Anda di halaman 1dari 8

Pecah di Eropa (1939)

Parade umum Wehrmacht Jerman dan Pasukan Merah Soviet pada tanggal 23
September 1939 di Brest, Polandia Timur setelah Invasi Polandia berakhir. Di
tengah adalah Mayor Jenderal Heinz Guderian dan di kanan adalah Brigadir
Semyon Krivoshein.

Pada tanggal 1 September 1939, Jerman dan Slowakianegara klien pada


tahun 1939menyerang Polandia.[46] Tanggal 3 September, Perancis dan
Britania Raya, diikuti negara-negara Persemakmuran,[47] menyatakan
perang terhadap Jerman, tetapi memberi sedikit dukungan kepada Polandia
ketimbang serangan kecil Perancis ke Saarland.[48] Britania dan Perancis
juga mulai memblokir perairan Jerman pada tanggal 3 September untuk
melemahkan ekonomi dan upaya perang negara ini.[49][50]

Tanggal 17 September, setelah menandatangani gencatan senjata dengan


Jepang, Soviet juga menyerbu Polandia.[51] Wilayah Polandia terbagi antara
Jerman dan Uni Soviet, dengan Lituania dan Slowakia mendapat bagian kecil.
Polandia tidak menyerah; mereka mendirikan Negara Bawah Tanah Polandia
dan Pasukan Dalam Negeri bawah tanah, dan terus berperang bersama
Sekutu di semua front di luar Polandia.[52]

Sekitar 100.000 personil militer Polandia diungsikan ke Rumania dan negara-


negara Baltik; sebagian besar tentara tersebut kemudian berperang
melawan Jerman di teater perang yang lain.[53] Pemecah kode Enigma
Polandia juga diungsikan ke Perancis.[54] Pada saat itu pula, Jepang
melancarkan serangan pertamanya ke Changsha, sebuah kota Cina yang
strategis, tetapi digagalkan pada akhir September.[55]

Setelah invasi Polandia dan perjanjian Jerman-Soviet atas Lituania, Uni Soviet
memaksa negara-negara Baltik mengizinkan mereka menempatkan tentara
Soviet di negara mereka atas alasan "bantuan bersama".[56][57][58]
Finlandia menolak permintaan wilayah dan diserang oleh Uni Soviet pada
bulan November 1939.[59] Konflik yang kemudian pecah berakhir pada
bulan Maret 1940 dengan konsesi oleh Finlandia.[60] Perancis dan Britania
Raya, menyebut serangan Soviet ke Finlandia sebagai alasan memasuki
kancah perang di pihak Jerman, menanggapi invasi Soviet dengan
mendukung dikeluarkannya Uni Soviet dari Liga Bangsa-Bangsa.[58]

Tentara Jerman di Arc de Triomphe, Paris, setelah kejatuhan Perancis tahun


1940.
Di Eropa Barat, tentara Britania dikerahkan ke benua ini, namun pada fase
yang dijuluki Perang Phoney oleh Britania dan "Sitzkrieg" (perang duduk)
oleh Jerman tak satupun pihak yang melancarkan operasi besar-besaran
terhadap satu sama lain sampai April 1940.[61] Uni Soviet dan Jerman
membuat pakta dagang pada bulan Februari 1940, yang berarti Soviet
menerima bantuan militer dan industri dengan imbalan menyediakan bahan
mentah untuk Jerman agar bisa mengakali pemblokiran oleh Sekutu.[62]

Pada bulan April 1940, Jerman menginvasi Denmark dan Norwegia untuk
mengamankan pengiriman bijih besi dari Swedia, yang hendak dihadang
oleh Sekutu.[63] Denmark langsung menyerah, dan meski dibantu Sekutu,
Norwegia berhasil dikuasai dalam waktu dua bulan.[64] Bulan Mei 1940,
Britania menyerbu Islandia untuk mencegah kemungkinan invasi Jerman ke
pulau itu.[65] Ketidakpuasan Britania atas kampanye Norwegia mendorong
penggantian Perdana Menteri Neville Chamberlain dengan Winston Churchill
pada tanggal 10 Mei 1940.[66]

