Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali menjumpai materi kimia
yang ada di sekitar kehidupan kita. Misalnya saja air, bensin, solar, gas-gas
yang ada di alam dan masih banyak yang lainnya. Namun dengan berfikiran
secara abstrak memungkinkan para ilmuwan untuk melakukan
penemuan- penemuan mengenai adanya ikatan di dalam materi tersebut.
Misalnya saja mengenai apa saja unsur yang berikatan, bagaimana ikatan itu
terbentuk dan apa saja jenis-jenis ikatan yang memungkinkan suatu atom
berikatan.
Dengan semakin majunya teori atom, teori tentang ikatan kimia ini
juga mengalami perubahan. Saat ini ternyata, bahwa ikatan-ikatan kimia
tidak pernah ada yang murni, artinya tidak ada yang 100 persen kovalen
atau 100 persen elektrovalen. Oleh karena itu, untuk mengetahui konsep
teori ikatan kimia dan lebih memahami konsep teori VSEPR disusunlah
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana teori tolakan pasangan elektron valensi (VSEPR) ?
b. Bagaimana peranan ikatan rangkap dua dan rangkap tiga dalam teori
VSEPR ?
c. Bagaimana aturan elektron non-ikat pada teori VSEPR ?
d. Bagaimana cara memprediksi bentuk molekul berdasarkan bilangan
sterik ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk :

1
a. Untuk mengetahui teori tolakan pasangan elektron valensi (VSEPR).
b. Untuk mengetahui peranan ikatan rangkap dua dan rangkap tiga
dalam teori VSEPR.
c. Untuk mengetahui aturan elektron non-ikat pada teori VSEPR.
d. Untuk mengetahui cara memprediksi bentuk molekul berdasarkan
bilangan sterik.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun Sistematika yang akan kami bahas pada bab I adalah :
Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, sistematika penulisan dan manfaat penulisan.
Pada bab II, Pembahasan yaitu : Teori VSEPR, Peranan ikatan
rangkap dua dan rangkap tiga dalam teori VSEPR , Aturan elektron non-ikat
pada teori VSEPR, dan Bilangan sterik.
Terakhir pada bab III, yaitu Penutup yang berisi kesimpulan yang
akan menguraikan kesimpulan tentang materi yang kami bahas dan saran-
saran yang diberikan terhadap permasalahan yang ada.

1.5 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain
memenuhi tugas dari Dosen Mata Kuliah, juga bertujuan untuk memberi
masukan ilmu pengetahuan tentang teori VSEPR (teori tolakan pasangan
elektron valensi) khalayak pada umumnya dan khususnya bagi penulis yang
sangat membantu kami sebagai calon pendidik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori VSEPR

2
Teori VSEPR Teori tolakan antara pasangan elektron (VSEPR,
Valence Shell Electron Pair Repulsion), merupakan penjabaran sederhana
dari rumusan Lewis yang berguna untuk memprediksikan bentuk molekul
poliatom berdasarkan struktur Lewis-nya. Teori VSEPR pertama kali
dikembangkan oleh Nevil Sidgwick dan Herbet Powel pada tahun 1940, dan
dikembangkan lebih lanjut oleh Ronald Gillespie dan Ronald Nyholm.
Awal perkembangan teori VSEPR, pada tahun 1963 berdasarkan ide-
ide yang kembangkan oleh Sidwick dan Powell, Gillespie memberi ceramah
tentang teori VSEPR dalam suatu pertemuan yang di adakan oleh American
Chemical Society (ACS). Setelah memberi ceramah ia ditantang oleh
perserta ceramah yang lain yaitu Rundle. Rundle menyatakan teori VSEPR
terlalu naive dan satu-satunya cara pendekatan dalam meramalkan bentuk
molekul adalah teori orbital molekul. Setelah mengadakan diskusi yang
cukup panjang Gillespie menantang Rundle meramal bentuk molekul dari
ksenon fluorida (XeF6) yang pada saat itu baru saja disintesis oleh Malm
dan rekan-rekannya.
Berdasarkan terori orbital molekul, Rundle menyatakan bentuk
molekul XeF6 adalah oktahedral normal. Sedangkan Gillespie berdasarkan
teori VSEPR menyatakan bentuk molekul XeF6 adalah oktahedral
terdistorsi. Berdasarkan hasil eksperimen metode spektroskopi inframerah
terhadap XeF6 yang dilakukan oleh Bartell diperoleh fakta bahwa bnetuk
molekul XeF6 adalah oktahedral terdistorsi yang diramalkan Gillespie.
Sejak saat itu teori VSEPR menjadi terkenal dan Bartell menyatakan The
VSEPR model some capture the essence of molecular behaviour .
Menurut teori ini, jumlah pasangan elektron menentukan
penyusunan pasangan-pasangan elektron di sekitar atom pusat molekul.
Terdapat gaya tolak elektrostatik antara dua pasangan elektron yang
cenderung menolak orbital atom sejauh mungkin satu sama lain. Karena
pasangan elektron menempati orbital atom, pasangan elektron bebas juga
mempunyai dampak yang sama dengan pasangan elektron ikatan. Dengan

