Anda di halaman 1dari 35

TEORI DASAR UMUM

A. Defenisi Fluida dan klasifikasinya


Fluida adalah zat yang mampu alir dan menyesuaikan bentuknya dengan
bentuk wadah yang ditempatinya, dan bilamana terkena tegangan geser, berapapun
kecilnya tegangan geser tersebut maka fluida tersebut akan bergerak dan berubah
bentuk secara terus-menerus mengikuti bentuk penampangnya selama tegangan
geser tersebut bekerja.
Gaya geser adalah komponen yang menyinggung permukaan, dan gaya ini
dibagi dengan luas permukaan tersebut adalah tegangan geser rata-rata pada
permukaan itu jadi dapat dikatakan bahwa fluida diam memiliki gaya geser sama
dengan nol.
Terdapat beberapa jenis fluida, antara lain :
1. Fluida berdasarkan wujud.
a. Fluida cair
Fluida yang memiliki partikel rapat dengan gaya tarik antar partikel
yang sangat kuat. Mempunyai permukaan bebas dan cenderung
mempertahankan volumenya, seperti air.
b. Fluida gas
Fluida yang memiliki partikel renggang dengan gaya tarik antar molekul
atau partikel yang sama relatif lemah. Partikelnya sangat ringan sehingga
dapat melayang bebas dan volumenya tak tentu, seperti udara.
2. Fluida berdasarkan kekentalan.
a. Fluida ideal
Fluida dimana tegangan geser antara partikel fluida dan antar fluida
dengan bidang batas tidak ada sehingga tidak memiliki kekentalan. Fluida
ideal hanya anggapan.
b. Fluida rill
Fluida yang memperhitungkan masalah kekentalan yang menyebabkan
tegangan geser antar partikel zat fluida dan antara fluida dengan permukaan
bidang yang bergerak dengan kecepatan berbeda. Contohnya air, minyak, oli
dan lain-lain.
3. Fluida berdasarkan kemampatannya
a. Fluida compressible
Fluida yang dapat dimampatkan, misalnya udara yang dapat
dimampatkan karena dalam suatu wadah volumenya dapat berkurang dengan
jalan ditekan.
b. Fluida incompressible
Fluida yang dianggap tidak dapat dimampatkan, seperti zat cair. Zat cair
cenderung mempertahankan volumenya, sehingga perubahan tekanan tidak
mampu merubah volumenya.
4. Fluida berdasarkan Hukum Newton atau hubungan tegangan geser dengan
du
gradien kecepatan .
dy
a. Fluida Newton
du
Fluida yang mengikuti hubungan : Fluida Newton
dy
merupakan fluida dengan tegangan geser berbanding lurus dengan gradien
du
kecepatan pada diagram.
dy
Fluida Newton adalah fluida-fluida dengan viskositas yang tidak
bergantung pada besar tegangan geser atau pada gradient (laju geser).
Contohnya : zat murni.
b. Fluida Non-Newton
Fluida-fluida yang viskositasnya bergantung pada tegangan geser
atau laju aliran. Contohnya : larutan polimer. Fluida ini dipengaruhi oleh
deformasi plastis akibat dislokasi partikel / perubahan tempat / posisi partikel
fluida karena adanya suatu perlakuan.
1. Fluida dilatent, jika viskositas apparent fluida bertambah seiring
meningkatnya deformasi (n > 1).
2. Fluida pseudoplastic, jika viskositas apparent fluida berkurang dengan
naiknya deformasi (n < 1).

Gambar 1: Diagram Fluida Newton


(www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123667-R220826...Literatur)
Hal-hal yang dapat menyebabkan fluida cair dan gas dapat mengalir, yaitu:

a. Perbedaan tekanan
b. Perbedaan temperatur
c. Perbedaan kedudukan (tinggi rendah).
(www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123667-R220826...Literatur)
B. Sifat-Sifat Fluida
Sifat-sifat fluida yaitu :

1. Memiliki viskositas
Memiliki viskositas, yaitu sifat fluida yang mendasari diberikannya
tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida. Viskositas menunjukkan resistensi
satu lapisan untuk meluncur (sliding) diatas lapisan lainnya. Definisi lain dari
viskositas dikaitkan dengan ada tidaknya geseran (shear). Dengan demikian,
viskositas berhubungan langsung dengan besarnya friksi dan tegangan geser
yang terjadi pada partikel-partikel fluida.
Sifat-sifat kerapatan dan massa jenis adalah ukuran dari beratnya
sebuah fluida. Namun jelas bahwa sifat-sifat ini saja tidak cukup untuk
mengkarakterisasi secara khas bagaiman fluida berprilaku karena dua fluida
(misalnya air dan minyak) yang memiliki nilai kerapatan hampir sama memiliki
prilaku yang berbedah ketika mengalir. Tampak ada sifat tambahan yang
diperlukan untuk menggambarkan fluiditas dari fluida. Fluida-fluida biasa
seperti air, minyak, bensin dan udara, tegangan dan laju regangan geser
(gradien kecepatan) dapat dikaitkan dengan suatu hubungan dalam bentuk.
du
= dy

dimana konstanta perbandingannya disimbolkan dengan huruf Yunani (mu)


dan disebuk sebagai viskositas mutlak, viskositas dinamik, atau viskositas
sajadari fluida tersebut. Berdasarkan persamaan diatas grafik antara terhadap
du/dy harus linier dengan kemiringan sama dengan viskositas tersebut, seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 2. Nilai viskositas yang sebenarnya
tergantung dari fluida tertentu, dan untuk setiap fluida tertentu pula
viskositasnya sangat tergantung pada temperatur seperti yang diilustrasikan
pada Gambar 2. Dengan dua kurva untuk air. Fluida-fluida yang tegangan
gesernya behubungan secara linier terhadap laju regangan geser (juga sering
disebut sabagai laju depormasi

