Anda di halaman 1dari 7

Berdasarkan ciri-ciri rambut (seta) pada tubuhnya, filum Annelida

dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan


Hirudinea.
Advertisement

Ciri-ciri Annelida adalah sebagai berikut:


1. Bilateral simetris, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), tubuhnya
bulat dan memanjang biasanya dengan segmen yang jelas baik
eksternal maupun internal.
2. Appendages kecil berupa setae(rambut)
3. Tubuh ditutupi kutikula tipis dan lembab terletak disebelah atas epithel
columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar dan selsensoris.

4. Dinding tubuh disusun oleh lapisan otot circular dan longitudinal,


coelom berkembang dengan baik (kecuali Hirudinea) yang disebut
schizocoelom.
5. Alat pencernaan komplit, yang memanjang disepanjang tubuhnya.
6. Sistemperedaran darah tertutup, dengan pembuluh darah yang
memanjang (sinus coelom dengan cabang-cabang lateral pada setiap
ruas. Plasma darah umumnya berisi haemoglobin dan amoebocyte yang
bergerak bebas.

7. Respirasi melalui epidermis atau permukaan tubuh


8. Sistem ekskresi dengan sepasang nephridia pada setiap ruas.
9. Sistem saraf dengan sepasang ganglia cerebral (otak) yang
dihubungkan ketalisaraf (nervecord) yang meluas disepanjang tubuhnya.
10. Umunya berumah satute tapi tidak dapat melakukan pembuahan
sendiri. Pada Polichaeta berumah dua memiliki bentuk larva yang
disebut trocophora.

Terdapat sekitar 15.000 spesies Annelida. Berdasarkan ciri-ciri rambut


(seta) pada tubuhnya, filum Annelida dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu
Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.

a. Polychaeta
Polychaeta (Yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan
Annelida yang memiliki banyak seta (rambut). Sebagian besar
Polychaeta hidup di laut, namun beberapa jenis hidup di air payau dan
air tawar. Ada Polychaeta yang hidup sebagai karnivor dengan
memakan invertebrata kecil, sebagai herbivor dengan memakan
ganggang, dan pemakan endapan dengan cara menelan lumpur yang
mengandung bahan organik. Bahan organik dicerna dan partikel mineral
dikeluarkan bersama sisa pencernaan melalui anus.

Tubuh Polychaeta berukuran 5 10 cm dengan diameter 2 10 mm.


Bagian kepala, terdiri atas bagian prostomium dan peristomium.
Pada prostomium terdapat mata, antena, dan sepasang
palpus. Peristomium terletak setelah prostomium, Pada peristomium
terdapat mulut, alat indra, dan sirus (cirrus, sungut/ rambut kasar
sebagai alat peraba). Pada setiap ruas tubuh terdapat
sepasang parapodium. Parapodium berfungsi sebagai alat gerak dan
alat pernapasan karena mengandung pembuluh darah yang halus.

Polychaeta menangkap mangsa dengan menggunakan faring atau


menjulurkan probosis. Polychaeta memiliki alat indra berupa mata dan
statosista. Mata berfungsi sebagai fotoreseptor dan menunjukkan gerak
fototaksis negatif (menjauhi cahaya). Akan tetapi ada pula Polychaeta
yang tidak memiliki bintik mata.

Pada umumnya Polychaeta bereproduksi secara generatif dan


gonokoris. Gamet atau sel kelamin dapat dikeluarkan
melalui metanefridia atau secara dehiscence (sobekan dinding tubuh).
Pembuahan dapat terjadi secara internal (di dalam tubuh) atau eksternal
(di air). Ada pula Polychaeta yang bereproduksi dengan
membentuk epitoke (individu reproduktif). Epitoke dapat terbentuk
melalui pertunasan atau transformasi langsung. Bentuk tubuh epitoke
berbeda dengan atoke (individu non-reproduktif). Epitoke akan
berenang ke permukaan air menjelang pagi atau petang hari untuk
melepaskan sperma dan telur, pen istiwa ini
disebut swarming. Swarming terjadi pada masa-masa
tertentu. Swarming cacing palolo (Eunice viridis) dari kepulauan Samoa,
Maluku, dan Nusa Tenggara terjadi di bulan November, seminggu
setelah bulan purnama. Di Pulau Lombok dikenal istilah bau nyale
(menangkap cacing laut) yang dilakukan pada bulan Februari dan Maret.
Menjelang fajar, epitoke mengalami dehiscence, sehingga telur
bertebaran di air dan segera dibuahi oleh sperma.

Terdapat sekitar 8.000 Polychaeta yang teridentifikasi, antara lain cacing


palolo (Eunice sp.) dan cacing wawo (Lysidice oele) yang bisa
dimakan, Nereis (memiliki tubuh panjang dengan dua buah rahang yang
besar), Myzostoma (parasit pada Echinodermata),
dan Sabellaria(Polychaeta yang hidup bergerombol di antara lubang

pasir di laut).

b. Oligochaeta
Oligochaeta (Yunani, oligos = sedikit, chaetae = rambut kaku)
merupakan Annelida yang memiliki sedikit seta (rambut). Sebagian
besar Oligochaeta hidup di air tawar, namun ada pula yang hidup di air
laut, air payau, dan darat (tanah yang lembap).

