Anda di halaman 1dari 15

MEMBANGUN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN PESERTA DIDIK

MELALUI PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP

KEMANDIRIAN DAN KOMPETITIF DI ERA PERDAGANGAN BEBAS

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sains, Teknologi, Lingkungan, dan Masyarakat
Yang dibina oleh Dr. Syaharuddin, M.A

Oleh
Novia Maulinda
NIM A2A215013

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
MEMBANGUN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN PESERTA DIDIK
MELALUI PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP
KEMANDIRIAN DAN KOMPETITIF DI ERA PERDAGANGAN BEBAS

NOVIA MAULINDA

ABSTRAK

Pendidikan IPS memiliki potensi untuk membekali peserta didik agar


ia cakap hidup dalam lingkungan sosialnya, baik dalam lingkungan lokal,
regional, maupun global. Era globalisasi yang bergulir membawa Indonesia
memasuki era Mayarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam kaitan antisipasi
menghadapi MEA, Pendidikan Kewirausahaan merupakan langkah
antisipasi yang baik untuk dintegrasikan dengan pembelajaran IPS. Dimana
dalam pembelajaran IPS diajarkan bagaimana mengembangkan
keterampilan berpikir kritis, kreatif, mandiri peserta didik. Tujuan tersebut
sejalan dengan karakter kewirausahaan. Pengintegrasian karakter
kewirausahaan dalam pembelajaran IPS bertujuan akan pentingnya
pembiasaan karakter kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik
sehari-hari agar mereka memiliki kecakapan hidup dalam lingkungan lokal,
regional, maupun global, khususnya dalam meningkatkan daya saing dalam
era MEA.

Kata kunci: Pembelajaran IPS, Karakter Kweirausahaan, MEA


MEMBANGUN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN PESERTA DIDIK
MELALUI PEMBELAJARAN IPS

I. PENDAHULUAN
Era globalisasi didepan mata, hal ini menjadi tugas belajar dalam
dunia pendidikan. Sejauh ini pendidikan merupakan masalah yang urgent
dalam lajunya pembangunan nasional yang dituntut adanya generasi yang
lebih maju disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatkan
ilmun pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta untuk mengantisipasi
dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
masa sekarang ini. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pada umumnya, tujuan pendidikan setiap mata pelajaran untuk
kondisi saat ini menekankan pada kemampuan peserta didik dalam berpikir
kritis, termasuk pembelajaran IPS. Pembelajaran dengan penerapan
keterampilan berpikir kritis di kelas merupakan cara yang tepat untuk
menjawab tantangan yang akan dihadapi peserta didik dalam era globalisasi.
Dalam bidang perekonomian, Indonesia sudah memasuki Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan demikian, masyarakat Indonesia harus
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sehingga mampu bersaing
dalam sistem MEA.
Pendidikan IPS memiliki potensi untuk membekali peserta didik agar
ia cakap hidup dalam lingkungan sosialnya, baik dalam lingkungan lokal,
regional, maupun global. Melalui pendidikan IPS peserta didik dilatih untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis mendorong
munculnya pemikiran-pemikiran baru yang erat kaitannya dengan berpikir
kreatif untuk menghadapi tantangan di era globalisasi, terutama era yang
sedang bergulir sekarang yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Dalam kaitan antisipasi menghadapi MEA, Pendidikan
Kewirausahaan merupakan langkah antisipasi yang baik untuk dintegrasikan
dengan pembelajaran IPS. Dimana tujuan pembelajaran IPS yaitu
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, mandiri peserta didik.
Tujuan tersebut sejalan dengan nilai-nilai atau karakter kewirausahaan.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran IPS
bertujuan akan pentingnya pembiasaan karakter kewirausahaan kedalam
tingkah laku peserta didik sehari-hari agar mereka memiliki kecakapan
hidup dalam lingkungan lokal, regional, maupun global, khususnya dalam
meningkatkan daya saing dalam era MEA.

