Disusun Oleh :
YULIANTI
NIM. P.12121
Disusun Oleh :
YULIANTI
NIM. P.12121
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkatrahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis adapat menyelesaikan Proposal
Penelitian dengan judul PEMBERIAN ALIH BARING TERHADAP
PENURUNAN SKOR DEKUBITUS PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.S
DENGAN STROKE HEMORAGIK DENGAN HEMIPARESIS DIRUANG
ANGGREK II RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA.
Dalam penyusunan Proposal Penelitian ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Hartati, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2. Ibu Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku sekretaris Ketua Program studi
DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ibu Wahyuningsih Safitri, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
5. Ibu Anissa Cindy N.A, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
6. Ibu Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Berjuanglah dengan kesabaran karena Tuhan tidak akan memberikan
cobaan dan ujian melebihi kemampuanmu dan percaya Tuhan berada
disampingmu dalam setiap langkahmu.
Jangan takut akan perubahan, kita mungkin kehilangan sesuatu yang baik
namun kita akan peroleh sesuatu yang lebih baik lagi. PERCAYALAH
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati Karya Tulis Ini penulis
persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku, Ibu Sumarsi yang telah berdoa dan
memberikan perhatian serta kasih sayangnya kepada saya,
Bapak Marimin yang bekerja keras untuk keberhasilanku
dan tidak lelah memberikan motivasi dan semangatnya,
Kakak Joko Irianto yang tidak lelah memberikan motivasi
dan perhatiannya kepada saya setiap saat.
2. Keluarga besar Mbah Wiryo Sadinah, yang selalu
memberikan dukungan semangat dan motivasi selama
penyusunan tugas akhir ku.
3. Almarhumah Kakak Winarni yang selalu memberikan
nasehat dan dukungan kepada saya selama masuk di dunia
kesehatan.
4. Semua sahabatku Alfiana Luthfi S, Kusumaningrum Fitria
T, Win Narsih yang selalu membantu dan memberikan
semangat dalam penyusunan tugas akhir ku dan yang
selalu bersama selama di DIII Keperawatan.
5. Kekasih ku Andrita Rosyid Annafi yang selalu
memberikan semangat, perhatian dan pengertiannya
kepada saya selama penyusunan tugas akhir ku.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan ................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke...................................................................................... 6
1. Stroke............................................................................... 6
2. Dekubitus......................................................................... 10
3. Alih baring ...................................................................... 13
4. Asuhan keperawatan pada pasien stroke ......................... 15
B. Kerangka Teori ...................................................................... 26
C. Kerangka Konsep .................................................................. 27
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subyek aplikasi riset ............................................................... 28
B. Tempat dan Waktu ................................................................. 28
C. Media dan alat yang digunakan .............................................. 28
D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ......................... 28
E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset ... 30
viii
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien ....................................................................... 38
B. Pengkajian .............................................................................. 39
C. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 45
D. Perencanaan Keperawatan ...................................................... 46
E. Implementasi Keperawatan ................................................... 49
F. Evaluasi keperawatan ............................................................. 54
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................. 58
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 62
C. Intervensi Keperawatan .......................................................... 66
D. Implementasi Keperawatan .................................................... 69
E. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 77
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 82
B. Saran ...................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kerusakan pembuluh darah di otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih dan
Price (2006) Stroke adalah penyebab kematian urutan ketiga pada orang
dewasa di Amerika Serikat. Angka kematian akibat stroke baru atau rekuren
lebih dari 200.000 orang. Insiden stroke secara nasional diperkirakan 750.000
koroner dan stroke adalah penyebab kematian tersering pertama dan kedua
Depkes, 2008).
pada satu sisi tubuh. Pada gangguan aliran darah pada otak (stroke) dapat
ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai
1
2
dampak pada berbagai sistem tubuh. Menurut Lewis (2007) , pada umumnya
masalah yang dialami pasien stroke ada 5 yaitu gangguan sensorik termasuk
area permukaan tulang yang menonjol dan berkurangnya sirkulasi darah yang
tertekan.
karena adanya kompresi jaringan lunak diatas tulang yang menonjol dan
adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu lama yang menyebabkan
gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan (Nursalam, 2011).
Ulcer Achisory Panel (EPUAP dalam Young, 2004). Menurut Suriadi (2004)
karena tidak dilakukan tirah baring selama 2 jam sekali, adanya penekanan
menggunakan kasur anti dekubitus untuk lebih membagi rata tekan yang
terjadi pada tubuh penderita, misalnya kasur dengan gelembung tekan udara
yang naik turun, kasur air yang temperature airnya dapat diatur, sehingga luka
dekubitus tidak dapat terjadi (Potter & Perry, 2005). Alih baring adalah suatu
menimbulkan ulcher atau dekubitus. Tujuan alih baring antara lain untuk
mencegah ulkus tekan atau dekubitus, untuk menjaga kelembaban kulit. Alih
baring dilakukan setiap 2 jam dan 4 jam yang memberikan rasa nyaman pada
komplikasi yang mungkin timbul akibat tirah baring seperti luka tekan
stroke hemoragik dan stroke non hemoragik pada tahun 2013 adalah 452,
tahun 2014adalah 387, dan pada tahun 2015 adalah 64. Dari pengkajian yang
dekubitus tetapi ada tindakan untuk mencegah luka tekan yang terjadi.
baring setiap 2 jam sekali dengan posisi telentang, posisi miring kiri, dan
4
posisi miring kanan pada pasien yang berbaring terlalu lama ditempat tidur
dekubitus pada pasien yang berisiko agar mencegah terjadinya luka tekan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
C. Manfaat Penelitian
Surakarta
3. Bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Stroke
a. Definisi
b. Penyebab stroke
6
7
1) Non hemoragik
2) Hemoragik intraserebral
c) Hemiparesis / hemiplegia
3) Hemoragik subarakhnoid
d) Perdarahan subarakhnoid
d. Komplikasi stroke
1) Bekuan darah
2) Dekubitus
pantat, sendi kaki dan tumit bila memar ini tidak bisa dirawat
menjadi infeksi.
9
3) Pneumonia
(Ratna, 2011)
e. Pemeriksaan stroke
f. Klasifikasi Stroke
kongenital
2. Dekubitus
a. Definisi
serius terutama bagi pasien yang harus dirawat lama di rumah sakit
integritas kulit.
kedua adalah tekanan yang dikeluarkan gips pada kulit jika gips
2005).
