Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH POLA KEHIDUPAN DALAM SEBUAH

MASYARAKAT

Disusun oleh :

MUHAMMAD SYAMSUDIN (132022000034)


MAHASISWA FAKULTAS ISIP JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
KELAS SORE SEMESTER 1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
PENDAHULUAN
Hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri atau masih membutuhkan bantuan dari pihak lain. Bersosialisasi
pun sangat penting dalam menjalin hubungan yang baik antara manusia yang satu
dengan yang lainnya. Jika tidak adanya individu, maka keluarga dan masyarakat pun
tidak akan tercipta. Begitu pula dengan individu, tidak akan bisa berjalan sendiri jika
tidak adanya keluarga dan masyarakat, karena dengan adanya keluarga dan
masyarakat, masing-masing individu dapat mengekspresikan segala hal yang
berhubungan dengan sosial. Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan
adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan.
Masyarakat merupakan kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan dari
berbagai aspek seperti latar belakang budaya, agama, tradisi kawasan lingkungan dan
lain-lain. Masyarakat terbentuk dalam keragaman adalah sebagai ketentuan dari
Tuhan, agar dalam kehidupan terjadi dinamika kehidupan sosial, dalam interaksi antar
sesama manusia yang menjadi warganya. Setiap masyarakat memiliki identitas
sendiri yang secara prinsip berbeda satu sama lain. Masyarakat merupakan
lingkungan yang dapat memberi pengaruh pada pengembangan potensi individu.
Dari uraian di atas dapat simpulkan rumusan masalah yang muncul bagaimana
pola kehidupan sosial dalam sebuah masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengetahui
pola kehidupan sosial dalam sebuah masyarakat.

PEMBAHASAN

1. Proses Terjadinya Sosial


Para sosiolog memandang betapa pentingnya pengetahuan tentang proses
sosial, mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup
untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama manusia.
pengetahuan proses sosial memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengertian
mengenai segi yang dinamis dari masyarakat atau gerak masyarakat.
Pada pembahasan mengenai proses sosial mencakup ruang lingkup yang luas
merupakan serangkaian studi sosiologi, yakni interaksi sosial, stratifikasi sosial, dan
sebagainya. bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial yang juga dapat
dinamakan proses sosial, oleh karena itu interaksi sosial, merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
2. Klasifikasi Masalah Sosial

2
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau
kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomi, biologis, biopsikologi,
dan kebudayaan. Setiap masyarakat mempunyai norma yang bersangkut paut dengan
kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan mental, serta menyesuaikan diri
individu atau kelompok sosial. Penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma
tersebut merupakan gejala abnormal yang merupakan masalah sosial. Sesuai dengan
sumber-sumbernya tersebut, maka masalah sosial dapat diklasifikasikan dalam empat
kategori seperti di atas. problem-problem yang berasal dari faktor ekonomis antara
lain kemiskinan, pengangguran dan sebagainya, penyakit, misalnya bersumber faktor
biologis.
3. Perhatian Masyarakat dalam Sosial
Suatu kajian yang merupakan masalah sosial belum tentu mendapat perhatian
yang sepenuhnya dari masyarakat. Sebaliknya, suatu kejadian yang mendapat sorotan
masyarakat, yang belum tentu merupakan masalah sosial. Angka tinggi pelanggaran
lalu lintas, mungkin tidak terlalu diperhatikan masyarakat. Akan tetapi, suatu
kecelakaan kereta api yang meminta korban banyak lebih mendapat sorotan
masyarakat.
MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN
Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat
pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community).
Perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian
masyarakat sederhana karena dalam masyarakat modern betapapun kecilnya suatu
desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Sebaliknya dalam masyarakat bersahaja
pengaruh dari kota relatif tidak ada. Pembedaan antara masyarakat pedesaan dan
perkotaan, pada hakikatntya bersifat gradual. Agak sulit untuk memberikan batasan
apa yang di maksudkan dengan perkotaan oleh karena adanya hubungan antara
konsentrasi penduduk dan gejala-gejala sosial yang dinamakan urbanisme.
Dapat kita ketahui pula bahwa mayoritas penduduk masyarakat di suatu desa
diduduki oleh kaum petani yang merupakan pencaharian utama mereka dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari serta sebagian untuk kepentingan sosial. Dalam
suatu desa dimana terlihat pada masyarakat masih banyak membedakan nilai-nilai
budaya antara orang kaya dengan orang miskin, antara masyarakat yang masih
keturunan raja dengan masyarakat biasa. Perbedaan ini masih terdapatnya sistem
perburuan bagi masyarakat jelata, misalnya bagi seorang kaya (mampu) masih
banyak yang mempunyai buruh tani untuk mengerjakan sawah atau ladangnya,
kemudian setelah berhasil di beri upah sebagai imbalan yang belum memadai jerih
payah seorang petani dan lain-lain.