II. PEMBAHASAN
II.1. Pendidikan Kewirausahaan dalam Ilmu Ekonomi
Menurut Sri Setiti dalam Abbas (2014: 150),
kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu
aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya, berusaha dan
bersahaja dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam
kegiatan usahanya. Disisi lain Soeparman Soemahamidjaja
(1980), kewirausahaan tidak selalu identik dengan karakter
wirausaha semata, karena karater wirausaha kemungkinan juga
dimiliki oleh seseorang yang bukan wirausaha. Wirausaha
mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta
maupun pemerintahan. Wirausaha adalah mereka yang
melakukan upaya kreatif dan inovatif dengan jalan
mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk
menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation)
hidup.
Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS
diambil terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Pendidikan
kewirausahaan memang merupakan ruang lingkup dari kajian
ilmu Ekonomi. Tetapi kajian tersebut tidak hanya dilihat dari
satu disiplin ilmu saja, melainkan dilihat dari ilmu sosial lainnya
yaitu sosiologi, sejarah, geografi, bahkan politik.
Ilmu ekonomi berkaitan erat dengan pengembangan
nilai-nilai motivasional kewirausahaan dan pengembangan
kecakapan hidup. Sebagaimana kita ketahui, masuknya era
MEA di Indonesia akan mendatangkan iklim persaingan dalam
dunia kerja akan semakin kompetitif. Kondisi demikian telah isu
utama dalam bidang ketenagakerjaan, terutama menyangkut
kemampukerjaan (employability). Sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan kewirausahaan memainkan peranan
penting di negara-negara berkembang.
Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang
terdidik, dan banyak pula orang yang menganggur, maka
semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha. Pembangunan
akan lebih berhasil jika ditunjang oleh wirausahawan yang dapat
membuka lapangan kerja karena kemampuan pemerintaha
sangat terbatas. Pemerintah tidak akan mampu menggarap
semua aspek pembangunan karena sangat banyak membutuhkan
anggaran belanja, personalia, dan pengawasan.
Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi
pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu
wirausaha itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan
bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan
mutunya belum bisa dikatakan hebat, sehingga persoalan
pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan
mendesak bagi suksesnya pembangunan.
Suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan
bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki
wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya. Jadi, jika
negara Indonesia berpenduduk sebanyak 200 juta jiwa, maka
wirausahawannya harus lebih kurang sebanyak 4 juta.