12
1) Stadium I
2) Stadium II
3) Stadium III
tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang
dalam.
13
4) Stadium IV
dan panggul.
3. Alih baring
a. Definisi
kanan dan 2 jam kearah kiri. Tanpa melihat sejauh mana efektifitas
dekubitus.
gerakan secara mandiri harus di bantu oleh orang lain apalagi dengan
ditekuk. Yang kedua miring kesisi yang sehat bahu yang lumpuh
dibawah paha dan tungkai diganjal bantal, lutut ditekuk. Yang ketiga
menyilang diatas kaki yang lumpuh dengan diganjal bantal (Potter &
Perry, 2005).
a. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
alkohol.
kejang.
7) Pemeriksaan eliminasi
ada.
9) Pemeriksaan neurosensori
a) Status mental
b) Nervus kranialis
lidah).
c) Fungsi motorik
d) Fungsi sensorik
e) Fungsi sereblum
f) Refleks
b. Diagnosa keperawatan
2012).
hemiplegia.
imobilitas fisik.
c. Intervensi keperawatan
isokor.
Intervensi :
pasien
neurologis
/ kognitif.
secara mandiri.
Intervensi :
miring kanan)
tangan
siku
sirkulasi
hemiparesis
hemiplegia.
kebutuhan.
22
Intervensi :
perawatan diri
individual
sikap sungguh
untuk berusaha
klien sendiri
mencegah frustasi
Intervensi :
produksi sputum)
sputum
asing)
sputum
dilakukan
imobilitas fisik.
Intervensi :
kelembaban)
beresiko
beresiko
lembab
d. Evaluasi keperawatan
perubahan posisi.
26
B. Kerangka Teori
akumulasi sekret
Ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
arteri vertebralis
disfungsi assesoris
C. Kerangka Konsep
Subyek dalam kasus ini adalah Ny. S pasien yang mengalami stroke
hemiparesis.
Bantal, guling, lembar observasi, bolpoint, skor skala Braden dan tanda
Yang pertama posisi klien saat berbaring telentang adalah posisi kepala, leher
dan punggung harus lurus, letakkan bantal dibawah bahu dan lengan yang
lumpuh secara hati-hati, sehingga bahu terangkat keatas dengan lengan agak
ditinggikan dan memutar kearah luar, siku dan pergelangan tangan agak
ditinggikan, letakkan juga bantal dibawah pangkal paha yang lumpuh dengan
28
29
posisi agak memutar ke arah dalam, lutut agak ditekuk. Yang kedua miring
kesisi yang sehat bahu yang lumpuh harus menghadap ke depan, lengan yang
lumpuh memeluk bantal dengan siku diluruskan, kaki yang lumpuh diletakan
didepan, dibawah paha dan tungkai diganjal bantal, lutut ditekuk. Yang ketiga
adalah miring kesisi yang lumpuh lengan yang lumpuh menghadap ke depan,
pastikan bahwa bahu pasien tidak memutar secara berlebihan, kaki yang
lumpuh agak ditekuk, kaki yang sehat menyilang diatas kaki yang lumpuh
Gambar 4
Pengaturan posisi telentang
Gambar 5
Pengaturan posisi miring kearah kanan
Gambar 6
Pengaturan posisi miring ke arah kiri
30
1. Stadium I
dibandingkan denagn kulit yang normal akan nampak salah satu tanda.
Tanda yang muncul adalah perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau
perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih, luka
orang berkulit gelap luka akan kelihatan sebagai warna merah yang
2. Stadium II
3. Stadium III
nekrosis dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada
4. Stadium IV
luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang dan tendon. Adanya
31
lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV
dari dekubitus.
Skor
Faktor Deskriptif
1 2 3 4 5 6 7
Persepsi 1. Keterbatasan Penuh
Sensori Tidak ada respon
Kemampuan (tidak mengerang,
untuk menyentak atau
merespon menggenggam)
secara tepat terhadap rangsangan
terhadap rasa nyeri karena
tidak nyaman menurunnya
yang kemampuan untuk
berhubungan merasakan nyeri yang
dengan sebagian besar pada
tekanan permukaan tubuh
2. Sangat terbatas
Hanya dapat merespon
terhadap rangsangan
nyeri. Namun tidak
dapat menyampaikan
rasa tidak nyaman
kecuali dengan
mengerang atau sikap
gelisah atau
mempunyai gangguan
sensori yang
menyebabkan
terbatasnya
kemampuan untuk
merasakan nyeri atau
tidak nyaman pada
lebih dari bagian
tubuh
3. Keterbatasan ringan
Dapat merespon
panggilan tetapi tidak
selalu dapat
menyampaikan respon
rasa tidak nyaman atau
32
keinginan untuk
merubah posisi badan.
Memiliki beberapa
gangguan sensori yang
membatasinya untuk
dapat merasakan nyeri
atau tidak nyaman
pada satu atau kedua
ekstremitas
4. Tidak ada gangguan
Dapat merespon
panggilan. Tidak
memiliki penurunan
sensori sehinggadapat
menyatakan rasa nyeri
atau rasa tidak
nyaman.
Kelembaban 1. Selalu Lembab
Tingkat Kulit selalu dalam
keadaan keadaan lembab oleh
dimana kulit keringat, urine dan
menjadi lainnya, keadaan
lembab lembab dapat dilihat
pada setiap kali pasien
digerakkan atau
dibalik
2. Umumnya Lembab
Kulit sering terlihat
lembab akan tetapi
tidak selalu. Pakaian
pasien dan atau alas
tempat tidur harus
diganti sedikitnya satu
kali setiap pergantian
dinas.
3. Kadang - Kadang
Lembab
Kulit kadang - kadang
lembab. Penggantian
pakaian pasien dan
atau alas tempat tidur
selain jadual rutin,
perlu diganti minimal
satu kali sehari.
33
4. Jarang Lembab
Kulit biasanya dalam
keadaan kering, pakain
pasien dan atau alas
tempat tidur diganti
sesuai dengan jadual
rutin penggantian.
Aktivitas 1. Total di tempat tidur
Tingkat Hanya berbaring di
aktivitas tempat tidur
2. Dapat duduk
Kemampuan untuk
berjalan sangat
terbatas atau tidak bias
sama sekali dan tidak
mampu menahan berat
badan atau harus
dibantu untuk kembali
ke kursi atau kursi
roda
3. Berjalan kadang -
kadang
Selama siang hari
kadang-kadang dapat
berjalan, tetapi
jaraknya sangat dekat
saja, dengan atau tanpa
bantuan.
