Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN TEORITIS

PERSALINAN PATOLOGIS

I. KONSEP DASAR MEDIK

A. Definisi Sectio Caesarea


Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
atau vagina; atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim, (Mochtar R, 2002)
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding
rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram (Sarwono, 2005).
Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk kelahiran
janin dengan insisi melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007)
.
B. Jenis - Jenis Sectio Caesarea
1. Abdomen (Sectio Caesarea Abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis
1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada
corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
(a) Mengeluarkan janin dengan cepat
(b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
tertarik
(c) Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
(a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal
karena tidak ada reperitonealis yang baik
(b) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi
rupture uteri spontan
2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada
segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat
pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-
kira 10 cm
Kelebihan :
(a) Penjahitan luka lebih mudah
(b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
(c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
(d) Perdarahan tidak begitu banyak
(e) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau
lebih kecil
Kekurangan :
(a) Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah
sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah
sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
(b) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
b. Sectio Caesarea ektra peritonealis yaitu tanpa membuka
peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka
cavum abdominal.
2. Vagina (Sectio Caesarea Vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat
dilakukam sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (Longitudinal)
b. Sayatan Melintang (Transversal)
c. Sayatan huru T (T insicion)

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)


Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
a. Sayatan Melintang
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim.
Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir
selangkangan (shymphisisis) di atas batas rambut kemaluan
sepanjang sekitar 10-14 cm. Keuntungannya adalah parut
pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita
rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karena
pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak
mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh
lebih sempurna (Kasdu, 2003)
b. Sayatan Memanjang (SC klasik)
Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah
yang memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk
mengeluarkan bayi, namun jenis ini kini jarang dilakukan
karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y.
2007)

C. Etiologi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal
mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin,
dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses
persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal
( Dystasia ).
Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut
(Mochtar R, 2002) adalah sebagai berikut :
1. Indikasi Ibu
a. His lemah / melemah
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.
c. Panggul sempit.
d. Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara
ukuran kepala dengan panggul.
e. Partus lama (prolonged labor).
f. Ruptur uteri mengancam.
g. Partus tak maju (obstructed labor).
h. Distosia serviks.
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
i. Pre-eklampsia dan hipertensi.
j. Disfungsi uterus.
k. Distosia jaringan lunak.
2. Indikasi janin dengan sectio caesarea:
a. Letak lintang.
b. Letak bokong.
c. Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan
cara-cara lain tidak berhasil.
e. Gemelli menurut Eastman, sectio caesarea di anjurkan:
1) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
(shoulder presentation).
2) Bila terjadi interlok (locking of the twins).
3) Distosia oleh karena tumor.
4) Gawat janin.
f. Kelainan Uterus :
1) Uterus arkuatus.
2) Uterus septus.
3) Uterus duplekus.
4) Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk
kepala janin ke pintu atas panggul.

D. Manifestasi Klinik
Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien
dengan post sectio caesarea, antara lain :
1. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
2. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
3. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
4. Bising usus tidak ada.
5. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
6. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
7. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
E. Patofisiologi
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang
didalamnya adalah sifat dari kantung amnion adalah bakteriostatik
yaitu untuk mencegah karioamnionistis dan infeksi pada janin.
Atau disebut juga sawar mekanik terhadap infeksi. Setelah amnion
terinfeksi oleh bakteri dan disebut kolonisasi bakteri maka janin
akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada 25% klien cukup bulan
yang terkena infeksi amnion, persalinan kurang bulan terkena

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)


Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
indikasi ketuban pecah dini daripada 10% klien persalinan cukup
bulan indikasi ketuban pecah dini akan menjadi tahap
karioamnionitis (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan cerviks yang
baik pada kontraksi uterus yang baik, maka persalinan per vagina
dianjurkan, tetapi apabila terjadi gagal induksi cerviks atau induksi
cerviks tidak baik, maka tindakan sectio caesarea tepat dilakukan
secepat mungkin untuk menghindari kecacatan atau terinfeksinya
janin lebih parah.
.
F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea
menurut (Mochtar R, 2002: 121) adalah sebagai berikut :
1. Infeksi puerperal (nifas)
a. Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung.
c. Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini
sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi intra fartal karena ketuban pecah terlalu
lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan
antibiotika yang adekuat dan tepat.
2. Perdarahan disebabkan karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
b. Atonia uteri.
c. Perdarahan pada placental bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila reperitonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.

