Anda di halaman 1dari 38

1) Bagaimana hierarki organisasi Puskesmas, serta tugas dan wewenangnya?

lStruktur Organisasi Puskesmas

Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari:

(1) Kepala Puskesmas

(2) Sub Bagian Tata Usaha

(3) Pokja Upaya Kesehatan Masyarakat

(4) Pokja Upaya Pelayanan Kesehatan

(5) Pokja Upaya Penanggulangan Masalah Kesehatan dan Bencana; dan

(6) Kelompok Jabatan Fungsional

Pengorganisasian puskesmas ke depan selain dipimpin oleh seorang Kepala


Puskesmas, juga ada Wakil Kepala Puskesmas dan meliputi unit fungsional dan unit
tata usaha. Program pokok Puskesmas atau program kesehatan dasar yang harus
dilaksanakan di Puskesmas meliputi ; (1) promosi kesehatan, (2) kesehatan
lingkungan, (3) kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana, (4) perbaikan
gizi, (5) pemberantasan penyakit menular, (6) pengobatan.
Sesuai dengan misi dan strategi di atas, Puskesmas dapat mengembangkan
program-program unggulan berdasarkan kebutuhan, situasi dan kondisi daerah
masing-masing. Contohnya, daerah yang diwilayah kerjanya banyak ditemukan
kelompok rawan kesehatan atau kelompok resiko tinggi (high-risk group) ; seperti ibu
hamil Risti, penyakit kronis, lanjut usia, dll. Di wilayah tersebut dapat dikembangkan
perawatan kesehatan masyarakat (community health nursing) sebagai program
unggulan atau program prioritas kesehatan lain.
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS

KEPALA
PUSKESMAS

TATA USAHA

UNIT I UNIT II UNIT III UNIT IV UNIT V UNITV I UNITVII

PUSKESMAS
PEMBANTU

2) Tugas Pokok dan Fungsi


1. Kepala Dinas Kesehatan

Kepala Dinas Kesehatan mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan segala


usaha dan kegiatan di bidang kesehatan serta pengelolaan Kesekretariatan Dinas.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1. Menetapkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang selaras dengan Visi dan
Misi Kabupaten Banyuasin ;
2. Membuat program kerja untuk mencapai tujuan jangka panjang, jangka menengah
dan jangka pendek;
3. Mengkoordinir kegiatan Sekretariat dan Bidang-bidang;
4. Memberi petunjuk, membina, membimbing dan mengawasi pekerjaan bawahannya
yang berada dalam lingkungan dinasnya;
5. Melakukan koordinasi vertikal dan horizontal dengan Instansi terkait baik pusat
maupun daerah.
2. Sekretariat Dinas

Sekretariat Dinas mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum,


pengolahan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, hubungan masyarakat dan urusan
lain yang tidak termasuk dalam tugas dan fungsi bidang. Dalam melaksanakan
tugasnya, Sekretariat Dinas menyelenggarakan fungsi :

1. Pengelolaan surat menyurat, kearsipan/ dokumentasi, hukum, kehumasan dan


Penyusunan Peraturan Perundang-undangan;
2. Penyiapan data, informasi, hubungan masyarakat serta pelaksanaan inventaris rumah
tangga kantor dan pembinaan urusan umum;
3. Pengelolaan dan pengadaan barang-barang dan peralatan kantor;
4. Penyelenggaraan Administrasi Kepegawaian dan Keuangan;
5. Melaksanakan hubungan kerja dengan satuan kerja lain yang terkait dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugasnya;
6. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Sekretariat Dinas terdiri atas :

1. Sub bagian Umum dan Perlengkapan


2. Sub Bagian Kepegawaian
3. Sub Bagian Keuangan
Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris Dinas, dengan tugas
masing-masing sebagai berikut :

(1) Sub bagian Umum dan Perlengkapan, mempunyai tugas:

1. Membantu Sekretaris Dinas di bidang urusan umum dan perlengkapan;


2. Mengkoordinir tugas administrasi dan perlengkapan agar berjalan dengan baik sesuai
ketentuan yang berlaku;
3. Membuat perencanaan tentang pengadaan, pemeliharaan dan penghapusan barang/
alat perlengkapan kantor;
4. Menghimpun, menelaah dan menyampaikan Peraturan Perundang-undangan yang
berhubungan dengan kesehatan, kerumahtanggaan, perlengkapan dan lain-lain
5. Melaksanakan Tata Usaha dan Pengendalian kearsipan;
6. Melaksanakan tugas kehumasan dan protokoler;
7. Melaksanakan pengamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan.
(2) Sub Bagian Kepegawaian, mempunyai tugas:

1. Membantu Sekretariat Dinas dalam hal tugas kepegawaian;


2. Mengkoordinir tugas kepegawaian agar berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
3. Membuat perencanaan tentang formasi (kebutuhan) pegawai;
4. Melaksanakan Tata Usaha Kepegawaian dan Pembuatan data kepegawaian;
5. Melaksanakan urusan pembinaan dan pengembangan kepegawaian;
6. Melaksanakan pendidikan pelatihan teknis dan pelatihan fungsional tenaga puskesmas
dan jaringannya.
(3) Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas:

1. Membantu Sekretariat Dinas dalam hal tugas keuangan;


2. Mengkoordinir tugas keuangan agar berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
3. Melakukan Tata Usaha keuangan, Pertanggung-jawaban anggaran;
4. Melaksanakan urusan pajak-pajak;
5. Melaksanakaan Pembinaan dan Pengendalian serta Pengawasan terhadap para
bendaharawan;
6. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan keuangan pada UPTD Puskesmas dan
Gudang Farmasi;
7. Melaksanakan Pengelolaan administrasi Pendapatan (retribusi, dan lain-lain) ;
8. Melaksanakan usulan permintaan anggaran (rutin, gaji, program dan lain-lain).
3. Bidang Pengembangan Sistem Kesehatan

Bidang Pengembangan Sistem Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian


tugas Dinas Kesehatan di bidang Pengembangan Sistem Kesehatan. Dalam melaksanakan
tugasnya, Bidang Pengembangan Sistem Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Pengumpulan dan pengolahan data di bidang kesehatan;