2. Sangat terbatas
Kadang-kadang
merubah posisi badan
atau ekstremitas, akan
34
4. Tanpa keterbatasan
Dapat merubah posisi
badan secara tepat dan
sering mengatur posisi
badan tanpa adanya
bantuan.
Nutrisi 1. Sangat buruk
Pola Tidak pernah
kebiasaan menghabiskan makan.
makan Jarang makan lebih 1/3
dari makanan
yangendapatkandiberik
an. Makan
mengandung protein
sebanyak 2 porsi atau
kurang setiap harinya.
Kurang mengkonsumsi
cairan. Tidak
mengkonsumsi cairan
suplemen. Atau pasien
dipuaskan, dan atau
mengkonsumsi
makanan cairan atau
35
mendapatkan cairan
infus melalui intravena
lebih dari 5 hari.
2. Kurang mencukupi
Jarang sekali
menghabiskan
makanan dan biasanya
hanya menghabiskan
kira-kira dari
makanan yang
diberikan. Pemasukan
makanan yang
mengandung protein
hanya 3 porsi setiap
harinya. Kadang-
kadang mengkonsumsi
makanan suplemen.
Atau mendapatkan
makanan cairan atau
selang NGT dengan
jumlah kurang dari
kebutuhan optimum
perhari.
3. Mencukupi
Satu hari makan tiga
kali. Setiap makan
mengandungproteinset
iap harinya. Kadang
menolak untuk makan
tapi biasanya
mengkonsumsi
makanan suplemen
bila diberikan. Atau
mendapatkan cairan
infus berkalori tinggi
yang dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi.
4. Sangat Baik
Mengabiskan setiap
makanan yang
diberikan. Tidak
pernah menolak.
Biasanya
36
mengkonsumsi 4 porsi
atau lebih menu
protein. Kadang
mengemail. Tidak
memerlukan makanan
suplemen.
Pergeseran 1. Bermasalah
dan Memerlukan bantuan
pergerakan sedang sampai
maksimal untuk
bergerak. Tidak
mungkin memindahkan
badan tanpa
bergesekan dengan alas
tempat tidur. Sering
merosot kebawah
diatas tempat tidur atau
kursi dan sering kali
memerlukan bantuan
yang maksimal untuk
pengambilan posisi
semula. Kekakuan
pada otot, kontraktur
atau gelisah yang
sering menimbulkan
terjadinya gesekan
yang terus menerus.
2. Potensial bermasalah
Bergerak lemah atau
memerlukan bantuan
minimal. Selama
bergerak kulit
kemungkinan
bergesekan dengan alas
tempat tidur, kursi,
sabuk pengekangan
atau alat bantu lain.
Hamper selalu mampu
menjaga badan dengan
cukup baik dikursi
ataupun di tempat
tidur, namun kadang -
kadang merosot
kebawah.
37
3. Keterbatasan ringan
Sering merubah posisi
badan atau ekstremitas
secara mandiri
meskipun hanya
dengan gerakan ringan.
Jumlah
Keterangan :
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Maret 2015 jam 10.00 wib, pada
pemeriksaam fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Pada tanggal
38
39
B. Pengkajian
Pengkajian ini yang didapatkan data hasil keluhan utama adalah pasien
pasien mengatakan pusing, anggota tubuh sebelah kiri lemah, bicara pelo,
2015 jam 08.00 wib. Pada saai di IGD pasien diberikan infus Nacl 0,9% 20
tetes per menit. Hasil saat di IGD pasien mengeluh pusing, anggota tubuh
sebelah kiri susah digerakkan untuk aktivitas dibantu orang lain, bicara pelo,
punggung terasa panas dan gatal karena terlalu lama tidur dengan posisi
mempunyai penyakit hipertensi kurang lebih 1 tahun yang lalu, pasien juga
Keterangan:
Laki-laki meninggal
Perempuan meninggal
Laki - laki
Perempuan
Pasien
aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola kognitif perseptual, pola
persepsi konsep diri, pola hubungan peran, pola seksualitas reproduksi, pola
cara selalu makan pagi dan tepat waktu makan, pasien suka makan makanan
41
yang asin. Saat ada keluarganya yang sakit selalu dibawa kepusat pelayanan
dengan nasi, sayur bayem, ikan asin, tempe, tahu dan minum air teh 1 porsi
habis tidak ada keluhan. Selama sakit pasien makan 3x sehari dengan bubur,
sayur, lauk pauk, dan minum air putih atau air teh porsi habis tidak ada
keluhan.
teratur konsistensi lunak warna kecoklatan berbau khas tidak ada keluhan.
tidur, berpindah dan ambulasi atau ROM tidak dapat dilakukan secara
Pengkajian istirahat tidur sebelum sakit pasien tidak pernah tidur siang,
6 - 8 jam tidur malam tidak ada penggunaan obat dan selama sakit pasien
42
tidur siang 1 - 2 jam, tidur malam kurang lebih 5 jam tidak ada penggunaan
obat tidur.
pendidikan SD, pasien tidak tahu tentang penyakit yang dialaminya, dapat
melihat dan bisa meerasakan teh manis dan selama sakit pasien dapat
mengidentifikasi bau minyak kayu putih dan bisa merasakan teh manis.
Pada pengkajian pola persepsi dan konsep diri sebelum sakit harga diri
pasien mengatakan bahwa saya sudah melakukan yang terbaik dan saya
diri pasien mengatakan ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk
keluargnya, identitas diri pasien sebagai ibu rumah tangga dan peran diri
pasien mengatakan sebagai ibu untuk anak-anaknya. Selama sakit harga diri
pasien mengatakan dirinya bahagia dan merasa dihargai oleh orang lain
karena dijenguk tetangga saat dirumah sakit, ideal diri pasien mengatakan
bahwa kejadian ini saya tidak dapat melakukan tugas rumah dengan baik,
gambaran diri pasien saat dirawat dirumah sakit belum bisa menerima
kondisinya, tetapi saat ini pasien sudah dapat menerima kondisinya, peran diri
pasien selama dirumah sakit tidak bisa melakukan tugas dengan baik sebagai
ibu rumah tangga dan pergi petani kesawah dan identitas diri pasien sebagai
harmonis dan hubungan dengan masyarakat sekitar cukup baik. Selama sakit
Pasien pernak KB kurang lebih 15 tahun yang lalu dengan KB suntik tetapi
bahwa ketika ada masalah didalam keluarga dirinya selalu bercerita kepada
selama sakit pasien mengatakan beragama islam, tidak bisa melakukan solat 5
waktu.