3
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan
lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan
lainnya. Sistem kehidupannya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.
Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun
terlihat adanya tukang kayu,tukang genteng dan bata, dan bahkan tukang catut, akan
tetapi inti dari pekerjaan mereka adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping
pertanian hanya meruakan pekerjaan sambilan saja, oleh karena bila musim panen
tiba, pekerjaan-pekerjaan sambilan tadi akan ditinggalkan. Namun, demikian tidak
semua orang mempunyai tanah. Mengingat hal itu semuanya, di pulau Jawa dikenal
adanya 4 macam sistem kepemilikan tanah, yaitu :
a. Sistem milik umum atau sistem kommunal dngan pemakaian beralih-alih
b. Sistem milik kommunal dengan sistem begiliran
c. Sistem kommunal dengan pemakaian tetap
d. Sistem kepemilikan individu
Pada umumnya penduduk pedesaan di Indonesia ini apabila ditinjau dari segi
kehidupan sangat terikat dan sangat tergantung dari tanah (earth-bound). Karena
sama-sama tergantung pada tanah, maka kepentingan pokok juga sama, sehingga
mereka juga akan bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingannya.
Misalnya pada musim pembukaan tanah atau pada waktu menanam tiba, mereka akan
bersama-sama mengerjakannya. Hal itu dilakukan karena biasanya satu keluarga saja
tidak akan cukup memiliki tenaga kerja untuk mengerjakan tanahnya. Disini
timbullah lembaga kemasyarakatan yang dikenal dengan nama gotong-royong, yang
bukan merupakan lembaga yang sengaja dibuat. Sebab itu, pada masyarakat-
masyarakat pedesaan tidak akan dijumpai pembagian kerja berdasarkan keahlian,
akan tetapi biasanya pembagian kerja didasarkan pada usia, mengingat kemampuan
fisik masing-masing dan atas dasar pembedaan jenis kelamin. Dan mereka akan puas
apabila kebutuhan hidupnya telah tercukupi.
Golongan orang-orang tua padan masyarakat pedesaan umumnya memegang
peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat apabila ada kesulitan-kesulitan
yang dihadapi. Kesukarannya adalah golongan orang-orang tua itu mempunyai
pandangan yang didasarkan pada tradisi yang kuat. Sehingga sukar untuk
mengadakan perubahan-perubahan yang nyata. Pengendalian sosial masyarakat terasa
sangat kuat,, sehingga perkembangan jiwa individu sangat sukar untuk dilaksanakan.
Itulah sebabnya mengapa sulit sekali mengubah jalan pikiran sosial ke arah jalan
pikiran yang ekonomis, yang mana juga disebabkan karena kurangnya alat-alat
komunikasi dan salah satu alat komunikasi yang berkembang adalah desas desus,
biasanya bersifat negatif. Sebagai akibat sistem komunikasi yang sederhana tadi,
hubungan antara seseorang dengan orang lain , dapat diatur dengan seksama. Rasa