G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui panggul sempit dapat dilakukan
pemeriksaan, diantaranya (Smeltzer 2001 : 339) :
1. Darah rutin (mis Hb)
2. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa
3. Pelvimetri : menentukan CPD
4. USG abdomen
5. Gula darah sewaktu
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio
caesarea (Cuningham, F Garry, 2005 : 614)
1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat
2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa
uterus tetap berkontraksi dengan kuat
3. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg
diberikan, pemberian narkotik biasanya disertai anti emetik,
mis; prometazin 25 mg
4. Eriksa aliran darah uterus palingsedikit 30 ml/jam
5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya
memadai untuk 24 jam pertama setelah pembedahan
6. Ambulasi, satu hari setelahpembedahan klien dapat turun
sebertar dari tempat tidur dengan bantuan orang lain
7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip)
diangkat pada hari keempat setelah pembedahan
8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah
pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyaratkan hipovolemia
9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal,
sefalosporin, atau penisilin spekrum luas setelahjanin lahir
I. Prognosis
Dulu angka mobilitas dan mortalitas untuk ibu dan janin
tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat
dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan darah dan cairan,
indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas
operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah
kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang ditolong secara Seksio
Caesaria sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan
operasi.Menurut data dari Negara-negara dengan pengawasan
antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna angka
kematian perinatal sekitar 4 sampai 7%.

J. Nasehat Pasca Operasi

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)


Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
1. Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun,
dengan memakai kontrasepsi
2. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal
yang baik
3. Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar
4. Apakah persalinan yang berikut harus dengan Seksio Caesaria
bergantung dari indikasi Seksio Caesaria dan keadaan pada
kehamilan berikutnya
5. Hampir di seluruh institute di Indonesia tidak dianut dictum
Once a cesarea not always a cesarea kecuali pada panggul
sempit atau disproporsi sefalo-pelvik.

K. Pengaruh Anastesi pada Seksio Caesaria


1. Anestesia umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat
pernapasan janin, sehingga kadang-kadang bayi lahir apnea.
Selain itu pengaruh terhadap tonus uterus sehingga kadang-
kadang timbul perdarahan postpartum karena atonia uteri.
Akan tetapi bahaya terbesar adalah apabila diberi anastesi
umum sedangkan lambung penderita tidak kosong. Pada wanita
yang tidak sadar karena anastesi ada kemungkinan isi lambung
masuk ke dalam jalan pernapasan sehingga dapat menimbulkan
obstruksi dan atau pneumonia kimia akut. Aspirasi lebih sering
terjadi selama tindakan anastesi pada saat induksi dan intubasi
mendorong uterus guna mempercepat proses kelahiran bayi dan
ekstubasi.
2. Trauma dan infeksi pada saluran nafas atas lebih mudah terjadi
waktu intubasi endotrakneal pada ibu hamil. Hal ini karena
pembuluh darah mukosa lebih melebar dan hiperemisis. Maka
intubasi harus dilakukan secara halus dengan alat-alat yang
steril dan pipa endotraknea yang lebih kecil dari biasa.
3. Resiko hipoksia pada pasien opstetri lebih mudah terjadi karena
kapasitas residu fungsional yang lebih rendah dan konsumsi
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
oksigen meningkat sampai 20%. Resiko hipoksia lebih sering
terjadi pada intubasi yang sukar dan lama.Pasien obstetri lebih
sensitif terhadap zat anastetika karena hormon progesteron
lebih tinggi.
4. Hipotensi dapat disebabkan vasodilatasi pembuluh darah oleh
blok simpatis pada analgesia subaraknoida, epidural dan kaudal
dan paraservikal. Vasoditalatasi juga dapat disebabkan oleh
depresi vasomotor selama anastesi yang dalam.
5. Anastesi spinal aman buat janin, akan tetapi selalu ada
kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan
akibat yang buruk bagi ibu dan janin.

