus seijin pemimpin TAK.

Fase Kerja
1. Evaluasi kemampuan yang lalu dan tugas untuk mengenalkan orang lain
2. Hidupkan kaset pada tape recorder
3. Edarkan bola tennis berlawanan dengan araj jarum jam
4. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola tennis
mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin
dibicarakan. Contoh topik : cara bicara yang baik atau cara mencari
teman. Dimulai oleh terapist sebagai contoh.
5. Ulangi nomor 2 dan 4 sampai semua anggota mendapat giliran
6. Tuliskan pada flipchart topik yang disampaikan secara berurutan
7. Hidupkan kembali kaset pada rape recorder.
8. Edarkan bola tennis
9. Pada saat tape dimatikan, minta pada klien yang memegang bola tennis
untuk menyampaikan suatu topik yang disukai.
10. Ulangi no. 7 sampai 9 sampai semua klien mendapat giliran.
11. Pemimpin TAK membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih
12. Hidupkan lagi kaset
13. Edarkan bola tennis
14. Pada saat tape dimatikan, minta pada klien yang memegang bola tennis
untuk menyampaikan suatu topik yang disukai.
15. Ulangi no. 12 sampai 14 sampai semua klien mendapat giliran.
16. Beri pujian untuk tiap keberhasilan klien dengan bertepuk tangan

Fase Terminasi
Evaluasi :
1. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota kelompok setelah
memperkenalkan diri. Contoh : Bagaimana perasaannya setelah
mengikuti kegiatan hari ini?

18
2. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota
kelompok
3. Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba bercakap
cakap tentang topik tertentu dengan orang lain dalam kehidupan sehari
harinya.
Kontrak yang akan datang :
- waktu : 45 menit
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- topik/kegiatan : memperkenalkan diri
Hasil yang diharapkan :
75 % anggota kelompok mampu :
1. Memilih topik yang akan dibicarakan
2. Memberi pendapat atas topik yang dipilih.

19
Lampiran 4.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) :
STIMULASI SENSORI

Jenis kegiatan : mendengarkan musik


Kriteria klien :
1. Klien menarik diri yang telah berhubungan dengan orang lain secara
bertahap
2. Klien depresi
3. Klien sehat secara fisik
Alat/media :
1. Tape recorder
2. Kaset dengan musik yang riang

Fase Orientasi
Salam terapeutik
Kontrak :
- waktu : 45 menit
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- Topik : mendengarkan musik
Tujuan aktivitas : klien dapat menyebutkan kembali isi lagu yang
didengarkan dan meyebutkan perasaannya setelah
mendengarkan lagu itu.
Aturan main :
1. Setiap klien harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan akhir
2. Bila ingin ke kamar kecil, harus seijin pimpinan TAK

20
Fase Kerja
1. Hidupkan kaset
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mendengarkan musik sampai selesai
3. Tanyakan isi lagu tersebut
4. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
mendengarkan lagu tersebut.
5. Ulangi no. 1 4 sampai beberapa lagu yang sejenis selesai didengarkan.

Fase Terminasi
Evaluasi :
1. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan klien setelah
mendengarkan musik.
2. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada klien
3. Pemimpin TAK memintak klien untuk mencoba mendengarkan
musik yang lain dan mendiskusikannya dengan orang lain dalam
kehidupan sehari harinya.
Kontrak yang akan dating :
- waktu :
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- Topik : senam kesegaran jasmani
Hasil yang diharapkan :
75 % klien mampu :
1. Menyebutkan isi lagu yang didengarkan
2. Menyebutkan perasaannya setelah mendengarkan lagu.

21
Lampiran 5.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) :
PENYALURAN ENERGI

Jenis kegiatan : senam kesegaran jasmani


Kriteria klien :
1. Klien perilaku kekerasan yang telah dapat mengekspresikan
marahnya secara konstruktif.
2. Klien menarik diri yang telah dapat berhubungan dengan orang
lain secara bertahap.
3. Klien sehat secara fisik
Alat/media :
1. Tape recorder
2. Kaset
3. Peluit

Fase Orientasi
Salam terapeutik
Kontrak :
- waktu : 45 menit
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- Topik : melakukan senam kesegaran bersama
Tujuan aktivitas : klien dapat melakukan gerakan senam untuk
menyalurkan energinya.
Aturan main :

22
1. Setiap klien harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan
akhir
2. Bila ingin ke kamar kecil, harus seijin pimpinan TAK

Fase Kerja
1. Atur posisi pasien dalam barisan
2. Hidupkan kaset
3. Motivasi klien untuk mengikuti gerakan senam seperti yang
dicontohkan instruktur senam

Fase Terminasi
Evaluasi :
1. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan klien setelah
mendengarkan musik.
2. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada klien
3. Pemimpin TAK meminta klien untuk mencoba melakukan senam
secara teratur setiap hari.
Kontrak yang akan datang :
- waktu :
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- Topik : mendiskusikan tentang bunga
Hasil yang diharapkan :
75 % klien mampu :
1. Mengikuti senam dari awal sampai akhir
2. Menyebutkan perasaannya setelah mengikuti senam

23
Lampiran 6.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) :
ORIENTASI REALITA

Jenis kegiatan : mendiskusikan tentang bunga


Kriteria klien :
1. Klien halusinasi yang telah dapat mengntrol halusinasinya.
2. Klien waham yang telah dapat berorientasi kepada realita.
3. Klien sehat secara fisik
Alat/media :
Beberapa tangkai bunga dengan bermacam macam warna cerah
lengkap dengan daunnya

Fase Orientasi
Salam terapeutik
Kontrak :
- waktu : 45 menit
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- Topik : mendiskusikan bunga yang dilihat secara tepat.
Tujuan aktivitas : klien dapat menyebutkan bunga yang dilihat secara
tepat.
Aturan main :

24
1. Setiap klien harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan
akhir
2. Bila ingin ke kamar kecil, harus seijin pimpinan TAK

Fase Kerja
1. Perlihatkan setangkai bunga kepada klien
2. Motivasi klien untuk menyebutkan warna bunga, wana daun, jumlah
kelopak bunga, jumlah daun yang dilihat
3. Berikan pujian bila klien dapat menyebutkan secara tepat
4. Ulangi no. 1 3 sampai semua bunga habis didiskusikan

Fase Terminasi
Evaluasi :
1. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan klien setelah
mendengarkan musik.
2. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada klien
3. Pemimpin TAK meminta klien untuk mencoba mendiskusikan benda
benda lain dalam kehidupan sehari hari.
Kontrak yang akan datang :
- waktu :
- tempat : Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo
- Topik : mendiskusikan tentang bunga
Hasil yang diharapkan :
75 % klien mampu menyebutkan warna bunga, warna daun, jumlah kelopak
bunga dan daun secara tepat.

25
26

Anda mungkin juga menyukai