2. Penyiapan bahan penyusunan Rencana dan Program bidang kesehatan;
3. Penyiapan bahan pelaksanaan pemantauan dan pengendalian program;
4. Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan program dan membuat laporan tahunan;
5. Pembinaan dan pengendalian kompetensi profesi bidang kesehatan;
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.
Bidang Pengembangan Sistem Kesehatan terdiri atas :

1. Seksi Perencanaan dan Pengendalian Program


2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Kesehatan
3. Seksi Akreditasi dan Kompetensi Profesi
Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Sistem Kesehatan, dengan
tugas masing-masing sebagai berikut :

(1) Seksi Perencanaan dan Pengendalian Program, mempunyai tugas:

1. Menyusun rencana dan program kerja Dinas Kesehatan serta memantau


pelaksanaannya;
2. Menyusun rencana dan program kerja serta mengolah bahan untuk melaksanakan
kegiatan yang telah ditentukan sesuai bidang tugasnya;
3. Melaksanakan koordinasi dengan dinas/ instansi terkait, menghimpun, merekapitulasi
dan menyusun bahan-bahan untuk penyusunan program Dinas Kesehatan;
4. Menghimpun, merekapitulasi dan menyusun rencana kerja tahunan dan triwulan
Dinas Kesehatan;
5. Mengkoordinasikan penyusunan perencanaan program di bidang kesehatan;
6. Melaksanakan sinkronisasi program pembangunan kesehatan dari berbagai sumber
biaya (DAK, DAU, APBD dan BLN);
7. Menghimpun, menyiapkan dan menyusun bahan pertemuan untuk mengikuti rapat
koordinasi pembangunan (Rakorbang);
8. Menghimpun, menyiapkan dan menyusun bahan Rapat Kerja Kesehatan Daerah
(Rakerkesda);
9. Menyusun perencanaan dan pembangunan proyek-proyek dan mengamati
pelaksanaannya;
10. Melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan di bidang kesehatan.
(2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi Kesehatan, mempunyai tugas:

1. Menyiapkan bahan dan melaksanakan penelitian kesehatan dalam rangka pembinaan


program kesehatan;
2. Menghimpun kebutuhan/ topik penelitian kesehatan dari bidang dan Unit Pelaksana
Teknis (UPT);
3. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pembinaan program kesehatan melalui
koordinasi pelaksanaan penelitian kesehatan;
4. Menyiapkan rancangan usulan penelitian dari topik yang terpilih ke Dinas Kesehatan
Provinsi;
5. Menghimpun dan merekapitulasi laporan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP);
6. Menghimpun, merekapitulasi dan analisa profil puskesmas dan menyusun serta
menyajikan profil Dinas Kesehatan;
7. Menyusun dan mengirim laporan tahunan ke dinas kesehatan provinsi.
(3) Seksi Akreditasi dan Kompetensi Profesi, mempunyai tugas:

1. Melaksanakan, menyiapkan bahan untuk pengaturan akreditasi;


2. Memberikan rekomendasi izin di bidang kesehatan, sarana kesehatan, usaha farmasi,
makanan dan minuman;
3. Memberikan sertifikasi kepada instansi yang melaksanakan seminar dan simposium;
4. Melaksanakan pembinaan terhadap pelayanan medik dasar dan spesialistik dalam
rangka akreditasi;
4. Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas melaksanakan


sebagian tugas Dinas Kesehatan di bidang Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
menyelenggarakan fungsi:

1. Perencanaan kegiatan penelitian dan laboratorium terhadap kemungkinan terjadinya


wabah penyakit, kesehatan haji dan kesehatan transmigrasi;
2. Pengumpulan bahan penyelenggaraan kegiatan pemberantasan penyakit menular
langsung dan penyakit bersumber binatang;
3. Pengumpulan bahan penyelenggaraan kegiatan pencegahan penyakit dan imunisasi;
4. Pengumpulan bahan penyelenggaraan penanggulangan bantuan kesehatan;
5. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit terdiri atas :

1. Seksi Pengamatan Penyakit


2. Seksi Pencegahan Penyakit dan Imunisasi
3. Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Langsung dan Penyakit Bersumber Binatang
Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit,
dengan tugas masing-masing sebagai berikut :

(1) Seksi Pengamatan Penyakit, mempunyai tugas :

1. Penanggulangan dan pengendalian penyakit potensial wabah/kejadian luar biasa ;


2. Pengamatan penyakit menular dan tidak menular;
3. Melaksanakan penanggulangan dan pengendalian kesehatan transmigrasi;
4. Melaksanakan pembinaan dan pengendalian teknis upaya kesehatan pasca bencana;
5. Menyusun rencana program kerja Seksi pengamatan penyakit serta mengolah bahan
untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan sesuai bidang tugasnya;
6. Mengumpulkan data dan membuat rencana penelitian tentang kemungkinan terjadinya
wabah penyakit pada suatu daerah tertentu;
7. Mengolah data dan membuat laporan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan;
8. Melakukan kegiatan kesehatan transmigrasi;
9. Menyiapkan bahan penyusunan laporan pelaksanaan tugas Seksi pengamatan
penyakit;
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugasnya.
(2) Seksi Imunisasi dan Pencegahan Penyakit, mempunyai tugas :

1. Pembinaan dan pengendalian teknis upaya imunisasi;


2. Perencanaan, pengadaan dan distribusi kebutuhan sarana dan prasarana termasuk
obat/vaksin penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
3. Menyusun rencana dan program kerja Seksi Imunisasi dan Pencegahan Penyakit serta
mengolah bahan untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan sesuai dengan
bidang tugasnya;
4. Melaksanakan tugas vaksinasi bagi masyarakat bila kemungkinan terjadi wabah
penyakit menular;
5. Melakukan pembinaan dan pengendalian teknis upaya imunisasi;
6. Melaksanakan perencanaan, pengadaaan dan distribusi kebutuhan sarana dan
prasarana termasuk obat / vaksin penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I);
7. Mengumpulkan bahan monitoring evaluasi pelaksanaan imunisasi rutin dan insidentil
pada puskesmas, posyandu, unit pelaksana kesehatan lainnya serta menganalisis hasil
penelitian penyakit dan memberikan imunisasi;
8. Melaksanakan imunisasi bagi masyarakat;
9. Melaksanakan pemeriksaan dan penanggulangan upaya kesehatan haji;
10. Menyiapkan bahan penyusunan laporan pelaksanaan tugas Seksi Imunisasi dan
Pencegahan Penyakit;
11. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(3) Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Langsung dan Penyakit Bersumber Binatang,
mempunyai tugas :