L. Perawatan pada ibu post partum sectio caesarea (Saifudin,2002) :


1. Observasi kesadaran penderita
Kesadaran penderita baik oleh ahli bedah karena ibu dapat
mengetahui hampirt semua proses peralinan
2. Mengukur tanda tanda vital
Pengukuran meliputi tensi,nadi,suhu,pernafasan
.keseimbangan cairan melalui produksi urine dengan
perhitungan (produksi urin normal 500- 600 cc,pernapasan 500-
600 cc)pemberia cairan pengganti sekitar 2000-2500cc dengan
perhitungan 20 tetes/i.
3. Diit
Pemberian sedikit minum sesudah dapat diberikan 6- 10 am
pasca bedah berupa air putih.
Ibu menyusui harus mengkomsumsi tambahan kalori 500
kalori tiap hari makan dengan diit seimbang untuk mendapatka
protein,mineral,vitamin yang cukup

4. Mobilisasi
Mobilisasi secara bertahap berguna untk membantu
penyembuhan penderita secara psikologi Miring ke kanan dan
kiri di mulai 6 10 jam pasca operasi (setelah sadar). Hari ke
dua klien bisa duduk selama 5 menit dan hari berikutnya klien
bisa berjalan
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
5. Perawatan rutin
Hal ini yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan
pengukuran adalah tekanan darah,jumlah nadi per
menit,frekuensi pernafasan permenit,jumlah cairan yang masuk
dan keluar,suh badan,dan kontraksi uterus.
6. Payudara
Payudara dibersihkan setiap hari sebelum mandi dengan air
bersih tanpasabun untuk mengurangi resiko infeksi.apabila
putting susu lecet oleskan kolestrum atau asikeluar dari putting
susu setiap klai selesai menyusui.
7. Kembalinya mentruasi
Menstruasi biasanya terjadi 12 minggu post partum pada
wanita yang tidak menyusui dan 36 minggu post partum pada
yang menyusui.
8. Keluarga berencana
Masa post partum merupakan masa yang paling baik untuk
kontrasepsi karena pada saat itu motifasi penggunaan lebih
tinggi

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasikan
status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
1. Identitas
Meliputi Nama, Umur, Pekerjaan, Agama, Suku, Alamat, dsb.
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
Meliputi Kehamilan yang lalu, saat ini, persalinan dan ginekology.
a. Riwayat kehamilan: umur kehamilan, serta riwayat penyakit
menyertai
b. Riwayat persalinan: tempat persalinan, normal atau terdapat
komplikasi, keadaan bayi, keadaan ibu, riwayat sectio
caesarea.
c. Riwayat nifas masa lalu: pengeluaran air susu ibu lancar atau
tidak, berat badan bayi, riwayat keluarga berencana atau tidak
3. Riwayat Kesehatan
Meliputi Keluhan utama, Keluhan saat ini, dan riwayat keluhan
sekarang seperti sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan,
takut bergerak
4. Keadaan Umum Pasien
a. Aktivitas/ istirahat.
Gejala: Kelemahan/ kelelahan.
Tanda: Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ).
b. Sirkulasi.
Gejala: Hipertensi, Takhikardi, Disritmia.
Tanda: Kelemahan nadi / perifer, Pengisian kapiler
lambat,Warna kulit pucat, sianosis, Kelembaban kulit,
berkeringat.
c. Integritas Ego.
Gejala: Faktor stress akut / psikologi, perasaan tidak berdaya.
Tanda: Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat,
perhatian menyempit.
d. Eliminasi.
Gejala: Perubahan pola defekasi /karakteristik feces.
Tanda: Nyeri abdomen, Distensi abdomen, peningkatan bunyi
usus, karakteristik feses ; konstipasi.
e. Makanan /Cairan.
Gejala: Anorexia,mual, dan muntah, cegukan, tidak toleran
terhadap makanan.
Tanda: Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.
f. Neorosensori.
Gejala: Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.
Tanda: Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung
mengantuk, disorientasi, bingung.
g. Nyeri /Kenyamanan.
Gejala: Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)


Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
Tanda: Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah
operasi Caesarea. Nyeri abdomen pada bekas Luka insisi.
h. Keamanan.
Gejala: Alergi terhadap obat, efek anastesi.
Tanda: Peningkatan suhu.
i. Seksualitas ; Disproporsi sefalopelvis (CPD),
Kehamilan multiple atau gestasi (uterus sangat distensi),
Melahirkan sesaria sebelumnya, bedah uterus atau serviks
sebelumnya. Tumor/neoplasma yang menghambat pelvis/jalan
lahir.
i. Penyuluhan/Pembelajaran
Kelahiran sesaria dapat atau mungkin tidak direncanakan,
mempengaruhi kesiapan dan pemahaman klien terhadap
prosedur.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Nanda, Nic dan Noc ;
1. Nyeri berhubungan dengan Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis), kerusakan/trauma jaringan, dan diskontinuitas
jaringan atau distensi efek-efek hormonal.
2. Inefektif Laktasi/ Ketidakefektifan Menyusui berhubungan
dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat
dukungan, karaktristik payudara, terapi pembatasan gerak.
3. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan
metabolisme sel, Pengobatan , Kehilangan integritas struktur
tulang, Terapi pembatasan gerak, Tidak nyaman, nyeri luka
jahitan SC, Penurunan kekuatan otot.
4. Defisit perawatan diri Berhubungan dengan penurunan atau
kurangnya motivasi, hambatan lingkungan, kerusakan
muskuloskeletal, nyeri, kecemasan, kelemahan dan kelelahan.
5. Ansietas berhubungan dengan, Krisis situasional, Stress,
perubahan kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri,
kurang pengetahuan.
6. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan hemoglobin, prosedur invasive, malnutrisi.

C. Intervensi Keperawatan
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
1. Nyeri
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan
Intervensi
Masalah Kolaborasi Kriteria Hasil
Nyeri berhubungan NOC : NIC :
dengan: Pain Lakukan pengkajian
Agen injuri (biologi, Level, nyeri secara
kimia, fisik, pain komprehensif
psikologis), control, (lokasi,frekuensi,
kerusakan/trauma comfort karakteristik, kualitas
jaringan, dan luka level dan konsistensi)
pada perineum, Setelah dilakukan Anjurkan tentang teknik
kontraksi uterus. tinfakan non farmakologis
keperawatan seperti teknik nafas
DS: selama . Pasien dalam
- Laporan secara tidak mengalami Observasi reaksi
verbal nyeri, dengan nonverbal dari
DO: kriteria hasil: ketidaknyamanan
- Posisi untuk Mampu Kontrol lingkungan yang
menahan nyeri mengontrol nyeri dapat mempengaruhi
- Tingkah laku (tahu penyebab nyeri seperti kebisingan
berhati-hati nyeri, mampu Berikan posisi yang
- Gangguan tidur menggunakan nyaman
(mata sayu, tehnik Monitor vital sign
tampak capek, sulit nonfarmakologi Kurangi faktor
atau gerakan untuk mengurangi presipitasi nyeri
kacau, nyeri, mencari Kaji tipe dan sumber
menyeringai) bantuan) nyeri untuk
- Terfokus pada diri Melaporkan bahwa menentukan intervensi
sendiri nyeri berkurang Anjurkan tentang teknik
- Fokus menyempit dengan non farmakologi: napas
(penurunan menggunakan dalam, relaksasi,
persepsi waktu, manajemen nyeri distraksi, kompres
kerusakan proses
Mampu mengenali hangat/ dingin
berpikir,
nyeri (skala, Berikan analgetik untuk
penurunan
intensitas, mengurangi nyeri:
interaksi dengan
frekuensi dan ...
orang dan
tanda nyeri) Tingkatkan istirahat
lingkungan)
- Tingkah laku Menyatakan rasa Berikan informasi
distraksi, contoh : nyaman setelah tentang nyeri seperti
jalan-jalan, nyeri berkurang penyebab nyeri, berapa
menemui orang Tanda vital dalam lama nyeri akan
lain dan/atau rentang normal berkurang dan
aktivitas, aktivitas Tidak mengalami antisipasi
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
berulang-ulang) gangguan tidur ketidaknyamanan dari
- Respon autonom prosedur
(seperti Monitor vital sign
diaphoresis, sebelum dan sesudah
perubahan tekanan pemberian analgesik
darah, perubahan pertama kali
nafas, nadi dan Observasi untuk
dilatasi pupil) beberapa gejala, yaitu :
- Perubahan dispneu, mual/muntah,
autonomic dalam pusing, palpitasi,
tonus otot keinginan untuk BAK
(mungkin dalam Anjurkan pada pasien
rentang dari lemah memberitahukan
ke kaku) kepada perawat ketika
- Tingkah laku terjadi chest pain
ekspresif (contoh : Kontrol lingkungan yang
gelisah, merintih, dapat mempengaruhi
menangis, nyeri
waspada, iritabel, Berikan posisi yang
nafas nyaman
panjang/berkeluh Kolaborasi pemberian
kesah) analgetik
- Perubahan dalam
nafsu makan

