Parade umum Wehrmacht Jerman dan Pasukan Merah Soviet pada tanggal 23
September 1939 di Brest, Polandia Timur setelah Invasi Polandia berakhir. Di
tengah adalah Mayor Jenderal Heinz Guderian dan di kanan adalah Brigadir
Semyon Krivoshein.
Setelah invasi Polandia dan perjanjian Jerman-Soviet atas Lituania, Uni Soviet
memaksa negara-negara Baltik mengizinkan mereka menempatkan tentara
Soviet di negara mereka atas alasan "bantuan bersama".[56][57][58]
Finlandia menolak permintaan wilayah dan diserang oleh Uni Soviet pada
bulan November 1939.[59] Konflik yang kemudian pecah berakhir pada
bulan Maret 1940 dengan konsesi oleh Finlandia.[60] Perancis dan Britania
Raya, menyebut serangan Soviet ke Finlandia sebagai alasan memasuki
kancah perang di pihak Jerman, menanggapi invasi Soviet dengan
mendukung dikeluarkannya Uni Soviet dari Liga Bangsa-Bangsa.[58]
Pada bulan April 1940, Jerman menginvasi Denmark dan Norwegia untuk
mengamankan pengiriman bijih besi dari Swedia, yang hendak dihadang
oleh Sekutu.[63] Denmark langsung menyerah, dan meski dibantu Sekutu,
Norwegia berhasil dikuasai dalam waktu dua bulan.[64] Bulan Mei 1940,
Britania menyerbu Islandia untuk mencegah kemungkinan invasi Jerman ke
pulau itu.[65] Ketidakpuasan Britania atas kampanye Norwegia mendorong
penggantian Perdana Menteri Neville Chamberlain dengan Winston Churchill
pada tanggal 10 Mei 1940.[66]
Serbuan Poros
Sepanjang periode ini, Amerika Serikat yang netral melakukan sejumlah hal
untuk membantu Cina dan Sekutu Baratnya. Pada bulan November 1939,
Undang-Undang Netralitas diamandemen untuk memungkinkan pembelian
"beli dan angkut" oleh Sekutu.[83] Tahun 1940, setelah pencaplokan Paris
oleh Jerman, ukuran Angkatan Laut Amerika Serikat meningkat pesat dan,
setelah serbuan Jepang ke Indocina, Amerika Serikat memberlakukan
embargo besi, baja, dan barang-barang mekanik terhadap Jepang.[84] Pada
bulan September, Amerika Serikat menyetujui penukaran kapal penghancur
AS dengan pangkalan Britania Raya.[85] Tetap saja, mayoritas rakyat
Amerika Serikat menentang intervensi militer langsung apapun terhadap
konflik ini sampai tahun 1941.[86]
Pada akhir September 1940, Pakta Tiga Pihak menyatukan Jepang, Italia, dan
Jerman untuk meresmikan Kekuatan Poros. Pakta Tiga Pihak ini menegaskan
bahwa negara apapun, kecuali Uni Soviet, yang tidak terlibat dalam perang
yang menyerang Kekuatan Poros apapun akan dipaksa berperang melawan
ketiganya.[87] Pada waktu itu, Amerika Serikat terus mendukung Britania
Raya dan Cina dengan memperkenalkan kebijakan Lend-Lease yang
mengizinkan pengiriman material dan barang-barang lain[88] dan membuat
zona keamanan yang membentang hingga separuh Samudra Atlantik agar
Angkatan Laut Amerika Serikat bisa melindungi konvoi Britania.[89]
Akibatnya, Jerman dan Amerika Serikat terlibat dalam peperangan laut di
Atlantik Utara dan Tengah pada Oktober 1941, bahkan meski Amerika Serikat
secara resmi tetap netral.[90][91]
Blok Poros meluas bulan November 1940 ketika Hongaria, Slowakia, dan
Rumania bergabung dengan Pakta Tiga Pihak ini.[92] Rumania akan memberi
kontribusi besar terhadap perang Poros melawan Uni Soviet, sebagian untuk
merebut kembali wilayah yang diserahkan kepada Soviet, sebagian lagi demi
memenuhi keinginan pemimpinnya, Ion Antonescu, untuk melawan
komunisme.[93] Pada bulan Oktober 1940, Italia menyerbu Yunani, tetapi
beberapa hari kemudian digagalkan dan dipukul sampai Albania yang
berakhir dengan kebuntuan.[94] Bulan Desember 1940, pasukan
Persemakmuran Britania Raya memulai serangan balasan terhadap pasukan
Italia di Mesir dan Afrika Timur Italia.[95] Pada awal 1941, dengan pasukan
Italia dipukul hingga Libya oleh Persemakmuran, Churchill memerintahkan
pengerahan tentara dari Afrika untuk membantu Yunani.[96] Angkatan Laut
Italia juga menderita kekalahan besar, dengan Angkatan Laut Kerajaan
membuat tiga kapal perang Italia tidak berfungsi melalui serangan kapal
induk di Taranto, dan menetralisasi beberapa kapal perang lain pada
Pertempuran Tanjung Matapan.[97]
Sekutu sempat beberapa kali berhasil pada saat itu. Di Timur Tengah,
pasukan Persemakmuran pertama menggagalkan kudeta di Irak yang
dibantu pesawat Jerman dari pangkalan-pangkalan di Suriah Vichy,[102]
kemudian dengan bantuan Perancis Merdeka, menyerbu Suriah dan Lebanon
untuk mencegah peristiwa seperti itu lagi.[103] Di Atlantik, Britania berhasil
