Anda di halaman 1dari 3

Metode dan Aplikasi Klinis

Logoterapi tidak hanya mengemukakan asas-asas dan filsafat manusia yang bercorak
humanistic eksistensial, tetapi juga mengembangkan metode dan teknik-teknik terapi untuk
mengatasi gangguan-gangguan neurosis somatogenik, neurosis psikogenik, dan neurosis
noogenik.
Untuk neurosis somatogenik yakni gangguan-gangguan perasaan yang berkaitan dengan
ragawi, logoterapi mengembangkan metode Medical Ministry, sedangkan untuk neurosis
Psikogenik yang bersumber dari hambatan-hambatan emosional dikembangkan teknik
paradoxical intention dan dereflection. Selanjutnya untuk neurosis noogenik yakni gangguan
neurosis yang disebabkan tidak terpenuhinya hasrat untuk hidup bermkna, logoterapi
mengembangkan Existential Analysis/logoterapi. Ini bukan panacea, karena metode-metode
ini hanyalah jabaran dari pandangan logoterapi yang mengakui kepribadian manusia sebagai
totalitas raga-jiwa-rohani dan logoterapi memfungsikan potensi berbagai ualitas insani untuk
mengembangkan metode dan teknik-teknik terapi. Tentu saja logoterapi tidak menggantikan
metode psikoterapi yang sudah ada, tetapi dapat diamalkan bersama metode terapi lainnya
seperti hypnosis, relaksasi, terapi kognitif, terapi perilaku, dan obat-obatan.

Anticipatory Anxiety
Untuk memahami teknik-teknik paradoxical intention dan dereflection, perlu dibahas lebih
dahulu suatu fenomena klinis yang disebut Anticipatory Anxiety, yakni rasa cemas akan
munculnya suatu gejala patologis tertentu yang justru benar-benar memunculkan apa yang
dicemaskannya itu dan tercetusnya gejala tersebut akan mengingkatkan intensitas kecemasan.
Dengan demikian, penderita sebenarnya mengalami perasaan takut menjadi takut sehingga
seakan-akan terjerat dalam lingkaran kecemasan yang tidak berakhir. Terhadap anticipatory
anxiety biasanya para penderita mengembangkan tiga polareaksi khusus yang dalam
logoterapi dikenal sebagai: flight from fear, fight against obsession, dan fight for pleasure.
Dalam pola flight from fear penderita menghindari semua objek yang ditakuti dan yang
dicemaskannya. Reaksi ini terdapat pada semua reaksi cemas, dan secara khas terdapat pada
fobia. Sementara itu, pada fight gainst obsession panderita mencurahkan segala daya upaya
untuk mengendalikan dan menahan agar tidak sampai tercetus suatu dorongan aneh yang kuat
dalam dirinya. Namun kenyataannya makin keras upaya menahannya, makisn kuat pula
dorongan untuk muncul dan makin tegang pula perasaan penderita. Pola reaksi ini jelas
merupakan pola reaksi khas gangguan obsesi dan kompulsi.Pada fight for pleasure terdapat
hasrat yang berlebihan untuk memperoleh kepuasan. Hasrat ini sering disertai kecenderungan
kuat untuk menanti-nantikan dengan penuh harap saat kepuasan itu terjadi paa dirinya (hyper
reflection) dan terlalu menghasrati kenikmatan secara berlebihan (hyper intention) yang
keduanya saling menunjang dalam memperkuat anticipatory anxiety. Pola reaksi ini sering
terdapat pada gangguan seksual (misalnya frigiditas, impotensi) dan non seksual (misalnya
insomnia). Seperti pola reaksi pertama, kedua pola reaksi inipunmengambangkan mekanisme
lingkaran tak berakhir yang makin memperkuat kecemasan. Untuk mengatasi lingkaran
proses yang tak berakhir ini logoterapi mengguntingnya dengan teknik-teknik paradoxical
intention dan derefllection.
Paradoxical Intention

Teknik paradoxical pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self


detachment) dan kemampuan mengambil sikap (to take a stand) terhadap kondisi dan diri
sendiri dan lingkungan.teknik ini juga memanfaatkan salah satu kualitas khas manusia
lainnya, yaitu rasa humor, khususnya humor terhadap diri sendiri. Dalam penerapannya
teknik ini membantu pasien untuk menyadari pola keluhannya, mengambil jarak atas
keluhannya itu serta menanggapinya secara humoristis. Dalam kasus-kasus fobia, teknik ini
berusaha mengubah sikap penderita yang semula takut menjadi akrab dengan objek yang
justru ditakutinya, sedangkan pada obsesi dan kompulsi yang biasanya penderita
engendalikan ketat dorongan-dorongannya agar tak tercetus justru diminta untuk secara
sengaja mengharapkan (bukan memacu) agar dorongan itu benar-benar muncul. Usaha ini
mustahil dilaksanakan apabila dilakukan tanpa sikap humoristis pasien atas dirinya.
Pemanfaatan rasa humor ini diharapkan dapat membantu pasien untuk tidak lagi memandang
gagguan-gangguannya sebagai sesuatu yang berat mencekam, tetapi berubah menjadi sesuatu
ringan dan bahkan lucu. Teknik paradoxical intention memiliki keterbatasan, yaitu sulit
dilakukan bagi pasien yang kurang memiliki rasa humor. Selain itu, teknik ini memiliki
kontra indikasi dengan kasus depresi dengan kecenderungan bunuh diri.