bersih, hitam , dan tidak ada ketombe. Pada muka palbebra tidak ada oedema,
konjungtiva pink, sclera putih, pupil isokor, diameter kanan kiri kurang lebih
penglihatan. Bentuk hidung kanan kiri simetris, tidak ada sekret pada hidung,
tidak ada cuping hidung, pada mulut bibir simetris, tidak ada sianosis pada
44
bibir, tidak ada gangguan pengecapan, tidak ada stomatitis, gigi kelihatan
bersih, tidak ada karies gigi, telinga bersih kanan kiri simetris, tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran dan leher tidak ada pembesaran
kanan kiri sama dan simetris, palapasi vocal premitus kanan kiri sama,
perkusi : terdapat suara sonor, auskultasi : tidak ada bunyi tambahan atau
vesikuler. Jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis
teraba di ICS V kiri teraba kuat, perkusi suara pekak ,auskultasi bunyi jantung
I, II murni, tidak ada bunyi tambahan. Pada abdomen inspeksi tidak ada jejas,
terdapat umbilikus, auskultasi bising usus 12x/menit, palpasi tidak ada nyeri
rektum tidak ada luka dan tidak ada hemoroid. Pemeriksaan ekstremitas atas
kekuatan otot kanan 5 kiri 2 ROM kanan kiri aktif, capilary refille kanan kiri
kurang dari 2 detik, tidak ada deformitas, akral teraba hangat, tidak ada
oedema, pada ekstremitas bawah kekuatan otot kanan 5 kiri 2 ROM kanan
kiri aktif, capilary refille kanan kiri kurang dari 2 detik, tidak ada deformitas,
akral teraba hangat, tidak ada oedema. Integrumen kulit tampak kemerahan
dibagian punggung dan sakrum, tampak lembab, dan skor skala Braden 14
(resiko sedang).
jam 12.26 wib menunjukkan hemoglobin 13,1 g/dl, hematokrit 3,9 %, leukosit
7,0 ribu/ul, trombosit 207 ribu/ul, eritrosit 4,68 juta/ul, MCV 83,5/um, MCH
45
27,9 pg, MCHC 33,5 g/dl, RDW 13,6 %, granulosit 73,90 %, limfosit 19,30
%, mono, eos, baso 6,80 %, PT 12,8 detik, APTT 20,5 detik, NR 1,020 , GDS
97 mg/dl, kreatine 0,5 mg/dl, ureum 29 mg/dl. Pada tanggal 14 Maret 2015
didapatkan hasil protein total 6,2 g/dl, albumin 3,4 g/dl, globulin 2,8 g/dl,
kreatine 0,6 mg/dl, ureum 24 mg/dl, asam urat 5,3 mg/dl, cholestrol total 167
tanggal 16 -18 Maret 2015 yaitu ranitidine 25ml/12 jam obat untuk saluran
dan oedema yang disebabkan oleh obat- obatan, dan B12/12jam obat untuk
C. Diagnosa Keperawatan
Analisa data pada tanggal 16 Maret 2015 jam 10.10 wib didapatkan
Analisa data pada tanggal 16 Maret 2015 jam 10.20 wib didapatkan
meskipun anggota tubuh sebelah kiri lemah, kekuatan otot baik selama sakit :
pasien mengatakan anggota tubuh sebelah kiri susah digerakkan dan dara
objektif aktivitas pasien dibantu orang lain kode 2, kekuatan otot ekstremitas
atas kanan 5 kiri 2 dan ekstremitas bawah kanan 5 kiri 2, pasien mengalami
Analisa data pada tanggal 16 Maret 2015 jam 10.30 wib didapatkan
subjektif pasien mengatakan punggung terasa panas dan gatal dan data
objektif kulit kemerahan pada sakrum dan punggung, kulit lembab, nilai skor
fisik.
D. Perencanaan Keperawatan
hemoragik serebral dengan tujuan dan kriteri hasil, setelah dilakukan tindakan
hasil : tidak ada peningkatan TIK, tekanan darah batas normal (sistolik 100
47
140 mmHg , diastolik < 85 mmHg), tidak ada hipotensi ortofik dan pupil
isokor atau normal. Dengan intervensi observasi vital sign (Tekanan Darah,
Heart Rate, Respiratory Rate, Suhu) setiap 6 jam rasional untuk mengetahui
keadaan umum pasien, observasi status kesadaran dan pupil rasional untuk
tanda dan gejala neurologis, berikan posisi kepala dengan sudut 30 rasional
alat), tidak ada perubahan bentuk tulang dan pasien dapat mengubah posisi
jam rasional untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan otot dan memberi
rasional untuk mencegah adduksi pada bahu dan fleksi siku, ajarkan ROM
48
sirkulasi, anjurkan pasien untuk melakukan ROM aktif rasional untuk melatih
jam tidak terjadi luka tekan denagn kriteria hasil : tidak terjadi luka tekan
pada kulit, tidak ada kemerahan pada sakrum dan punggung, kulit teraba
hangat, turgor kulit normal dan skor skala Braden 15 18 (resiko ringan).
terjadniya luka tekan pada kulit, observasi faktor resiko terjadinya kerusakan
integritas dengan skala Braden setiap 1 hari rasional untuk mengetahui resiko
luka tekan pada kulit dengan skala Braden, observasi kulit pada daerah yang
tempat tidur bersih dan kering rasional agar tidak terjadi luka tekan, ubah
posisi alih baring setiap 2 jam sekali (telentang, miring kanan , miring kiri)
rasional agar tidak terjadi luka tekan pada area yang beresiko, anjurkan
E. Implementasi Keperawatan
Pada tanggal 16 Maret 2015 jam 10.35 wib mengobservasi vital sign
terkaji, respon objektif pasien composmentis, pupil isokor. Pada jam 10.45
pusing dan GCS) respon subjektif pasien mengatakan pusing berputar respon
objektif TD 160/100mmHg.
digerakkan respon objektif kekuatan otot ekstremitas kanan atas 5 kiri 2 dan
lain. Jam 10.55 wib mengubah posisi alih baring setiap 2 jam sekali
bersedia dilakukan alih baring respon objektif pasien tampak miring kanan.