3
kata lain, pasangan elektron bebas dan pasangan elektron ikatan juga tolak
menolak sejauh mungkin.
Ide dasar teori VSEPR adalah adanya tolakan antara pasangan
elektron sehingga pasangan elektron tersebut akan menempatkan diri pada
posisi sejauh mungkin dari pasangan elektron lainnya. Posisi pasangan
elektron satu dengan yang lain yang semakin berjauhan akan menyebabkan
tolakan antar mereka menjadi semakin kecil. Pada posisi yang paling jauh
yang dapat dicapai, tolakan antar pasangan elektron menjadi minimal.
Tolakan antar pasangan elektron terjadi antara pasangan elektron non-ikat
yang terlokalisasi pada atom pusat dan elektron ikat secara ikatan
koordinasi. Pasangan elektron non-ikat suatu atom tidak digunakan untuk
berikatan dengan atom lain, sedangkan pasangan elektron ikat digunakan
untuk berikatan dengan atom lain dengan cara pemakaian elektron secara
bersama-sama.
Teori VSEPR mengasumsikan bahwa masing-masing molekul akan
mencapai geometri tertentu sehingga tolakan pasangan antar elektron di
kulit valensi menjadi minimal. Karena ikatan kovalen terbentuk dari
pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh dua atom yang
berikatan, perubahan sudut ikat menyebabkan perubahan posisi relatf
pasangan elektron di sekitar atom pusat. Bila dua elektron saling mendekat,
maka akan terjadi gaya tolak menolak di antara kedua elektron tersebut.
Konsekuensinya, dalam terminologi energi, kedua elektron akan saling
menjauhi. Teori VSEPR, memaparkan prosedur untuk memprediksi bentuk
molekul dengan energi potensial terendah sebagai akibat adanya tolakan
pasangan elektron. Teori VSEPR mengasumsikan bahwa setiap atom akan
mencapai bentuk dengan tolakan antar elektron yang dalam kulit terluar
seminimal mungkin.

2.2 Peranan Ikatan Rangkap Dua dan Rangkap Tiga dalam Teori VSEPR

4
Senyawa yang mengandung ikatan rangkap dua atau tiga,
memainkan peranan yang penting pada penentuan bentuk molekul suatu
senyawa. Geometri di sekitar atom pusat ditentukan oleh banyaknya tempat
ditemukannya pasangan elektron, bukan ditentukan oleh banyaknya
pasangan elektron valensi.

Gambar. Struktur Lewis CO2 dan CO32-


Berdasar struktur Lewis ion karbonat, terdapat empat pasangan
elektron pada atom pusat (atom C). Pasangan elektron tersebut terlokalisasi
di tiga tempat, yaitu di dua ikatan tunggal C-O, dan 1 ikatan rangkap dua
C=O. Tolakan antar pasangan elektron diminimalkan dengan cara
mendistribusikan ketiga atom oksigen ke sudut-sudut segitiga ekuilateral.
Berdasarkan hal tersebut dapat diprediksikan bahwa ion karbonat
mengadopsi bentuk molekul segitiga datar (trigonal planar), seperti pada
BF3, dengan sudut ikat 120.

2.3 Aturan Elektron Non-ikat Pada Teori VSEPR


Teori VSEPR memprediksikan elektron valensi atom pusat dalam.
Karena elektron non-ikat tidak bisa ditempatkan pada posisi yang akurat,
prediksi bentuk molekul tidak bisa dilakukan secara langsung. Tetapi hasil
yang dikemukakan oleh teori VSEPR dapat digunakan untuk memprediksi
posisi atom pusat dalam molekul. Posisi atom pusat ini ditentukan secara
eksperimental. Keberadaan pasangan elektron non-ikat akan sedikit

5
mengubah situasi pembentukan geometri molekul senyawa. Tiga tipe
tolakan yang terjadi, adalah :
a. Tolakan antara pasangan elektron ikat dengan pasangan elektron ikat
b. Tolakan antara pasangan elektron ikat dengan pasangan elektron non-ikat
c. Tolakan antara pasangan elektron non-ikat dengan pasangan elektron
non-ikat.

