Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MANDIRI

BLOK 18 KEDOKTERAN GIGI FORENSIK DAN GERIONDONTOLOGI


MODUL 5 GERIODONTOLOGI
PENATALAKSANAAN LANSIA DIBIDANG PSIKOLOGI

DISUSUN OLEH:

Andre Kusuma Ruslim 1310015116

Wilman Rante Marampa 1310015118

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Penuaan merupakan suatu proses alami yang dihadapi oleh seluruh manusia dan tak
dapat dihindarkan. Proses menua akan terjadi terus menerus secara alamiah dimulai sejak
lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Lanjut usia merupakan periode akhir
dari kehidupan seseorang dan setiap individu akan mengalami proses penuaan dengan
terjadinya perubahan pada berbagai aspek fisik/fisiologis, psikologis, dan sosial. Secara
biologis, penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus
menerus, yang ditandai dengan menurunya daya tahan fisik disebabkan terjadinya perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Maka dari itu, diperlukan perlakuan khusus secara psikologis terhadap lansia agar
perawatan yang dilakukan terhadap pasien lansia dapat berjalan dengan semestinya sesuai
dengan Goal dari perawatan yang akan dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:


a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 1992). Tiga tahapan ini berbeda baik secara biologis maupun secara psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun secara psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut putih, penurunan
pendengaran, penglihatan menurun, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital,
sensitivitas emosional meningkat.

Teori Kejiwaan Lansia


a. Aktifitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori
ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personaliti yang dimiliki.

Teori Psikososial Lansia


Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun
generasi berikut (anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak
mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya karena tidak
merasakan hidupnya bermakna (Anonim, 2006). Sedangkan menurut Erikson yang dikutip
oleh Arya (2010) perubahan psikososial lansia adalah perubahan yang meliputi pencapaian
keintiman, generatif dan integritas yang utuh.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan psikososial lansia
menurut Kuntjoro (2002), antara lain:
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi
menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara
berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,
psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi
fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi
psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi
kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara
hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
Ciri-Ciri Lansia Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri
orang lanjut usia, yaitu :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

2. Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.

3. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia.

4. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas Lansia

5. Menua membutuhkan perubahan peran

6. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran


dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

7. Penyesuaian yang buruk pada lansia


8. Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.

2. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa
lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut
dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak
mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan
yang dapat memberikan otonomi pada dirinya

3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang
tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi
morat-marit.

5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat
susah dirinya.
Perubahan Dalam Peran Sosial Di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan
selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar
tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin
menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku
regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna
serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti
anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota
keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu
memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak
punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup
namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan
sendiri, seringkali menjadi terlantar.

