Uber dan Grab Car dinilai memicu keresahan serta konflik di kalangan pengusaha
angkutan resmi, dan taksi resmi. Selain itu, menyuburkan praktik angkutan liar dan membuat
angkutan umum tak diminati.
Hal ini mengacu kepada lima peraturan perundang-undangan yang harus dipatuhi
perusahaan di bidang transportasi dan perangkat lunak. Yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan; Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
penanaman modal; Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2000 tentang
kantor perwakilan perusahaan asing; dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang
penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik.
Kementerian Perhubungan menilai Uber dan Grab Car melanggar sejumlah pasal dalam
peraturan tersebut. Mereka dianggap bukan kendaraan bermotor umum, serta tidak
berstatus badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD) maupun badan
usaha lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Jadi, tidak sesuai dengan Pasal 138
ayat (3) dan pasal 139 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan.
Jika mengacu Pasal 173 ayat (1) tentang angkutan jalan, Uber dan Grab Car juga
melanggar karena tidak memiliki izin penyelenggaraan angkutan. Selain itu, Kementerian
Perhubungan mengingatkan, penanaman modal asing di Indonesia harus dilakukan dalam bentuk
perseroan terbatas, berdasarkan hukum Indonesia, dan berkedudukan di dalam wilayah
Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
Tak cuma itu, Jonan menilai Uber dan Grab Car melanggar Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 90 Tahun 2000 Tentang Kantor Perwakilan Perusahaan Asing dan Surat
Keputusan Kepala BKPM Nomor 22 Tahun 2001. Mengacu ketentuan ini, Kantor Perwakilan
Perusahaan Asing (KPPA) tidak boleh melakukan kegiatan komersial, termasuk transaksi jual-
beli barang dan jasa di Indonesia dengan perusahaan maupun perseorangan. Selain itu, KPPA tak
diperbolehkan terlibat dalam pengelolaan suatu perusahaan, anak usaha, atau cabang perusahaan
di Jakarta.
Meski ada surat pemblokiran tersebut, aplikasi Uber maish bisa diakses dan
digunakan hingga Senin siang tadi. Seorang pengguna Uber, Tjoek Widharyoko, pun tetap
dapat bepergian menggunakan layanan Uber. Ia balik mempersoalkan pemblokiran tersebut dan
menganggap undang-undang yang berlaku saat ini sudha ketinggalan zaman. "Nanti pasti makin
banyak sistem seperti ini (Uber), ujarnya kepada