mengtakan punggung terasa panas dan gatal respon objektif kulit kemerahan
Pada jam 11.05 wib mengobservasi kulit pada daerah yang terjadi luka
tekan (warna, suhu, kelembaban) respon subjektif tidak terkaji respon objektif
50
kulit kemerhan pada sakrum dan punggung, kulit teraba hangat, lembab. Jam
11.50 wib menganjurkan pasien untuk melakukan ROM aktif pada pasien
tangan kiri dengan bantuan tangan kanan yang tidak sakit. Selanjutnya jam
posisi alih baring setiap 2 jam sekali (telentang, miring kanan, miring kiri)
Pada tanggal 17 Maret 2015 jam 08.20 wib mengobsservasi vital sign
(Tekanan Darah, Heart Rate, Respiratory Rate, Suhu) respon subjektif pasien
sebelah kiri susah digerakkan respon objektif kekuatan otot ektremitas atas
51
Jam 08.50 wib mengajarkan ROM pasif pada pasien respon subjektif
pasien mengatakan mau diajarkan ROM respon objektif tangan kanan bisa
digerakkan , tangan kiri susah digerakkan dengan bantuan orang lain, kaki
kanan bisa digerakkan , kaki kiri susah digerakkan dengan dibantu orang lain.
Selanjutnya jam 09.00 wib mengubah posisi alih baring setiap 2 jam sekali
objektif pasien tampak posisi miring kiri. Pada jam 09.30 wib
integritas kulit dengan skala Braden setiap 1 hari respon subjektif tidak terkaji
respon objektif kulit kemerhan pada daerah sakrum dan punggung, skala
braden 14 (resiko sedang). Jam 10.35 wib mengobservasi kulit pada daerah
yang terjadi luka tekan (warna, suhu, kelembaban) respon subjektif pasien
mengatakan punggung terasa panas dan gatal respon objektif sakrum dan
wib mengubah posisi alih baring setiap 2 jam sekali (telentang , miring kanan
Pada jam 11.10 wib memberikan posisi kepala dengan sudut 30 respon
respon objektif obat oral diminum. Terakhir jam 13.00 wib mengubah posisi
alih baring setiap 2 jam sekali (telentang, miring kanan, miring kiri) respon
Pada tanggal 18 Maret 2015 jam 08.30 wib mengobservasi vital sign
kesadaran dan pupil respon subjektif tidak terkaji respon objektif pasien
composmentis , pupil isokor. Jam 08.50 wib mengubah posisi alih baring
setiap 2 jam sekali (telentang, miring kanan, miring kiri) respon subjektif
pasien mengatakan mau dilakukan alih baring respon objektif pasien tampak
posisi miring kanan. Pada jam 09.00 wib mengobservasi peningktan TIK
ahli fisioterapi. Pada jam 09.30 wib mengobservasi faktor resiko terjadinya
kerusakan integritas dengan skala braden setiap 1 hari respon subjektif pasien
mengatakan punggung sudah tidak terasa panas dan gatal respon objektif kulit
kemerahan pada sakrum dan punggung, kulit terasa hangat, lembab, skor
pada daerah yang terjadi luka tekan (warna, suhu, kelembaban) respon
subjektif tidak terkaji respon objektif sakrum dan punggung kemerahan , kulit
Pada jam 10.00 wib mengobservasi mobilitas fisik setiap 2 jam respon
digerakkan sedikit demi sedikit respon objektif kekuatan otot ektremits ata
aktivitas dibantu orang lain. Jam 10.30 wib menganjurkan pasien untuk
10.50 wib mengubah posisi alih baring setiap 2 jam sekali (telentang, miring
kanan, miring kiri) respon subjektif pasien mengatakan mau dilakukan alih
saat lembab respon subjektif tidak terkaji respon objektif pasien tampak
subjektif pasien mengatakan mau disuntik respon objektif obat injeksi masuk
54
objektif obat diminum. Terakhir jam 12.50 wib mengubah posisi alih baring
setiap 2 jam sekali (telentang, miring kanan, miring kiri) respon subjektif
pasien mengatakan mau dilakukan alih baring respon objektif pasien tampak
posisi telentang.
F. Evaluasi keperawatan
evaluasi hasil dari masalah keperawatan pertama pada hari senin 16 Maret
jam. Diagnosa kedua pada jam 13.55 wib Subjektif : pasien mengatakan
orang lain, kekuatan otot ektremitas atas kanan 5 kiri 2 , ektremitas bawah
fisik belum teratasi. Planning : observasi mobilitas fisik pasien setiap 2 jam,
ubah posisi alih baring setiap 2 jam sekali, ajarkan ROM pasif pada pasien,
55
kolaborasi dengan ahli fisioterapi. Diagnosa ketiga pada jam 14.00 wib
skala Braden, observasi kulit pada daerah yang terjadi luka tekan (warna,
suhu, kelembaban), ubah posisi alih baring setiap 2 jam sekali, anjurkan
advice dokter.
Evaluasi pada hari selasa 17 Maret 2015 diagnosa pertama jam 13.55
observasi vital sign (Tekanan darah, Nadi, Respiratory Rate, Suhu), observasi
laksanakan terapi pemberian B12 1ml/ 12 jam sesuai advice dokter. Diagnosa
kedua jam 14.00 wib Subjektif : pasien mengatakan anggota tubuh sebelah
kiri susah digerakkan. Objektif : aktivitas dibantu orang lain, kekuatan otot
observasi mobilitas fisik pasien setiap 2 jam, ubah posisi alih baring setiap 2
jam sekali, ajarkan ROM pasif pada pasien, kolaborasi dengan ahli
mengatakan punggung terasa panas dan gatal. Objektif : kulit kemerahan pada
pada daerah yang terjadi luka tekan (warna, suhu, kelembaban), ubah posisi
alih baring setiap 2 jam sekali, anjurkan keluarga untuk mengganti pakaian
Evaluasi pada tanggal 18 Maret 2015 diagnosa pertama jam 13.50 wib
hasil CT-Scan : ICH basal ganglia kanan. Analisa : masalah perfusi jaringan
250mg/12jam) sesuai advice dokter. Diagnosa kedua jam 14.00 wib Subjektif
: pasien mengatakan anggota tubuh sebelah kiri sudah bisa digerakkan sedikit
demi sedikit. Objektif : aktivitas dibantu orang lain, kekuatan otot ektremitas
observasi mobilitas fisik pasien setiap 2 jam, ubah posisi alih baring setiap 2
jam sekali, ajarkan ROM pasif pada pasien, kolaborasi dengan ahli
mengatakan punggung sudah tidak terasa panas dan gatal. Obejktif : kulit
skala Braden, observasi kulit pada daerah yang terjadi luka tekan (warna,
suhu, kelembaban), ubah posisi alih baring setiap 2 jam sekali, anjurkan
advice dokter
BAB V
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan membahas tentang Pemberian Alih Baring
Surakarta.
