Anda di halaman 1dari 18

1.Periodisasi adalah pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa.

Periodisasi
yang dibuat para ahli tentang suatu peristiwa yang sama dapat berbeda-beda bentuknya
dikarenakan alasan pribadi atau subyektif.

Babak atau periodisasi sejarah Indonesia juga bisa ada yang lebih terperinci. Ada pula yang
mengelompokan periodisasi sejarah Indonesia menjadi beberapa jaman yaitu :
- prasejarah (jaman batau dan jaman logam )
- masuk dan berkembangnya pengaruh budaya India
- masuk berkembangnya islam
- jaman colonial
- jaman pendudukan jepang
- revolusi kemerdekaan
- masa orde lama
- masa orde baru
- masa reformasi

CONTOH-CONTOH PERIODISASI
SEJARAH INDONESIA
1..-400 : zaman prasejarah Indonesia
2.400-1500 : zaman pengaruh Hindu-Budha dan pertumbuhan Islam
3. 1500-1670 : Zaman kerajaan Islam dan mulai masuknya pengaruh Barat serta perluasan
pengaruh VOC.
4. 1670-1800 : Masa penjajahan oleh VOC
5. 1800-1811 : Masa pemerintahan Herman W. Daendels
6. 1811-1816 : Masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles (Inggris).
7. 1816-1830 :Masa pemerintahan Komisaris Jenderal dan perlawanan terhadap Pemerintahan
Kolonial Belanda.
8. 1830-1870 : Sistem tanam paksa oleh Gubernur Van den Bosch.
9. 1870-1942 : Sistem ekonomi Liberal Kolonial dan Politik Etis.
10.1908 : Masa Pergerakan Nasional
11.1942-1945 : Masa pendudukan Jepang.
12.1945-1949 : Perjuangan mempertahankan Kemerdekaan.
13.1949-1950 : Masa pemerintahan RIS.
14.1950-1959 : Penerapan sistem Liberal Parlementer
15.1959-1966 : Masa demokrasi terpimpin
16.1966-1998 : Masa Orde Baru
17.1998-Kini : Era Refarmasi
2.Kronologi adalah penentuan urutan waktu terjadinya suatu peristiwa sejarah. Kronologi
berdasarkan hari kejadian atau tahun terjadinya peristiwa sejarah. Manfaat kronologi adalah:
-dapat membantu menghindarkan terjadinya kerancuan dalam pembabakan waktu sejarah.
-dapat merekonstruksi peristiwa sejarah dimasa lalu berdasarkan urutan waktu dengan tepat.
-dapat menghubungkan dan membandingkan kejadian sejarah di tempat lain dalam waktu yang
sama.

Ditinjau dari segi kronologi sejarah Indonesia, secara garis besar dibedakan menjadi dua.
Pertama adalah periode prasejarah yaitu masa sebelum manusia Indonesia mengenal tulisan.
Kedua adalah periode sejarah, yaitu masa setelah ditemukannya bukti-bukti tertulis di Indonesia.

CONTOH-CONTOH KRONOLOGI
SEJARAH INDONESIA
17 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan RI
15 September 1945 Sekutu mendarat di Jakarta
10 November 1945 Pertempuran Surabaya
4 Januari 1946 Ibu kota RI pindah ke Jogjakarta
25 Maret 1947 Persetujuan Linggarjati
21 Juli 1947 Agresi militer Belanda I
1 Agustus 1947 Seruan gencatan senjata dari PBB
17 Januari 1948 Perjanjian Renville
27 Desember 1949 Pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda

kronik adalah cara penyajian sejarah secara kronologis (kejadiannya ditulis


berdasarkan urutan waktu). Contoh:
17 Agustus 1945 - Pada tanggal inilah proklamasi kemerdekaan Indonesia
dilakukan.
18 Agustus 1945 - Pengesahan UUD
26 Maret 1966 - Pada waktu ini, para pejuang lain menolak memberikan Kota
Bandung ke tangan sekutu. Akhirnya, mereka memutuskan utk membakar kota tsb,
sehingga muncullah istilah Bandung Lautan Api.
Sumber sejarah adalah sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung
menyampaikan kepada kita tentang sesuatu kenyataan pada masa lalu. Suatu
sumber sejarah mungkin merupakan suatu hasil aktivitas manusia yang
memberikan informasi tentang kehidupan manusia. Menurut Moh. Ali, yang
dimaksud sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud
serta berguna bagi penelitian sejarah sejak zaman purba sampai sekarang.
Sementara Muh. Yamin mengatakan bahwa sumber sejarah adalah kumpulan benda
kebudayaan untuk membuktikan sejarah.

Sumber tertulis
Sumber tertulis adalah sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulis,
catatan peristiwa yang terjadi di masa lampau, misalnya prasasti, dokumen, naskah, piagam,
babad, surat kabar, tambo (catatan tahunan dari Cina), dan rekaman. Sumber tertulis dibedakan
menjadi dua, yaitu sumber primer (dokumen) dan sumber sekunder (buku
perpustakaan).Biasanya sumber tertulis dapat memberikan informasi aspek-aspek yang akan kita
teliti, misalnya aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lain-lain. Dilihat dari segi bentuknya,
sumber tertulis dapat berbentuk tulisan yang tercetak dan tulisan yang masih ditulis tangan atau
manuskrip. Ada beberapa contoh sumber tertulis yang dapat dijadikan sumber penelitian sejarah,
yaitu sebagai berikut.

Gambar 2.6
Buku Sejarah Nasional Indonesia merupakan upaya untuk
menulis sejarah Indonesia yang indonesiasentris
a. Laporan-laporan

Laporan-laporan dapat berupa laporan yang dibuat oleh lembaga pemerintah atau lembaga non
pemerintah. Pembuatan laporan biasanya dilakukan per tahun. Jadi, kita bisa menggunakan
laporan tahunan. Pada lembaga-lembaga pemerintah, biasanya suka dibuat laporan tahunan.
Sedangkan laporan non pemerintah misalnya laporan perusahaan. Dengan adanya laporan
tahunan perusahaan kita akan mengetahui bagaimana perkembangan perusahaan dalam periode
tertentu.
b. Notulen rapat
Notulen rapat adalah catatan-catatan yang berisi tentang hal-hal yang menjadi materi penting
dalam pembicaraan rapat. Catatan dibuat biasanya oleh salah seorang yang ditunjuk atau
ditugaskan untuk menjadi pencatat atau sekretaris. Notulen rapat memberikan informasi yang
berharga dalam penelitian sejarah, apalagi bila notulen rapat yang kita temukan itu masih dalam
bentuk tulisan tangan si petugas penulis. Apabila kita menemukan bentuk notulen rapat yang
demikian, maka itu termasuk sumber primer. Dalam notulen rapat, biasanya terdapat materi
penting yang menjadi bahasan rapat.
c. Surat-surat
Surat-surat dapat menjadi sumber sejarah baik surat-surat pribadi maupun surat-surat resmi yang
dibuat oleh pemerintah. Dalam surat kita bisa melihat tanggal, ditujukan kepada siapa, dari siapa
(pembuat), dan isi dari surat itu. Isi surat ini akan memberikan suatu informasi penting apa yang
terjadi pada saat itu. Surat biasanya dapat berupa tulisan yang singkat, dapat pula surat yang
panjang dan ada lampirannya. Baik surat yang pendek maupun surat yang panjang merupakan
sesuatu yang berharga dalam penelitian sejarah. Apabila kita menemukan surat yang ada
lampirannya, maka kita kemungkinan akan menemukan banyak data atau informasi yang kita
butuhkan dalam penelitian.