1. Melaksanakan pembinaan dan pengendalian teknis upaya pemberantasan penyakit


menular langsung dan penyakit bersumber binatang;
2. Merencanakan, mengadakan dan mendistribusikan sarana dan prasarana termasuk
kebutuhan obat penyakit menular langsung dan penyakit bersumber binatang;
3. Melaksanakan pengumpulan bahan penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular
langsung dan penyakit bersumber binatang serta menyebarluaskan informasi cara
penanggulangannya;
4. Menyusun rencana dan program kerja seksi pemberantasan penyakit menular
langsung dan penyakit bersumber binatang, serta mengolah bahan untuk
melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan sesuai bidang tugasnya;
5. Melakukan kegiatan pengawasan pada suatu daerah tertentu yang menunjukkan
gejala-gejala penyakit menular;
6. Menyebarkan informasi tentang cara-cara pemberantasan penyakit menular langsung
dan penyakit bersumber binatang;
7. Melaksanakan hubungan kerja/koordinasi dengan unit kerja lain untuk kelancaran
tugas pemberantasan penyakit menular langsung dan penyakit bersumber binatang;
8. Mempersiapkan dan mengusahakan terselenggaranya pemberantasan vektor;
9. Mempersiapkan dan mengusahakan terselenggaranya pemberantasan dan pencegahan
serta penanggulangan penyakit menular langsung dan penyakit bersumber binatang;
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
5. Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan sebagian


tugas Dinas Kesehatan di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Dalam melaksanakan
tugas Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan fungsi :

1. Melaksanakan persiapan perumusan kebijakan dan koordinasi;


2. Pembinaan/ pengendalian teknis Upaya Kesehatan Keluarga, Kesehatan Dasar dan
Rujukan;
3. Pembinaan/ pengendalian teknis Upaya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat;
4. Pembinaan/pengendalian teknis Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat ;
5. Pemberian bimbingan perencanaan, pengadaan dan pengelolaan obat sektor publik
termasuk pencatatan pelaporan;
6. Melaksanakan monitoring dan pengendalian ketersediaan obat di Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Poskesdes dan sarana kesehatan lainnya;
7. Pemberian bimbingan teknis dan pembinaan sarana produksi, industri makanan rumah
tangga dan industri perorangan obat tradisional;
8. Pelaksanaan pengamatan penggunaaan Bahan Tambahan Makanan (BTM);
9. Pengorganisasian pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan obat, narkotika
dan psikotropika, zat adiktif, rokok, alkohol dan bahan berbahaya lainnya;
10. Penyuluhan dan pemasyarakatan obat esensial generik serta Tanaman Obat Keluarga;
11. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat terdiri atas :

1. Seksi Kesehatan Keluarga, Rujukan dan Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat


2. Seksi Gizi Masyarakat
3. Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman
Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, dengan
tugas masing-masing sebagai berikut :

(1) Seksi Kesehatan Keluarga, Rujukan dan Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat,
mempunyai tugas :

1. Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan koordinasi Seksi Kesehatan


Keluarga, Rujukan dan Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat
2. Menyusun rencana dan program kerja Seksi Kesehatan Keluarga, Rujukan dan Sistem
Pembiayaan Kesehatan Masyarakat serta mengolah bahan untuk melaksanakan
kegiatan yang telah sesuai dengan bidang tugasnya;
3. Melaksanakan pembinaan pengendalian teknis standar pelayanan pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas), Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat
Kesehatan Masyarakat Keliling (Pusling) dan Pelayanan Kesehatan Dasar Swasta
baik administratif maupun teknis medis;
4. Melaksanakan sistem pelaporan Puskesmas, sistem pelayanan kesehatan dasar swasta
serta mengusulkan alternatif tindakan koreksi bila ada penyimpangan standar;
5. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan khusus yaitu kesehatan
gigi dan mulut, mata, jiwa, olahraga, kesehatan kerja dan laboratorium;
6. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan upaya pemeriksaaan kesehatan ibu, anak
dan upaya pelayanan serta kegiatan keluarga berencana melalui Puskesmas, Rumah
Sakit dan unit layanan kesehatan lainnya;
7. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Puskesmas, Pustu, Rumah Sakit
dan layanan kesehatan lainnya dalam hal pemeliharaan pengobatan terhadap anak
yang menderita penyakit menular;
8. Menyelenggarakan dan membina serta mengkoordinasi kegiatan peningkatan upaya
kesehatan anak sekolah;
9. Menyelenggarakan dan membina serta mengkoordinasi kegiatan peningkatan upaya
kesehatan usia lanjut;
10. Mengelola program Gerakan Sayang Ibu (GSI), Audit Maternal Perinatal dan
pembinaan bidan di desa;
11. Pelaksanaan pembinaan/ pengendalian teknis sistem kesehatan rujukan pelayanan
kesehatan rumah sakit;
12. Melaksanakan koordinasi dan pengawasan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit;
13. Melaksanakan koordinasi, monitoring dan evaluasi Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat termasuk Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan
Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin;
14. Melakukan pembinaan terhadap Badan Penyelenggara Kesehatan dan Dokter
Keluarga;
15. Menyiapkan bahan penyusunan laporan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Keluarga,
Rujukan dan Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat.
(2) Seksi Gizi Masyarakat, mempunyai tugas :

1. Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan koordinasi Seksi Gizi


Masyarakat;
2. Menyusun rencana dan program kerja Seksi Gizi Masyarakat serta mengolah bahan
untuk melaksanakan kegiatan yang telah sesuai dengan bidang tugasnya;
3. Memberikan penyuluhan, melaksanakan bimbingan teknis dan monitoring Status Gizi
Masyarakat;
4. Melakukan penelitian dan pengembangan Program Pembinaan Gizi Masyarakat;
5. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain dalam rangka pelaksanaan tugas
Program Gizi Mayarakat;
6. Menyiapkan bahan penyusunan laporan pelaksanaan tugas Seksi Gizi Masyarakat.
(3) Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman, mempunyai tugas :

1. Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan koordinasi Seksi Farmasi,


Makanan dan Minuman ;
2. Menyusun rencana dan program kerja Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman serta
mengolah bahan untuk melaksanakan kegiatan yang telah sesuai dengan bidang
tugasnya;
3. Menyusun perencanaan kebutuhan obat serta melaksanakan pengadaan obat dan
perbekalan kesehatan lainnya;
4. Merekapitulasi dan menindaklajuti laporan mengenai farmasi, makanan, minuman
dan batra;
5. Melaksanakan pembinaan, pengendalian serta pengawasan farmasi, makanan dan
minuman dan batra;
6. Berkoordinasi dengan Lintas Sektor dan Lintas Program untuk pelaksanaan upaya
pencegahan dan penyuluhan penyalahgunaan obat, narkotika dan psikotropika, zat
adiktif, rokok, alkohol dan bahan berbahaya lainnya di institusi pendidikan dan
masyarakat;
7. Melaksanakan monitoring dan evaluasi ketersediaan serta penggunaan obat di
Puskesmas, Pustu, Poskesdes dan sarana kesehatan lainnya;
8. Pemberian bimbingan teknis dan pembinaan sarana produksi, industri, indusri
makanan rumah tangga dan industri perorangan obat tradisional;
9. Melaksanakan pengamatan penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM);
10. Menyiapkan bahan penyusunan laporan pelaksanaan tugas Seksi Farmasi, Makanan
dan Minuman.
6. Bidang Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan

Bidang Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan mempunyai tugas


melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan di bidang Penyehatan Lingkungan dan
Promosi Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas Bidang Penyehatan Lingkungan dan
Promosi Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan dan sistimatisasi bahan pembinaan penyehatan lingkungan, makanan


dan minuman serta tempat-tempat umum;
2. Pengumpulan dan sistematisasi bahan pembinaan dan pengawasan kualitas air;
3. Pengumpulan dan pengolahan bahan kegiatan pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan
medik;
4. Penyiapan bahan penyusunan rencana penyuluhan ;
5. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan potensi peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan;
6. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang
tugasnya.
Bidang Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan terdiri atas :

1. Penyehatan Lingkungan dan Pengawasan Tempat-tempat Umum / Tempat Pengolahan


Makanan
2. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
3. Seksi Peran Serta Masyarakat / Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan dan Promosi
Kesehatan, dengan tugas masing-masing sebagai berikut :

(1) Seksi Penyehatan Lingkungan, dan Pengawasan Tempat-tempat Umum / Tempat


Pengolahan Makanan, mempunyai tugas :

1. Menyusun rencana dan program kerja serta mengolah bahan untuk melaksanakan
kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya;
2. Menyusun rencana dan program penyehatan air dan lingkungan pemukiman;
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan kualitas air dan lingkungan pemukiman;
4. Menyiapkan bahan penyusunan laporan pelaksanaan tugas dan memberikan saran
serta pertimbangan kepada Kepala Bidang tentang langkah dan rencana tindak lanjut;
5. Melaksanakan hubungan kerja/ koordinasi dengan unit kerja lain dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas dengan bidang tugasnya;
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

(2) Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, mempunyai tugas :

1. Merencanakan, mengadakan dan menyebarluaskan segala bentuk kegiatan Promosi


Kesehatan baik berupa buku, alat peraga, spanduk, banner, baliho, maupun promosi
kesehatan melalui media elektronik;
2. Pengumpulan dan pengolahan bahan kegiatan pelaksanaan penyuluhan tentang
pelayanan medik;
3. Penyiapan materi penyuluhan kesehatan dan peningkatan keterampilan sumber daya
manusia (SDM) dalam memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan;
4. Melakukan pembinaan pengembangan potensi dan peran serta masyarakat dalam
pemberantasan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan;
5. Melakukan pembinaan pengembangan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga;
6. Mengadakan promosi kesehatan / penyebarluasan informasi kepada masyarakat dalam
hal penyakit menular, kesehatan lingkungan, kecelakaan dan ruda paksa, narkoba, dan
lain-lain ;
7. Merencanakan, melaksanakan pengadaan alat media promosi kesehatan;
8. Menyusun rencana Program kerja Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat dan mengolah bahan untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan
sesuai dengan bidang tugasnya;
9. Melaksanakan hubungan kerja/ koordinasi dengan unit kerja lain dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas dengan bidang tugasnya;
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
(3) Seksi Peran Serta Masyarakat / Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat,
mempunyai tugas :
1. Menyusun rencana Program kerja Seksi Peran Serta Masyarakat dan Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat dan mengolah bahan untuk melaksanakan
kegiatan yang telah ditentukan sesuai dengan bidang tugasnya;
2. Membina / menjalin kemitraan dalam teknis program Peran Serta Masyarakat di
Bidang Kesehatan bersama Kegiatan TNI masuk desa, Manunggal KB serta instansi
terkait;
3. Melaksanakan kegiatan seperti Posyandu, Poskesdes, Poskestren, Pos Obat Desa dan
Upaya Kesehatan Institusi (UKI);
4. Melaksanakan kegiatan seperti Santri Husada, Saka Bhakti Husada (SBH),
Peningkatan partisipasi generasi muda dalam pembangunan kesehatan (P2GMPK),
Peningkatan peran wanita Pembangun Kesehatan (P2WPK);
5. Melakukan pembinaan / pengendalian teknis kegiatan Upaya Kesehatan Sekolah
(UKS), Sentra Pengobatan Tradisional, Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(UKK)
6. Melaksanakan hubungan kerja / koordinasi dengan unit kerja lain dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas dengan bidang tugasnya;
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

Mempunyai tugas melaksanakan teknis operasional Dinas Kesehatan yang


bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan.

8. Kelompok Jabatan Fungsional.

Mempunyai tugas melakukan sebagian fungsi Dinas Kesehatan dalam kegiatan


teknis di Bidang Kesehatan secara profesional sesuai dengan kebutuhan berdasarkan bidang
keahlian masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI (2002), Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas di Era


Desentralisasi (DRAFT), Jakarta

http://www.dinkesnunukan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4
&Itemid=3

http://dinkes.banyuasinkab.go.id/index.php/tentang-dinkes/tugas-pokok-a-fungsi-dinas-
kesehatan.html

a. Apa saja kader kesehatan di sekolah?