Gambar 2 : variasi linier dari tegangan geser terhadap laju regangan geser fluida
(Fluid Mechanics. E-Munson)
2. Kontinu
Kontinu, merupakan suatu medium (zat antara) hipotetik yang kontinu
yang mengganti struktur molekuler yang sesamanya.
ds
IQ= dt

3. Memiliki berat jenis


Memiliki berat jenis, Memiliki berat jenis, berat jenis dari suatu fluida,
dilambangkan dengan huruf Yunani (gamma) didefinisikan sebagai berat
fluida persatuan volume. Berat jenis berhubungan dengan kerapatan melalui
persamaan
= .g
Dimana g adalah percepatan gravitasi lokal. Seperti halnya kerapatan
yang digunakan untuk mengkarakteristikkan massa sebuah sistem fluida, berat
jenis digunakan untuk mengkarakteristikkan berat deri sistem tersebut.
4. Gas ideal
Gas ideal, gas-gas yang sangat mudah untuk dimanpatkan (sangat
mampun mampat) dibandingkan dengan zat cair, dimana perubahan kerapatan
gas berhubungan langsung dengan perubahan tekanan dan tempertur mel;alui
persamaan
p = RT
dimana p adalah tekanan mutlak, kerapatan , T temperatur mutlak2 dan R
konstanta gas. Persamaan diatas disebut sebagai hukum gas ideal atau gas
sempurna, atau persamaan keadaan gas ideal. Perilaku ini diketahui sangat
mendekati perilaku gas-gas riil dibawah kondisi yang normal apabila gas-gas
tersebut tidak mendekati keadaan pencairannya.
5. Modulus elastisitas curahan
Modulus elastisitas curahan, kemampuan cairan dinyatakan dengan
modulus elastisitas curahan, kemampumampatan sangat penting jika
menyangkut perubahan tekanan yang mendadak atau perubahan tekanan yang
besar.
dv
K = - (dp/( V ))

6. Memiliki densitas
Memiliki densitas (massa jenis) dan berat spesifik, densitas adalah
massa per satuan volume, sedangkan berat spesifik adalah berat per satuan
volume. Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi densitas suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Densitas rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki densitas lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki densitas lebih rendah (misalnya air). Satuan SI
densitas adalah kilogram per meter kubik (kgm-3).
Densitas berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki densitas
yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan
memiliki densitas yang sama. Rumus untuk menentukan densitas adalah

m=V

keterangan : m = massa
= denasitas
V = volume
7. Memiliki gravitasi jenis
Memiliki gravitasi jenis, gravitasi jenis sebuah fluida dilambangkan
sebagai SG, didefinikan sebagai perbandingan kerapatan fluida tersebut dengan
dengan kerapatan air pada sebuah temperatur tertentu. Biasanya temperatur
tersebut adalah 4 (39,2 ), dan temperatur ini dikerapatan air adalah 1,94
slugs/ft3 dalam bentuk persamaan