KONDISI PSIKOLOGIS LANSIA

Beberapa aspek yang dikenal dalam psikologis yang berhubungan dengan kondisi lansia
antara lain:
a. Teori Kebutuhan Manusia
Hal yang terkenal adalah hierarki kebutuhan (menurut Maslow, 1945), hirarki kebutuhan
berturut-turut dari tingkat rendah ketingkat tinggi terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan
dan keselamatan. Disini berlaku prioritas pemenuhan kebutuhan menurut tingkatan.
b. Teori Keberlangsungan Hidup dan Perkembangan Kepribadian
Menurut teori ini keberlangsungan hidup seseorang terbagi dalam beberapa tahap dan orang
bergerak melewati tingkat tersebut menurut pola tertentu, dimana kesuksesan pada tahap
yang satu menentukan kesuksesan pada berikutnya. Selanjutnya tentang perkembang
kepribadian masih dipertanyakan apakah kepribadian seseorang berubah ataukah tetap sama
disepanjang hidupnya terdapat para ahli yang berpandangan bahwa kepribadian seseorang
tetap stabil dan menurut mereka terdapat 4 tipe dasar kepribadian yaitu:tipe integrasi
( matang ), tipe bertahan, tipe bergantung atau pasif dan tipe tak terintegrasi.1
tipe pertama mampu menyesuaikan diri secara positif dengan proses penuaan
tipe kedua ingin tetap berada pada polanya semasa diusia pertengahan atau bahkan
mengisolasi diri
tipe ketiga memperlihatkan sangat bergantung pada orang lain lapatis biasa isebut tipe
kursi goyang
tipe keempat ( tidak banyak terdapat ) termasuk mereka yang memiliki kelainan
jiwa kebanyakan perilakunya aneh danbiasanyatidak dapat menyesuaika diri dengan
kehidupan sehari-hari
Usia lanjut merupakan suatu periode kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau
penurunan fungsi tubuh, yang awal mulainya berbeda-beda untuk setiap individu. Memasuki
usia lanjut biasanya di dahului oleh penyakit kronik, berhentinya aktivitas serta pengalihan
energi dan kemampuan ke peran baru dalam keluarga.
Memasuki usia lanjut juga secara kejiwaan individu berpotensi untuk mengalami
perubahan sifat seperti bersifat kaku dalam berbagai hal, kehilangan minat, tidak memiliki
keinginan tertentu maupun kegemaran yang sebelumnya pernah ada. Jadi dapat terjadi
kemunduran dari aspek psikososial, kemunduran kognitif serta kemunduran dari aspek
psikososial. Kemunduran kognitif antara lain berupa berkurangnya ingatan, di kaitkan dengan
kemunduran fungsi-fungsi pusat ingatan pada lobus frontalis dan lobus lainnya di otak besar
(serebrum).
Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis, serta
perubahan kondisi sosial. Para usia lanjut, bahkan juga masyarakat menganggap seakan-akan
tugas-tugasnya sudah selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dari
pergaulan bermasyarakat yang merupakan salah satu ciri fase ini.
Tinjauan psikologis dalam gerontologi, yaitu yang meliputi mekanisme kejiwaan serta
faktor-faktor yang memengaruhinya. Dalam literatur psikologi, dikenal adanya mekanisme
kejiwaan koping, yaitu mekanisme tubuh kita dalam menyesuaikan diri terhadap adanya
perubahan. Terkait dengan hal ini, akan timbul reaksi yang dibedakan dalam tiga tahap
sebagai berikut.
Tahap alarm berfungsi untuk menggerakkan mekanisme tubuh dan perlindungan
terhadap stresor. Tahap kedua adalah tahap resistensi, yaitu respons adaptasi dari stresor
terhadap akibat dan perubahan daya tahan. Sedangkan tahap ketiga tahap exhaustion
(kelelahan) atau tahap treshoid, dimana setelah tubuh beradaptasi atau ketika intervensi
berhasil, stresor kemungkinan akan hilang (Deborah, 1995).
Pada setiap stresor, seorang akan mengalami kecemasan, baik kecemasan
ringan,sedang, maupun berat. Usia lanjut dalam pengalaman hidupnya tentu diwarnai oleh
masalah psikologi berupa kehilangan dan kecemasan.
Sama seperti setiap periode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang, usia lanjut
ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan
sampai sejauh tertentu, apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri
secara baik atau buruk. Akan tetapi, ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa
penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik.
Dilihat dari lingkungan prespektif dalam usia lanjut, sering dihubungkan dengan
emotional-mental genotology. Yang menggambarkan ide-ide dari priode usia lanjud, dari
perkembangan dewasanya yang sangat mempengaruhi dan membentuk lingkungan hidup.
Karena usia lanjut sering kehilangan visi, mobilitas dan kemampuan kognitif yang pernah
mereka miliki.

GANGGUAN PSIKOLOGIS LANSIA

Masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi:


