Anda di halaman 1dari 20

BAB II

DINAMIKA KEPENDUDUKAN

A. Pendahuluan
Dinamika kependudukan merupakan proses perubahan jumlah penduduk serta

komposisinya yang dipengaruhi oleh tiga komponen demografi, yaitu fertilitas, mortalitas,

dan migrasi. Jumlah penduduk akan menentukan penawaran kerja, sedangkan komposisi

penduduk akan memberikan gambaran kualitas penduduk.

B. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah kesimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan

yang menambah (fertilitas dan imigrasi) dan yang mengurangi (mortalitas dan emigrasi)

jumlah penduduk. Selisih antara kelahiran dan kematian disebut pertumbuhan alamiah

(natural increase) sedangkan selisih antara migrasi masuk (in-migration) dan migrasi keluar

(out-migration) disebut migrasi neto (net-migration).


Berdasarkan tabel di bawah ini, laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kepulauan

Riau, yaitu sebesar 3,16 % per tahun. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah adalah

Jawa Timur, yaitu sebesar 0,69 % per tahun.


Tabel 2. 1
Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi
Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun
Provinsi
1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010 2010-2014 2
Aceh 2.93 2.72 1.46 2.36 1 2.06
Sumatera Utara 2.60 2.06 1.32 1.10 1.39
Sumatera Barat 2.21 1.62 0.63 1.34 1.34
Riau 3.11 4.30 4.35 3.58 2.64
Jambi 4.07 3.40 1.84 2.56 1.85
Sumatera Selatan 3.32 3.15 2.39 1.85 1.50
Bengkulu 4.39 4.38 2.97 1.67 1.74
Lampung 5.77 2.67 1.17 1.24 1.26
Kepulauan Bangka Belitung - - 0.97 3.14 2.23
Kepulauan Riau - - - 4.95 3.16
DKI Jakarta 3.93 2.42 0.17 1.41 1.11
Jawa Barat 2.66 2.57 2.03 1.90 1.58
Jawa Tengah 1.64 1.18 0.94 0.37 0.82
DI Yogyakarta 1.10 0.57 0.72 1.04 1.20
Jawa Timur 1.49 1.08 0.70 0.76 0.69
Banten - - 3.21 2.78 2.30
Bali 1.69 1.18 1.31 2.15 1.24
Nusa Tenggara Barat 2.36 2.15 1.82 1.17 1.40
Nusa Tenggara Timur 1.95 1.79 1.64 2.07 1.71
Kalimantan Barat 2.31 2.65 2.29 0.91 1.68
Kalimantan Tengah 3.43 3.88 2.99 1.79 2.38
Kalimantan Selatan 2.16 2.32 1.45 1.99 1.87
Kalimantan Timur 5.73 4.42 2.81 3.81 2.64 3
Sulawesi Utara 2.31 1.60 1.33 1.28 1.17
Sulawesi Tengah 3.86 2.87 2.57 1.95 1.71
Sulawesi Selatan 1.74 1.42 1.49 1.17 1.13
Sulawesi Tenggara 3.09 3.66 3.15 2.08 2.20
Gorontalo - - 1.59 2.26 1.65
Sulawesi Barat - - - 2.68 1.95
Maluku 2.88 2.79 0.08 2.80 1.82
Maluku Utara - - 0.48 2.47 2.21
Papua Barat - - - 3.71 2.65
Papua 2.67 3.46 3.22 5.39 1.99
INDONESIA 2.31 1.98 1.49 1.49 1.40
Catatan:
Tidak Termasuk Timor Timur
1
Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun 20002010 untuk Aceh dihitung dengan menggunakan data Sensus Penduduk
Aceh Nias (SPAN) 2005 dan SP2010
2
Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Pertengahan tahun/Juni)
3
Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun 20102014 untuk Kalimantan Timur merupakan gabungan antara Kalimantan
Timur dan Kalimantan Utara
Sumber :
- Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
- Data Dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia

3. Komponen Pertumbuhan Penduduk


a. Fertilitas
Fertilitas adalah salah satu istilah yang digunakan di dalam bidang demografi

untuk menggambarkan jumlah anak-anak yang benar-benar dilahirkan hidup. Atau


dengan kata lain fertilitas adalah suatu ukuran yang diterapkan untuk mengukur

hasil reproduksi dari wanita yang diperoleh dari data statistika kelahiran anak.
Adapun ukuran-ukuran fertilitas yang penting diuraikan antara lain angka

kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR), angka kelahiran menutut kelompok umur

(Age Specific Fertility Rate/ASFR) dan angka kelahiran total (Total Fertility

Rate/TFR). Tinggi rendahnya tingkat fertilitas dapat menggambarkan kecepatan

pertumbuhan penduduk suatu daerah atau negara serta dapat dipergunakan untuk

menyusun strategi kebijaksanaan baru dalam upaya peningkatan kualitas penduduk.