2. Ketidakefektifan Menyusui

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan
Intervensi
Masalah Kolaborasi Kriteria Hasil
Ketidakefektifan NOC : NIC :
Setelah dilakukan 1. Kaji
Menyusui
tinfakan pengetahuan dan
berhubungan keperawatan pengalaman klien
selama . Pasien
dengan tingkat tentang menyusui
tidak mengalami
pengetahuan, nyeri, dengan sebelumnya.
kriteria hasil: 2. Tentukan
pengalaman sistem pendukung
Mengu
sebelumnya, tingkat ngkapkan yang tersedia pada
pemahaman atau klien, dan sikap
dukungan,
proses situasi pasangan / keluarga
karaktristik menyusui 3. Berikan
payudara. Mende informasi verbal dan
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
monstrasikan tertulis, mengenai
teknik efektif fisiologi dan
dalam menyusui keuntungan
Menun menyusui, perawatan
jukkan kepuasan
puting dan payudara,
regimen
menyusui satu kebutuhan diet
sama lain, khusus, dan faktor-
dengan bayi faktor yang memu-
dahkan atau
mengganggu
keberhasilan
menyusui.
4. Demonstrasi
kan dan tinjau ulang
teknik-teknik
menyusui. Perhatikan
posisi bayi selama
menyusu dan lama
menyusu.
5. Kaji puting
klien, anjurkan klien
melihat puting setiap
habis menyusui
6. Anjurkan
klien untuk menge-
ringkan puting
dengan udara selama
20-30 menit setelah
menyusui
7. Instruksikan
klien untuk
menghindari
penggunaan
pelindung puting
kecuali secara khusus
diindikasikan
8. Berikan
pelindung puting
payudara khusus mis :
pelindung Eschmann )
untuk klien menyusui
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
dengan puting masuk
atau datar. Anjurkan
penggunaan kompres
es sebelum menyusui
dan latihan puting
dengan memutar
diantara ibu jari dan
jari tengah dan
menggunakan teknik
Hoffman

3. Hambatan mobilitas fisik


Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Intervensi
Masalah Kolaborasi Kriteria Hasil

Gangguan NOC : NIC :