Dan karena gravitasi jenis adalah perbandingan kerapatan, nilai SG tidak


tergantung pada sistem satuan yang digunakan.
(Fluid Mechanics. E-Munson)
C. Jenis-jenis Aliran Fluida
Penggolongan jenis-jenis aliran dapat dengan banyak cara, seperti turbulen,
laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, stedi, tak stedi ; seragam,
tak seragam ; rotasional dan tak rotasional.
Namun pada umumnya aliran fluida dalam pipa dibedakan atas dua
macam yaitu aliran laminar dan turbulen.
Dalam aliran laminar, partikel-partikel fluida bergerak sepanjang lintasan-
lintasan yang halus secara lancar dalam lapisan-lapisan, atau lamina-lamina, dengan
satu lapisan meluncur pada lapisan yang bersebelah dengan saling tukar momentum
secara molekular saja. Kecenderungan kearah ketidakstabilan dan turbulensi
diredam habis oleh geser yang memberikan tahanan terhadap gerakan relatif lapisan-
lapisan fluida yang bersebelahan.
Sedangkan aliran turbulen dapat didefinisikan sebagai aliran dengan gerakan
partikel-paertikel fluida yang tidak menentu, dengan saling tukar momentum dalam
arah melintang. Turbulen dapat berskala kecil, yang terdiri dari sejumlah pusaran
kecil yang cepat mengubah energi mekanik menjadi ketakmampuan balik.
Berikut jenis-jenis aliran, antara lain :
1. Aliran internal adalah aliran yang terkurung dan lapisan batasnya tumbuh
sampai dapat meliputi seluruh fluida. Contohnya aliran dalam pipa.
2. Aliran eksternal adalah aliran yang tak terbatas pergerakannya di sekeliling
permukaan benda padat contohnya aliran di luar pipa.
3. Aliran adiabatic adalah aliran fluida tanpa terjadinya perpindahan panas ke atau
dari fluida. Aliran adiabatic mampubalik (adiabatic tanpa gesekan) disebut
aliran isentropic.
4. Aliran steadi (aliran tunak) terjadi kecepatan dari titik ke titik di dalam fluida
dimana tidak berubah dengan waktu.
5. Aliran taksteadi adalah kecepatan dari titik ke titik berubah dengan waktu
6. Aliran seragam terjadi bila, di tiap titik, vektor kecepatannya adalah sama
secara identik (dalam besar serta arahnya) untuk setiap saat tertentu. Dalam
bentuk persamaan, av /at =0, dimana waktu ditahan konstan dan ds adalah
perpindahan dalam arah manapun. Persamaan tersebut menyatakan bahwa
tidak terdapat perubahan vektor kecepatan dalam arah manapun di seluruh
fluida pada saat manapun . Persamaan ini tidak mengatakan apa-apa
mengenai perubahan kecepatan di suatu titik terhadap waktu. Contoh aliran
stedi dan takstedi seta aliran seragam dan takseragam adalah: aliran cairan
melalui pipa yang panjang dengan laju konstan (aliran seragam stedi) aliran
cairan melalui pipa yang panjang dengan laju yang menurun (aliran seragam
tak stedi) ; aliran melalui tabung yang membesar dengan laju yang konstan
(aliran seragam stedi) ; dan aliran melalui tabung yang membesar dengan laju
yang meningkat (aliran tak seragam tak stedi).
7. Aliran Vorteks /Aliran rotasional, jika partikel-partikel fluida di dalam suatu
daerah mempunyai rotasi seputar suatu sumbu alirannya. Dan jika fluida di
dalam suatu daerah tidak mempunyai rotasi disebut aliran takrotasional.
(http://nino-ninerante.blogspot.com/2011/10/...macam-macam aliran -zat.html)
D. Bilangan Reynolds dan Klasifikasinya
Bilangan Reynolds adalah suatu bilangan tak berdimensi yang digunakan
untuk menentukan jenis aliran, apakah aliran itu tergolong aliran laminar atau
aliran turbulent. Hal ini dikemukakan oleh Osborne Reynolds pada tahun 1883
Versi sederhana dari teorema transport yang menghubungkan konsep sistem
dengan konsep volume atau dapat diperoleh dengan mudah untuk aliran satu
dimensi melalui sebuah volume atur yang tetap seperti ditunjukkan pada gambar
3a. Kita meninjau volume atur sebagai volume yang diam didalam pipa atau
saluran antara bagian (1) dan (2) sebagaimana yang ditunjukkan. Sistem yang kita
tinjau adalah fluida yang menempati volume atur tersebut pada suatu keadaan awal
t. Sesaat kemudian pada waktu t + t, sistem telah bergerak sedikit ke kanan.
Partikel-partikel yang bertepatan dengan bagian (2) dari permukaan atur pada saat
t telah bergerak sajauh l 1=V2. t , dimana V1 adalah kecepatan fluida di bagian
(1). Kita mengasumsikan bahwa fluida mengalir melintari bagian (1) dan (2) pada
arah normal terhadap permukaan ini dan V1 dan V2 konstan melintasi bagian (1)
dan (2) pada arah normal terhadap permukaan ini dan V1 dan V2 konstan melintasi
bagian (1) dan (2).
Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3b. Aliran keluar dari volume atur
dari waktu t sampai t + t dilambangkan sebagai volume II, sedangkan aliran
masuk sebagai volume I, dan volume atur sendiri sebagai CV. Jadi sistem pada
saat t terdiri dari fluida di bagian CV (SYS = CV pada saat t), sementara saat t
+ t, sistem terdiri dari fluida yang sama yang sekarang menempati bagian (CV-
1)+ II. Artinya, SYS = CV-1 + II pada t + t. Volume atur selamanya tetap
berada pada bagian CV .

Gambar 3: Volume atur dan sistem untuk aliran melalui pipa dengan luas penampang
(Fluid Mechanics. E-Munson)
Bilangan Reynolds adalah perkalian dari massa jenis aliran dengan
kecepatan aliran dan diameter penampang yang kemudian dibagi dengan
viskositas dinamis.
Bilangan Reynolds sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida dan
kekentalan fluida. Bilangan Reynolds terbagi dua, yaitu :
1. Internal flow
Merupakan aliran fluida yang mengalir di dalam pipa. Untuk aliran
internal, jenis aliran yang terjadi dapat diketahui dengan mendapatkan bilangan
Reynoldnya dari persamaan:
V .D
Re
v
Keterangan : Re = Bilangan Reynold
V = Kecepatan Fluida m s
D = Diameter pipa/saluran m

v = Viskositas Kinematis m s
2
2. Eksternal Flow
Adalah aliran fluida diluar atau aliran fluida yang mengalir pada
permukaan suatu benda. Untuk menentukan jenis aliran, dapat diketahui dengan
menentukan nilai bilangan Reynoldsnya dengan persamaan :
V.L
Re
v
Keterangan : Re = Bilangan Reynold
V = Kecepatan Fluida m
s
L = Panjang Karakteristik benda m
v = Viskositas Kinematis m s
2

Bukti Reynold tidak memiliki satuan :