1) Angka Kelahiran Kasar / CBR

Angka kelahiran kasar atau Crude Birth Rate (CBR) menunjukkan

jumlah bayi yang lahir setiap 1.000 penduduk dalam satu tahun. Untuk

mencari angka kelahiran kasar digunakan rumus sebagai berikut :

CBR = B/P *1000


B = jumlah kelahiran selama satu tahun
P = jumlah penduduk pertengahan tahun

Angka kelahiran kasar digolongkan menjadi tiga, yaitu:


a) Golongan tinggi, apabila jumlah kelahiran lebih dari 30.
b) Golongan sedang, apabila jumlah kelahiran antara 20 - 30.
c) Golongan rendah, apabila jumlah kelahiran kurang dari 20.

Sumber :
http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/Pages/DataSensus/Sensus_Penduduk/Fertilitas/CBR/Nas
ional.aspx
Gambar 2.1
Berdasarkan gambar 2.1, CBR pada tahun 2010 sebesar 17,9 dan masuk

dalam kategori rendah dan berdasarkan perkiraan CBR Indonesia pada

tahun 2010-2015 serta 2015-2020, CBR Indonesia akan mengalami

penurunan dari 16,20 menjadi 14,60.


Tabel 2.2
Perkiraan CBR di Indonesia
Periode Perkiraan CBR
2010-2015 16,20
2015-2020 14,60
Sumber :BPS (2000) dan IDHS (1991)

2) Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur / ASFRi


Angka kelahiran menutut kelompok umur atau Age Specific Fertility

Rate (ASFR) adalah banyaknya kelahiran tiap 1.000 wanita yang berusia 15 -

49 tahun pada pertengahan tahun. Angka kelahiran umum dapat diketahui

dengan rumus :
Bi K
ASFRi = f
P
i

Bi = banyaknya kelahiran di dalam kelompok umur i selama satu tahun


f
P i = banyaknya wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun (15

49 Tahun)
K = bilangan konstan, biasanya 1000

Sumber :
http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/Pages/DataSensus/Sensus_Penduduk/Fertilitas/ASFR/N
asional.aspx
Adapun faktor penunjang fertilitas
Gambar 2.2 sebagai berikut :
1) Ingin mempertahankan kelahiran.
2) Kepercayaan yang mengatakan banyak anak banyak

rezeki.
3) Anggapan anak laki-laki penerus sebagai penerus

keturunan.
3) Angka Kelahiran Total / TFR

Angka kelahiran total adalah angka yang menunjukkan rata-rata

banyaknya anak yang dimiliki oleh seorang wanita selama masa usia

suburnya, yaitu 15-49 tahun. Dengan kata lain, TFR adalah penjumlahan dari

angka kelahiran ASFR dan dikalikan 5 (apabila digunakan pengelompokan

umur lima tahunan).

Tabel 2.3
ASFR dan TFR Nasional 1971-2010

b. Mortalitas
Mortalitas (kematian) merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi

yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk.Informasi tentang mortalitas penting,

tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta terutama yang

berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan.


Ada berbagai macam ukuran kematian, antara lain angka kematian kasar (Crude

Death Rate/CDR), angka kematian menurut umur (Age Specific Death Rate/ASDR),

dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR).


1) Angka Kematian Kasar / CDR
Angka kematian kasar (Crude Death Rate/CDR) adalah jumlah

kematian yang terjadi selama satu tahun tertentu per 1000 penduduk pada

pertengahan tahun.
D
CDR= K
P

D = banyaknya orang mati pada suatu tahun tertentu


P = banyaknya penduduk petengahan tahun
K = bilangan konstan, biasanya 1000
Angka CDR digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a) Golongan tinggi, apabila jumlah kematian lebih dari 18.
b) Golongan sedang, apabila jumlah kematian antara 14-18.
c) Golongan rendah, apabila jumlah kematian kurang dari 9-13.

2) Angka Kematian Menurut Umur / ASDR


Angka kematian menurut umur (Age Specific Death Rate/ASDR)

menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu setiap 1000

penduduk pertengahan tahun.


Di
ASDRi= K
Pi

Di = banyaknya orang mati pada umur tertentu pada tahun


tertentu
Pi = banyaknya penduduk pada umur yang sama pada tahun yang
sama
K = bilangan konstan, biasanya 1000

3) Angka Kematian Bayi / IMR


Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR) menyatakan

jumlah bayi yang meninggal di bawah umur satu tahun tiap 1000 kelahiran

hidup. IMR merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan

tingkat kesehatan masyarakat sekaligus mencerminkan keadaan sosial-


ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Angka ini sangat senditif terhadap

perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.