Dereflection

Dereflection memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada setiap manusia
dewasa. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan tak memerhatikan lagi kondisi
yang yak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang
positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluhannya dan memandangnya
secara ringan, kemudian mengalihkan perhatian kepada hal-hal bermanfaat, gejala hyper
intention dan hyper reflection menghilang. Selain itu, akan terjadi perubahan sikap, yaitu dari
yang semula terlalu memerhatikan diri sendiri menjadi komitmenterhadap sesuatu yang
penting baginya (self commitment). Pasien dengan gejala frigiditas misalnya diarahkan untuk
tidak lagi memerhatikan frigiditasnya tetapi disarankan untuk lebih mencurahkan
perhatiannya kepada pasangannya. Pada penderita insomnia yang sangat menginginkan tidur
diminta untuk menghentikan usaha-usaha untuk bisa tidur dan justru diminta untuk tidak tidur
sama sekali dengan melakukan sesuatu kegiatan untuk mencegahnya tidur.

Medical Ministry

Dalam kehidupan sering diemukan berbagai pengalaman tragi sang tak dapat dihindari lagi,
sekalipun upaya-upaya enanggulangan telah dilakukan secara maksimal, tetapi tidak berhasil.
Untuk itu, logoterapi mengarahkan penderita untuk berusaha mengembangkan sikap yang
tepat dan dan positif terhadap kondisi tragis tersebut.metode ini merupakan metode logoterapi
yang semula diterapkan dikalangan medis, khususnya gangguan-gangguan somatogenik
(misalnya depresi pasca ampuasi). Namun selanjutnya metode di amalkan pula oleh para
professional lain dalam mengatasi berbagai kasus tragis non-medis (misalnya PHK,
perceraian). Pendekatan ini memanfaatkan kemampuan unuk mengambil sikap terhadap
kondisi diri dan lingkungan yang tak mungkin diubah lagi. Medical ministry merupakan
perealisasian dari nilai-nilai bersikap sebagai salah satu sumber makna hidup. Ini sesuai pula
dengan ungkapan Sahakian if you cannot change conditions, then after your
attitudetoward them. Tujuan utama metode medical ministry membantu seseorang
menemukan makna dari penderitaannya: meaning in Suffering.

Existential Analysis/Logoterapi

Dengan metode ini terapis membantu penderita neurosis noogenik dan mereka yang
mengalami kehampaan hidup untuk menemukan sendiri makna hidupnya dan mampu
menetapkan tujuan hidup secara lebih jelas. Makna hidup ini harus mereka temukan sendiri
dan tak dapat ditentukan oleh siapapun, termasuk oleh logoterapis, fungsi logoterapis hanya
sekedar membantu membuka cakrawala pandangan para penderita terhadap berbagai nilai
sebagai sumber makna hidup, yaitu nilai kreatif, nilai penghayatan, dan nilai bersikap.
Di samping itu, logoterapi menyadarkan mereka teradap tanggungjawab pribadi untuk keluar
dari kondisi kehampaan hidup. dalam proses penemuan makna hidup ini para konselor/terapis
lebih berperan sebagai rekan yang turut berperan serta yang seedikit demi sedikit menarik
keterlibatannya bila pasien sudah mulai menyadari dan menemukan makna hidupnya.
Elisabeth Lukas menjabarkan pendekatan ini ini atas empat tahap, yaitu: (1). Mengambil
jarak atas symptom yaitu dengan cara membantu menyadarkan pasien bahwa symptom sama
sekali tidak identic dan mewakilidirinya, tetapi semata-mata merupakan kondisi yang
dimiliki dan benar-benar dapat dikendalikan. (2). Modifikasi sikap berarti membantu
pasien mendapatkan pandangan baru atas diri sendiri dan kondisinya, kemudian menentukan
sikap baru dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya. (3). Pengurangan symptom
merupakan upaya menerapkan teknik-teknik logoterapi untuk menghilangkan sama sekali
symptom atau sekurang-kurangnya mengurangi dan mengendalikannya. (4). Orientasi
terhadap makna adalah membahas bersama nilai-nilai dan makna hidup yang secara potensial
ada dalam kehidupan pasien. Dalam hal ini fungsi terapis sekedar membantu memperdalam,
memperluas nilai-nilai itu, dan menjabarkannya menjadi tujuan yang lebih konkret.

Anda mungkin juga menyukai