Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT & LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2017


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS : SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)


REFERAT : TERAPI PERILAKU

Oleh:
Galih Kemal Pratama
C111 13 007
Pembimbing Residen:
dr. Dwiwahyu Ningsih
Supervisor:
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Galih Kemal Pratama

NIM : C111 13 007

Universitas : Universitas Hasanudddin

Judul Referat : Terapi Perilaku (Behavioral Therapy)

Judul Lapsus : Depresi dengan Gejala Psikotik (F20.0)

Adalah benar telah menyelesaikan referat berjudul Terapi Perilaku (Behavioral


Therapy) dan laporan kasus yang berjudul Skizofrenia Paranoid (F20.0) dan
telah disetujui serta telah dibacakan dihadapan pembimbing dan supervisor dalam
rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, April 2017

Koas Psikiatri, Residen Pembimbing,

Galih Kemal Pratama dr. Dwiwahyu Ningsih

Supervisor Pembimbing,

Dr.dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

2
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2017
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS : DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK


(F32.4)

Oleh:
Galih Kemal Pratama
C111 13 007
Pembimbing Residen:
dr. Dwiwahyu Ningsih
Supervisor:
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

3
LAPORAN KASUS
DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F32.4)

IDENTITAS PASIEN

Nomor Status / No.Reg : 265082

Nama : Ny.Nurmiah
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 15 Agustus 1980
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan/Sekolah : Ibu Rumah Tangga/Tamatan SD
Alamat : Jl. BTN PNS Blok 12 No.2, Kendari
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada
tanggal 3 April 2017, diantar oleh kakak pasien.

LAPORAN PSIKIATRIK

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dari pasien sendiri dan allo
anamnesis dari :

Nama : Tn. Isman

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 36 Tahun

Hubungan pasien : Kakak Pasien

I. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan utama
Gelisah
2. Riwayat gangguan sekarang

4
a) Keluhan dan Gejala
Seorang perempuan usia 36 tahun datang ke poli RSKD diantar
bersama kakak pasien untuk pertama kalinya dengan keluhan gelisah
yang memberat 3 bulan terakhir ini. Pasien sering ingin keluar dari
ramah tanpa tujuan yang jelas. Pasien terlihat murung dan merasakan
lemas, sering pusing dan nyeri kepala walaupun tidak beraktivitas.
Pasien menjadi pendiam dan hanya menjawab jika ditanya keluarga
serta pasien jadi malas makan. Dan malas mandi walaupun pasien
masih bisa mandi sendiri.
Awal perubahan perilaku diketahui sejak bulan Desember 2016,
ketika pasien
b) Hendaya/disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial (+)
Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)
Hendaya dalam waktu senggang (+)
c) Faktor Stressor Psikososial
Pasien sempat menyukai seorang laki-laki akan tetapi laki-laki
tersebut menikah dengan orang lain dan pasien menikah dengan laki-
laki yang bukan pilihannya.
d) Hubungan gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya:
Riwayat infeksi (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat penggunaan NAPZA (-)
Riwayat merokok (-)
Riwayat alkohol (-)
3. Riwayat gangguan sebelumnya
a) Riwayat penyakit fisik : tidak ada
b) Riwayat penggunaan NAPZA : tidak ada
c) Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya: Pasien baru pertama kali
dirawat di RSKD

Perubahan perilaku pertama kali dialami tahun 2004 setelah pasien


menyukai seorang lelaki dan merasa lekaki tersebut menyukainya juga,
namun lelaki tersebut menikah dengan wanita lain. Awalnya pasien lebih
banyak diam dan tak mau bicara. kemudian, pasien tampak gelisah, bicara
dan tertawa sendiri. Pasien berobat di puskesmas dan meminum obat
berwarna putih dan orange dan pasien tampak tenang. Pasien meminum

5
obat teratur selama 2 tahun, namun setelah itu tidak mau minum karena
bosan.