1. Kecemasan, hasil interaksi yang kompleks antara berbagai bagian kepribadian. Cemas
adalah perasaan difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur
tentang sesuatu yang terjadi. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong diperut, sesak jantung,
nyeri kepala atau rasa mau buang air kecil dan buang air besar, di sertai rasa ingin bergerak
dan gelisah. Gangguan cemas cenderung menimbulkan kebingungan disertai distorsi persepsi
dan gangguan orientasi. Distorsi ini akan mengganggu kemampuan memusatkan perhatian
dan kemampuan asosiatif. Kecemasan pasien perlu dipertimbangkan karena tidak hanya
mempengaruhi pasien, namun juga dokter gigi karena berpengaruh pada perawatan gigi.3
2. Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering didapatkan atau ditemui
pada lansia.
3. Insomnia, kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat
mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur
dapat berupa tidak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari,
sehingga lansia melakukan kegiatannya pada malam hari. Bila hal ini terjadi, carilah
penyebab dan jalan keluar sebaik-baiknya.
4. Paranoid, lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka,
membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya. Bila kondisi
ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini merupakan kondisi yang disebut
paranoid.
5. Delusi, kondisi dimana adanya keyakinan kuat terhadap isi pikiran yang sebenarnya
salah tetapi tidak dapat dikoreksi melalui bukti-bukti yang ada. Onset usia gangguan delusi
adalah 40-45 tahun tetapi dapat terjadi kapan saja.
6. Amnesia, suatu gangguan daya ingat yang ditandai adanya gangguan kemampuan dalam
mempelajari hal-hal baru yang telha dipelajari sebelumnya diingat sehingga tidak
menimbulkan hambatan fungsi sosial dan pekerjaan.
7. Demensia senilis merupakan gangguan mental yang berlangsung progresif, lambat, dan
serius yang disebabkan oleh kerusakan organik jaringan otak.
Gangguan psikologi seorang lansia sering kali dikarenakan adanya penurunan berbagai fungsi
tubuh serta penyakit yang ia derita.
8 Kehilangan pendengaran dan mendengarkan suatu penjelasan atau pengertian.
Schneider, daneman dan pichora-fuller, 2002 memiliki pendapat bahwa banyak hal yang
tidak dapat dimengerti mengenai umur dengan bahasa serta percakapan yang erat kaitannya
dengan tingkat pendengaran yang merupakan tingkat tertinggi dari proses pembahasaan.9
Sehingga pada usia lanjut kesalahpahaman mengenai suatu hal sering terjadi. Sehingga
membuat lansia merasa terkucilkan, tidak dipahami dan tidak disayangi.
Kemunduran daya ingat sering terjadi karena lansia tersebut tidak berusaha mengingat
untuk mengingat sedang dalam keadaan lelah, tidak ada dorongan dan alasan (motivasi)
untuk mengingat, tidak dapat memusatkan perhatian dan hal yang harus diingat tidak sering
digunakan atau diperlukan.
Gangguan penuaan
Keadaan penuan yang sering menyertai lansia ialah gangguan penglihatan, gangguan fungsi
kognitif, gangguan keseimbangan, dan lain-lain.
Gangguan dan penurunan fungsi tubuh pada lansia sebagai berikut :
a) Perubahan kapasitas mental.
b) Penutupan horman pituitari.
c) Gangguan pendengaran.
d) Berkurangnya lapangan pandang.
e) Penyakit paru
f) Berkurangnya nafsu makan
g) Pengurangan volume darah
h) Batu empedu
i) Penurunan fungsi metabolisme
j) Peningkatan deposit lemak
k) Penurunan fungsi penyahan akibat kehilangan gigi.10
Ada sejumlah tanda-tanda bahaya psikologis pada orang usia lanjut. Meskipun juga bisa
terjadi pada tingkat usia yang lain, seperti halnya bahaya fisik, bahaya psikologis tidak hanya
lebih sering terjadi pada usia lanjut daripada usia muda tetapi dampaknya pada penyesuaian
pribadi dan sosial lebih besar.

PENATALAKSANAAN PASIEN USIA LANJUT


Beberapa hal yang harus dipertimbangkan bila seorang pasien lanjut usia akan dilakukan
perawatan antara lain:
1. Durasi perawatan yang dipersingkat.
2. Komunikasi yang terbuka dan hubungan dokter-pasien yang adekuat.
3. Konfirmasi kemampuan pasien untuk melakukan perawatan dirumah yang adekuat.
4. Trauma minimal.
5. Obat obatan yang dikurangi (karena meningkatnya sensitivitas terhadap obat).

Penanganan dan pendekatan menggunakan strategi pengajaran pada lansia.


pembelajaran pada lansia ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sosiologis dan
psikologis seperti perekonomian dan status mental.

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
- Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
- Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
- Lansia turut memilih kebijakan (choice)
- Memberikan perawatan di rumah (home care).