2.4 Bilangan Sterik


Penentuan bentuk molekul yang diadposi oleh suatu senyawa dapat
dilakukan dengan cara menentukan bilangan sterik (steric number, SN) atom
pusat. Bilangan sterik (SN) didefinisikan sebagai penjumlahan atom yang
terikat pada atom pusat dan jumlah pasangan elektron non-ikat. Bilangan
sterik molekul ditentukan berdasarkan struktur Lewis senyawa yang
bersangkutan. Apabila pada senyawa ABn, dengan n adalah atom yang
terikat pada atom pusat, tidak terdapat pasangan elektron non-ikat, maka
bilangan sterik atom pusat sama dengan jumlah atom yang terikat pada
atom pusat, yaitu n. SN = +jumlah atom yang terikat pada atom pusat
jumlah pasangan elektron non-ikat pada atom pusat. yaitu n. Ikatan rangkap
dua dan tiga dalam penentuan bilangan sterik dihitung sama dengan ikatan
tunggal. Misalnya pada molekul CO2. terdapat dua ikatan rangkap dua dari
atom oksigen yang terikat pada atom pusat C, sehingga tidak ada lagi
pasangan elektron non-ikat pada atom C. Maka bilangan sterik CO2 adalah
2. Teori VSEPR digunakan untuk memprediksi bentuk molekul suatu
senyawa dengan mempertimbangkan :
Jumlah atom yang terikat pada atom pusat
Jumlah pasangan elektron non-ikat
Ikatan rangkap dua dan rangkap tiga

2.4.1 Senyawa dengan atom pusat divalen


Menurut teori VSEPR, dua pasangan elektron yang dimiliki atom
pusat divalen akan terpisah sejauh mungkin bila sudut ikatannya 180.
Dengan kata lain, molekulnya akan memiliki struktur linear. Faktanya,
berilium khlorida BeCl2, dengan atom pusat divalen, adalah molekul linear .

6
Seperti akan didiskusikan kemudian, beberapa senyawa seperti karbon
dioksida O=C=O dan alena H2C=C=CH2 juga linear seolah memiliki atom
pusat divalen.

2.4.2 Senyawa dengan atom pusat trivalen


Bila teori VSEPR berlaku juga untuk senyawa dengan atom pusat
trivalen seperti boron trikhlorida BCl3, sudut ikatan Cl-B-Cl akan bernilai
120 dengan emapt atom itu berada dalam bidang yang sama. Struktur
trigonal planar juga diamati di timah khlorida, SnCl3. Catat juga bahwa
struktur segitiga juga diamati di etilena H2C=CH2, ion nitrat NO3 dan
sulfur dioksida SO2.

2.4.3 Senyawa dengan atom pusat tetravalen


Teori karbon tetrahedral diusulkan oleh kimiawan Belanda Jacobus
Henricus van't Hoff (1852-1911) dan kimiawan Perancis Joseph Achille Le
Bel (1847-1930), yang menyempurnakan teorinya hampir pada saat yang
bersamaan. Kesimpulan yang sama juga dapat secara otomatis didapatkan
dari teori VSEPR. Misalnya untuk metana, struktur yang akan memiliki
tolakan antar pasangan elektron yang minimal didapatkan untuk geometri
tetrahedron dengan sudut 109,5, yang jelas lebih besar dari bujur sangakar
yang bersudut 90. Menariknya ion amonium NH4+ dengan atom
nitrogen sebagai atom pusat juga tetrahedral seperti metana. Bila
pasangan elektron bebas juga dihitung, atom nitrogen dari amonia NH3 dan
atom oksigen dalam air H2O juga dapat dianggap tetravalen. Namun di
molekul-molekul ini tidak didapat tetrahedral sempurna, sudut ikatan
HNH adalah 106 dan H-O-H adalah 104,5. Fakta ini menyarankan
hubungan kualitatif berikut.
Kekuatan relatif tolakan
Pasangan elektron bebas (PEB)-PEB > PEB- Pasangan elektron ikatan
(PEI)> PEI-PEI
Tabel Bentuk-Bentuk Molekul yang Terjadi Akibat Banyaknya
Pasangan Elektron Ikatan (PEI) dan Pasangan Elektron Bebas (PEB)

7
PEI PEB
PE Tipe Bentuk Geometri Molekul Contoh
(X) (E)
BeCl2
2 2 0 AX2 Linear

BCL3
Trigonal
3 3 0 AX3
Planar

SO2
Membentuk
3 2 1 AX2E Sebuah
Sudut

CH4

4 4 0 AX4 Tetrahedral

NH3
Trigonal
4 3 1 AX3E
Piramida

H2O
Membentuk
4 2 2 AX2E2 Sebuah
Sudut

PCl5

Trigonal
5 5 0 AX5
Bipiramida

8
TeCl4

Tetrahedral
Terdistorsi
5 4 1 AX4E SF4
(jungkat-
jungkit)

