Oleh:
Galih Kemal Pratama
C111 13 007
Pembimbing Residen:
dr. Dwiwahyu Ningsih
Supervisor:
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ
1
HALAMAN PENGESAHAN
Supervisor Pembimbing,
2
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2017
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oleh:
Galih Kemal Pratama
C111 13 007
Pembimbing Residen:
dr. Dwiwahyu Ningsih
Supervisor:
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ
3
LAPORAN KASUS
DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F32.4)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.Nurmiah
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 15 Agustus 1980
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan/Sekolah : Ibu Rumah Tangga/Tamatan SD
Alamat : Jl. BTN PNS Blok 12 No.2, Kendari
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada
tanggal 3 April 2017, diantar oleh kakak pasien.
LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dari pasien sendiri dan allo
anamnesis dari :
Umur : 36 Tahun
I. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan utama
Gelisah
2. Riwayat gangguan sekarang
4
a) Keluhan dan Gejala
Seorang perempuan usia 36 tahun datang ke poli RSKD diantar
bersama kakak pasien untuk pertama kalinya dengan keluhan gelisah
yang memberat 3 bulan terakhir ini. Pasien sering ingin keluar dari
ramah tanpa tujuan yang jelas. Pasien terlihat murung dan merasakan
lemas, sering pusing dan nyeri kepala walaupun tidak beraktivitas.
Pasien menjadi pendiam dan hanya menjawab jika ditanya keluarga
serta pasien jadi malas makan. Dan malas mandi walaupun pasien
masih bisa mandi sendiri.
Awal perubahan perilaku diketahui sejak bulan Desember 2016,
ketika pasien
b) Hendaya/disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial (+)
Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)
Hendaya dalam waktu senggang (+)
c) Faktor Stressor Psikososial
Pasien sempat menyukai seorang laki-laki akan tetapi laki-laki
tersebut menikah dengan orang lain dan pasien menikah dengan laki-
laki yang bukan pilihannya.
d) Hubungan gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya:
Riwayat infeksi (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat penggunaan NAPZA (-)
Riwayat merokok (-)
Riwayat alkohol (-)
3. Riwayat gangguan sebelumnya
a) Riwayat penyakit fisik : tidak ada
b) Riwayat penggunaan NAPZA : tidak ada
c) Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya: Pasien baru pertama kali
dirawat di RSKD
5
obat teratur selama 2 tahun, namun setelah itu tidak mau minum karena
bosan.
6
Riwayat Kehidupan Beragama : Pasien memeluk agama Protestan
dan menjalankan kewajiban agama dengan cukup baik.
Aktifitas Sosial : Pasien dikenal sebagai orang yang mudah
bergaul. Pasien akrab dengan keluarga dan memiliki banyak
teman.
5. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien meruabuan anak pertama dari empat bersaudara
(,,,)
Hubungan dengan anggota keluarga baik
Pasien bercerai dengan suaminya
Pasien tinggal bersama dengan sepupu dari suami
Orang tua pasien telah meninggal saat pasien berumur 2 tahun
Tidak didapatkan riwayat penyakit yang sama pada keluarga
Genogram
Keterangan
7
: anggota keluarga perempuan
: pasien
: sudah meninggal
: cerai
6. Situasi sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama sepupu dari suami. Hubunga dengan
keluarga saat ini baik.
7. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien tidak merasa dirinya sakit
II. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a) Penampilan : Seorang perempuan, memakai baju kaos, jaket putih,
celana kain panjang, perawakan sedang, perawatan diri baik dan wajah
sesuai umur.
b) Kesadaran : Berubah
c) Perilaku dan aktivitas psikomtor : Cukup tenang
d) Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
e) Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
2. Keadaan Afektif (mood), perasaan, dan empati, perhatian
a) Mood : Susah dinilai
b) Afek : Tumpul
c) Empati : Tidak dirasakan
3. Fungsi Intelektual (kognitif)
a) Taraf Pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Cukup
b) Daya konsentrasi : Cukup
c) Orientasi (waktu, tempat dan orang) : Cukup
d) Daya ingat : Cukup
e) Pikiran Abstrak : Terganggu
f) Bakat kreatif : Tidak diketahui
g) Kemampuan menolong diri sendiri : Cukup
4. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi : Halusinasi auditorik (+)
b) Ilusi : Tidak ada
c) Depersonalisasi : Tidak ada
d) Derealisasi : Tidak ada
5. Proses Berfikir
a) Arus pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Irrelevant, Kadang asosiasi longgar
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya berbahasa
8
b) Isi pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Gangguan isi pikiran :
9
suara bapa yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu dan
melakukannya.