d. Surat kabar
Dalam surat kabar biasanya banyak berita yang memuat tentang hal- hal yang terjadi di
masyarakat. Berita-berita tersebut merupakan sumber yang berharga bagi peneliti sejarah.
Peneliti sejarah dapat menyeleksi bagian mana dari berita itu yang dapat dijadikan sumber bagi
penelitiannya. Sumber tertulis ini yang banyak merekam atau mencatat kejadian- kejadian sehari-
hari yang terjadi di masyarakat. Berita yang dimuat dalam surat kabar sangat beragam, ada berita
ekonomi, politik, sosial dan budaya. Bagi peneliti sejarah, berita-berita tersebut dapat dijadikan
sebagai sumber bahan penelitianya. Sumber yang digunakan tergantung pada tema penelitian
yang ditelitinya. Berita dari yang disajikan oleh surat kabar yang satu dengan yang lainnya,
kemungkinan akan menunjukkan suatu analisis yang beragam. Perbedaan ini disebabkan oleh
kepentingan dari masing-masing penerbit surat kabar. Setiap surat kabar memiliki kepentingan
atau misi untuk membentuk opini atau pendapat masyarakat. Surat kabar yang diterbitkan oleh
pemerintah dan nonpemerintah tentu akan
memiliki perbedaan dalam menilai suatu peristiwa.
e. Catatan pribadi
Catatan pribadi adalah catatan yang dibuat oleh seorang individu yang menceritakan
pengalamannya yang ia pandang penting untuk dicatat. Biasanya ada orang-orang tertentu yang
memiliki kebiasaan untuk menulis pengalamannya. Bahkan yang ia catat bukan sekedar apa yang
terjadi pada dirinya, tetapi mungkin mencatat pengalaman orang lain yang ia lihat. Catatan
pribadi ini dapat memberikan informasi yang mungkin saja tidak terdapat pada laporan-laporan
resmi, misalnya laporan resmi pemerintah. Ada pula dari catatan-catatan pribadi ini yang
kemudian disusun oleh si pemilik catatan tersebut menjadi sebuah autobiografi atau memoar.
b. Sumber Lisan
Sumber lisan merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara metode sejarah
lisan. Sejarah lisan adalah satu dari sumber sejarah yang ada pada ingtan pelaku dan atau
penyaksi suatu peristiwa sejarah, yang terjadi pada zamannya, kemudian diungkapkan secara
lisan oleh pelaku dan penyaksi sejarah itu sendiri. Si Pelisan atau sumber lisan bertanggung
jawab atas kebenaran kejadian yang dikisahkannya, sehingga informasi lisannya itu dapat
dipergunakan sebagai sumber dalam penulisan sejarah.
Sumber lisan berfungsi sebagai pelengkap sumber tertulis belum memadai. Sumber lisan
memiliki keterbatasan-keterbatasan dibanding dengan sumber tertulis atau artefak. Keterbatasan
sumber lisan lebih disebabkan oleh faktor manusia sebagai sumber. Kemungkinan kita
kehilangan sumber lisan apabila orang yang kita cari telah meninggal. Dengan demikian, kita
akan memburu dengan faktor umur yang dimiliki oleh orang yang akan kita wawancarai. Daya
ingat yang dimiliki, oleh manusia sangat terbatas. Hal ini dapat menjadi keterbatasan dalam
sumber lisan. Semakin jauh jarak antara peristiwa yang dialami oleh seorang tokoh yang kita
wawancarai kemungkinan besar orang tersebut semakin lupa. Keterbatasan memori yang
dimiliki oleh tokoh yang kita wawancarai akan membuat sumber inforamsi yang kita butuhkan
menjadi kurang akurat. Cara yang dilakukan untuk memperoleh sumber lisan, yaitu dengan
melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu kita harus memiliki
persiapan yang matang. Hal yang harus dipersiapkan adalah kita harus memiliki pengetahuan
tentang hal yang akan kita tanyakan.

c. Sumber benda
Sumber benda adalah sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda- benda kebudayaan.
Sumber benda disebut juga sebagai sumber korporal, yaitu benda-benda peninggalan masa
lampau, misalnya, alat-alat atau benda budaya, seperti kapak, gerabah, perhiasan, manik-manik,
candi, dan patung.

c. Sumber Rekaman
Sumber rekaman dapat berupa rekaman kaset audio dan rekaman kaset video. Banyak peristiwa
sejarah yang dapat terekam, misalnya Masa Pendudukan Jepang, Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, Perang Kemerdekaan dan sebagainya.