Do
IMR= K
Bo

Do = jumlah kematian bayi pada suatu tahun

Pi = jumlah kelahiran bayi pada tahun yang sama

K = bilangan konstan, biasanya 1000

IMR digolongkan menjadi empat kriteria

1) golongan sangat tinggi , apabila lebih 125


2) golongan tinggi, apanbila 75-125
3) golongan sedang, apabila 35-75
4) golongan rendah, apabila kurang 35

Tabel 2.3
Angka Kematian Bayi menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 2000, 2002, 2007,
2010, 2012
Angka Kematian Bayi
Provinsi
1971 1980 1990 1994 1997 2000 2002 2007 2010 2012

Aceh 143 93 58 58 46 40 - 25 28 47
Sumatera Utara 121 89 61 61 45 44 42 46 26 40
Sumatera Barat 152 121 74 68 66 53 48 47 30 27
Riau 146 110 65 72 60 48 43 37 23 24
Jambi 154 121 74 60 68 53 41 39 29 34
Sumatera Selatan 155 102 71 60 53 53 30 42 25 29
Bengkulu 167 111 69 74 72 53 53 46 28 29
Lampung 146 99 69 38 48 48 55 43 23 30
Kepulauan Bangka
Belitung - - - - - 53 43 39 27 27
Kepulauan Riau - - - - - - - 43 20 35
DKI Jakarta 129 82 40 30 26 25 35 28 14 22
Jawa Barat 167 134 90 89 61 57 44 39 26 30
Jawa Tengah 144 99 65 51 45 44 36 26 21 32
DI Yogyakarta 102 62 42 30 23 25 20 19 16 25
Jawa Timur 120 97 64 62 36 48 43 35 25 30
Banten - - - - - 66 38 46 24 32
Bali 130 92 51 58 40 36 14 34 20 29
Nusa Tenggara Barat 221 189 145 110 111 89 74 72 48 57
Nusa Tenggara Timur 154 128 77 71 60 57 59 57 39 45
Kalimantan Barat 144 119 81 97 70 57 47 46 28 31
Kalimantan Tengah 129 100 58 16 55 48 40 30 23 49
Kalimantan Selatan 165 123 91 83 71 70 45 58 34 44
Kalimantan Timur 104 100 58 61 51 40 42 26 21 21
Sulawesi Utara 114 93 63 66 48 28 25 35 25 33
Sulawesi Tengah 150 130 92 87 95 66 52 60 45 58
Sulawesi Selatan 161 111 70 64 63 57 47 41 31 25
Sulawesi Tenggara 167 116 77 79 78 53 67 41 40 45
Gorontalo - - - - - 57 77 52 56 67
Sulawesi Barat - - - - - na 74 48 60
Maluku 143 123 76 68 30 61 na 59 45 36
Maluku Utara - - - - - 75 na 51 40 62
Papua Barat - - - - - na 36 28 74
Papua 86 105 80 61 65 57 na 41 19 54
INDONESIA 145 109 71 66 52 47 43 39 26 34
Catatan :
SDKI = Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, SDKI 1994 dan
1997

Berdasarkan tabel 2.3 dapat dilihat angka IMR Indonesia dalam kurun

1971-2010 mengalami penurunan. Namun, dari kurun 2010-2012 IMR

kembali meningkat dari 26 ke 34 (rendah).

c. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu

tempat ke tempat lain melampaui batas politi/negara ataupun batas administrative

dalam suatu negara.


Ukurun-ukuran migrasi yang perlu diketahui antara lain angka migrasi masuk

(mi), angka migrasi keluar (mo), dan Angka migrasi neto (Mn). Angka migrasi masuk

(mi) adalah angka yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1000 orang

penduduk daerah tujuan dalam waktu satu tahun.


I
Mi= K
P

I = jumlah migrasi masuk (immigration)

P = penduduk pertengahan tahun

K = bilangan konstan, biasanya 1000

Angka migrasi keluar (mo) adalah angka yang menunjukkan banyaknya migran

yang keluar per 1000 orang penduduk daerah asal dalam waktu satu tahun.
O
Mo= K
P

O = jumlah migrasi keluar (outmigration)


P = penduduk pertengahan tahun
K = bilangan konstan, biasanya 1000

Angka migrasi neto (Mn) adalah selisih banyaknya migran masuk dan keluar ke

dan dari suatu daerah per 1000 prang penduduk dalam waktu satu tahun.
I O
Mn= K
P

I = jumlah migrasi masuk (immigration)


O = jumlah migrasi keluar (outmigration)
P = penduduk pertengahan tahun
K = bilangan konstan, biasanya 1000

1) Migrasi Internal
Migrasi internal ada berbagai macam diantaranya migrasi risen

(Recent Migration) dan migrasi seumur hidup (Life Time Migration). Migrasi

risen adalah migrasi dimana tempat tinggal seseorang pada saat pencacahan

berbeda dengan tempat tinggalnya lima tahun yang lalu.

