Anda di halaman 1dari 15

Post Partum Blues, Depresi Post Partum

dan Psikosa
November 2, 2010
BY CHELLIOUS

Skrining Akan Adanya Post Partum Blues, Depresi Post Partum dan Psikosa

Pada saat hamil seorang wanita telah mengalami banyak perubahan di


dalm dirinya. Baik perubahan secara fisik ataupun yang menyangkut
psikologis. Untuk itu perlu kita ketahui bahwa perubahan-perubahan
tersebut adalah normal. Dan tidak perlu cemas secara berlebihan karma
hal itu justru akan memberikan dampak buruk pada janin.
Memasuki trimester tiga kehamilan biasanya perasaan wanita akan
berubah menjadi lebih tak menentu. Karna mulai cemas dengan gambaran
persalinan yang akan dihadapi. Hal ini biasanya di sebut dengan gelisah
dan takut menjelang persalinan. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui
tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang
sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional
yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup
dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi,
kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan
persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus
berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke
tingkat gangguan jiwa yang berat.
Pada saat inilah waktu yang tepat untuk meyakinkan ibu dan memberikan
dukungan yang adekuat secara psikologis. Meyakinkan ibu bahwa ia pasti
akan mampu melalui hal tersebut.
Jika hal ini tidak teratasi, kemungkinan akan muncul efek yang lebih buruk
pada ibu. Seperti post partum blues, depresi dan psikosa. Disamping
faktor-faktorlain yang dapat memicu gangguan psikologis ini.
Untuk itu sangat perlulah untuk mengadakan skrining atau deteksi dini
akan adanya gangguan tersebut. Dengan mengenali gejala awal dari
setiap gangguan, melakukan observasi langsung ataupun melalui
keluarga.

1. Post Partum Blues


A. Pendahuluan
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Depresi setelah
melahirkan sudah dikenali sejak 460 tahun sebelum Masehi, lewat
pengungkapan oleh Hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian
dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir
ini muncul banyak informasi seputar ini. Savage pada tahun 1875 telah
menulis referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan
disforia ringan pascasalin yang disebut sebagai milk fever karena gejala
disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, post-
partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby
blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai
dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi /sedih/disforia, menangis ,
mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung
menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya
akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa
hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental
yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak
terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya
dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat
membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis
pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam
masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan
anaknya.

Untuk mendeteksi adanya post partum blues ini kita perlu mengetahui dan
melakukan hal-hal berikut

a) Memahami Pngertian Post Partum Blues


Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua
hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi
aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu minggu atau bulan-
bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi
psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami
gangguan gangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum
Blues.

b) Mengetahui dan Mengenali Gejala Post Partum Blues


Perlu kita curigai jika terdapat gejala-gejala seperti ini:
Gejala Utama
Cemas tanpa sebab.
Menangis tanpa sebab
Tidak sabar
Tidak percaya diri
Sensitive
Mudah tersinggung
Merasa kurang menyayangi bayinya
Perasaan negatif terhadap bayi yang dilahirkannya
Kesulitan untuk tidur
Perubahan drastis berat badan
Kelelahan dan lesu
Adanya perasaan untuk membenci pada diri sendiri, perasaan bersalah,
individu merasa dirinya tidak berguna untuk orang lain
Samasekali tidak bisa berkonsentrasi terhadap masalah kecil sekali pun
Menarik diri dari lingkungan, kehilangan terhadap minat social
Mudah marah, mudah terhasut dan kegelisahan secara mendalam
Kehilangan gairah terhadap sesuatu hal (aktivitas)

Gejala Medis
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa
secara langsung post partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan
beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan post
partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan hormon
tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa
(fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues
mempunyai jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.
Selain gejala di atas perlunjuga kita perhatikan tingkah laku ibu dan hal
hal yang mungkin ia keluhkan, seperti:
Menangis dan ditambah ketakutan tidak bisa memberi asi
Frustasi karena anak tidak mau tidur
Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive
Merasa sebal terhadap suami
Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua
Menangis dan takut apabila bayinya meninggal
Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami
Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis
sehingga membuat ibu frustasi
Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress
Adanya persoalan dengan suami
Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis
Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah masalah
bagi ibu.
Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi
Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu bayi
Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan
berada
didekat ibunya.

c) Mengenali Penyebab Post Partum Blues


Mengenali penyebab post partum blues juga merupakan hal yang berguna
dalam mendeteksi adanya gangguan psikologi ini pada ibu. Selain bisa
mengantisipasi kita juga bisa memahami kondisi ibu sepenuhnya.
Post partum ini biasanya disebabkan oleh:
Perubahan Hormon
Faktor usia ( hamil usia muda, primipara, belum matangnya reproduksi,
dll)
Ketidaksiapan ibu menghadapi persalinan
Stress
ASI tidak keluar
Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.
Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun
persoalan lainnya dengan suami.
Problem dengan Orangtua dan Mertua.
Takut kehilangan bayi
Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
Problem dengan si Sulung.
Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi
sebelum hamil
Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti
kehilangan suaminya.
Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca
melahirkan yang tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.
Ketergantungan pada alkohol atau narkoba
Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan
teman
Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau
pacar, atau orang yang bersangkutan dengan sang ibu.
Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan
bayi.
Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak

B. Cara Mencegah Post Partum Blues

Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko


Postpartum Blues yaitu :
Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda
sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera
mendapatkan bantuan secepatnya.
Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode
postpartum dan kehamilan.
Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan
peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga
membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam
diri Anda.
Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli
rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup
secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih
mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki
masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan
pada pasangan atau orang terdekat.
Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan,
sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau
siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri
Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami
kesulitan.
Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui
berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan
terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang
diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
Lakukan pekerjaan rumah tangga.
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan
golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda
yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau
membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan
Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.
Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda
dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka
bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda
merasa lebih baik setelahnya.
Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan
merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai
adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda
tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.
C. Cara Mengatasi Post Partum Blues
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues
ada dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik
antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
Dapat memahami dirinya
Dapat mendukung tindakan konstruktif.

2. Dengan cara peningkatan support mental


Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga
diantaranya :
Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak,
menyiapkan susu dll.
Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam
menghadapi kesibukan merawat bayi
Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih
perhatian terhadap istrinya
Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
Memperbanyak dukungan dari suami
Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja
melahirkan
Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
mengganti suasana, dengan bersosialisasi
Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat
dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
Tidurlah ketika bayi tidur
Berolahraga ringan
Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
Bersikap fleksibel
Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
Bergabung dengan kelompok ibu

D. Skrining Post Partum Blues di luar negri


Diluar negeri skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah
merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan . Untuk
skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesinor sebagai alat Bantu.
Edinburg Postanal Depression Scale (EDPS) merupan kuesioner dengan
validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan suasana
depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaan berhubungan
dengan labilitas persaaan kecemasan persaan bersalah serta mencakup
hal-hal yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10
pertanyaan dimana setiap pertanyan memiliki 4 pilihan jawabanya yang
mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi
perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat ini. Pertanyaan harus
dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5
menit . Peneliti mendapati bahwa nilai scoring lebih besar dari 12 memiliki
sensitifitas 86 % dan nilai predikasi positif 73 % untuk mendiagnosa
kejadian post partum blues . EDPS juga telah teruji validitasnya di
beberapa negara seperti Belanda, Swadia , Australia, Italia dan Indonesia .
EDPS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila
hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian .

2. Depresi Post Partum


Depresi post partum merupakan efek lebih lanjut dari post partum blues
yang tidak ditangani dengan baik.
Skrining yang perlu dilakukan tidak jauh beda dengan ce\ara mendetej\ksi
pada post partum depression di atas. Yaitu:
a. Memahami Pngertian Depresi Post Partum
Depresi Post Partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung selama 30 hari lebih serius dari post partum
blues yang dapat terjadi di awal-awal bulan setelah melahirkan bayi.
Postpartum depression dapat membuat ibu sangat merasa sedih, putus
asa, dan tidak berarti. Dan ibu mungkin akan mengalami kesulitan
membawa dan menggendong bayinya
Untuk itu deteksi dan pencegahan depresi postpartum merupakan suatu
yang penting dilakukan oleh para penyedia pelayanan kesehatan,. Suatu
kenyataan depresi postpartum tidak mudah dideteksi karena berbagai
masalah dapat ditemui dalam melakukan deteksi dan pencegahan depresi
postpartum. Hal ini memerlukan penanganan yang serius dari penyedia
pelayanan kesehatan termasuk para perawat untuk mencari penyelesaian
depresi postpartum.

b. Mengetahui dan Mengenali Gejala depresi Post Partum


Gejalanya merupakan perluasan dari gejal post partum blues, diantaranya:
Mimpi buruk.
Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi mimpi yang
menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan
insomnia.
Insomnia.
Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya
seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi
dalam hidup manusia.
Phobia.
Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang
tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya
bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar
sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu
yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang bermacam
macam. Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan tidak percaya
terhadap apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah mengalami bedah
Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan
berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan
operasi dan jarum.
Kecemasan.
Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena
dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.
Meningkatnya sensitivitas.
Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan
pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan
anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa
puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu.
Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi
yang lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan
sensitivitas ibu (Santrock, 2002).
Perubahan mood
Menurut Sloane dan Bennedict (1997), menyatakan bahwa depresi
postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan,
sedih murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan,
insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit
konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam
kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau
berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit
untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta
mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan
perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar
benar memusuhi bayinya.
Menurut Nevid dkk (1997), depresi postpartum sering disertai gangguan
nafsu makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan
untuk mempertahankan konsentrasi atau perhatian.
Kriteria diagnosis spesifik depresi postpartum tidak dimasukkan di dalam
DSM-IV, dimana tidak terdapat informasi yang adekuat untuk membuat
diagnosis spesifik. Diagnosis dapat dibuat jika depresi terjadi dalam
hubungan temporal dengan kelahiran anak dengan onset episode dalam 4
minggu pasca persalinan.
Menurut DSM IV, simptomsimptom yang biasanya muncul pada episode
postpartum antara lain perubahan mood, labilitas mood dan sikap yang
berlebihan terhadap bayi. Wanita yang menderita depresi postpartum
sering mengalami kecemasan yang sangat hebat dan sering panik.
Meskipun belum ada kriteria diagnosis spesifik dalam DSM-IV, secara
karakteristik penderita depresi postpartum mulai mengeluh kelelahan,
perubahan mood, memiliki episode kesedihan, kecurigaan dan
kebingungan serta tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Selain itu, penderita depresi postpartum memiliki perasaan tidak ingin
merawat bayinya, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau
dirinya sendiri atau keduanya.
Gejala depresi pascasalin ini memang lebih ringan dibandingkan dengan
psikosis pascasalin. Meskipun demikian, kelainankelainan tersebut
memiliki potensi untuk menimbulkan kesulitan atau masalah bagi ibu yang
mengalaminya .
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejalagejala depresi
postpartum antara lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang
dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan
tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai bayinya,
ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.

Perlu dikenali adany tris depresi yang juga menjadi ciri kusus,yaitu:
Berkurangnya energi
Penurunan afek
Hilang minat (anhedonia)

c. Mengenali Penyebab Depresi Post Partum


Penyebab depresi post partum ini juga merupaka perluasan dari penyebab
post partum blues yang tidak ditangani dengan baik. Diantaranya:
Memiliki depresi atau postpartum depression sebelumnya
Tidak mendapat dukungan dari pasangan, teman, atau keluarga.
Mendapati bayi sakit atau kolik
Menderita stres di kehidupan perkawinan atau hubungan
Memiliki Severe Premenstrual Syndrom (PMS)
Beberapa faktor yang mempengaruhi:
Faktor konstitusional.
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat
obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah
ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi
lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum
menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada
dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu
bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung
sementara bayinya harus tetap dirawat.
Faktor fisik.
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan
mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik
dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting.
Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten
selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini
sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan
estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan
faktor penyebab yang sudah pasti.
Faktor psikologis.
Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu padaakhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan
pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai
hubungan baik antara ibu dan anak.
Faktor sosial.
Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak
memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu ibu, selain
kurangnya dukungan dalam perkawinan.
Biologis.
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar
hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon
tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
Karakteristik ibu, yang meliputi :
Umur, pengaalaman, pendidikan, faktor selama proses persalinan dan
faktor dukungan sosial.

d. Skrining Dengan Menggunakan Kusioner Kusus.

Untuk mendeteksi adanya depresi pascapersalinan atau risiko untuk


mengalami depresi pascapersalinan, ada beberapa pertanyaan yang mesti
dijawab calon ibu.
Jumlahkan skor yang diperoleh. semakin besar skor, gejala depresi
semakin berat. Skor di atas 12 berarti Anda mengalami atau berisiko
menderita depresi pascapersalinan.

Contoh lembar kusioner

Selama tujuh hari terakhir:


1) Saya bisa tertawa dan melihat segi-segi lucu sari segala sesuatu,
misalnya suatu pertunjukan, bacaan, cerita komedi, lawakan, guyonan,
obrolan sehari-hari: (0) sebanyak-banyaknya, (1) sekarang tidak begitu
banyak, (2) sangat sedikit, (3) tidak sama sekali.
2) Saya gembira menghadapi segala sesuatu. (0) sebanyak-banyaknya, (1)
berkurang sedikit dari biasanya, (2) sangat kurang dari biasanya, (3)
hampir tidak pernah.
3) Saya menyalahkan diri sendiri secara tidak semestinya bila keadaan
menjadi buruk. (0) tidak pernah, (1) tidak begitu sering, (2) ya, kadang-
kadang, (3) ya, hampir selalu.
4) Saya merasa khawatir dan cemas tanpa alasan yang jelas. (0) tidak
sama sekali, (1) hampir tidak pernah, (2) ya kadang-kadang, (3) ya sering
5) Saya merasa takut dan panik tanpa alasan yang jelas. (0) tidak sama
sekali, (1) tidak banyak, (2) ya kadang-kadang, (3) ya cukup sering.
6) Segala sesuatu terasa membebani saya. (0) tidak, saya bisa
mengatasinya dengan baik seperti biasa, (1) tidak hampir selalu saya bisa
mengatasinya dengan baik, (2) ya kadang-kadang saya tidak bisa
mengatasinya sebaik biasanya, (3) tidak, hampir selalu saya bisa
mengatasinya dengan baik.
7) Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga saya sulit tidur. (0) tidak
sama sekali, (1) tidak begitu sering, (2) ya kadang-kadang, (3) ya hampir
setiap waktu .
8) Saya merasa sedih atau jengkel tidak menentu. (0) tidak sama sekali,
(1) tidak begitu sering (2) ya cukup sering, (3) ya, (3)hampir setiap waktu.
9) Saya merasa sangat tidak bahagia, sehingga saya menangis. (0) tidak
pernah, (1) hanya sekali-kali, (2) ya cukup sering, (3) ya hampir setiap
waktu
10) Pernah ada pikiran-pikiran untuk melukai diri sendiri. (0) tidak pernah,
(1) jarang, (2) kadang-kadang, (3) ya cukup sering.
e. Tips untuk menagani depresi post partum:
Dorong istri untuk berbicara dan tunjukkan kalau Anda mengerti.
Buat batasan kunjungan dan beritahu teman-teman tidak bisa ketika
istri tidak ingin dikunjungi.
Terima pertolongan dari orang-orang yang sukarela membantu
menyelesaikan pekerjaan rumah.
Izinkan teman-teman mengemong bayi agar istri punya waktu untuk
dirinya sendiri dan sementara jauh dari bayi.
Bertindak setia dan penuh kasih sayang secara fisik tanpa minta dilayani
secara seksual.

3. Post Partum Psikosa


Kasus depresi berat yang disebut Postpartum Psychosis ini merupakan
keadaan yang paling parah sebagai lanjutan dari depesi post partum,yang
merupakan gangguan jiwa berat yang ditandai dengan waham, halusinasi
dan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Penderita akan
bertingkah-laku aneh, melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dan
membahayakan dirinya dan bayinya. Kondisi ini sangat berbahaya dan
akan semakin buruk bila tidak segera dilakukan terapi. Gangguan jiwa
yang serius, yang timbul akibat penyebab organik ataupun emosional
(fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir,
bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan
kenyataan dan bertindak sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan
untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terggantung pada
kecakapan ibu dalm menghadapi keadaan ini. Skriningnya pun akan lebih
mudah karna gejala gejala yang muncul lebih jelas dan aneh. Sehingga
dengan cepat dapat di ketahui. Diantaraya dengan memhami hal berikut:
a. Pengertian Post Partum Psikosa
Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah
melahirkan.
b. Penyebab Post Partum Psikosa
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah
psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut
mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
c. Gejala Post Partum Psikosa
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. delusi
2. halusinasi
3. gangguan saat tidur
4. obsesi mengenai bayi
d. Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood
secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia
dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan
dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering
mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta
nafas terasa cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga
hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta
memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
Beristirahat cukup
Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
Bergabung dengan orang-orang yang baru
Bersikap fleksible
Berbagi cerita dengan orang terdekat
Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Sumber:

http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTUM_BLU
ES
http://pusdiknakes.or.id/fikui1/?
show=detailnews&kode=72&tbl=literature
http://bana2.wordpress.com/2008/11/06/post-partum-blues/
http://www.pikirdong.org/psikologi/psi16popb.php
http://diviarsa.wordpress.com/2009/06/28/curhat-post-partum-
depression/
http://www.peduli-trauma.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=108&Itemid=107
http://diviarsa.wordpress.com/2009/06/28/curhat-post-partum-
depression/
http://bukankuygbiasa.blogspot.com/2007/02/depresi-post-
partum.html

Anda mungkin juga menyukai