A. Pengkajian
ganglia kanan.
Hal tersebut sesuai dengan teori Ratna (2011) serangan stroke dapat
darah, penebalan pembuluh darah, obesitas, dan lain-lain. Akan tetapi, pada
umumnya stroke rentan terjadi pada penderita tekanan darah tinggi. Stroke
58
59
Akibatnya, zat-zat yang terlarut seperti kolestrol, kalsium dan lain sebagainya
perilaku (kurang olahraga, stress, makanan tidak sehat), dan faktor lain
sehingga menyebabkan infark otak, edema dan mungkin terjadi herniasi otak
(Ratna, 2011)
Hal sesuai dengan teori Herlambang (2013) tekanan darah tinggi yang
terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan kerja jantung bekerja lebih
jantung, otak dan mata. Stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga
aliran darah terhambat yang normal dan darah rembes ke dalam otak dan
pembuluh darah yang terjadi suplai darah terganggu. Karena suplai darah
terganggu, fungsi dari otak juga menurun. Penyebab stroke hemoragik adanya
pada usia lanjut karena faktor keturunan, tetapi kerapuhan tersebut terjadi
Pola aktivitas dan latihan, selama sakit aktivitas pasien dibantu orang
atas dan bawah kanan baik , ektremitas atas dan bawah kiri lemah.
Hal tersebut sesuai dengan teori Susilo & Wulandari (2010) yang
pada kerusakan otak atau saraf, stroke biasanya disebabkan oleh suatu
tangan dan kaki, kesulitan bicara dan kondisi mata tidak normal.
Hal tersebut sesuai dengan teori Farida & Amalia (2009), yang
menyebutkan bahwa salah satu gejala stroke adalah mati rasa yang mendadak
diwajah, lengan, atau kaki, dan terutama hanya terasa disalah satu sisi saja,
kiri atau kanan sehingga dapat mempengaruhi aktivitas sehari hari. Stroke
61
didapatkan hasil punggung dan sakrum kemerahan, kulit teraba hangat dan
keras. Faktor untuk mengetahui resiko luka tekan yaitu pertama faktor
saat di kaji pada persepsi sensori dengan nilai 4 (tidak ada gangguan), faktor
bermasalah), sehingga total skor skala Braden 14 (resiko sedang terjadi luka
tekan). Hal sesuai dengan teori Ratna (2011) stroke yang berbaring terlalu
62
lama dapat menimbulkan maslah emosional dan fisik, diantaranya terjadi luka
tekan.
B. Diagnosa Keperawatan
kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa cinta memiliki dan dimiliki, kebutuhan
kebutuhan yang lebih tinggi, kebutuhan yang bawah harus terpenuhi terlebih
imobilitas fisik.
pasien bicara pelo, dan hasil CT-Scan : ICH basal ganglia kanan.
terjadinya infeksi, hipertensi dan bisa terjadi peningkatan TIK (Irfan, 2012).
kesawah dengan baik meskipun anggota tubuh sebelah kiri lemah, kekuatan
otot baik, selama sakit pasien mengatakan anggota tubuh sebelah kiri susah
digerakkan. Data obyektif didapatkan hasil aktivitas pasien dibantu orang lain
(Kode 2), kekuatan otot ektremitas atas kanan 5 kiri 2, kekuatan otot
tubuh satu atau lebih ektremitas secara mandiri dan terarah. Ditandai dengan
ketrampilan motorik halus & kasar, keterbatasan rentan pergerakan sendi bisa
subjektif pasien mengatakan punggung terasa panas dan gatal. Data objektif
kulit kemerahan pada sakrum dan punggung, kulit lembab, nilai skor skala
edema serebral
kekuatan otot
pada asuhan keperawatan pasien stroke. Hal ini terjadi, karena penulis
dan keadaan pasien yang telah dilakukan selama 3 hari pengelolaan kasus.
C. Perencanaan Keperawatan
dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan
(Dermawan, 2012 ).
membantu pasien agar tujuan dan kriteria hasil tercapai, ada rencana tindakan
otak teratasi dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan TIK, tekanan darah
dalam batas normal ( sistolik 100 140 mmHg , diastolik <85 mmHg ), tidak
ada hipotensi ortostotik dan pupil isokor atau normal. Adapun intervensi
NOC adalah observasi vital sign dengan rasional untuk mengetahui keadan
umum pasien, observasi status kesadaran dan pupil dengan rasional untuk
67
berikan posisi kepala dengan sudut 30o dengan rasional untuk mencegah
2007 ).
hambatan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil yaitu kekuatan otot 2
dan kriteria hasil NOC adalah observasi mobilitas fisik pasien setiap 2 jam
dengan rasional untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan otot dan memberi
lain) dengan rasional untuk jaringan oedema lebih mudah mengalami trauma
dan penyembuhan lambat, ubah posisi pasien setiap 2 jam (telentang, miring
dengan rasional untuk mencegah adduksi pada bahu dan fleksi siku, ajarkan
ROM pasif pada pasien dengan rasional untuk mencegah kontraktur dan
68
tujuan resiko kerusakan integritas kulit teratasi dengan kriteria hasil tidak
terjadi luka tekan pada kulit, tidak ada kemerahan pada sakrum, kulit teraba
kriteria hasil NOC adalah kaji adanya faktor yang dapat menyebabkan
mengetahui penyebab terjadinya luka tekan pada kulit, observasi faktor resiko
rasional untuk mengetahui resiko luka tekan pada kulit dengan skala Braden,
observasi kulit pada daerah yang terjadi luka tekan (warna, suhu,
integritas pada daerah yang tertekan, pertahankan tempat tidur bersih dan
kering dengan rasional agar tidak terjadi luka tekan, ubah posisi alih baring
setiap 2 jam sekali (telentang, miring kiri, miring kanan) dengan rasional agar
tidak terjadi luka tekan pada area yang beresiko, anjurkan keluarga untuk
D. Implementasi Keperawatan
tentang pengaruh alih baring sesuai dengan hasil riset yang terdapat dalam
setiap 2 jam sekali yaitu mulai 08.00 10.00 WIB pasien dimiringkan kearah
kanan, kemudian jam 10.00 12.00 WIB pasien ditelentangkan, dan jam
12.00 - 14.00 WIB pasien dimiringkan kearah kiri, dan seterusnya seperti itu.
terhadap terjadinya luka tekan dialami pada pasien tersebut. Observasi pada
adalah terutama daerah yang tulang tulang yang menonjol yaitu daerah
belakang kepala, sakrum, iskium, koksik, tumit dan trokanter. Kondisi yang
konsistensi jaringan lebih keras atau lunak, adanya perubahan sensasi dan
yang mudah pecah atau dapat menimbulkan pendarahan (Wijaya & Putri,
2013).