Sumber-sumber sejarah tersebut belum tentu seluruhnya dapat menginformasikan kebenaran


secara pasti. Oleh karena itu,sumber sejarah tersebut perlu diteliti, dikaji, dianalisis, dan
ditafsirkan dengan cermat oleh para ahli. Untuk mengungkap sumber-sumber sejarah di atas
diperlukan berbagai ilmu bantu, seperti:
1) epigrafi, yaitu ilmu yang mempelajari tulisan kuno atau prasasti;
2) arkeologi, yaitu ilmu yang mempelajari benda/peninggalan kuno;
3) ikonografi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang patung;
4) nomismatik, yaitu ilmu yang mempelajari tentang mata uang;
5) ceramologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang keramik;
6) geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan bumi;
7) antropologi, yaitu ilmu yang mempelajari asal-usul kejadian serta perkembangan makhluk
manusia dan kebudayaannya;
8) paleontologi, yaitu ilmu yang mempelajari sisa makhluk hidup yang sudah membatu;
9) paleoantropologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk manusia yang paling sederhana hingga
sekarang;
10) sosiologi, yaitu ilmu yang mempelajari sifat keadaan dan pertumbuhan masyarakat;
11) filologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang bahasa, kebudayaan, pranata dan sejarah suatu
bangsa sebagaimana terdapat di bahan-bahan tertulis.
GERAKAN PENGIBARAN BENDERA INDONESIA
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan dikeluarkannya maklumat
pemerintahanSoekarno tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1
September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh
wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap
pelosok kota Surabaya.

Di berbagai tempat strategis dan tempat-tempat lainnya bendera Indonesia


dikibarkan. Antara lain di teras atas Gedung Kantor Karesidenan (kantor Syucokan,
gedung Gubernuran sekarang, Jalan Pahlawan) yang terletak di muka gedung
Kempeitai (sekarang Tugu Pahlawan), di atas Gedung Internatio, disusul barisan
pemuda dari segala penjuru Surabaya yang membawa bendera Indonesia datang ke
Tambaksari (lapangan Stadion Gelora 10 November) untuk menghadiri rapat
raksasa yang diselenggarakan oleh Barisan Pemuda Surabaya.

Saat rapat tersebut lapangan Tambaksari penuh lambaian bendera merah putih
disertai pekik 'Merdeka' yang diteriakkan massa. Pihak Kempeitai telah melarang
diadakannya rapat tersebut tidak dapat menghentikan dan membubarkan massa
rakyat Surabaya tersebut. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya
kemudian terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato
atau Oranje Hotel (sekarang bernama Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65
Surabaya.

B. Kedatangan tentara Inggris dan Belanda dalam AFNEI


Mula-mula Jepang dan Indo-Belanda yang sudah keluar dari interniran menyusun
suatu organisasi, Komite Kontak Sosial, yang mendapat bantuan penuh dari Jepang.
Terbentuknya komite ini disponsori oleh Palang Merah Internasional (Intercross).
Namun, berlindung dibalik Intercross mereka melakukan kegiatan politik. Mereka
mencoba mengambil alih gudang-gudang dan beberapa tempat telah mereka
duduki, seperti Hotel Yamato. Pada 18 September 1945, datanglah di Surabaya
(Gunungsari) opsir-opsir Sekutu dan Belanda dari AFNEI (Allied Forces Netherlands
East Indies) bersama-sama dengan rombongan Intercross dari Jakarta.

Rombongan Sekutu tersebut oleh administrasi Jepang di Surabaya ditempatkan di


Hotel Yamato, Jl Tunjungan 65, sedangkan rombongan Intercross di Gedung Setan, Jl
Tunjungan 80 Surabaya, tanpa seijin Pemerintah Karesidenan Surabaya. Dan sejak
itu Hotel Yamato dijadikan markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War
and Internees: Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran).