VL
Re =
v

m m
m 2 s

Re = s = 2
m2 s m
s
Batasan bilangan Reynolds :

1. Untuk aliran internal


Turbulent : Re > 4500
Laminar : Re < 2300
Transisi : 2300 < Re < 4500
2. Untuk aliran eksternal
Turbulen : Re > 1000000
5
Laminar : Re < 5. 10
Transisi : 500000 < Re < 1000000
(http://sanggapramana.wordpress.com/2010/09/11/bilangan-reynolds/)

E. Bilangan Mach
Bilangan Mach merupakan perbandingan antara kecepatan aliran fluida
dengan kecepatan suara pada fluida tersebut. Bilangan mach digunakan juga
sebagai parameter untuk menentukan jenis aliran termampatkan.
VB
Ma
VS
Dimana: Ma = Bilangan Mach
VB = Kecepatan aliran fluida (m/s)
VS = Kecepatan Suara (m/s)
Klasifikasi bilangan Mach

1. Ma < 0.3 = aliran tak termampatkan


2. 0.3 < Ma < 0.8 = aliran subsonic
3. 0.8 < Ma < 1.2 = aliran transonic
4. 1.2 < Ma < 3.0 = aliran supersonic
5. Ma > 3.0 = aliran hypersonic
Kecepatan suara dapat dirumuskan dengan persamaan a = 20.047sqrt(T), di
mana T adalah temperatur udara (K), dan a adalah kecepatan suara (m/s).
Persamaan tersebut berlaku untuk gas sempurna. Harga kecepatan suara untuk
atmosfer standar berdasarkan U.S. Standard Atmosphere, 1962 dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 1: kecepatan suara untuk atmosfer standar berdasarkan


U.S. Standard Atmosphere, 1962
(http://id.wikipedia.org/wiki/Mach)
F. Jenis-jenis Nozzel
Nossel merupakan alat yang biasanya digunakan dalam sistem perpipaan
atau aliran yang berfungsi untuk mengubah kecepatan dan tekanan pada aliran
tersebut.
Macam-macam nossel antara lain:

1. Nossel konvergen
Nossel konvergen, yaitu nossel dengan penampang mula-mula yang
besar yang kemudian mengecil pada bagian keluarnya sehingga kecepatan
aliran menjadi tinggi dan tekanannya turun.

Gambar 4: Nossel Konvergen


(http://www.scribd.com/doc/55071650/Nosel)

Nozzle konvergen digunakan pada banyak mesin jet. Jika rasio


tekanan nozzle berada di atas nilai kritis (sekitar 1,8: 1) nozzle konvergen
akan tersedak, sehingga beberapa ekspansi ke tekanan atmosfer yang terjadi
hilir tenggorokan (area aliran yaitu terkecil), setelah jet. Meskipun
momentum jet masih menghasilkan banyak dorong kotor,
ketidakseimbangan antara tenggorokan tekanan statis dan tekanan atmosfer
masih menghasilkan beberapa (tekanan) dorong.

2. Nossel divergen
Nossel divergen adalah nossel dengan penampang mula-mula yang
kecil kemudian membesar pada bagian keluarnya sehingga kecepatannya turun
dan tekanannya naik
Gambar 5: Nossel Divergen
(http://www.scribd.com/doc/55071650/Nosel)

3. Nossel konvergen-divergen, yaitu merupakan gabungan dari nossel konvergen


dan nossel divergen.

Gambar 6: Nossel Konvergen-Divergen


(http://www.scribd.com/doc/55071650/Nosel)
Adapun aplikasi nozzel yaitu

1. Nozzle kerucut (cone nozzle)


Solid cone nozzle menghasilkan semprotan halus. Pola semprotan
berbentuk bulat (kerucut). Terdiri dari 2 tipe, yaitu zolid/full cone nozzle dan
Hollow cone nozzle. Solid cone nozze pola semprotan bulat penuh berisi,
sedangkan hollow cone nozzle menghasilkan semprotan berbentuk kerucut
bulat kosong. Digunakan terutama untuk aplikasi insektisida dan fungisida.

Gambar 7: Nozel Kerucut (cone nozzle)


http://www.pabriksprayer.com/blog/tipe-tipe-nozzle-untuk-knapsack-sprayer
2. Nozel kipas standar (Flat Fan Nozzle)
Flat fan nozzle menghasilkan pola semprotan berbentuk oval (V) atau
bentuk kipas dengan sudut tetap (65o 95o). Untuk mendapatkan sebaran
droplet yang merata diusahakan melakukan penyemprotan dengan saling
tumpang tindih (overlapping). Digunakan terutama untuk aplikasi herbisida,
tetapi bisa juga digunakan untuk fungisida dan insektisida.

Gambar 8: Nozel kipas standar (Flat Fan Nozzle)


http://www.pabriksprayer.com/blog/tipe-tipe-nozzle-untuk-knapsack-sprayer
3. Nozel kipas rata (Even Flat Fan Nozzle)
Even flat nozzle memiliki pola semprot berbentuk garis. Butiran
semprot tersebar merata. Pada tekanan rendah digunakan untuk aplikasi
herbisida pada barisan tanam atau antar barisan tanam. Pada tekanan tinggi,
digunakan untuk aplikasi insektisida pada pengendalian vektor. Ukuran butiran
semprot sedang hingga halus.