4. Riwayat kehidupan pribadi


a) Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir normal, di rumah, ditolong oleh bidan, pada tanggal 31
Desember 1971. Berat badan lahir tidak diketahui. Selama masa
kehamilan, ibu pasien dalam keadaan sehat. Pada saat bayi, pasien
tidak pernah mengalami demam tinggi dan tidak pernah kejang.
b) Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Perkembangan masa kanak-kanak pasien seperti berjalan, berbicara
baik. Perkembangan bahasa dan perkembangan motorik berlangsung
baik. Orang tua pasien meninggal pada usia pasien 2 tahun.
c) Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tinggal bersama kedua orang tua angkatnya, karena orang
tuanya meninggal cukup mendapat perhatian dan kasih sayang. Pada
usia 6 tahun, pasien bersekolah di SD Palopo. Pasien tergolong anak
yang pintar dan suka belajar.
d) Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien membantu orang tuanya angkatnya bekerja di rumah. Pasien
rajin bekerja dan hubungan dengan keluarga baik.
Pasien melanjutkan pendidikannya hingga tingkat SMEA
e) Riwayat Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan : Pendidikan terakhir pasien adalah SMEA
Riwayat Perkerjaan : Pasien bekerja sebagai pembantu rumah
tangga. Namun setelah pisah dengan suaminya, pasien hanya
membantu pekerjaan di rumah istri sepupu pasien. Di saat tenang,
pasien dapat melaksanakan membantu kegiatan rumah tangga.
Riwayat Pernikahan : Pasien menikah pada tahun 2007 dengan
laki-laki pilihan (dijodohkan) . Hubungan pasien dengan istrinya
baik. Satu tahun setelah menikah, pasien dikaruniai satu orang
anak laki-laki. Pasien tidak bahagia dengan pernikahannya,
namun sangat sayang dengan anaknya. Pada tahun 2010, pasien
bercerai dengan suaminya karena ada permasalahan dengan
keuangan. Pasien lalu meninggalkan suaminya dengan membawa
anaknya. Sejak saat itu, pasien tidak pernah lagi bertemu dengan
suaminya.

6
Riwayat Kehidupan Beragama : Pasien memeluk agama Protestan
dan menjalankan kewajiban agama dengan cukup baik.
Aktifitas Sosial : Pasien dikenal sebagai orang yang mudah
bergaul. Pasien akrab dengan keluarga dan memiliki banyak
teman.
5. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien meruabuan anak pertama dari empat bersaudara
(,,,)
Hubungan dengan anggota keluarga baik
Pasien bercerai dengan suaminya
Pasien tinggal bersama dengan sepupu dari suami
Orang tua pasien telah meninggal saat pasien berumur 2 tahun
Tidak didapatkan riwayat penyakit yang sama pada keluarga

Genogram

Keterangan

: anggota keluarga laki-laki

7
: anggota keluarga perempuan

: pasien

: sudah meninggal

: cerai

6. Situasi sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama sepupu dari suami. Hubunga dengan
keluarga saat ini baik.
7. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien tidak merasa dirinya sakit
II. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a) Penampilan : Seorang perempuan, memakai baju kaos, jaket putih,
celana kain panjang, perawakan sedang, perawatan diri baik dan wajah
sesuai umur.
b) Kesadaran : Berubah
c) Perilaku dan aktivitas psikomtor : Cukup tenang
d) Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
e) Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
2. Keadaan Afektif (mood), perasaan, dan empati, perhatian
a) Mood : Susah dinilai
b) Afek : Tumpul
c) Empati : Tidak dirasakan
3. Fungsi Intelektual (kognitif)
a) Taraf Pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Cukup
b) Daya konsentrasi : Cukup
c) Orientasi (waktu, tempat dan orang) : Cukup
d) Daya ingat : Cukup
e) Pikiran Abstrak : Terganggu
f) Bakat kreatif : Tidak diketahui
g) Kemampuan menolong diri sendiri : Cukup
4. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi : Halusinasi auditorik (+)
b) Ilusi : Tidak ada
c) Depersonalisasi : Tidak ada
d) Derealisasi : Tidak ada
5. Proses Berfikir
a) Arus pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Irrelevant, Kadang asosiasi longgar
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya berbahasa

8
b) Isi pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Gangguan isi pikiran :

Delution of control, pasien mengatakan ada sosok yang dikatakan


bapa yang mengontrolnya sehingga pasien pasrah dengan keadaan
(hidup pasien dikontrol sepenuhnya dikontrol oleh bapa).
Waham mustahil (bizarre): pasien meyakini dirinya mampu
menyembuhkan orang lain dengan bantuan bapa. Pasien bisa mengatur
turunnya hujan serta menghentikan tawuran yang terjadi
6. Pengendalian Impuls: Tidak terganggu
7. Daya Nilai
a) Norma sosial : Terganggu
b) Uji daya nilai : Terganggu
c) Penilaian Realitas : Terganggu
8. Tilikan (insight) : Tilikan 1 (pasien tidak merasa dirinya sakit)
9. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. Status Internus
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Compos mentis
c) Tanda vital
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36,7oC
Pernapasan : 22 x /menit

Konjuntiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan


abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada
kelainan.