Dokter pun dapat mengubah cara mendekati lansia yang sehat maupun yang sakit. melalui
Konseling, pengajaran dan membentuk hubungan terapis.
- Saat bekerja dengan lansia, membicarakan kenangan merupakan pendekatan
menguntungkan yang dapat digunakan untuk membentuk hubungan terapeutik.
- Ajak berbicara lansia tentang pengalaman mereka-perkawinan,anak,cucu,dan
pekerjaan dulu bagaimana.
- Untuk mengimbangi perubahan penglihatan, dokter harus melakukan pengajaran
dalam lingkungan yang terang tetapi tidak menyilaukan.
- Untuk mengimbangi hilangnya pendengaran. hilangkan kebisingan yang tak ada
hubungannya.
- Untuk mengimbangi masalah otot rangka, penurunan efisiensi sistem kardiovaskuler
dan penurunan fungsi ginjal,lakukan sesi pengajaran yang singkat.
- Untuk mengimbangi penurunan fungsi saraf pusat lalu metabolism luangkan lebih
banyak waktu untuk memberi dan menerima informasi.
- Waspada terhadap efek obat-obatan dan tingkat energy pada konsentrasi.
- Pastikan untuk menanyakan apa yang sudah diketahui orang itu tentang permasalahan
atau tindak perawatan kesehatan sebelum menjelaskan.
- Meyakinkan lansia tentang kegunaan dari apa yang sedang anda ajarkan hanyalah
setengah ari perjuangan untuk memotifasi mereka.
- Jaga agar sesi pengajaran tetap singkat karena rentang perhatian yang memendek
memelukan penjadwalan serangkaian sesi.

Untuk mendorong pasien usia lanjut datang ke klinik perawatan, perlu disediakan sarana
klinik yang memadai. Lokasi klinik di lantai dasar adalah ideal, pintu maupun gangnya harus
cukup lebar untuk dilalui kursi roda. Semua anggota tim dokter harus mempunyai
pemahaman memadai tentang masalah usia lanjut serta menunjukkan perhatian penuh. Pasien
cenderung takut dan tidak mengerti benar tentang perawatan yang akan dihadapinya pada
kunjungan pertama di klinik. Diperlukan waktu untuk memberikan penjelasan rutin agar
pasien menjadi tenang. Perlu diberitahukan kepada pasien setiap gerakan kursi yang akan
dilakukan, sebagian besar manula merasa lebih nyaman pada posisi duduk daripada posisi
terlentang.

Harus dikembangkan keterampilan berkomunikasi yang baik sehingga masalah pada usia
lanjut dapat dinilai setepat mungkin, rencana perawatan yang realistik dapat disusun, dan
pasien mengerti apa yang akan dilakukan serta kemungkinan-kemungkinan keterbatasan
perawatan yang ada. Komunikasi dan diskusi hendaknya dilakukan dalam lingkungan yang
tenang, tidak tergesa-gesa, memandang pasien selama berbicara, berbicara dengan perlahan
dan jelas tetapi tanpa membesarkan hal-hal yang tidak perlu. Sangat perlu pula memberikan
cukup waktu untuk mendengarkan keterangan-keterangan pasien tentang masalahnya
termasuk mengenai kondisi rongga mulutnya.

Manula biasanya mempunyai banyak keluhan rasa sakit dan nyeri. Perlu pula disadari bahwa
nyeri kronis dan depresi biasanya terdapat bersama-sama, jadi penting untuk menentukan
faktor-faktor penyebabnya. Misalnya, nyeri yang meluas di bawah suatu gigi tiruan rahang
bawah mungkin disebabkan oleh kebiasaan menggigit kuat yang telah melukai mukosa dan
diawali oleh rasa cemas di rumah sehingga nyeri itu tidak jelas lagi apa penyebabnya.
Perawatan prostodontik manula cenderung tidak memberikan hasil jangka panjang yang baik.
Untuk asuhan yang efektif diperlukan komunikasi antara dokter gigi dengan dokter ahli jiwa
untuk menangani pasien.

Bila diputuskan untuk melaksanakan satu rangkaian perawatan bagi manula, perlu sekali
diketahui keluhan-keluhan utama, dan disusun rencana perawatan yang mungkin dilakukan
pada keadaan tersebut. Misalnya, permintaan untuk merawat pasien mungkin datang dari
keluarganya yang merasa malu karena gigi tiruannya tidak dipakai lagi pada pertemuan-
pertemuan sosial. Kesehatan pasien mungkin terganggu sedemikian rupa sehingga
pengendalian gigi tiruan rahang bawah yang baik tidak mungkin lagi. Perawatan realistik
hanyalah gigi tiruan atas saja untuk keperluan penampilan bukan fungsi. Dokter gigi juga
merawat keluarganya selain pasiennya sendiri.