Gambar 9: Nozel kipas rata (Even Flat Fan Nozzle)


http://www.pabriksprayer.com/blog/tipe-tipe-nozzle-untuk-knapsack-sprayer
4. Nozel Polijet
Nozel Polijet Pola semprotan pada dasarnya berbentuk garis atau cerutu.
Butiran semprot agak kasar hingga kasar. Tidak atau sangat sedikit
menimbulkan drift dan hanya digunakan untuk aplikasi herbisida.

Gambar 10: Nozel Polijet


http://www.pabriksprayer.com/blog/tipe-tipe-nozzle-untuk-knapsack-sprayer
5. Nozel lubang empat
Nozel ini menghasilkan pola semprotan berbentuk kerucut. Butiran
semprot halus sampai agak halus (tergantung tekanan). Flow rate tinggi (karena
jumlah lubangnya empat) karena itu cenderung boros. Umumnya digunakan
untuk aplikasi insektisida dan fungisida.

Gambar 11: Nozel lubang empat


http://www.pabriksprayer.com/blog/tipe-tipe-nozzle-untuk-knapsack-sprayer
6. Nozel Cakram Putar ( Spinning Disc Nozzel)
Nozel ini biasanya digunakan pada alat micronair Ultra Low Volume
(ULV), menghasilkan butiran semprot yang sangat halus.

Gambar 12: Nozel Cakram Putar ( Spinning Disc Nozzel)


http://www.pabriksprayer.com/blog/tipe-tipe-nozzle-untuk-knapsack-sprayer
G. Hukum kekekalan Energi, Massa, dan Momentun
1. Hukum Kekekalan Energi
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnahkan, tetapi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke
bentuk energi lain.
Em1 = Em2
Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2
Keterangan: Em1, Em2: energi mekanik awal dan energi mekanik akhir (J).
Ek1, Ek2 : energi kinetik awal dan energi kinetik akhir (J).
Ep1, Ep2 : energi potensial awal dan energi potensial akhir (J).
2. Pengertian Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa atau sering disebut sebagai hukum Lavoisier
adalah hukum yang menyatakan bahwa reaksi yang melibatkan perpindahan
materi dan energi pada sistem tertutup, massa sistem akan tetap konstan (tidak
berubah). Kuantitas massa tidak dapat berubah jika tidak ditambahkan atau
dilepaskan secara sengaja. Dengan demikian, massa bersifat kekal. Hukum
kekekalan massa menyatakan bahwa massa tidak dapat diciptakan maupun
dimusnahkan, sama halnya seperti energi. Hukum Lavoisier mencakup pada
semua reaksi kimia, reaksi nuklir, dan reaksi peluruhan pada sistem
tertutup (terisolasi).
Hukum kekekalan massa (Persamaan Kontunuitas), sebuah sistem
didefinisikan sebuah kumpulan dari isi yang tidak berubah, maka prinsip
kekekalan massa untuksebuah sistem dinyatakan secara sederhana sebagai
Laju perubahan terhadap waktu dari massa sistem = 0

Atau
= 0

Di mana massa sistem, , lebih umum dinyatakan sebagai

= d

Dan pengintegralan meliputi seluruh volume sistem. Dengan kata-kata,


Persamaan diatas menyatakan bahwa massa sistem sama dengan jumlah dari
seluruh perkalian kecepatan-unsur volume dari isi sistemnya.
Untuk sebuah sistem dan sebuah volume atur tetap dan tidak
berdeformasi yang berimpit pada suatu saat yang sama, seperti yang
diilustrasikan pada gambar dibawah, teorema transport reynold dengan B =
massa dan b = 1 memungkinkan kita untuk menyatakan bahwa


d =
d + V . n dA

Atau

Laju perubahan laju perubahan laju aliran netto


Terhadap waktu terhadap waktu dari massa melalui
Dari massa sistem = dari massa dari + permukaan atur
Yang berimpit kandungan volume
Atur yang berimpit
Gambar 13 : sistem dan volume atur pada waktu yang berbeda. (a) Sistem dan
volume atur pada t t. (b) Sistem dan volume atur pada waktu t, kondisi yang
berimpit (c) sistem dan volume atur pada t + t.
(Fluid Mechanics. E-Munson)
3. Hukum kekekalan momentum
Dalam fisika, momentum adalah besaran yang berhubungan dengan
kecepatan dan massa suatu benda. Hukum kekekalan momentum adalah salah
satu hukum dasar yang ada dalam ilmu Fisika. Hukum ini menyatakan bahwa
Momentum total dua buah benda sebelum bertumbukan adalah sama setelah
bertumbukan. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa nilai momentum total
ketika benda bertumbukan adalah konstan atau tidak berubah. Untuk
memahami hukum ini, dapat kita mulai dengan memahami Hukum ketiga
Newton tentang Aksi-Reaksi.
Bayangkan tabrakan antara dua buah benda; benda 1 dan benda 2.
Dalam Hukum ketiga Newton, gaya yang bekerja ketika bertabrakan adalah
sama besar tetapi berlawanan arah. Dalam bahasa matematis dapat dituliskan
dengan: F1 = F2
Gaya yang bekerja pada masing-masing benda yang bertumbukan
terjadi selama selang waktu tertentu. Terlepas dari lama tidaknya kontak gaya
itu terjadi, selang waktu ini sama untuk benda 1 dan benda 2. Artinya bahwa,
selang waktu bekerjanya gaya dari benda 1 kepada benda 2 sama dengan selang
waktu bekerjanya gaya benda 2 kepada benda 1. Dapat dituliskan dengan:
t1 = t2
Sebagai konsekuensi dari gaya yang bekerja pada kedua benda adalah
sama besar/berlawanan arah dan selang waktu terjadinya gaya tersebut juga
sama, maka implus yang terjadi pada dua benda tersebut nilanya sama dan
berlawanan arah. Dalam persamaan matematis, dituliskan dengan:
F1*t1 = F2*t2
Dari teori perubahan implus-momentum, bahwa implus yang terjadi
pada suatu benda sama dengan perubahan momentumnya. Dengan demikian,
karena setiap benda mangalami implus yang sama besar dan berlawanan arah
maka secara logis setiap benda itu juga mengalami perubahan memomentum
yang sama besar dan berlawanan arah. Secara matematis, dituliskan:
1 . 1 = 2 . 2
Persamaan di atas adalah salah satu dari pernyataan hukum kekekalan
momentum. Dalam setiap tumbukan, perubahan momentum benda 1 sama
dengan dan berlawanan arah dari perubahan momentum benda 2.

