Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS MASALAH

a. Apa makna klinis dari kelahiran normal dan berat badan lahir normal?
Riwayat kelahiran normal dan berat badan normal, tidak memiliki hubungan secara
langsung dengan angka kejadian kelainan kongenital tulang pada kasus ini. Meskipun
berat badan pada anak ini normal, namun perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko lain
seperti asupan gizi selama kehamilan karena penelitian menunjukkan bahwa frekuensi
kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan
lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya.
Defisiensi asam folat meningkatkan risiko bayi mengalami kecacatan termasuk
meningkatkan risiko bayi dengan talipes
Faktor risiko lain yang cukup berperan dalam kasus kelainan kongenital tulang pada
kasus ini seperti faktor familial yang memegang peranan 10% dari angka kejadian kasus
kelainan kongenital tulang.
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan
hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi
dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu
organ.
b. Apa makna klinis dari tidak ada riwayat penyakit dan pemakaian obat selama
kehamilan?
Tidak ada riwayat penyakit dan penggunaan obat selama kehamilan menunjukkan bahwa
kelainan kongenital pada anak ini bukan disebabkan karena faktor Infeksi. Adanya infeksi
tertentu dalam periode organogenesis dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan
suatu organ tubuh. Riwayat kehamilan normal ini juga menyingkirkan bahwa kelainan
kongenital bukan disebabkan karena tekanan mekanik pada janin selama kehidupan
intrauterin atau oligohidramnion yang menyebabkan penurunan ruang rahim, membatasi
gerakan, dan menekan janin. Bayi yang tadinya normal dapat mengalami awitan dini
yang parah. Perlekatan antara amnion dan bagian-bagian janin dapat menyebabkan
kecacatan

serius

termasuk amputasi. Selain itu, akibat tekanan dari semua sisi,

penampakan janin menjadi aneh, dan kelainan otot-rangka, misalnya clubfoot sering
terjadi. Disamping itu, tidak adanya pemakaian obat selama kehamilan menyingkirkan
dugaan bahwa kelainan kongenital pada anak ini disebabkan penggunaan obat bersifat
teratogenik pada trisemester pertama seperti thalidomide yang meningkatkan risiko
terjadinya kelainan kongenital.
c. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada kasus?
Kelainan ini bisa bersifat bilateral atau unilateral. Kelainan yang ditemukan berupa:
Inversi pada kaki depan

Adduksi atau deviasi interna dari kaki depan terhadap kaki belakang
Ekuinus atau plantar fleksi
Pengecilan dari otot-otot betis dan peroneal
Kaki tidak dapat digerakkan secara pasif pada batas eversi dan dorsofleksi normal.
Deformitas biasanya terlihat nyata pada waktu lahir, kaki terputar dan terbelit
sehinggatapak kaki menghadap posteromedial. Lebih tepatnya pergelangan kaki dalam
equinus, tumitterinversi dan kaki depan mengalami adduksi dan supinasi; kadang-kadang
juga terdapat kavus.Talus dapat menonjol keluar pada permukaan dorsolateral kaki.
Tumit biasanya kecil dan tinggi,dan betis mungkin kurus.Pada pemeriksaan fisik
didapatkan :
Inspeksi :
betis terlihat kurus
deformitas berupa equines pada pergelangan kaki
varus pada hindfoot/tumit
adduksi dan supinasi pada forefoot
Palpasi
deformitas terfiksir dan tidak dapat dikoreksi secara pasif
meski pun kaki pada bayi normal dapat terlihat dalam posisi equinovarus tetapi dapat
di dorsofleksikan sampai jari-jari menyentuh bagian depan tungkai bawahnya.
d. Apa epidemiologi pada kasus?
Insidens CTEV bervariasi, bergantung dari ras dan jenis kelamin. Insidens CTEV di
Amerika Serikat sebesar 1-2 kasus dalam 1000 kelahiran hidup. Perbandingan kasus
laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Pada tahun 1971, Sharrard menyatakan
bahwa congenital talipes equinovarus (CTEV)merupakan abnormalitas kongenital
pada kaki yang paling sering dijumpai.
Menurut Wynne- Davies, 1964, insiden di negara Amerika Serikat dan Inggris adalah 1
kasus dalam 1000 kelahiranhidup, dengan perbandingan laki-laki:perempuan 2:1.
Insiden akan meningkat 2,9 % bila saudarakandung menderita CTEV. Insiden
pada kaukasia adalah 1,12; Oriental: 0,57; sedangkan yang tertinggi adalah pada
suku Maori, yaitu 6,5-7 per 1000 kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa ras juga
mempunyai efek terhadap resiko CTEV.