Dalam program UKS, upaya strategis dalam melibatkan peran serta aktif
masyarakat sekolah adalah melalui pendekatan kelompok teman sebaya
(peer group), yang mempersiapkan siswa sekolah menjadi penggerak hidup
bersih dan sehat, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itu, siswa sekolah yang ditentukan sebagai penggerak
hidup bersih dan sehat hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup agar dapat berperan sesuai yang diharapkan. Dan untuk mencapai hasil
yang optimal,perlu dilakukan pembinaan terhadap siswa yang terpilih sebagai
penggerak hidup bersih dan sehat tersebut. Adapun jenis kader kesehatan yang
dikenal di lingkungan sekolah adalah Dokter Kecil untuk tingkat SD dan Kader
kesehatan Remaja untuk Tingkat SMP/SMA.

b. Mengapa Toma diundang?


Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder
karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk
selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat
disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil
pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan
contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social
support). Strategi dukungan sosial(social support) ini adalah suatu kegiatan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal
maupun informal.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
c. Bagaimana wilayah kerja
a. Pak lurah, .Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat, yang tidak
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Dengan syarat-syarat sebagai
berikut: Wilayah Sumatera dan Sulawesi paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 KK; dan
dengan luas wilayah untuk daerah Sumatera dan Sulawesi paling sedikit 5 Km2; dan
Bagian wilayah kerja tersebut dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan
pembinaan masyarakat. Serta memiliki sarana dan prasana seperti; memiliki kantor
pemerintahan; memiliki jaringan perhubungan yang lancar; sarana komunikasi yang
memadai; dan fasilitas umum yang memadai.

Permendagri. No. 31 Tahun 2006 Tentang pembentukan, penghapusan, dan


penggabungan kelurahan. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri.

b. Camat
Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten dan
daerah Kota. Dengan syarat teknis sebagai berikut; wilayah Sumatera dan Sulawesi
minimal 7.500 jiwa; Wilayah Sumatera dan Sulawesi minimal 10 Km2 ; Jumlah
Desa/Kelurahan untuk wilayah Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timar, Maluku dan Irian Jaya minimal 4
Desa/Kelurahan.
KEPUTUSAN MENTERI. NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN
PEMBENTUKAN KECAMATAN. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri

c. Ketua RT
Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui
musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan
kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa/Kelurahan. Setiap RT terdiri
dari paling sedikit 30 (tiga puluh) kepala keluarga dan paling banyak 50 (lima puluh)
kepala keluarga.
Setiap RW terdiri dari paling sedikit 5 (lima) RT dan paling banyak 10 (sepuluh) RT.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA. NOMOR 3 TAHUN 2012


TENTANG Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga Dan Rukun Warga diakses pada
www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/ pada selasa 18.00 WIB

Learning Issue
Penanggung Jawab Wilayah
1. Kelurahan
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 4 TAHUN 2000

TENTANG

PEDOMAN PEMBENTUKAN KECAMATAN

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 66 ayat (6) Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; perlu
ditetapkan pedoman pembentukan Kecamatan dengan Keputusan Menteri
Dalam Negeri;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3839);

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 72 Tambahan Lemba!an Negara Nomor 3848);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN
PEMBENTUKAN KECAMATAN.

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai
perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota,

Pasal 2
(1) Pembentukan Kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan memperhatikan
kemampuan Pemerintah Kabupaten/Kota.
(2) Tata cara penilaian Pembentukan Kecamatan ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

Pasal 3
Pembentukan Kecamatan sebagaimana dimaksud Pasal 2 harus memenuhi kriteria-kriteria :

a. Jumlah penduduk;
b. Luas wilayah;
c. Jumlah Desa/Kelurahan.

Pasal 4
Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf a terdiri dari :

a. Wilayah Jawa dan Bali minimal 10.000 jiwa;


b. wilayah Sumatera dan Sulawesi minimal 7.500 jiwa;
c. wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian
Jaya minimal 5.000 jiwa.
Pasal 5

Luas Wilayah Kecamatan sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf b terdiri dari:

a. Wilayah Jawa Bali minimal 7,5 Km2;


b. Wilayah Sumatera dan Sulawesi minimal 10 Km2 ;
c. Wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian
Jaya minimal 12,5 Km2 ;

Pasal 6

Jumlah Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf c Wilayah Jawa, Bali,


Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timar, Maluku dan
Irian Jaya minimal 4 Desa/Kelurahan.
Pasal 7
Semua Kecamatan Pembantu dan atau Perwakilan Kecamatan yang telah dibentuk pada saat
mulai berlakunya Keputusan ini, dibentuk menjadi Kecamatan.

Pasal 8
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 26 Januari 2000

MENTERI DALAM NEGERI

ttd.

SURJADI SOEDIRDJA
-

PERMENDAGRI NO. 31 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN,


PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

Oktober 7, 2009

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 31 TAHUN 2006

TENTANG

PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (6)


Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pembentukan,
Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintahan
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4548);

1. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan


((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 155
Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman


Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN
PENGGABUNGAN KELURAHAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

2. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten dan
daerah Kota.

3. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Kabupaten/Kota dalam


wilayah kerja Kecamatan.

4. Lurah adalah kepala kelurahan.

5. Pembentukan Kelurahan adalah penggabungan beberapa Kelurahan, atau bagian


Kelurahan yang bersandingan, atau pemekaran dari satu Kelurahan menjadi dua
Kelurahan atau lebih, atau pembentukan Kelurahan di luar Kelurahan yang telah ada.

6. Penghapusan Kelurahan adalah tindakan meniadakan Kelurahan yang ada.


BAB II
PEMBENTUKAN
Bagian Kesatu
Tujuan

Pasal 2

Kelurahan dibentuk untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi


pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.

Bagian Kedua
Tatacara Pembentukan

Pasal 3

1. Kelurahan dibentuk di kawasan perkotaan dan atau di wilayah ibukota


Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

2. Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa


penggabungan beberapa Kelurahan atau bagian Kelurahan yang bersandingan atau
pemekaran dari 1 (satu) kelurahan menjadi 2 (dua) Kelurahan atau lebih.

