Anda di halaman 1dari 13

KEMENTERIAN RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAHAN AJAR MATAKULIAH


ISU KONTEMPORER PERIKANAN TANGKAP
(221L2313)

Pertemuan Ke-1

PENDAHULUAN

Oleh :

PROF. Dr. Ir. ACHMAR MALLAWA, DEA


PROF. Dr. Ir. SUDIRMAN, M.Pi
Dr. IR FAISAL AMIR, M.Si
M. ABDUH IBNU HAJAR, S.Pi.,M.SP,Ph.D

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

TAHUN 2016
PERTEMUAN PERTAMA

I. Pendahuluan

1.1. Cakupan atau Ruang Lingkup Materi Pembelajaran

Dalam pertemuan pertama kita akan membahas mengenai ruang lingkup

Dasar-dasar penangkapan Ikan.

1.2. Sasaran Pembelajaran

Diharapkan setelah mempelajari SAP ini maka mahasiswa mengetahui

Sejarah, perkembangan, prinsip-prinsip dan peristilahan dalam metode

penangkapan ikan

1.3. Perilaku Awal Mahasiswa

Mahasiswa baru Jurusan perikanan dapat mengambil mata kuliah ini

1.4. Manfaat

Mata kuliah penting diketahui sebagai bahan dalam pengembangan

perikanan tangkap dan managemen penangkapan ikan

1.5. Urutan Pembahasan

- Sejarah Perkembangan Metode Penangkapan Ikan

- Pandangan tentang Perkembangan Metode Penangkapan Ikan di

Indonesia

- Perkembangan Teknik Penangkapan Ikan

- Beberapa peristilahan dalam Metode Penangkapan Ikan

1.6. Petunjuk Belajar

Baca dengan baik bahan ajar ini dan amati beberapa jenis alat tangkap

yang saudara kenal. Selain itu akan dipelihatkan audio visual untuk lebih

memperdalam mata kuliah ini.

2
II. Penyajian

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Sejaran Perkembangan Metode Penangkapan Ikan

Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan

oleh manusia, menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu Manusia

Neanderthal (Neanderthal Man) telah melakukan kegiatan penangkapan (

Sahrhange and Lundbeck 1991) dengan menggunakan tangan kemudian profisi ini

berkembang terus secara perlahan-lahan dengan menggunakan berbagai alat yang

masih sangat tradisional yang terbuat dari berbagai jenis bahan seperti batu, kayu,

tulang dan tanduk Seiring dengan perkembangan kebudayaan, manusia mulai bisa

membuat perahu yang sangat sederhana seperti sampan perahu yang tertua di

Eropa dibuat sekitar 8300 tahun yang lalu dengan panjang 3 meter berada di

Netherland.

Setelah ditemukannya mesin uap (Steam Engine) oleh James Watt pada

tahun 1769 maka penangkapan ikan ikut terpengaruh perkembangannya. Mesin-

mesin tersebut tidak hanya digunakan untuk menggerakkan kapal tetapi pada tahu

1860 mesin-mesin tersebut digunakan pula untuk menarik berbagai jenis alat

tangkap seperti Jaring, long line (Sahrhange and Lundbeck 1991).

Pada abad ke 20 dan memasuki abad ke 21 berbagai negara telah berlomba

dalam melakukan modernisasi teknologi penangkapanya. Beberapa negara Eropa

seperti Polandia, Belanda, Inggris, Swedia, Perancis dan sebagainya merupakan

contoh negara yang telah maju dalam bidang penangkapan ikan. Di Asia Jepang

merupakan negara yang sangat maju teknologi penangkapan ikannya di mana pada

tahun 1988 menurut FAO total hasil tangkapan negara ini mencapai 12 juta ton

atau 13% dari total tangtkapan ikan di dunia. Armada penangkapnnya tidak hanya

3
beroperasi di Perairan Jepang tetapi sampai di lautan Fasifik, Samudera Indonesia

dan perairan lainnya. Untuk mencapai hal tersebut Jepang telah menggunakan

alat komunikasi, penanganan hasil tangkapan telah dibenahi dengan baik.

1.2 Pandangan Tentang Perkembangan Metode Penangkapan Ikan di

Indonesia.

Alat tangkap dan metode penangkapan ikan yang digunakan nelayan di

Indonesia umumnya masih bersifat tradisional. Menurut Ayodhyoa (1981)

pendapat ini ada benarnya tetapi juga ada ketidakbenarannya. Jika ditinjau dari segi

prinsip metode penagkapan yang digunakan oleh nelayan di tanah air akan terlihat

bahwa telah banyak pemanfaatan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan

penangkapan ikan yang telah digunanakan. Ayodhyoa (1981) memberikan contoh

sebagai berikut:

Pada perikanan Sero (banyak terdapat di Sulawesi Selatan) penaju adalah

merupakan leading net yang berfungsi menghadang ikan dalam renang ruayanya.