4
persatuan erat sekali, yang kemudian menimbulkan saling mengenal dan saling
menolong yang akrab.
Ditinjau dari sudut pemerintahan, maka hubungan antara penguasa dan rakyat
berlangsung secara tidak resmi. Segala sesuatnya dijalankan atas dasar musyawarah.
Disamping itu akrena tidak adanya pembagian kerja yang tegas, seorang penguasa
mempunyai beberapa kedudukan dan peranan yang sama sekali tak dapat dipisah-
pisahkan atau paling tidak sukar untuk dibeda-bedakan. Di desa yang terpencil sukar
sekali untuk memisahkan kedudukan dan peranan seorang kepala desa sebagai orang
tua nasihat-nasihatnya patut dijadikan pegangan, sebagai seorang pemimpin upacara
adat dan lain sebagainya. Singkatnya segala sesuatu di sentralisasikan pada diri
kepala desa.
Masyarakat perkotaan (urban community) adalah masyarakat kota yang tidak
tertentu jumlah penduduknya. Penekanan pengertian kota terletak pada sifat serta
ciri kehidupan yang beda dengan masyarakat pedesaan. Antara warga pedesaan dan
perkotaan memiliki perbedaan dalam perhatian, khususnya dalam keperluan hidup. Di
desa, yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan utama kehidupan,
hubungan-hubungan utnuk memperhatikan fungsi pakaian, makanan, rumah dan
sebagainya. Sedangkan orang perkotaan sudah memandang penggunaan kebutuhan
hidup, sehubungan dengan pandangan masyarakat sekitarnya. Misalnya dalam hal
penyajian makanan, orang kota dalam menyajikan makanan yang diutamakan adalah
makanan yang dihidangkan tersebut memberikan kesan bahwa yang
menghidangkannya memiliki kedudukan sosial yang tinggi. Dan apabila ada tamu,
diusahakan menghidangkan makanan dalam kaleng. Pada orang desa, tidak
mempedulikan hal itu, mereka masak sendiri tanpa mempedulikan tamunya suka atau
tidak. Pada orang kota, makanan ayng dihidangkan harus terlihat mewah dan tempat
menghidangkannya pun harus mewah dan terhormat. Disini terlihat perbedaan
penilaian, orang desa menilai makanan sebagai suatu alat untuk memenuhi kebutuhan
biologi, sedangkan pada orang kota sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Terdapat beberapa ciri yang menonjol dari masyarakat perkotaan, adapun ciri-
cirinya adalah sebagai berikut :
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan
keagamaan di desa. Hal ini disebabkan cara berpikir yang rasional, yang
didasarkan pada perhitungan eksak yang berhubungan dengan realita
masyarakat.
b. Pada umumnya orang kota dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perseorangan
atau individu.

5
c. Pembagian kerja di antara warga kota jauh lebih tegas dan punya batas-batas
nyata.
d. Kemungkinan-kemungkinan memperoleh pekerjaan jauh lebih banyak
dibandingkan jika didesa. Hal ini karena di kota sistem pembagian kerjanya
yang tegas.
e. Jalan pemikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan,
menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor
kepentingan daripada faktor pribadi.
f. Jalan kehidupan yang cepat dikota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu.
Sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar
kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
g. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, karena kota
bisanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Sehubungan dengan perbedaan pola sosial masyarakat perkotaan dan
masyarakat pedesaan, perlu juga di singgung mengenai urbanisasi. Urbanisasi adalah
suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan
bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. Urbanisai
mempunyai akibat-akibat negative terutama dirasakan oleh Negara agraris seperti
Indonesia. Hal ini terutama disebabkan produksi pertanian sangat rendah bila
dibandingkan dengan jumlah manusia yang digunakan dalam proses produksi
tersebut. Proses urbanisai dapat terjadi dengan lambat maupun cepat, tergantung pada
keadaan masyarakat yang bersangkutan. Proses tersebut terjadi dengan menyangkut
dua aspek :
a. Perubahaan masyarakat desa menjadi masyarakat kota
b. Bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh mengalirnya penduduk
yang berasal dari desa (pada umumnya disebabkan karena penduduk desa
merasa tertarik dengan keadaan di kota)
Sehubungan dengan proses tersebut diatas, ada beberapa sebab mengapa suatu
daerah tempat tinggal mempunyai penduduk yang banyak. Maksudnya adalah sebab
suatu daerah memiliki daya tarik sedemikian rupa sehingga orang-orang pendatang
semakin banyak. Adapun sebab-sebabnya adalah sebagai berikut :
a. Daerah yang termasuk menjadi pusat pemerintahan atau menjadi ibukota.
b. Tempat tersebut letaknya sangat strategisnuntuk usaha perdagangan.
c. Timbulnya industry di daerah itu yang memproduksi barang ataupun jasa.
Pada dasarnya sebuah kota merupakan suatu tempat pertemuan antara bangsa.
Di desa lapangan gerak tidak terlalu luas karena adanya ikatan adat serta sistem
pengendalian sosial yang agak kuat. Sehingga hubungan antara kota dengan daerah
sekitarnya di dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi mempunyai pengaruh yang