Serbuan Poros

Jerman menyerbu Perancis, Belgia, Belanda, dan Luksemburg pada tanggal


10 Mei 1940.[67] Belanda dan Belgia kewalahan menghadapi taktik blitzkrieg
dalam beberapa hari dan minggu.[68] Jalur Maginot yang dipertahankan
Perancis dan pasukan Sekutu di Belgia diakali dengan bergerak secara
mengapit melintasi hutan lebat Ardennes,[69] yang disalahartikan oleh
perencana perang Perancis sebagai penghalang alami bagi kendaraan lapis
baja.[70]

Tentara Britania terpaksa keluar dari Eropa melalui Dunkirk, meninggalkan


semua peralatan beratnya pada awal Juni.[71] Tanggal 10 Juni, Italia
menyerbu Perancis, menyatakan perang terhadap Perancis dan Britania
Raya;[72] dua belas hari kemudian Perancis menyerah dan langsung dibelah
menjadi zona pendudukan Jerman dan Italia,[73] dan sebuah negara sisa
yang tak diduduki di bawah Rezim Vichy. Pada tanggal 3 Juli, Britania
menyerang armada Perancis di Aljazair untuk mencegah perebutan oleh
Jerman.[74]

Bulan Juni, pada hari-hari terakhir Pertempuran Perancis, Uni Soviet


memaksa aneksasi Estonia, Latvia, dan Lituania,[57] lalu menganeksasi
wilayah Bessarabia yang dipertentangkan Rumania. Sementara itu,
kesesuaian politik dan kerja sama ekonomi Nazi-Soviet[75][76] perlahan
buntu,[77][78] dan kedua negara mulai bersiap untuk perang.[79]
Dengan Perancis dinetralkan, Jerman memulai kampanye superioritas udara
atas Britania (Pertempuran Britania) untuk mempersiapkan sebuah invasi.
[80] Kampanye ini gagal, dan rencana invasi tersebut dibatalkan pada bulan
September.[80] Menggunakan pelabuhan-pelabuhan Perancis yang baru
dicaplok, Angkatan Laut Jerman menikmati kesuksesan melawan Angkatan
Laut Kerajaan dengan memakai kapal-U untuk menyerang kapal-kapal
Britania di Atlantik.[81] Italia memulai operasinya di Mediterania, memulai
pengepungan Malta bulan Juni, menguasai Somaliland Britania bulan
Agustus, dan menerobos wilayah Mesir Britania bulan September 1940.
Jepang meningkatkan pemblokirannya terhadap Cina pada bulan September
dengan merebut sejumlah pangkalan di wilayah utara Indocina Perancis yang
saat ini terisolasi.[82]

Pertempuran Britania mengakhiri serbuan Jerman di Eropa Barat.

Sepanjang periode ini, Amerika Serikat yang netral melakukan sejumlah hal
untuk membantu Cina dan Sekutu Baratnya. Pada bulan November 1939,
Undang-Undang Netralitas diamandemen untuk memungkinkan pembelian
"beli dan angkut" oleh Sekutu.[83] Tahun 1940, setelah pencaplokan Paris
oleh Jerman, ukuran Angkatan Laut Amerika Serikat meningkat pesat dan,
setelah serbuan Jepang ke Indocina, Amerika Serikat memberlakukan
embargo besi, baja, dan barang-barang mekanik terhadap Jepang.[84] Pada
bulan September, Amerika Serikat menyetujui penukaran kapal penghancur
AS dengan pangkalan Britania Raya.[85] Tetap saja, mayoritas rakyat
Amerika Serikat menentang intervensi militer langsung apapun terhadap
konflik ini sampai tahun 1941.[86]