Yang diinginkan adalah bukan saja ikan -ikan tersebut dihadang secara paksa yang

mungkin akan menyebabkan ia panik dan terpencar, tetapi jika ikan melihat penaju

akan merubah arah renang ruawanya ke arah bunuhan. Dengan demikian

hendaklah fungsi penaju selain menghadang, juga mengajak ataupun mengarahkan

ikan kearah bunuhan. Dengan demikian kita dapat memikirkan selanjutnya

bagaimanakah letak penaju sehubungan dengan arah renag (swimming direction)

dari ikan-ikan, disamping itu bagaimana dengan garis isodepth dan keadaan dasar

perairan.

Bunuhan terletak pada bagian perairan yang lebih dalam yang berarti nelayan

secara pengalaman turun-temurun telah mengetahui bahwa ikan-ikan dalam

4
menjumpai sesuatu penghadang yang memberi rangsangan menakutkan atau

mengejutkan cendrung menyelamatkan diri kearah kedalam yang lebih besar.

Pada perikanan bagan nelayan telah menggunakan lampu untuk tujuan

menarik ikan-ikan, sehingga ikan terkumpul diatas jaring. Cahaya yang digunakan

diatur supaya tepat mengumpul hanya pada areal jaring, sehingga ika-ikan

terkonsentrasi pada catchable area .

Pada perikanan payang, di dalam operasinya umumnya menggunakan

rumpon. Panjang tali rumpon pada umumnya sekitar 1,5 kali kedalaman perairan

yang berarti nelayan telah mengetahui bahwa sinus sudut maksimum yang dibentuk

antara tali dengan dasar perairan akan bergerak sekitar 0,6 dimana diharapkan tali

akan mengalami kemungkinan putus atau hanyut sedikit, demikian pula pada

keadaan tersebut gaya penahan dari pemberat akan mencapai nilai terbesar.

Selain itu nelayan juga telah mengetahui bahwa ada sifat ikan besar

memangsa ikan kecil sehingga dengan adanya ikan kecil di rumpon ikan besar akan

datang. Nelayan juga telah mengetahui bahwa intensitas cahaya ternyata

berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan, sehinga dari penggunaan strongkin

yang intensitasnya terbatas, kini nelayan telah menggunakan genset sebagai

sumber pembangkit listrik, dengan demikian jumlah intensitas cahaya yang

dihasilkan semakin tinggi, ini terjadi pada alat tangkap bagan. Sekarang ini nelayan

telah menggunakan bagan rambo dengan intensitas cahaya sampai puluhan ribu

watt. Begitu pula pemanfaatan warna cahaya. Beberapa nelayan purse seine di

Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan menggunakan warna biru untuk menarik

perhatian ikan, tetapi pada saat pelingkaran jaring akan dilakukan lampu strongkin

ditutup dengan baskom yang berwarna merah, artinya secara tidak langsung

nelayan telah mengetahui bahwa cahaya warna merah menarik ikan ke perrmukaan.

5
Apa yang ingin dikemukakan disini adalah bahwa secara naluri alamiah para

nelayan telah banyak mengetahui pemanfaatan behaviuor untuk tujuan

penangkapan, yang nelayan belum mampu adalah mendeteksi problemanya lalu

melakukan Improvement (Ayodhyoa 1981).

1.3 Perkembangan Metode Penangkapan Ikan.

Dalam beberapa hal yang prinsip dapat dikatakan bahwa perkembangan

beberapa fishing methods sangatlah lambat. Sebagai misal dapat di lihat pada

prinsip pancing. Dari sejak zaman dahulu prinsipnya tidak berubah, yaitu dengan

meletakkan umpan pada kail, dan mata kail ini dihubungkan dengan tali ke nelayan

pengail; ikan memakan umpan, lalu terkait pada mata kail, dan nelayan menarik

pancing ke arahnya. Tetapi tidaklah benar jika kita katakan tidak ada perkembangan

sama sekali. Semakin berkembang kemajuan peradaban manusia, maka kebutuhan

manusiapun akan bertambah ragamnya. Kemajuan dari fishing methods, dapat

ditandai antara lain dari kenyataan-kenyataan berikut (Ayodhyoa 1981).

1. Perubahan usaha penangkapan dari seekor demi seekor ke arah usaha

penangkapan dalam jumlah yang banyak. Catch ini tidak hanya diperuntukkan

untuk waktu itu, tetapi diharapkan dapat dipergunakan pula untuk sesuatu jangka

waktu, menyesuaikan diri dengan situasi harga pasaran. Hal ini menyebabkan alat

yang dipergunakan haruslah lebih besar dan efektif. Sebagai contoh dapat

dikemukakan bahwa pancing biasa (hand line) hanya mampu menangkap ikan

dalam jumlah yang sangat terbatas, dengan perkembangan alat tangkap pancing

seperti tuna long line, hasilnya jauh lebih besar.