Bagian Ketiga
Syarat-syarat pembentukan

Pasal 4

Pembentukan Kelurahan sekurang-kurangnya memenuhi syarat:

1. jumlah penduduk;

2. luas wilayah;

3. bagian wilayah kerja; dan


4. sarana dan prasarana pemerintahan.

Pasal 5

(1) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a yaitu :

1. Wilayah Jawa dan Bali paling sedikit 4.500 jiwa atau 900 KK;

2. Wilayah Sumatera dan Sulawesi paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 KK; dan

3. Wilayah Kalimantan, NTB, NTT, Maluku, Papua paling sedikit 900 jiwa atau 180
KK.

(2) Luas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b yaitu :

1. Jawa dan Bali paling sedikit 3 Km2;

2. Sumatera dan Sulawesi paling sedikit 5 Km2; dan

3. Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua paling sedikit 7 Km2.

(3) Bagian wilayah kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c adalah wilayah yang
dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan masyarakat.

(4) Sarana dan prasarana pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d
yaitu :

1. memiliki kantor pemerintahan;

2. memiliki jaringan perhubungan yang lancar;

3. sarana komunikasi yang memadai; dan

4. fasilitas umum yang memadai.

Pasal 6

Pemekaran dari 1 (satu) Kelurahan menjadi 2 (dua) Kelurahan atau lebih dapat dilakukan
setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan.
Bagian Keempat
Penghapusan dan Penggabungan

Pasal 7

1. Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat cjihapus atau digabung;

2. Penghapusan dan penggabungan Kelurahan dilakukan berdasarkan basil penelitian


dan pengkajian yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.

Pasal 8

1. Pembentukan, penghapusan atau penggabungan Kelurahan diatur lebih lanjut dengan


Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


sekurang-kurangnya memuat ketentuan :

1. Tujuan;

2. Syarat;

3. Mekanisme; dan

4. Pembiayaan.

BAB III
PEMBIAYAAN

Pasal 9

Pembiayaan pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan dibebankan kepada


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 10

1. Pembinaan dan pengawasan pembentukan, penghapusan, dan penggabungan


Kelurahan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan melalui


pemberian pedoman umum, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi.

BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 11

Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta karena kedudukannya sebagai ibukota
Negara Republik Indonesia, pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan diatur
dengan Peraturan Daerah Provinsi.

Pasal 12

Penghapusan Kelurahan di Provinsi Aceh dilaksanakan berdasarkan ketentuan Undang-


Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13
Pada saat berlakunya Peraturan ini, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tabun 1999
tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Pembentukan Kelurahan, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 14

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 10 Oktober 2006

MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA

NOMOR 3 TAHUN 2012

TENTANG

Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga

Dan Rukun Warga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUBU RAYA,


Menimbang : a. bahwa Rukun Tetangga dan Rukun Warga merupakan lembaga
kemasyarakatan dan mitra Pemerintah Daerah yang memiliki peranan
dalam memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan
kemasyarakatan yang berdasarkan swadaya, kegotongroyongan dan
kekeluargaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,
ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat;
b. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan
Lembaga Kemasyarakatan, pembentukan lembaga kemasyarakatan di
desa maupun di kelurahan berpedoman pada Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Kubu Raya di Propinsi Kalimantan Barat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 101, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4751);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Kubu Raya Nomor 2 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintahan Kabupaten Kubu Raya (Lembaran Daerah Kabupaten
Kubu Raya Tahun 2008 Nomor 2);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Kubu Raya Nomor 14 Tahun 2009


tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Kubu
Raya (Lembaran Daerah Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009 Nomor
14);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Kubu Raya Nomor 25 Tahun 2010
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Kubu Raya Tahun 2010 Nomor 25);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA

dan

BUPATI KUBU RAYA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN


RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA.
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1 Daerah adalah Kabupaten Kubu Raya.


2 Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Kubu Raya.
3 Bupati adalah Bupati Kubu Raya.
4 Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten Kubu
Raya.
5 Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah
kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
kewenangan pemerintahan dari Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi
daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.
6 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah
Kabupaten Kubu Raya.
7 Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten Kubu Raya
dalam wilayah kerja kecamatan.
8 Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
9 Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan
Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa.
10 Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui
musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan
kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa/Kelurahan.
11 Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah bagian dari wilayah kerja Kepala
Desa/Lurah dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT
di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa/Kelurahan.
12 Kepala keluarga adalah:
a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain, baik mempunyai hubungan darah
maupun tidak dan bertanggung jawab terhadap keluarga;
b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau
c. kepala asrama, kepala rumah yatim piatu dan tempat lain dimana beberapa orang
tinggal bersama.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN PEMBENTUKAN

Pasal 2

RT dan RW dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk:

a. memelihara dan melestarikan nilai kehidupan masyarakat di daerah yang berdasarkan


kegotongroyongan dan kekeluargaan;

b. meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan


kemasyarakatan di daerah; dan
c. menghimpun seluruh potensi swadaya masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat.

BAB III
TATA CARA PEMBENTUKAN

Pasal 3

(1) Di setiap desa dan kelurahan dibentuk RT dan RW sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pembentukan RT dimusyawarahkan dan dimufakatkan oleh Kepala Desa/Lurah bersama
kepala keluarga dari warga setempat dengan memperhatikan jumlah kepala keluarga dan
jangkauan pelayanan.
(3) Pembentukan RW dimusyawarahkan dan dimufakatkan oleh Kepala Desa/Lurah bersama
pengurus RT setempat.
(4) Pembentukan RT dan RW tidak dapat dilakukan apabila masih terdapat permasalahan
batas wilayah RT dan/atau RW.
Pasal 4

(1) Setiap RT terdiri dari paling sedikit 30 (tiga puluh) kepala keluarga dan paling banyak 50
(lima puluh) kepala keluarga.
(2) Setiap RW terdiri dari paling sedikit 5 (lima) RT dan paling banyak 10 (sepuluh) RT.
(3) Penggabungan, penghapusan atau pemekaran RT dan RW dapat dilakukan apabila
jumlah RT dan RW kurang atau melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2).
(4) Pembentukan RT dan RW hasil penggabungan dan/atau pemekaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan atas prakarsa masyarakat dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. usul penggabungan dan pemekaran didasarkan pada musyawarah dan mufakat yang
difasilitasi oleh Kepala Desa/Lurah;
b. musyawarah dan mufakat dihadiri oleh 2/3 kepala keluarga untuk RT, dan 2/3
pengurus RT untuk RW;
c. hasil musyawarah dan mufakat diusulkan oleh Ketua RT/Ketua RW kepada Kepala
Desa/Lurah; dan
d. Kepala Desa/Lurah menyampaikan usulan tersebut kepada Camat untuk disetujui.
(5) Kepala Desa/Lurah mempunyai kewenangan untuk memfasilitasi rencana, pelaksanaan,
pemantapan dan pengawasan proses penggabungan, penghapusan dan pemekaran RT dan
RW.