Pada akhir September 1940, Pakta Tiga Pihak menyatukan Jepang, Italia, dan
Jerman untuk meresmikan Kekuatan Poros. Pakta Tiga Pihak ini menegaskan
bahwa negara apapun, kecuali Uni Soviet, yang tidak terlibat dalam perang
yang menyerang Kekuatan Poros apapun akan dipaksa berperang melawan
ketiganya.[87] Pada waktu itu, Amerika Serikat terus mendukung Britania
Raya dan Cina dengan memperkenalkan kebijakan Lend-Lease yang
mengizinkan pengiriman material dan barang-barang lain[88] dan membuat
zona keamanan yang membentang hingga separuh Samudra Atlantik agar
Angkatan Laut Amerika Serikat bisa melindungi konvoi Britania.[89]
Akibatnya, Jerman dan Amerika Serikat terlibat dalam peperangan laut di
Atlantik Utara dan Tengah pada Oktober 1941, bahkan meski Amerika Serikat
secara resmi tetap netral.[90][91]
Blok Poros meluas bulan November 1940 ketika Hongaria, Slowakia, dan
Rumania bergabung dengan Pakta Tiga Pihak ini.[92] Rumania akan memberi
kontribusi besar terhadap perang Poros melawan Uni Soviet, sebagian untuk
merebut kembali wilayah yang diserahkan kepada Soviet, sebagian lagi demi
memenuhi keinginan pemimpinnya, Ion Antonescu, untuk melawan
komunisme.[93] Pada bulan Oktober 1940, Italia menyerbu Yunani, tetapi
beberapa hari kemudian digagalkan dan dipukul sampai Albania yang
berakhir dengan kebuntuan.[94] Bulan Desember 1940, pasukan
Persemakmuran Britania Raya memulai serangan balasan terhadap pasukan
Italia di Mesir dan Afrika Timur Italia.[95] Pada awal 1941, dengan pasukan
Italia dipukul hingga Libya oleh Persemakmuran, Churchill memerintahkan
pengerahan tentara dari Afrika untuk membantu Yunani.[96] Angkatan Laut
Italia juga menderita kekalahan besar, dengan Angkatan Laut Kerajaan
membuat tiga kapal perang Italia tidak berfungsi melalui serangan kapal
induk di Taranto, dan menetralisasi beberapa kapal perang lain pada
Pertempuran Tanjung Matapan.[97]

Tentara penerjun Jerman menyerbu pulau Kreta, Yunani, Mei 1941.

Jerman segera turun tangan untuk membantu Italia. Hitler mengirimkan


pasukan Jerman ke Libya pada bulan Februari, dan pada akhir Maret mereka
melancarkan serangan terhadap pasukan Persemakmuran yang semakin
sedikit.[98] Dalam kurun sebulan, pasukan Persemakmuran dipukul mundur
ke Mesir dengan pengecualian pelabuhan Tobruk yang dikepung.[99]
Persemakmuran berupaya mengusir pasukan Poros pada bulan Mei dan lagi
pada bulan Juni, tetapi keduanya gagal.[100] Pada awal April, setelah
penandatanganan Pakta Tiga Pihak oleh Bulgaria, Jerman turun tangan di
Balkan dengan menyerbu Yunani dan Yugoslavia setelah terjadi kudeta; di
sini mereka membuat kemajuan besar, sehingga memaksa Sekutu pindah
setelah Jerman menguasai pulau Kreta, Yunani pada akhir Mei.[101]