Oligochaeta dibedakan menjadi dua


macam, yaitu mikrodrile dan megadrile. Mikrodrilemerupakan spesies
yang hidup di air, berukuran 1 30 mm, berdinding tubuh tipis, dan agak
transparan. Megadrile merupakan spesies yang hidup di darat,
berdinding tubuh tebal, pada umumnya memiliki panjang tubuh 5 30
cm dan ada yang mencapai 3 m. Jumlah ruas pada tubuhnya bervariasi
sekitar 115 200 buah, bahkan ada yang mencapai 500 ruas. Pada
setiap ruas terdapat empat rumpun seta dengan jumlah seta pada setiap
rumpun 1 25 buah.

Oligochaeta memiliki jaringan kloragogen di sekeliling usus dan


pembuluh dorsal, yaitu lapisan sel berwarna kuning yang berfungsi
sebagai hati atau berperan dalam proses deaminasi protein,
pembentukan amonia, dan sintesis urea. Pada umumnya Oligochaeta
tidak memiliki bintik mata, kecuali yang hidup di air. Di seluruh
permukaan tubuh Oligochaeta, kecuali bagian ventral, terdapat sel indra
sebagai fotoreseptor. Oligochaeta menunjukkan gerak mendekati
cahaya lemah dan menjauhi cahaya kuat.

Semua Oligochaeta bersifat hermafrodit, tetapi melakukan perkawinan


silang. Oligochaeta memiliki klitelum, yaitu ruas- ruas reproduktif yang
berdinding tebal. Pada klitelum terdapat banyak sel kelenjar yang
menghasilkan lendir untuk perkawinan, juga bahan untuk membuat
dinding kokon dan albumin untuk melekatkan telur dalam kokon.

Perkawinan terjadi antara dua individu dengan saling bertukar sperma.


Beberapa han setelah perkawinan, klitelum menghasilkan lendir yang
menyelubungi ruas-ruas anterior dan dinding kokon. Telur dikeluarkan
dari gonopori betina ke dinding kokon. Dinding kokon yang
mengandung telur kemudian meluncur ke muara spermateka untuk
mendapatkan sperma hasil pertukaran sebelumnya. Pembuahan terjadi
di dalam lapisan albumin dinding kokon. Dinding kokon terus meluncur
ke anterior dan lepas dan kepala cacing. Di dalam kokon, embrio cacing
terus berkembang hingga menetas dan keluarlah anak cacing dan
kokon.

Terdapat sekitar 3.500 spesies Oligochaeta yang teridentifikasi, antara


lain cacing tanah (Lumbricus terrestris), Tubifex (cacing yang hidup di
perairan tergenang dan tercemar, sering digunakan sebagai pakan ikan),
dan cacing raksasa Australia (Megascolides australis).

c. Hirudinea
Hirudinea biasa disebut lintah. Tubuh lintah tidak memiliki parapodia
maupun seta. Lintah memiliki dua buah alat pengisap yang terletak di
bagian anterior dan posterior untuk menempel pada inangnya. Lintah
hidup secara ektoparasit sementara pada tubuh inang, misalnya sapi,
kerbau, dan manusia. Lintah sering ditemukan di perairan tawar yang
tenang, dangkal, dan banyak ditumbuhi tumbuhan air. Lintah termasuk
hewan nokturnal yang aktif di malam hari. Pada siang hari, lintah
bersembunyi di bawah batu, sampah atau tumbuhan air, sedangkan
pada waktu malam hari, lintah berkeliaran mencari makan.

Panjang tubuh lintah antara 1 5 cm,


namun ada pula yang mencapai 20 30 cm. Bentuk tubuh pipih
dorsoventral dengan ujung anterior meruncing dan alat pengisap
anterior mengelilingi mulut. Jumlah ruas tubuh sejati sebenarnya tetap
34 buah, tetapi lintah memiliki ruas-ruas semu eksternal (annuli). Darah
lintah memiliki pigmen hemoglobin, namun ada pula yang tidak.

Sebagian besar lintah pengisap darah memiliki kelenjar ludah yang


menghasilkan antikoagulan hirudin yang berfungsi untuk mencegah
penggumpalan darah mangsa, sehingga lintah dapat mengisap darah
sebanyak mungkin. Pada waktu mengisap darah, lintah menempelkan
alat pengisap anteriornya dan menyayat kulit mangsa dengan tepi
rahangnya serta mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit) sehingga
korbannya tidak menyadari adanya gigtan. Dibelakang rahang terdapat
faring berotot sebagai pompa.

Lintah tahan puasa, bahkan ada yang bertahan hidup hingga 1,5 tahun
tanpa makan. Untuk menghindari gigitan lintah, dapat dengan
mengoleskan balsam, minyak kayu putih atau sejenisnya pada kulit.

Semua lintah bersifat hermafrodit dan melakukan perkawinan silang


untuk saling bertukar sperma. Kokon diletakkan pada substrat dan
sedikit dibenamkan dalam lumpur. Ada pula lintah yang mengerami
telurnya. Setelah menetas, anak-anak lintah tetap menempel pada
induknya hingga beberapa hari. Lintah dewasa setelah berumur 3 5
tahun. Umur lintah dapat mencapai 10 15 tahun.

Terdapat sekitar 500 spesies Hirudinea ang teridentifikasi, antara lain


lintah air (Hirudo medicinalis) dan pacet (Haemadipsa).

Sumber: Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X Erlangga 2013

Anda mungkin juga menyukai