Gambar 14 : Ilustrasi mobil sebelum dan sesudah tumbukan


(https://artikelnesia.com/2012/09/27/pembahasan-hukum-kekekalan-momentum/)
H. Persamaan Bernoulli Dan Penurunannya

Gambar 15: Danier Bernoulli


(http://www.scribd.com/doc/Hukum-Bernoulli-Dan-Hukum-Kontinuitas)
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida
akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya
merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa
jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan
jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari
nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli. Dalam bentuknya
yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan
Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan (incompressible
flow), dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan (compressible flow).

a. Aliran Tak-termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang
aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air, berbagai jenis
minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-
termampatkan adalah sebagai berikut:

dimana: v = kecepatan fluida


g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan fluida
= densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Aliran bersifat tunak (steady state)
2. Tidak terdapat gesekan (inviscid)
Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai
berikut:

b. Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan
Bernoulli untuk aliran termampatkan adalah sebagai berikut:

dimana: = Energi potensial gravitasi per satuan massa; jika


gravitasi konstan maka
= Entalpi fluida per satuan massa
Catatan: ,

di mana adalah energi termodinamika per satuan massa, juga disebut


sebagai energi internal spesifik.
(http://www.scribd.com/doc/Hukum-Bernoulli-Dan-Hukum-Kontinuitas)

Gambar 16: Persamaan Bernoulli


(http://1.bp.blogspot.com/_1kmYwwOurm4/TBkvMBed...Fbernoulli-1.jpg)

Penurunan Bernoulli dari rumus usaha :


W = Em
W = Ep + Ek
W1 = F1 . X1 karena F1 = P1 . A1 ; volume V1 = A1. X1
Maka, W1 = P1 A1 . X1
= P1. V1

W2 = -P2 . V2

Jadi, usaha total yang dilakukan fluida adalah:


W = W1 + W2
= P1. V P2. V
W = V ( P1 P2 )
Bila massa jenis fluida = dan massa fluid = m
m
V=

m
Maka ; W = ( P1-P2 )

Untuk perubahan energi potensial ( Ep ) dalam selang waktu t
Ep = Ep2 Ep1
= mgh2 mgh1
Ep = mg ( h2 h1 )
Untuk perubahan Energi kinetis ( Ek ) :
Ek = Ek2 Ek1
= mV22 - mV12
= m (V22-V12)
W = Ep + Ek
(P1-P2). m/ = mg (h2-h1) + m (V22-V12)
Kalikan ke-2 rumus dengan / m, diperoleh:
P1-P2 = g (h2-h1) + (V22-V12).
P1-P2 = gh2 - g h1 + V22 - V12
P1 + gh1 + V12 = P2 + gh2 + V22
P + gh + V2 = konstan
Penurunan persamaan Bernoulli menjadi rumus kecepatan :
P1 + g h1 + V12 = P2 + g h2 + V22
V12 - V22 = P1 - P2
( V12 V22 ) = P
V2 = 2 P/
Prinsip Bernoulli
2 2
P1 V1 P V
z1 2 2 z2
g 2 g g 2 g
Keterangan: Z1 = tinggi pipa pada titik 1
Z2 = tinggi pipa pada titik 2
P = tekana fluida
V = kecepatan fluida
Bila z1 = z2 maka persamaan di atas menjadi:
2 2
P1 V1 P2 V2

g 2 g 1 g 2 g
V1 V2 P P
2 2
2 1
2g g
V1 V2 P
2 2


2
V1 (0) 2 P
2

;
2
nilai V2 dianggap nol diakibatkan adanya gaya-gaya yang bekerja pada saat
fluida keluar sehingga menyebabkan kecepatan fluida tersebut kecil atau dapat
dianggap nol maka:

P
2
V1 2P
V1 2
2
2P
V

(http://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_Bernoulli)

I. Hukum-hukum Dasar
1. Hukum Newton

Gambar 17: Sir Isaac Newton


(id.wikipedia.org/wiki/Hukum_gerak_Newton)
Hukum Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika
klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada
suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum Newton dibedakan atas 3
hukum yaitu :
a) Hukum Newton I
Setiap benda akan tetap bergerak lurus beraturan atau tetap dalam
keadaan diam jika ada resultan, gaya (F) bekerja pada benda itu yaitu :

F = 0 , a = 0, V = 0 (konstan)

b) Hukum Newton II
Menyatakan bahwa gaya sama dengan perbedaan momentum (massa
dikali kecepatan) tiap perubahan waktu.