Tabel 2.4
Migrasi Risen (Recent Migration) Tahun 2005 dan 2010
Migrasi Masuk Migrasi Keluar Migrasi Neto
Provinsi
2005 2010 2005 2010 2005 2010
Aceh 1) 63987 1) 38802 1) 25185
Sumatera Utara 107330 123962 201898 372644 -94568 -248682
Sumatera Barat 108252 130180 128758 150709 -20506 -20529
Riau 213867 294957 98794 125814 115073 169143
Jambi 66347 110114 51367 52689 14980 57425
Sumatera Selatan 65994 117396 106772 129814 -40778 -12418
Bengkulu 32668 47827 29982 26910 2686 20917
Lampung 91858 92439 110869 154420 -19011 -61981
Kepulauan Bangka
Belitung 19906 60808 17791 17054 2115 43754
Kepulauan Riau 154291 210056 8605 54847 145686 155209
DKI Jakarta 575173 643959 734584 883423 -159411 -239464
Jawa Barat 730878 1048964 443039 595877 287839 453087
Jawa Tengah 327604 301417 662193 979860 -334589 -678443
DI Yogyakarta 189890 227364 87741 103492 102149 123872
Jawa Timur 250155 243061 344266 528370 -94111 -285309
Banten 290876 465080 132867 192983 158009 272097
Bali 76589 102425 38959 41216 37630 61209
Nusa Tenggara Barat 26947 47648 32340 40982 -5393 6666
Nusa Tenggara Timur 33348 49339 30200 67484 3148 -18145
Kalimantan Barat 16449 42650 32955 42144 -16506 506
Kalimantan Tengah 31513 122969 47273 34506 -15760 88463
Kalimantan Selatan 62574 103455 41824 55292 20750 48163
Kalimantan Timur 149389 213558 47478 73039 101911 140519
Sulawesi Utara 28863 48042 31813 45473 -2950 2569
Sulawesi Tengah 52297 61961 27464 39174 24833 22787
Sulawesi Selatan 107989 120638 148333 208570 -40344 -87932
Sulawesi Tenggara 40716 64097 30685 42613 10031 21484
Gorontalo 11082 26695 15616 16820 -4534 9875
Sulawesi Barat 26104 37206 21887 20053 4217 17153
Maluku 9615 29236 30417 30179 -20802 -943
Maluku Utara 10365 24462 16529 14887 -6164 9575
Papua Barat 15897 53905 12015 16835 3882 37070
Papua 38996 66562 25117 38803 13879 27759
Sumber : Sensus Penduduk 2010 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
2005
1)
Aceh tidak termasuk dalam cakupan SUPAS 2005 karena peristiwa gempa bumi dan tsunami
2)
Bangka Belitung masih bergabung dengan Sumatera Selatan
3)
Kepulauan Riau masih bergabung dengan Riau
4)
Banten masih bergabung dengan Jawa Barat
5)
Gorontalo masih bergabung dengan Sulawesi Utara
6)
Sulawesi Barat masih bergabung dengan Sulawesi Selatan
7)
Maluku Utara masih bergabung dengan Maluku
8)
Papua Barat masih bergabung dengan Papua
Pada tabel 2.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 arus migrasi lima tahun

yang lalu didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa, baik sebagai provinsi

pengirim dan penerima. Untuk migrasi masuk lima tahun yang lalu, Jawa Barat

menjadi provinsi terbanyak menerima migran, yaitu 730.878 jiwa pada tahun 2005

dan 1.048.964 jiwa pada tahun 2010 disusul DKI Jakarta, yaitu 575.173 jiwa pada

tahun 2005 dan 643.959 jiwa pada tahun 2010.


Sedangkan untuk arus migrasi keluar tahun 2005, DKI Jakarta menjadi

provinsi terbanyak mengirim migran, yaitu 734.584 jiwa disusul Jawa Tengah

sebanyak 662.193 jiwa. Namun, pada tahun 2010 terjadi perubahan yang cukup

signifikan untuk arus migrasi keluar, dimana Jawa Tengah mengirim migrannya

sebanyak 979.860 jiwa disusul DKI Jakarta sebanyak 883.423 jiwa.