Keluhan tersebut diduga keluarga dikarenakan urusan percintaan
(pasien dibusa menikah dengan laki-laki yang bukan pilihannya)
serta kematian dari ayah pasien.
10
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, didapatkan gejala
klinis yang bermakna yakni pasien biasa melempar orang dengan
batu, bicara memaki (bicara kotor), biasa memegang alat vital
anak-anak kecil. Berdasarkan status, pasien mengalmi gangguan
persepsi berupa halusinasi auditorik serta gangguan isi piker
berupa delusion of control. Maka, berdasarkan kriteria diagnosis
skizofrenia paranoid (F20.0).
Aksis II
Belum mengarah ke salah satu ciri kepribadian
Aksis III
Tidak terdapat gangguan medis
Aksis IV
Faktor stressor akibar perceraian, kematian kedua orang tua korban
Aksis V
GAF scale 50-41 (berupa gejala sedang, dengan disabilitas sedang)
VI. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik :
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, namun diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien
memerlukan terapi farmakologik.
Psikologik :
Ditemukan adanya ide kebesaran, delusion of control dan
halusinasi auditorik, sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
Sosiologik :
Ditemukan adanya hendaya dalam pekerjaan, penggunaan waktu
senggang, dan social, maka membutuhkan sosioterapi.
VII. PROGNOSIS
Malam
Dikarenkan skizofrenia merubuan gangguan yang bersifat kronik. Pasien
secara berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri, dan tidak
berfungsi setelah bertahun-tahun menjalani pengobatan.
11
VIII. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA
Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan
khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi simtom
skizofrenia dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara
bersama-sama untuk diagnosis. Cara diagnosis pasien skizofrenia menrut PPGDJ
III antara lain;3
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):3
12
a Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal)
Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya.
b Waham dikendalikan (delusion of control). waham dipengaruhi (delusion of
influence), atau "passivity", yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau
pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations)
khusus; persepsi delusional;
c Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku
pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri. atau jenis
suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian rubuh;
d Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak
wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas
keagamaan atau pulitik, atau kekuatan dan kemampuan "manusia super"
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain);
Atau paling sedikit gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas dalam
kurun waktu satu bulan atau lebih;
a Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas. apabila disenai baik oleh
waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over valued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus-menerus;
b Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
c Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor;
d Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatis), pembicaraan
yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
13
menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
e Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.
14
butyrophenon, diphenyl butyl piperidine dan atipikal mencakup golongan
benzamide, dibenzodiazepine, benzisoxazole. mekanisme kerja obat anti-psikosis
tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak,
khususnya di system limbik dan system ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor
antagonist) sehingga efektif untuk gejala positif sedangkan anti-psikosi atipikal
untuk gejala positif dan negative.4
Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol sehingga digunakan obat anti-
psikosis tipikal yaitu Haloperidol merubuan obat golongan butyrophenon dan
klorpromazin obat golongan phenothiazine. kedua obat ini sama kuat menurunkan
ambang rangsang konvulsi, memperlambat dan menghambat jumlah gelombang
teta dan sama-sama memiliki efek sedatif dimana klorpromazin efek sedasinya
lebih kuat dibandingkan Haloperidol. haloperidol selain menghambat efek
dopamine juga bisa meningkatkan turn over ratenya, efek sampingnya dapat
menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi, klorpromazin
menimbulkan efek sedasi atau menenangkan, batas keamanan obat ini cukup lebar
sehingga obat ini cukup aman, efek samping berupa gejala seperti icterus,
dermatitis, dan leukopenia mungkin timbul.5
Pada pasien ini masuk dengan keluhan mengamuk, gelisah dan mondar-
mandir karena suara-suara yang ia dengar, dengan pemberian obat ini dapat
menenangkan pasien sehingga suara-suara yang di dengar berkurang atau hilang
dan pasien dapat tenang beristirahat. selain itu ada riwayat penggunaan obat anti-
psikosis sebelumnya, jenis obat anti-psikosis yang sudah terbukti efektif dan
ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian
sekarang. 4,5
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam, dinilai dari faktor
pendukung ke prognosis baik yaitu tidak ada kelainan organik, tingkat pendidikan
yang cukup tinggi, hubungan dengan keluarga yang lain baik, riwayat yang sama
dalam keluarga tidak ada. Faktor pendukung ke prognosis buruk yaitu adanya
onset yang perlahan, awitan pada usia muda relaps (pasien selalu lupa dan tidak
teratur minum obat).