Pasal 5

(1) Pembentukan RT dan RW di desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.


(2) Pembentukan RT dan RW di kelurahan ditetapkan dengan Keputusan Lurah yang
disahkan oleh Camat atas nama Bupati.

BAB IV

TUGAS DAN FUNGSI


Pasal 6

RT mempunyai tugas:

a. membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggung


jawab Pemerintah Daerah;
b. membantu Kepala Desa/Lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan,
sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat;
c. menyerap aspirasi masyarakat untuk disampaikan dalam musyawarah rencana
pembangunan desa/kelurahan;
d. membantu terciptanya ketentraman, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;
e. menggerakan swadaya gotong royong, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat di
wilayahnya; dan
f. membantu terciptanya kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup.

Pasal 7

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, RT mempunyai fungsi:

a. pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;


b. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;
c. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi
dan swadaya murni masyarakat; dan
d. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya.

Pasal 8

RW mempunyai tugas:

a. membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggung


jawab Pemerintah Daerah;
b. membantu Kepala Desa/Lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan,
sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat;
c. mengkoordinir dan mensinkronisasikan tugas RT dalam wilayahnya; dan
d. mengkoordinasikan dan menyalurkan aspirasi RT dalam segala bidang kehidupan sosial
kemasyarakatan dan pembangunan.
Pasal 9

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, RW mempunyai fungsi:

a. pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;


b. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;
c. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi
dan swadaya murni masyarakat;

d. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya;


e. penyelesaian permasalahan perselisihan yang tidak dapat diselesaikan di tingkat RT;
f. pelaksanaan koordinasi dan penyaluran aspirasi RT dalam segala bidang kehidupan
sosial kemasyarakatan dan pembangunan; dan
g. pelaksanaan ketentraman dan ketertiban lingkungan antar RT dalam rangka mendukung
terwujudnya ketentraman dan ketertiban daerah.

BAB V

KEPENGURUSAN

Bagian Kesatu

Susunan

Pasal 10

(1) Susunan pengurus RT terdiri dari:


a. ketua;
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. seksi.
(2) Susunan pengurus RW terdiri dari:
a. ketua;
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. seksi.
(3) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan ayat (2) huruf d dibentuk
sesuai dengan kebutuhan.

Bagian Kedua

Pemilihan dan Pengangkatan

Pasal 11

(1) Ketua RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a dipilih oleh kepala
keluarga berdasarkan musyawarah mufakat.
(2) Ketua RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a dipilih oleh pengurus
RT berdasarkan musyawarah mufakat.
(3) Pengurus RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b, huruf c dan huruf
d, dipilih oleh Ketua RT dan kepala keluarga melalui musyawarah dan mufakat.
(4) Pengurus RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b, huruf c dan huruf
d, dipilih oleh Ketua RW dan pengurus RT melalui musyawarah dan mufakat.

Pasal 12

Untuk dapat dipilih sebagai pengurus RT dan pengurus RW sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. warga negara Indonesia;


b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
d. berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian terhadap
masyarakat;
e. sehat jasmani dan rohani;
f. penduduk desa/kelurahan setempat dan bertempat tinggal tetap di wilayah RT dan RW
tersebut, paling singkat 12 (dua belas) bulan dengan tidak terputus-putus atau berpindah-
pindah tempat yang terdaftar pada kartu keluarga (KK) dan memiliki kartu tanda
penduduk (KTP) setempat;
g. bukan merupakan Perangkat Desa/Pejabat Kelurahan setempat;
h. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat setempat; dan
i. berusia paling rendah 21 (dua puluh satu) tahun atau pernah menikah dan paling tinggi
65 (enam puluh lima) tahun pada saat pencalonan.

Pasal 13

(1) Dalam proses pemilihan Ketua RT dan Ketua RW, dapat dibentuk panitia pemilihan.
(2) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota paling banyak 3 (tiga) orang.
(3) Panitia pemilihan Ketua RT dibentuk berdasarkan rapat pengurus RT yang difasilitasi
oleh pengurus RW, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa bakti
kepengurusan RT, yang dinyatakan dengan berita acara.
(4) Pengurus RW menyampaikan berita acara pembentukan panitia pemilihan untuk
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa/Lurah.
(5) Panitia Pemilihan Ketua RW dibentuk berdasarkan rapat pengurus RW yang difasilitasi
oleh Kepala Desa/Lurah paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa bakti
kepengurusan RW, yang dinyatakan dengan berita acara.
(6) Berdasarkan berita acara rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala Desa/Lurah
menetapkan panitia pemilihan Ketua RW dengan Keputusan Kepala Desa/Lurah.

Pasal 14

(1) Pengurus RT dan pengurus RW tidak dapat merangkap jabatan sebagai pengurus baik
dalam kepengurusan RT, RW dan lembaga kemasyarakatan lainnya.
(2) Dalam hal Ketua RT terpilih sebagai Ketua RW, jabatannya digantikan oleh pengurus
RT lainnya secara musyawarah mufakat diantara pengurus RT.
(3) Dalam hal terdapat pengurus RT yang dicalonkan dan terpilih menjadi Ketua atau
Pengurus RW, yang bersangkutan diwajibkan melepaskan jabatannya sebagai pengurus
RT.
(4) Dalam hal pengurus RT terpilih sebagai Ketua atau pengurus RW, Ketua RT berhak
untuk mengangkat pengganti berdasarkan musyawarah mufakat diantara pengurus RT.