mobilitas fisik Joint Movement : Exercise therapy :
Berhubungan Active ambulation
dengan : Mobility Level
- Gangguan Self care : ADLs Kaji tingkat
metabolisme sel Transfer kemampuan
- Keterlembatan performance mobilitas
perkembangan Setelah dilakukan Monitoring vital sign
- Pengobatan tindakan sebelm/sesudah
- Kurang support keperawatan latihan dan lihat
lingkungan selama.gangguan respon pasien saat
- Keterbatasan mobilitas fisik latihan
ketahan teratasi dengan Konsultasikan
kardiovaskuler kriteria hasil: dengan terapi fisik
- Kehilangan Klien meningkat tentang rencana
integritas struktur dalam aktivitas ambulasi sesuai
tulang fisik dengan kebutuhan
- Terapi pembatasan Mengerti tujuan Bantu klien
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
gerak dari peningkatan melakukan mobilisasi
- Kurang mobilitas Anjurkan keluarga
pengetahuan Memverbalisasik klien untuk terlibat
tentang kegunaan an perasaan dalam membantu
pergerakan fisik dalam pemenuhan ADL
- Indeks massa meningkatkan klien
tubuh diatas 75 kekuatan dan Kaji kemampuan
tahun sesuai kemampuan pasien dalam
dengan usia berpindah mobilisasi
- Kerusakan persepsi Memperagakan Latih pasien dalam
sensori penggunaan alat pemenuhan
- Tidak nyaman, Bantu untuk kebutuhan ADLs
nyeri mobilisasi secara mandiri
- Kerusakan (walker) sesuai kemampuan
muskuloskeletal Berikan alat Bantu
dan neuromuskuler jika klien
- Intoleransi memerlukan.
aktivitas/penuruna Ajarkan pasien
n kekuatan dan bagaimana merubah
stamina posisi dan berikan
- Depresi mood atau bantuan jika
cemas diperlukan
- Kerusakan kognitif Berikan penjelasan
- Penurunan mengenai
kekuatan otot, pentingnya istirahat
kontrol dan atau
masa
- Keengganan untuk
memulai gerak
DO:
- Penurunan waktu
reaksi
- Kesulitan merubah
posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk
berjalan,
kecepatan,
kesulitan memulai
langkah)
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai
nafas pendek atau
tremor
- Ketidak stabilan
posisi selama
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
melakukan ADL
- Gerakan sangat
lambat dan tidak
terkoordinasi

4. Defisit perawatan diri


Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Intervensi
Masalah Kolaborasi Kriteria Hasil

Defisit perawatan NOC : NIC :


diri Self care : Self Care assistane :
Berhubungan Activity of Daily ADLs
dengan : penurunan Living (ADLs) Monitor kemempuan
atau kurangnya Setelah dilakukan klien untuk
motivasi, hambatan tindakan perawatan diri yang
lingkungan, keperawatan mandiri.
kerusakan selama . Defisit Monitor kebutuhan
muskuloskeletal, perawatan diri klien untuk alat-alat
kerusakan teratas dengan bantu untuk
neuromuskular, kriteria hasil: kebersihan diri,
nyeri, kerusakan Klien terbebas berpakaian, berhias,
persepsi/ kognitif, dari bau badan toileting dan makan.
kecemasan, Menyatakan Sediakan bantuan
kelemahan dan kenyamanan sampai klien mampu
kelelahan. terhadap secara utuh untuk
kemampuan melakukan self-care.
DO : untuk melakukan Dorong klien untuk
ketidakmampuan ADLs melakukan aktivitas
untuk mandi, Dapat melakukan sehari-hari yang
ketidakmampuan ADLS dengan normal sesuai
untuk berpakaian, bantuan kemampuan yang
ketidakmampuan dimiliki.
untuk makan, Dorong untuk
ketidakmampuan melakukan secara
untuk toileting mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
hanya jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

5. Anxietas
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Tujuan dan Intervensi
Masalah Kolaborasi
Kriteria Hasil

Kecemasan NOC : NIC :


berhubungan - Kontrol Anxiety Reduction
dengan kecemasan (penurunan
Faktor keturunan, - Koping kecemasan)
Krisis situasional, Setelah dilakukan
Stress, perubahan asuhan selama Gunakan pendekatan
status kesehatan, klien yang menenangkan
ancaman kematian, kecemasan teratasi Nyatakan dengan
perubahan konsep dgn kriteria hasil: jelas harapan
diri, kurang Klien mampu terhadap pelaku
pengetahuan dan mengidentifikasi pasien
hospitalisasi dan Jelaskan semua
mengungkapkan prosedur dan apa
DO/DS: gejala cemas yang dirasakan
- Insomnia Mengidentifikasi, selama prosedur
- Kontak mata kurang mengungkapkan Temani pasien untuk
- Kurang istirahat dan memberikan
- Berfokus pada diri menunjukkan keamanan dan
sendiri tehnik untuk mengurangi takut
- Iritabilitas mengontol Berikan informasi
- Takut cemas faktual mengenai
- Nyeri perut Vital sign dalam diagnosis, tindakan
- Penurunan TD dan batas normal prognosis
denyut nadi Postur tubuh, Libatkan keluarga
- Diare, mual, ekspresi wajah, untuk mendampingi
kelelahan bahasa tubuh klien
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
- Gangguan tidur dan tingkat Instruksikan pada
- Gemetar aktivitas pasien untuk
- Anoreksia, mulut menunjukkan menggunakan tehnik
kering berkurangnya relaksasi
- Peningkatan TD, kecemasan Dengarkan dengan
denyut nadi, RR penuh perhatian
- Kesulitan bernafas Identifikasi tingkat
- Bingung kecemasan
- Bloking dalam Bantu pasien
pembicaraan
mengenal situasi
- Sulit berkonsentrasi
yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Kelola pemberian
obat anti
cemas:........