2. Perubahan dari fishing ground ke arah yang lebih jauh dari pantai, yang

sehubungan dengan itu akan terjadi pula perubahan dari depth perairan; dengan

perkataan lain dari perairan dangkal ke arah perairan yang lebih dalam. Dikatakan

6
daerah kontinental shelf (depth sampai sekitar 200 m) adalah merupakan fishing

ground yang banyak dipakai, tetapi dengan kapal yang lebih besar telah mungkin

melakukan penangkapan ikan-ikan dasar pada depth yang lebih dalam dari 350 m.

3. Penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin. Perkembangan teknologi

telah mampu menggantikan manusia yang menjaga alat yang digunakannya dengan

mesin yang serba otomatis, yang dengan pengurangan tenaga buruh keuntungan

akan lebih besar. Sebagai misal pemancing skipjack telah dapat dilakukan dengan

hanya menekan knop. Contoh lain misalnya pada squid fishing yang

menggunakan sistem mekanis untuk pemancingan. Ketiga hal tersebut diatas,

dapatlah diartikan sebagai suatu tanda penunjuk (indikator) perkembangan dari

perikanan tradisional ke arah perikanan industri (from tradisional fishing to industrial

fishing)

1.4 Beberapa Peristilahan yang Sering Digunakan.

Ada beberapa istilah yang sering dijumpai dalam tulisan-tulisan, demikian

pula dalam naskah ini. Sementara belum ada terjemahan resmi, istilah-istilah

tersebut di tulis sebagaimana adanya dan dibawah ini dicoba mengusahakan

terjemahan pengertiannya. Selanjutnya dalam naskah ini dengan perkataan ikan ,

sering telah termasuk juga pengertian aquatic resources ikan, yang juga menjadi

tujuan fishing.

- Fishing adalah usaha melakukan penangkapan ataupun pengumpulan ikan dan

jenis-jenis aquatic resources lainnya, dengan dasar pemikiran bahwa ikan dan

aquatic resources tersebut mempunyai nilai ekonomi.

- Fishing day adalah jumlah hari yang dipakai pada sesuatu operasi

penangkapan.

7
- Fishing operation adalah operasi penangkapan ikan

- Trip duration adalah lama waktu (hari) sejak saat load sampai unload,

termasuk lama waktu pelayaran ke dan dari fishing ground.

- Actual fishing day adalah jumlah hari dimanan usaha penangkapan betul-

betul dilakukan, tidak termasuk hunting day (pelayaran menemukan fishing

ground yang baru

- Fishing trip adalah Jumlah pelayaran untuk tujuan penangkapan dalam satu

satuan waktu (bulan, tahun), sering disingkat dengan trip/month, trip/year.

- Fishing technique adalah teknik untuk melakukan fishing, ysng berarti

bahwa kapal, alat dan cara telah tertentu.

- Fishing methods adalah kebiasaan, cara, metode yang dipergunakan

dengan mana ikan akan dapat tertangkap (ada juga yang menulis lebih

lengkap : fish cathcing methods).

- Fishing gears adalah alat-alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk

tujuan fishing.

- Fishing boat adalah kapal-kapal yang dipergunakan untuk tujuan fishing .Ada

juga istilah fishing vessel, fishing craft, selanjutnya dalam nashkah ini

dipakai istilah fishing boat.

- Fishing tactics adalah cara mengoperasikan jaring (alalat-alat),

menemukan ikan yang menjadi tujuan , juga cara memanfaatkan behaviour

untuk menaikkan effeciency dari sesuatu fishing methods.

- Bulk fishing adalah alat tangkap yang mampu menangkap ikan dalam

jumlah yang besar.

- Fishing Ground adalah perairan tempat melakukan kegiatan penangkapan

ikan.

8
- Fishing port adalah pelabuhan tempat berangkat atau merapatnya kapal

penangkapan ika.

- Catchable Area adalah area pada suatu perairan di mana ikan dapat di

tangkap.

Sebagai ilmu pengetahuan terapan, maka sulit untuk memberikan

pembatasan antara fishing method dengan fishing gears, demikian juga dari kedua

hal ini yang manakah lebih dahulu ada atau lebih dahulu dikenal oleh manusia

dalam sejarah perkembangan peradabannya, dengan perkataan lain dalam tahap

usaha selanjutnya manakah yang lebih dahulu ditentukan, apakah fishing method

yang menentukan fishing gear ataukah sebaliknya.

