Anda di halaman 1dari 5

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Corporate Social Responsibilty (CSR)


CSR merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun tanggung jawab lingkungan dengan
tidak mengabaikan kemampuan dari perusahaan. Pelaksanaan kewajiban ini harus
memerhatikan dan menghormati tradisi budaya masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan usaha tersebut. CSR merupakan suatu konsep bahwa perusahaan
memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Suatu
perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya
tidak hanya berdasarkan faktor keuangan belaka seperti halnya keuntungan atau
dividen, melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial lingkungan untuk
saat ini maupun jangka panjang (Budi Untung, 2014:2).
Perusahaan diharuskan memerhatikan kepentingan stakeholders perusahaan,
menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa bagi stakeholders
perusahaan dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya.
Karena itu, prinsip responsibility lebih mencerminkan stakeholders driven
concept. Dengan konsep ini, perusahaan harus lebih memerhatikan dimensi sosial
dan lingkungan demi kelangsungan perusahaan karena kondisi keuangan saja
tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan
sistainable). Keberlanjutan perusahaan memerhatikan dimensi sosial dan
lingkungan hidup (Budi Untung, 2014:11).
Terdapat empat manfaat yang diperoleh dengan mengimplementasikan CSR,
yaitu sebagai berikut:
1. Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan
mendapatkan citra positif dari masyarakat luas
2. Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap kapital (modal),
3. Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human
resources) yang berkualitas
4. Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang
kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan
manajemen risiko (Effendi, 2010)
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan tidak terlepas dari konteks waktu
pada saat konsep ini berkembang dan berbagai faktor yang terjadi di lingkungan
internal maupun eksternal perusahaan yang mempengaruhi perkembangan konsep
CSR. Menurut Sholihin, 2009 terdapat tiga periode penting dalam perkembangan
konsep CSR, yaitu :
1. Perkembangan awal konsep CSR di era tahun 1950-1960.
2. Perkembangan konsep CSR di era tahun 1970-1980.
3. Perkembangan konsep CSR di era tahun 1990-sampai dengan saat ini.

2.2 Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat
perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya (Santosa, Taufik Imam, 2009).
Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012
tentang "Izin Lingkungan. AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai
dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan atau proyek, yang diapakai
pemerintah dalam memutuskan apakah su atu kegiatan atau proyek layak atau
tidak layak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya
disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi,
sosial budaya dan kesehatan masyarakat.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup dimasukkan ke dalam proses
perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan
memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek
usaha dan/atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan yang optimal
dari berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan yang optimal tersebut dapat
diartikan sebagai keputusan yang berwawasan lingkungan, karena telah
memperhatikan aspek positif dan negatif suatu kegiatan usaha. Pembangunan
suatu wilayah merupakan hal tidak dapat dihindarkan. Sebagai upaya agar
pembangunan tersebut mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan dan
mengikuti konsep daya dukung terhadap lingkungan maka diperlukan suatu
perenperencanaan yang matang.Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai
bahan perencanaan adalah hasil analisis mengenai dampal lingkungan hidup
(Yudistiro, 2015).
Peranan Amdal dalam perencanaan masih terbatas pada perencanaan
proyek.Inipun masih terbatas pada proyek yang bersifat fisik, misalnya
pembangunan bendungan, jalan raya, pelabuhan dan pabrik. Proyek yang bersifat
non fisik umumnya masih diabaikan. Padahal proyek non fisik pun dapat
berdampak besar dan penting (Soemarwoto, Otto, 2007 : 56)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah keseluruhan
proses yang meliputi penyusunan berturut-turut sebagaimana diatur dalam PP
nomor 27 tahun 2012 ,bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL
yang terdiri dari lima dokumen, yaitu:
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(KAANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
5. Dokumen Ringkasan Eksekutif

2.3 Pengertian Forecasting


Forecasting adalah peramalan (perkiraan) mengenai sesuatu yang belum
terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan adalah memperkirakan
sesuatu pada waktu-waktu yang akan datang berdasarkan data masa lampau yang
dianalisa secara ilmiah, khususnya menggunakan metode statistika (Supranto,
1984:80). Tidak ada satu perusahaanpun yang tidak ingin sukses dan berkembang,
untuk mencapai sukses dan berkembangnya suatu perusahaan perlu adanya suatu
cara yang tepat, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan. Jadi forecasting
(peramalan) adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan, suatu dalil yang dapat diterima bahwa semakin baik ramalan tersedia
untuk pimpinan semakin baik pula prestasi kerja mereka sehubungan dengan
keputusan yang akan diambil.
Kegunaan paramalan dalam suatu penelitian adalah melakukan analisa
terhadap situasi yang diteliti untuk memperkirakan situasi dan kondisi yang akan
terjadi dari sesuatu yang diteliti di masa depan. Forecasting merupakan suatu alat
bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien. Dalam hal ini
penyusunan suatu rencana untuk mencapai tujuan atau sasaran suatu organisasi
terdapat perbedaan waktu antara kegiatan apa saja yang perlu dilakukan, kapan
waktu pelaksanaan dan oleh siapa dilaksanakan perencanaan dan peramalan
sanagat erat kaitannya, ini dapat dilihat dalam hal penyusunan rencana, dimana
dalam penyusunan ini melibatkan masalah peramalan juga. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa peramalan merupakan dasar untuk menyusun rencana.
Proses penentuan peramalan dapat dilakukan dengan berbagai jenis
peramalan atau forecasting, yaitu:
a. Peramalan Kualitatif
Peramalan Kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kualitatif
pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada orang
yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut
ditentukan berdasarkan pendapat dan pengetahuan serta pengalaman
penyusunnya.
b. Peramalan Kuantitatif
Peramalan kuantitatif merupakan peramalan yang berdasarkan data
kuantitatif dari masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung
pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Peramalan
kuantitatif dapat diterapkan apabila terjadi kondisi berikut: 1) Tersedia
informasi (data) tentang masa lalu; 2) Informasi (data) tersebut dapat
dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik (angka); 3) Dapat diasumsikan
bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut pada masa yang
akan datang.
Forecasting atau peramalan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Siklus Bisnis
Penjualan produk akan dipengaruhioleh permintaan akan produk tersebut,
dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase, inflasi resesi, depresi, dan
masa pemulihan
2. Siklus Hidup Produk
Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti pola yang biasa disebut
kurva S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu,
dimana siklus hidup suatu produk yang dibagi menjadi fase pengenalan,
fase pertumbuhan, fase kematangan, dan akhirnya fase penurunan. Untuk
menjaga kelangsungan usaha, maka perlu dilakukan inovasi produk pada
saat yang tepat.
3. Faktor Lain
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi balik
dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-usaha yang
dilakukan sendiri oleh perusahaan seperti peningkatan kualitas, pelayanan,
anggaran periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara kredit (Taylor,
2005).

Anda mungkin juga menyukai