II.2. Integrasi Pendidikan IPS dalam Pendidikan


Kewirausahaan
Dalam Kemendiknas (2010: 59), pengintegrasian pendidikan
kewirausahaan dilakukan pada seluruh mata pelajaran, termasuk
pembelajaran IPS. Pengintegrasian nilai-nilai IPS dalam
Kewirausahaan bertujuan untuk membiasakan nilai-nilai tersebut
kepada peserta didik dalam tingkah laku.
Sebagaimana yang dikemukakan Syaharuddin dalam Abbas
(2015: 73), bahwa tujuan pendidikan IPS, mengembangkan
kecakapan essensial (essential skills) yaitu communication skiils,
numeracy skiils, information skills, problem solving skiils, self-
management and competitive skiils, social and cooperative skiils,
physical skiils, work and study skills. Tujuan itu dicapai melalui
proses pembelajaran IPS yang menekankan pada inquiry, values
exploration, dan social decision making. Tujuan tersebut relevan
dengan nilai-nilai karakter kewirausahaan. Melalui pembelajaran
IPS, karakter kewirausahaan dapat diajarkan untuk menyiapkan
peserta didik dalam meningkatkan daya saing pada era MEA yang
sedang bergulir.
Oleh karena itu, pendidik dalam hal ini sebagai eksekutor
pembelajaran di kelas dapat mendisain pembelajaran IPS yang
dapat membangun karakter kewirausahaan peserta didik yaitu
dengan merancang disain pembelajaran keterampilan berpikir
(thingking skills). Menurut Sapriya (2012: 143), ada dua fokus
model disain pembelajaran keterampilan berpikir ialah
keterampilan berpikir kritis (critical thingking skill) dan
keterampilan berpikir kreatif (creative thingking skill). Prinsip
model disain pembelajaran berpikir kritis dan kreatif memiliki
beberapa kesamaan dengan inkuiri, ialah sama-sama untuk
membantu melatih peserta didik berpikir dan memecahkan
berbagai masalah kehidupan pribadinya maupun kemasyarakatan,
seperti masalah kurangnya lapangan kerja.
Berpikir kritis akan mendorong munculnya pemikiran-
pemikiran baru yang terkadang berpikir kritis erat kaitannya
dengan berpikir kreatif. Apabila keterampilan berpikir kritis
dilakukan, maka sebagian dari pembelajaran berpikir kreatif telah
dijalani karena tahap pertama untuk melakukan keterampilan
berpikir kritis harus melalui keterampilan berpikir kreatif. Hal ini
sejalan dengan indikator ketercapaian nilai-nilai kewirausahaan
pada jenjang SMP/MTs/ SMPLB yaitu dapat mengembangkan nilai
kemandirian dan kreatif peserta didik. Menurut Brandt (1989)
dalam Sapriya (2012: 145), kesadaran yang tinggi diperlukan bagi
pendidik untuk mengajar para siswa tentang kondisi dunia yang
semakin berkembang pesat yang menuntut adanya respon dengan
pemikiran secara kritis. Oleh karena itu, pembelajaran dengan
penerapan keterampilan berpikir kritis di kelas merupakan cara
yang paling tepat untuk menjawab tantangan ini. Apalagi seperti
yang telah dikemukakan Indonesia telah memasuki era Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) sejak akhir tahun 2015. Pengintegrasian
pendidian kewirausahaan melalui pembelajaran IPS bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik
sehingga dapat membangun nilai kemandirian, kreativitas dan nilai
keberanian dalam mengambil peluang.
Dalam mengembangkan karakter kewirausahaan yang
dintegrasikan dalam pembelajaran IPS tidak cukup hanya dengan
membahas mengenai konsep, teori, prosedur, maupun fakta tetapi
desain pembelajaran yang dilakukan lebih difokuskan kepada
contoh praktis dalam memecahkan masalah yang relevan dalam
mengembangkan karakter kewirausahaan. Menghadapkan peserta
didik pada persoalan yang akan mereka hadapi dalam era MEA
dimana persaingan begitu bebas sehingga pembiasaan karakter
kewirausahaan dalam diri peserta didik merupakan tantangan bagi
guru dalam upaya pengembangannya.
Berikut ini merupakan indikator keberhasilan pendidikan
kewirausahaan pada pendidikan peserta didik secara individu,
kelas, dan sekolah pada jenjang SMP/MTs/SMPLB:
Tabel 1. Indikator Keberhasilan Pendidikan Kewirausahaan
Pada Pendidikan Peserta Didik Secara Individu,
Kelas, dan Sekolah Pada Jenjang SMP/Mts/SMPLB
Nilai-Nilai Indikator Pencapaian
Kewirausahaa Individu Kelas Sekolah
n
Mandiri Tidak Menciptakan Menciptakan
tergantung suasana kelas situasi
pada orang yang memberi sekolah yang
lain kesempatan membangun
Mampu mencari pada peserta kemandirian
sumber belajar didik untuk peserta didik
sendiri bekerja
Mampu mandiri
mengerjakan
tugas sendiri
Kreatif Mengajukka Menciptakan Menciptak
n pendapat situasi an situasi
yang belajar yang yang
berkaitan bisa menumbuh
dengan menumbuhk kan daya
tugas an daya pikir berpikir
Mengemukk dan dan
an gagasan bertindak bertindak
baru kratif kreatif
Mendeskrips Pemberian
ikan konsep tugas yang
dengan kata- menantang
kata sendiri munculnya
karya-karya
baru baik
yang
autentik
maupun
modifikasi
Berani Menyukai tugas Memberikan Memberikan
mengambil yang tugas yang peluang agar
risiko menantang menantang peserta didik
Berani kepada mengembang
menerima peserta didik kan potensi
akibat dari bisnis
perbuatannya
sendiri
Berorientasi Mewujudkan Memberikan Memberika
pada tindakan gagasan kesempatan n layanan
dengan kepada prima
tindakan peserta didik untuk
Senang berbuat untuk mengemba
sesuatu menerapkan ngkan
gagasannya gagasannya
Kepemimpinan Terbuka Menciptakan Menciptak
terhadap saran situasi bagi an suasana
dan kritik peserta didik sekolah
Bersikap untuk yang
sebagai mengembangk demokratis
pemimpin an bakat
dalam kepemimpinan
kelompok
Membagi tugas
dalam
kelompok
Menjadi role
model
Kerja keras Mengerjakan Menciptakan Memfasilit
tugas pada situasi agar asi warga
waktu yang peserta didik sekolah
telah mencari untuk
ditentukan sumber melakukan
Tidak putus asa informasi kegiatan
dalam belajar
menghadapi
kesulitan
belajar
Selalu fokus
pada
pekerjaan atau
pelajaran
Konsep Memahami Menciptakan Memfasilita
konsep-konsep suasana si warga
dasar belajar yang sekolah
kewirausahaan kondusif agar agar peserta
memudahkan didik
peserta didik menerapka
memahami n konsep
konsep yang
kewirausahaan dipahami
Skill/ Mampu Menciptakan Membudid
keterampilan mengidentifik suasana ayakan
asi peluang kelas yang sekolah
usaha memberikan untuk
Mampu kegiatan- melakukan
menganalisis kegiatan kegiatan
secara yang kewirausah
sederhana mengarah aan
peluang ada
beserta pencapaian
risikonya keterampilan
tertentu
Sumber: Kemendiknas (2010: 50-51)
Untuk terciptanya indikator keberhasilan karakter
kewirausahaan di atas, diperlukan cara untuk mengintegrasikannya
dalam pembelajaran IPS. Dikemukakan oleh Sapriya (2012: 85)
dalam pembelajaran IPS diajarkan bagaimana cara untuk
mengembangkan kecakapan berpikir kreatif (creative thingking),
kecakapan berpikir kritis (critical thingking), keterampilan
memecahkan masalah (problem solving), maupun keterampilan
dalam mengambil keputusan (decision making). Hal ini sangat
relevan dengan nilai karakter kewirausahaan, dimana dengan
berpikir kreatif peserta didik dapat menuntun mereka
menyesuaikan diri dengan kondisi hidupnya. Berpikir kreatif dapat
mendorong peserta didik menemukan hal baru yang bermanfaat
bagi masyarakat. Selain itu kecakapan berpikir kritis akan
mengarahkan peserta didik untuk berpikir mengenai apa yang
harus mereka lakukan dalam rangka meningkatkan daya saing
untuk menghadapi tantangan di era globalisasi, khususnya MEA.