F = m. a
c) Hukum newton III
Setiap aksi pasti terdapat reaksi yang searah dan berlawanan arah.
F1 = F1
(id.wikipedia.org/wiki/Hukum_gerak_Newton)

1. Hukum Archimedes

Gambar 18: Archimedes


(http://id.wikipedia.org/wiki/Archimedes)
Hukum Archimedes mengatakan bahwa "Jika suatu benda dicelupkan ke
dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan keatas yang sama
besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut".

FA = . g . v

Keterangan : FA = Tekanan Archimedes (N/m3)


= Massa Jenis Zat Cair (Kg/ m3)
g = Gravitasi (N/Kg)
V = Volume Benda Tercelup (m3)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Archimedes)

2. Hukum Pascal

Gambar 19: Pascal


(http://id.wikipedia.org/wiki/Blaise_Pascal)
Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan zat cair dalam
ruang tertutup dteruskan ke segala arah dengan sama besar. Perbedaan tekanan
karena perbedaan kenaikan zat cair diformulakan sebagai berikut:
P = . g. (H)
Dimana : P : tekanan hidrostatik (Pa)
: kepekatan zat cair (kg/m3)
g : kenaikan permukaan laut terhadap gravitasi bumi (m/s 2)
H : perbedaan ketinggian fluida (m)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Blaise_Pascal)
3. Hukum Bernoulli

Gambar 20: Danier Bernoulli


(http://www.scribd.com/doc/Hukum-Bernoulli-Dan-Hukum-Kontinuitas)
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida
akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini
sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang
menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup
sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel
Bernoulli. Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat
dua bentuk persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-
termampatkan (incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida
termampatkan (compressible flow).
a. Aliran Tak-termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang
aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air, berbagai jenis
minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-
termampatkan adalah sebagai berikut:

di mana: v = kecepatan fluida


g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan fluida
= densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Aliran bersifat tunak (steady state)
2. Tidak terdapat gesekan (inviscid)
Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai
berikut:

b. Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan
Bernoulli untuk aliran termampatkan adalah sebagai berikut:

dimana: = Energi potensial gravitasi per satuan massa; jika


gravitasi konstan maka
= Entalpi fluida per satuan massa
Catatan: ,

di mana adalah energi termodinamika per satuan massa, juga disebut sebagai
energi internal spesifik.
(http://www.scribd.com/doc/Hukum-Bernoulli-Dan-Hukum-Kontinuitas)
4. Persamaan Kontiunitas
Massa fluida yang bergerak tidak berubah ketika mengalir. Fakta ini
membimbing kita pada hubungan kuantitatif penting yang disebut persamaan
kontinuitas.

Gambar 21: Laju Aliran Massa


(http://www.scribd.com/doc/Hukum-Bernoulli-Dan-Hukum-Kontinuitas)
Volume fluida yang mengalir pada bagian pertama, V1, yang melewati
luasan A1 dengan laju v1 selama rentang waktu t adalah A1v1 t. Dengan
mengetahui hubungan Volume dan Massa jenis, maka laju aliran massa yang
melalui luasan A1 adalah:

Keadaan yang sama terjadi pada bagian kedua. Laju aliran massa yang
melewati A2 selama rentang waktu t adalah: Volume fluida yang mengalir (2
A2 V2 ) selama rentang waktu t pada luasan A1 akan memiliki jumlah yang
sama dengan volume yang mengalir pada A2. Dengan demikian:
Atau

.A.V = konstan (tetap)