Pasal 15

(1) Pemilihan pengurus RT dan pengurus RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


dituangkan dalam berita acara hasil pemilihan.
(2) Berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa/Lurah
mengangkat pengurus RT dan pengurus RW yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa/Lurah.

Bagian Ketiga

Masa Bakti

Pasal 16

(1) Masa bakti pengurus RT dan RW di desa selama 5 (lima) tahun terhitung mulai tanggal
ditetapkannya Keputusan Kepala Desa dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa
bakti berikutnya.
(2) Masa bakti pengurus RT dan RW di kelurahan selama 3 (tiga) tahun terhitung mulai
tanggal ditetapkannya Keputusan Lurah dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali
masa bakti berikutnya.
(3) Pengurus RT dan RW yang telah berakhir masa baktinya, berkewajiban menyerahkan
tugas dan tanggung jawabnya kepada pengurus yang baru.
(4) Ketua RT dan Ketua RW yang telah menjalani 2 (dua) kali masa bakti tidak dapat
dicalonkan kembali untuk pemilihan Ketua RT dan Ketua RW periode berikutnya kecuali
telah terputus satu periode masa bakti oleh Ketua RT dan Ketua RW yang lain.

Pasal 17
Dalam hal pengurus RT dan RW habis masa baktinya, Ketua RT dan Ketua RW berkewajiban
memberitahukan kepada seluruh pengurus tentang pemberhentian/penggantian pengurus dan
memberitahukan kepada Kepala Desa/Lurah, paling lambat 2 (dua) bulan sebelum
berakhirnya masa bakti.

Bagian Keempat

Hak dan Kewajiban

Pasal 18

(1) Pengurus RT dan RW berhak menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Kepala
Desa/Lurah mengenai hal yang berhubungan dengan membantu kelancaran pelaksanaan
tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
(2) Pengurus RT dan RW berkewajiban untuk:
a. melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan
Pasal 9;
b. melaksanakan keputusan musyawarah anggota;
c. membina kerukunan hidup warga;
d. membuat laporan lisan dan/atau tertulis mengenai kegiatan organisasi paling sedikit
6 (enam) bulan sekali; dan
e. melaporkan hal yang terjadi dalam masyarakat yang dianggap perlu mendapat
penyelesaian oleh Pemerintahan Desa/Kelurahan kepada Kepala Desa/Lurah.

Bagian Kelima

Pemberhentian

Pasal 19

Pengurus RT dan RW berhenti atau diberhentikan karena:

a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
c. pindah tempat tinggal diluar wilayah RT dan RW;
d. melakukan tindakan tercela dan/atau merugikan warga masyarakat RT dan RW; dan/atau
e. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.

BAB VI

TATA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA

Pasal 20

Pengurus RT dan RW dalam melaksanakan tugas harus berpedoman pada peraturan


perundang-undangan.

Pasal 21

(1) Hubungan kerja RT dan RW dengan Pemerintah Desa/Kelurahan bersifat kemitraan,


konsultatif dan koordinatif.
(2) Hubungan kerja RT dan RW dengan RT dan RW lainnya bersifat koordinatif dan
konsultatif.
(3) Hubungan kerja RT dan RW dengan pihak ketiga bersifat kemitraan.

BAB VII

SUMBER DANA DAN PELAPORAN

Pasal 22

(1) Sumber dana RT dan RW diperoleh dari:


a. swadaya masyarakat bardasarkan hasil musyawarah mufakat;
b. anggaran yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Daerah;
c. bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi; dan
d. bantuan lainnya yang sah dan tidak mengikat.
(2) Sumber dana RT dan RW yang diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dialokasikan sesuai dengan kemampuan
keuangan daerah.
(3) Sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan untuk biaya
operasional RT dan RW, tunjangan bagi pengurus RT dan RW serta pengadaan sarana
dan prasarana masyarakat.
(4) Pengelolaan keuangan yang diperoleh dari sumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan huruf c diadministrasikan secara tertib, teratur dan membuat laporan tertulis
kepada Camat melalui Kepala Desa/Lurah.
(5) Pengelolaan keuangan RT yang diperoleh dari sumber sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diadministrasikan secara tertib, teratur dan membuat laporan tertulis yang
disampaikan setiap semester kepada kepala keluarga.
(6) Pengelolaan keuangan RW yang diperoleh dari sumber sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diadministrasikan secara tertib, teratur dan membuat laporan tertulis yang
disampaikan setiap semester kepada pengurus RT.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 23

Pemerintah Daerah dan Camat wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi RT dan RW.

Pasal 24

(1) Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
meliputi:
a. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan RT dan RW;
b. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
c. menetapkan bantuan pembiayaan alokasi dana untuk pembinaan, pengembangan RT
dan RW serta memberikan tunjangan bagi pengurus RT dan RW sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah;
d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta pemberdayaan
RT dan RW;
e. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pengurus RT dan RW; dan
f.memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan RT dan RW.
(2) Pembinaan dan pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 meliputi:
a. memfasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi RT dan RW;
b. memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
c. memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat;
d. memfasilitasi kerjasama antar RT dan RW dan kerjasama RT dan RW dengan pihak
ketiga;
e. memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada RT dan RW; dan
f.memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan RT dan RW.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25

(1) RT dan RW yang telah dibentuk pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini tetap
sebagai RT dan RW.
(2) RT dan RW yang telah dibentuk sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini harus
disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2)
setelah berakhirnya masa bakti pengurus RT dan RW.

(3) Pengurus RT dan RW yang ada pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini tetap
menjalankan tugasnya sampai berakhir masa baktinya.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan Bupati Kubu Raya Nomor 5
Tahun 2012 tentang Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kubu Raya.

Ditetapkan di Sungai Raya

pada tanggal 16 5 - 2012

BUPATI KUBU RAYA,

ttd

MUDA MAHENDRAWAN

Diundangkan di Sungai Raya


pada tanggal 16/5/2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUBU
RAYA
ttd
HUSEIN SYAUWIK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUBU
RAYA TAHUN 2012 NOMOR 2
Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Hukum dan HAM

Sekretariat Daerah Kabupaten Kubu Raya


MUSTAFA

Anda mungkin juga menyukai