(Padila, 2012).
hasil data subyektif pasien mengatakan pusing berputar dan data obyektif :
lalu darah masuk ke otak, membentuk massa pada jaringan otak yang tertekan
dengan sudut 300 didapatkan hasil data subyektif pasien kooperatif dan data
obyektif kepala pasien posisi sudut 300, pasien tampak nyaman. Alasan
bagian otak pada pasien yang terserang stroke mengalami kekurangan darah.
Posisi kepala ditinggikan dengan sudut 300 agar tidak terjadi cepat peninggian
mau disuntik dan data obyektif obat masuk lewat selang Intravena dan obat
dan ekskresi material toksis dalam urine, mengurangi TIK, massa pada otak,
dan TIO ynag tinggi, KSR berfungsi sebagai pengobatan dan pencegahan
Pada teori menurut (Padila, 2012) pengobatan pada pasien stroke yaitu
susah digerakkan dan data obyektif kekuatan otot kanan atas & bawah 5 kiri
atas & bawah 2, aktivitas dibantu oarang lain. Alasan penulis melakukan
secara dini pada fungsi aktivitas meliputi gerakan ditempat tidur, duduk,
mungkin, bila kondisi klinis neurologis dan hemodinamik stabil, maka latigan
gerakan sendi anggota badan yang pasif 4 kali sehari untuk mencegah
tampak mengangkat tangan kiri dengan bantuan tangan kanan yang tidak
sakit. Alasan penulis melakukan tindakan itu karena latihan rentang gerak
73
sendi merupakan latihan yang dilakukan secara teratur dan berulang- ulang
dengan cara meluruskan atau menekuk satu atau beberapa sendi serta
luas gerak sendi pada pasien stroke. Hal ini dikarenakan latihan ROM sendi
baring dan data obyektif pasien tampak miring kanan. Alasan penulis
melakukan tindakan karena perubahan posisi alat bantu untuk posisi yang
mencegah cedera akibat friksi, ketika mengubah posisi lebih baik diangkat
daripada diseret. Dalam posisi yang dilakukan adalah posisi telentang, miring
kanan, dan miring kiri. Perubahan posisi mengunakan bantal kaku dan
tekanan, sehinnga menimbulkan area iskemi yang lebih luas, kemudian kasur
dan tempat tidur khusus untuk mengurangi bahaya imobilitas pada kulit dan
ektremitas setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus karena pada pasien stroke
harus dimobilisasi dan fisioterapi sedini mungkin, bila kondisi neorologis dan
pasien stroke kembali berjalan. Terapi ini dimulai dengan latihan latihan
dan melatih otot sampai mampu berjalan. Terapi yang dilakukan pada pasien
stroke yaitu terapi fisioterapi, okupasi atau wicara itu bisa dilakukan satu per
integritas kulit dilakukan tindakan mengubah posisi alih baring setiap 2 jam
alih baring dan data obyektif pasien tampak miring kanan. Alasan penulis
melakukan tindakan karena perubahan posisi alat bantu untuk posisi yang
mencegah cedera akibat friksi, ketika mengubah posisi lebih baik diangkat
daripada diseret. Dalam posisi yang dilakukan adalah posisi telentang, miring
kanan, dan miring kiri. Perubahan posisi menggunakan bantal kaku dan
tekanan, sehinnga menimbulkan area iskemi yang lebih luas, kemudian kasur
dan tempat tidur khusus untuk mengurangi bahaya imobilitas pada kulit dan
mengatakan punggung terasa panas dan gatal dan data obyektif kulit
kemerahan pada sakrum dan punggung, skor skala Braden 14 (resiko sedang).
75
friksi dan gesekan. Nilai skala Braden >18 (tidak berisiko), 15 18 (risiko
(warna, suhu, lembab) didapatkan hasil data obyektif kulit kemerahan pada
fase penyembuhan dalam luka, warna hitam terjadi pada luka nekrotik, warna
kuning pada eksudat dan debris berserat kuning, warna merah muda hingga
merah terjadi pada luka fase penyembuhan aktif dan bersih disertai granulasi,
dan warna merah diklasifikasi pada jaringan epitel. Kelembaban pada kulit
akan menurunkan resistensi kulit pada faktor fisik lain seperti tekanan atau
pasien saat lembab didapatkan data obyektif keluarga tampak mengerti yang
menjaga kelembaban agar tidak terjadi dekubitus (Potter & Perry, 2005).
waktu lama, maka merugikan aliran darah. Pada penekanan berlangsung lama
76
maka timbul dalam peredaran zat makanan dan zat asam yang harus
mendapatkan zat makan dan zat asam perlahan akan mati, kemudian disinilah
Gaya gesek adalah tekanan yang diberikan pada kulit dengan arah
paralel terhadap permukaan tubuh. Gaya ini terjadi pada pasien bergerak atau
memperbaiki posisi tubuhnya di atas tempat tidur dengan cara didorong atau
digeser. Jika gaya gesek kulit dan lapisan subkutan menempel pada
permukaan tempat tidur, dan lapisan otot serta tulang bergeser dengan
gerakan arah tubuh. Tulang pasien bergeser ke arah kulit dan memberi gaya
pada kulit kapiler jaringan yang berada dibawah tertekan dan terbebani oleh
gaya tersebut.