LEARNING ISSUE
EMBRIOLOGI EKSTREMITAS INFERIOR
Beberapa fase perkembangan embrio kaki berdasarkan morfologi:
bulan ke-2: Kaki pada posisi 90 equinus dan adduksi.
awal bulan ke-3: Kaki pada posisi 90 equinus, adduksi, dan terlihat supinasi
pertengahan bulan ke-3): Kaki dorsifleksi pada ankle, tetapi masih sedikit tampak beberapa
derajat equinus. Dan supinasi masih ada. Metatarsal pertama tetap adduksi.
awal bulan ke-4): Kaki pronasi dan sampai pada posisi midsupinasi. Dan masih tampak sedikit
metatarsus varus. Equinus sudah tidak tampak.
Pronasi berlanjut selama fase pertumbuhan dan tetap belum sempurna saat bayi baru lahir.
Keempat tingkatan perkembangan morfologi kaki dapat memberikan gambaran yang jelas, walau
pada kenyataannya, perubahan yang terjadi tidak selalu sesuai dengan tingakatan perkembangan
yang ada, tetapi perubahan terjadi secara bertahap dan berkesinambungan
Perkembangan Embriologi Extremitas Bawah
Manifestasi pertama extremitas bawah sebagai paddle-shape bud pada dinding ventrolateral
tubuh selama minggu 4-5 gestasi. Limb bud ini akan berkembang bentuknya dengan adanya
migrasi dan proliferasi dari jaringan mesenkim yang berdifrensiasi. Dengan berakhirnya minggu
ke 6, limb bud terus berkembang membentuk lempengan terminal (plate) dari tangan dan kaki
(termasuk membentuk pola digiti) serta membentuk eksternal awal dari tungkai.
Tepatnya minggu ke 7, axis longitudinal dari upper dan lower limb buds adalah parallel.
Komponen pre-axial menghadap ke dorsal dan post-axial menghadap ke ventral. Pada periode ini
posisi limb bud dibanding trunk tidak mengalami perubahan yang berhubungan dengan aktivitas
otot namun dipastikan akan mengalami torsion pada tulang-tulangnya.
Jari-jari dibentuk penuh pada minggu ke 8 embrio, permukaan plantar yang berlawanan disebut
posisi praying feet, segera setelah itu lower limb berputar ke medial membawa ibu jari ke
midline dari posisi post-axial pada awalnya.
Selanjutnya secara mekanik intrauterine, terbentuklah ekstremitas bawah fetus, kemudian femur
atau upper limb bud berotasi ke eksternal dan tibia atau lower limb bud berotasi ke internal.
Postur kaki terus tumbuh dan dipastikan femur berotasi ke lateral dan tibia ke medial.
Dalam studi computer tomografi (CT) tibial torsion selama masa pertumbuhan fetus, telah
ditemukan bahwa ada peningkatan eksternal tibial torsion pada stadium awal dari kehidupan
fetus namun kemudian secara bertahap menurun pada saat bayi lahir, tibial akan torsion ke arah
internal. Setelah lahir tibia berotasi ke arah eksternal dan rata-rata version tibia pada tulang
matur adalah 15.
PERKEMBANGAN SEJAK LAHIR
Femoral anteversi pada saat lahir akan memiliki sudut sekitar 30 sampai 40 . Dikarenakan
intrauterin biasanya hip eksternal rotasi positif, maka pada saat pemeriksaan infan akan terlihat
hip lebih eksternal rotasi.

Jaringan lunak hip eksternal rotasi yang kontraktur akan berkurang lebih dari 1 tahun pertama
kehidupan seorang anak selanjutnya meningkat menjadi internal rotasi diharapkan femoral
anteversi akan menjadi semakin terlihat.
Ada penurunan secara bertahap femoral anteversi dari 30 sampai 40 pada saat lahir kemudian
menjadi 10 sampai 15 pada adolesen awal dan puncak perbaikan terjadi sebelum usia 8 tahun.
REFERENSI
Richards, B.S., Faulks, S., Rathjen, K.E., Karol, L.A., Johnston, C.E., et al.
(2008). A comparison of two nonoperative methods of idiopathic clubfoot correction: The
Ponseti method and the French functional (physiotherapy) method. The Journal of Bone and
Joint Surgery (11), 2313-2321.
Apely E.Graham,Solomon Louis.Apley;s System of Orthopaedics and Fractures.7th ed.Bahasa
Indonesia,Jakarta: Widya Medika,1993:200-202
Rasjad,Chairuddin.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Edisi 3,2009.Jakarta: PT.Yarsif Watampone
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_191Congenital%20Talipes%20Equinovarus.pdf

Anda mungkin juga menyukai