Pada tahun 2005, dari 33 provinsi di Indonesia ada sepuluh provinsi yang

migrasi neto lima tahun yang lalu negatif atau dalam artian migrasi keluar lebih

banyak daripada migrasi masuk. Pada tahun 2005 dan 2010, provinsi yang migrasi

keluarnya lebih banyak daripada migrasi masuk adalah Jawa Tengah, yaitu 334.589

jiwa pada tahun 2005 dan 678.443 jiwa pada tahun 2010 disusul DKI Jakarta, yaitu

159.411 jiwa pada tahun 2005 dan 239.464 jiwa pada tahun 2010 . Sedangkan

provinsi yang migrasi neto lima tahun yang lalu positif atau dalam artian migrasi

masuk lebih banyak daripada migrasi keluar adalah Provinsi Banten, yaitu 158.009

jiwa pada tahun 2005 dan 272.097 jiwa pada tahun 2010.
Migrasi seumur hidup (Life Time Migration) adalah mereka yang pada waktu

pencacahan sensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan tempat

kelahirannya.
2) Migrasi Internasional
Ada dua motif migrasi internasional, yakni :
a) Mereka yang bekerja keluar negeri dengan tujuan untuk menjual tenaga,

keterampilan atau kepandaian mereka. Motif ini biasanya berasal dari

negara-negara berkembang ke negara-negara maju, negara yang miskin


ke negara-negara kaya, dan negara-negara yang surplus tenaga kerja ke

negara-negara kekurangan tenaga kerja.


b) Mereka bekerja keluar negeri sehubungan dengan penjualan teknologi

ataupun penanaman modal. Motif ini biasanya berasal dari negara-negara

maju ke negara-negara berkembang.

3. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk menurut ciri-ciri

tertentu, misalnya biologis (umur dan jenis kelamin), sosial (tingkat pendidikan, status

perkawinan), ekonomi (jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan lain sebagainya), dan

geografis (tempat tinggal, daerah perkotaan dan sebagainya). Ciri penduduk tersebut

penting diketahui karena dapat memberikan gambaran dasar mengenai keadaan

penduduk serta mutunya sebagai persediaan Sumber Daya Manusia (SDM).


a. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
1) Umur Tunggal (Single Age)
Umur tunggal adalah umur seseorang yang dihitung berdasarkan hari

ulang tahun terakhirnya. Misalnya jika sekarang berumur 11 tahun, maka

dalam pengertian di atas dianggap berumur 11 tahun.


2) Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan banyaknya

penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah

dan kurun waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk

laki-laki per 100 perempuan.


L
SR= K
P
L = jumlah penduduk laki-laki

P = jumlah penduduk perempuan

K = 100

Tabel 2.5
Rasio Jenis Kelamin Tahun 1971-2014
Rasio Jenis Kelamin
Provinsi
1971 1980
1990 1995 2000 2005 2010 2014
101. 100.
ACEH 100.21 101.49 101.05 100.01 - 99.7
1 2
SUMATERA
101.32 100.72 99.76 99.24 99.8 99.62 99.8 99.6
UTARA
SUMATERA
93.69 95.53 95.88 94.07 96.1 97.49 98.4 98.8
BARAT
104. 106.
RIAU 104.63 103.99 105.16 102.77 104.24 105.6
4 3
104. 105.
JAMBI 107.45 105.65 104.32 101.65 105.92 104.2
2 5
SUMATERA 103.
99.51 102.05 101.19 102.08 101 102.43 103.3
SELATAN 7
103. 104.
BENGKULU 101.99 103.23 105.63 101.85 104.09 104.1
2 6
106. 106.
LAMPUNG 102.33 107.28 105.51 104.89 107.63 105.3
2 1
KEP. BANGKA
- - - - 104 109 108 108
BELITUNG
105.
KEP. RIAU - - - - - 99.87 104.6
5
102. 102.
DKI JAKARTA 102.13 102.58 101.95 100.56 98.7 101.3
5 8
102. 103.
JAWA BARAT 96.79 99.12 100.51 100.82 102.71 102.9
1 6
JAWA TENGAH 95.25 96.62 97.47 96.76 99.2 99.77 98.8 98.4
DI
94.28 96.25 96.71 98.34 98.3 100.17 97.7 97.7
YOGYAKARTA
JAWA TIMUR 94.32 95.51 95.96 96.24 97.9 98.65 97.5 97.4
101. 104.
BANTEN - - - - 103.79 104.1
5 7
101.
BALI 97.94 98.39 99.46 100.21 101 103.14 101.4
7
NUSA
TENGGARA 97.45 98.29 95.51 92.59 94.2 93.49 94.3 94.2
BARAT
NUSA
TENGGARA 101.99 99.56 98.34 98.09 98.6 100.41 98.7 98.2
TIMUR
KALIMANTAN 104. 104.
104.21 103.49 103.85 104.81 104.98 103.9
BARAT 7 6
KALIMANTAN 106.
101.75 106.32 106.63 104.91 106.46 109 109.2
TENGAH 8
KALIMANTAN 100. 102.
96.31 98.82 99.63 99.39 101.83 102.7
SELATAN 5 6
KALIMANTAN 109.
106.96 111.64 110.91 106.23 109.71 111.3 110.3
TIMUR 7
KALIMANTAN
- - - - - - - 113.3
UTARA
SULAWESI 104. 104.
100.57 102.27 102.74 102.99 103.85 104.2
UTARA 9 4
SULAWESI 104. 105.
104.63 106.44 105.08 102.67 105.23 104.5
TENGAH 7 2
SULAWESI
94.77 94.94 95.5 94.88 95.1 94.78 95.5 95.4
SELATAN
SULAWESI 100.
91.31 96.89 99.7 96.61 101.6 101 100.9
TENGGARA 7
100.
GORONTALO - - - - 101 101.34 100.4
7
SULAWESI 100.
- - - - - - 100.6
BARAT 8
102. 102.
MALUKU 103 104.43 103.82 102.98 103.09 101.8
8 3
MALUKU 104. 104.
- - - - 105.21 104.3
UTARA 7 9
PAPUA BARAT - - - - - - 112.4 111.5
PAPUA 141.44 109.29 110.49 103.83 110.4 112.34 113.4 111.9
100. 101.
INDONESIA 97.18 98.82 99.45 99.09 101.11 101
6 4

b. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)


Angka beban tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan

antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65

tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (15-64

tahun).
Po14+65+ K
P 1564
DR=

K = 100
Semakin besar pembilang (orang-orang yang tidak menghasilkan)

makin besarlah angka ketergantungan. Makin besar angka ketergantungan,

makin besar pula beban tanggungan suatu negara.

Tabel 2.6
Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) Tahun 2010-2035

Tahun
Provinsi
2010 2015 2020 2025 2030 2035
56. 54. 53. 50. 47. 45.
Aceh
3 8 6 8 9 8
58. 56. 55. 53. 51. 50.
Sumatera Utara
0 3 3 6 7 8
57. 55. 54. 53. 51. 50.
Sumatera Barat
7 8 8 6 7 6
54. 51. 49. 48. 47. 46.
Riau
1 5 7 4 1 6
50. 47. 44. 43. 42. 42.
Jambi
8 3 5 3 7 7
51. 49. 48. 47. 45. 45.
Sumatera Selatan
3 7 4 3 8 3
51. 47. 46. 44. 44. 44.
Bengkulu
3 9 2 9 3 5
51. 49. 48. 47. 45. 45.
Lampung
1 5 6 3 6 3
48. 46. 44. 44. 43. 43.
Kepulauan Bangka Belitung
6 2 9 3 3 1
46. 49. 46. 41. 38. 37.
Kepulauan Riau
8 7 4 8 1 9

37. 39. 42. 42. 40. 39.


DKI Jakarta
4 9 0 2 1 5
49. 47. 46. 46. 46. 46.
Jawa Barat
9 7 4 4 2 6
49. 48. 47. 48. 49. 51.
Jawa Tengah
9 1 7 4 9 7
45. 44. 45. 46. 47. 48.
DI Yogyakarta
8 9 6 8 7 4
46. 44. 43. 44. 46. 48.
Jawa Timur
2 3 9 3 2 4
48. 46. 45. 43. 41. 41.
Banten
6 4 3 9 8 0

47. 45. 43. 42. 43. 45.


Bali
3 6 3 2 3 8
55. 53. 52. 50. 48. 48.
Nusa Tenggara Barat
8 8 2 2 6 1
70. 66. 63. 62. 61. 61.
Nusa Tenggara Timur
6 7 4 1 6 6

52. 50. 49. 48. 47. 46.


Kalimantan Barat
7 8 7 8 3 6
50. 46. 43. 41. 40. 39.
Kalimantan Tengah
4 2 3 4 3 9
49. 48. 47. 46. 44. 44.
Kalimantan Selatan
3 6 7 2 7 7
48. 46. 44. 43. 43. 43.
Kalimantan Timur
6 2 5 7 1 5
47. 46. 46. 46. 47. 48.
Sulawesi Utara
9 6 4 8 3 4
52. 50. 49. 49. 48. 48.
Sulawesi Tengah
7 6 7 5 6 6
56. 52. 51. 50. 49. 49.
Sulawesi Selatan
0 9 3 4 5 7
63. 60. 58. 54. 52. 51.
Sulawesi Tenggara
4 5 0 6 7 5
51. 48. 47. 47. 47. 47.
Gorontalo
7 6 5 7 7 9
60. 56. 53. 52. 51. 51.
Sulawesi Barat
5 0 8 7 5 1

63. 59. 58. 57. 55. 54.