(http://www.scribd.com/doc/Hukum-Bernoulli-Dan-Hukum-Kontinuitas)
J. Jenis-Jenis Alat Ukur
Berikut ini beberapa alat ukur yang digunakan dalam pengambilan data
mekanika fluida :
1. Manometer Diferensial digunakan untuk mengukur tekanan antara dua tempat
pada satu pipa atau antara dua pipa. Manometer diferensial terdiridar ipipa U
dimana kedua ujungnya terletak pada tempat yang diukur.
2. Manometer adalah suatu alat pengukur tekananyangmenggunakan kolomcairan
untuk mengukur perbedaan tekanan antara suatu titik tertentu dengan tekanan
atmosfer (tekanan terukur),atau perbedaan tekanan antara dua titik.
3. Flow meter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui adanya suatu aliran
matrial ( liquid, gas, powder ) dalam suatu jalur aliran, dengan segala aspek
aliran itu sendiri yaitu kecepatan aliran atau flow rate dan total massa atau
volume dari matrial yang mengalair dalam jangka waktu tertentu atau sering
disebut dengan istilah totalizer.
4. Thermometer adalah alat untuk mengukur suhu. Termometer analog bisa juga
disebut sebagai termometer manual, karena cara pembacaannya masih manual.
Penggunaan air raksa sebagai bahan utama thermometer karena koefisien muai
air raksa terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan atau
penurunan suhu hampir selalu sama. Namun ada juga beberapa termometer
keluarga mengandung alkohol dengan tambahan pewarna merah. Termometer
ini lebih aman dan mudah untuk dibaca.
5. Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara.
Barometer umum digunakan dalam peramalan cuaca, dimana tekanan udara
yang tinggi menandakan cuaca yang "bersahabat", sedangkan tekanan udara
rendah menandakan kemungkinan badai.
(http://transmisi2010.blogspot.co.id/2014/03/mekanika-fluida.html)
K. Tabel A.1 dan Tabel A.2
Tabel A.1
KERAPATAN DAN KEKENTALAN AIR PADA 1 atm
T, oC , kg/m3 , (N . s)/m2 v, m2/s T, oF , slug/ft3 , (lb.s)/ft2 v, ft2/s
0 1000 1.788 E 6 1.788 E 6 32 1.940 3.73 E 5 1.925 E 5
10 1000 1.307 E 6 1.307 E 6 50 1.940 2.73 E 5 1.407 E 5
20 998 1.003 E 6 1.005 E 6 68 1.937 2.09 E 5 1.082 E 5
30 996 0.799 E 6 0.802 E 6 86 1.932 1.67 E 5 0.864 E 5
40 992 0.657 E 6 0.662 E 6 104 1.925 1.37 E 5 0.713 E 5
50 988 0.548 E 6 0.555 E 6 122 1.917 1.14 E 5 0.597 E 5
60 983 0.467 E 6 0.475 E 6 140 1.908 0.975 E 5 0.511 E 5
70 978 0.405 E 6 0.414 E 6 158 1.897 0.846 E 5 0.446 E 5
80 972 0.355 E 6 0.365 E 6 176 1.886 0.741 E 5 0.393 E 5
90 965 0.316 E 6 0.327 E 6 194 1.873 0.660 E 5 0.352 E 5
100 958 0.283 E 6 0.295 E 6 212 1.859 0.591 E 5 0.318 E 5

Tabel A.2
KERAPATAN DAN KEKENTALAN UDARA PADA 1 atm
T, oC , kg/m3 , (N . s)/m2 v, m2/s T, oF , slug/ft3 , (lb.s)/ft2 v, ft2/s
40 1.52 1.51 E 5 0.99 E 5 40 2.94 E 3 3.16 E 7 1.07 E 4
0 1.29 1.71 E 5 1.33 E 5 32 2.51 E 3 3.58 E 7 1.43 E 4
50 1.09 1.95 E 5 1.79 E 5 122 2.12 E 3 4.08 E 7 1.93 E 4
100 0.946 2.17 E 5 2.30 E 5 212 1.84 E 3 4.54 E 7 2.47 E 4
150 0.835 2.38 E 5 2.85 E 5 302 1.62 E 3 4.97 E 7 3.07 E 4
200 0.746 2.57 E 5 3.45 E 5 392 1.45 E 3 5.37 E 7 3.71 E 4
250 0.675 2.75 E 5 4.08 E 5 482 1.31 E 3 5.75 E 7 4.39 E 4
300 0.616 2.93 E 5 4.75 E 5 572 1.20 E 3 6.11 E 7 5.12 E 4
400 0.525 3.25 E 5 6.20 E 5 752 1.02 E 3 6.79 E 7 6.67 E 4
500 0.457 3.55 E 5 7.77 E 5 932 0.89 E 3 7.41 E 7 8.37 4
L. Tabel Konversi Satuan
M. Diagram Moody
M. Nomenklatur
NOTASI KETERANGAN SATUAN
Kerapatan fluida Kg/m3
V Kecepatan fluida m/s
R Konstanta Gas J/KgK
G Gaya gravitasi Bumi m/s2
o
T Temperatur Fluida C
c Panjang Chord M
Viskositas Dinamis fluida Ns/m2
v Viskositas Kinetis fluida m2/s
FL Gaya Lift N
CL Koefisien Lift
Vs Kecepatan Suara m/s
Ma Mach Number
Re Bilangan Reynold
Po Tekanan Atmosfir Pa
CD Koefisien Drag
CDP Koefisien Drag akibat pengaruh tekanan
CDF Koefisien Drag akibat pengaruh gesekan
Tegangan Geser dalam pipa N/m2
Un Distribusi Kecepatan m/s
Pst Tekanan Statis N/m2
Pdin Tekanan Dinamis N/m2
CDn Koefisien gesek nossel
Hf Kerugian gesek M
K Koefisien kerugian belokan
Q Debit m3/s
A Luas penampang m2
Le Panjang equivalen M
m Laju Penurunan gelombang s-1
Y Panjang Penurunan gelombang M
X Kecepatan Penurunan Gelombang m/s
Kecepatan Sudut rad/s
V1 Perubahan Kecepatan m/s
H Amplitudo M
Tekp Periode osilasi eksperimen s
Tth Periode osilasi theoritis s
Fs Faktor gesek
Ek Energi Kinetik J/s
m Distribusi tegangan geser N/m2
b Bentangan airfoil M
SG Gravitasi jenis
m Laju aliran masa Kg/s
R Jari-jari pipa M
d Diameter Nossel mm
P Beban Kg
(http://transmisi2010.blogspot.co.id/2014/03/mekanika-fluida.html)

Anda mungkin juga menyukai