15
Psikoterapi suportif :
- Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien
merasa lega.
- Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada
pasien memahmi kondisi dirinya, dan memahmi cara
menghadapinya, serta motivasi pasien agar tetap minum
obat secara teratur.
Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang
terdekat pasien tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan
social sehingga membantu proses penyembuhan pasien sendiri.
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, selain
itu menilai efektifitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping
dari obat yang diberikan.
3 April 2017
S: Pasien diterima di Bangsal Kenanga, pasien cukup tenang, intake baik,
tidur cukup.
O: Kontak mata (+), verbal (+)
Psikomotor : Cukup tenang
Verbalisasi : Spontan, lancar intonasi biasa
Afek : Tumpul
Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik (mendengar suara Tuhan)
Arus pikiran : Kadang irrelevan
Gangguan isi piker : Ide kebesaran (merasa dirinya sebagai utusan
Tuhan)
16
LAMPIRAN WAWANCARA AUTOANAMNESIS
(3 April 2017)
DM : Dokter Muda
P : Pasien
DM : Selamat siang ibu
P : Iya siang
DM : Perkenalkan, saya Galih, dokter muda yang bertugas disini. Kalau boleh
tau siapa nama ta?
P : Saya Ibu. N dok
DM : Bisa saya tanya-tanya ki buk?
P : iya bisa dok
DM : Tanggal berapa ki lahir bu?
P : Tanggal 10 April 1984
DM : Dimana ki sekolah dulu bu?
P : Eeeee, di Toraja
DM : Dimana ki tinggal bu?
P : Toraja
DM : Siapa yang antar ki bu ke sini?
P : Keluarga ku dok
DM : Kapan ki di bawa ke RSKD?
P : Eeee, saya kurang tau dok
DM : Kenapa ki bisa dibawa ke sini?
P : Saya juga tidak tau dok, keluarga saya bilang saya gila, padahal sehat-
sehat ji dok
DM : Ibu tadi saya lihat ibu bicara sendiri, kalau boleh tau sama siapa kita
bicara?
P : Iye dok ada Bapa bisiki ka
DM : Apa yang bapa bilang ibu?
P : Macam-macam dok, pernah dibilang pukul saja yang suka ganggui ka
DM : Bu apa ada kita rasa ada yang kendalikan ki?
17
P : Iya saya sering dengar perintah dari Bapa
DM : Jadi kita percaya dengan itu suara bu?
P : Iya dok saya percaya
DM : Maaf bu, sudah mki menikah?
P : Iye sudah dok, tapi pisah
DM : Ada mi anak ta bu?
P : Iye ada mi dok, satu orang.
DM : Terus dimana mi anak dan isteri ta sekarang?
P : Saya tidak tahu kemana anakku, dibawa tidur Bapa
DM : Kenapa bisa itu bu suami ta pergi?
P : Saya juga tidak tahu, dibilang saya suka mengamuk
DM : Bu ini sekarang kita tau ji dimana ki?
P : Iya dok di dadi
DM : Bisa jki makan dan mandi sendiri bu?
P : Iya dok bisa ji
DM : Berapa mi umur ta bu sekarang?
P : 46 tahun
DM : Bu kalau 100 - 7 berapa itu bu?
P : 97
DM : Kalau 100 20?
P : 80
DM : Sudah mki makan pagi bu?
P : Iya sudah dok
DM : Apa itu kita makan bu?
P : makan nasi, telur, dan sop
DM : Ingat ki nah bu baru ulang ki, Bola Melati Merah
P : Bola Melati Merah
DM : Bisa ki eja WAHYU satu-satu huruf?
P : UYAW
DM : Kita tau bedanya apel dan tomat?
P : apel bisa langsung dimakan
DM : Kalau kita liat dompet di jalan kita apai itu dompet bu?
18
P : Cari KTPnya kalau lengkap alamat bisa langsung dikembalikan,
DM : Coba ki bayangkan rumah ta bu, warna catnya, terus terbuat dari batu
atau kayu bu, samping rumah ta ada apa?
P : Rumahnya tidak dicat jadi warnya cuma warna kayu saja, terus
disamping rumah ada bandara
DM : Iye bu saya rasa cukup mi, kembali mki bu di. Terima kasih di.
P : Iya terima kasih dok.
DAFTAR PUSTAKA
19
1 Kaplan & Sadock. (2004). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
2 Elvira S, Hadisukanto G. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3 Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya.
4 Maslim, R. (2014). Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. edisi
3. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
5 Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. (2011). Farmakologi dan terapi. Edisi
5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
20