6. Resiko Tinggi Infeksi

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)


Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Tujuan dan Intervensi
Masalah Kolaborasi
Kriteria Hasil

Resiko Tinggi NOC : NIC :


Infeksi Immune Status
Monitoring tanda-
berhubungan Knowledge :
dengan trauma Infection tanda vital
jaringan, penurunan control Kaji keadaan luka
hemoglobin, Risk control Kaji catatan prenatal
prosedur invasive, Setelah dilakukan dan intrapranatal,
pecah ketuban, tindakan perhatikan frekuensi
malnutrisi. keperawatan pemeriksaan vagina
Faktor-faktor risiko : selama
dan komplikasi
- Prosedur Infasif pasien tidak
- Kerusakan jaringan mengalami seperti ketuban
dan infeksi dengan pecah dini ( KPD ),
peningkatan paparan kriteria persalinan lama,
lingkungan hasil: laserasi, hemoragi,
- Malnutrisi Klien bebas dari dan tertahannya
- Peningkatan tanda
plasenta
paparan dan gejala infeksi
Pantau suhu dan
lingkungan patogen Menunjukkan
- Imonusupresi kemampuan untuk nadi dengan rutin I
- Tidak adekuat mencegah dan sesuai indikasi,
pertahanan timbulnya catat tanda-tanda
sekunder infeksi menggigil, anoreksia
(penurunan Hb, Jumlah leukosit atau malaise.
Leukopenia, dalam Kaji lokasi dan
penekanan batas normal
kontraktilitas uterus,
respon inflamasi) Menunjukkan
- Penyakit kronik perilaku perhatikan
- Imunosupresi hidup sehat perubahan
- Malnutrisi Status imun, involusional atau
- Pertahan primer gastrointestinal, adanya nyeri tekan
tidak genitourinaria uterus eksterm.
adekuat (kerusakan dalam Catat bau luka
kulit, batas normal
trauma jaringan, operasi
gangguan Evaluasi kondisi
peristaltik) puting, perhatikan
adanya pecah-pecah,
kemerahan atau
nyeri tekan. Anjurkan
pemeriksaan rutin
Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)
Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
payudara. Tinjau
perawatan yang
tepat dan teknik
pemberian makan
bayi ( rujuk pada
DK : nyeri akut /
ketidaknyamanan )
Inspeksi sisi
perbaikan episitomi
setiap 8 jam.
Perhatikan nyeri
tekan berlebihan,
kemerahan, eksu-dat
purulent, edema
sekatan pada garis
sutura ( kehilangan
perlekatan ) atau
adanya leserasi.
Perhatikan
frekuensi / jumlah
berkemih.
Anjurkan perawatan
perineal dan mandi
serta ganti pembalut
secara berkala
Anjurkan dan
gunakan teknik
mencuci tangan
cermat dan
pembuangan
pembalut yang kotor,
pembalut perineal
dan linen
terkontaminasi
dengan tepat.
Diskusikan dengan
klien pentingnya
kontinuitas tindakan
ini setelah pulang.
Berikan HE tentang

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)


Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
pencegahan infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M E. 2002. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan


dan dokumentasi perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC

Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan. (Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
NOC). Penerbit Buku kedokteran EGC Jakarta

Saifuddin,, 2002 , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)


Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Dwi Rachmat Kumalasari, S.Kep (70900116049)


Program Studi Profesi Ners Angkatan XI
UIN Alauddin Makassar 2017

Anda mungkin juga menyukai