C. Pengibaran bendera Belanda


Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada sore hari
tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda
(Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang
pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para
pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap
Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan
kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih
yang sedang berlangsung di Surabaya.

Kabar tersebut tersebar cepat di seluruh kota Surabaya, dan Jl. Tunjungan dalam
tempo singkat dibanjiri oleh massa yang marah. Massa terus mengalir hingga
memadati halaman hotel serta halaman gedung yang berdampingan penuh massa
yang diwarnai amarah. Di sisi agak belakang halaman hotel, beberapa tentara
Jepang berjaga-jaga untuk mengendalikan situasi tak stabil tersebut.
D. Gagalnya perundingan Sudirman dan Ploegman
Tak lama setelah mengumpulnya massa tersebut, Residen Sudirman, pejuang dan
diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan)
yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen
Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke
hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding
dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda
segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman
menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui
kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman
mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan.
Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda
yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Sudirman
dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato.

E. Perobekan bendera Belanda


Di luar hotel, para pemuda yang mengetahui berantakannya perundingan tersebut
langsung mendobrak masuk ke Hotel Yamato dan terjadilah perkelahian di lobi
hotel. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera
Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman kembali ke dalam hotel dan
terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersamaKusno Wibowo berhasil
menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke
puncak tiang kembali. Peristiwa ini disambut oleh massa di bawah hotel dengan
pekik 'Merdeka' berulang kali.

F. Peran peristiwa dalam Perang Kemerdekaan Indonesia


Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah
pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara AFNEI. Serangan-serangan
kecil itu ternyata dikemudian hari berubah menjadi serangan umum yang memakan
banyak korban baik di militerIndonesia dan Inggris maupun sipil di pihak Indonesia.
Akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk
meredakan situasi dan mengadakan gencatan senjata. Gencatan senjata tersebut
gagal dan ditambah dengan matinya Brigadir JenderalMallaby, berakibat pada
dikeluarkannya ultimatum 10 November oleh pihak Inggris dan terjadinya
Pertempuran 10 November yang terbesar dan terberat dalam sejarah Perang
Kemerdekaan Indonesia dan ditetapkan menjadi Hari Pahlawan.

Peristiwa Peninggalan Sejarah

Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses sejarah yang panjang selama


ratusan bahkan ribuan tahun lamanya. Disamping itu tiap-tiap wilayah di
Nusantara memiliki sejarahnya sendiri. Perjalanan sejarah yang panjang di
berbagai wilayah di Nusantara tersebut memberikan karakter pada kepribadian
suatu masyarakat, suku bangsa maupun bangsa Indonesia sekarang.
Peninggalan sejarah merupakan benda-benda budaya manusia dari masa
yang telah lampau. Peninggalan-peninggalan manusia ini dapat berwujud beraneka
macam dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia pada masa itu. Wujud
peninggalan sejarah seperti bangunan, peralatan, perhiasan, fosil, lukisan-lukisan
pada dinding gua, dll. Peninggalan-peninggalan sejarah yang dikenal dalam
masyarakat Indonesia dalam bentuk bangunan di antaranya bangunan punden
berundak-undak (dari zaman prasejarah), bangunan candi (dari zaman Hindu-
Budha), istana (kraton), masjid (masa Islam), dll. Ada juga peninggalan sejarah
yang berupa peralatan kerja seperti kepala batu (zaman prasejarah), keris, alat-alat
senjata dari tulang, tombak dari logam (dari zaman Hindu dan Islam), dll.
Peninggalan sejarah yang berwujud perhiasn sangat beragam dan bahan dasar yang
digunakannya bisa berasal dari tembaga, perunggu, kuningan, perak maupun
emas.