Merawat gigi lansia yaitu memiliki jadwal kunjungan rutin ke dokter gigi adalah bagian
penting untuk hidup sehat, selain itu mencegah atau mengurangi segala jenis penyakit gigi
mulut yang ditimbulkan. Klasifikasi pencegahan yaitu 1) Pencegahan primer, yaitu
penggunakan strategi- strategi dan bahan- bahan untuk mencegah permulaan terjadinya
penyakit, untuk membalikkan proses perkembangan penyakit atau untuk menghentikan
proses penyakit, sebelumnya pencegahan sekunder perlu dilakukan. Misalnya fluoridasi air
minum, menghindari makanan yang lengket- lengket terutama diantara waktu makan dan
nutrisi dengan standar yang baik, 2) pencegahan sekunder, menggunakan metode-metode
perawatan secara rutin untuk menghentikan proses penyakit dan atau untuk memperbaiki
kembali jaringan supaya sedapat mungkin mendekaati normal. Sebagai contoh perawatan
pulpa, dan pencabutan gigi bila tindakan perbaikan gagal. 3) Pencegahan tersier, yaitu
menggunakan tindakan- tindakan yang diperlukan untuk mengganti jaringan yang hilang dan
untuk merehabilitasi pasien kesuatu keadaan sehingga kemampuan fisik dan atau sikap
mentalnya sedapat mungkin mendekati normal setelah gagalnya pencegahan sekunder.

Sebagai contoh seorang kakek yang berusia 67 tahun yang mengeluh gigi 24 dan 25 goyang
derajat 3. Dari pemeriksaan klinik terlihat banyak kalkulus, terjadi resesi gingiva parah pada
hampir semua gigi. Pasien memakai gigi tiruan sebagian, cukup kooperatif, tapi sewaktu akan
dilakukan perawatan, pasien takut dan cemas kalau-kalau giginya yang bermasalah lepas
pada saat perawatan. Selain itu pasien tidak suka minum obat. Pada awal perawatan faktor
kecemasan harus ditangani terlebih dahulu dengan modifikasi lingkungan psikososial dan
pemberian obat ansiolitik, jika perlu rujuk ke dokter ahli jiwa. Selanjutnya dilakukan
pemeliharaan kebersihan mulut dan jaringan periodontal secara adekuat.

Seorang perempuan berusia 70 tahun, tamatan SLTP, tinggal di panti. Pasien sudah 5 tahun
harus menggunakan kursi roda. Oleh karena itu ia mengalami depresi dengan keterbatasan
fisik, mengucilkan diri, hingga paranoid. Pasien enggan ke dokter gigi karena perasaan malu
dan tertekan masalah fisik. Ia mengalami xerostomia berat disertai akumulasi kalkulus dan
periodontitis kronis. Dari hasi pemeriksaan diketahui bahwa gigi tiruan sebagian tidak cekat
lagi, longgar dan gigi tiruan rahang bawah sering terungkit. Dilakukan kontrol kebersihan
mulut secara home nurse. Scalling dan root planning dilakukan secara adekuat. Untuk
kepentingan penggunaan gigi tiruannya diberikan saliva buatan, penggunaan obat kumur, dan
gigi tiruannya di-reline dan rebase. Selain itu pendekatan dokter gigi kepada pasien harus
dilakukan dengan seksama dan penuh penghargaan kepada pasien sehingga dapat tumbuh
rasa percaya pasien kepada dokter giginya.

DAFTAR PUSTAKA

Jubhari EH, Dharmautama M, dkk. Faktor kejiwaan menentukan keberhasilan perawatan gigi
manula. Makassar: FKG-UNHAS; 2012. H. 106-9

Pengelolaan tingkah laku pasien pada praktik dokter gigi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2002.2
Kuncoro HZS. Masalah kesehatan jiwa lansia. 2002 http://www.e-psikologi.com/
epsi/lanjutusia_detail.asp?id=182

Anda mungkin juga menyukai