menaikkan moral publik dengan menenggelamkan kapal perang Jerman
Bismarck.[104] Mungkin yang terpenting adalah pada Pertempuran Britania,
Angkatan Udara Kerajaan berhasil bertahan dari serangan Luftwaffe dan
kampanye pengeboman Jerman yang berakhir bulan Mei 1941.[105]
Di Asia, meski sejumlah serangan dari kedua pihak, perang antara Cina dan
Jepang buntu pada tahun 1940. Demi meningkatkan tekanan terhadap Cina
dengan memblokir rute-rute suplai, dan untuk memosisikan pasukan Jepang
dengan tepat andai pecah perang dengan negara-negara Barat, Jepang
merebut kendali militer di Indocina selatan[106] Pada Agustus 1940, kaum
komunis Cina melancarkan serangan di Cina Tengah; sebagai balasan,
Jepang menerapkan kebijakan keras (Kebijakan Serba Tiga) di daerah-daerah
pendudukan untuk mengurangi sumber daya manusia dan bahan mentah
untuk pasukan komunis.[107] Antipati yang terus berlanjut antara pasukan
komunis dan nasionalis Cina memuncak pada pertempuran bersenjata pada
bulan Januari 1941, secara efektif mengakhiri kerja sama mereka.[108]
Dengan stabilnya situasi di Eropa dan Asia, Jerman, Jepang, dan Uni Soviet
mempersiapkan diri. Dengan kekhawatiran Soviet terhadap meningkatnya
ketegangan dengan Jerman dan rencana Jepang untuk memanfaatkan
Perang Eropa dengan merebut jajahan Eropa yang kaya sumber daya alam di
Asia Tenggara, kedua kekuatan ini menandatangani Pakta Netralitas Soviet
Jepang pada bulan April 1941.[109] Kebalikannya, Jerman bersiap-siap
menyerang Uni Soviet dengan menempatkan pasukan dalam jumlah besar di
perbatasan Soviet.[110]
Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman, bersama anggota Poros Eropa lainnya
dan Finlandia, menyerbu Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa. Target utama
serangan kejutan ini[111] adalah kawasan Baltik, Moskwa dan Ukraina
dengan tujuan utama mengakhiri kampanye 1941 dekat jalur Arkhangelsk-
Astrakhan yang menghubungkan Laut Kaspia dan Laut Putih. Tujuan Hitler
adalah menghancurkan Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan militer,
menghapus komunisme, menciptakan Lebensraum ("ruang hidup")[112]
dengan memiskinkan penduduk asli[113] dan menjamin akses ke sumber
daya strategis yang diperlukan untuk mengalahkan musuh-musuh Jerman
yang tersisa.[114]
Pengalihan tiga per empat pasukan Poros dan sebagian besar angkatan
udaranya dari Perancis dan Mediterania tengah ke Front Timur[118]
membuat Britania mempertimbangkan kembali strategi besarnya.[119] Pada
bulan Juli, Britania Raya dan Uni Soviet membentuk aliansi militer melawan
Jerman[120] Britania dan Soviet menyerbu Iran untuk melindungi Koridor
Persia dan ladang minyak Iran.[121] Bulan Agustus, Britania Raya dan
Amerika Serikat bersama-sama meresmikan Piagam Atlantik.[122]
Pada bulan Oktober, ketika tujuan operasional Poros di Ukraina dan Baltik
tercapai, dengan pengepungan Leningrad[123] dan Sevastopol yang masih
berlanjut,[124] sebuah serangan besar ke Moskwa dilancarkan kembali.
Setelah dua bulan bertempur sengit, pasukan Jerman hampir mencapai
pinggiran terluar Moskwa, tempat tentara-tentaranya yang lelah[125]
terpaksa menunda serangan mereka.[126] Pencaplokan teritorial besar
dilakukan oleh pasukan Poros, tetapi kampanye mereka gagal mencapai
tujuan utamanya: dua kota utama masih dikuasai Soviet, kemampuan
memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet mempertahankan
banyak sekali potensi militernya. Fase blitzkrieg perang di Eropa telah
berakhir.[127]
Sementara itu, pada akhir April 1942, Jepang dan sekutunya Thailand hampir
menguasai seluruh Burma, Malaya, Hindia Timur Belanda, Singapura,[144]
dan Rabaul, sehingga menambah kerugian bagi tentara Sekutu dan banyak
di antara mereka yang ditawan. Meski memberontak habis-habisan di
Corregidor, Filipina akhirnya ditaklukkan pada bulan Mei 1942 dan memaksa
pemerintah Persemakmuran Filipina mengasingkan diri.[145] Pasukan Jepang
juga memenangkan pertempuran laut di Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan
Samudra Hindia,[146] dan mengebom pangkalan laut Sekutu di Darwin,
Australia. Satu-satunya kesuksesan sejati Sekutu melawan Jepang adalah
kemenangan Cina di Changsha pada awal Januari 1942.[147] Kemenangan-
kemenangan mudah atas lawan yang tidak punya persiapan ini membuat
Jepang terlalu percaya diri dan berlebihan.[148]