CANDI
Candi juga merupakan salah satu bentuk peninggalan Sejarah di
Indonesia. Candi menurut orang india disebut dewagraha artinya rumah dewa yang
fungsinya sebagai tempat ibadah. Sedangkan di Indonesia candi disebut
candikagraha berarti rumah dewi Candika. Dewi Candika nama lain dari Dewi
Durga yang menguasai kematian, jadi fungsi candi di Indonesia sebagai tempat
makam disamping tempat pemujaan. Menurut Bosch mengatakan bahwa bangunan
candi di jawa bukan jiplakan dari India dengan alasan: dasar bangunan ialah buku
cipta sastra yang disesuaikan keadaan Jawa, pembuat candi atau patung adalah
orang Indonesia yang telah mendapat didikan tentang pembuatan candi dan patung.
Contoh: candi Borobudur menunjukkan raut muka orang Indonesia. Sedangkan Dr.
Stella Kramrisch dalam bukunya The Hindoe Temple mengatakan bahwa
perbedaan candi antara India dan Indonesia terutama: relief, ornamen dan guna
bangunan serta gaya bangunan, sebab disesuaikan dengan keadaan Indonesia.
Candi adalah bangunan yang biasanya terdiri dari 3 bagian, yaitu atap,
tubuh dan kaki. Pada dinding candi terdapat relief, yaitu gambar timbul yang
biasanya dibuat dengan cara memahat. Relief sendiri biasanya mengisahkan
sebuah cerita.

Berikut Beberapa Candi di Indonesia :


Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Merupakan candi Budha yang didirikan tahun 770 M. Atas perintah Raja Wisnu
dari Dinasti Syailendra untuk menghormati Budha.

Candi Padas di Gunung Kawi Tapak Siring Bali.

Merupakan makam raja Bali anak wungsu putra raja Udayana yang bungsu, yang
dianggap sebagai Waisnawa tetapi juga berbakti kepada Siwa, dan rakyatnya
menganut Siwa dan Budha.
Candi Kalasan di Jawa Tengah.

Merupakan candi Budha yang didirikan tahun 778 M. Atas perintah Raja Rakai
Panangkaran dari Dinasti Sanjaya untuk mengormati Dewi Tara.

Candi Mendut di Jawa Tengah.

Merupakan candi Budha yang didirikan atas perintah Raja Indra dari dinasti
Syailendra, untuk menghormati Budha dan Bodhisatua.

Candi Idjo

Dalam candi ini terdapat Lingga dan Yoni maka disebut punden lingga (jika
lingga dari batu disebut Cailaja, jika dari batu disebut lohaja, dan jika dari kayu
disebut daruja).
Candi Sari

Di dalam prasasti Kalasan disebut adanya wihara, maka diduga candi Sari
merupakan sarana (wihara).

Candi Gunung Wukir.

Terletak di atas bukit di sebelah selatan Muntilan bersifat Civaisme. Candi


tersebut sudah rusak, terdapat lingga dan Nandi.

Candi Dieng di Jawa Tengah.

Merupakan candi Hindu yang tidak diketahui pendirinya. Namun, banyak pakar
berpendapat
bahwa candi ini merupakan sisa peninggalan Dinasti Sanjaya.
Candi Muara Takus di Riau,Sumatera.

Merupakan candi Budha peninggalan Kerajaan Melayu. Tampaknya candi ini


dibangun setelah pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatera hilang. Wujud
peninggalan yang masih tersisa berupa tembok batu di dalamnya terdapat empat
bangunan yakni stupa, candi tua, candi bungsu, dan teras candi palangka.

Candi Pawon.

Merupakan tempat makam. Oleh penduduk disebut candi Bajranalan (Braja artinya
petir,
anala artinya api, jadi petir berkilauan) maka candi Pawon adalah makam raja Indra
dari
Wangsa Saelendra. Candi Pawon menggambarkan suasana kematian

Candi Panataran di Blitar, Jawa Timur.