Sekutu sempat beberapa kali berhasil pada saat itu. Di Timur Tengah,
pasukan Persemakmuran pertama menggagalkan kudeta di Irak yang
dibantu pesawat Jerman dari pangkalan-pangkalan di Suriah Vichy,[102]
kemudian dengan bantuan Perancis Merdeka, menyerbu Suriah dan Lebanon
untuk mencegah peristiwa seperti itu lagi.[103] Di Atlantik, Britania berhasil
menaikkan moral publik dengan menenggelamkan kapal perang Jerman
Bismarck.[104] Mungkin yang terpenting adalah pada Pertempuran Britania,
Angkatan Udara Kerajaan berhasil bertahan dari serangan Luftwaffe dan
kampanye pengeboman Jerman yang berakhir bulan Mei 1941.[105]
Di Asia, meski sejumlah serangan dari kedua pihak, perang antara Cina dan
Jepang buntu pada tahun 1940. Demi meningkatkan tekanan terhadap Cina
dengan memblokir rute-rute suplai, dan untuk memosisikan pasukan Jepang
dengan tepat andai pecah perang dengan negara-negara Barat, Jepang
merebut kendali militer di Indocina selatan[106] Pada Agustus 1940, kaum
komunis Cina melancarkan serangan di Cina Tengah; sebagai balasan,
Jepang menerapkan kebijakan keras (Kebijakan Serba Tiga) di daerah-daerah
pendudukan untuk mengurangi sumber daya manusia dan bahan mentah
untuk pasukan komunis.[107] Antipati yang terus berlanjut antara pasukan
komunis dan nasionalis Cina memuncak pada pertempuran bersenjata pada
bulan Januari 1941, secara efektif mengakhiri kerja sama mereka.[108]

Dengan stabilnya situasi di Eropa dan Asia, Jerman, Jepang, dan Uni Soviet
mempersiapkan diri. Dengan kekhawatiran Soviet terhadap meningkatnya
ketegangan dengan Jerman dan rencana Jepang untuk memanfaatkan
Perang Eropa dengan merebut jajahan Eropa yang kaya sumber daya alam di
Asia Tenggara, kedua kekuatan ini menandatangani Pakta Netralitas Soviet
Jepang pada bulan April 1941.[109] Kebalikannya, Jerman bersiap-siap
menyerang Uni Soviet dengan menempatkan pasukan dalam jumlah besar di
perbatasan Soviet.[110]

Perang global (1941)

Infanteri dan kendaraan lapis baja Jerman melawan pasukan Soviet di


jalanan Kharkov, Oktober 1941.

Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman, bersama anggota Poros Eropa lainnya
dan Finlandia, menyerbu Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa. Target utama
serangan kejutan ini[111] adalah kawasan Baltik, Moskwa dan Ukraina
dengan tujuan utama mengakhiri kampanye 1941 dekat jalur Arkhangelsk-
Astrakhan yang menghubungkan Laut Kaspia dan Laut Putih. Tujuan Hitler
adalah menghancurkan Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan militer,
menghapus komunisme, menciptakan Lebensraum ("ruang hidup")[112]
dengan memiskinkan penduduk asli[113] dan menjamin akses ke sumber
daya strategis yang diperlukan untuk mengalahkan musuh-musuh Jerman
yang tersisa.[114]

Meski Angkatan Darat Merah mempersiapkan serangan balasan strategis


sebelum perang,[115] Barbarossa memaksa komando tertinggi Soviet
mengadopsi pertahanan strategis. Sepanjang musim panas, Poros berhasil
menerobos jauh ke dalam wilayah Soviet, mengakibatkan kerugian besar
dalam hal personil dan material. Pada pertengahan Agustus, Komando Tinggi
Angkatan Darat Jerman memutuskan menunda serangan oleh Army Group
Centre yang kecil dan mengalihkan Satuan Panzer ke-2 untuk membantu
tentara yang maju melintasi Ukraina tengah dan Leningrad.[116] Serangan
Kiev sukses besar dan berakhir dengan pengepungan dan penghancuran
empat unit pasukan Soviet, serta memungkinkan pergerakan lebih lanjut di
Krimea dan Ukraina Timur yang industrinya maju (Pertempuran Kharkov
Pertama).[117]

Serangan balasan Soviet pada pertempuran Moskwa, Desember 1941.

