Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh peningkatan
kadar lipid darah dalam lipoprotein (kolestrol dan trigliserida) yang melewati batas normal. Berdasarkan jenisnya, hiperlipidemia dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Hiperlipidemia Primer Banyak disebabkan oleh kelainan genetik dan pada keadaan yang lebih berat akan tampak adanya Xantoma (penumpukan lemak di bawah jaringan kulit). 2. Hiperlipidemia Sekunder Peningkatan kadar lipida darah yang disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, misalnya diabetes melitus, gangguan tiroid, penyakit hepar, dan penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder ini bersifat reversibel. Penggolongan hiperlipidemia berdasarkan konsentrasi lipoprotein menurut WHO tahun 1970 adalah sebagai berikut : Gangguan Kolestrol Kolestrol Triglise Tipe Istilah Plasma Lipoprotein Total LDL rida Kilomikron Rendah- Putih I Hiperlipomikronemia Tinggi Tinggi tinggi normal susu Tinggi- Kuning II a LDL tinggi Hiperkolestrolemia Tinggi Normal normal jenuh VLDL dan II b Hiperlipoproteinemia Tinggi Tinggi Tinggi Keruh LDL tinggi Kilomikron Hiperlipidemia Rendah- III Tinggi Tinggi Keruh sisa dan LDL Remnant normal (Sumber : WHO, 2016) Kolestrol yang berasal dari makanan yang dikonsumsi dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan berdasarkan densitasnya. Lipoprotein merupakan alat angkut lipida yang bersirkulasi dalam tubuh dan membawanya ke sel-sel otot, lemak, dan sel-sel lainnya. Lipoprotein LDL membawa kolestrol dalam jumlah besar yaitu hampir 2/3 kolestrol. Reseptor LDL oleh reseptor yang ada di dalam hati akan mengeluarkan LDL dari sirkulasi. Pembentukan LDL merupakan hal yang penting karena berfungsi untuk pengontrolan kolestrol darah. Pembuluh darah memiliki sel-sel perusak di dalamnya, sel-sel tersebut dapat merusak LDL melalui scavenger pathway. Molekul LDL dioksidasi sehingga tidak dapat masuk kembali ke aliran darah. Kolestrol yang dibawa oleh LDL kemudian akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak yang bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium akan berkembang menjadi arterosklerosis. Berbeda dengan LDL, HDL mempunyai peran sebaliknya yaitu tidak menyebabkan arterosklerosis sehingga risiko terjadinya PJK menurun. Mekanisme menurunnya kejadian PJK adalah dengan memindahkan kolesterol dari jaringan ke hati, tempat kolesterol dimetabolisme dan kemudian diekskresikan dari tubuh. Kadar lemak yang abnormal dalam sirkulasi darah (terutama kolesterol) bisa menyebabkan masalah jangka panjang. Resiko terjadinya aterosklerosis dan penyakit arteri koroner atau penyakit arteri karotis meningkat pada seseorang yang memiliki kadar kolesterol total yang tinggi. Kadar kolesterol rendah biasanya lebih baik bila dibandingkan dengan kadar kolesterol yang tinggi, tetapi kadar yang terlalu rendah juga tidak baik. Kadar kolesterol total yang ideal adalah 140-200 mg/dL atau kurang. Jika kadar kolesterol total mendekati 300 mg/dL, maka resiko terjadinya serangan jantung adalah 2 kali lebih banyak. Pembuluh darah koroner yang menderita arterosklerosis selain menjadi tidak elastis, juga mengalami penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik. Tekanan sistolik yang meningkat karena pembuluh darah tidak elastis sertanaiknya tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah disebut juga tekanan darah tinggi atau hipertensi. Metabolisme karbohidrat menyebabkan terjadinya hiperlipidemia yaitu mulai dari pencernaan karbohidrat di dalam usus halus berubah menjadi monosakarida galaktosa dan fruktosa di dalam hati kemudian dipecah menjadi glikogen dalam hati dan otot. Kemudian glikogen dipecah menjadi glukosa dirubah dalam bentuk piruvat dan dipecah lagi menjadi asetil KoA sehingga akhirnya terbentuk karbondioksida, air dan energi. Bila energi tidak diperlukan, asetil KoA tidak memasuki siklus TCA tetapi digunakan untuk membentuk asam lemak, melakukan esterifikasi dengan gliserol (diproduksi dalam glikolisis) dan menghasilkan trigliserida. Hiperlipidemia dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan kadar kolestrol darah sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit jantung koroner. Pemeriksaan lipid perlu dilakukan bila ada indikasi tertentu seperti adanya faktor keturunan, kebiasaan merokok, alkohol, kegemukan, diabetes melitus, gagal ginjal, hipotiroidisme. Gejala ataupun tanda adanya hiperlipidemia antara lain : Timbul nodul lemak pada kulit (xanthoma) yang merupakan deposit dari penumpukan kolesterol pada kelopak mata (Xanthelasma) Nyeri berat pada abdomen. Perlu diketahui bahwa hiperlipidemia seringkali tidak menimbulkan gejala apapun tetapi dapat mengakibatkan pankreatitis. Pembesaran hati dan yang menyebabkan nyeri abdomen atau usus dua belas jari. Pada hiperkolesterolimia yang disebabkan karena faktor keturunan disertai riwayat infa miokard dalam keluarga dan nyeri dada (angina) ini merupakan gejala dari penyakit jantung koroner. Aterosklerosis dapat menyebabkan infark jantung sehingga terjadi spasme pembuluh darah arteri yang menuju jantung. Akibatnya suplai oksigen tidak mencukupi akhirnya menyebabkan kerusakan otot jantung Untuk menghindari hiperlipidemia dianjurkan : Berhenti merokok Hindari minuman beralkohol Olahraga secara teratur, gaya hidup sehat dengan diet rendah lemak dan kolesterol, buah-buahan dan sayuran serta makan berserat harus ditingkatkan. Penderita kegemukan usahakan mengurangi berat badan sampai batas normal. Konsumsi minyak ikan yang mengandung asam lemak omega 3 pada beberapa kasus dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah juga makanan yang mengandung serat. Jika memiliki riwayat hidup hiperlipidemia dalam keluarga dianjurkan untuk memeriksakan kadar kolesterol darah secara berkala. Hal ini untuk menghindari terjadinya berbagai komplikasi yang tidak diinginkan. Lakukan diet rendah lemak yakni kurang dari 15% dari pemasukan kalori. Konsumsi obat untuk menurunkan kadar trigliserida yaitu fibrat atau asam nikotinat.