Untuk suatu fishing methods haruslah dilandasi dengan suatu pengetahuan

yang mendalam tentang fish behaviour, baik sebagai individu ikan maupun sebagai

suatu shoal, dalam saat tertentu ataupun dalam suatu periode musim, dalam

keadaan alamiah ataupun dalam keadaan diberikan perlakukan-perlakuan

penangkapan (Ayodyoa, 1981)

Perkembangan terakhir dibidang teknologi penangkapan ikan adalah bahwa

penangkapan ikan tidak hanya bertujuan untuk menangkap ikan sebanyak-

banyaknya, tetapi tetapi lebih ditekankan pada penangkapan ikan yang

berkelanjutan dengan prinsip-prinsip perikanan bertanggngjawab, yang lebih popular

biasa disebut dengan penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Dengan demikian

prinsip-prinsip konservasi untuk menjaga kelestarian ekosistem sumberdaya

perikanan lebih dikedepankan. Hal ini sesuai dengan instrument internasional yang

dikeluarkan oleh FAO tahun 1995, yang dikenal dengan Code of Conduct for

Responsible Fisheries (CCRF). Maka mulailah dilakukan beberapa pengaturan

9
seperti mesh size jaring (ukuran mata jaring) atau mengatur ukuran mata pancing

untuk menghindari ikan-ikan kecil tertangkap. Disamping itu suatu jenis alat tangkap

yang digunakan diharapkan menghindari tertangkapnya ikan-ikan yang dilindungi.

Program-program Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia juga

banyak mengarah kepada konservasi lingkungan seperti program pembuatan

rumah ikan yang dikembangkan oleh Balai Besar Penangkapan Ikan (BPPI),

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap di Semarang..

Pendekatan fisiologi dalam proses penangkapan ikan sudah mulai menjadi

perhatian. Sudah diketahui bahwa usaha untuk mengumpulkan ikan melalui alat

bantu cahaya telah lama dimanfaatkan oleh nelayan pada berbagai jenis alat

penangkapan ikan. Ahli-ahli penangkapan ikan sudah meneliti pergerakan visual sel

pada retina mata ikan untuk mengetahu berapa lama pencahayaan diberikan untuk

jenis ikan tertentu agar ikan senang berada disekitar alat tangkap. Warna lampu apa

yang sesuai digunakan untuk jenis ikan tertentu dan berapa intensitas cahaya yang

oftimal digunakan pada alat tangkap yang menggunakan cahaya. Ahli-ahli

penagkapan ikan di Jepang sudah melakukan peneliian secara mendalam mengenai

hal tersebut, yang menunjukkan bahwa perkembangan teknik penangkapan ikan

telah merambah ke berbagai bidang ilmu, seperti fisika, biologi dan ilmu teknik .

10
2.2. Lingkup penghiliran/penerapan

Dengan mengetahui klasifikasi alat dan metode penangkapan ikan maka

merupakan bahan awal saudara untuk mengenali penggolongan alat

tangkap sebagai dasar dalam melakukan manajemen penangkapan ikan.

2.3. Latihan

Kunjungilah salah satu kawasan perikanan tangkap yang terdekat, dan

lakukanlah analisis unit penangkapan ikan yang ada (nelayan, kapal dan alat

tangkap) dalam satu kawasan perikanan tangkap tersebut. Jumlah nelayan

beserta distribusi pendidikannya. Jenis alat tangkap apa saja yang ada, serta,

serta jenis dan ukuran perahu yang digunakannya.Buatlah tabulasi. Berikanlah

analisis terhadap tingkat pendidikan nelayan dan teknologi penangkapan ikan

yang digunakan oleh nelayan tersebut.

2.4. Tugas mandiri

Minggu depan kita akan pelajari klasifikasi alat dan metode penangkapan

ikan. Oleh sebab itu pelajari klasifikasi alat dan metode penangkapan ikan.

III. Penutup

3.1. Rangkuman

Secara prinsip, perkembangan metode penangkapan ikan tidaklah cepat.

Namun demikian penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di

seluruh dunia saat ini telah berkembang, sejalan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini ditandai dengan Perubahan

usaha penangkapan dari seekor demi seekor ke arah usaha

penangkapan dalam jumlah yang banyak, Perubahan dari fishing ground

11
ke arah yang lebih jauh dari pantai, Penggantian tenaga manusia dengan

tenaga mesin

3.2. Soal tes formatif

Belum ada teks formatif dalam pertemuan ini.

3.3. Daftar Pustaka

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri.

Bogor. 97 hal.

Brandt, A.V. 1984. Fish Catching Methods of the World. Fishing News Books

Ltd. England. 418 hal.

Sudirman dan A. Mallawa.2012. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Rineka

Cipta Jakarta

12
13

Anda mungkin juga menyukai