Akibatnya penekanan pada kulit, tidak lama setelah itu akan terjadi
pendarahan dan nekrosis pada lapisan jaringan, selain itu terdapat aliran darah
kapiler akibat tekanan eksternal pada kulit. Oleh sebab itu pasien harus
hari dengan dilakukan alih baring setiap 2 atau 4 jam yang dapat memberikan
E. Evaluasi Keperawatan
tujuan yang dicapai (Wahid & Suprapto, 2012). Evaluasi yang akan dilakukan
oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada,
pada keempat ektremitas yang normal dan sama, menunjukkan reflek tendon
teori karena data yang didapatkan belum sesuai dengan kriteria hasil yaitu
78
tidak ada peningkatan TIK, tekanan darah dalam batas normal (sistolik 100
140 mmHg , diastolik <85 mmHg), tidak ada hipotensi ortostotik dan pupil
diperoleh data pasien mengatakan anggota tubuh sebelah kiri sudah bisa
orang lain, kekuatan otot atas kanan kiri 5 bawah kanan kiri 3, hemiparesis
pasien setiap 2 jam sekali itu, ubah posisi alih baring setiap 2 jam sekali ,
karena data yang didapatkan belum sesuai dengan kriteria hasil yaitu
panas dan gatal, kemudian didapatkan kulit tidak kemerahan pada sakrum dan
dengan skala Braden tersebut, observasi kulit pada daerah yang terjadi luka
tekan (warna, suhu, lembab), ubah posisi alih baring setiap 2 jam , anjurkan
kulit berhubungan dengan imobilitas fisik tidak sesuai dengan teori karena
data yang didapatkan belum sesuai dengan kriteria hasil yaitu tidak terjadi
luka tekan pada kulit, tidak ada kemerahan pada sakrum, kulit teraba hangat,
turgor kulit yang normal, dan berpartisipasi dalam kegiatan perubahan posisi.
diperoleh bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengaruh alih baring
pada pasien stroke yang mengalami hemiparesis. Hal ini menunjukkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan alih baring terhadap kejadian dekubitus pada
sensori, persepsi yang utuh terhadap nyeri dan tekanan dapat mengetahui
dapat mengubah posisi atau meminta bantuan mengubah posisi (Aini &
Purwaningsih, 2013).
panggul dan bahu dibawah menurut Potter & Perry (2005). Sedangkan posisi
tubuh.
Menurut Kusyati (2006) posisi miring atau posisi sims adalah posisi
berbaring pada pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi, pada
posisi ini, lengan bawah ada dibelakang tubuh klien, sedangkan lengan atas
81
ada di depan tubuh klien. Merubah posisi adalah kemampuan individu untuk
vital dan cepat penyembuhan luka yang terjadi, perubahan posisi juga
Sirait, 2013).
BAB VI
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
kanan. Pola aktivitas dan latihan dibantu orang lain dengan kode 2.
kemerahan, kulit teraba hangat dan keras. Total skor skala Braden 14
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
berikan posisi kepala dengan sudut 30o, laksanakan terapi pemberian obat
82
83
(warna, oedema, tanda lain), ubah posisi pasien setiap 2 jam (telentang,
secara aktif.
Braden setiap 1 hari, observasi kulit pda daerah yang tertekan (warna,
posisi alih baring setiap 2 jam sekali (telentng, miring kanan, miring
4. Implementasi Keperawatan
secara aktif.
5. Evaluasi Keperawatan
advice tersebut.
aktivitas dibantu orang lain, kekuatan otot atas kanan kiri 5 bawah kanan
observasi mobilitas fisik pasien setiap 2 jam sekali itu, ubah posisi alih
86
baring setiap 2 jam sekali , anjurkan ROM aktif pada pasien , kolaborasi
punggung sudah tidak terasa panas dan gatal, kemudian didapatkan kulit
tersebut, observasi kulit pada daerah yang terjadi luka tekan (warna, suhu,
lembab), ubah posisi alih baring setiap 2 jam, anjurkan keluarga untuk
Hasil pemberian alih baring yang dilakukan selama 3 hari terhadap Ny. S
kemerahanan pada sakrum dan punggung. Hal ini sesuai dengan hasil
B. Saran
Huda, N. 2012. Pengaruh Posisi Miring Untuk Mengurangi Luka Tekan Pada
Pasien Dengan Gangguan Persyarafan.
Http:/lp3msht.files.wordpress.com/. Diakses tanggal 10 Maret 2015
Ida , F & Nila, A. 2009. Menganti Sipasi Stroke. Penerbit Buku Biru : Jogjakarta
Irfan, M. 2012. Fisioterapi Bagi Insan Stroke . Penerbit Graha Ilmu : Jogjakarta
Nastiti , D. 2012. Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Pasien Stroke
Rawap Inap Di Rumah Sakit Krakatau Medika. Skripsi. Kesehatan
Masyarakat : Depok
Purwati, O.S & Maliya, A. 2008. Rehabilitasi Klien Pasca Stroke. Jurusan
Keperawatan FIK UMS : Kartosuro
Padila. 2012 . Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Penerbit Nuha Medika :
Jogjakarta
Potter, T.A & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktek, Edisi.4 Vol.2. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Potter, T.A & Perry, A.G. 2005. Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar,
Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Prof, Dr. Sirait, M , dkk. 2013. ISO ( Informasi Spesialite Obat ) Indonesia Vol 47
2012 2013 ISSN 0854-4492. Penerbit PT.ISFI : Jakarta Barat
Ratna, D.P. 2011. Penyakit Pemicu Stroke : Dilengkapi Dengan Posyandu Lansia
dan Posbindu PTM . Penerbit Nuha Medika : Jogjakarta
Rohmad, N & Walid, S. 2012. Proses Keperawatan : Teori dan Aplikasi. Penerbit
AR-RUZZ Media : Jogjakarta
Simanjutak, C.M & Sirait, M. 2013 . Pengaruh Merubah Posisi dan Masage Kulit
Pada Pasien Stroke Terhadap Terjadinya Luka Dekubitus Di ZAAL F
RSU HKP Balige Sumatra Utara
Susilo Y & Wulandari A. 2012. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi ( Hipertensi ).
Penerbit ANDI : Jogjakarta
Sutrisno, A.2007. Stroke ?? You Must Know Before You Get It. PT.Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta
Victoria, A.L & Kustiyawati, S.P. 2014. Pengaruh Latihan Laretal Prehension
Grip Terhadap Peningkatan Luas Gerak Sendi ( IGS ) Jari Tangan Pada
Pasien Stroke di RSUD Dr.H Soewando Kendal. Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Stikes Telogorejo : Semarang