II.3. Penguatan Karakter Kewirausahaan Kunci Bersaing


dalam MEA
Tahun 2015 tepatnya bulan Desember merupakan awal
diterapkannya sistem perekonomian bebas pada tingkat ASEAN
atau dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Dengan demikian, masyarakat Indonesia harus mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya sehingga mampu bersaing dalam sistem
MEA. Dampak terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang
permodalan, barang, dan jasa, serta tenaga kerja. Diterapkan MEA
bukan menjadi penjajahan ekonomi Indonesia justru menjadi
tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan perekonomian
Indonesia, khususnya dari tingkat ASEAN pada umumnya. Tujuan
dibentuknya MEA adalah untuk meningkatkan stabilitas
perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu
mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara
ASEAN. Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para
pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada
Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini
bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa
menyangingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi Asing.
Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan
dan kesejahteraan warga ASEAN. Pada KTT selanjutnya yang
berlangsung di Bali Oktober 2003, petinggi ASEAN
mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015.
Implementasi MEA ini, menjadi ajang bagi negara-negara
ASEAN khususnya Indonesia untuk dapat memiliki peluang
dengan memanfaatkan keunggulan-keunggulan pertumbuhan
ekonomi di dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan.
Implementasi MEA tidak terlepas risiko-risiko yang akan dihadapi
nantinya, seperti bagaimana kesiapan sumber daya manusia, hasil
produksi, kesediannya infrastruktur yang baik, kebijakan
pemerintah yang diambil dan lainnya. Tentunya risiko-risiko
tersebut dapat diatasi dengan adanya kolaborasi yang apik antara
otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastruktur baik
secara fisik dan sosial (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta
adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan
perusahaan di Indonesia.
Menurut Buchari Alma (2010: 5), untuk menjadi wirausaha
yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah
memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak
kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan,
kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan
oleh pengetahuan dan pengalaman. Wirausahawan adalah
seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam
berkreasi dan berinovasi, ia memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru berbeda. Kemauan dan
kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk (1)
menghasilkan produk atau jasa baru, (2) menghasilkan nilai
tambah baru, (3) merintis usaha baru, (4) melakukan proses/teknik
baru, (5) mengembangkan organisasi baru.
Penguatan karakter kewirausahaan merupakan langkah
untuk menyiapkan peserta didik yang berkualitas dan mampu
bersaing pada era MEA. Karakter menurut Marzuki (2012)
merupakan aktualisasi dari soft skill seseorang yang menunjukkan
ciri khas dari seseorang dan bekerjasama dengan orang lain dan
mampu bertanggung jawab dengan apa yang menjadi
keputusannya.
Peserta didik yang memiliki karakter kewirausahaan akan
lebih siap dalam menghadapi persaingan dalam era MEA. Seperti
yang telah dikemukakan oleh Marzuki bahwa karakter merupakan
bagian dari soft skill dimana rasio kebutuhannya dalam dunia kerja
mencapai 80% ditentukan oleh mind set (soft skill). Penguatan
karakter kewirausahaan penting diajarkan untuk menjadikan
peserta didik yang kreatif, mandiri, berani mengambil risiko,
bekerja keras, berorientasi pada tindakan, karakter kwirausahaan
lainnya.
Implementasi penguatan karakter kewirausahaan pada
peserta didik diintegrasikan melalui pembelajaran IPS. Sesuai
dengan tujuannya, pembelajaran IPS membantu peserta didik untuk
cakap dalam kehidupannya, baik untuk dirinya sendiri, lingkungan
sekitar masyarakat tempat tinggalnya maupun dalam kehidupan
bernegara. Pembelajaran IPS yang disain berdasarkan model
keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, kecakapan dalam
memecahkan masalah memiliki relevansi dengan karakter
kewirausahaan. Menurut Kemendiknas (2010: 50) dalam rangka
penguatan karakter kewirausahaan salah satu caranya adalah
dengan pengintergrasian karakter kewirausahaan pada seluruh mata
pelajaran, termasuk dala pembelajaran IPS. Hal tersebut
merupakan suatu nilai tambah dan kedepannya penerapan karakter
kewirausahaan akan menciptakan peserta didik yang kreatif,
mandiri, dan kompetitif.
MEA adalah sebuah tantangan besar dan peluang yang
harus dihadapi oleh Indonesia. Penguatan karakter kewirausahaan
diharapkan mampu mendorong daya saing peserta didik sehingga
MEA bukan dianggap sebagai ancaman melainkan sebuah peluang
emas yang harus diraih. Jadi penguatan karakter kewirausahaan
merupakan kunci bagi Indonesia memenangkan persaingan dalam
MEA.

III. SIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa untuk
membangun karakter kewirausahaan melalui pembelajaran IPS dapat
dintegrasikan dalam penggunaan desain model-model pembalajaran
IPS yaitu berpikir kritis, kreatif, pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan. Dimana tujuan dari proses pembelajaran
tersebut relevan dengan nilai-nilai ataupun karakter kewirausahaan
yaitu kreatif, mandiri, kerja keras, berorientasi pada tindakan,
kepemimpinan, dan lain sebagainya.
Karakter kewirausahaan tersebut merupakan bagian daripada
soft skill yang kebutuhannya sangat besar dalam era globalisasi dan
menurut beberapa penelitian ahli menyatakan bahwa soft skill
merupakan salah satu faktor keberhasilan yang besar dalam
menentukan pencapaian seseorang dalam era MEA. Peserta didik
yang memiliki karakter kewirausahaan akan lebih siap dalam
menghadapi persaingan dalam era MEA. Penguatan karakter
kewirausahaan diharapkan mampu mendorong daya saing peserta
didik sehingga MEA bukan dianggap sebagai ancaman melainkan
sebuah peluang emas yang harus diraih.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Ersis Warmansyah. 2014. Pendidikan Karakter. Bandung: Niaga


Sarana Mandiri.

Alma, Buchari. 2010. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum.


Bandung: Alfabeta.

Akbar, Aulia. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter


Melalui Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar: Diunduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=396626&val=5247&title=PengembanganNilai-Nilai
%20Karakter%20Melalui%20Pembelajaran%20IPS%20Sekolah
%20Dasar http://journal.ustjogja.ac.id/download/naskah
%20seminar.pdf . pada tanggal 22 September 2016, Pukul 19.10
wita

Laksmi dewi. 2015. Model Pendidikan Karakter dan Kewirausahaan


Berbasis Etnopedagogisdi SD Kampung Cikondang. Diunduh dari:
http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/viewFile/1480/pdf.,
pada tanggal 22 September 2016, Pukul 19.05 wita
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta:
Marzuki.2012. Pengembangan Soft Skill Berbasis Karakter Melalui
Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. Makalah seminar Nasional di
IKIP PGRI Madiun.

Sapriya. 2012. Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Ulwiyah, Nur. .Integrasi Nilai-Nilai Entrepreneurship


Dalam Proses Pembelajaran di Kelas Guna Menciptakan
Academic Entrepereneur Berkarakter. Diunduh dari:
http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/article/viewFi
le/186/133 (nur ulwiyah). Pada 22 September 2015 pukul 20.00
wita.

Anda mungkin juga menyukai