Pengalihan tiga per empat pasukan Poros dan sebagian besar angkatan
udaranya dari Perancis dan Mediterania tengah ke Front Timur[118]
membuat Britania mempertimbangkan kembali strategi besarnya.[119] Pada
bulan Juli, Britania Raya dan Uni Soviet membentuk aliansi militer melawan
Jerman[120] Britania dan Soviet menyerbu Iran untuk melindungi Koridor
Persia dan ladang minyak Iran.[121] Bulan Agustus, Britania Raya dan
Amerika Serikat bersama-sama meresmikan Piagam Atlantik.[122]

Pada bulan Oktober, ketika tujuan operasional Poros di Ukraina dan Baltik
tercapai, dengan pengepungan Leningrad[123] dan Sevastopol yang masih
berlanjut,[124] sebuah serangan besar ke Moskwa dilancarkan kembali.
Setelah dua bulan bertempur sengit, pasukan Jerman hampir mencapai
pinggiran terluar Moskwa, tempat tentara-tentaranya yang lelah[125]
terpaksa menunda serangan mereka.[126] Pencaplokan teritorial besar
dilakukan oleh pasukan Poros, tetapi kampanye mereka gagal mencapai
tujuan utamanya: dua kota utama masih dikuasai Soviet, kemampuan
memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet mempertahankan
banyak sekali potensi militernya. Fase blitzkrieg perang di Eropa telah
berakhir.[127]

Animasi Teater Eropa PDII.

Pada awal Desember, pasukan cadangan yang baru dimobilisasi[128]


memungkinkan Soviet menyamakan jumlah tentaranya dengan Poros.[129]
Hal ini, bersama data intelijen yang menetapkan jumlah minimum tentara
Soviet di Timur yang cukup untuk mencegah serangan apapun oleh
Angkatan Darat Kwantung Jepang,[130] memungkinkan Soviet memulai
serangan balasan massal yang dimulai tanggal 5 Desember di front
sepanjang 1.000 kilometer (620 mil) dan mendesak tentara Jerman mundur
100250 kilometers (62160 mil) ke barat.[131]
Keberhasilan Jerman di Eropa menggugah Jerman untuk meningkatkan
tekanannya terhadap pemerintah-pemerintah Eropa di Asia Tenggara.
Pemerintah Belanda setuju menyediakan minyak untuk Jepang dari Hindia
Timur Belanda, namun menolak menyerahkan kendali politik atas koloninya.
Perancis Vichy, sebaliknya, menyetujui pendudukan Jepang di Indocina
Perancis.[132] Pada bulan Juli 1941, Amerika Serikat, Britania Raya, dan
pemerintah Barat lainnya bereaksi terhadap pendudukan Indocina dengan
membekukan aset-aset Jepang, sementara Amerika Serikat (yang
menyediakan 80 persen minyak Jepang[133]) merespon dengan menerapkan
embargo minyak secara penuh.[134] Ini berarti Jepang terpaksa memilih
antara mengabaikan ambisinya di Asia dan perang melawan Cina, atau
merebut sumber daya alam yang diperlukan melalui kekuatan; militer Jepang
tidak menganggap yang pertama sebagai pilihan, dan banyak pejabat
menganggap embargo minyak sebagai pernyataan perang tidak langsung.
[135]

Jepang berencana merebut koloni-koloni Eropa di Asia dengan cepat untuk


menciptakan perimeter defensif besar yang membentang hingga Pasifik
Tengah; Jepang kemudian bebas mengeksploitasi sumber daya di Asia
Tenggara sambil menyibukkan Sekutu dengan melancarkan perang defensif.
[136] Untuk mencegah intervensi Amerika Serikat sambil mengamankan
perimeter, Jepang berencana menetralisasi Armada Pasifik Amerika Serikat
dari kancah perang.[137] Pada tanggal 7 Desember (8 Desember di Asia)
1941, Jepang menyerang aset-aset Britania dan Amerika Serikat dengan
serangan di Asia Tenggara dan Pasifik Tengah secara nyaris bersamaan.[138]
Peristiwa ini meliputi serangan ke armada Amerika Serikat di Pearl Harbor,
pendaratan di Thailand dan Malaya[138] dan pertempuran Hong Kong.