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Dari alloanamnesis didapatkan :
Seorang pasien perempuan umur 46 tahun datang ke Poli Jiwa
RSKD dengan keluhan utama gelisah.
Pasien sering melempar orang yang lewat, suka memegang
kemaluan anak kecil di sekitar rumahnya, berbicara dan tertawa
sendiri. Keluhan tersebut sudah berlangsung 13 tahun.
Bila tidak tidur, pasien bicara sendiri. Bila ditanya oleh keluarga,
pasien mengatakan berbicara kepada bapa. Pasien mendengar

9
suara bapa yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu dan
melakukannya.
Keluhan tersebut diduga keluarga dikarenakan urusan percintaan
(pasien dibusa menikah dengan laki-laki yang bukan pilihannya)
serta kematian dari ayah pasien.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan :

Tampak perempuan memakai baju kaos, jaket putih, celana kain


panjang hitam, perawakan cukup, perawatan diri baik, wajah sesuai
umur.
Verbalisasi spontan dan lancar, psikomotor tenang, afek tumpul,
empati tidak dirasakan, terdapat halusinasi berupa auditorik dan
didapatkan gangguan isi piker berupa delusion of control.
Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik yaitu mendengar suara bapa yang
menyuruhnya melakukan sesuatu yang salah.
Arus pikiran terkadang irrelevant disertai asosiasi longgar.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I

Dari autoanamnesis dan alloanamnesis ditermukan adanya gejala


klinis bermakna yaitu pasien sering marah, melempar barang ke
orang lain, pasien sering berbicara dan ketawa sendiri, pasien juga
sering mondar-mandir dan gelisah dalam rumah. Keadaan ini
menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya dan keluarga
serta terdapat hendaya (dissability) pada fungsi psikososial,
pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan jiwa.
Pada pasien ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai
realitas berupa halusinasi Auditorik, yaitu pasien mendengar
bisikan yang pasien katakan sebagai Yesus (Bapa), yang selalu
menyuruh pasien untuk melakukan sesuatu sehingga pasien selalu
mematuhi perintah yang diberikan oleh bisikan tersebut sehingga
digolongkan ke dalam gangguan jiwa psikotik.

10
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, didapatkan gejala
klinis yang bermakna yakni pasien biasa melempar orang dengan
batu, bicara memaki (bicara kotor), biasa memegang alat vital
anak-anak kecil. Berdasarkan status, pasien mengalmi gangguan
persepsi berupa halusinasi auditorik serta gangguan isi piker
berupa delusion of control. Maka, berdasarkan kriteria diagnosis
skizofrenia paranoid (F20.0).
Aksis II
Belum mengarah ke salah satu ciri kepribadian
Aksis III
Tidak terdapat gangguan medis
Aksis IV
Faktor stressor akibar perceraian, kematian kedua orang tua korban
Aksis V
GAF scale 50-41 (berupa gejala sedang, dengan disabilitas sedang)
VI. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik :
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, namun diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien
memerlukan terapi farmakologik.
Psikologik :
Ditemukan adanya ide kebesaran, delusion of control dan
halusinasi auditorik, sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
Sosiologik :
Ditemukan adanya hendaya dalam pekerjaan, penggunaan waktu
senggang, dan social, maka membutuhkan sosioterapi.
VII. PROGNOSIS
Malam
Dikarenkan skizofrenia merubuan gangguan yang bersifat kronik. Pasien
secara berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri, dan tidak
berfungsi setelah bertahun-tahun menjalani pengobatan.

11
VIII. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA
Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Skizofrenia adalah gangguan psikotik dan paling sering ditemukan. Hampir


1% penduduk didunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala
skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Gejala
skizofrenia yang paling menonjol adalah waham dan halusinasi. Skizofrenia
terbagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan variabel kliniknya yaitu skizofrenia
paranoid, skizofrenia disorganisasi, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci,
skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia
yang tak tergolongkan, dan depresi pasca skizofrenia.1,2 Berdasarkan DSM V,
kriteria diagnosis skizofrenia:
a 2 atau lebih gejala di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami selama
kurang lebih 1 bulan. Di antaranya:
-
Waham
-
Halusinasi
-
Inkohorensia
-
Tingkah laku katatonik
-
Gejala-gejala negative seperti emosi, dll.
b Untuk hasil yang lebih signifikan onset masalah tersebut, akan
mengganggu fungsi level satu atau dua lebih area seperti pekerjaan,
hubungan dengan relasi atau diri sendiri.
c Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan
d Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak
sering.
e Masalah yang menyangkut penggunaan zat ataupun obat-obatan.3

Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan
khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi simtom
skizofrenia dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara
bersama-sama untuk diagnosis. Cara diagnosis pasien skizofrenia menrut PPGDJ
III antara lain;3
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):3

12
a Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal)
Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya.
b Waham dikendalikan (delusion of control). waham dipengaruhi (delusion of
influence), atau "passivity", yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau
pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations)
khusus; persepsi delusional;
c Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku
pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri. atau jenis
suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian rubuh;
d Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak
wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas
keagamaan atau pulitik, atau kekuatan dan kemampuan "manusia super"
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain);

Atau paling sedikit gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas dalam
kurun waktu satu bulan atau lebih;
a Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas. apabila disenai baik oleh
waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over valued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus-menerus;
b Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
c Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor;
d Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatis), pembicaraan
yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan

13
menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
e Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang memenuhi persyaratan gejala
tersebut tetapi yang lamanya kurang dari satu bulan (baik diobati atau tidak) harus
didiagnosis pertama kali sebagai gangguan psikosis fungsional.
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksan status
mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang mengarah dengan diagnosis
Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid adalah tipe paling stabil dan paling
sering. Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia paranoid:
1 Halusinasi yang harus menonjol yaitu suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa.
2 Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
3 Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan atau
passivity dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak
bertindak sesuai dengan wahamnya.3
Psikoterapi bermanfaat untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan-
keluhan dan mencegah kambuhnya pola perilaku maladaptif atau gangguan
psikologik. Psikoterapi dapat diberikan secara individual, kelompok, atau
pasangan sesuai dengan gangguan psikologis yang dialaminya. Efek obat anti-
psikosis secara relatinf berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis
terakhir masih mempunyai efek klinis. sehingga tidak langsung menimbulkan
kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya 1 bulan kemudian baru gejala
sindrom psikosis kambuh kembali.4
Obat anti-psikosis yang digunakan dalam mengatasi sindrom psikosis anti-
psikosis tipikal dan atipikal. tipikal mencakup golongan phenothiazine,

14
butyrophenon, diphenyl butyl piperidine dan atipikal mencakup golongan
benzamide, dibenzodiazepine, benzisoxazole. mekanisme kerja obat anti-psikosis
tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak,
khususnya di system limbik dan system ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor
antagonist) sehingga efektif untuk gejala positif sedangkan anti-psikosi atipikal
untuk gejala positif dan negative.4
Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol sehingga digunakan obat anti-
psikosis tipikal yaitu Haloperidol merubuan obat golongan butyrophenon dan
klorpromazin obat golongan phenothiazine. kedua obat ini sama kuat menurunkan
ambang rangsang konvulsi, memperlambat dan menghambat jumlah gelombang
teta dan sama-sama memiliki efek sedatif dimana klorpromazin efek sedasinya
lebih kuat dibandingkan Haloperidol. haloperidol selain menghambat efek
dopamine juga bisa meningkatkan turn over ratenya, efek sampingnya dapat
menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi, klorpromazin
menimbulkan efek sedasi atau menenangkan, batas keamanan obat ini cukup lebar
sehingga obat ini cukup aman, efek samping berupa gejala seperti icterus,
dermatitis, dan leukopenia mungkin timbul.5
Pada pasien ini masuk dengan keluhan mengamuk, gelisah dan mondar-
mandir karena suara-suara yang ia dengar, dengan pemberian obat ini dapat
menenangkan pasien sehingga suara-suara yang di dengar berkurang atau hilang
dan pasien dapat tenang beristirahat. selain itu ada riwayat penggunaan obat anti-
psikosis sebelumnya, jenis obat anti-psikosis yang sudah terbukti efektif dan
ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian
sekarang. 4,5
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam, dinilai dari faktor
pendukung ke prognosis baik yaitu tidak ada kelainan organik, tingkat pendidikan
yang cukup tinggi, hubungan dengan keluarga yang lain baik, riwayat yang sama
dalam keluarga tidak ada. Faktor pendukung ke prognosis buruk yaitu adanya
onset yang perlahan, awitan pada usia muda relaps (pasien selalu lupa dan tidak
teratur minum obat).