Tepatnya di desa Panataran kecamatan Nglegok DT II Blitar. Di depan terdapat
arca Dwarapala,yaitu arca raksasa penjaga pintu. Pada halaman tengah terdapat
Candi Naga sebagai bangunan terpenting, sebab pelipit atas tubuh candi dihiasi
ular besar meningkat di sekelilingnya. Di halaman timur terdapat candi induk yang
terdiri dari tiga tingkat. Pada tingkat pertama terdapat relief Ramayan dan adegan
Hanoman datang dari Alengka sebagai utusan Rama sampai tewasnya
Kumbakarna. Pada tingkat kedua dipahatkan cerita Kresnaya, cerita ini
mengisahkan bagaimana Kresna mendapatkan Dewi Rukmini. Pada tingkat ketiga
hanya berhiasan pahatan Naga dan singa bersayap yang amat indah.

Candi Brahma, letaknya sebelah selatan candi Induk Siwa yang hanya ada satu
ruang saja
berisi Area Brahma, di depan candi Brahma terdapat candi Angsa.

Candi Wisnu, letaknya di sebelah utaa candi Induk Siwa, hanya ada satu ruang
saja berisi
Arca Wisnu, pada dinding candi terdapat relief Kresnayana. Di depan candi
Wisnu terdapat
candi Garuda.

Candi Induk Siwa, merupakan candi tertinggi yang berisi empat ruang. Candi ini
dikelilingi
patung Siwa Maha Dewa, Siwa Mahaguru, Ganesa, dan Durga. Terdapat relief
ramayana. Di
depan candi ini terdapat candi Nandi

Kerajaan Hindu-Budha meninggalkan beberapa kitab yang isinya


beragam. Ada yang berisi cerita, berita sejarah, atau dongeng. Beberapa
Kitab itu adalah :
Kitab Bharatayuda, tulisan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Kitab Smaradhana, tulisan Mpu Dharmaja.
Kitab Negarakertagama, tulisan Mpu Prapanca.
Kitab Sutasoma, tulisan Mpu Tantular.
Kitab Pararaton, merupakan kitab yang menceritakan silsilah raja-raja Singasari
dan Majapahit.
Kitab Sundayan, merupakan kitab yang menceritakan perisitwa Bubat.
Kitab Ranggalawe, merupakan kitab yang menceritakan pemberontakan
Ranggalawe.

PRASASTI
Prasasti merupakan peninggalan tertulis yang dipahatkan pada batu atau logam.
Prasasti merupakan
dokumen resmi yang dikeluarkan oleh raja atau pejabat tinggi kerajaan.
Pada umumnya prasasti berisi tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Penghormatan kepada dewa.
2. Angka tahun dan penanggalan yang biasanya diawali dengan kata-kata: Swasti
Cri Cakawarsitta yang artinya selamat tahun yang sudah berjalan.
3. Menyebut nama raja yang biasanya diawali dengan kata-kata: Tatkala Cri
Maharaja Rakai Dyah
4. Perintah kepada pegawai tinggi yang biasanya melalui Rakyan Mahapatih dengan
istilah : Umingsor ring rakyan Mahapatih Sehingga raja tidak memberikan
perintah langsung.
5. Penetapan daerah sima (bebas pajak) yang merupakan hadiah dari raja kepada
orang yang berjasa kepada raja atau kepada orang banyak.
6. Sambhada (sebab musabab mengapa suatu daerah dijadikan daerah sima).
7. Para saksi.
8. Desa perbatasan sima yang disebut wanua tpisring.
9. Hadiah yang diberikan dari daerah yang dijadikan daerah sima kepada raja,pendeta
dan para saksi.
10. Jalannya upacara.
11. Tontonan yang diadakan.
12. Kutukan atau sumpah serapah kepada orang-orang yang melanggar peraturan
daerah sima.