Maluku
1 7 2 5 8 3
61. 58. 56. 53. 51. 50.
Maluku Utara
3 5 0 4 5 8

53. 49. 47. 45. 44. 43.


Papua Barat
6 9 1 3 3 7
53. 47. 43. 42. 41. 42.
Papua
8 5 7 0 6 2

50. 48. 47. 47. 46. 47.


INDONESIA
5 6 7 2 9 3

c. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya

manusia karena dapat memberikan sumbangan langsung terhadap

pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan

produktivitas kerja
1) Angka Buta Huruf
Tabel 2.7
Persentase Penduduk Indonesia yang Buta Huruf Tahun 2014-2015
2014 2015
Persentase Persentase
Provinsi Penduduk Buta Penduduk Buta
Huruf (Persen) Huruf (Persen)
15+ 15-44 45+ 15+ 15-44 45+
ACEH 2.58 0.43 8.31 2.37 0.27 7.73
SUMATERA UTARA 1.43 0.66 3.19 1.32 0.51 3.08
SUMATERA BARAT 1.56 0.43 3.72 1.44 0.32 3.52
RIAU 1.25 0.48 3.59 1.13 0.33 3.42
JAMBI 2.23 0.57 6.34 2.16 0.49 6.06
SUMATERA
1.86 0.52 5.06 1.78 0.48 4.73
SELATAN
BENGKULU 2.48 0.54 7.2 2.37 0.48 6.77
LAMPUNG 3.46 0.42 9.91 3.33 0.34 9.52
KEP. BANGKA
2.4 0.91 5.94 2.37 0.87 5.86
BELITUNG
KEP. RIAU 1.29 0.38 4.62 1.21 0.29 4.42
DKI JAKARTA 0.46 0.08 1.44 0.41 0.06 1.26
JAWA BARAT 2.04 0.41 5.56 1.99 0.29 5.45
JAWA TENGAH 7.02 0.65 16.68 6.88 0.5 16.1
DI YOGYAKARTA 5.56 0.09 13.71 5.5 0.19 12.8
JAWA TIMUR 8.64 1.43 19.66 8.53 1.24 19.24
BANTEN 2.76 0.48 9.21 2.63 0.33 8.69
BALI 7.44 1.06 18.72 7.23 0.61 18.31
NUSA TENGGARA
13.04 3.54 34.32 13.03 3.31 33.78
BARAT
NUSA TENGGARA
8.82 3.48 19.87 8.55 3.1 19.47
TIMUR
KALIMANTAN
7.7 2.06 21.18 7.68 2 20.78
BARAT
KALIMANTAN
1.18 0.32 3.56 1.12 0.3 3.32
TENGAH
KALIMANTAN
1.81 0.28 5.46 1.79 0.19 5.4
SELATAN
KALIMANTAN
1.41 0.19 4.75 1.31 0.13 4.34
TIMUR
KALIMANTAN
- - - 5.01 1.36 14.89
UTARA
SULAWESI UTARA 0.4 0.18 0.77 0.37 0.17 0.71
SULAWESI TENGAH 2.92 1.38 6.45 2.66 0.91 6.42
SULAWESI SELATAN 8.74 2.58 21.44 8.71 2.22 21.34
SULAWESI
5.97 1.62 17.1 5.9 1.37 17.07
TENGGARA
GORONTALO 2.1 1.1 4.43 1.76 0.61 4.35
SULAWESI BARAT 7.73 3.93 17.66 7.36 3.33 17.37
MALUKU 1.23 0.81 2.21 1.15 0.8 1.96
MALUKU UTARA 1.64 0.57 4.67 1.51 0.47 4.28
PAPUA BARAT 3.25 2.27 6.36 3.12 2.09 6.32
PAPUA 29.22 28.5 31.85 29.17 28.47 31.57
INDONESIA 4.88 1.24 12.25 4.78 1.1 11.89

Berdasarkan tabel 2.7, persentase penduduk Indonesia yang buta

huruf pada tahun 2014-2015 mengalami penurunan, itu berarti kemampuan

membaca dan menulis penduduk sudah meningkat.


2) Angka Partisipasi Sekolah
Tingkat pendidikan penduduk menggambarkan tingkat ketersediaan

tenaga terdidik atau sumber daya manusia pada masa ini. Gambaran

ketersediaan tersebut dimasa mendatang tercermin antara lain dari ngka

partisipasi penduduk usia sekolah (usia 5-24 tahun).