ClF3

Membentuk
5 3 2 AX3E2
Huruf T

I3
5 2 3 AX2E3 Linear

SF6

6 6 0 AX6 Oktahedral

IF5
Tetragonal
6 5 1 AX5E
Piramida

9
ICl4

Segi Empat XeF4


6 4 2 AX4E2
Datar

Keterangan:
PE = Jumlah pasanagn elektron
PEI = Jumlah pasangan elektron terikat
PEB = Jumlah pasangan elektron bebas
Perlu ditekankan istilah molekul hanya berlaku untuk atom-atom
yang berikatan secara kovalen. Karena hal inilah, istilah geometri molekul
hanya ditujukan pada senyawa kovalen ataupun ion-ion poliatomik. Di
dalam sebuah molekul atau ion poliatom terdapat atom pusat dan
substituent-substituen. Substituent yang ada terikat pada atom pusat.
Substituent-substituen ini dapat berupa atom (misalnya Br atau H) dan dapat
pula berupa gugus (misalnya NO2).
Terkadang sulit untuk menentukan atom pusat dari suatu molekul
atau ion poliatomik.. Berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menentukan atom pusat yaitu sebagai berikut.
1. Atom pusat biasanya ditulis di awal rumus formulanya.
2. Atom pusat biasanya atom yang lebih elektropositif atau kurang
elektronegatif.
3. Atom pusat biasanya atom yang memiliki ukuran lebih besar dari atom
atau susbstituen-substituen yang ada. H ukuran paling kecil sehingga
tidak pernah berlaku sebagaia atom pusat.
Contoh : BeCl2 atom pusatnya adalah Be

10
NH3 atom pusatnya adalah N
Elektron valensi atom pusat yang digunakan pada pembentukan
senyawa kovalen terkadang digunakan untuk membentuk ikatan kadang
tidak digunakan. Elektron yang tidak digunakan ditulis sebagai pasangan
elektron bebas (PEB), sedangkan elektron yang digunakan dalam
pembentukan ikatan ditulis sebagai pasangan elektron ikatan (PEI). Selain
PEB dan PEI pada atom pusat dapat pula terdapat elektron tidak
berpasangan seperti pada molekul NO2.
Dalam suatu molekul elektron-elektron tersebut saling tolak-
menolak karena memiliki muatan yang sama. Untuk mengurangi gaya tolak
tersebut atomatom yang berikatan membentuk struktur ruang tertentu
hingga tercapai gaya tolak yang minimum. Akibat yang ditimbulkan dari
tolakan yang yang terjadi yaitu mengecilnya sudut ikatan dalam molekul.
Urutan gaya tolak dimulai dari gaya tolak yang terbesar yaitu sebagai
berikut.
1. Gaya tolak antar sesama elektron bebas (PEB vs PEB)
2. Gaya tolak antara pasangan elektron bebas dengan elektron ikatan (PEB
vs PEI)
3. Gaya tolak antar pasangan elektron ikatan (PEI vs PEI).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ikatan kimia terjadi karena adanya kecenderungan suatu atom untuk
menangkap atau melepas elektron sehingga mencapai kestabilan. Ikatan
kimia secara umum terbagi menjadi dua yaitu, ikatan antar atom dan ikatan
antar molekul. Ikatan antar atom melibatkan ikatan ion atau ikatan
elektrovalen, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam.
Dan ikatan antar molekul melibatkan ikatan van der walls dan ikatan
hidrogen. Teori VSEPR digunakan untuk memprediksi bentuk molekul
suatu senyawa dengan mempertimbangkan :
Jumlah atom yang terikat pada atom pusat
Jumlah pasangan elektron non-ikat
Ikatan rangkap dua dan rangkap tiga

B. Saran
Setelah disusunnya makalah ini semoga semua pihak akan terus
belajar meskipun terbatas usia atau waktu. Adanya ikatan kimia yang hanya
dapat diperkirakan secara abstrak, membuat manusia akan terus belajar dan
mensyukuri nikmat Allah dengan segala ciptaan-Nya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat, dan apabila terdapat kesalahan dalam penulisan penulis
mohon maaf dan kepada Allah kami mohon ampun.

12
DAFTAR PUSTAKA

Farida, Ida. 2014. Kimia Organik I. Bandung: CV. Insan Mandiri.


Achmadi, Suminar. 1991. Ikatan Kimia. Bandung: Penerbit ITB.
Takeuchi, Yashito. 2006. Pengantar Kimia. Tokyo: Iwanami Publishing
https://www.academia.edu/8897227/struktur_molekul_dan_ikatan_kimia_teo-
ri_VSEPR_

13

Anda mungkin juga menyukai