Kejatuhan Singapura pada Februari 1942 mengakibatkan 80.000 tentara


Sekutu ditangkap dan diperbudak oleh Jepang.

Serangan-serangan ini mendorong Amerika Serikat, Britania Raya, Cina,


Australia, dan beberapa negara lain secara resmi menyatakan perang
terhadap Jepang, sementara Uni Soviet, karena sedang terlibat dalam perang
besar-besaran dengan blok Poros Eropa, memilih untuk tetap netral dengan
Jepang.[139][140] Jerman dan negara-negara Poros menanggapi dengan
menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Pada bulan Januari, Amerika
Serikat, Britania Raya, Uni Soviet, Cina, dan 22 pemerintahan kecil atau
terasingkan mengeluarkan Deklarasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa,
sehingga memperkuat Piagam Atlantik,[141] dan melakukan kewajiban untuk
tidak menandatangani perjanjian damai terpisah dengan negara-negara
Poros. Sejak 1941, Stalin terus meminta Churchill, dan kemudian Roosevelt,
untuk membuka 'front kedua' di Perancis.[142] Front Timur menjadi teater
perang besar di Eropa dan jumlah korban Soviet yang berjumlah jutaan
menciutkan jumlah korban Sekutu Barat yang hanya ratusan ribu orang;
Churchill dan Roosevelt mengatakan mereka butuh lebih banyak waktu untuk
persiapan, sehingga memunculkan klaim bahwa mereka sengaja buntu untuk
menyelamatkan orang-orang Barat dengan mengorbankan orang-orang
Soviet.[143]

Sementara itu, pada akhir April 1942, Jepang dan sekutunya Thailand hampir
menguasai seluruh Burma, Malaya, Hindia Timur Belanda, Singapura,[144]
dan Rabaul, sehingga menambah kerugian bagi tentara Sekutu dan banyak
di antara mereka yang ditawan. Meski memberontak habis-habisan di
Corregidor, Filipina akhirnya ditaklukkan pada bulan Mei 1942 dan memaksa
pemerintah Persemakmuran Filipina mengasingkan diri.[145] Pasukan Jepang
juga memenangkan pertempuran laut di Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan
Samudra Hindia,[146] dan mengebom pangkalan laut Sekutu di Darwin,
Australia. Satu-satunya kesuksesan sejati Sekutu melawan Jepang adalah
kemenangan Cina di Changsha pada awal Januari 1942.[147] Kemenangan-
kemenangan mudah atas lawan yang tidak punya persiapan ini membuat
Jepang terlalu percaya diri dan berlebihan.[148]

Jerman juga mewujudkan inisiatifnya. Dengan mengeksploitasi keputusan


komando laut Amerika Serikat yang ragu-ragu, Angkatan Laut Jerman
mengacaukan jalur kapal Sekutu di lepas pesisir Atlantik Amerika Serikat.
[149] Meski kalah besar, anggota Poros Eropa menghentikan serbuan Soviet
di Rusia Tengah dan Selatan, sehingga melindungi sebagian besar jajahan
yang mereka peroleh pada tahun sebelumnya.[150] Di Afrika Utara, Jerman
melancarkan sebuah serangan pada bulan Januari yang memukul Britania
kembali ke posisinya di Garis Gazala pada awal Februari,[151] diikuti oleh
meredanya pertempuran untuk sementara yang dimanfaatkan Jerman untuk
mempersiapkan serangan mereka selanjutnya.[152]

Anda mungkin juga menyukai