Tabel 2.8
Angka Partisipasi Sekolah Periode 2014-2015

2014 2015
Angka Partisipasi Angka Partisipasi
Provinsi Sekolah ( A P S ) Sekolah ( A P S )
07- 13- 16- 19- 07- 13- 16- 19-
Dec 15 18 24 Dec 15 18 24
97.3 80.8 32.9 97.7 81.4 33.0
ACEH 99.84 99.9
8 9 3 1 3 7
96.0 75.7 24.8 96.3 76.2 25.1
SUMATERA UTARA 99.26 99.35
6 8 2 4 3 6
95.8 81.9 32.8 95.9 82.5 33.1
SUMATERA BARAT 99.27 99.44
4 7 9 8 3 3
94.3 24.4 94.4 75.5 24.8
RIAU 98.67 75.3 98.79
6 8 8 7 5
94.8 70.4 22.1 95.0 70.7 22.2
JAMBI 99.46 99.55
8 1 1 6 5 2
SUMATERA 93.3 67.8 16.8 93.5
99.47 99.53 68.4 17
SELATAN 6 4 7 2
96.7 77.9 28.1 96.8 78.1 28.3
BENGKULU 99.45 99.65
1 2 4 3 6 7
94.0 68.7 18.6 94.2 69.0 18.8
LAMPUNG 99.56 99.62
1 5 7 4 4 1
KEP. BANGKA 91.5 65.7 12.2 91.8 66.1 12.7
99.16 99.22
BELITUNG 3 8 2 2 7 3
98.5 81.5 98.6 81.8 17.6
KEP. RIAU 99.12 17.4 99.34
6 7 7 4 9
96.6 70.2 22.5 97.1 70.7 22.7
DKI JAKARTA 99.47 99.56
9 3 2 9 3 1
92.8 65.4 19.2 93.1 65.7
JAWA BARAT 99.3 99.57 19.4
4 8 7 9 2
94.8 67.5 20.4 67.6 20.5
JAWA TENGAH 99.51 99.56 95.3
5 4 8 6 7
99.4 86.4 49.0 99.6 86.7 49.1
DI YOGYAKARTA 99.94 99.89
8 4 8 8 8 7
96.3 70.2 21.8 96.5 70.4 21.9
JAWA TIMUR 99.38 99.45
6 5 4 3 4 5
94.8 66.2 19.6 95.2 66.7 19.6
BANTEN 99.29 99.41
7 5 1 9 3 8
97.2 81.5 23.5 97.4 81.6 23.7
BALI 99.36 99.41
3 9 9 1 9 5
NUSA TENGGARA 97.2 75.6 26.7 97.4 75.8 26.8
99.11 99.48
BARAT 7 8 3 4 6 4
NUSA TENGGARA 94.2 73.9 26.2 94.3 74.2 26.5
97.99 98.13
TIMUR 6 6 2 9 5 4
KALIMANTAN 91.7 66.4 23.1 91.9 66.8 23.3
98.18 98.27
BARAT 6 8 8 1 3 2
KALIMANTAN 92.9 65.8 22.3 93.1 22.4
99.46 99.54 66
TENGAH 4 4 1 3 7
KALIMANTAN 91.8 67.1 20.3 91.9 67.4 20.5
99.24 99.43
SELATAN 3 8 6 1 9 3
KALIMANTAN 97.8 27.3 97.9 80.6 27.5
99.35 80.5 99.63
TIMUR 9 4 2 8 5
KALIMANTAN 93.5 74.4 17.8
- - - - 98.39
UTARA 5 1 7
94.3 71.9 20.9 94.5 72.2 21.3
SULAWESI UTARA 98.95 99.33
4 8 1 9 2 1
91.2 73.6 25.0 25.1
SULAWESI TENGAH 97.71 98.02 91.8 73.8
3 4 5 3
92.5 69.3 30.2 92.6 69.6 30.6
SULAWESI SELATAN 98.91 99.03
7 8 3 6 6 4
SULAWESI 93.5 72.2 28.7 93.6 72.4 28.8
99.11 99.3
TENGGARA 3 5 8 7 2 9
90.4 68.6 27.9 90.7 69.0 28.3
GORONTALO 98.4 98.69
7 9 4 5 3 8
89.2 66.9 21.5 89.8 67.1 21.9
SULAWESI BARAT 97.91 98
6 7 3 4 4 7
96.3 77.4 36.4 96.4 77.8
MALUKU 99.19 99.38 36.6
5 8 4 4 7
96.2 74.8 30.8 96.6 75.1 31.2
MALUKU UTARA 98.89 99.08
4 3 5 8 6 5
96.2 79.8 29.6 96.5 79.9 29.9
PAPUA BARAT 96.65 96.74
8 7 6 8 9 6
78.0 61.6 22.4 78.1 61.9 22.5
PAPUA 80.69 81.04
7 3 8 4 6 5
94.4 70.3 22.8 94.7 70.6 22.9
INDONESIA 98.92 99.09
4 1 2 2 1 5

Anda mungkin juga menyukai