Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara busur kepulauan aktif yang merupakan hasil dari

proses subduksi yang terdapat di sepanjang pertemuan antara kontinent Eurasia dan

kontinent Indo Australia, mengakibatkan munculnya gunung api aktif. Aktifitas

magmatisme ini menghasilkan proses hydrothermal. Proses hydrothermal ini akan

menghasilkan alterasi mineral. Alterasi mineral adalah perubahan komposisi

mineralogy pada suatu batuan yang tidak mengalami perubahan komposisi yang

disebabkan oleh pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi. Alterasi terjadi akibat

proses sekunder yang umumnya terjadi pada batuan beku, melalui struktur-struktur

tertentu dan memungkinkan adanya fluida hydrothermal yang masuk pada batuan

tersebut dan mengubah komposisi mineralogi batuan tersebut.

Gambar 1.1 Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi dari
van Bemmelen, 1949).

1
Daerah penelitian yang berada di desa Kebon Agung, Kecamatan Kebon

Agung, Kabupaten Pacitan Jawa Timur termasuk pada daerah zona Pegunungan

Selatan (Bemmelen, 1949) ( Gambar 1).


Tabel 1.1. Kolom Statigrafi Regional Pacitan (Samodro, H., Gafoer, S.,
Tjokrosaputro, S., 1990)

2
Satuan batuan tertua di daerah penelitian adalah hasil endapan arus gravitasi,

yang dicirikan oleh batuan vulkanoklastik dan dikelompokan sebagai Formasi

Arjosari, berumur Oligosen Akhir - Miosen Awal dan mempunyai ketebalan 500 m.

Litologinya terdiri dari breksi polemik sisipan tufa dan batupasir tufaan pada bagian

bawah. Pada bagian tengah, terdiri dari breksi polemik, batupasir, lava andesit, tufa

dengan sisipan lempung. Sedangkan pada bagian atas terdiri dari batupasir

konglomeratan, perselingan breksi vulkanik, lava dan tufa.

Secara menjari diendapkan perulangan satuan breksi vulkanik, lava bantal

tufa, tufa dasitik dan batupasir tufaan yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal

dan dikelompokan sebagai Formasi Mandalika, berumur Oligosen Akhir Miosen

Awal dan mempunyai ketebalan 300 m.

Terobosan batuan beku pada Formasi Mandalika dan Formasi Arjosari terdiri

dari dasit, andesit, andesit-basalt dan diorit. Terobosan tersebut berbentuk stock dan

retas-retas yang memberikan kenampakan seperti Vulkanik Neck dan diperkirakan

berumur Miosen Tengah Miosen Akhir.

Pengendapan selanjutnya merupakan batuan sedimen klastik darat hingga laut

dangkal. Satuan batuan ini terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, batupasir

kuarsa, batulempung butumen dan sisipan lignit yang dikelompokan menjadi

Formasi Jaten, berumur Miosen Awal Miosen Tengah dan mempunyai ketebalan

150 m.

Kemudian diendapkan satuan batuan pada laut dangkal yang terdiri dari

breksi vulkanik, batupasir tufaan, batulempung dan batugamping yang dikelompokan

sebagai Formasi Wuni, berumur Miosen Tengah dan mempunyai ketebalan 200 m.

3
Secara berangsur pada lingkungan laut dangkal diendapkan perulangan

batupasir-batulempung, dan sisipan tufa, lignit, konglomerat dan breksi yang

dikelompokan sebagai Formasi Nampol, berumur Miosen Akhir dan mempunyai

ketebalan 50 m.

Endapan aluvial terdapat pada sungai Grindulu bagian tengah hingga hilir,

yaitu berupa material lepas dari hasil rombakan dan pelapukan batuan berumur lebih

tua, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan tanah.

1.2 Judul, Lokasi dan Waktu Penelitian

Skripsi ini berjudul GEOLOGI DAN ZONA ALTERASI MINERAL PADA

DAERAH KEBON AGUNG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN KEBON

AGUNG, KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR.


Lokasi penelitian akan dilakukan pada daerah sekitaran Desa Kebon Agung,

Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Waktu penelitian

diharapkan berlangsung selama 4 bulan dari bulan Februari sampai Juni.

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui

bagaimana penybaran litologi batuan dan bagaimana penyebaran zonasi-zonasi

alterasi mineral pada daerah penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah dengan mengetahui bagaimana penyebaran

zona alterasi mineral kita dapat mengetahui propeksi mineral yang terbaik pada

daerah penelitian.
1.4 Perumusan dan Batasan Masalah

4
Perumusan dan batasan permasalah ditujukan untuk membatasi pembahasan

pada laporan ini agar tidak meluas. Masalah yang akan dibahas adalah bagaimana

kondisi geologi dan bagaimana penyebaran zona alterasi daerah penelitian.

1.5 Hipotesa

Berdasarkan penelitian yang pernah di lakukan pada daerah di katakan daerah

penelitian berada pada daerah kawah gunung api purba yang berbentuk kaldera. Oleh

sebab itu di perkirakan pada daerah ini terjadi proses hydrothermal yang cukup aktif

sehingga memungkinkan adanya zonasi mineral alterasi. Hal ini juga di perkuat

dengan banyaknya ditemukan intrusi-intrusi kecil batuan beku pada daerah

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai