Anda di halaman 1dari 8

ALGORITMA DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN ABSOLUTE

MOMENT BLOCK TRUNCATION CODING (AMBTC) PADA SISTEM


WATERMARKING UNTUK DETEKSI DAN RECOVERY CITRA MEDIS
TERMODIFIKASI

Dwi Yanita Apriliyana1, Adiwijaya2, Danang Triantoro3


1,2,3
Prodi S1 Ilmu Komputasi, Fakultas Informatika Universitas Telkom, Bandung
1
dyapriliyana@gmail.com, 2kang.adiwijaya@gmail.com, 3dto.lecturer@gmail.com

Abstrak
Teknologi yang semakin maju memudahkan manusia dalam melakukan pertukaran data digital berupa
text, video, dan image (citra). Semakin mudahnya seseorang melakukan pertukaran data, maka semakin
besar pula kemungkinan terjadinya modifikasi pada data tersebut. Salah satu bentuk data yang rentan
terhadap modifikasi yaitu citra medis. Citra medis memberikan informasi tentang kondisi organ-organ
tubuh manusia yang apabila terjadi modifikasi didalamnya akan menghilangkan keaslian dari citra
tersebut.
Teknik watermarking memberikan solusi untuk membuktikan keaslian dari citra digital. Dengan proses
penyisipan watermark yang berupa ciri penting dari suatu citra, teknik watermarking dapat mendeteksi
suatu citra yang termodifikasi kemudian memperbaiki citra tersebut. Fragile watermarking merupakan
jenis watermarking untuk membuktikan keaslian suatu citra, dengan jenis watermarking tersebut sistem
yang dibuat akan mendeteksi serangan yang diberikan kepada suatu citra.
Metode kombinasi digunakan untuk dapat menghasilkan ekstraksi ciri dari suatu citra sehingga dapat
dideteksi dan diperbaiki citra medis termodifikasi. Absolute Moment Block Truncation Coding (AMBTC)
akan menghasilkan ciri penting dan hasil ekstraksinya, yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan
transformasi dengan metode Discrete Wavelet Transform (DWT).

Kata Kunci : citra medis, watermarking, AMBTC, DWT

Abstract
The advancement of technology makes digital data exchange like text, video, and image easier. As data
exchange gets easier, the probability of data modification gets higher. One type of data that is vulnerable
from data modification is medical image. Medical image contain information about human body organs,
the originality of this image will lost if modified.
Watermarking technique give solution to proof the originality of digital image. With the insertion of
watermark which is the important characteristic of the image, watermarking technique can detect
modified image and repair the image. Fragile watermarking is one kind of watermarking to proof the
originality of the image, with this watermarking technique system can detect kind of attack to the image.
Combined method will used to produce extract characteristic from image so that it can be detected and
repaired. Absolute Moment Block Truncation Coding (AMBTC) will produce important characteristic
and the extraction result of the image which transformed with Discrete Wavelet Transform (DWT) before.

Keywords : medical image, watermarking, AMBTC, DWT

1. Pendahuluan dengan mudah disebarluaskan dan dimodifikasi.


Data-data termodifikasi akan kehilangan berbagai
Dewasa ini, banyaknya pengguna data dalam informasi penting untuk tujuan tertentu, data berupa
bentuk digital menjadi hal yang mudah bagi medical image apabila termodifikasi atau
manusia dalam melakukan pertukaran data melalui mengalami proses edit dapat menghilangkan
berbagai media. Teknologi yang semakin maju informasi yang terkandung dalam citra (image)
dalam melakukan pertukaran data menyebabkan tersebut. Hal tersebut dapat meresahkan masyarakat
data-data berupa text, video, citra (image) dapat saat melakukan pertukaran data yang dianggap
rahasia. Dengan memanfaatkan perkembangan penyimpanan seperti CD dan DVD. Citra medis
teknologi akan membuktikan apakah suatu citra dalam bentuk digital tersebut sangat mudah untuk
telah mengalami modifikasi atau tidak. dilakukan modifikasi dengan menggunakan
Teknik watermarking dilakukan untuk berbagai image processing tools yang tersedia saat
melindungi citra medis. Digital watermarking ini. Rumah sakit, pasien, atau pihak-pihak lain
adalah teknik penyisipan informasi tertentu dalam dapat melakukan modifikasi untuk berbagai alasan
citra digital, informasi yang disisipkan disebut dan tujuan [11]. Selain itu, citra medis dalam
sebagai watermark [8]. Watermark juga digunakan format digital juga menungkinkan terjadinya
dalam memperbaiki citra yang mengalami perubahan informasi dalam proses
kerusakan akibat modifikasi, sehingga citra medis pendistribusiannya. Oleh karena itu, terdapat
yang mengalami modifikasi dapat dideteksi dan kebutuhan untuk perlindungan terhadap citra medis,
diperbaiki bagian termodifikasinya seperti citra pendeteksian keaslian, dan recovery terhadap
aslinya. Watermarking didasarkan pada ilmu informasi pada data citra medis tersebut.
steganografi, yaitu ilmu yang mengkaji tentang
penyembunyian data [4]. 2.2 Absolute Moment Block Truncation Coding
Sistem yang dirancang dapat mendeteksi dan (AMBTC)
memperbaiki citra termodifikasi. Metode yang Absolute Moment Block Truncation Coding
digunakan dalam menyelesaikan permasalahan (AMBTC), merupakan sebuah metode kompresi
tersebut adalah perpaduan metode Absolute Moment citra yang bersifat lossy. Artinya, ketika sebuah
Block Truncation Coding (AMBTC) dan Discrete citra dikompres menggunakan AMBTC, maka akan
Wavelet Transform (DWT). AMBTC merupakan ada data yang hilang. AMBTC menggunakan teknik
pengembangan dari metode Block Truncation block-based image coding dan hanya memerlukan
Coding (BTC) [2]. Proses AMBTC mengasilkan memory yang sedikit dan perhitungan yang
suatu hasil yang akan disisipkan ke dalam suatu sederhana.
citra medis melalui transformasi wavelet, salah satu Proses AMBTC adalah sebagai berikut :
bentuk transformasi wavelet yaitu Discrete Wavelet a. Langkah pertama dari proses BTC adalah
Transform (DWT). Pada citra medis asli, domain dengan membagi citra inputan ke dalam blok-
spasial akan berubah menjadi domain frekuensi dari blok kecil berbentuk persegi dengan ukuran
citra baru lainnya. Pada fitur, pertama dilakukan nxn pixel yang tidak saling overlap.
proses encode dan kemudian disebar sehingga akan b. Langkah kedua adalah mencari nilai rata-rata
disembunyikan dalam domain frekuensi tersebut, dan standar deviasi dari masing-masing blok
terutama bagian dari frekuensi medium. yang berukuran nxn pixel.
Selanjutnya, Inverse Discrete Wavelet Transform c. Langkah ketiga adalah melakukan pengubahan
(IDWT) dapat membantu dalam membangun stego- nilai pixel dalam tiap blok. Jika nilai pixel lebih
image yang dapat ditampilkan dengan domain kecil dari rata-rata, maka nilai pixel tersebut
spasial tersebut. Pada saat mendeteksi kemungkinan akan direpresentasikan dengan 0, dan jika nilai
citra yang mengalami modifikasi kemudian ada d. pixel lebih besar dari rata-rata blok tersebut,
bagian yang rusak, ekstrak fitur tersembunyi pada maka nilai pixel direpresentasikan dengan 1.
stego-image dan yang berada di daerah yang e. Langkah keempat adalah menentukan nilai
pengganti untuk proses dekompresi. Untuk
mengalami kerusakan dalam perhitungan yang
menentukan nilai pengganti, dapat
sama. Apabila terdapat dua fitur yang tidak sama, menggunakan persamaan berikut []:
kerusakannya akan diperlihatkan dan akan
diperbaiki bagian yang mengalami kerusakan. (1)
2. Dasar Teori
2.1 Citra Medis Digital (2)
Citra medis merupakan citra yang
menggambarkan bagian dalam tubuh manusia. Citra AMBTC merupakan teknik pengembangan dari
medis dihasilkan dari beberapa macam peralatan BTC. Yang menggunakan absolute moment. Setiap
imaging seperti Comuted Tomography (CT), blok dihitung dengan menggunakan persamaan
Magnetic Resonance Imaging (MRI), Ultrasound, sebagai berikut [3]:
X-Ray, dan lain-lain. Citra medis tersebut saat ini
(3)
disimpan dalam format digital pada berbagai media
(4) Ytinggi[k] dan Yrendah[k] yang merupakan highpass
filter (HPF) dan lowpass filter (LPF), Ytinggi[k]
Persamaan g1 digunakan untuk merekonstruksi disebut sebagai koefisien DWT. Ytinggi[k]merupakan
bit yang bernilai 0, yaitu nilai yang menggantikan detil dari informasi sinyal, sedangkan Yrendah[k]
nilai dari reconstruction level a. Sedangkan merupakan taksiran kasar dari fungsi penskalaan
persamaan g2 digunakan untuk merekonstruksi bit [6].
yang bernilai 1, yaitu nilai yang menggantikan nilai Proses dekomposisi ini dapat melalui satu atau
dari reconstruction level b [3].
lebih tingkatan. Dekomposisi satu tingkat ditulis
2.3 Discrete Wavelet Transform(DWT) dengan ekspresi matematika berikut [6]:
Tranformasi wavelet diskrit atau Discrete
Ytinggi[k] = ( ) ( ) (5)
Wavelet Transform (DWT) secara umum
merupakan dekomposisi citra pada frekuensi Yrendah[k] = ( ) ( ) (6)
subband citra tersebut. Komponen subband
transformasi wavelet dihasilkan dengan cara Ytinggi[k] dan Yrendah[k] yang merupakan hasil dari
penurunan level dekomposisi. Dalam transformasi highpass filter dan lowpass filter, x[n] merupakan
wavelet diskrit, penggambaran sebuah skala waktu sinyal asal, h[n] adalah highpass filter, dan g[n]
sinyal digital didapatkan dengan menggunakan adalah lowpass filter. Untuk dekomposisi lebih dari
teknik filterisasi digital. Secara garis besar proses satu tingkat, prosedur pada persamaan (5) dan (6)
dalam teknik ini adalah dengan melewatkan sinyal dapat digunakan pada masing-masing tingkatan [6].
yang akan dianalisis pada filter dengan frekuensi Dengan menggunakan koefisien DWT ini maka
dan skala yang berbeda [6]. DWT berfungsi sebagai dapat dilakukan proses Inverse Discrete Wavelet
salah satu kemampuan dalam pengolahan gambar, Transform (IDWT) untuk merekonstruksi menjadi
transformasi dimulai dari transformasi vertikal dan sinyal asal melalui persamaan berikut [6]:
transformasi horizontal. Citra yang telah melakukan
transformasi akan terbagi menjadi empat blok yang ( ) ( )
sama [7]. ( ) (7)
DWT selain menggunakan fungsi wavelet, juga
menggunakan fungsi skala untuk penghalusan citra Proses rekonstruksi merupakan kebalikan dari
(image smoothing) [10]. Implementasi transformasi proses dekomposisi sesuai dengan tingkatan pasa
wavelet diskrit dapat dilakukan dengan cara proses dekomposisi. DWT menganalisis sinyal
melewatkan sinyal ke dalam dua filterisasi DWT berbeda melalui dekomposisi sinyal sehingga
yaitu highpass filter (HPF) dan lowpass filter menjadi detil informasi dan taksiran kasar. DWT
(LPF), dimana HPF digunakan untuk menganalisis bekerja pada dua kumpulan fungsi yang disebut
frekuensi tinggi dan LPF digunakan untuk fungsi penskalaan dan fungsi wavelet yang masing-
menganalisisi frekuensi rendah. Analisis terhadap masing berhubungan dengan lowpass filter [3].
frekuensi dilakukan dengan cara menggunakan Proses rekonstruksi ini sepenuhnya merupakan
resolusi yang dihasilkan setelah sinyal melewati kebalikan dari proses dekomposisi sesuai dengan
filterisasi. Analisis frekuensi yang berbeda dengan tingkatan pada proses dekomposisi, yang mana
menggunakan resolusi yang berbeda inilah yang untuk setiap rekonstruksi pada masing-masing
disebut dengan multi-resolution analysis [6]. tingkatan dapat menggunakan persamaan
matematika (7). Transformasi wavelet diskrit dua
HPF 2 Ytinggi [k]
dimensi digambarkan pada gambar berikut [6]:
(h[n])

x[n] HPF
LL2 HL2
2 Ytinggi [k]
(h[n])
HL1
LPF HPF
LH2 LL2
(g[n]) 2 (h[n]) Ytinggi [k]

LPF
(g[n])
2
LH1 HH1
Level 1
LPF
Ytinggi [k]
(g[n])
Level 2

Gambar 2.2 Transformasi Wavelet Diskrit


Level 3
Level 2 pada Citra Dua Dimensi
Gambar 2.1 Dekomposisi Wavelet Diskrit
2.4 Pendeteksian Citra Ber-Watermark yang Parameter penilaian yang digunakan pada
Mengalami Modifikasi penelitia ini adalah dengan menghitung PSNR
Proses pendeteksian citra ber-watermark yang (Peak Signal to Noise Ratio) dan Error Rate.
telah mengalami modifikasi dilakukan dengan 1. PSNR (Peak Signal to Noise Ratio)
membandingkan citra ciri dari hasil ekstraksi
watermark dan citra ciri dari proses AMBTC pada [ ] [ ] (8)

citra hasil ekstraksi dari citra berwatermark. Proses
pendeteksian dapat dijelaskan sebagai berikut : 2. Error Rate
a. Watermark dan citra hasil ekstraksi diperoleh
dari proses ekstraksi pada PEE. Watermark Error Rate = x100% (9)
hasil ekstraksi tersebut dilakukan proses
reverse AMBTC dan dibentuk menjadi citra
ciri 1 kemudian diperbesar dua kali lipat 3. Analisis Hasil Pengujian
disesuaikan dengan ukuran citra asli. Dalam pengujian sistem ini, citra host yang
b. Citra hasil ekstraksi diduplikasi kemudian digunakan adalah citra medis sebanyak 16 citra
ukurannya diperkecil menjadi setengah dari berukuran 512x512 pixel dengan kedalaman warna
ukuran sebenarnya. Setelah itu, dilakukan
8 bit (grayscale) dengan format bitmap (*.bmp).
proses AMBTC pada citra hasil duplikasi
tersebut dan langsung dilakukan reverse Sedangkan citra watermark yang digunakan adalah
AMBTC yang menghasilkan citra ciri 2. hasil dari ekstraksi ciri citra host dengan ukuran
Ukuran citra ciri 2 kemudian diperbesar 256x256 pixel dengan format bitmap dan
menjadi dua kali lipat disesuaikan dengan kedalaman warna 8 bit.
ukuran citra asli. Strategi pengujian yang dilakukan adalah
c. Citra ciri 1 dan citra ciri 2 kemudian dengan menggunakan beberapa skenario berikut :
dibandingkan nilai tiap pixel-nya, jika tidak
terdapat perbedaan berarti citra tersebut tidak
mengalami modifikasi, sedangkan jika terdapat Skenario 1
perbedaan, berarti citra tersebut telah Pada skenario pertama melakukan pengujian
dimodifikasi. terhadap proses watermarking. Proses AMBTC
yang menghasilkan citra watermark kemudian
2.5 Proses Perbaikan Citra yang Mengalami disisipkan pada tiap citra host menjadi citra ber-
Modifikasi watermark, kemudian diukur kualitasnya
Jika pada proses pendeteksian ternyata menggunakan perhitungan PSNR dan Error Rate
ditemukan pixel yang berbeda yang berarti telah yang dibandingkan dengan citra asli. Berikut adalah
terjadi modifikasi, maka dilakukan proses tahapan pengujian yang dilaukan :
perbaikan. Proses perbaikan tersebut dilakukan
dengan cara menghitung rata-rata dari nilai pixel a. Memasukkan citra asli yang akan diuji dengan
pada citra ciri 1 dan citra ciri 2 yang berbeda. sistem watermarking ini.
Misalkan pada citra ciri 1 nilai pixel pada koordinat b. Melakukan transformasi DWT, kemudian
(25,25) adalah 125, sedangkan pada citra ciri 2 nilai mengubah 3 bit pada subband LH dan HL
pixel pada koordinat yang sama adalah 130, berarti menjadi 0. Pengubahan 3 bit tersebut
telah terjadi modifikasi pada citra tersebut, sehingga dilakukan pada :
nilai pixel pada citra hasil perbaikan tersebut
Significant dan exponent bit
digantikan dengan nilai rata-rata dari nilai pixel
citra ciri 1 dan citra ciri 2, yaitu . Pada floating point apabila dilakukan
pengubahan 3 bit di posisi significant dan
2.6 Serangan exponent bit (posisi bit 1, 2, 3) maka citra
Serangan (attack) yang digunakan pada yang dihasilkan akan mengalami
penelitian ini merupakan serangan yang bersifat kerusakan dan memiliki performansi
non malicious, yaitu serangan dilakukan seolah- PSNR yang kecil, karena nilai akan
olah tidak diketahui bahwa citra yang diserang telah berubah signifikan. Sehingga pengubahan
disisipi watermark, dan penyerang tidak
3 bit tidak dapat dilakukan pada posisi
mengetahui kunci dari watermark tersebut.
Serangan yang digunakan adalah modifikasi noise nilai sign dan exponent.
dan sharpening. Exponent bit
Pengubahan 3 bit pada posisi nilai
2.7 Performansi Sistem exponent juga tidak dapat dilakukan,
karena citra yang dihasilkan akan
mengalami kerusakan dan memiliki reversibility dari sistem watermarking ini. Berikut
performansi PSNR yang kecil. adalah tahapan pengujian yang dilakukan :
Frac bit a. Memasukkan citra ber-watermark yang akan
Posisi Frac bit terletak di bit ke 13 sampai dilakukan pengujian.
64. Pengubahan 3 bit dilakukan pada : b. Proses ekstraksi akan dilakukan oleh sistem
1. Bit ke- 62, 63, 64 terhadap citra dan watermark yang disisipkan
Pada posisi bit ini watermark akan pada citra ber-watermark.
mengalami kerusakan pada saat c. Citra dan watermark hasil ekstraksi kemudian
melakukan ekstraksi dan kualitasnya dibandingkan dengan cita dan
mengahasilkan PSNR yang kecil watermark asli menggunakan perhitungan
apabila disisipkan pada bit tersebut. PSNR dan Error Rate.
Sehingga posisi bit ini masih kurang
memenuhi standar kualitas citra Skenario 3
watermark yang baik. Pada skenario ketiga dilakukan pengujian terhadap
2. Bit ke- 13, 14, 15 kemampuan sistem dalam mendeteksi adanya
Pada posisi bit ini watermark akan modifikasi terhadap citra ber-watermark.
mengalami kerusakan pada saat Modifikasi yang diberikan adalah berupa
melakukan ekstraksi dan modifikasi noise dan sharpening. Berikut adalah
mengahsilkan PSNR yang kecil sama tahapan pengujian yang dilakukan :
dengan pengubahan 3 bit di posisi 62, a. Lakukan modifikasi pada citra ber-watermark
63, 64. dengan modifikasi noise dan sharpening. Pada
3. Bit ke- 16, 17, 18 modifikasi berupa noise dan sharpening
Pada posisi bit ini, citra watermark dilakukan pengujian untuk mengukur
yang akan disisipi nantinya akan bagaimana sistem dapat mendeteksi modifikasi
mendapatkan kualitas citra yang baik yang bersifat menyeluruh.
dengan nilai PSNR lebih tinggi dari b. Sistem kemudian melakukan ekstraksi dan
pengubahan 3 bit di posisi bit-bit pendeteksian dengan cara membentuk dua citra
sebelumnya, baik pada saat ciri dari citra hasil ekstraksi dan watermark
penyisipan maupun ekstraksi. hasil ekstraksi yang kemudian dilakukan
Sehingga dilakukan pengubahan 3 bit pembandingan terhadap citra ciri 1 dan citra
menjadi 0 di posisi bit ke- 16, 17, ciri 2 dengan menggunakan Error Rate.
18.
Dengan menggunakan AMBTC ciri-ciri penting Skenario 4
dari citra asli akan diambil oleh sistem yang telah Pada skenario keempat dilakukan pengujian
dibuat dan akan dibentuk sebagai watermark yang terhadap kemampuan sistem dalam melakukan
akan disisipkan pada citra host yang sebelumnya perbaikan pada citra yang telah termodifikasi. Citra-
telah diubah 3 bit menjadi 0. citra termodifikasi yang telah dideteksi dengan
Sistem kemudian melakukan penyisipan watermark skenario 3 akan diperbaiki. Selanjutnya dilakukan
ke citra host, dan diukur kualitasnya menggunakan pengukuran performansi dengan cara
perhitungan PSNR dan Error Rate yang membandingkan citra hasil perbaikan dengan citra
dibandingkan dengan citra asli. asli menggunakan parameter PSNR.

Skenario 2 3.1 Analisis Hasil Penyisipan Watermark


Pada skenario kedua dilakukan pengujian terhadap Berdasarkan hasil pengujian seluruh citra uji
kemampuan reversibility dari sistem watermarking yang dilakukan penyisipan pada posisi bit terakhir
dengan cara melakukan ekstraksi terjhadap citra (posisi ke- 62, 63, 64) menghasilkan citra ber-
ber-watermark yang belum mengalami proses edit watermark dengan nilai PSNR infinity. Sedangkan
sehingga keluaran yang dihasilkan adalah citra untuk penyisipan yang dilakukan pada posisi bit ke-
ekstrak dan watermark ekstrak. Citra dan 13, 14, 15 menghasilkan citra ber-watermark
watermark hasil ekstraksi kemudian dilakukan dengan nilai PSNR berkisar antara 35-47 dB.
pengukuran kualitasnya menggunakan PSNR dan Selanjutnya penyisipan yang dilakukan pada posisi
Error Rate dengan citra asli dan watermark asli, bit ke- 16, 17, 18 menghasilkan citra ber-watermark
sehingga dapat diketahui bagaimana kemampuan dengan nilai PSNR berkisar antara 51-65 dB. Hal
ini dikarenakan metode DWT yang digunakan Sistem dapat dengan baik mendeteksi
berhasil melakukan penyisipan watermark dengan modifikasi berupa noise salt and pepper. Pengujian
melakukan pengubahan 3 bit menjadi 0 sebagai tersebut dilakukan dari pemberian noise dengan
penampung watermark diketiga posisi yang ketiga parameter, noise yang dapat terdeteksi pada
berbeda. Selain itu, dengan melihat Error Rate dari seluruh citra uji. Karena modifikasi noise ini
ketiga posisi penyisipan 3 bit dapat dianalisis bersifat menyebar dan menyeluruh, maka error
bahwa nilai pixel yang berbeda dengan citra asli yang ditimbulkan pun cukup besar bagi citra dan
berkisar 0%-42%, Error Rate dengan kisaran watermark hasil ekstraksi. Sistem sudah dapat
sampai 42% dialami oleh penyisipan 3 bit pada mendeteksi serangan pada parameter alpha 0.001
posisi bit ke- 13, 14, 15 hal tersebut menunjukkan karena nilai Error Rate yang dihasilkan berkisar
bahwa pixel-pixel tersebut cukup banyak antara 1-11%, yang berarti serangan noise
mengalami perubahan baik karena dilakukan menyebar pada seluruh citra.
pengubahan 3 bit maupun penyisipan watermark Seperti pada modifikasi noise, modifikasi
pada 3 bit yang telah ditentukan untuk diubah berupa sharpening pun bersifat menyeluruh
dengan AMBTC menggunakan key 1 dengan XOR terhadap permukaan citra sehingga error yang
dan key 2 dengan flip. ditimbulkan pun cukup besar untuk seluruh citra
uji. Error yang terdeteksi pun merata untuk seluruh
3.2 Analisis Reversibility Sistem Watermarking nilai alpha. Sistem sudah dapat mendeteksi
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan serangan pada parameter 0.1 dengan kisaran Error
bahwa sistem watermarking mendekati reversible Rate 30-89%, disebabkan oleh serangan yang
untuk seluruh citra uji. Hal tersebut dapat dilihat bersifat menyeluruh terhadap permukaan citra,
dari nilai PSNR ekstraksi yang berkisar antara 49- sehingga error yang ditimbulkan pun cukup besar.
61 dB untuk citra host, dan 6-9 dB untuk citra
watermark. Selain itu, untuk nilai Error Rate
berkisar antara 2-14% untuk citra host dan 10-20%
untuk citra watermark. Hal tersebut dipengaruhi
oleh metode transformasi DWT yang digunakan,
karna representasi floating point dari proses
transformasi memengaruhi nilai biner yang akan
diubah dan disisipi, sehingga sistem watermarking
memiliki kualitas citra watermark yang nilai PSNR- (a) (b)
nya kecil.
Citra ct-2.bmp Hasil Deteksi
dengan Noise Modifikasi Noise
3.3 Anaisis Hasil Pendeteksian Modifikasi Berparameter 0.01 dengan Parameter
a. Analisis Pendeteksian Modifiasi Noise dan 0.01 Pada ct-2.bmp
Sharpening
Modifikasi Noise dan Sharpening dilakukan
untuk menguji bagaimana sistem dapat mendeteksi
serangan yang bersifat acak dan menyeluruh pada
citra. Modifikasi Noise yang digunakan berupa salt
and pepper yaitu dengan menyebar bintik-bintik
hitam dan putih secara acak dan merata pada
permukaan citra. Pada modifikasi noise ini
dilakukan pengujian terhadap tiga parameter noise (c) (d)
yang berbeda yaitu 0.001, 0.01, dan 0.1.
Modifikasi sharpening merupakan modifikasi Citra leher-1.bmp Hasil Deteksi
dengan Modifikasi Modifikasi
bersifat menyeluruh pada permukaan citra dengan
Sharpening alpha Sharpening alpha
menajamkan edge yang terdapat pada citra. Pada 0.5 0.5 pada leher-1.bmp
pengujian ini, dilakukan modifikasi dengan tiga
buah nilai alpha yaitu 0.1, 0.5, dan 0.9. Hasil Gambar 4.1 Hasil Deteksi Modifikasi Noise dan
deteksi modifikasi noise dan sharpening Sharpening
ditunjukkan dengan Error Rate.
3.4 Anaisis Hasil Perbaikan Modifikasi 5. Tingkat kerahasiaan watermark masih rendah,
a. Analisis Perbaikan Modifiasi Noise dan dikarenakan watermark yang digunakan adalah
Sharpening ciri penting dari citra medis yang sama.
Berdasarkanhasil pengujian dapat dibuktikan
bahwa untuk seluruh citra uji yang diberi serangan Daftar Pustaka
berupa modifikasi noise salt and pepper dan
sharpening akan menghasilkan citra hasil perbaikan [1] R. Agustina, Adiwijaya, A. M. Barmawi.
yang memiliki nilai PSNR lebih rendah 2010. Teknik Watermarking Menggunakan
dibandingkan dengan citra sebelum diperbaiki. Hal AMBTC dan IWT untuk Pendeteksian dan
tersebut dikarenakan modifikasi berupa noise dan Perbaikan Citra Digital Termodifikasi. Jurnal
sharpening bersifat acak dan menyeluruh pada citra PP Telekomunikasi Volume 14 Issue 2. 2010
sehingga menimbulkan error yang cukup besar [2] C. W. Chao, C. H. Hsieh, P. C. Lu, T. A.
pada citra yang mengakibatkan ciri atau watermark Cheng. 1996. Modified Block Truncation
yang terdapat pada citra mengalami kerusakan yang Coding for Image Compression. Journal
cukup berat. Sistem watermarking yang bersifat Pattern Recognition Letters Volume 17 Issue
fragile terhadap serangan pun membuat citra ciri 14 pp. 1499 1506.
yang disisipkan menjadi mudah untuk rusak [3] M. Shandilya, R. Shandilya. 2003.
sehingga ciri yang sebenarnya dibutuhkan untuk Implementation od Absolute Moment Block
memperbaiki citra justru akan merusak citra karena Truncation Coding Scheme Based on Mean
error yang menyerangnya cukup besar. Square Error Criterion. Proceeding of the
Hasil perbaikan dikatakan baik apabila PSNR SDR 03 Technical Conference and Product
perbaikan lebih besar daripada PSNR modifikasi, Exposistion, 2003.
yaitu nilai PSNR perbaikan lebih besar darpada [4] T. Sutoyo, E. Mulyanto, V. Suhartono, O. D.
nilai PSNR modifikasi dilihat dari rata-ratanya Nurhayati, Wijanarto. 2009. Teori
yaitu 14.251 untuk PSNR modifikasi dan 14.659 Pengolahan Citra Digital. Andi: Yogyakarta.
untuk PSNR perbaikan. [5] D. Putra. 2010. Pengolahan Citra Digital.
Andi: Yogyakarta.
4. Kesimpulan [6] N. M. Tuakia, Suprapto, N. Yudistira. 2013.
Berdasarkan analisis dan pengujian yang telah Implementasi Watermarking Pada Citra
dilakukan pada penelitian ini, diperoleh beberapa Medis Menggunakan Metode Discrete
kesimpulan sebagai berikut. Wavelet Transform (DWT). Malang:
1. Sistem yang dibangun dapat membuat citra Universitas Brawijaya.
ber-watermark dengan PSNR > 51 dB. [7] C. L. Wang, R. H. Hwang, T. S. Chen, H.Y
2. Sistem watermarking yang dibangun bersifat Lee. 2005. Detecting and Restoring System
nearly reversible. Ini dibuktikan dengan hasil of Tampered Images Based on Doscrete
ekstraksi watermark dan citra host yang Wavelet Transformation and Block
memiliki PSNR 6-9 dB dan 49-61 dB, Truncation Coding. Proceedings of the 19th
sedangkan Error Rate 2-14% untuk citra host International Conference of Advanced
dan 10-20% untuk citra watermark. Information Networking and Applications
3. Sistem dapat mendeteksi modifikasi yang Vol. 2 pp. 79 82, 2005.
bersifat menyebar dan acak yaitu pada [8] Adiwijaya, P. N. Faoziyah, F. P. Permana.
modifikasi noise dan sharpening. Akan tetapi 2013. Tamper Detection and Recovery of
hasil perbaikan yang dihasilkan cukup buruk Medical Image Watermarking using
karena citra ciri mengalami kerusakan yang Modified LSB and Huffman Compression.
acak dan menyebar di seluruh bagian citra International Conference on Informatics and
4. Hasil perbaikan yang buruk disebabkan karena Applications, September 2013.
metode transformasi yang digunakan dalam [9] E. J. Delp and O. R. Mitchell, Image
pembuatan ciri penting dari suatu citra, karena Compression using Block Truncation
metode transformasi DWT menghasilkan nilai Coding, IEEE Transactions on
floating point sehingga ciri penting tersebut Communications, vol. 27, no. 9, September
akan merusak gambar pada saat dilakukan 1979, pp. 1335-1341.
proses perbaikan. [10] K. Anwar, A. Sugiharto, P. S. Sasongko.
2010. Kompresi Citra Medis Menggunakan
Discrete Wavelet Transform (DWT) dan
Embedded Zerotree Wavelet (EZW).
Semarang: Universitas Diponegoro.
[11] H. K. Wu, Jeffery, et al. 2008. Tamper
Detection and Recovery for Medical Images
Using Near-lossless Information Hiding
Technique. Journal l of Digital Imaging, Vol
21 , No 1 (March), 2008: pp 59 Y76.
[12] Imam M., Adiwijaya, A. M. Barmawi. 2012.
Pendeteksian dan Perbaikan Citra Medis
Termanipulasi yang Telah Disisipi
Watermark Menggunakan Absolute Moment
Block Truncation Coding (AMBTC) dan
Prediction-Error Expansion (PEE).

Anda mungkin juga menyukai