IX. RENCANA TERAPI


Psikofarmakoterapi :
- R/Risperidone 2mg 2x1 / oral
- R/Clozapin 25 mg / oral

15
Psikoterapi suportif :
- Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien
merasa lega.
- Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada
pasien memahmi kondisi dirinya, dan memahmi cara
menghadapinya, serta motivasi pasien agar tetap minum
obat secara teratur.
Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang
terdekat pasien tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan
social sehingga membantu proses penyembuhan pasien sendiri.
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, selain
itu menilai efektifitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping
dari obat yang diberikan.
3 April 2017
S: Pasien diterima di Bangsal Kenanga, pasien cukup tenang, intake baik,
tidur cukup.
O: Kontak mata (+), verbal (+)
Psikomotor : Cukup tenang
Verbalisasi : Spontan, lancar intonasi biasa
Afek : Tumpul
Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik (mendengar suara Tuhan)
Arus pikiran : Kadang irrelevan
Gangguan isi piker : Ide kebesaran (merasa dirinya sebagai utusan
Tuhan)

A : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

P : Risperidine 2mg 2x1

Jaga intake adekuat

16
LAMPIRAN WAWANCARA AUTOANAMNESIS

(3 April 2017)

DM : Dokter Muda P: Pasien

DM : Dokter Muda
P : Pasien
DM : Selamat siang ibu
P : Iya siang
DM : Perkenalkan, saya Galih, dokter muda yang bertugas disini. Kalau boleh
tau siapa nama ta?
P : Saya Ibu. N dok
DM : Bisa saya tanya-tanya ki buk?
P : iya bisa dok
DM : Tanggal berapa ki lahir bu?
P : Tanggal 10 April 1984
DM : Dimana ki sekolah dulu bu?
P : Eeeee, di Toraja
DM : Dimana ki tinggal bu?
P : Toraja
DM : Siapa yang antar ki bu ke sini?
P : Keluarga ku dok
DM : Kapan ki di bawa ke RSKD?
P : Eeee, saya kurang tau dok
DM : Kenapa ki bisa dibawa ke sini?
P : Saya juga tidak tau dok, keluarga saya bilang saya gila, padahal sehat-
sehat ji dok
DM : Ibu tadi saya lihat ibu bicara sendiri, kalau boleh tau sama siapa kita
bicara?
P : Iye dok ada Bapa bisiki ka
DM : Apa yang bapa bilang ibu?
P : Macam-macam dok, pernah dibilang pukul saja yang suka ganggui ka
DM : Bu apa ada kita rasa ada yang kendalikan ki?

17
P : Iya saya sering dengar perintah dari Bapa
DM : Jadi kita percaya dengan itu suara bu?
P : Iya dok saya percaya
DM : Maaf bu, sudah mki menikah?
P : Iye sudah dok, tapi pisah
DM : Ada mi anak ta bu?
P : Iye ada mi dok, satu orang.
DM : Terus dimana mi anak dan isteri ta sekarang?
P : Saya tidak tahu kemana anakku, dibawa tidur Bapa
DM : Kenapa bisa itu bu suami ta pergi?
P : Saya juga tidak tahu, dibilang saya suka mengamuk
DM : Bu ini sekarang kita tau ji dimana ki?
P : Iya dok di dadi
DM : Bisa jki makan dan mandi sendiri bu?
P : Iya dok bisa ji
DM : Berapa mi umur ta bu sekarang?
P : 46 tahun
DM : Bu kalau 100 - 7 berapa itu bu?
P : 97
DM : Kalau 100 20?
P : 80
DM : Sudah mki makan pagi bu?
P : Iya sudah dok
DM : Apa itu kita makan bu?
P : makan nasi, telur, dan sop
DM : Ingat ki nah bu baru ulang ki, Bola Melati Merah
P : Bola Melati Merah
DM : Bisa ki eja WAHYU satu-satu huruf?
P : UYAW
DM : Kita tau bedanya apel dan tomat?
P : apel bisa langsung dimakan
DM : Kalau kita liat dompet di jalan kita apai itu dompet bu?

18
P : Cari KTPnya kalau lengkap alamat bisa langsung dikembalikan,
DM : Coba ki bayangkan rumah ta bu, warna catnya, terus terbuat dari batu
atau kayu bu, samping rumah ta ada apa?
P : Rumahnya tidak dicat jadi warnya cuma warna kayu saja, terus
disamping rumah ada bandara
DM : Iye bu saya rasa cukup mi, kembali mki bu di. Terima kasih di.
P : Iya terima kasih dok.

DAFTAR PUSTAKA

19
1 Kaplan & Sadock. (2004). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
2 Elvira S, Hadisukanto G. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3 Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya.
4 Maslim, R. (2014). Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. edisi
3. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
5 Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. (2011). Farmakologi dan terapi. Edisi
5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

20

Anda mungkin juga menyukai