Berdasarkan bahas dan tulisan yang dipergunakan prasasti-prasasti di


Indonesia dapat dibagi sebagai berikut :
a. Prasasti berbahasa sansekerta
Prasasti yang menggunakan bahasa sansekerta pada umumnya digunakan
oleh kerajaan-kerajaan dari abad ke-5 sampai dengan abad ke-9.
1. Huruf Pallawa,misalnya : Prasasti Yupa dari kerajaan Kutai, Prasasti-prasasti dari
kerajaan Tarumanegara, seperti: Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon kopi,
Prasasti
jambu, Prasasti Mataram Hindu pada masa awal perkembangannya, seperti:
Prasasti Tuk mas dan prasasti Canggal.
2. Huruf Pra-Nagari atau huruf Siddham (yang banyak dipakai di India Utara dan
Srilangka yang bernama Budha dari abad 11 sampai 12): Prasasti
Kalasan,Prasasti
Kelurak, Prasasti Ratu Boko dan prasasti Plaosan lor.
3. Huruf Jawa Kuno (Kawi): Prasasti Dinoyo, Prasasti Plumpungan
(Prasasti
Hamparan).
b. Prasasti berbahasa Jawa Kuno
1. Huruf Jawa Kuno
Prasasti yang menggunakan bahasa Jawa Kuno dipakai pada abad ke-10,
misalnya:
Prasasti Kedu atau Prasasti Mantyasih (907M) peninggalan mataram
kuno, Prasasti
Randusari I dan II dari masa pemerintahan Balitung, dan Prasasti
Trowulan I,II,III,IV,
yang berasal dari kerajaan Majapahit.
2. Huruf Pra-Nagari (Siddham)
Prasasti Sanur, tulisan pada sandaran arca-arca di Candi Singasari dan
Candi Jago.
c. Prasasti berbahasa Melayu Kuno
Prasasti yang menggunakan bahasa Bali kuno adalah prasasti-
prasasti peninggalan
Kerajaan Sriwijaya, baik di Sumatra maupun di Semenanjung Malaka.
Misalnya
Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, dan
Prasasti Ligor
d. Prasasti berbahasa Bali Kuno
Prasasti yang menggunakan bahasa Bali Kuno merupakan peninggalan
kerajaan-
kerajaan di Bali. Prasasti tersebut pada umumnya Raja Casana atau
peraturan dari raja.
Huruf yang diperlukan adalah huruf pallawa, jawa kuno, dan pranagari.
Misalnya:
Prasasti Julah,Prasasti Ugrasena dan Prasasti Tugu Sanur.

Relief biasanya menceritakan pengalaman hidup raja dan dewa Hindu atau Budha.
Arca merupakan batu yang dipahat hingga membentuk manusia atau binatang,
bahkan dewa-dewa tertentu. Contoh: Syiwa, Brahma, Wisnu, Budha, dan Dhyani
Boddhisatwa.

MONUMEN
Kata Monumental berasal dari Bahasa Latin, monere yang secara harfiah
berarti meningkatkan. Kata ini berkembang menjadi mnemon,mnemonikos yang
dalam Bahasa Inggris menjadi mnemonic, berarti sesuatu yang membantu untuk
mengingat. Pengertian monumental dalam arsitektur berarti sifat perancangn tinggi
yang dapat dicapai oleh perancang untuk dapat membangkitkan kenangan atau
kesan yang mudah terlupakan.
Pendirian Monumen bertujuan untuk mengenang peristiwa besar yang
terjadi di tempat tersebut, juga dipergunakan sebagai tanda untuk menyampaikan
pesan kepada generasi penerus bangsa yang tidak pernah mengalami peristiwa
seperti ini. Contoh: Monumen Palagan Ambarawa di Ambarawa,Jateng, Monumen
Trikora di Makasar, Monumen Pancasila Sakti Lubang buaya di Jakarta, Monumen
Sepuluh Nopember di Surabaya, Monumen 45 di Surakarta,Jateng.

Monumen Tugu Muda

Salah satu tempat bersejarah di Semarang adalah Tugu Muda yang terletak
di jantung kota. Monumen Tugu Muda dibangun untuk memperingati pertempuran
yang terjadi di Semarang pada 14-18 Oktober1945 selama 5 hari. Di sebelah Tugu
Muda juga berdiri kokoh bangunan museum milik Kodam IV Diponegoro yang
mendokumentasikan peristiwa heroik keberanian pemuda Semarang melawan
penjajahan Jepang

Anda mungkin juga menyukai