6
aktif. Walaupun kota memiliki fungsi demikian terhadap daerah sekitarnya, akan
tetapi kehidupan fisik kota tergantung pada daerah sekitarnya.
Adapun faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan
tempat tinggalnya adalah :
a. Kurangnya lapangan kerja di desa.
b. Penduduk desa terutama kaum muda-mudi merasa tertekan oleh adat istiadat
yang mengakibatkan cara hidup yang monoton.
c. Di desa tidak banyak kesempatan untuk menambah pengetahuan.
d. Rekreasi yang merupakan salah satu faktor penting dibidang spiritual kurang
sekali dan kalaupun ada perkembangannya sangat.
e. Bagi penduduk dessa yang mempunyai keahlian lain selain bertani seperti
misalnya kerajinan tangan, tentu menginginkan pasaran yang lebih luas bagi
hasil produksinya dan ini tidak didapatkan didesa.
Selain itu, ada beberapa faktor penarik dari kota, antara lain sebagai berikut :
a. Banyak penduduk desa beranggapan jika di kota itu banyak lapangan
pekerjaan dan banyak penghasilan. Karena sirkulasi uang dikota lebih cepat,
lebih besar dan lebih banyak. Maka akan relative lebih mudah mendapatkan
uang daripada di desa.
b. Di kota lebih banyak kesempatan mendirikan perusahaan industry dan lain-
lain.
c. Kelebihan modal di kota jauh lebih banyak daripada di desa.
d. Pendidikan lebih banyak di kota dan dengan mudahnya didapat.
e. Kota merupakan suatu tempat yang lebih menguntungkan untuk
mengembangkan jiwa dengan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya.
f. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggidan
merupakan tempat pergaulan dengan baerbagai macam orang dan dari
berbagai lapisan.
Beberapa sebab yang disebutkan diatas adalah yang menyebabkan terjadinya
urbanisasi. Dan ada kemungkinan besar urbanisasi akan menyebabkan perluasan kota,
karena pusat kota tidak akan mungkin menampung perpindahan penduduk desa yang
begitu banyak sehingga timbullah tempat tinggla baru di pinggiran-pinggiran kota.
Proses inilah yang dalam sosiologi dikenal sebagai proses pembentukan suburb.
Sedangkan, hubungan dengan kota menyebabkan pula terjadinya perubahan di desa.
Karena orang-orang yang kemudian tinggal di kota sekali-kali kembali juga ke
desanya dan beberapa unsur kehidupan dikota akan terbawa sehingga adapula rekan-
rekan warga desanya yang meniru, proses yang demikian ini dinamakan urbanisme.

7
Urbanisasi yang terlalu pesat akan mengakibatkan beberapa keadaan akan
merugikan kota. Seperti banyaknya orang desa yang ingin mencari pekerjaan di kota
dan belum lagi orang kota yang mjuga mencari pekerjaan sehingga disni timbullah
suatu persaingan. Orang desa tidak mengerti bahwa mereka harus berjuang sendiri
tanpa ada yang mau membantunya di kota. Cita-cita yang muluk akan terhambat,
sehingga timbullah pengangguran yang pada akhirnya meningkatkan tuna karya, tuna
susila dan kriminalitas.

KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya


sebagai berikut :
1. Pola kehidupan sosial masyarakat pedesaan menggunakan sistem
kekeluargaan dan berkelompok, sehingga membuat mereka lebih erat dan
saling menolong.
2. Pola kehidupan sosial masyarakat perkotaan lebih bersifat individu, hal ini
karena mereka merasa sudah bisa memenuhi kebutuhannya tanpa perlu
bantuan dari orang lain.
3. Dalam pemenuhan kebutuhan hidup, masyarakat pedesaan lebih melihat ke
arah fungsinya sedangkan pada masyarakat kota lebih melihat ke arah
pemenuhan kebutuhan sosialnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat,


1967.
Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.

Anda mungkin juga menyukai